10
TINEA UNGUIUM A. Definisi Tinea unguium atau disebut juga onychomycosis adalah invasi lempengan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita. 1 B. Epidemiologi Secara epidemiologi lebih banyak ditemukan pada anak-anak atau orang tua. 1% dari individu yang terkena berumur dibawah 18 tahun dan 50% berumur lebih dari 70 tahun. Dari segi jenis kelamin, laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. 2 C. Etiologi Penyebab terbanyak tinea unguium adalah Trichopyton rubrum dan Trichopyton mentagrophytes yaitu sekitar 95%-97%. Pada abad kedua puluh, Trichopyton rubrum mengakibatkan epidemis tinea unguium, tinea pedis, dan jenis-jenis dermatophytoses epidermal di negara-negara industri. Penyebab lain yang jauh lebih sedikit yaitu Epidermophyton floccosum, Trichopyton violaceum, Trichopyton schoenleinii, dan Trichopyton verrucosum. 2 D. Patogenesis 1

Tinea Unguium

  • Upload
    zul090

  • View
    273

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ijj[jijij

Citation preview

Page 1: Tinea Unguium

TINEA UNGUIUM

A. Definisi

Tinea unguium atau disebut juga onychomycosis adalah invasi lempengan

kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.1

B. Epidemiologi

Secara epidemiologi lebih banyak ditemukan pada anak-anak atau orang

tua. 1% dari individu yang terkena berumur dibawah 18 tahun dan 50% berumur

lebih dari 70 tahun. Dari segi jenis kelamin, laki-laki lebih banyak dibandingkan

dengan perempuan. 2

C. Etiologi

Penyebab terbanyak tinea unguium adalah Trichopyton rubrum dan

Trichopyton mentagrophytes yaitu sekitar 95%-97%. Pada abad kedua puluh,

Trichopyton rubrum mengakibatkan epidemis tinea unguium, tinea pedis, dan

jenis-jenis dermatophytoses epidermal di negara-negara industri. Penyebab lain

yang jauh lebih sedikit yaitu Epidermophyton floccosum, Trichopyton violaceum,

Trichopyton schoenleinii, dan Trichopyton verrucosum.2

D. Patogenesis

Patogenesis primer tinea unguium yaitu invasi terjadi di kuku sehat.

Kemungkinan invasi oleh jamur meningkat dengan adanya kelainan pembuluh

darah (yaitu, dengan bertambahnya usia, insufisiensi vena kronis, penyakit arteri

perifer). Di negara-negara pasca trauma (patah tulang tungkai bawah), atau

gangguan persarafan (misalnya, cedera pleksus brachialis, trauma tulang

belakang). 2

Tinea unguium sekunder terjadi bila adanya infeksi pada kuku yang sudah

diubah, seperti psoriasis atau trauma kuku. Tinea unguim biasanya terjadi setelah

1

Page 2: Tinea Unguium

tinea pedis, keterlibatan kuku biasanya sekunder untuk tinea manum, tinea

corporis, atau tinea capitis.2

E. Gejala Klinis

Ada tiga bentuk gejala klinis dari tinea unguium : 3

1. Bentuk subungual distal

Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar

ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisi kuku yang rapuh. Kalau proses

berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat

hanya kuku rapuh yang menyerupai kapur.3

2. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikotika

Kelainan kuku pada bentuk ini merupakan leukonikia atau keputihan

dipermukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen jamur.

Oleh kelainan ini dihubungkan dengan Trichophyton mentagrophytes sebagai

penyebabnya.3

2

Page 3: Tinea Unguium

3. Bentuk subungual proksimal

Bentuk ini mulai dari pangkal kuku bagian proksimal terutama menyerang

kuku dan membentuk gambaran klinis yang khas, yaitu terlihat kuku dibagian

distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Biasanya penderita tinea

unguium mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atau yang

belum. Kuku kaki lebih sering diserang daripada kuku tangan.3

F. Diagnosa

Untuk mendiagnosis tinea unguium selain dari gejala klinis juga dapat

menggunakan pemeriksaan mikroskopik, kultur, dan histopatologi. Oleh karena

onikomikosis bertanggung jawab besar pada distropi kuku, maka pemeriksaan

dengan laboratorium sangat membantu sebelum memberikan pengobatan anti

3

Page 4: Tinea Unguium

jamur. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH,

hisopatologi, dan kultur jamur.4

Pemeriksaan histopatologi dengan menggunakan Periodic Acid-Schiff

Stain (PAS) dapat menegakkan diagnosa 41%-93%. Ini lebih sensitif dibanding

dengan menggunakan ether KOH atau kultur jamur. Pada satu penelitian

menyatakan histopatologi 85% lebih sensitif, pencampuran KOH dan kombinasi

sentrifugal dengan PAS menunjukkan sensitivitas 57%. Kultur dengan

menggunakan sabouraud agar dengan chloramfenikol dan cycloheximed

(Mycosel) agar menunjukkan sensitivitas 32%. 4

G. Diagnosa Banding

1. Pustular psoriasis

Psoriasi dapat terjadi pada kuku yang memiliki gejala khas psoriasis yaitu

terdapat lubang psoriasis berbatas pada kuku jari yaitu besar,dalam, dan tidak

teratur terjadi pada matriks kuku proksimal. Onycholysis kuku merupakan

manifestasi paling umum dari psoriasis kuku dan dapat mempengaruhi kuku dan

kuku kaki. Dimana terdapat perbatasan eritematosa sepanjang daerah onycholytic

adalah diagnostic untuk psoriasis kuku.5

4

Page 5: Tinea Unguium

2. Lichen planus

Lichen planus dapat menghancurkan kuku karena itu penting untuk

mendiagnosa dan mengobati penyakit sesegera mungkin. Meskipun lichen planus

sering mempengaruhi kedua matriks kuku kecurigaan klinis harus terangsang oleh

tanda-tanda matriks kuku, terutama kuku menipis, terdapat kehancuran matriks

kuku dan muncul sebagai perpanjangan dari kulit lipatan kuku proksimal yang

melekat pada kuku.atrofi idiopatik dari kuku adalah berbagai langkah lichen

planus oleh kerusakan kuku akut dan progresif terkemuka untuk meredakan

atrofi.5

H. Penatalaksanaan

1. Debridemen.

Mengangkat jaringan kuku yang distropik, pasien seharusnya didebridemen

setiap satu minggu. Pada onikomikosis subungual distal, hiperkeratotik harus

diangkat. Pada onikomikosis superfisial putih, kuku diangkat dengan cara

dikuret.2

2. Terapi topikal.

Pada terapi topikal tersedia dalam bentuk losion dan lacquer (cat kuku).

Amorolfine lacquer dilaporkan efektif dengan penggunaan selama 12 bulan.

Sedangkan ciclopirox (penlac) nail lacquer adalah agen topikal (ciclopirox

80%) yang efektif digunakan selama 48 minggu.6

3. Terapi oral :

5

Page 6: Tinea Unguium

a. Terbinafine dengan dosis 250mg/hari selama 6-8 minggu.4

b. Itraconazol diberikan selama 12-16 minggu, dengan interval pemberian

setiap 1 bulan dengan dosis setiap tahap 2 x 200 mg/hari selama 1

minggu. 4

c. Fluconazole dengan dosis 150-300 mg perkali pemberian atau per minggu

selama 6-12 bulan. 4

DAFTAR PUSTAKA

6

Page 7: Tinea Unguium

Wiley Jhon, Sons. Mycologi. In: editor. Hay J.R, Ashbee R.H. Rook’s

Textbook of Dermatology. 8th ed. USA : Blackwell Publishing.

2010. p.36.34 – 36.35.

Wolff K, Johnson RA, Suurmond Dick. Tinea Unguium. In: Fitzpatrick’s Color

Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. 9th ed. New York: McGraw-Hill

Companies. 2009.

Djuanda A,Hamzah Mochtar, Aisah Siti. Mikosis. Dalam : editor. Budimulja

Unandar. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: 2007.p.93-99.

James D. William, Berger G. Timothy, Elston M. Dirk. Diseases Resulting from

Fungi and Yeasts. In: Andrews’ Disease of the Skin Clinical Dermatology.

10th ed. California : Elservier Saundres. p. 305-07.

Wolff K, Katz I. Stephen Goldsmith A. Lowell, Paller S. Amy Gilchrest A.

Barbara, Leffell J. David. Biologi Of Nails and Nail Disorders. In: editors:

Tosti A, Piraccini BM. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.

7thed. New York: McGraw-Hill Companies. 2008. p.778-93.

Wolff K, Katz I. Stephen Goldsmith A. Lowell, Paller S. Amy Gilchrest A.

Barbara, Leffell J. David. Fungal Disease. In: editor: Verna S, Heffernan

MP. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.. 7th ed. New York:

McGraw-Hill Companies. 2008. p.1807-21.

7