33
TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN EKOWISATA DI PULAU DUYUNG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU Nurhidayat, [email protected] Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH Dr. Khodijah, M.Si Dosen Jurusan Manajemen Sunberdaya Perairan FIKP-UMRAH Dr. Febrianti Lestari, M.Si Dosen Jurusan Manajemen Sunberdaya Perairan FIKP-UMRAH ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat adopsi masyarakat Pulau Duyung terhadap kegiatan pengembangan ekowisata di Pulau Duyung, selain untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat Pulau Duyung. Penelitian ini dilakukan dimulai pada September 2015 hingga Mei 2016 di Pulau Duyung, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode survey yang dibantu dengan kuesioner untuk responden dan panduan wawancara untuk mengumpulkan data dari informan kunci. Untuk penarikan sampel (Responden) menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling)dan untuk menentukan informan kunci dengan menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat sangat menerima adanya kegiatan ekowisata di Pulau Duyung, hanya saja belum ada kegiatan- kegiatan nyata yang dilakukan masyarakat tentang kegiatan ekowisata dikarenakan belum adanya kebijakan dari pemerintah atau dinas terkait dalam membantu pengembangan ekowisata di Pulau Duyung. Berdasarkan penelitian tentang tingkat adopsi masyarakat Pulau Duyung terhadap pengembangan kegiatan ekowisata didapati hasil keseluruhan yang menyatakan bahwa tingkat adopsi masyarakat Pulau Duyung dapat dikatakan “tidak baik”. Kata Kunci : Pengembangan Ekowisata, Tingkat Adopsi Masyarakat

TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN

EKOWISATA DI PULAU DUYUNG KECAMATAN SENAYANG

KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Nurhidayat, [email protected]

Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Dr. Khodijah, M.Si

Dosen Jurusan Manajemen Sunberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Dr. Febrianti Lestari, M.Si

Dosen Jurusan Manajemen Sunberdaya Perairan FIKP-UMRAH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat adopsi masyarakat

Pulau Duyung terhadap kegiatan pengembangan ekowisata di Pulau Duyung,

selain untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat Pulau Duyung.

Penelitian ini dilakukan dimulai pada September 2015 hingga Mei 2016 di Pulau

Duyung, Kecamatan Senayang, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.

Penelitian ini berbentuk penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan

metode survey yang dibantu dengan kuesioner untuk responden dan panduan

wawancara untuk mengumpulkan data dari informan kunci. Untuk penarikan

sampel (Responden) menggunakan metode acak sederhana (simple random

sampling)dan untuk menentukan informan kunci dengan menggunakan purposive

sampling.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat sangat menerima

adanya kegiatan ekowisata di Pulau Duyung, hanya saja belum ada kegiatan-

kegiatan nyata yang dilakukan masyarakat tentang kegiatan ekowisata

dikarenakan belum adanya kebijakan dari pemerintah atau dinas terkait dalam

membantu pengembangan ekowisata di Pulau Duyung. Berdasarkan penelitian

tentang tingkat adopsi masyarakat Pulau Duyung terhadap pengembangan

kegiatan ekowisata didapati hasil keseluruhan yang menyatakan bahwa tingkat

adopsi masyarakat Pulau Duyung dapat dikatakan “tidak baik”.

Kata Kunci : Pengembangan Ekowisata, Tingkat Adopsi Masyarakat

Page 2: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun

2003 tentang pembentukan

Kabupaten Lingga di Provinsi

Kepulauan Riau, menetapkan bahwa

Kabupaten Lingga memiliki luas

wilayah daratan dan lautan mencapai

211.772 km2 dengan luas daratan

2.117,72 km2 (1%) dan lautan

209.654 km2 (99%) dan jumlah

keseluruhan pulau adalah 531 buah

pulau, serta 447 buah pulau

diantaranya belum berpenghuni.

Salah satu pulau berpenghuni yang

terdapat di Kabupaten Lingga adalah

Pulau Duyung. Pulau Duyung

merupakan sebuah pulau yang

terlertak di Kecamatan Senayang.

Pulau Duyung memiliki letak batas

yaitu, sebelah utara berbatasan

dengan Desa Benan, sebelah selatan

dengan Pulau Temiang, sebelah barat

dengan Pulau Medang, dan sebelah

timur berbatasan dengan Desa

Mensanak dengan jumlah

keseluruhan penduduk yang ada di

Pulau Duyung adalah berjumlah 423

orang. (Profil Pulau Duyung, 2015).

Pulau duyung merupakan suatu

kawasan yang berpotensi dalam

kegiatan ekowisata, khusunya

kegiatan ekowisata mangrove.

Sebagaimana berdasarkan hasil

penelitian sebelumnya oleh Prasetio

(2014) tentang analisis sebaran dan

keanekaragaman ekosistem

mangrove di pulau duyung, pulau

duyung memiliki area sebaran

mangrove yang tersebar di sisi barat

laut, timur, dan selatan pulau duyung

dengan luas total mangrove 116.372

Ha dengan 5 jenis mangrove sejati,

diantaranya adalah Bruguiera

gymnorhiza, Rhizophora apiculata,

Rhizophora stylosa, Rhizophora

mucronata, dan Xylocarpus

granatum. Dengan kondisi demikian,

dalam upaya pemanfaatan dan

melestarikan potensi yang ada di

pulau duyung, maka pengembangan

ekowisata merupakan langkah yang

tepat untuk dilakukan. Sejalan

dengan pengertian ekowisata yang

dilihat sebagai suatu konsep

pengembangan pariwisata

berkelanjutan yang bertujuan untuk

mendukung upaya-upaya pelestarian

lingkungan dan meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam

Page 3: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

3

pengelolaan sumberdaya yang ada

(Satria, 2009).

Kondisi kegiatan ekowisata yang ada

di Pulau Duyung pada saat ini masih

belum maju, dimana sarana dan

prasarana untuk mendukung kegiatan

ekowisata yang ada di Pulau Duyung

masih sangat terbatas, dimana hanya

terdapat sebuah penginapan atau

cottage. Selain pengunjung yang

datang ke Pulau Duyung masih

sangat terbatas kegiatan-kegiatan

yang berkaitan dengan kegiatan

ekowisata di Pulau Duyung juga

masih sangat terbatas. Mengingat

besarnya pengaruh tingkat adopsi

masyarakat terhadap pengembangan

kegiatan ekowisata di Pulau Duyung,

maka perlu dilakukan upaya untuk

meningkatkan tingkat adopsi

masyarakat Pulau Duyung terhadap

kegiatan ekowisata di Pulau Duyung.

Terkait dengan upaya tersebut,

mengetahui tingkat adopsi

masyarakat merupakan suatu langkah

awal untuk mendukung

pengembangan kegiatan ekowisata di

Pulau Duyung, mengingat

pengembangan kegiatan ekowisata

yang terdapat di Pulau Duyung

dihadapkan dengan tingkat

penerimaan masyarakat yang

berbeda-beda terhadap kegiatan

tersebut. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui tingkap adopsi

masyarakat Pulau Duyung terhadap

kegiatan ekowisata yang terdapat di

Pulau Duyung. Sedangkan manfaat

dari penelitian ini adalah tersedianya

informasi tentang penerimaan

masyarakat Pulau Duyung terhadap

pengembangan kegiatan kegiatan

ekowisata di Pulau Duyung,

sehingga dapat menjadi masukan

untuk menentukan strategi dalam

meningkatkan tingkat adopsi

masyarakat sebagai upaya

pengembangan kegiatan ekowisata di

Pulau Duyung yang diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan.

B. Perumusan Masalah

Masyarakat memiliki peran yang

sangat penting dalam pengembangan

kegiatan ekowisata di suatu kawasan,

karena pengembangan kegiatan

ekowisata secara langsung maupun

tidak langsung dipengaruhi oleh

tingkat adopsi masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka

perumusan masalah pada penelitian

ini adalah:

Page 4: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

4

1. Bagaimanakah kondisi sosial

ekonomi masyarakat Pulau

Duyung

2. Bagaimanakah tingkat adopsi

masyarakat Pulau Duyung

terhadap pengembangan kegiatan

ekowisata di Pulau Duyung

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi sosial

ekonomi masyarakat Pulau

Duyung

2. Untuk mengetahui tingkat adopsi

masyarakat Pulau Duyung

terhadap pengembangan kegiatan

ekowisata di Pulau Duyung

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari

penelitian ini adalah dapat

bermanfaat bagi tambahan

wawasan/informasi, dan sebagai

rujukan dalam pengambilan

keputusan bagi semua pihak yang

berkepentingan (swasta, pemerintah,

lembaga ataupun perorangan),

khususnya bagi nelayan. Selain itu

hasil penelitian ini diharapkan

berguna pula bagi membantu

menjadi sumber informasi penelitian

selanjutnya.

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dimulai pada

bulan November 2015 hingga bulan

Mei 2016 meliputi tahap persiapan,

tahap pengambilan data lapangan,

pengolahan data, penulisan skripsi,

sidang skripsi serta perbaikan skripsi.

Penelitian ini dilakukan di Pulau

Duyung Kecamatan Senayang

Kabupaten Lingga Provinsi

Kepulauan Riau.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif, dimana

menurut Notoatmodjo (2002) bahwa

penelitian deskriptif adalah suatu

metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskripsi tentang

suatu kedaan secara objektif.

Selanjutnya Sumarsono (2004)

menambahkan bahwa data kualitatif

adalah nilai dari perubahan-

perubahan yang tidak dapat

dinyatakan dalam angka-angka.

Kemudian menurut Silalahi (2009)

menambahkan bahwa penelitian

deskriptif sangat penting bagi semua

Page 5: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

5

disiplin ilmu, khususnya pada tahap

awal perkembangannya meskipun

hal ini dapat bervariasi. Hasil

penelitian deskriptif juga sangat

penting sebagai sumber

pembentukan teori dan

hipotesis.Penelitian yang bersifat

deskriptif bertujuan menggambarkan

secara tepat sifat-sifat suatu individu,

keadaan, gejala, atau kelompok

tertentu, atau untuk menentukan

frekuensi atau penyebaran suatu

gejala atau frekuensi adanya

hubungan tertentu antara suatu gejala

dengan gejala yang lain.

C. Populasi dan Pengumpulan

Data

Penentuan responden penelitian

menggunakan teknik penarikan

sampel menggunakan metode acak

sederhana (simple random sampling).

Unit analisis pada penelitian ini

adalah kepala keluarga yang

berdomisili di Pulau Duyung,

kemudian ditentukan 25% sampel

dari populasi, dimana menurut

Arikunto (2010) bahwa apabila

subjek kurang dari seratus, maka

lebih baik diambil semua, sehingga

penelitiannya merupakan populasi.

Tetapi jika subjek lebih dari seratus,

dapat diambil antara 10-15% atau

15-25% atau lebih. Adapun langkah-

langkah dalam penentuan jumlah

sampel sebagai berikut:

1. Mengambil data jumlah kepala

keluarga yang ada di Pulau

Duyung yang dapat diperoleh di

kantor kepala desa atau kantor

setempat.

2. Memberikan masing-masing

nomor urut kepada seluruh

kepala keluarga atau yang

mewakili (orang dewasa).

3. Dilakukan pengundian

berdasarkan nomor urut, yaitu

diambil 25% dari 119 jumlah

kepala keluarga.

Keterangan

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

Dari rumus tersebut, maka didapat

sampel sebanyak:

n = 25 x N

100

n = 25 x 119

100

= 29,75 Orang

Page 6: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

6

Dari hasil perhitungan diatas maka

jumlah sampel dalam penelitian

adalah sebanyak 29 responden.

4. Didapatkan jumlah sampel yaitu

29 KK yang dipilih secara acak

dan ditetapkan sebagai responden

dalam penelitian. Namun

berdasarkan kendala dilapangan

seperti responden yang tidak

dapat melakukan wawancara atau

tidak ingin melakukan

wawancara, maka didapat 25

responden yang bersedia untuk

melakukan wawancara atau

dipersentasekan sebesar 21%, hal

ini masih dapat diterima

berdasarkan Arikunto (2010)

bahwa apabila subjek kurang dari

seratus, maka lebih baik diambil

semua, sehingga penelitiannya

merupakan populasi. Tetapi jika

subjek lebih dari seratus, dapat

diambil antara 10-15% atau 15-

25% atau lebih.

Selanjutnya pengumpulan data

dilakukan dengan dibantu oleh

kuisioner, Dimana kusioner adalah

metode pengumpulan data dengan

cara menggunakan daftar pertanyaan

yang diajukan kepada responden

untuk menjawab dengan memberikan

angket. Pada umumnya isi materi

kusioner meliputi identitas responden

dan butir-butir pertanyaan variable

penelitian beserta alternatif jawaban

(Sunyoto, 2011). Selanjutnya

didalam penentuan informan

dilakukan dengan metode purposive

sampling, yang dimana informan

yang dipilih berjumlah 4 orang yang

antara lain adalah kepala desa, kepala

dusun I, ketua BPD (Badan

Permusyawaratan Desa), maupun

tetua adat yang ada di Pulau Duyung

dan yang dirasa mengetahui dengan

baik jawaban-jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan dalam

panduan wawancara. Menurut

Arikunto (2010) metode purposive

sampling ini biasanya dilakuakan

karena beberapa pertimbangan,

misalnya alasan keterbatasan waktu,

tenaga dan dana sehingga tidak dapat

mengambil sampel yang besar dan

jauh. Walaupun cara seperti ini

diperbolehkan, yaitu peneliti biasa

menentukan sampel berdasarkan

tujuan tertentu, tetapi ada syarat-

syarat yang harus dipenuhi,

diantaranya adalah :

Page 7: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

7

1. Pengambilan sampel harus

didasarkan atas ciri-ciri, sifat atau

karakteristik tertentu, yaitu yang

merupakan cirri-ciri pokok

populasi.

2. Subjek yang diambil sebagai

sampel benar-benar merupakan

subjek yang paling banyak

mengandung cirri-ciri yang

terdapat pada populasi (key

subjectis).

3. Penentuan karakteristik populasi

dilakukan dengan cermat didalam

studi pendahuluan

Pemilihan sampel dengan metode

ini cukup baik, karena sesuai dengan

pertimbangan peneliti sendiri

sehingga dapat mewakili populasi,

dimana informan adalah orang yang

memberikan informasi. Dengan

pengertian ini maka informan dapat

dikatakan dengan responden apabila

pemberian keterangannya karena

dipancing oleh pihak peneliti. Istilah

informan ini banyak digunakan

dalam penelitian kualitatif

(Arikunto,2010). Kemudian

pengumpulan data pada informan

dilakukan dengan wawancara yang

dibantu dengan panduan wawancara

(interview guide) dan dengan

pencatatan langsung, dimana

menurut Notoatmodjo (2002) yang

dimaksud pencatatan langsung

adalah langsung mencatat jawaban-

jawaban dari informan, sehingga

alat-alat dan panduan wawancara

harus selalu siap di tangan, dimana

hal ini memiliki keuntungan bahwa

peneliti tidak akan lupa tentang

jawaban-jawaban atau data yang

diperoleh. Tetapi kerugiannya adalah

hubungan antara pewawancara dan

informan menjadi kaku dan tidak

bebas.

Selanjutnya Arikunto (2010)

menambahkan bahwa wawancara

adalah sebuah dialog yang dilakukan

oleh pewawancara(interviewer)

untuk memperoleh informasi dari

terwawancara. Panduan wawancara

(interview guide) sangat menolong

dalam proses pelaksanaan

wawancara. Oleh karena itu, panduan

ini bukan saja dibutuhkan, tetapi

sudah menjadi kelengkapan proses

dari wawancara. Ada tiga fungsi dari

panduan wawancara. Pertama,

memberi bimbingan mendasar

tentang hal-hal yang akan

ditanyakan. Kedua mengingatkan

Page 8: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

8

pada persoalan-persoalan yang

relavan dengan apa yang ingin

deketahui. Ketiga, memberikan

kerangka kepada laporan wawancara

itu (Silalahi, 2009).

D. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Menurut Sarwono

(2006), data primer adalah data yang

berupa teks hasil wawancara dan

diperoleh melalui wawancara dengan

informan yang sedang dijadikan

sampel dalam penelitian. Data

tersebut dapat direkam maupun

dicatat oleh peneliti saat melakukan

wawancara terhadap informan.

Sedangkan data sekunder adalah data

yang berupa data-data yang sudah

tersedia dan dapat diperoleh oleh

peneliti dengan cara membaca,

melihat atau mendengarkan, data

sekunder dapat berbentuk teks seperti

surat-surat, pengumuman, spanduk

maupun data dalam bentuk gambar

atau suara rekaman, video dan iklan

dari media elektronik.

E. Instrumen Penelitian

Untuk menentukan instrumen

penelitian, maka perlu diketahui

terlebih dahulu data apa yang

dibutuhkan oleh peneliti untuk

melengkapi data yang diperlukan,

kemudian mengetahui sumber data

atau darimana data itu dapat

diperoleh oleh si peneliti, setelah itu

bagaimana metode pengumpulan

data yang dipilih dalam

melaksanakan pengumpulan data,

setelah itu maka akan di dapat

intrumen apa saja yang dibutuhkan

didalam melaksanakan penelitian.

Adapun spesifikasi alat yang

digunakan dalam penelitian ini

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kusioner atau daftar pertanyaan,

digunakan untuk pengambilan

data primer, atau sebagai

panduan dalam wawancara

dengan responden. Pertanyaan

sifatnya terbuaka ( responden

bebas menjawab), dan tertutup

(dibatasi oleh penulis), serta

diselaraskan dengan tujuan

penelitian. Dimana menurut

Notoatmodjo (2002) pentingnya

pentingnya kuesioer sebagai

instrument pengumpul data

adalah untuk memperoleh suatu

data yang sesuai dengan tujuan

Page 9: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

9

penelitian. Oleh karena itu suatu

kuesioner harus mempunyai

syarat, antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Relevan dengan tujuan

penelitian

b. Mudah ditanyakan

c. Mudah dijawab

d. Data yang diperoleh mudah

diolah atau diproses.

2. Panduan wawancara

3. Microsoft Excel

4. SPSS

F. Analisis Data

a. Uji validasi kuesioner

Uji validasi kuesioner menggunakan

Correct Item Total Correlation,

dimana validasi kuesioner dilakukan

dengan percobaan 5 responden

dengan 60 pertanyaan, sehingga

didapatkan 50 pertanyaan yang valid

dan 10 pertanyaan yang tidak valid,

proses di bantu dengan aplikasi spss

dimana hubungan dalam item-item

pernyataan digunakan Uji korelasi

Product Moment (Pearson).

b. Pengukuran

scoring/pembobotan

Untuk mengetahui tingkat adopsi

masyarakat terhadap pengembangan

ekowisata yang berkembang

dilakukan dengan cara pemberian

skor (scoring). Langkah awal dalam

pengukuran ini adalah dengan

melakukan pemberian skor, dimana

setiap jawaban variabel yang ada

diberi skor-skor tertentu untuk

memudahkan mengukur jenjang atau

tingkatan dari masing-masing

variabel tersebut.

Metode scoring bertujuan

memperhitungkan setiap parameter

dengan pembobotan yang berbeda-

beda. Bobot yang digunakan sangat

tergantung dari percobaan atau

pengalaman empiris yang telah

dilakukan. Semakin banyak sudah di

uji coba, semakin akurat pula metode

scoring yang digunakan. Kemudian

untuk mengategorikan rata-rata

jawaban responden dibuat skala

interval.

c. Analisis Adopsi

Data dasar disusun dengan

menggunakan tabel distribusi

frekuensi serta pengukuranya

menggunakan skala likert yaitu

dengan memberi bobot tertentu pada

setiap jawaban pertanyaan dengan

mengukur sikap, pendapat dan

persepsi responden tentang kejadian

sosial atau suatu keadaan yang

Page 10: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

10

negatif ke jenjang yang positif.

Analisa skala likert adalah teknik

analisa yang berkaitan dengan data

kualitatif yang datanya berupa skor

atau skala. Pada ujung sebelah kiri

jawaban diberi skala rendah yang

kemudian membesar pada jawaban

disebelah kanan. Digunakan untuk

mendapatkan data tentang dimensi-

dimensi dari variabel-variabel yang

dianalisis dalam penelitian.

Dengan skala likert, maka variabel

yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel. Kemudian

indikator tersebut dijadikan sebagai

titik tolak untuk menyusun item-item

instrument yang dapat berupa

pernyataan dan pertanyaan. Jawaban

setiap item instrument yang

menggunakan skala likert

mempunyai gradiasi dari sangat

positif sampai sangat negative

(Khodijah, 2014). Indikator adopsi

masyarakat terdiri dari beberapa

tahapan sebagai berikut:

Tabel 2. Indikator Adopsi

Masyarakat

No Indikator No Urut

Pertanyaan

1. Sadar 1-10

2. Minat 11-20

3. Menilai 21-30

4. Mencoba 31-40

5. Menerapkan 41-50

Adapun penilaian adopsi dilakukan

dengan menggunakan scoring

(angka). Nilai skor adalah 1 sampai 3

dengan penilaian sebagai berikut:

Skor dengan nilai = 3 kategori

baik

Skor dengan nilai = 2 kategori

kurang baik

Skor dengan nilai = 1 kategori

tidak baik

Selanjutnya untuk menilai tingkat

adopsi masyarakat digunakan nilai

interval kelas dan rentang kelas

dengan cara yaitu:

Page 11: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

11

Nalai tertinggi = Skor

tertinggi x Jumlah sampel x Jumlah

pertanyaan

Nilai terendah = Skor

terendah x Jumlah sampel x Jumlah

pertanyaan

Interval kelas = Angka tertinggi –

Angka terendah

Jumlah kelas

Interpretasi jumlah skor tersebut

adalah :

1. Kuartil III< Skor < Maksimal

artinya sangat positif (adopsi

sudah sangat baik)

2. Median < Skor < Kuartil III

artinya positif (adopsi sudah

baik)

3. Kuartil I< Skor < Median artinya

negatif (adopsi tidak baik)

4. Minimal < Skor < Kuartil I

artinya sangat negatif (adopsi

sangat tidak baik)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi

Penelitian

Pulau Duyung merupakan salah satu

Desa Pemekaran dari Desa Pulau

Medang, yang memiliki batas

wilayah sebelah utara berbatasan

dengan Pulau Benan, sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Temiang,

sebelah barat berbatasan dengan

Pulau Medang, dan sebelah timur

berbatasan dengan Desa Mensanak.

Dimana jarak tempuh dari Pulau

Duyung ke Ibu Kota Kecamatan

adalah 20 Mil, dari Pulau Duyung ke

Ibu Kota Provinsi berjarak tempuh

25 Mil, kemudian jarak dari Pulau

Duyung ke Ibu Kota Kabupaten yaitu

memiliki jarak tempuh 45 Mil. Pulau

Duyung memiliki karakteristik yang

tidak jauh berbeda dengan pulau-

pulau yang ada disekitarnya, dimana

memiliki luas yang kurang dari 1.500

hektar dengan ketinggian berkisar

antara 0 - 200 meter dari permukaan

air laut. Pulau Duyung memiliki

lahan dengan kondisi permukaan

yang relatif datar dengan variasi

perbukitan yang memiliki

kemiringan berkisar antara 8 - 15 %

(Profil Pulau Duyung, 2015).

Pulau Duyung merupakan sebuah

pulau yang memiliki 6 RT, 3 RW,

dan 2 buah dusun yang diketuai oleh

seorang kepala dusun dari masing-

masing dusun serta dipimpin

langsung oleh Kepala Desa, dimana

Page 12: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

12

penentuan Kepala Desa dengan cara

dipilih langsung oleh masyarakat

Pulau Duyung. Pulau Duyung

merukapan sebuah pulau yang

memiliki pantai dengan panjang +

1000 meter dan karakteristik pantai

yang landai dan hamparan pasir putih

disepanjang pantai dengan lebar + 5

meter menjorok ke laut, kemudian

disusul dengan padang lamun dan

karang . Pulau Duyung memiliki 3

bagian pantai diantaranya adalah

pantai pasir panjang, pantai lubuk

tangis, dan pantai batu duyung,

dimana ketiga pantai tersebut

memiliki karakteristik yang tidak

jauh berbeda, ditumbuhi berbagai

macam jenis vegetasi mangrove

sejati, maupun mangrove ikutan,

diantaranya adalah pohon kelapa dan

tanaman bakau. Dimana 90% pesisir

pulau duyung ditumbuhi oleh

mangrove dengan ketinggian

mencapai + 2 – 3 meter yang

tersebar di sisi barat laut, timur, dan

selatan pulau duyung, dengan luas

total mangrove mencapai 116.372 Ha

dan memiliki 5 janis mangrove sejati

diantaranya adalah Bruguiera

gymnorhiza, Rhizophora apiculata,

Rhizophora stylosa, Rhizophora

mucronata, dan Xylocarpus granatum

(Profil Pulau Duyung, 2015).

Pulau Duyung merupakan sebuah

pulau yang memiliki satu dermaga,

dimana dermaga ini menjadi satu-

satunya akses yang dapat mendukung

kegiatan transportasi laut untuk

masyarakat Pulau Duyung,selain

pelantar rumah-rumah warga yang

sejatinya 70% dibangun diatas laut,

dan sisanya tersebar di dalam pulau,

terdapat beberapa jenis alat

transportasi yang terdapat di Pulau

Duyung, diantaranya adalah 65 unit

sepeda motor, 47 unit pompong, 3

unit speed boat, dan juga 56 unit

sampan dayung. Pulau Duyung

memiliki akses jalan yang memiliki

lebar hanya + 1-2 meter yang

dibangun dengan menggunakan

material papin blok, semen maupun

sekedar tanah merah (bauksit), jalan-

jalan tersebut merupakan satu-

satunya sarana untuk mempermudah

masyarakat Pulau Duyung didalam

kegiatan sehari-hari. Pulau Duyung

memiliki sarana pendidikan

diantaranya adalah 1 buah gedung

untuk kegiatan PAUD, yang dimana

PAUD tersebut memiliki 4 orang

guru yang bertanggung jawab atas 26

Page 13: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

13

murid. Kemudian memiliki 2 SD

(Sekolah Dasar) dengan 10 guru

yang bertanggung jawab atas 65

murid, 1 SMP (Sekolah Menengah

Pertama) yang memiliki 7 guru dan

27 murid, kemudian 1 TPA-

Madrasah yang memiliki 12 guru

dengan 97 murid, selain sarana

pendidikan tersebut, Pulau Duyung

memiliki sarana pengairan berbentuk

parit dengan lebar dan dalam + 1

meter guna memudahkan jalannya air

hujan mengalir ke laut, selain itu

Pulau Duyung memiliki 6 buah bak

penampungan air yang berkapasitas

1000 liter guna menjamin

ketersediaan air tawar untuk

masyarakat Pulau Duyung dengan 2

buah WC umum yang dimana

pembangunan sarana-sarana yang

terdapat di Pulau Duyung tersebut

dibangun dengan sumber dana dari

PNMP, APBD, ADD maupun A3DK

Provinsi Kepulauan Riau (Profil

Pulau Duyung, 2015).

Pulau Duyung memiliki 1 buah

sarana kesehatan berupa Polindes,

yang sengaja di bangun dikawasan

ramai penduduk untuk

mempermudah akses masyarakat

dalam mendapatkan pelayanan

kesehatan. Selain itu terdapat 1buah

sarana ibadah berupa masjid yang

dibangun menjorok ke darat, yang

dimana selain digunakan untuk

tempat sembahyang, masjid ini juga

berfungsi sebagai tempat pengajian,

majelis ta‟lim, maupun penyuluhan

agama. Pulau Duyung juga memiliki

1 buah Kantor Kepala Desa yang

dibangun sebagai Pusat Administrasi

Desa (Profil Pulau Duyung, 2015).

Sumberdaya listrik yang terdapat di

Pulau Duyung masih sangat terbatas,

dimana warga dapat menggunakan

listrik hanya pada sore hingga malam

hari, yaitu dari jam 18:00 – 23:00,

hal ini disebabkan oleh pembangkit

tenaga listrik yang masih terbatas,

berupa generator listrik tenaga diesel

yang berbahan bakar solar yang

dialirkan melalui kabel-kabel kecil

menuju ke rumah-rumah warga.

Genarator listrik tenaga diesel

tersebut dikelola oleh desa, dan

masyarakat yang menggunakanya

diwajibkan membayar iuran perbulan

untuk biaya pembelian bahan bakar

solar serta biaya perawatan mesin

diesel.

B. Kondisi Sosial Ekonomi

Masyarakat Pulau Duyung

Page 14: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

14

1. Kondisi Sosial Ekonomi

Masyarakat Secara Umum

Pulau Duyung memiliki jumlah

penduduk keseluruhan yaitu

berjumlah 423 jiwa, yang dimana

terdiri dari 119 kepala keluarga. Jika

jumlah penduduk yang ada di Pulau

Duyung dilihat berdasarkan jenis

kelamin, maka penduduk yang

berjenis kelamin laki-laki berjumlah

222 jiwa dan jumlah penduduk yang

berjenis kelamin perempuan adalah

201 jiwa, yang dimana keseluruhan

penduduk yang ada di Pulau Duyung

merupakan WNI (Warga Negara

Indonesia). Dari jumlah penduduk

keseluruhan yang ada di Pulau

Duyung tersebut, 100% penduduk

Pulau Duyung beragama islam.

Jika jumlah penduduk yang ada di

Pulau Duyung ditinjau berdasarkan

golongan usia, maka penduduk Pulau

Duyung yang memiliki usia antara 0

– 4 tahun berjumlah 40 jiwa, yang

dimana dari jumlah tersebut terdiri

dari 22 jiwa penduduk yang berjenis

kelamin laki-laki, dan 18 jiwa

penduduk yang berjenis kelamin

perempuan. Kemudian jumlah

penduduk Pulau Duyung yang

memiliki usia antara 5 – 14 tahun

yaitu keseluruhan adalah berjumlah

92 jiwa, yang dimana dari jumlah

tersebut terdiri dari 49 jiwa

penduduk yang berjenis kelamin

laki-laki dan 43 jiwa penduduk yang

berjenis kelamin perempuan, untuk

golongan penduduk yang memiliki

usia antara 15 – 24 tahun yaitu

keseluruhan adalah berjumlah 69

jiwa, yang dimana terdapat 43 jiwa

penduduk yang berjenis kelamin

laki-laki dan 26 jiwa penduduk yang

berjenis kelamin perempuan.

Selanjutnya penduduk Pulau Duyung

yang termasuk kedalam golongan

usia antara 25 – 34 tahun yaitu

keseluruhan adalah berjumlah 83

jiwa, yang dimana didalamnya

terdapat 43 jiwa penduduk yang

berjenis kelamin laki-laki dan 40

jiwa penduduk yang berjenis kelamin

perempuan yang terdapat di Pulau

Duyung.

Selanjutnya berdasarkan data yang

didapat, penduduk Pulau Duyung

yang termasuk ke dalam golongan

usia antara 35 – 44 tahun

keseluruhan berjumlah 72 jiwa, yang

dimana didalamnya terdiri dari 38

jiwa penduduk yang berjenis kelamin

laki-laki dan 34 jiwa penduduk yang

Page 15: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

15

berjenis kelamin perempuan.

Kemudian penduduk Pulau Duyung

yang termasuk ke dalam golongan

usia antara 45 – 54 tahun dengan

jumlah keseluruhan adalah 39 jiwa

yang terdiri dari 19 jiwa penduduk

yang berjenis kelamin laki-laki dan

20 jiwa penduduk yang berjenis

kelamin perempuan. Penduduk Pulau

Duyung yang termasuk ke dalam

golongan usia antara 55 – 64 tahun

adalah keseluruhan berjumlah 21

jiwa yang terdiri dari 11 jiwa

penduduk yang berkelamin laki-laki

dan 10 jiwa penduduk yang berjenis

n kelamin perempuan. Untuk

penduduk yang termasuk ke dalam

golongan usia antara 65 – 74 adalah

berjumlah 5 jiwa, yaitu terdiri dari 2

jiwa penduduk laki-laki dan 3 jiwa

penduduk perempuan. Selanjutnya

penduduk Pulau Duyung yang

memiliki usia lebih dari 75 tahun

keseluruhan berjumlah 2 jiwa yang

terdiri dari 1 penduduk perempuan

dan 1 orang penduduk laki-laki.

Penduduk Pulau Duyung

sebagian besar memiliki mata

pencaharian sebagai nelayan

tangkap, hal ini dipengaruhi oleh

keadaan alam yang sangat

mendukung karena di kelilingi oleh

lautan yang cocok untuk kegiatan

perikanan tangkap. Alat tangkap

yang biasa digunakan oleh penduduk

Pulau Duyung yaitu berupa

pancingan, jaring, bento, dan juga

kawat bubu, dengan hasil tangkapan

berupa kepiting, ikan, maupun

sotong dan cumi-cumi. Dari

keseluruhan jumlah penduduk yang

ada di Pulau Duyung, penduduk yang

memiliki mata pencaharian sebagai

nelayan tangkap adalah berjumlah

149 jiwa yang terdiri dari 114 laki-

laki dan 5 nelayan tangkap

perempuan. Untuk hasil tangkapan

yang diperoleh nelayan biasanya di

jual ke penampungan yang ada di

Pulau Duyung atau untuk dikonsumsi

sendiri. Selain memiliki mata

pencaharian sebagai nelayan,

beberapa penduduk Pulau Duyung

juga ada yang berprofesi sebagai

penampung ikan, dimana terdapat 3

tempat penampungan ikan yang ada

di Pulau Duyung. Hasil tangkapan

nelayan yang telah ditampung oleh

penampung akan di jual ke luar

maupun dalam negeri seperi

Singapore, Batam, dan

Tanjungpinang, dengan

Page 16: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

16

menggunakan kapal kayu yang

biasanya datang untuk

menghantarkan hasil tampungan para

penampung ikan yang ada di Pulau

Duyung ke luar maupun dalam

negeri.

Selain memiliki mata pencaharian

sebagai nelayan tangkap dan

penampung ikan, beberapa penduduk

memiliki mata pencaharian sebagai

pegawai negeri, dimana berdasarkan

data yang diperoleh, jumlah

keseluruhan pegawai negeri yang ada

di Pulau Duyung adalah berjumlah

10 jiwa yang terdiri dari 5

perempuan dan 5 laki-laki yang

ditempatkan di sekolah-sekolah

maupun kantor yang ada di Pulau

Duyung. Beberapa dari pegawai

yang bertugas di Pulau Duyung

sebenarnya bukanlah penduduk asli

Pulau Duyung, melainkan adalah

orang-orang yang kebetulan

ditugaskan di Pulau Duyung.

Kemudian terdapat beberapa

penduduk Pulau Duyung yang

memiliki mata pencaharian lain

diantaranya adalah sebagai pedagang

dengan jumlah total 9 orang yang

terdiri dari 5 laki-laki dan 4

perempuan, diantaranya berdagang

kebutuhan sehari-hari atau sekedar

kedai kelontong, biasanya bahan-

bahan yang dijual berasal dari

tanjung pinang yang dibawa dengan

kapal ikan yang rutin setiap minggu

singgah di Pulau Duyung untuk

mengambil ikan dari penampung-

penampung ikan yang ada di Pulau

Duyung. Kemudian selebihnya

memiliki mata pencaharian sebagai

wiraswasta, wira usaha, maupun

buruh atau jasa tukang. Data jumlah

penduduk Pulau Duyung berdasarkan

mata pencaharian dapat dilihat pada

tabel berikut :

2. Kondisi Sosial Ekonomi

Responden

Sebagian besar responden bila

ditinjau dari kelompok umur

didominasi oleh responden yang

memiliki umur diatara 35 – 44 tahun

dengan jumlah keseluruhan dari

responden yang memiliki umur

diantara 35 – 44 tahun tersebut

adalah berjumlah 14 jiwa atau bila

dipersentasekan adalah berjumlah 56

% , lebih dari setengah, dari jumlah

persentase keseluruhan responden.

Kemudian disusul oleh responden

yang mendominasi umur antara 45 –

Page 17: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

17

54 tahun dengan jumlah 6 jiwa, jika

dipersentasekan adalah berjumlah 24

%, disusul oleh responden yang

berada dalam golongan usia antara

25 – 34 tahun yang berjumlah total 5

jiwa atau berkisar 20 % saja, untuk

golongan umur antara 55 – 64 iyalah

berjumlah 0 jiwa.

Berdasarkan jenis pekerjaan

responden yang didapat di Pulau

Duyung didominasi oleh masyarakat

yang memiliki pekerjaan sebagai

nelayan, hal ini sejalan dengan data

pekerjaan penduduk Pulau Duyung

yang di dapat di kantor desa bahwa

sebagian besar masyarakat Pulau

Duyung memiliki pekerjaan sebagai

nelayan adalah berjumlah 149 jiwa.

Keseluruhan responden yang

memiliki mata pencaharian sebagai

nelayan berjumlah 19 jiwa atau jika

dipersentasekan adalah berjumlah 76

% , kemudian disusul oleh

masyarakat Pulau Duyung yang

memiliki pekerjaan sebagai pegawai

dengan berjumlah 4 jiwa atau 16 %

dimana pegawai tersebut merupakan

pegawai negeri yang ditempatkan di

kantor-kantor maupun sekolah

sekolah yang ada di Pulau Duyung,

dan yang terakhir merupakan

masyarakat Pulau Duyung yang

bekerja sebagai wira usaha dengan

jumlah 2 jiwa atau sebesar 8 %

dimana wirausaha yang dimaksud

adalah sebagai penampung ikan,

kepiting, maupun hasil tangkapan

lainnya.

Masyarakat yang terdapat di

Pulau Duyung memiliki tingkat

pendidikan yang sangat berbeda-

beda, dimulai dari yang tidak

sekolah, hanya memegang ijazah

sekolah dasar, hanya menuntaskan

sekolah menengah pertama, tamatan

sekolah menengah atas, paket c

maupun lulusan sarjana, sebagian

besar sarjana yang ada di Pulau

Duyung tidak berasal dari Pulau

Duyung itu sendiri, mereka berasa

dari luar Pulau Duyung namun

ditugaskan untuk bertempat di Pulau

Duyung oleh dinas-dinas terkait.

Berdasarkan penentuan responden

yang dilakukan maka terdapat

responden yang didapat di Pulau

Duyung hanya memiliki beberapa

latar belakang pendidikan seperti

responden yang sama sekali tidak

merasakan dunia pendidikan formal

atau tidak bersekolah dengan jumlah

6 jiwa atau sebesar 24 % dari

Page 18: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

18

keseluruhan jumlah yang ada,

kemudian disusul oleh responden

yang memiliki latar pendidikan

hanya sampai jenjang sekolah dasar

yang yang berjumlah 5 jiwa atau jika

ditinjau menggunakan persentase

yaitu sebesar 20 %, selanjutnya

terdapat 10 jiwa atau 40 % responden

yang memiliki latar belakang

pendidikan sekolah menengah

pertama dan yang terakhir adalah

responden yang memiliki latar

belakang pendidikan paket c dan

sarjana yang masing-masing

berjumlah 2 jiwa atau sebesar 8 %.

Dari tabel diatas dapat dilihat

angka tertinggi terdapat pada

responden yang memiliki latar

belakang pendidikan setingkat SMP

(Sekolah Menengah Atas) dan yang

paling terendah adalah responden

dengan latar belakang pendidikan

setingkat S1(Sajana) dengan jumlah

hanya 2 jiwa atau 8% dari jumlah

keseluruhan 25 jiwa.

C. Tingkat Adopsi Masyarakat

Terhadap Pengembangan

Ekowisata di Pulau Duyung

1. Pengembangan Ekowisata

Pulau Duyung

Pulau Duyung merupakan sebuah

Pulau yang termasuk dalam salah

satu jajaran Pulau yang ada di

Kabupaten Lingga, dimana Pulau

Duyung merupakan sebuah Pulau

yang memiliki potensi ekowisata

yang sangat menjanjikan dengan luas

tutupan mangrove seluas116.372 Ha

dengan 5 jenis mangrove sejati,

diantaranya adalah Bruguiera

gymnorhiza, Rhizophora apiculata,

Rhizophora stylosa, Rhizophora

mucronata, dan Xylocarpus

granatum (Prasetio, 2014).

Perkembangan ekowisata di Pulau

Duyung dapat dikatakan masih

sangat lambat, terbukti dengan

sarana dan prasarana yang masih

sangat terbatas yang ada di Pulau

Duyung, hanya terdapat 1 unit

cottage untuk tempat tamu atau

wisatawan yang berkunjung ke Pulau

Duyung. Menurut informasi yang

didapat dari informan kunci bahwa

belum adanya penyuluhan yang

dilakukan di Pulau Duyung tentang

pengembangan ekowisata,

penyuluhan tentang pemberdayaan

masyarakat terhadap kegiatan

ekowisata dan hal-hal pendukung

kegiatan ekowisata lainnya.

Page 19: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

19

2. Tahap Adopsi Masyarakat

Terhadap Inovasi

Pengembangan Ekowisata di

Pulau Duyung

Tingkat adopsi masyarakat

merupakan aspek penting didalam

upaya pengembangan kegiatan

ekowisata yang ada di Pulau

Duyung.

Pada tahap sadar, menurut

Mardikanto (2009) ditandai dengan

adanya indikator seperti masyarakat

mau mendengarkan dengan penuh

perhatian hal-hal yang menyangkut

tentang inovasi yang disampaikan,

kemudian masyarakat mulai tertarik

dengan inovasi tersebut dan

masyarakat mengetahui tentang

adanya inovasi dan informasi-

informasi sederhana tentang inovasi

tersebut. Untuk masyarakat Pulau

Duyung pada tahap sadar, Skor yang

didapat keseluruhan adalah

berjumlah 905 yang menyatakan

bahwa pada tahap sadar ekowisata

masyarakat Pulau Duyung berada

pada posisi antara median dan kuartil

II dimana posisi diantara median dan

kuartil III berarti bahwa tingkat

adopsi masyarakat Pulau Duyung

dapat dikatakan “baik”.

Berdasarkan hasil wawancara yang

telah dilakukan di lapangan, sebagian

besar masyarakat Pulau Duyung

telah mengetahui apa itu ekowisata

dan setuju akan pengembangan

ekowisata di Pulau Duyung. Sejalan

dengan data yang didapat dari

responden bahwa angka tertinggi

berada pada pertanyaan nomor 2

dalam lembaran kusioner tingkat

kesadaran masyarakat yang

menanyakan bahwa “Apakah

Bapak/Ibu mengetahui bahwa Pulau

Duyung memiliki potensi untuk

pengembangan ekowisata”.

Kesadaran masyarakat Pulau Duyung

tentang ekowisata dapat dikatakan

baik karena masyarakat Pulau

Duyung mengetahui bahwa Pulau

Duyung memilki potensi yang sangat

besar dan mereka mengetahui bahwa

cara agar dapat memanfaatkan dan

menjaga kelestarian potensi yang ada

di Pulau Duyung adalah dengan cara

menjadikan Pulau Duyung sebagai

tempat wisata. Selain itu masyarakat

Pulau Duyung juga telah menyadari

bahwa membuang sampah kelaut

dapat menurunkan kualitas perairan

yang ada di Pulau Duyung, sehingga

sedikit demi sedikit masyarakat

Page 20: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

20

Pulau Duyung tidak lagi membuang

sampah ke laut, meskipun ada

beberapa dari masyarakat yang sadar

tetapi tetap melakukan kegiatan

membuang sampah di laut, hal ini

dilatarbelakangi oleh alasan yang

berbeda-beda. Salah satu upaya

masyarakat Pulau Duyung dalam

mengurangi pembuangan sampah ke

laut adalah dengan membuat tempat

pembuangan sampah berukuran

besar yang dibuat dari semen pada

setiap RT, dimana pada tempat

tersebut sampah-sampah yang telah

terkumpul dari warga setempat akan

dibakar pada waktu-waktu tertentu.

Gambar 8. Bak penampungan

sampah

Berdasarkan data yang diperoleh dari

lapangan, skor terendah yang didapat

dari responden pada lembar kusioner

tingkat kesadaran masyarakat hanya

mencapai angka 55, dimana

pertanyaan tersebut merupakan

sebuah pertanyaan yang membahas

tentang pengetahuan masyarakat

tentang ekowisata bahari, dari hal

tersebut dapat dilihat bahwa

masyarakat Pulau Duyung masih

belum memiliki pengetahuan yang

cukup tentang ekowisata dan hal-hal

yang terkait dengan ekowisata,

masyarakat Pulau Duyung hanya

mengetahui bahwa daerah Pulau

Duyung memiliki potensi besar dan

baik untuk dijadikan tempat wisata,

tetapi masyarakat Pulau Duyung

hanya mengetahui ekowisata dalam

ruang lingkup yang sangat kecil dan

hanya memiliki pengetahuan tentang

ekowisata yang didapat dari mulut ke

mulut sehingga informasi yang

diperoleh tidak terlalu mendalam.

Hal ini berkaitan dan dapat

dipengaruhi oleh kondisi sosial

ekonomi masyarakat Pulau Duyung

seperti minimnya tingkat pendidikan

pada masyarakat Pulau Duyung

sehingga masyarakat hanya

mengetahui kegiatan ekowisata

dengan pengertian sempit dan sangat

terbatas.

Terbatasnya jalur informasi atau

media-media yang dapat membantu

dalam penyebaran dan

Page 21: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

21

pengembangan pengetahuan

masyarakat Pulau Duyung contohnya

media cetak, media elektronik seperti

televisi, radio dan alat-alat elektronik

lainnya juga mempengaruhi tingkat

adopsi masyarakat terhadap

pengembangan ekowisata di Pulau

Duyung. Sedikitnya informasi yang

dapat diperoleh dari media elektronik

seperti televisi dan radio juga

dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya

listrik yang ada di Pulau Duyung.

Kondisi sumberdaya listrik yang ada

di Pulau Duyung sangat terbatas,

sehingga alat-alat elektronik yang

masyarakat Pulau Duyung miliki

tidak dapat digunakan pada setiap

waktu, hanya waktu-waktu tertentu

saja, biasanya masyarakat Pulau

Duyung mendapatkan fasilitas listrik

hanya pada sore hingga tengah

malam, sehingga alat-alat elektronik

yang dapat menjadi sumber-sumber

informasi untuk masyarakat Pulau

Duyung tidak dapat digunakan secara

efektif menambah pengetahuan

masyarakat.

Beberapa keterbatasan kondisi sosial

ekonomi pada masyarakat Pulau

Duyung merupakan suatu rantai yang

saling mempengaruhi dan berdampak

pada tingkat adopsi masyarakat

terhadap pengembangan ekowisata di

Pulau Duyung.

Pada tahap minat, menurut

Mardikanto (2009), ditandai dengan

indikator-indikator seperti,

masyarakat mulai mencari informasi

secara aktif tentang inovasi yang ada,

kemudian masyarakat telah

mengetahui lebih dalam tentang

inovasi tersebut, biasanya disertai

dengan keinginan dari masyarakat

untuk mengetahui lebih mendalam

tentang kegiatan ekowisata dan

kegiatan-kegiatan yang dapat

mendatangkan keuntungan dari

adanya kegiatan ekowisata di Pulau

Duyung.Pada tahap minat, diperoleh

skor 813 yang menyatakan bahwa

pada tahap minat masyarakat Pulau

Duyung berada pada posisi diantara

median dan kuartil III yang berarti

tingkat adopsi masyarakat Pulau

Duyung pada tahap minat dapat

dikatakan „‟baik‟‟.

Bila dikaitkan dengan kondisi sosial

ekonomi masyarakat Pulau Duyung

bahwa masyarakat Pulau Duyung

sebagian besar memiliki latar

belakang sebagai nelayan tangkap

dengan kondisi penghasilan yang

Page 22: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

22

tidak menentu pada setiap waktunya

dimana pada dasarnya kondisi

ekonomi sebagian besar masyarakat

Pulau Duyung dapat dikatakan tidak

stabil, hal ini menyebabkan pada

dasarnya masyarakat Pulau Duyung

membutuhkan inovasi untuk

meningkatkan kondisi ekonomi

masyarakat dengan sebuah kegiatan

yang lebih dari sekedar perikanan

tangkap, hal tersebut dapat

mempengaruhi tingkat minat

masyarakat Pulau Duyung terhadap

adanya kegiatan pengembangan

ekowisata di Pulau Duyung, karena

selain pengembangan kegiatan

ekowisata di Pulau Duyung dapat

menyediakan peluang-peluang usaha

baru untuk masyarakat yang ada di

Pulau Duyung, juga dapat

meningkatkan kondisi sosial

ekonomi masyarakat setempat.

Berdasarkan hasil wawancara

terhadap responden, masyarakat

Pulau Duyung menyadari dan

mengerti bahwa Pulau Duyung

merupakan sebuah Pulau yang

memiliki potensi yang sangat

menjanjikan untuk melahirkan

peluang-peluang dalam memajukan

dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Pulau Duyung itu

sendiri, hanya saja belum ada

kegiatan-kegiatan nyata yang

dilakukan oleh masyarakat Pulau

Duyung dalam mencari secara aktif

mengenai peluang-peluang usaha apa

saja yang dapat dilakukan untuk

mendatangkan keuntungan dari

kegiatan ekowisata yang ada di Pulau

Duyung. Masyarakat hanya sekedar

tahu bahwa Pulau Duyung memiliki

potensi yang sangat menjanjikan,

dimana potensi yang sangat

menjanjikan itu diantaranya adalah

Pulau Duyung memiliki hutan

mangrove yang masih sangat terjaga

yang cocok untuk dijadikan tujuan

ekowisata mangrove, selain itu hutan

mangrove yang terdapat di Pulau

Duyung juga memiliki jalur-jalur

yang dapat dilewati dengan perahu

kecil sehingga memudahkan

wisatawan dalam melihat-lihat atau

melakukan kegiatan wisata

mangrove. Selain wisata mengrove

yang sangat menarik, Pulau Duyung

juga memiliki potensi seperti

terumbu karang yang masih terjaga

keindahannya, perairan yang jernih

serta wisata pantai yang tidak kalah

indah.

Page 23: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

23

Gambar 10.

Kawasan mangrove Pulau Duyung

a. Tahap Menilai (evaluation)

Pada tahap menilai atau

evaluation menurut Mardikanto

(2009), biasanya ditunjukan dengan

pernyataan keinginan dari

masyarakat, menyatakan persetujuan

maupun menolak sebuah inovasi,

bahkan hingga ke tahap menghitung

keuntungan atau kerugian yang di

timbulkan dari sebuah inovasi

terhadap hal-hal yang telah ada

sebelumnya. Pada tahap minat

inovasi yang ada di masyarakat

Pulau Duyung, didapat skor dengan

jumlah 704 yang menyatakan bahwa

pada tahap menilai, masyarakat

Pulau Duyung berada pada posisi

antara median dan kuartil III, yang

berarti tingkat adopsi masyarakat

Pulau Duyung pada tahap menilai

dapat dikatakan “baik”. Dari data

yang didapat di lapangan sebagian

besar masyarakat Pulau Duyung

setuju akan adanya ekowisata di

Pulau Duyung, mereka menyatakan

persetujuan dan menyatakan

keinginan tentang kegiatan ekowisata

di Pulau Duyung, karena menurut

sebagian besar masyarakat Pulau

Duyung menilai bahwa kegiatan

ekowisata merupakan kegiatan yang

sangat bermanfaat untuk pelestarian

alam dan masyarakat Pulau Duyung

itu sendiri di waktu yang akan

datang. Berkaitan dengan kondisi

sosial masyarakat Pulau Duyung

yang dimana sedikitnya sumber

informasi yang dimiliki oleh

masyarakat Pulau Duyung

menyebabkan informasi yang didapat

hanya dari mulut ke mulut, sehingga

biasanya penilaian dari satu sumber

informasi diadopsi langsung oleh

masyarakat lain yang mendapat

informasi, begitu seterusnya

penyebaran infromasi inovasi yang

ada di Pulau Duyung, seperti

penyebaran informasi tentang

kegiatan ekowisata yang ada di Pulau

Duyung yang kebanyakan sama.

Selanjutnya bila ditinjau dari segi

keuntungan, masyarakat belum

Page 24: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

24

pernah mendapatkan keuntungan

apapun dari kegiatan ekowisata, hal

ini diakibatkan karena ekowisata

Pulau Duyung dapat dikatakan belum

berkembang jika dilihat dari sisi

sarana dan prasarana maupun jumlah

pengunjung yang datang setiap

tahunnya, tentunya hal tersebut

berdampak kepada peluang-peluang

masyarakat Pulau Duyung untuk

mendapatkan keuntungan. Sebagian

besar masyarakat Pulau Duyung

sangat menunggu adanya kegiatan-

kegiatan nyata yang dilakukan oleh

pemerintah dalam upaya membantu

pengembangan kegiatan ekowisata di

Pulau Duyung. Karena dengan

adanya kegiatan ekowisata di Pulau

Duyung, masyarakat Pulau Duyung

mengharapkan adanya peningkatan

kondisi sosial ekonomi masyarakat

Pulau Duyung kearah yang lebih

baik untuk kedepannya, sehingga

masyarakat tidak hanya

mengandalkan kegiatan perikanan

tangkap sebagai mata pencaharian,

tetapi juga dapat mengandalkan

kegiatan berkaitan ekowisata sebagai

sumber pendapatan keluarga

masyarakat yang ada di Pulau

Duyung.

b. Tahap mencoba (trial)

Pada tahap mencoba atau trial

menurut Mardikanto (2009)

ditunjukan dengan adanya kegiatan

nyata seperti mencoba atau memulai

dengan skala kecil inovasi yang telah

diberikan, tahap ini merupakan salah

satu tahap penting dalam proses

adopsi inovasi. Pada tahap mencoba,

masyarakat Pulau Duyung

mendapatkan skor 460 yang berada

diantara kuartil I dan minimal, ini

bukan merupakan angka yang baik,

posisi antara kuartil I dan minimal

menunjukan bahwa pada tahap

mencoba, masyarakat Pulau Duyung

dapat dikatakan “sangat tidak baik”.

Berkaitan dengan kondisi sosial

ekonomi masyarakat Pulau Duyung

yang dimana kegiatan perikanan

tangkap merupakan kegiatan yang

telah dilakukan selama

bertahun-tahun dan secara turun-

temurun, merupakan hal yang sulit

untuk diselingkan atau digantikaan

dengan menjalankan atau mencoba

kegiatan-kegiatan baru seperti

kegiatan-kegiatan terkait ekowisata,

butuh dorongan yang kuat dari

pihak-pihak terkait untuk mendorong

Page 25: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

25

masyarakat Pulau Duyung mencoba

masuk ke dalam kegiatan terkait

pengembangan ekowisata yang ada

di Pulau Duyung dalam bentuk

pendanaan, penyuluhan, maupun

bantuan-bantuan terkait lain.

Berdasarkan data yang didapat di

lapangan, masyarakat Pulau Duyung

menyadari dan menerima kegiatan

ekowisata hanya,belum ada kegiatan-

kegiatan nyata dari masyarakat

maupun pemerintah setempat yang

mendukung kegiatan ekowisata yang

ada di Pulau Duyung. Hal ini sangat

mempengaruhi perkembangan

kegiatan ekowisata di Pulau Duyung.

Minimnya peluang-peluang yang ada

untuk masyarakat mencoba atau

memulai suatu usaha yang berkaitan

dengan ekowisata merupakan sebuah

alasan besar rendahnya tingkat

adopsi pada tahap mencoba, hal ini

yang membuat sebagian besar

masyarakat yang ada di Pulau

Duyung akhirnya kembali

mengandalkan perikanan tangkap

sebagai satu-satunya usaha untuk

mendapatkan keuntungan dan

sebagai mata pencaharian.

c. Tahap menerapkan

(adoption)

Pada tahap menerapkan menurut

Mardikanto (2009) ditunjukan

dengan adanya indikator-indikator

seperti, masyarakat telah atau selalu

melaksanakan inovasi yang telah

diberikan, telah menjalankan dan

mendapat keuntungan dari inovasi

tersebut. Selain itu masyarakat juga

selalu mencari penyempurnaan dari

inovasi yang diberikan, jika di

bidang ekowisata penyempurnaan-

penyempurnaan tersebut dapat

berupa kegiatan-kegiatan nyata untuk

memajukan wisata seperti aktif

mempromosikan daerah tempat

wisata,barusaha melengkapi sarana

dan prasarana seperti akses menuju

daerah wisata, penginapan dan

aspek-aspek penting lainnya sebagai

penunjang kegiatan wisata yang ada

di daerah tersebut. Pada tahap

menerapkan, masyarakat Pulau

Duyung hanya mendapatkan skor

457 atau mendapatkan posisi diantara

minimal dan kuartil I, hal ini berarti

pada tahap menerapkan masyarakat

Pulau Duyung dapat dikatakan

“sangat tidak baik”.

Page 26: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

26

Penerapan kegiatan ekowisata

pada masyarakat Pulau Duyung

merupakan hal yang tidak mudah

mengingat kondisi sosial ekonomi

masyarakat Pulau Duyung, dimana

sebagian besar masyarakat Pulau

Duyung masih mengandalkan

perikanan tangkap sebagai kegiatan

sehari-sehari, selain itu berdasarkan

data di lapangan bahwa kondisi

wisata di Pulau Duyung dapat

dikatakan belum terlalu maju,

sehingga hal tersebut menyebabkan

belum tersedianya kesempatan-

kesempatan usaha pada bidang

ekowisata untuk masyarakat

setempat yang tinggal di Pulau

Duyung, sehingga masyarakat belum

terlalu aktif didalam menerapkan

kegiatan-kegiatan ekowisata di Pulau

Duyung. Kegiatan-kegiatan umum

yang diterapkan dan secara tidak

langsung berkaitan dengan kegiatan

ekowisata antara lain adalah seperti

memulai untuk mengurangi

membuang sampah di laut sehingga

tidak mengurangi kualitas perairan

yang nantinya akan berdampak pada

kualitas wisata di Pulau Duyung,

selain itu belum ada kegiatan-

kegiatan nyata yang dilakukan oleh

masyarakat Pulau Duyung yang

berkaitan dengan kegiatan ekowisata

di Pulau Duyung.

3. Tingkat adopsi masyarakat

terhadap pengembangan

ekowisata di Pulau Duyung

Serah (2014) mengatakan bahwa

adopsi merupakan sebuah proses

pengubahan sosial dengan adanya

penemuan baru yang

dikomunikasikan kepada pihak lain,

kemudian diadopsi oleh masyarakat

atau sistem sosial, sedangkan inovasi

adalah sesuatu ide yang dianggap

baru oleh seseorang, baik berupa

teknologi baru, cara organisasi baru

dan sebagainya, dan proses adopsi

merupakan proses yang terjadi sejak

pertama kali seseorang mendengar

hal yang baru sampai orang tersebut

mengadopsinya. Tingkat adopsi

terhadap ekowisata di Pulau Duyung

secara keseluruhan berada pada skor

3339 atau berada pada kuartil I dan

median, hal ini menggambarkan

bahwa tingkat adopsi masyarakat

Pulau Duyung terhadap ekowisata di

Pulau Duyung dapat dikatakan “tidak

baik”. Hal ini dapat dipengaruhi oleh

kondisi sosial ekonomi masyarakat

Page 27: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

27

Pulau Duyung itu sendiri, seperti

kondisi masyarakat Pulau Duyung

yang sebagian besar merupakan

nelayan selama bertahun-tahun lalu,

sehingga kegiatan perikanan tangkap

sudah melekat pada masyarakat

Pulau Duyung dan sulit untuk

merubah ke kegiatan lain seperti

kegiatan ekowisata yang ada di Pulau

Duyung. Hal ini menyebabkan

kegiatan ekowisata di Pulau Duyung

menjadi belum berkembang dan

mempengaruhi skor keseluruhan

yang di dapat bila dilihat dari tingkat

adopsi masyarakat Pulau Duyung

terhadap pengembangan ekowisata,

dimana kegiatan ekowisata akan

berdampak pula terhadap

peningkatan sosial ekonomi

masyarakat lokal sendiri.

Mardikanto (2009) menyebutkan

bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kecepatan target

sasaran untuk megadopsi suatu

inovasi diantaranya adalah sifat

inovasi itu sendiri, baik sifat yang

melekat pada inovasi tersebut

maupun sifat yang dipengaruhi oleh

lingkungan, sifat sasaran atau

masyarakat yang diberi inovasi, cara

pengambilan keputusan, saluran

komunikasi yang digunakan maupun

keadaan penyuluh itu sendiri.

Berdasarkan data yang didapat di

lapangan hanya beberapa faktor yang

mendukung kecepatan tingkat adopsi

masyarakat Pulau Duyung terhadap

pengembangan ekowisata di Pulau

Duyung, diantaranya adalah sifat

sasaran atau masyarakat yang diberi

inovasi. Sifat sasaran di Pulau

Duyung sebagaian besar sangat

menerima adanya pengembangan

ekowisata di Pulau Duyung

dikarenakan masyarakat Pulau

Duyung mengetahui bahwa daerah

mereka sangat berpotensi sebagai

tempat wisata yang dapat

mendatangkan keuntungan dan

kesejahteraan untuk masyarakat

setempat. Namun ada beberapa

faktor yang tidak terpenuhi untuk

mendukung kecepatan masyarakat

Pulau Duyung dalam proses adopsi

inovasi ekowisata di Pulau Duyung,

salah satunya adalah ketersediaan

penyuluh itu sendiri, dimana

kegiatan penyuluhan bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan masyarakat dalam

bidang ekowisata. Kecilnya tingkat

Page 28: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

28

adopsi masyarakat Pulau Duyung

terhadap pengembangan ekowisata

pulau duyung tidak terlepas dari

masih kecilnya peran pemerintah di

dalam upaya pengembangan kegiatan

ekowisata di Pulau Duyung, karena

peran pemerintah sangat-sangat

berpengaruh terhadap tingkat adopsi

masyarakat Pulau Duyung untuk

pengembangan ekowisata di Pulau

Duyung karena kebijakan-kebijakan

atau bantuan pemerintah dapat

menjadi sebuah cara dalam membuka

peluang untuk masyarakat Pulau

Duyung untuk terkait langsung

dengan pengembangan kegiatan

ekowisata di Pulau Duyung.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan di Pulau Duyung

Kecamatan Senayang Provinsi

Kepulauan Riau, diketahui bahwa

sebagian besar masyarakat Pulau

Duyung masih sangat mengandalkan

potensi kelautan sebagai sumber

mata pencaharian, sebagian besar

masyarakat Pulau Duyung bekerja

sebagai nelayan tangkap, hanya

sebagian kecil yang bekerja sebagai

pedagang, pegawai, dan pekerjaan

lainnya. Masyarakat Pulau Duyung

sangat mengutamakan asas

kekeluargaan, sehingga dalam

kehidupan sehari-hari saling bantu

membantu dan gotong royong

merupakan tradisi yang belum

tergerus sama sekali, namun

masyarakat Pulau Duyung

merupakan masyarakat yang tidak

menutup diri terhadap sebuah inovasi

yang datang ke Pulau Duyung,

contohnya adalah ekowisata.

Masyarakat sangat menerima

adanya kegiatan ekowisata di Pulau

Duyung, hanya saja belum ada

kegiatan-kegiatan nyata yang

dilakukan masyarakat tentang

kegiatan ekowisata dikarenakan

belum adanya kebijakan dari

pemerintah atau dinas terkait dalam

membantu pengembangan ekowisata

di Pulau Duyung. Berdasarkan

penelitian tentang tingkat adopsi

masyarakat Pulau Duyung terhadap

pengembangan kegiatan ekowisata

didapati hasil keseluruhan yang

menyatakan bahwa tingkat adopsi

masyarakat Pulau Duyung dapat

Page 29: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

29

dikatakan “tidak baik”, dimana untuk

nilai keseluruhan hanya sebesar 3339

atau berada diantara kuartil I dan

median, dengan kondisi tingkat

adopsi masyarakat Pulau Duyung

yang masih rendah, perlu adanya

manajemen dimana berkaitan dengan

pengembangan sumberdaya, baik

sumberdaya manusia maupun

pengembangan pemanfaatan potensi

sumberdaya alam Pulau Duyung, hal

ini dapat dicapai dengan dimulai

dengan langkah-langkah sederhana

seperti penyuluhan tentang manfaat

kegiatan ekowisata untuk masyarakat

setempat dan bagaimana cara

menjaga potensi dan

memanfaatkannya secara

berkelanjutan, seperti tidak lagi

membuang sampah di laut dan tidak

melakukan kegiatan-kegiatan yang

bersifat merusak potensi alam yang

ada di Pulau Duyung. Langkah

berikutnya dapat dilakukan

manajemen potensi yang ada di

Pulau Duyung yaitu dengan

menetapkan lokasi-lokasi potensi

wisata yang ada di Pulau Duyung

sebagai kawasan yang tidak dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan

perikanan tangkap atau dapat

dimanfaatkan dengan batasan-

batasan tertentu. Hal ini bertujuan

menghindari kerusakan atau

turunnya kualitas potensi wisata yang

ada di Pulau Duyung.

B. Saran

1. Sangat disarankan kepada

pemerintah atau dinas terkait

membuat kabijakan-kebijakan

yang dapat membantu

pengembangan kegiatan

ekowisata di Pulau Duyung dan

melakukan kegiatan-kegiatan

pendukung seperti penyuluhan

ekowisata meupun kegiatan

promosi ekowisata Pulau Duyung

maupun pelatihan untuk

meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia yang ada.

2. Sangat disarankan pemerintah

atau dinas terkait mengusahakan

bantuan modal terhadap

pengembangan ekowisata di

Pulau Duyung, baik untuk

melengkapi sarana dan prasarana

dan aspek-aspek pendukung

pengembangan ekowisata Pulau

Duyung lainnya.

3. Sangat disarankan kepada

masyarakat Pulau Duyung atau

Page 30: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

30

pihak-pihak yang berwenang

seperti kepala desa atau

jajarannya untuk menciptakan

sebuah manajemen lokal dalam

upaya menjaga potensi wisata

Pulau Duyung seperti penetapan

kawasan-kawasan bebas kegiatan

perikanan tangkap dan

pengelolaan sampah yang baik,

seperti tidak membebani perairan

Pulau Duyung sebagai tempat

akhir pembuangan sampah.

Page 31: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

31

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur

Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi.2007.

Manajemen Penelitian. Rineka Cipta,

Jakarta.

Karto, 2008. Analsis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Adopsi

Refrigerator Sea

Water pada Kapal Motor ≥

20 GT. Tesis. Universitas

Diponegoro, Semarang.

Khodijah,2014.Strategi Penghidupan

Berkelanjutan Rumah Tangga

Nelayan yang

dikepalai Perempuan (Studi

Kasus Desa Malang Rapat

Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau), Disertasi,

Universitas Andalas: Padang.

Mardikanto, Totok.2009. Sistem

Penyuluhan Pertanian,

Sebelas Maret University

Press, Surakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo.2002.Metode

Penelitian Kesehatan. Jakarta,

Rineka Cipta.

Prabayanti, Herning. 2010. Faktor-

faktor yang Mempengaruhi

Adopsi Biopeptisida oleh

Petani di Kecamatan

Mojogedang Kabupaten

karang anyar,

Skripsi.Universitas Sebelas

Maret, Surakarta.

Purhantara, Wahyu. 2010. Metode

Penelitian Kualitatif untuk Bisnis.

Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Satria, Dias. 2009. STRATEGI

PENGEMBANGAN EKOWISATA

BERBASIS

EKONOMI LOKAL

DALAM RANGKA

PROGRAM PENGETASAN

KEMISKINAN DI

WILAYAH KABUPATEN

MALANG, Skripsi,

Universitas Brawijaya.

Journal of Indonesian

Applied Economics Vol. 3,

No. 1, Mei 2009, 37-47.

Page 32: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

32

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode

penelitian kualitatif dan

kuantitatif. Graha

Ilmu,Yogyakarta.

Sunyoto, danang. 2011. Metode

penelitian untuk ekonomi Caps

(center academic

publishing service,

Yogyakarta.

Subyantoro, Arief & Fx, Suwarto.

2007. Metode dan teknik

penelitian sosial. ANDI,

Yogyakarta.

Suhara, Otong djunadi. 2011.

Sumberdaya Perairan, Potensi

Masalah dan Pengelolaan.

Widya Padjadjaran, Bandung.

Sumarsono, Sony. 2004. Metode

Riset Sumberdaya Manusia.

Yogyakarta. Graha Ilmu.

Tuwo,Ambo.2011.Pengelolaan

Ekowisata Pesisir dan Laut.

Brlilian Internasional,

Surabaya.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode

Penelitian Sosial. PT Refika

Aditama. Bandung.

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas

Metode Penelitian. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Yulianda, Fredinan. 2010.

Pengelolaan Pesisir dan Laut

secara Terpadu.

PUSDIKLAT

KEHUTANAN-

DEPARTEMEN

KEHUTANAN RI SECEM-

KOREA INTERNATIONAL

COORPERATION

AGENCY. Bogor.

Undang-Undang No.27 Tahun 2007

tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil.

Undang-Undang No.5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya.

Undang-Undang No.31 Tahun 2003

tentang Pembentukan

Page 33: TINGKAT ADOPSI MASYARAKAT TERHADAP ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...menggunakan teknik penarikan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random

33

Kabupaten Lingga di Provinsi

Kepulauan Riau.

Serah, Tobias. 2014. Pengaruh

Karakteristik Inovasi Sistem

Sosial Dan

SaluranKomunikasi Terhadap

Adopsi Inovasi Teknologi

Pertanian. Tesis. Universitas

Atma Jaya, Yogyakarta.

Prasetio, Rais. 2014. Analisis

Sebaran dan

Keanekaragaman Ekosistem

Mangrove di Pulau Duyung

Kabupaten Lingga. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali

Haji, Tanjung Pinang.