37
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN Disusun oleh : ISTIKOMAH (07308149001) VENNY KURNIA ANDIKA (07308149028) BIOLOGI BASIC SCIENCE JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Topik I (laporan)

  • Upload
    fun-fun

  • View
    610

  • Download
    19

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

Disusun oleh : ISTIKOMAH (07308149001)

VENNY KURNIA ANDIKA (07308149028) BIOLOGI BASIC SCIENCE

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011

Topik I Kultur Biji Kangkung pada Media Agar Kosong A. Latar Belakang Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), juga dikenal sebagai Ipomoea reptans Poir1. merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayursayuran dan di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasarpasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair. Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang. Untuk mendapatkan biji kangkung tentu diperlukan waktu yang lebih lama dibanding kalau diambil daun dan batangnya sebagai sayur. Umur kangkung yang siap dipanen/diambil bijinya sekitar 4 bulan. Praktikum pada topik I bertujuan untuk mengkultur biji kangkung pada media agar kosong. Media agar kosong merupakan Agar tanpa unsur hara mikro, makro dan nutrisi lainya. Agar dalam media biasanya di gunakan sebagai pemadat media sehingga eksplant lebih mudah diamati dan tepat menempelnya akar. Alasan lain menggunakan media kosong adalah karena unsur hara yang terkandung terlalu sederhana jadi kecil kemungkinan terjadi kontaminasi pada proses pembuatan media dan penanaman biji. Selain itu praktikum ini dimaksudkan untuk melatih keterampilan mahasiswa sebagai langkah awal dalam belajar kultur jaringan tumbuhan. B. Tujuan Untuk mengetahui cara mengkultur biji kangkung secara aseptik.

C. Metode 1. Alat dan Bahan a. Gelas elemeyer b. Shaker c. Pinset d. LAF e. Bunsen f. Petridish g. Autoclave h. Botol jam i. Plastik transparanj.

Plastik wrap

k. Kertas paying / alumunium foil l. Etanol/alkohol 96 % m. Cloroks 30% n. Agar bubuk o. Aquadest sterill 2. Cara Kerja a. Membuat media agar kosong 1) 2) 3)4)

Menimbang agar sebanyak 4,5 gram dan melarutkan dalam aquadest hingga 500 ml. Memanaskan pada kompor atau hot plate hingga agar larut dalam aquadest Memasukan dalam botol jam 15 20 ml/ botol Sterilisasi dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C

b. Sterilisasi biji 1) 2) 3) Merendam biji pada aquadest untuk menyeleksi biji yang baik Merendam pada etanol 70% selam 3-5 menit dan di shaker Mencuci dengan aquadest 3 kali

4) 5) 1) 2) 3)

Merendam pada larutyan klorok 15-20% selama 15-20 menit dan di shaker Dicuci dengan aquadest steril 3 kali di LAF Stereillkan meja LAF / ent kas dengan alcohol 70%, masukan peralatan yang sudah sterill dan lampu bunsen Menyalakan lampu UV selama 15 menit Inokulasi biji pada media kosong secara aseptic di dekat lampu bunsen

c. Inokulasi biji

4) Menutup botol dengan plastik dan plastik wrap, kemudian diberi

label. D. Hasil No. 1. Nama Istikomah Kode Sampel Botol I Foto Keterangan Hidup, namun tidak berkembang baik. 2. Venny K.A. Botol II Botol I Kontaminasi Hidup, berkembang dengan baik, muncul tunas dan akar Botol II Hidup, berkembang dengan baik, muncul tunas dan akar E. Pembahasan Praktikum topik I adalah menanam biji kangkung pada media agar kosong. Pada saat pengamatan foto tidak diambil. Dari empat botol media yang ditanami biji kangkung hasil penanaman praktikan I (Istikomah) pada botol I biji kacang kangkung hidup, namun tidak tumbuh dengan baik. Hal ini dapat dikarenakan biji kangkung yang ditanam tidak baik, atau saat penanaman tidak aseptik. Seperti pada botol II biji kangkung tidak hidup karena mengalami kontaminasi. Sedangkan pada hasil dengan

penanaman praktikan II (Venny) kedua botol media yang ditanami biji kangkung tumbuh dengan baik dan tidak terjadi kontaminasi pada hasil penanaman. Kontaminasi dapat terjadi karena praktikan yang tidak aseptik dalam pengerjaannya. Misalnya saja, saat penanaman praktikan membuka tutup botol jauh dari lampu Bunsen, hingga saat penanaman pun masih jauh dari lampu bunsen. Lupa membersihkan tangan dengan alkohol, berbicara pada saat penanaman, dan menggoncang-goncang botol setelah selesai penanaman. Penggunaan media agar kosong sebenarnya dapat mengurangi terjadinya kontaminasi, karena media agar tidak diberi nutrisi baik makro maupun mikro. Agar-agar adalah campuran polisakarida yang diperoleh dari beberapa spesies algae. Dalam analisa unsur, diperoleh data bahwa agar-agar mengandung sedikit unsur Ca, Mg, K, dan Na. Sedangkan penggunaan biji kangkung karena biji kangkung mudah tumbuh dan tidak memiliki masa dormansi yang lama. F. Kesimpulan Cara mengkultur biji kangkung secara aseptik adalah dengan mensterilisasi alat-alat yang digunakan, biji yang akan ditanam dan media yang digunakan. Penanaman harus dilakukan pada LAF dan dekat dengan lampu Bunsen. G. Daftar Pustaka Anonim. 2010. Kangkung. Diakses pada Jumat, 21 Januari 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Kangkung Anonim. 2009. Kangkung Biji. Diakses pada Jumat, 21 Januari 2011. http://webinfobisnis.com/blog/2010/04/09/kangkung-biji/ Anonim. 2009. Kangkung (Ipomoea reptans). Diakses pada Jumat, 21 januari 2011. http://dimasadityaperdana.blogspot.com/2009/06/budidayakangkung.html

Victoria Henuhili. 2010. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan. Yogyakarta: FMIPA UNY. TOPIK II Kultur Biji Anggrek pada media Vacin and Went (VW) A. Latar Belakang Anggrek merupakan tanaman bunga hias berupa benalu yang bunganya indah. Anggrek sudah dikenal sejak 200 tahun lalu dan sejak 50 tahun terakhir mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia. Jenis anggrek yang terdapat di Indonesia termasuk jenis yang indah antara lain: Vanda tricolor terdapat di Jawa Barat dan di Kaliurang, Vanda hookeriana, berwarna ungu berbintik-bintik berasal dari Sumatera, anggrek larat/Dendrobium phalaenopis, anggrek bulan/Phalaenopsis amabilis, anggrek Apple Blossom, anggrek Paphiopedilun praestans yang berasal dari Irian Jaya serta anggrek Paphiopedilun glaucophyllum yang berasal dari Jawa Tengah. Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai tanaman hias karena bunga anggrek mempunyai keindahan, baunya yang khas. Selain itu anggrek bermanfaat sebagai campuran ramuan obat-obatan, bahan minyak wangi/minyak rambut. Sejalan dengan permintaan anggrek baik sebagai tanaman maupun sebagai bunga potong yang cukup besar, maka usaha peningkatan dan penganekaragaman produk anggrek menjadi sangat penting. Untuk memperluas pasar dan meningkatkan kemampuan bersaing di pasar dalam dan luar negeri, diperlukan teknologi untuk menghasilkan anggrek dengan warna yang beragam, bentuk yang menarik, dan tahan lama dengan harga yang relatif terjangkau. Pengembangan usaha tanaman dan bunga anggrek yang berkualitas sesuai standar yang diminta pasar, diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya industri sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi. Maka diperlukan alternative penanaman anggrek yang membutuhkan waktu lebih singkat dan dapat menyediakan bibit dalam jumlah yang banyak. Teknik kultur jaringan dengan menggunakan usaha

propagasi akan dihasilkan tanaman dengan jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat. Propagasi merupakan suatu cara pembiakan secara vegetatif untuk mendapatkan suatu populasi yang mempunyai sifat morfologis dan sifat genetik yang sama. Praktikum topik II bertujuan untuk mengkultur biji anggrek pada media Vacin and Went (VW). Media ini dikembangkan khusus untuk kultur anggrek. Tanaman yang ditanam di kebun dapat tumbuh dengan baik dengan pemupukan yang hanya mengandung N dari Nitrat. B. Tujuan

Untuk mengetahui cara mengkultur biji anggrek pada media Vacin and Went (VW). C. Metode1. Alat dan Bahan a. Gelas elemeyer

n.

Etanol/alkohol 96 %b. Shaker

o. Cloroks 30%c. Pinset

p. Agar bubukd. LAF

q. Aquadest sterille. Bunsen

r. s. t. u.

Ca3

(PO)f. Petridish

KNO3g. Autoclave

KH2PO4h. Botol jam

MgSO4 7H2O

i.

Plastic transparan (NH4)2SO4 Plastic wrap w. Ferri-tartat

v.

j.

k. Kertas paying/alumunium foil

x. y. Air

MnSO4.2H2Ol.

Saccrosa kelapa

m. Aquadest

2. Cara kerjaa. Membuat media VW 1) Masukan bahan media Ca3 (PO) 0,200 gr, KNO3 0,525 gr, KH2PO4

0,250 gr, MgSO4 7H2O, (NH4)2SO4 0,500 gr, Ferri-tartat 0,028 gr, MnSO4.2H2O 0,0075 gr, satu persatu pada aquadest 500 ml kemudian di stirrer agar homogen.2) Masukan air kelapa 150 ml.

3) Masukan Saccrosa 20 gr dan homogenkan,4) Masukan agar 8 gram kemudian di tambahkan aquadest hingga volume

menjadi 1000 ml.5) Ukur pH, tambahkan HCl jika pH lebih dari 5,6-5,8 atau tambahkan

NaOH jika pH kurang dari 5,6 -5,8.6) Memanaskan pada kompor atau hot plate hingga agar larut dalam

aquadest.7) Memasukan dalam botol jam 15 20 ml/ botol. 8) Sterilisasi dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C. b. Sterilisasi biji

Merendam biji pada alcohol 70 % kemudin membakar diatas lampu Bunsen sebanyak 3 kali pengulangan, dan dilakukan di LAF atau di ent kas.c. Inokulasi biji

1) Sterillkan meja LAF / ent kas dengan alcohol 70%, masukan peralatan

yang sudah sterill dan lampu Bunsen.2) Menyalakan lampu UV selama 15 menit. 3) Setelah biji di seterilisasi belah biji dengan pisau steril dan dipegang

menggunakan pinset di atas petridish sterill.4) Ambil benih menggunakan pinset sterill kemudian taburkan di atas

media.

D.

Hasil Foto Keterangan Kontaminasi Kontaminasi

Kode Sampel Botol I (Istikomah) Botol II (Venny K. A.) E. Pembahasan

Praktikum topik II adalah mengkultur biji anggrek pada media Vacin and Went (VW). Biji-biji anggrek tidak mempunyai endosperm, yaitu cadangan makanan seperti biji tanaman lain. Cadangan makanan ini diperlukan dalam perkecambahan dan pertumbuhan awal biji. Oleh karena itu, untuk perkecambahannya diperlukan gula dan persenyawaan lain dari luar atau dari lingkungan sekelilingnya. Hal ini yang menyebabkan tanaman anggrek lebih cocok diperbanyak dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan kultur jaringan, yaitu media kultur. Berbagai komposisi media kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang

dikulturkan. Media kultur jaringan terdiri dari beberapa versi, salah satunya adalah media Vacin dan Went. Media ini merupakan media yang dianggap paling baik untuk kultur jaringan anggrek. Media padat Vacin dan Went disimpan dalam botol-botol anggrek yang penyimpanannya diletakkan secara horisontal, sehingga media agar posisinya miring. Media yang digunakan dalam kultur jaringan haruslah mengandung garam-garam mineral yang terdiri dari unsur-unsur ma-krodan mikro, sumber karbon, vitamin, asam-asam amino, zat pengatur tumbuh, bahan organik kompleks, seperti air kelapa, ekstrak buah pisang, ekstrak buah tomat dan lain-lain. Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah kontaminasi. Biji anggrek yang ditanam tidak tumbuh. Hal ini disebabkan karena pengerjaan praktikan pada praktikum ini tidak aseptik. Selain itu juga dapat disebabkan karena sterilisasi media yang kurang sempurna, lingkungan kerja dan pelaksanaan/cara kerja saat penanaman, eksplan, molekulmolekul atau benda-benda asing berukuran kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol kultur setelah penanaman dan ketika diletakkan di ruang kultur. Namun yang paling sulit diatasi adalah kontaminasi yang berasal dari eksplan yang akan ditanam. F. Kesimpulan Cara mengkultur biji anggrek pada media Vacin and Went (VW) adalah pertama-tama membuat media VW, kedua mensterilisasi biji dan yang ketiga adalah menginokulasi biji yaitu dengan mengambil benih menggunakan pinset sterill kemudian taburkan di atas media. Semua pekerjaan harus dilakukan secara aseptik. G. Daftar Putaka

Anonim. Tentang Budidaya Tanaman Anggrek. Diakses pada Sabtu, 22 Januari 2011. http://www.anggrekbatavia.com/download/Publikasi/budidayaanggrek .pdf

Anonim. 2005. Road Map Pasca Panen dan Pemasaran Anggrek 2005-2010.Diakses pada Sabtu, 22 Januari 2011.

http://agribisnis.deptan.go.id/xplore/files/PROFILORGANISASI/RENCANA-STRATEGIS/LAMPIRANROADMAP/2005 Aninom. 2011. Pengaruh Jumlah Eksplan dalam Botol dan Konsentrasi Ekstrak Tomat pada Media Vacin dan Went Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek. Diakses pada Sabtu, 22 Januari 2011. http://www.contohskripsitesis.com/backup/skripsi/teknologi %20pertanian_6.htm Mad Husen. 2008. Kontaminasi dalam Kultur Jaringan. Diakses pada Sabtu, 22 Januari 2010. http://eshaflora.com/index.php? option=com_content&task=view&id=60&Itemid=61 Victoria Henuhili. 2010. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan. Yogyakarta: FMIPA UNY.

TOPIK III Overplanting Bibit Anggrek A. Latar Belakang Anggrek termasuk tanaman dari keluarga Orchidaceae. Tanaman berbunga indah ini tersebar di pelosok dunia, termasuk di Indonesia. Perbanyakan tanaman anggrek terdiri dari dua cara, yakni perbanyakan secara gereratif dan secara vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan yang dilakukan dengan menggunakan biji. Sedangkan perbanyakan vegetatif adalah perba-nyakan dengan menggunakan bagianbagian tubuh tanaman dengan cara stek, keiki, pemisahan rumpun dan kultur jaringan. Pelaksanaan propagasi anggrek melalui empat tahap, yaitu overplanting dan pemindahan, budidaya dalam komuniti pot, budidaya dalam pot individu dan pemeli-haraan anggrek dewasa. Over planting adalah pemindahan bibit anggrek (planlet) ke dalam botol steril yang baru untuk pemenuhan kebutuhan nutrien, tetapi komposisi garam

sama dengan yang sebelumnya. Apabila dalam tiga bulan media agar tidak di-ganti, maka media akan tampak kecokelatan, menjadi tipis dan mengering, sehingga daun planlet akan menguning. Praktikum topik III bertujuan untuk memindahkan bibit anggrek pada media baru. Kebutuhan nutrisi yang semakin besar seiring dengan tumbuhanya bibit anggrek menimbulkan persaingan yang kuat anatar individu untuk mendapatkan makanan. Maka diperlukan overplanting untuk menghindari pertumbuhan bibit yang akan terhambat jika tidak dipindahakan. B. Tujuan

Untuk mengetahui cara overplanting bibit anggrek secara aseptik.

C. 1. a. 1) 2) 3) 4) 5)6)

Metode Alat dan bahan Alat Pinset Bunsen LAF Plastik Karet gelang Plastik wrap Petridish Bahan 1) 2) Media VW dalam botol jam Bibit dalam botol Overplantinga.

7) b.

2.

Sterilisasdai LAF/entkas dengan kain yang telah dibasahi Alat yang telah steril dimasukan dalm LAF atau ent kas.

alcohol 70% atau dengan tissue.b.

c.

Menyalakan UV 15 menit sebelum menggunakan. Keluarkan bibit anggrek sebanyak 30 -40 tanaman pada Bibit dikeluarkan dengan cara menjepit diantara akar dan

d.e.

petridish sterill dengan cara aseptic di dekat lampu Bunsen. daun, kemudian bibit ditarik dengan mengusahakan akar keluar terlebih dahulu.f.

Pisahkan bibit yang masih berhimpitan dengan yang Tanam bibit pada botol yang berisi media baru satu Tutup botol dengan plastik kemudian diikat karet dan Beri label dan letakan pada rak pertumbuhan.

lainya juga bersihkan media lama yang masih melekat pada bibit.g.

persatu sebanyak 3-4 bibit tiap botol jam.h.

plastik wrap. i.

D.

Hasil Kode Sampel Foto Keterangan Kontaminasi Kontaminasi

Botol I (Istikomah) Botol II (Venny K. A.) E. Pembahasan

Praktikum topik III adalah overplanting bibit anggrek dari anggrek botolan. Anggrek botolan yaitu planlet (bibit kecil dalam botol), dipilih yang tumbuh seragam (sama besarnya), daun-daunnya tegar dan berwarna hijau. Medium padat VW disimpan dalam botol-botol anggrek dan diletakan secara horizontal, sehingga media agar posisinya miring. Setelah semua siap maka overplanting dilakukan. Overplanting adalah pemindahan bibit anggrek (planlet) ke dalam botol steril yang baru, untuk memberikan nutrient yang baru tetapi komposisi garam sama dngan sebelumnya. Istilah lain yang biasa dipakai adalah subkultur. Bila media agar lebih dari tiga

bulan tidak diganti, maka media akan tampak kecokelatan, menjadi tipis dan mongering. Sebelum ini terjadi biasanya planlet sudah menguning, serta layu (kecokelatan). Unsur hara di dalam media botol anggrek, diserap sedikit demi sedikit untuk keperluan hidup anggrek. Dalam tubuh tanaman terjadi proses assimilasi, yaitu pengambilan zat-zat hara oleh tanaman dan kemudian diubah menjadi zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman (zat yang tersedia bagi tanaman). Assimilasi yang terjadi dari assimilasi C, H, O, Nitrat, ammonium, S, P, K, ca dan Mg. Di dalam media botol anggrek yang tertutup rapat, CO2 tidak mungkin didapat dari udara. Sebagai jalan keluarnya, ditambahkan gula sukrosa ke dalam media. Sehingga pada waktu terjadi peristiwa assimilasi akan dihasilkan sellulosa pada dinding sel, pati sebagai cadangan makanan, terjadilah persenyawaanpersenyawaan lemak, protein, vitamin. Hasil assimilasi digunakan untuk pembangunan (fase vegetatif dan generatif), untuk reparasi terhadap sel-sel yang rusak dan dapat sebagai sumber energi. Sterilisasi terhadap bahan tanaman mutlak dilakukan untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam perbanyakan tanaman anggrek. Keberhasilan perbanyakan tanaman anggrek dalam media kultur ditentukan oleh komposisi media yang cocok. Disamping itu pengaruh intensitas cahaya memberikan pengaruh yang sangat jelas terhadap perbanyakan tanaman anggrek. Pemberian cahaya dengan menggunakan lampu neon keseluruh bagian eksplan memberikan perkembangan yang nyata terhadap perbanyakan anggrek berupa protocorm likes bodies utuh, protocorm like bodies bagian ujung, protocorm like bodies bagian bangkal, pucuk dan pada bagian batang. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah kontaminasi. Kontaminasi adalah hal yang sering terjadi pada teknik kultur. Kontaminasi terjadi karena cara kerja yang kurang aseptik. Kontaminasi pada media ditandai dengan tertutupnya media kultur oleh mikroorganisme seperti jamur dan bakteri, sehingga dapat menyebabkan kegagalan dalam usaha perbanyakan tanaman karena terganggunya pertumbuhan eksplan

anggrek. Tanda-tanda kontaminasi yang disebabkan oleh jamur adanya benang-benang hifa dan umum nya berwarna putih, sedangkan kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri berupa cairan berlendir dengan berbagai macam warna. Penanaman yang salah juga dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi, misalnya saat overplanting dilakukan botol jauh dari lampu bunsen, dan saat membuka dan menutup tutup botol juga tidak di dekat lampu bunsen. Selain itu juga rusaknya bibit anggrek saat pengambilan di dalam botol planlet menyebabkan bibit anggrek tidak mau tumbuh dan akhirnya membusuk atau masih ada media yang menempel pada bibit anggrek saat dipindahkan. F. Kesimpulan Cara overplanting bibit anggrek secara aseptik yaitu pertama-tama hal yang harus dilakukan adalah mensterilisasi alat-alat yang akan digunakan termasuk LAF, petridish, pinset dll. Kemudian Mengeluarkan planlet anggrek secara aseptik dekat dengan lampu bunsen, membersihkan dari media agar yang masih menempel dan memindahkan ke dalam botol media lainnya. G. Daftar Putaka

Aninom. 2011. Pengaruh Jumlah Eksplan dalam Botol dan Konsentrasi Ekstrak Tomat pada Media Vacin dan Went Terhadap Pertumbuhan Planlet Anggrek. Diakses pada Sabtu, 22 Januari 2011. http://www.contohskripsitesis.com/backup/skripsi/teknologi %20pertanian_6.htm Daisy P. Sriyanti Hendaryono. Budidaya anggrek dengan Bibit dalam Botol. Diakses pada Minggu, 23 januari 2011. http://books.google.com/books? id=SttyQtnRAQkC&pg=PA14&lpg=PA14&dq=overplanting+bibit+a nggrek&source=bl&ots=xSGD36R8dA&sig=8Hjk Esha Flora. 2010. Teknik Perbanyakan Anggrek Raksasa Irian Jaya (Grammatophyllum papuanum J.J. smith) dengan Kultur Jaringan. Diakses pada Minggu, 23 Januari 2011.

http://eshaflora.blogspot.com/2010/04/teknik-perbanyakan-anggrekraksasa.html Victoria Henuhili. 2010. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan. Yogyakarta: FMIPA UNY.

TOPIK IV Kultur Batang Wortel pada Media Murashige Skoog (Media MS) A. Latar Belakang Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh-kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi asebtik secara in-vitro. Teknik ini dicirikan oleh kondisi kultur yang asebtik, pengggunaan media kultur buatan dengan kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (zat pengatur tumbuh), serta ruang kultur yang suhu dan pencahayaannya terkontrol. Sel-sel penyusun kalus berupa sel parenkim yang mempunyai ikatan yang renggang dengan sel-sel lain. Dalam kultur jaringan, kalus dapat dihasilkan dari potongan organ yang telah steril, di dalam media yang mengandung auksin dan kadang-kadang juga sitokinin. Organ tersebut dapat berupa kambium vaskular, parenkim cadangan

makanan, perisikle, kotiledon, mesofil daun dan jaringan provaskular. Kalus mempunyai pertumbuhan yang abnormal dan berpotensi untuk berkembang menjadi akar, tunas dan embrioid yang nantinya akan dapat membentuk plantlet. Beberapa kalus ada yang mengalami pembentukan lignifikasi sehingga kalus tersebut mempunyai tekstur yang keras dan kompak. Namun ada kalus yang tumbuh terpisah-pisah menjadi fragmenfragmen yang kecil, kalus yang demikian dikenal dengan kalus remah (friable). Warna kalus dapat bermacam-macam tergantung dari jenis sumber eksplan itu diambel, seperti warna kekuning-kuningan, putih, hijau, kuning kejingga-jingaan (karena adanya pigmen antosianin ini terdapat pada kalus kortek umbi wortel). Untuk memperoleh kalus yang homogen maka harus menggunakan eksplan jaringan yang mempunyai sel-sel yang seragam. Dalam pertumbuhan kalus, citodiferensiasi terjadi untuk membentuk elemen trachea, buluh tapis, sel gabus, sel sekresi dan trikoma. Kambium dan periderm sebagai contoh dari proses hitogenesis dari kultur kallus. Anaman kecil dari pembelahan sel-sel membentuk meristemoid atau nodul vaskular yang nantinya menjadi pusat dari pembentukan tunas apikal, primordial akar atau embrioid. Pada umumnya untuk eksplan yang mempunyai kambium tidak perlu penambahan ZPT untuk menginduksi terbentuknya kalus karena secara alamiah pada jaringan berbambium yang mengalami luka akan tumbuh kalus untuk menutupi luka yang terbuka. Praktikum topik IV bertujuan untuk mengkultur wortel pada media Murashige skoog (media MS). Merupakan pengembangan dari teori sel yang mengemukakan bahwa sel mempunyai kemampuan otonom dan totipotensi. Sel hidup apabila diletakan pada suatu lingkungan yang sesuai, akan bertumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna. B. Tujuan

Untuk mengetahui cara mengkultur wortel pada media Murashige Skoog (media MS) secara aseptik

C. 1. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.

Metode Alat dan Bahan Clean Bench with UV Lamp (BI-124/JICA) Petridish steril Pinset panjang dan pendek steril Scalpel steril Erlenmeyer kosong steril Gelas ukur Lampu spiritus Alkohol 70% Larutan Formalin 10% Larutan sublimat 40 mg/100 ml aquadest Larutan kloroks 10% ditambah Tween 20 sebanyak 2 tetes Larutan PVP (Polyvinil Pyrrolidone) 50 mg/100 ml akuadest

ditambah Ascorbic Acid (vitamin C) 50 mg. m. Akuadest steril n. o. 2. Media MS Eksplan : Umbi wortel Cara Kerja dengan air bersih. b. Alat yang diperlukan dimasukan ke dalam Clean Bench, setelah disteril dengan cara membasahi bagian luarnya dengan kain yang telah direndam dengan alcohol 70%. c. Steril sarung tangan yang akan dipakai dengan alkohol 70%. d. Penanaman eksplan pada media dengan cara1)

a. Bahan-bahan dicuci terlebih dahulu dengan detergen, kemudian bilas

Wortel dicelup dalam spiritus, kemudian dibakar pada

lampu spiritus. Biarkan api pada umbi padam dengan sendirinya. Lakukan pembakaran ini 2-3 kali. 2) Wortel diletakan pada petridish.

3) 4) 5) 6) 7) D. Hasil

Buang bagian pangkal dan ujung wortel 2cm. Potong wortel setebal 1cm dan dibagi empat, dimana tiap Masukan potongan eksplan dengan pinset steril ke dalam Tutup kembali Erlenmeyer yang berisi eksplan dengan Simpan ke dalam ruang inkubasi.

potongan terdapat bagian cambium, phloem dan xylem. Erlenmeyer yang berisi media MS. alumunium foil dan beri label.

Kode Sampel (Istikomah) Botol I Botol II

Foto -

Keterangan Kontaminasi Kontaminasi

(Venny K. A.) Botol I

Kontaminasi

Botol II

Kontaminasi

E.

Pembahasan Kalus adalah suatu kumpulan sel anorphous yang terjadi dari sel-sel

jaringan yang membelah diri secara terus-menerus. Kultur kalus bertujuan untuk memperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam lingkuangan terkendali. Sel-sel penyusun kalus adalah sel-sel parenkim yang mempunyai ikatan yang renggang dengan sel-sel lain. Dalam kultur infitro kalus dapat dihasilkan dari potongan organ yang telah steril, di dalam media yang mengandung auksin. Induksi kalus dalam jaringan wortel ini, disertai dengan aktifitas enzim-enzim NAD-diaphorase succinic dehydrogenase dan cytochrome oxidase yang meningkat. Kenaikan aktifitas enzim terutama dalam lapisan sel yang sedang membelah. Dalam jaringan ini juga ditemukan aktifitas asam fosfatase. Pada fase kultur artichoke, enzim fosfatase diditeksi pada permukaan selsel yang tidak membelah. Pada sel yang rusak tapi tidak pecah di lapisan perisfer, terjadi autolisis dan sel-sel yang rusak tersebut mengeluarkan persenyawaan yang dapat memacu pembelahan sel di lapisan berikutnya. Sebelum mengkulturkan kalus wortel terlebih dahulu dilakukan pemilihan ekplan. Eksplan yang digunakan untuk induksi kalus adalah umbi akarnya, tetapi akan lebih baik lagi jika menggunakan jaringan kambium sekitarnya. Umbi wortel yang langsung diambil dari lapangan jauh lebih baik dari pada umbi dari wortel yang dibeli di pasar. Sterilisasi terhadap umbi wortel yang akan dipakai sebagai eksplan dalam kultur jaringan sangat penting karena umbi yang berasal dari tanah umumnya mudah sekali terkontaminasi dan biasanya sterilsasinya agak sulit. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah kontaminasi. Kontaminasi yang terjadi pada wortel disebabkan oleh ruangan yang kurang bersih, media yang kurang steril atau penutup media kurang rapat, air yang digunakan, alat-alat yang digunakan dan orang yang melakukan kegiatan. Salah satu faktor pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah kontaminasi yang dapat terjadi setiap saat dalam masa kultur. Kontaminasi dapat dari eksplan baik internal maupun eksternal, organisme

kecil yang masuk dalam media, air yang digunakan, botol kultur atau alatalat tanaman yang kurang steril, lingkungan kerja dan ruang kultur yang kotor (spora di udara), kecerobohan dalam pelaksanaan. Sterilisasi merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan kultur jaringan. Sterilisasi yang utama harus dilakukan adalah sterilisasi ruang, alat dan bahan karena sterilisasi alat dan bahan sangat pengaruh sekali. Kontaminasi disebabkan oleh jamur dan bakteri. Kontaminan ini tumbuh pertama kali pada eksplan kemudian menyebar ke dalam medium, ini menunjukkan bahwa kontaminasi berasal dari eksplan, karena kurangnya sterilisasi terhadap eksplan. Kontaminasi oleh jamur ditandai dengan munculnya benang-benang yang berwarna putih, yang merupakan miselium jamur. Jamur dapat menginfeksi jaringan secara sistemik (umum tersebar diseluruh organ) terlihat setelah jaringan tersebut dipotong dan akan menyebar sehingga jaringan tersebut akan mati. Sedangkan kontaminasi oleh bakteri ditandai dengan munculnya bercak-bercak putih pada medium terlihat agak berlendir. Bakteri lebih sulit dideteksi dibanding jamur, karena selain menginfeksi secara sistemik bakteri juga akan masuk kedalam ruang antar sel. F. Kesimpulan Cara mengkultur wortel pada media Murashige skoog (media MS) secara aseptik yaitu dengan mensterilkan ruang, alat-alat, dan eksplan yang akan digunakan. Penanaman dilakukan dengan aseptik dekat lampu bunsen. G. Daftar Putaka

Anonim. 2010. Perbanyakan (Mikropropagasi) Wortel Secara Kultur Jaringan (In Vitro). Diakses pada Senin, 24 Januari 2011. http://mediakulturjaringan.blogspot.com/2010/08/perbanyakanmikropropagasi-wortel.html Victoria Henuhili. 2010. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan. Yogyakarta: FMIPA UNY.

TOPIK V Kultur Daun Ginseng pada Media Murashige Skoog (Media MS) A. Latar Belakang Sifat totipotensi sel memungkinkan sel-sel penyusun jaringan

tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang membetuk planlet bila ditumbuhkan pada kondisi lingkungan yang sesuai. Komposisi media pertumbuhan sebagai salah satu faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan. Begitu juga dengan zat pengatur tumbuh eksogen dalam media akan menentukan arah pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Respon pertumbuhan secara umum dalam kultur in vitro meliputi diferensiasi langsung maupun tidak langsung yaitu melalui pembentukan kalus. Kalus merupakan hasil antara dalam morfogenesis, meliputi organogenesis dan embriogenesis dan akhir dari proses ini adalah terbentuknya planlet. Praktikum topik V bertujuan untuk mengkultur daun ginseng pada media Murashige skoog (media MS). Merupakan pengembangan dari teori

sel yang mengemukakan bahwa sel mempunyai kemampuan otonom dan totipotensi. Sel hidup apabila diletakan pada suatu lingkungan yang sesuai, akan bertumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna. Jaringan yang ditumbuhkan pada media makanan yang padat akan membentuk kalus, yaitu massa atau sel-sel yang tidak beraturan. Kalus yang terbentuk dipotong menjadi bagian yang lebih kecil, yang kemudian dipindahkan pada media makanan yang masih baru, dengan susunan hara yang tepat supaya kalus dapat tumbuh menjadi tunas dan tanaman yang sempurna. B. Tujuan

Untuk mengetahui cara mengkultur daun ginseng pada media Murashige Skoog (media MS) secara aseptik. C. Metode a. Clean Bench with UV Lamp (BI-124/JICA) b. Petridish steril c. Pinset panjang dan pendek steril d. Scalpel steril e. Erlenmeyer kosong steril f. Gelas ukur g. Lampu spiritus h. Alkohol 70% i. Larutan Formalin 10% j. Larutan sublimat 40 mg/100 ml aquadest k. Larutan kloroks 10% ditambah Tween 20 sebanyak 2 tetes l. Larutan PVP (Polyvinil Pyrrolidone) 50 mg/100 ml akuadest ditambah Ascorbic Acid (vitamin C) 50 mg. m. Akuadest steril n. Media MS

1. Alat dan Bahan

o. Eksplan : Daun ginseng

3.

Cara Kerja dengan air bersih.

a. Bahan-bahan dicuci terlebih dahulu dengan detergen, kemudian bilas b. Alat yang diperlukan dimasukan ke dalam Clean Bench, setelah disteril dengan cara membasahi bagian luarnya dengan kain yang telah direndam dengan alcohol 70%. c. Steril sarung tangan yang akan dipakai dengan alkohol 70%. d. Penanaman eksplan pada media dengan cara 1) Masukan eksplan ke dalam larutan Clorox 10% yang diberi Tween-20 sebanyak 20 tetes. 2) Gojok eksplen dalam larutan tersebut selama 10 menit. 3) Buang larutan Clorox yang dipakai untuk membersihkan daun gingseng. 4) Cuci eksplan dengan akuades steril selama 1 menit. Pencucian diulang 3 kali. 5) Letakan eksplan pada petridish6) Potong eksplan kecil-kecil ( 1cm) kemudian ditanam pada media

MS.7) Tutup botol Erlenmeyer yang berisi eksplan dengan alumunium

foil dan beri label. 8) D. Hasil Kode Sampel Botol I (Istikomah) Botol II (Venny K. A.) E. Pembahasan Foto Keterangan Hidup/tumbuh Kontaminasi Simpan ke dalam ruang inkubasi.

Praktikum topik V adalah bertujuan untuk mengkultur daun ginseng pada media Murashige skoog (media MS). Eksplan yang digunakan adalah daunnya. Pada prinsipnya sama dengan praktikum pada topik IV. Hasil pada praktikum ini untuk botol I (Istikomah) eksplan yang ditanam hidup. Sedangkan untuk botol II (Venny K. A.) eksplan yang ditanam terkontaminasi. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang aseptiknya pada saat proses penanaman, kebersihan ruangan yang tidak memadai maupun kurang sterilnya eksplan pada saat sterilisasi. Kontaminasi ditandai dengan tumbuhnya jamur pada eksplan dan media. Eksplan yang hidup dicirikan dengan adanya bagian daun (eksplan) yang masih hijau dan adanya respon pertumbuhan berupa kalus dan butiran kecil warna keputihan pada sebagian eksplan yang disebut kalus remah. Kalus remah ini tampak seperti butiran pasir berwarna putih. Data hasil ini menunjukkan bahwa sel-sel penyusun jaringan daun yang dijadikan eksplan dapat menyerap unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media pertumbuhan, sehingga terjadi metabolisme dan sel tetap hidup dan selanjutnya terjadi pertumbuhan yang dapat diamati dari respon pertumbuhannya. Respon pertumbuhan yang diamati secara visual adalah pembentukan embrio somatik langsung dan kalus. Daun (eksplan) akan membentuk embrio somatik yang selanjutnya akan membentuk tumbuhan secara utuh (planlet). F. Kesimpulan Cara mengkultur daun ginseng pada media Murashige skoog (media MS) secara aseptik adalah dengan mensterilkan ruang, alat-alat, dan eksplan yang akan digunakan. Penanaman dilakukan dengan aseptik dekat lampu bunsen. Pemotongan dilakukan dengan hati-hati agar tidak memotong bagian yang akan tumbuh menjadi embrio somatik. G. Daftar Putaka

Anonim. 2010. Embriogenesis Somatik pada Kultur In Vitro Daun Kopi. Diakses pada Senin, 24 januari 2011. http://www.contohmakalah.co.cc/2010/12/embriogenesis-somatikpada-kultur-in.html Victoria Henuhili. 2010. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan. Yogyakarta: FMIPA UNY.