TIPUS TLTG

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 TIPUS TLTG

    1/9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Tanaman Arachis hypogeaL

    3.1.1 Klasifikasi

    TanamanArachishypogaea Ldiklasifikasi sebagai berikut :

    Kingdom :Plantae

    Divisi :Tracheophyta

    Kelas :Magnoliophyta

    Ordo :Fabales

    Famili :Fabaceae

    Tribe :Aeschynomeneae

    Genus :Arachis

    Spesies :Arachishypogaea

    3.1.2 Morfologi

    Tanaman kacang tanah berbatang jenis perdu tidak berkayu, tipe

    pertumbuhan tegak mendatar. Tipe pertumbuhan tegak dengan tinggi rata-rata 33-

    50 cm. Dari batang utama timbul cabang 3-6 cabang primer. Mempunyai akar

    tunggang, akar-akar cabang terletak tegak lurus pada akar primer, akar cabang

    mempunyai akar-akar yang bersifat sementara, akar tumbuh sedalam 40 cm, pada

    akar terdapat bintil-bintil atau nodul yang berisi bakteri Rizobium japonicum.

    Daun berupa daun majemuk bersirip genap, setiap helai daun terdiri 4 helai anak

    daun dan permukaan daun sedikit berbulu.

    Bunga berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning atau kuning kemerahan,

    bunga muncul pada ketiak daun, setiap bunga mempunyai tangkai panjang

    berwarna putih, yang merupakan tabung kelopak, bagian mahkota bunga

    berwarna kuning, standar mahkota bunga pada bagian pangkal bergaris merah

    atau merah tua, sedangkan benang sari setukal (monodelphus). Bakal buah

    terletak didalam (interior) tepatnya pada pangkal kelopak bunga disetiap daun.

    Buah disebut polong, besar kecil polong bervariasi ukurannya dari 1 x 0,5 cm

    sampai 6 x 0,5 cm, disetiap polong berisi 1-5 biji, umumnya 2-3 biji perpolong,

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Plantaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Plantaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Plantaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliophytahttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliophytahttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliophytahttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaceaehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aeschynomeneae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aeschynomeneae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aeschynomeneae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aeschynomeneae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Fabaceaehttp://id.wikipedia.org/wiki/Fabaleshttp://id.wikipedia.org/wiki/Magnoliophytahttp://id.wikipedia.org/wiki/Flowering_planthttp://id.wikipedia.org/wiki/Plantaehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Arachis&action=edit&redlink=1
  • 7/22/2019 TIPUS TLTG

    2/9

    bentuk polong berujung tumpul dan ada yang runcing, bagian polong antar dua

    biji dapat berbentuk pinggang atau tanpa pinggang, rata-rata polong perpohon

    pada pertumbuhan normal 15 polong perpohon ( Kanisius, 1997; Sumarno, 1986).

    3.2 Kulit Kacang

    Berdasarkan luas pertanaman, kacang tanah menempati urutan keempat

    setelah padi, jagung dan kedelai. Dewasa ini pertanaman kacang tanah sudah

    tersebar hampir di seluruh pelosok dunia dengan total luas panen sekitar 21 juta

    ha/tahun dan produktivitas rata-rata 1,10ton/ha polong kering. Di kawasan Asia,

    Indonesia menempati urutan ketiga terbesar menurut luas arealnya (650.000ha)

    setelah India (9,0 juta ha) dan Cina (2,2 juta ha). Selain itu, Indonesia pun dikenal

    sebagai negara ketujuh terbesar penghasil kacang tanah di dunia setelah India,

    Cina, Nigeria, Senegal, USA dan Brazil (Adisarwanto 2005).

    Kulit polong merupakan produk hasil sampingan dari polong kacang

    tanah. Kulit polong ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar, bahan pembenah

    tanah, atau diproses sebagai bahan campuran pembuatan hardboard. Kandungan

    selulose kulit polong mencapai 65%, karbohidrat 21%, lemak 1% dan protein

    sekitar 8% (Adisarwanto 2005).

    Sekitar 20%-30% dari buah kacang tanah adalah berupa kulit. Limbah ini

    sering digunakan sebagai litter kandang ternak unggas tetapi untuk ternak

    ruminansia dapat digunakan sebagai bahan pakan. Komposisi kimia kulit kacang

    tanah adalah bahan kering 90,5%, protein kasar 8,4%, lemak kasar 1,8%, serat

    kasar 63,5%, abu 3,6%, ADF 68,3%, NDF 77,2% dan lignin 29,9% (Murni et al.

    2008)

    3.3 Briket dan Biobriket

    Briket arang merupakan bahan bakar padat yang mengandung karbon,

    mempunyai nilai kalori yang tinggi, dan dapat menyala dalam waktu yang lama.

    Bioarang adalah arang yang diperoleh dengan membakar biomassa kering tanpa

    udara. Sedangkan biomassa adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup.

    Biomassa sebenarnya dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi

  • 7/22/2019 TIPUS TLTG

    3/9

    panas untuk bahan bakar, tetapi kurang efisien. Nilai bakar biomassa hanya

    sekitar 3000 kal, sedangkan bioarang mampu menghasilkan 5000 kal.

    Biobriket mempunyai temperatur penyalaan (ignition temperature) yang

    lebih rendah dan burn out time yang lebih pendek dibandingkan dengan briket

    batubara. Ketika briket dipanasi temperaturnya naik, setelah mencapai temperatur

    tertentu, volatile matter keluar dan terbakar disekitar briket. Temperatur ini

    disebut temperatur nyala. Temperatur nyala turun jika campuran biomasa lebih

    banyak (Naruse, 2001). Huff et al 1998 dalam (Himawanto,2003) melakukan

    penelitian mengenai pengaruh ukuran, bentuk, densitas, kadar air dan temperature

    dinding tungku terhadap waktu pembakaran kayu. Ukuran bahan bakar dan

    temperature dinding tungku memberikan pengaruh besar terhadap waktu

    pembakaran. Kadar air memberikan pengaruh yang lebih kecil dan temperatur

    udara tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada waktu pembakaran total.

    Tahapan dalam pembakaran bahan bakar padat adalah sebagai berikut :

    1. Pengeringan

    Dalam proses ini bahan bakar pengalami proses kenaikan temperatur yang akan

    mengakibatkan menguapnya kadar air yang berada pada permukaan bahan

    bakar tersebut, sedangkan untuk kadar air yang berada di dalam akan menguap

    melalui pori-pori bahan bakar padat tersebut.

    2. Devolatilisasi

    Yaitu proses bahan bakar mulai mengalami dekomposisi setelah terjadi

    pengeringan.

    3. Pembakaran Arang

    Sisa dari pirolisis adalah arang (fix carbon) dan sedikit abu, kemudian partikelbahan bakar mengalami tahapan oksidasi arang yang memerlukan 70%-80%

    dari total waktu pembakaran.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran bahan bakar padat, antara lain :

    1. Ukuran partikel

    Partikel yang lebih kecil ukurannya akan lebih cepat terbakar.

  • 7/22/2019 TIPUS TLTG

    4/9

    2. Kecepatan aliran udara

    Laju pembakaran biobriket akan naik dengan adanya kenaikan kecepatan aliran

    udara dan kenaikan temperatur

    3. Jenis bahan bakar

    Jenis bahan bakar akan menentukan karakteristik bahan bakar. Karakteristik

    tersebut antara lain kandungan volatile matterdan kandungan moisture.

    4. Temperatur udara pembakaran

    Kenaikan temperatur udara pembakaran menyebabkan semakin pendeknya

    waktu pembakaran.

    3.4 MacamMacam Bahan Bakar3.4.1 Minyak Tanah

    Minyak tanah adalah produk hasil destilasi sederhana dari minyak mentah,

    yang dikenal dalam bahasa Inggris kerosene. Di Jerman kerosene ini tidak

    digunakan untuk memasak tapi untuk industri pesawat terbang. Nama kerosene

    berasal dari seorang dokter dan ahli geologi Abraham Gesner, yang tahun 1854

    mendapatkan cairan mudah terbakar ini dari batubara. Keros berasal dari bahasa

    Yunani yang artinya lilin, karena produk sampingan yang terbentuk seperti lilin.

    Harga minyak tanah yang saat ini dipasaran mencapai Rp 9.000,-/liter itupun

    keberadaannya kadang langka. Dari hasil tanya dan cari sana sini, tampaknya

    dengan 1 liter minyak tanah kurang lebih bisa dipakai memasak sampai 2 jam-an.

    3.4.2 GasKhusus untuk gas ada 3 jenis gas yang biasanya dikenal bisa digunakan

    untuk memasak, yaitu LPG (elpiji), biogas dan gas kota. Dibandingkan dengan

    kompor listrik, kompor gas lebih irit energi dan memiliki kelebihan diantaranya : waktu panasnya tidak lama mudah meregulasi pijar panas, berpijar cepat dan sesuai kebutuhan sumber panas terlihatA.LPG

    Seperti banyak ditemui di Indonesia, elpiji ini sangat digemari dan

    menjadi pilihan utama keluarga kelas menengah ke atas di Indonesia. Elpiji

    diperkenalkan oleh Pertamina sejak tahun 1968, merupakan gas yang dicairkan

    http://www.batan.go.id/bhop/Biogas_AlternatifPengganti_MinyakTanah_PR_13Okt05.htmhttp://www.batan.go.id/bhop/Biogas_AlternatifPengganti_MinyakTanah_PR_13Okt05.htm
  • 7/22/2019 TIPUS TLTG

    5/9

    untuk mempermudah dan memperkecil volume penampungan. Bila dibandingkan

    dengan minyak tanah dan kayu bakar, daya pemanasan elpiji lebih tinggi sehingga

    memasak lebih cepat matang dan tentu lebih cepat dihidangkan.

    Namun seperti nasib minyak tanah, tiba-tiba sekarang ini elpiji sulit

    didapat dan naik harganya. Harga per tabung untuk massa 12 kg di daerah bisa

    mencapai Rp 110.000,- / tabung. Tabung dengan massa 12 kg ini bila digunakan

    untuk masak selama kurang lebih 2 jam per harinya maka dapat dipakai untuk 7-

    10 hari.

    B. BiogasBiogas berasal dari campuran air dan kotoran sapi. Di dalam suatu berat

    kotoran sapi hampir 60%nya mengandung gas metan, yang juga terkandung dalam

    gas bumi.

    Kotoran sapi, diaduk-aduk dengan air dalam rasio 1:1, lalu dimasukkan ke

    dalam tabung reaktor biogas yang ditanam dalam lubang berukuran 1,1 m x 5 m.

    Melalui proses fermentasi oleh bakteri metanogenesis, dilepaskan dari campuran

    ini gas metan. Gas metan kemudian disimpan dalam tabung pengumpul, yang

    digantungkan pada ketinggian di atas 2 meter, gas metana disalurkan

    menggunakan selang atau pipa paralon ke kompor gas di dapur. Gas metan

    berwarna biru tak berbau itulah yang digunakan untuk memasak.

    Keuntungan biogas dari minyak tanah adalah :

    bersih

    Harga satuan kompor biogas Rp. 1,5 juta, 2 liter minyak tanah samadengan 40 kg kotoran sapi.

    3.5 Karbonisasi

    Fungsi utama karbonisasi adalah meningkatkan nilai kalor, karena

    pelepasan kandungan air, juga pembentukan tar yang bis berfungsi sebagai

    coating film yang mencegah penyerapan kembali kandungan air. Cara lain yang

    lazim digunakan adalah high pressure pneumatic grinding, yang konon katanya

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Coating_film&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Coating_film&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=High_pressure_pneumatic_grinding&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=High_pressure_pneumatic_grinding&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=High_pressure_pneumatic_grinding&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Coating_film&action=edit&redlink=1
  • 7/22/2019 TIPUS TLTG

    6/9

    bias mereduce sampai dengan 75% kandungan air dari jumlah semula. Untuk batu

    bara tiadanya komponen pengikat/bending akan membuat pressure yang

    dibutuhkan semakin besar, karena itulah ditambahkan komponen pengikat untuk

    menurunkan tekanan. Beberapa pengujian untuk karbonisasi adalah sebagai

    berikut:

    1. Free Swelling IndexTes ini dilakukan untuk menentukan angka pelebuaran dengan cara memanaskan

    sejumlah sampel pada temperatur peleburan normal (kira-kira 800o C). Lalu

    setelah pemanasan atau sampai volatile dikeluarkan, sejumlah coke tersisa dari

    peleburan. Swelling number dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel dan

    kecepatan pemanasan.

    2. Tes karbonisasiGray-kingdan tipecokeTes Gray king menentukan jumlah padatan, larutan dan gas yang diproduksikan

    akibat karbonisasi. Tes dilakukan dengan memanaskan sampel di dalam tabung

    tertutup dari temperatur 300o C menjadi 600oC selama 1 jam untuk karbonisasi.

    Temperatur rendah dan dari 300o menjadi 900oC selama 2 jam untuk karbonisasi

    temperatur tinggi.

    3. TesKarbonisasi FischerPrinsipnya sama dengan metode Gray-king, perbedaan terletak pada peralatan dan

    kecepatan pemanasan. Pemanasan dilakukan di dalam tabung alumanium selama

    80 menit. Tar dan liquor dikondensasikan kedalam air dingin. Akhirnya

    didapatkan persentase coke, tar, dan air. Sedangkan jumlah gas didapat dengan

    cara mengurangkannya. Tes fischer umum digunakan untuk batubara range

    rendah (Brown coal lignite ) untuk karbonisasi temperatur rendah.

    4.Plastometer gieseler

    Plastometer gieseler adalah viskometer yang memantau viscositas sampel

    batubara yang lebih telah dileburkan. Briket batubara yang dikarbonisasi lebih

    sehat, higienis dan mudah digunakan. Selain itu, harganya relative murah.

    Keuntungan dari briket terletak pada penggunaan batubaranya. Batubara yang

    digunakan untuk briket justru batubara yang berkualitas rendah. Proses

    karbonisasi akan memengaruhi karakteristik pembakaran.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Free_Swelling_Index&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Free_Swelling_Index&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gray-king&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gray-king&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gray-king&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Coke&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Coke&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Coke&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Karbonisasi_Fischer&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Karbonisasi_Fischer&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Karbonisasi_Fischer&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Plastometer_gieseler&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Plastometer_gieseler&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Karbonisasi_Fischer&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Coke&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gray-king&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Free_Swelling_Index&action=edit&redlink=1
  • 7/22/2019 TIPUS TLTG

    7/9

    3.5 Kadar Air

    Kadar air mempengaruhi kualitas dari briket. Besarnya persentase nilai

    kadar air berbanding terbalik dengan jumlah nilai kalor yang dihasilkan. Semakin

    tinggi kadar air semakin rendah nilai kalor dan daya pembakarannya sebaliknya

    semakin rendah kadar air semakin tinggi nilai kalor dan daya pembakarannya.

    Kadar air yang tinggi pada briket arang menyebabkan kesulitan proses penyalaan

    briket. Obernberger dan Thek (2004) dalam Listiyanawati et al. (2008)

    menjelaskan bahwa kadar air sangat mempengaruhi nilai kalori dan efisiensi

    pembakaran suatu briket.

    Keberadaan air di dalam karbon berkaitan dengan sifat higroskopis dari

    karbon itu sendiri, dimana karbon mempunyai sifat afinitas yang besar terhadap

    air. Semakin besar dan banyaknya pori-pori yang terbentuk maka luas permukaan

    karbon aktif akan semakin bertambah. Bertambahnya luas permukaan karbon aktif

    tersebut akan meningkatkan sifat higroskopis, sehingga penyerapan air dari udara

    oleh karbon aktif itu sendiri menjadi semakin meningkat, akibatnya kadar air pada

    karbon aktif tersebut juga meningkat (Subadra et al. 2005).

    Pengukuran kadar air pada briket arang ditujukan untuk mengetahui sifat

    higroskopis dari bahan baku briket arang tersebut. Analisis terhadap kadar air

    suatu produk briket digunakan untuk merencanakan alternatif proses yang akan

    dilakukan terhadap produk tersebut. Hal ini dikarenakan kadar air yang tinggi

    akan menyebabkan menurunnya nilai kalori dan efisiensi pembakaran

    (Obernberger dan Thek 2004 dalam Listiyanawati et al. 2008).

    Menurut Budhi (2003) dalam Listiyanawati et al. (2008), ukuran partikel

    lignoselulosa berpengaruh pada nilai kadar air, yaitu semakin kecil ukuran

    partikel lignoselulosa menunjukkan nilai kadar air yang semakin tinggi.Kemampuan penyerapan air (adsorpsi) dipengaruhi oleh faktor suhu dan

    kelembaban atmosfir di sekeliling briket. Kadar air yang tinggi dapat menyulitkan

    penyalaan dan mengurangi temperatur pembakaran (Sulistyanto 2007).

    3.6 Kadar Abu

    Abu merupakan sisa dari material yang tidak terbakar setelah terjadinya

    pembakaran sempurna yang erat kaitannya dengan bahan anorganik didalamnya

  • 7/22/2019 TIPUS TLTG

    8/9

    (Listiyanawati et al. 2008). Kadar abu adalah jumlah residu anorganik yang

    dihasilkan dari pengabuan/pemijaran suatu produk (SNI 01-2354.1 2006). Standar

    kadar abu untuk briket bio-batubara, sebesar < 10% (Permen ESDM No. 047

    Tahun 2006). Abu hasil pembakaran sekam padi, yang pada hakikatnya hanyalah

    limbah, ternyata merupakan sumber silikat/karbon yang cukup tinggi (Sitompul et

    al. 1999). Abu (ash), yaitu sisa dari akhir proses pembakaran. Residu tersebut

    berupa zat-zat mineral yang tidak hilang selama proses pembakaran. Kadar abu

    setiap arang berbeda-beda tergantung jenis bahan baku arang. Arang yang baik

    mempunyai kadar abu sekitar 3%. Hasil yang didapatkan dari proses pengujian

    kadar abu adalah abu yang berupa oksida-oksida logam dalam arang yang terdiri

    dari mineral yang tidak dapat menguap pada proses pengabuan (Subadra 2005).

    Unsur yang terdapat dalam abu meliputi SiO2, Al2O3, P2O5, Fe2O3, dan

    lain-lain (Raharjo 2006). Unsur yang banyak terkandung dalam abu hasil

    pembakaran briket adalah unsur silikat. Silikat merupakan bahan kimia yang

    pemanfaatan dan aplikasinya sangat luas mulai bidang elektronik, mekanik,

    medis, seni hingga bidang-bidang lainnya. Salah satu pemanfaatan serbuk silikat

    yang cukup luas adalah sebagai penyerap kadar air di udara sehingga

    memperpanjang masa simpan bahan dan sebagai bahan campuran untuk membuat

    keramik seni (Harsono 2002).

    Nilai paling umum kandungan silika dari abu sekam adalah 94%-96% dan

    apabila nilainya mendekati atau di bawah 90% kemungkinan disebabkan oleh

    sampel sekam yang telah terkontaminasi dengan zat lain yang kandungan

    silikatnya rendah. Silikat yang terdapat dalam sekam ada dalam bentuk amorf

    terhidrat (Houston 1972 dalam Harsono 2002). Tapi jika pembakaran dilakukan

    secara terus menerus pada suhu di atas 650

    o

    C akan menaikkan kristalinitasnyadan akhirnya akan terbentuk fasa kristobalitdan tridimitdari silikat sekam (Hara

    1986 dalam Harsono 2002).

    Kandungan silikat yang tinggi menunjukan kadar abu yang tinggi dalam

    briket. Kadar abu yang terkandung pada briket akan mempengaruhi nilai kalornya.

    Semakin tinggi kadar abu yang terkandung dalam briket maka semakin rendah

    nilai kalornya. Obernberger dan Thek (2004) dalam Listiyanawati et al. (2008)

  • 7/22/2019 TIPUS TLTG

    9/9

    menjelaskan bahwa kadar abu dalam produk yang tinggi mempersulit proses

    operasi dan pemeliharaan alat pembakaran serta semakin tinggi kadar abu dalam

    produk maka nilai kalorinya juga lebih rendah. Besarnya kadar abu sangat

    dipengaruhi oleh garam-garam karbonat dari kalium, kalsium, magnesium dan

    kadar silikat (Komarayati et al. 2004).

    Zat menguap adalah zat yang dapat menguap sebagai hasil dekomposisi

    senyawa-senyawa didalam arang selain air. Kandungan kadar zat menguap yang

    tinggi didalam briket arang akan menimbulkan asap yang lebih banyak pada saat

    briket arang dinyalakan, hal ini disebabkan oleh adanya reaksi antar karbon

    monoksida (CO) dengan turunan alkohol (Hendra dan Pari 2000) dalam (Hendra

    dan Winarni 2003). Kadar zat menguap (volatile matter) yang tinggi pada limbah

    pertanian mengindikasikan bahwa limbah pertanian mudah menyala dan terbakar,

    pembakaran lebih cepat dan sulit dikontrol. Hal ini ditemui dalam penelitian

    pembakaran limbah pertanian yang dilakukan oleh Werther (2000) dalam

    Sulistyanto (2007).