Tor Rdtr Bwk c Sentani

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kerangka acuan kerja RDTR

Citation preview

1

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK/TOR)

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) BAGIAN WILAYAH KOTA (BWK C) IBUKOTA KABUPATEN JAYAPURA1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ibukota Jayapura sebagai pusat pemerintahan dan pelayanan di Kabupaten Jayapura, memiliki dinamika ruang yang sangat pesat. Berbagai kebijakan Pemerintah terkait pengembangan kawasan ini mengindikasikan adanya percepatan pertumbuhan kawasan di masa yang akan datang, seperti pengembangan kawasan pemerintahan skala provinsi di bagian selatan Danau Sentani, pengembangan jembatan yang akan menghubungkan bagian utara dan selatan Danau Sentani, serta pengembangan dermaga kontainer skala nasional di Depapre. Implikasi kebijakan tersebut adalah berkembangnya kawasan selatan Danau Sentani, khususnya Distrik Ebungfauw dari kawasan yang dominan lahan kosong menjadi kawasan perkotaan.

Sebagai wujud pelaksanaan amanat UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan dalam rangka menyusun suatu produk yang dapat menjadi dasar bagi pengendalian pemanfaatan ruang dan perkembangan Ibukota Kabupaten Jayapura di bagian selatan Danau Sentani (BWK C), maka Pemerintah Kabupaten Jayapura pada Tahun 2010 melakukan kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah Kota (BWK) C Ibukota Kabupaten Jayapura. Rencana ini merupakan produk yang menjabarkan lebih lanjut produk Rencana Umum Tata Ruang Ibukota Kabupaten Jayapura 2008-2028 agar dapat diimplementasikan dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

1.2 TUJUAN

Tujuan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) BWK C Ibukota Kabupaten Jayapura adalah:1. Membantu Pemerintah Kabupaten Jayapura untuk merumuskan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program pembangunan perkotaan;2. Tersusunnya Arahan Peraturan Zonasi (zoning regulation) BWK C Ibukota Kabupaten Jayapura.1.3 SASARANSasaran Penyusunan RDTR BWK C Ibukota Kabupaten Jayapura adalah:1. Agar terciptanya pola tata ruang yang serasi dan optimal, serta penyebaran fasilitas dan utilitas secara tepat dan merata sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa mengabaikan usaha peningkatan kualitas lingkungan kehidupan kota sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

2. teridentifikasinya informasi dan data yang digunakan dalam analisis pengkajian potensi dan masalah, rumusan kebijaksanaan dasar perencanaan, penjabaran rencana struktur dan rumusan pelaksanaan pembangunan yang diwujudkan dalam bentuk uraian rencana tata ruang dan peta rencana dengan skala 1:5.000;3. dirumuskannya prioritas pengembangan pembangunan, administrasi, dan keuangan kota serta aspek hukumnya.

1.4 FUNGSIRencana Detail Tata Ruang BWK C berfungsi untuk:

a. Menyiapkan perwujudan ruang, dalam rangka pelaksanaan program pembangunan perkotaan;b. Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan perkotaan dengan rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten;c. Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien;d. Menjaga konsistensi perwujudan ruang kawasan perkotaan melalui pengendalian program-program pembangunan perkotaan.

1.5 MANFAAT

Rencana Detail Tata Ruang BWK C bagi Pemerintah Kabupaten Jayapura adalah sebagai pedoman untuk:

1. Pengaturan tata guna tanah (Land Regulation);2. Penerbitan surat keterangan pemanfaatan ruang;

3. Penerbitan advise planning;

4. Penerbitan izin prinsip pembangunan;

5. Penerbitan izin lokasi;

6. Pengaturan teknis bangunan;

7. Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan (RTBL).

1.6 RUANG LINGKUP1. Lingkup wilayah yang direncanakan adalah BWK C Ibukota Kabupaten Jayapura.

BWK C yang merupakan Bagian Wilayah Kota C meliputi wilayah Distrik Ebungfauw, sebagian wilayah Distrik Waibu (Yakonde, Dondai, Kwadeware) dan sebagian wilayah Distrik Sentani Timur (Puay dan Yokiwa) yang berada di bagian selatan Danau Sentani. 2. RDTR disusun dengan tingkat ketelitian peta 1:5.000.

3. Muatan RDTR BWK C meliputi:a. Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan;

b. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan, meliputi:

b.1 Struktur pemanfaatan ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan, sistem jaringan pergerakan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan energi, dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan;

b.2Pola pemanfaatan ruang, yang meliputi pengembangan kawasan budidaya (kawasan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata, perindustrian) dalam blok-blok peruntukan dan kawasan lindung.

c. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional perkotaan meliputi:

c.1Arahan kepadatan bangunan (net density/KDB) untuk setiap blok peruntukan;

c.2Arahan ketinggian bangunan (maximum height/KLB) untuk setiap blok peruntukan;

c.3Arahan garis sempadan bangunan untuk setiap blok peruntukan;

c.4Rencana penanganan lingkungan blok peruntukan;

c.5Rencana penanganan jaringan prasarana dan sarana.

d. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional perkotaan.

d.1Pedoman perijinan pemanfaatan ruang/ pengembangan BWK C bagi kegiatan pembangunan di BWK C (pedoman pemberian izin lokasi);

d.2Pedoman pemberian kompensasi, serta pemberian insentif dan pengenaan disinsentif di BWK C;

d.3Pedoman pengawasan (pelaporan, pemantauan dan evaluasi) dan penertiban (termasuk pengenaan sanksi) pemanfaatan ruang di BWK C.e. Hasil perencanaan RDTR merupakan hasil proses perencanaan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat.1.7 KELUARANRencana Detail Tata Ruang (RDTR) BWK C Ibukota Kabupaten Jayapura disajikan dalam beberapa produk yang terdiri dari:

1. Buku Fakta dan Analisis, sebanyak 30 (tiga puluh) buku;

2. Buku Draft Laporan Akhir, sebanyak 30 (tiga puluh) buku;

3. Buku Laporan Akhir sebanyak 30 (tiga puluh) buku;

4. Arahan Peraturan Zonasi;

5. Album Peta berwarna dengan skala peta minimal 1:10.000 pada format A1 khusus untuk Peta Pola Ruang, dan peta rencana format A1 sebanyak 5 (lima) album dan ukuran A3 sebanyak 10 buah;

6. CD yang berisi dokumentasi seluruh kegiatan, berupa laporan kegiatan, peta dasar, peta citra, album peta, peta hasil digitasi (peta-peta yang terkait dalam format autoCAD/mapinfo/Arcview), bahan-bahan presentasi RDTR dalam format pdf dan ppt, serta konsep raperda sebanyak 5 (lima) set CD;

7. Draft Raperda RDTR sebanyak 20 eksemplar.2. METODOLOGI

Merupakan urutan langkah kerja yang harus dilakukan dalam penyusunan RDTR. Urutan langkah tersebut, sesuai dengan Lampiran Keputusan Menteri (KEPMEN) Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002.2.1 PROSES PENYUSUNAN RDTRK1. Penentuan arah pengembangan;

Dalam menentukan arah pengembangan BWK C dilakukan pula penentuan batas wilayah perencanaan. Dalam menentukan kawasan perencanaan perkotaan dilakukan berdasarkan tingkat urgensi/prioritas/keterdesakan penanganan kawasan tersebut di dalam konstelasi Wilayah Kota/Kawasan Perkotaan. 2. Identifikasi permasalahan pembangunan dan perwujudan ruang kawasan;

a. Analisis yang didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan perkotaan yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah setempat untuk pengembangannya;

b. Terdapat suatu permasalahan dalam perwujudan ruang kawasan seperti masalah rumah kumuh, urban heritage, kota tepi air, dsb.

3. Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan;

Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan didasarkan atas hasil analisis kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung lingkungan, kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan. Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup:

a. Perkiraan kebutuhan pengembangan kependudukan;

b. Perkiraan kebutuhan pengembangan ekonomi perkotaan;

c. Perkiraan kebutuhan fasilitas sosial dan ekonomi perkotaan;

d. Perkiraan kebutuhan pengembangan lahan perkotaan;

kebutuhan ekstensifikasi;

kebutuhan intensifikasi;

perkiraan ketersediaan lahan bagi pengembangan.

e. Perkiraan kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan.

4. Perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan

Perumusan ini berdasarkan pada perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang.

5. Penetapan rencana tata ruang

Untuk mengoperasionalisasikan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, perlu adanya suatu upaya penetapan rencana tata ruang dalam bentuk Peraturan Daerah dalam hal Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan sebagai penjabaran RTRW Kota/Kabupaten.

Dalam hal terjadi perubahan fungsi kawasan sebagai akibat dari dinamika perkembangan perkotaan yang cukup tinggi, maka Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang bersangkutan ditetapkan dengan persetujuan DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah. Hal ini selanjutnya menjadi masukan bagi peninjauan kembali dan penyempurnaan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten.

Proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan dapat dilihat dalam Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan. Masyarakat berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan berkewajiban menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, produk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan merupakan hasil kesepakatan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders), termasuk masyarakat.

Peranserta masyarakat dalam penataan ruang menganut asas-asas demokratis, kesetaraan gender, dan keterbukaan. Pendekatan ini merupakan dasar bagi pendekatan community driven planning yang menjadikan masyarakat sebagai penentu dan pemerintah sebagai fasilitatornya. Sejalan dengan proses penataan ruang yang iteratif, maka keterlibatan masyarakat ada pada setiap proses tersebut dan selalu tanggap dan mengikuti setiap dinamika dan perkembangan di dalam masyarakat.

Peranserta masyarakat dalam penataan ruang dapat diwujudkan dalam bentuk pengajuan usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah. Dalam mengajukan usul, memberikan saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam rangka penataan ruang bagian Kawasan Perkotaan dapat dilakukan melalui pembentukan forum kota, asosiasi profesi, media massa, LSM, lembaga formal kemasyarakatan (sampai tingkat lembaga perwakilan rakyat).

2.2 METODE PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI

Tahap ini bertujuan untuk dapat mengidentifikasi kondisi awal wilayah dan kecenderungan perkembangannya. Data dan informasi tersebut berdasarkan runtun waktu (time series) selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir hingga saat tahun penyusunan.

Survei dilakukan di lapangan dengan cara mengukur semua parameter yang dibutuhkan. Data yang lain berupa data-data sekunder dapat diperoleh melalui studi pustaka maupun pada instansi pemerintah atau swasta di daerah. Di samping itu, dilakukan juga metode wawancara atau kuesioner dengan instansi/masyarakat setempat.

2.3 METODE ANALISIS

Beberapa metode analisis yang dapat digunakan dalam penyusunan adalah :

1. Analisis Fisik Dasar dan Lingkungan, dapat berupa Analisis Kesesuaian Lahan (Land Suitability Analysis) dan Analisis Daya Dukung Lingkungan (Carrying Capacity Analysis);

2. Metode Superimpose;

3. Model Proyeksi Penduduk;

4. Metode SWOT;

5. Penyusunan Identifikasi dan Tahapan Program Pelaksanaan Pembangunan, meliputi pertama, Identifikasi Potensi dan Masalah. Kedua, Identifikasi Program, dan Ketiga, Urutan Prioritas Pelaksanaan Program;

6. Metode Perkiraan Kebutuhan Ruang.2.4 PRODUK RDTR BWK C IBUKOTA KABUPATEN JAYAPURAProduk RDTR terdiri atas:

1. Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan

Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi/keterdesakan penanganan kawasan tersebut.

2. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan

a. Rencana Distribusi Penduduk Kawasan Perkotaan

a.1Materi yang diatur

Distribusi penduduk sampai dengan akhir tahun perencanaan.

a.2Kedalaman materi yang diatur

Rencana distribusi penduduk kawasan perkotaan yang dirinci dalam blok-blok peruntukan.

a.3Pengelompokan materi yang diatur

Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk setiap blok peruntukan.

b. Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan Kawasan Perkotaan

b.1Materi yang diatur

Tata jenjang kapasitas dan intensitas menurut lokasi dan jenis pelayanan kegiatan dalam kawasan.b.2Kedalaman materi yang diatur

Distribusi pusat-pusat pelayanan kegiatan perkotaan dirinci sampai pusat pelayanan lingkungan permukiman perkotaan.

b.3Pengelompokan materi yang diatur

Perdagangan yang terdiri dari:

perdagangan skala regional;

perdagangan skala kota;

perdagangan skala lingkungan. Pendidikan yang terdiri dari:

perguruan tinggi;

sekolah lanjutan tingkat atas;

sekolah lanjutan tingkat pertama;

sekolah dasar;

taman kanak-kanak.

Pelayanan kesehatan yang terdiri dari:

rumah sakit umum kelas A;

rumah sakit umum kelas B;

rumah sakit umum kelas C;

rumah sakit umum kelas D;

pusat kesehatan masyarakat pembantu.

Pelayanan rekreasi dan atau olah raga yang terdiri dari:

pelayanan skala kota;

pelayanan skala lingkungan.

c. Rencana Sistem Jaringan Pergerakan

c.1Materi yang diatur

Sistem jaringan pergerakan dan prasarana penunjang (terminal, jalan, lingkungan perparkiran) bagi angkutan jalan raya, angkutan kereta api, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyeberangan, serta angkutan udara.

c.2Kedalaman materi yang diatur

Angkutan jalan raya, meliputi seluruh sistem primer, jaringan arteri sekunder dan kolektor sekunder, sampai dengan jalan lokal sekunder;

Angkutan sungai, sampai dengan jaringan sekunder;

Pergerakan lainnya meliputi seluruh sistem pergerakan.

c.3Pengelompokan materi yang diatur

Angkutan jalan raya, terdiri dari:

Jaringan jalan arteri sekunder, jaringan jalan kolektor sekunder, jaringan jalan lokal sekunder, sistem primer (jumlah lajur, daerah pengawasan jalan, daerah milik jalan, persimpangan utama);

Terminal penumpang dan barang;

Jaringan trayek angkutan penumpang dan jaringan lintas angkutan barang.

Angkutan kereta api, terdiri dari:

Jaringan jalan kereta api;

Stasiun kereta api;

Depo atau balai yasa.

Angkutan sungai, danau dan penyeberangan, terdiri dari:

Terminal angkutan sungai, danau dan penyeberangan;

Jalur pelayaran sungai. Angkutan laut , terdiri dari:

Pelabuhan laut; Jalur pelayaran.

Angkutan udara, terdiri dari:

Bandar udara;

Jalur penerbangan.

d. Rencana Sistem Jaringan Utilitas

d.1Materi yang diatur

Sistem jaringan utilitas dalam kawasan hingga akhir tahun perencanaan.

d.2Kedalaman materi yang diatur

Seluruh jaringan telepon (hingga jaringan kabel sekunder);

Seluruh jaringan listrik (tegangan menengah hingga gardu distribusi);

Seluruh jaringan gas;

Seluruh jaringan air bersih (hingga jaringan distribusi sekunder/per blok peruntukan);

Seluruh jaringan air hujan;

Seluruh jaringan air limbah;

Seluruh jaringan persampahan (hingga TPS komunal).

d.3Pengelompokan materi yang diatur

Sistem saluran telepon, yang terdiri dari:

Stasiun telepon otomat;

Rumah kabel dan kotak pembagi;

Jaringan kabel sekunder;

Jaringan telepon seluler.

Sistem televisi kabel, yang terdiri dari:

Stasiun transmisi;

Jaringan kabel distribusi.

Sistem jaringan listrik, yang terdiri dari:

Bangunan pembangkit;

Gardu induk tegangan ekstra tinggi;

Gardu induk;

Gardu distribusi.

Sistem jaringan gas, yang terdiri dari:

Pabrik gas;

Seluruh jaringan gas.

Sistem penyediaan air bersih, yang terdiri dari :

Bangunan pengambil air baku;

Seluruh pipa transmisi air baku instalasi produksi;

Seluruh pipa transmisi air bersih;

Bak penampung; Hingga pipa distribusi sekunder/distribusi hingga blok peruntukan. Sistem pembuangan air hujan, yang terdiri dari:

Seluruh saluran;

Waduk penampungan.

Sistem pembuangan air limbah, yang terdiri dari:

Seluruh saluran;

Bangunan pengolahan;

Waduk penampungan.

Sistem persampahan, yang terdiri dari:

Tempat pembungan akhir;

Bangunan pengolahan sampah;

Penampungan sementara.

e. Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Daerah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau publik adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai.

Ruang terbuka hijau privat merupakan ruang terbuka hijau yang hanya dapat diakses oleh pemilik, pengguna, atau pihak tertentu. Yang termasuk ruang terbuka hijau privat adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.f. Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Tidak Hijau

Suatu lahan/kawasan yang tidak terbangun atau tidak diduduki oleh bangunan, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka dan tidak berfungsi sebagai daerah hijau.g. Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan SaranaDalam hal ini prasarana dan sarana yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah, yaitu jaringan pejalan kaki dan kegiatan sektor informal (PKL = Pedagang Kaki Lima).

3. Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan)

Rencana pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan yang menggambarkan ukuran, fungsi serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam, yang dituangkan dalam blok-blok peruntukan.

a. Materi yang diatur

Luas dan lahan peruntukan sampai dengan akhir tahun perencanaan.

b. Kedalaman materi yang diatur

Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang dirinci dalam blok-blok peruntukan. c. Pengelompokan materi yang diatur

c.1Kawasan Budidaya Perkotaan, meliputi:

Perumahan dan permukiman, yang dirinci menurut ketinggian bangunan, jenis penggunaan, pengelompokan berdasarkan besaran perpetakan;

Perdagangan, yang dirinci menurut jenis dan bentuk bangunannya, antara lain pasar, pertokoan, mal, dll;

Industri, yang dirinci menurut jenisnya;

Pendidikan, yang dirinci menurut tingkatan pelayanan mulai dari pendidikan tinggi, SLTA, SLTP, SD, dan TK;

Kesehatan, yang dirinci menurut tingkat pelayanan mulai dari RS Umum kelas A,B,C,D; puskesmas, puskesmas pembantu;

Peribadatan, yang dirinci menurut jenisnya mulai dari mesjid, gereja, kelenteng, pura, vihara;

Rekreasi, yang dirinci menurut jenisnya, antara lain taman bermain, taman rekreasi, taman lingkungan, taman kota, dll;

Olahraga, yang dirinci menurut tingkat pelayanannya, antara lain stadion, gelanggang, dlll;

Fasilitas sosial lainnya, yang dirinci menurut jenisnya, seperti panti asuhan, panti werda, dll;

Perkantoran pemerintah dan niaga, yang dirinci menurut instansinya;

Terminal angkutan jalan raya baik untuk penumpang atau barang, stasiun kereta api, pelabuhan sungai, pelabuhan danau, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, bandar udara, dan sarana transportasi lainnya;

Kawasan pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan;

Taman pemakaman umum, taman pemakaman pahlawan;

Tempat pembuangan sampah akhir.

c.2Kawasan Lindung, meliputi:

Kawasan resapan air dan kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahan lainnya;

Sempadan pantai, sungai, sekitar danau dan waduk, sekitar mata air, dan kawasan terbuka hijau kota termasuk jalur hijau;

Cagar alam/pelestarian alam, dan suaka margasatwa;

Taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam lainnya;

Kawasan cagar budaya;

Kawasan rawan letusan gunung berapi, rawan gempa, rawan tanah longsor, rawan gelombang pasang dan rawan banjir.

4. Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan perkotaan

a. Arahan Kepadatan Bangunan

a.1Materi yang diatur

Perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan dan bangunan-bangunan dalam tiap petak peruntukan dibandingkan dengan luas petak peruntukan

a.2Kedalaman materi yang diatur

Kepadatan bangunan yang dirinci untuk setiap blok-blok peruntukan.

a.3Pengelompokan materi yang diatur

Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan sangat tinggi (lebih besar dari 75 %);

Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan menengah (20% - 50%);

Blok peruntukan dengan koefisien dasar bangunan rendah (5% - 20%);

Blok peruntukan dengan koefisen dasar bangunan sangat rendah (>5%).

b. Arahan Ketinggian Bangunan

b.1Materi yang diatur

Rencana ketinggian maksimum atau maksimum dan minimum bangunan untuk setiap blok peruntukan (koefisien lantai bangunan).

b.2Kedalaman materi yang diatur

Ketinggian bangunan yang dirinci untuk setiap blok peruntukan.

b.3Pengelompokan materi yang diatur

Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat rendah adalah blok dengan tidak bertingkat dan bertingkat maksimum dua lantai (KLB maksimum = 2 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 12 m dari lantai dasar;

Blok peruntukan ketinggian bangunan rendah adalah blok dengan bangunan bertingkat maksimum 4 lantai ( KLB maksimum = 4 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 20 m dan minimum 12 m dari lantai dasar;

Blok peruntukan ketinggian bangunan sedang adalah blok dengan bangunan bertingkat maksimum 8 lantai (KLB maksimum = 8 x KBD) dengan tinggi puncak bangunan maksimum 36 m dan minimum 24 m dari lantai dasar;

Blok peruntukan ketinggian bangunan tinggi bangunan tinggi adalah blok dengan bangunan bertingkat minimum 9 lantai (KLB maksimum = 9 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 40 m dari lantai dasar;

Blok peruntukan ketinggian bangunan sangat tinggi adalah blok dengan bangunan bertingkat minimum 20 lantai (KLB maksimum = 20 x KDB) dengan tinggi puncak bangunan minimum 80 m dari lantai dasar.

c. Arahan Perpetakan Bangunan

c.1Materi yang diatur

Luas petak-petak peruntukan yang terdapat pada setiap blok peruntukan dalam kawasan.c.2Kedalaman materi yang diatur

Luas petak peruntukan pada setiap blok peruntukan dan pada setiap penggal jalan.

c.3Pengelompokan materi yang diatur

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi I (diatas 2500m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi II (1000-2500m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi III (600-1000m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi IV (250-600 m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi V (100-250 m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VI (50-100 m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VII (dibawah 50m2);

Blok peruntukan dan penggal jalan dengan petak klasifikasi VIII (rumah susun/flat).

d. Arahan Garis Sempadan

d.1Materi yang diatur

Jarak antara as jalan dengan bangunan maupun dengan pagar halaman, dan jaringan bangunan dengan batas persil.

d.2Kedalaman materi yang diatur

Berbagai garis sempadan yang dirinci sampai dengan blok peruntukan untuk tiap penggal jalan.

d.3Pengelompokan materi yang diatur

Sempadan muka bangunan;

Sempadan pagar;

Sempadan sampingan bangunan.

5. Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara dan Sumber Daya lainnya dengan memperhatikan keterpaduan sumber daya alam dengan sumber daya buatan

Rencana penatagunaan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lainnya yang memperhatikan keterpaduan sumber daya manusia dan sumber daya buatan; mencakup penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya (termasuk arahan baku mutu udara, air; pemanfaatan udara bagi jalur penebangan dan komunikasi, pemanfaatan air dan penggunaannya).a) Pengelolaan Tata Guna Tanah

(1) Materi yang diatur

Pengelolaan tata guna tanah mencakup penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah perkotaan yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah.(2) Kedalaman materi yang diatur

Pengaturan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah perkotaan untuk kawasan fungsional yang ditetapkan bentuk penanganannya (kawasan yang dipercepat perkembangannya dan kawasan yang dibatasi perkembangannya).

(3) Pengelompokan materi yang diatur

Dikelompokkan menurut metoda pengelolaannya (misal: konsolidasi tanah perkotaan, guided land development, reklamasi pantai, dll).b) Pengelolaan Tata Guna Air

(1) Materi yang diatur

Pengelolaan tata guna air mencakup penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan air di Wilayah Kota/ Kawasan Perkotaan yang berwujud konsolidasi pemanfaatan air.

(2) Kedalaman materi yang diatur

Pengaturan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan air bagi pemenuhan kebutuhan kegiatan kawasan-kawasan fungsional di Wilayah Kota/ Kawasan Perkotaan, sampai dengan penetapan zonasi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air perkotaan (air permukaan dan air tanah).

(3) Pengelompokan materi yang diatur

Pengaturan penguasaan, pemanfaatan dan penggunaan sumber daya air, termasuk penentuan baku mutu air, dikelompokkan berdasarkan kondisi sumber daya air perkotaan (sungai, danau, situ, waduk, air tanah dangkal, air tanah dalam, mata air).

c) Pengelolaan Tata Guna Udara

(1) Materi yang diatur

Pengelolaan tata guna udara mencakup penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan ruang udara di wilayah Kota, berwujud konsolidasi pemanfaatan ruang udara, berupa pengaturan ruang udara

(2) Kedalaman materi yang diatur

Pengaturan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan ruang udara bagi pemenuhan kebutuhan kegiatan kawasan-kawasan fungsional di Wilayah Kota, sampai dengan penetapan zonasi pengelolaan dan pemanfaatan ruang udara.

(3) Pengelompokan materi yang diatur

Pengaturan penguasaan, pemanfaatan dan penggunaan ruang udara, berupa pengaturan ruang udara yang dikelompokkan atas pengaturan jalur terbang dan jalur bebas terbang, pengaturan frekuensi komunikasi dan media elektronik, pengaturan ruang udara yang terkait dengan ketinggian bangunan (termasuk keberadaan menara), dan pengaturan baku mutu udara (kebisingan dan polutan).

d) Pengelolaan Tata Guna Sumber Daya Alam lainnya

Pengelolaan sumber daya alam lainnya yang meliputi sumber daya hayati dan non hayati dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.e) Rencana pengelolaan kawasan tertentu di perkotaan

Penanganan lingkungan dan pengaturan bangunan disesuaikan dengan kebutuhan pengelolaan kawasan tertentu dengan tetap menjamin keserasiannya dengan pengelolaan kawasan perkotaan lainnya.

6. Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan mekanisme perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, pemberian kompensasi, mekanisme pelaporan, mekanisme pemantauan, mekanisme evaluasi dan mekanisme pengenaan sanksi.

1) Materi yang diatur

Ketentuan-ketentuan yang mencakup perijinan, pengawasan, dan penertiban di kawasan perkotaan.

2) Kedalaman materi yang diatur

Kedalaman materi yang diatur meliputi pengaturan tentang mekanisme advis planning (rekomendasi perencanaan) perijinan, pengawasan, dan penertiban.

3) Pengelompokan materi yang diatur

Mekanisme advis planning perijinan sampai dengan pemberian ijin lokasi bagi kegiatan perkotaan;

Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif bagi kawasan yang didorong pengembangannya, kawasan yang dibatasi pengembangannya, serta terhadap upaya-upaya perwujudan ruang yang menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan Bagian Kawasan Perkotaan dengan Kota/Kawasan Perkotaan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

Mekanisme pemberian kompensasi berupa mekanisme penggantian yang diberikan kepada masyarakat pemegang hak atas tanah, hak pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, tambang, bahan galian, kawasan lindung yang mengalami kerugian akibat perubahan nilai ruang dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang;

Mekanisme pelaporan mencakup mekanisme pemberian informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang berwenang;

Mekanisme pemantauan yang mencakup pengamatan, pemeriksaan dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dan dilakukan oleh instansi yang berwenang;

Mekanisme evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang yang dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang berwenang;

Mekanisme pengenaan sanksi mencakup sanksi administratif, pidana dan perdata.

2.5 SISTEM PELAPORAN DAN SUPERVISI

A. Tahapan Laporan terdiri atas:a. Laporan Fakta dan Analisis (Laporan Antara)Laporan ini berintikan hasil dari kegiatan penelitian lapangan dengan analisis dan sintesis. Laporan Fakta dan Analisis sebanyak 30 eksemplar.

b. Draft Laporan AkhirMerupakan laporan lengkap dari keseluruhan kegiatan dalam bentuk draft yang berisikan konsep rencana. Draft Laporan Akhir ini sebanyak 30 eksemplar dan eksemplar ringkasan.

c. Laporan Akhir

Laporan ini sebagai hasil final dari seluruh pekerjaan perencanaan yang disempurnakan dari serangkaian diskusi/pembahasan. Buku Laporan Akhir sebanyak 30 eksemplar dan ringkasannya 30 eksemplar.

d. Album Peta berwarna sebanyak 5 (lima) album.B. Bentuk Laporan.

Bentuk laporan Buku.

Ukuran kertas: kertas yang digunakan di dalam penulisan laporan ini berukuran A3. Untuk album peta dengan ukuran A3. Cover (sampul): buku Fakta dan Analisis: soft cover, sampul Laporan Akhir: hard cover.

C. Pembahasan dan Supervisi.

1. Pembahasan/Diskusi

Pembahasan dari setiap laporan ini akan dilaksanakan di Kabupaten Jayapura.

a. Pembahasan Laporan Fakta dan Analisis.

Dilaksanakan di Kabupaten Jayapura dengan mengundang masyarakat setempat, LSM, Pengusaha, Instansi Terkait dan dikoordinir oleh Bappeda.

b. Pembahasan Laporan Akhir Sementara.

Laporan Akhir Sementara akan dilaksanakan di Kabupaten Jayapura dengan mengundang masyarakat setempat, LSM, Pengusaha, Instansi terkait dan dikoordinir oleh Bappeda.

2. Konsultasi dan Supervisi

Asistensi pekerjaan dilakukan minimal 3 kali sepanjang waktu kerja, masing-masing 1 (satu) kali setiap tahap penyusunan laporan. Supervisi akan dilakukan oleh Tim Teknis Proyek, akan melakukan koreksi dan pengarahan terhadap masing-masing laporan.

3. WAKTU PELAKSANAAN DAN TENAGA AHLI YANG DIPERLUKAN

3.1. WAKTU PELAKSANAAN

Untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan lingkup pekerjaan dan hasil yang diharapkan seperti tersebut di atas, pelaksanaan kerja harus dapat menyelesaikan pekerjaan ini selama 3 (tiga) bulan terhitung sejak kontrak ditandatangani.

3.2. JASA KONSULTAN YANG DIPERLUKAN

Untuk dapat melaksanakan pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya sesuai spesifikasi kerja yang diberikan oleh pemberi kerja, pelaksanaan kerja minimal harus menyediakan tenaga kerja yang telah berpengalaman dalam bidang perencanaan tata ruang dengan keahlian:

a. Ahli Perencanaan Kota (sebagai team leader);

b. Ahli Prasarana Kota;

c. Ahli Perencanaan Tapak;

d. Ahli Ekonomi Pembangunan;

e. Ahli Lingkungan;

f. Ahli Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan;

g. Ahli Sosiologi Antropologi;

h. Ahli Pemetaan dan Sistem Informasi Geografis.

Koordinator minimal berpendidikan S-2 dibidangnya dengan berpengalaman minimal 3 tahun. Semua ahli yang lain harus berpendidikan minimal S-1 dan berpengalaman minimal 5 tahun dibidangnya. Disamping itu, diperlukan juga beberapa asisten atau tenaga lepas lapangan, berpendidikan minimal S-1 atau D-3 dibidang masing-masing dan dapat mengoperasikan komputer.

4. PENUTUP

Kegiatan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR) Bagian Wilayah Kota (BWK) C Ibukota Kabupaten Jayapura dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2010 serta dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Jayapura.Sentani, 2010BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN JAYAPURAKEPALA,

Drs. EDISON MUABUAY, M.SiPEMBINA TINGKAT INIP. 19590502 198410 1 003KERANGKA ACUAN KERJA (KAK/TOR)

PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)

BAGIAN WILAYAH KOTA (BWK C)IBUKOTA KABUPATEN JAYAPURA

PEMERINTAH KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Jalan Raya Sentani-Depapre Telp. (0967) 594710

PAGE 1617

PAGE 16

PAGE 16

PAGE 16

PAGE 16

PAGE 16 KABUPATEN JAYAPURA