13
 Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Jumat, 9 Maret 2012 Teknik Penyimpanan dan Penggudangan Gol : P1 Dosen : Ir. Sugiarto, M.Si Ir. Ade Iskandar Asisten: Famulla /F34090099 Imastia /F34090120 PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP MUTU KOMODITI PERTANIAN Oleh: Sutresno F34100022  Nita Pu rwanti F341 0003 6 Hafidzar Rohim F341000xx 2012 DEPARTEMEN TEKNOLOG I INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 

tppmutu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 1/13

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Jumat, 9 Maret 2012

Teknik Penyimpanan dan Penggudangan Gol : P1

Dosen : Ir. Sugiarto, M.Si

Ir. Ade Iskandar 

Asisten: Famulla /F34090099

Imastia /F34090120

PENGARUH LINGKUNGAN

TERHADAP MUTU KOMODITI PERTANIAN

Oleh:

Sutresno F34100022

 Nita Purwanti F34100036

Hafidzar Rohim F341000xx

2012

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 

Page 2: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 2/13

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyimpanan komoditi pertanian pada dasarnya merupakan usaha untuk 

mempertahankan komoditi (panenan) tersebut dari sejak dipanen hingga saatnya

digunakan. Oleh karena itu, maka penyimpanan juga berarti upaya mempertahankan

komoditi panenan tetap dalam kondisi segar dan sekaligus masih memiliki kualitas

yang baik. Penyimpanan yang dimaksud adalah penyimpanan pada kondisi suhu

dingin dan penyimpanan pada kondisi atmosfir terkendali. Penyimpanan tersebut

diperlukan terutama bagi komoditi pertanian yang mudah mengalami kerusakan

setelah memasuki periode pasca panen, karena cara penyimpanan tersebut dapat

mengurangi laju respirasi dan metabolisme lainnya, mengurangi proses penuaan,

mengurangi kehilangan air dan pelayuan, mengurangi kerusakan akibat aktivitas

mikroba, dan mengurangi proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki seperti

 pertunasan.

Pada komoditas pertanian produk olahan dapat terjadi kerusakan yang

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tergantung tempat penyimpanannya. Faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi mutu produk dari komoditas ialah sinar matahari,

suhu, serta kelembaban. Semua jenis komoditas memiliki kualitas masing-masing

untuk mempertahankan faktor yang mempengaruhinya. Sehingga, setiap komoditas

atau produk dapat bertahan dalam penyimpanan dalam jangka waktu yang panjang

sesuai dengan lingkungannya.

Pada praktikum kali ini penyimpanan komoditas pertanian dilakukan di 4

kondisi berbeda yaitu kamar mandi, terpapar oleh matahari (dijemur), suhu kamar,

dan lemari es. Masing – masing tempat memberi pengaruh yang berbeda terhadapmutu komoditas yang disimpan. Pemilihan tempat penyimpanan yang baik untuk 

suatu komoditas dipengaruhi oleh komponen dan sifat-sifat komoditas tersebut

B. Tujuan

Praktikum kali ini mengidentifikasi perubahan mutu komoditi pertanian

akibat pengaruh sinar matahari, kelembaban dengan suhu rendah, dan kelembaban

Page 3: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 3/13

dengan suhu tinggi, serta praktikan dapat menentukan kondisi penyimpanan yang

sesuai untuk komoditi pertanian.

II. METODOLOGIA. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya pisau dan plastik 

HDPE (berbentuk cup). Bahan/komoditi yang diamati pada praktikum ini

diantaranya (hanya salah satu yang digunakan setiap kelompok) minuman beraroma

dalam kemasan bening (frutang bulir), minuman beraroma dalam kemasan opaque

(fruitamin), bawang merah, minyak goreng, dan sabun.

B. Metode

Bahan yang digunakan adalah frutang bulir, fruitamin, bawang merah, minyak 

goreng, dan sabun.

● Tempat Lembab dan Dingin.

● Tempat Terpapar Matahari.

Ambil sekitar 20 gram

sampel bahan.

Masukkan sampel bahan ke

dalam cup HDPE

Tutup rapat cupSimpan di tempat yang

lembab dan dingin

(kamar mandi).

Ambil sekitar 20 gram

sampel bahan.

Masukkan sampel bahan ke dalam

cup HDPE

Simpan di tempat

yangterpapar langsung

matahari (jendela)

Tutup rapat cup

Page 4: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 4/13

● Tempat Lembab dan panas.

● Tempat Kering dan Dingin.

Ambil sekitar 20

gram sampel bahan.Masukkan sampel bahan ke dalam

cup HDPE

Tutup rapat cupSimpan di tempat yang

lembab dan panas (suhu

kamar).

Ambil sekitar 20

gram sampel bahan.

Simpan di tempat yang

kering dan dingin (lemari

es).

Masukkan sampel bahan ke dalam

cup HDPE

Tutup rapat cup

Page 5: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 5/13

III. PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

[Terlampir]

B. Pembahasan

Penyimpanan suatu komoditas pertanian merupakan suatau cara untuk 

memperpanjang daya simpan komoditas tersebut setelah pemanenan dilakukan.

Begitu pun dengan komoditas pertanian produk olahan, penyimpanan dilakukan

sebelum produk tersebut dijual ke pasaran. Dalam hal ini tentunya komoditastersebut tidak disimpan seadanya tanpa memperhitungkan perubahan mutu dari

komoditas tersebut selama penyimpanan. Penyimpanan yang sesuai tentunya sangat

diperlukan, dengan melihat karakter dari setiap komoditas tersebut serta dalam

lingkungan seperti apa komoditas tersebut sesuai untuk disimpan. Oleh karena itu

agar penyimpanan tersebut berjalan baik maka dalam penyimpanan diperlukan

 pengetahuan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan

 penyimpanan tersebut seperti kelembaban udara, suhu, komposisi atmosfir (udara),

dan kualitas bahan yang disimpan.

Kelembaban lingkungan atau ruangan dapat mempengaruhi kecepatan

kerusakan hasil-hasil pertanian pangan. Kelembaban ruangan selain berkorelasi

dengan suhu ruangan, juga berkorelasi dengan tumbuh tidaknya mikrobia tertentu

yang akan merusak bahan pangan tersebut. Kelembaban ruangan tidak lain adalah

 jumlah uap air yang terdapat di dalam ruangan. Semakin tinggi kelembaban (udara)

ruangan, semakin memungkinkan tumbuh dan berkembangnya mikrobia dan proses

 biokimiawi di dalam bahan semakin cepat. Suhu ruangan yang tinggi dapat

menyebabkan terjadinya pengeluaran air dari dalam bahan pangan dan uap air yang

keluar tersebut apabila tidak dikeluarkan dari dalam ruangan akan dapat

mengakibatkan suhu ruangan semakin tinggi, sehingga akan lebih mempercepat

 proses biokimiawi di dalam bahan. Oleh sebab itu, ventilasi udara diperlukan agar 

kelembaban udara tidak meningkat.

Page 6: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 6/13

Suhu dalam penyimpanan seharusnya dipertahankan agar tidak terjadi

kenaikan dan penurunan. Biasanya dalam penyimpanan dingin, suhu dipertahankan

 berkisar antara 10°C sampai dengan 20°C. Penyimpanan yang mendekati titik beku

mungkin saja diperlukan interval suhu yang lebih sempit. Suhu di bawah optimum

akan menyebabkan pembekuan atau terjadinya chilling injury, sedangkan suhu di

atas optimum akan menyebabkan umur simpan menjadi lebih singkat. Fluktuasi

suhu yang luas dapat terjadi bilamana dalam penyimpanan terjadi kondensasi yang

ditandai adanya air pada permukaan komoditi simpanan. Kondisi ini juga

menandakan bahwa telah terjadi kehilangan air yang cepat pada komoditi

 bersangkutan. Persyaratan suhu penyimpanan untuk berbagai jenis komoditi sangat

 berlainan satu dengan lainnya. Suhu yang lebih rendah dari suhu optimum biasanya

akan dapat mengakibatkan terjadinya pengembunan pada permukaan komoditi.

Bilamana hal ini terjadi, maka dapat menyebabkan pengkeriputan dan berkurangnya

kualitas akibat cepatnya proses penuaan (Syarief dan Halid,1993).

Menurut Pantastico (1973), pada dasarnya semua pengujian dilakukan

dengan cara melakukan penyimpanan bahan dan komoditi pertanian pada tempat

yang telah ditentukan. Penyimpanan yang baik adalah penyimpanan pada kondisi

suhu dingin dan penyimpanan pada kondisi atmosfir terkendali. Penyimpanan

tersebut diperlukan terutama bagi komoditi hortikultura yang mudah mengalami

kerusakan setelah memasuki periode pasca panen, karena cara penyimpanan

tersebut dapat mengurangi laju respirasi, metabolisme, mengurangi proses penuaan,

mengurangi kehilangan air dan pelayuan, mengurangi kerusakan akibat aktivitas

mikroba, dan mengurangi proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki seperti

 pertunasan.

Pembusukan atau kontaminasi mikroorganisme pada buah merupakan

kerusakan fisik. Pada buah yang terkena kontaminasi bakteri saat proses penyimpan

dalam keadaan suhu rendah, tinggi atau stabil dapat menunjang pertumbuhan

 bakteri. Selain itu proses metabolisme juga dapat mempengaruhi terjadinya

kebusukan karena respirasi yang berlebihan. Menurut Syarief dan Halid (1993),

 pada dasarnya mikroba perusak bahan pangan adalah bakteri, kapang dan khamir.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ketiga jenis mikroba tersebut

Page 7: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 7/13

 berbeda satu sama lain, di antaranya adalah aktivitas air (Aw) bahan pangan, suhu

 penyimpanan dan suhu pengolahan, ketersediaan oksigen, pH bahan pangan dan

kandungan zat gizi bahan pangan. Faktor lingkungan fisik tersebut apabila berada

 pada kondisi optimal makan pertumbuhan mikroba akan berlangsung baik (Kalie,

1992).

Pada proses penyimpanan yang sangat panjang bahan komoditi dapat

menimbulkan bau/aroma yang tidak sedap seperti bau tengik. Istilah ketengikan ini

digunakan pada semua lemak atau minyak yang berbau tidak enak. Kalau lemak 

dibiarkan pada suhu kamar dalam waktu singkat segera berbau tengik. Dua macam

reaksi utama yang menyebabkannya yaitu hidrolisis dan oksidasi. Ketengikan

hidrolitik terutama ditemukan pada mentega karena mengandung banyak asam berat

molekul rendah seperti asam butirat dan asam kapoat keduanya berbau merangsang.

Bila bahan disimpan pada keadaan kelembaban dan panas maka mudah

terhidrolisis pada ikatan ester, dan membebaskan asam yang mudah menguap dan

gliserol. Mikroorganisme yang ada di udara memberikan enzim lipase yang

mempercepat proses ini. Proses menjadi tengik tersebut dapat dicegah atau

diperlambat dengan menyimpan dengan wadah tertutup dan dalam

lemari pendingin. Ketengikan oksidatif terjadi jika trigliserida yang mengandung

asam lemak tak jenuh. Reaksinya cukup kompleks, tetapi juga diduga pembentukan

hidroksiperoksida yang diikuti oleh terputusnya ikatan rangkap dan membebaskan

asam berantai pendek yang merangsang (Tarigan, 1983).

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan beberapa produk dan komoditi

 pertanian dengan perlakuan berbeda di berbagai tempat yaitu di tempat lembab dan

dingin seperti pada kamar mandi, perlakuan terpapar sinar matahari seperti pada

ruang terbuka, di tempat lembab dan panas yaitu perlakuan pada suhu ruang, danditempat kering dan dingin seperti dalam kulkas.

Produk pertama yang diamati adalah sabun. Sabun merupakan suatu produk 

yang dihasilkan dari reaksi kimia saponifikasi antara  fatty acid  dan alkali.  Fatty

acid  adalah lemak yang diperoleh dari lemak hewani atau nabati. Selain lemak 

nabati atau hewani komponen penyusun sabun, antara lain EDTA (Ethylenediamine

tetraacetic acid) berfungsi sebagai antioksidan dan mencegah sabun bersifat tengik,

Ethanol (ethyl alcohol ) berfungsi sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun

Page 8: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 8/13

transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak, Asam stearat

untuk mengeraskan sabun dan menstabilkan busa, NaOH untuk menetralisir asam,

dan gliserin sebagai pelembab (Hennie 2007).

Produk selanjutnya yaitu minuman olahan seperti frutang bulir dan

fruitamin. Produk ini merupakan produk yang komposisinya hampir 90% adalah air 

dan memiliki tingkat keasaman yang tinggi.

Selain itu, dalam praktikum ini juga diamati komoditas pertanian yaitu

 bawang merah. Bawang merupakan salah satu produk pertanian yang penting dalam

sayuran dan buah. Bawang cepat sekali mengalami pembusukan yang disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu pembusukan oleh bakteri atau jamur, perubahan kegiatan

enzim dan penyimpanan serta pengangkutan bawang segar yang kurang baik. Untuk 

mempertahankan mutu bawang agar bertahan lebih lama setelah panen, bawang

disimpan dengan cara pengeringan. Hal ini bertujuan untuk untuk mengurangi kadar 

air pada bawang sehingga pembusukan dapat teratasi.

Dari hasil pengamatan selama 2 minggu untuk masing – masing komoditi,

maka dapat ditentukan lingkungan yang baik saat penyimpanan untuk komoditi

tersebut. Hal ini tentunya dengan mempertimbangkan dan menganalisa berbagai

 parameter pengujian seperti perubahan warna, perubahan kekeruhan, perubahan

 bobot, kadar air, perubahan bau, perubahan penampakkan permukaan, terjadinya

 pertumbuhan, perubahan tekstur, perkembangan mikroorganisme, adanya deformasi

 bentuk, serta perubahan lainnya.

Warna merupakan penampakan fisik pada suatu produk dan komoditas

 pertanian. Warna juga kerap menjadi indikator kesegaran suatu komoditas terutama buah dan sayuran. Pada praktikum ini, semua produk hampir mengalami perubahan

warna. Untuk komoditi sabun perubahan warna yang paling signifikan adalah yang

disimpan dilingkunganyang terpapar matahari. Hal ini disebabkan adanya

 perubahan komponen kimia pada sabun tersebut akibat adanya radiasi sinar 

matahari yang menembus bagian sabun. Pada komoditi minysk goreng perubahan

warna yang signifikan adalah pada lingkungan lembab dan dingin serta kering dan

dingin. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan warna minyak yang semakin

Page 9: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 9/13

memudar. Untuk komoditi bawang merah perubahan warna yang signifikan adalah

 pada lingkungan lembab dan dingin serta kering dan dingin. Namun seharusnya

 bawang yang disimpan pada lingkungan yang kering dan dingin dapat lebih

 bertahan dari perubahan warna tersebut. Berbeda dengan komoditas frutang dan

fruitamin, perubahn warna yang terjadi secara signifikan untuk frutang adalah pada

lingkungan yang terpapar matahari, sedangkan pada fruitamin adalah pada

lingkungan lembab dan panas. Hal ini berbeda karena pada frutang bulir memakai

kemasan transparan, sedangkan fruitamin digunakan kemasan opaque sehingga

lebih tahan terhadap paparan sinar matahari.

Perubahan kedua yang diamati adalah kekeruhan. Kekeruhan adalah jumlah

 butir-butir zat yang tergenang dalam dalam suatu zat. Pada praktikum ini, minyak 

yang disimpan di lingkungan lembab dan dingin serta kering dan dingin berubah

dari bening menjadi keruh. Hal ini desebabkan karena adanya reaksi dengan

lingkungan sekitar yang terbuka.

Perubahan ketiga yang diamati adalah bobot. Bobot suatu komoditi dan

 produk sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang tersimpan dalam bahan tersebut.

Pada percobaan ini semua komoditi dan produk mengalami perubahan bobot. Bobot

 bahan yang disimpan di kamar mandi, lemari es, dan suhu ruang tidak mengalami

 perubahan secara signifikan, sedangkan pada paparan matahari, bobot banyak 

 berkurang. Hal ini dikarenakan sinar matahari dapat menguapkan kandungan air 

yang tersimpan dalam komoditi ataupun produk yang disimpan.

Parameter keempat yang diamati adalah kadar air. Kadar air adalah

 persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat

 basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah

mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air 

 berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen. Berdasarkan pengamatan yang

dilakukan, didapat hasil bahwa kadar air tertinggi terdapat pada frutang dan

fruitmain, sedangkan kadar air terndah adalah pada minyak goreng.

Perubahan yang selanjutnya adalah adanya perubahan terkstur. Bawang

 pada tempat lembab dingin dan terpapar matahari mengalami pembusukan. Minyak 

Page 10: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 10/13

menjadi padat halus karena membeku dalam kulkas. Bawang dalam kulkas menjadi

mengering. Disamping itu, pada komoditi bawang dan frutang terdapat perumbuhan

mikroorganisme ketika disimpan di lingkungan yang terpapar matahari serta lembab

dan panas.

Berdasarkan percobaan tersebut dapat dilihat bahwa kondisi penyimpanan

yang baik dari setiap komoditas adalah berbeda – beda. Hal ini menunjukkan bahwa

setiap uji yang telah dilakukan di atas sangatlah penting mengingat setiap jenis

 produk dan komoditas memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlakuan

 penyimpanannya pun berbeda. Namun hampir semua produk olahan disarankan

untuk disimpan pada suhu ruang sedangkan komoditi sperti sayur adalah pada

lingkungan kering dan dingin seperti lemari es. Hal ini dikarenakan selain kering

dan sedikit terkena cahaya matahari, juga terhindar dari kerusakan produk akibat

mikroorganisme dan penampakan dari produk tersebut. Sehingga mutu produk 

masih dapat dipertahankan

Untuk komoditi sabun cocok disimpan pada lembab dan dingin, yaitu pada

suhu kamar. Hal ini sesuai dengan sifat dari sabun yang merupakan turunan dari

lemak. Menurut Jellinek (1970), penyimpanan sabun berbeda dari penyimpanan

komoditi lainnya. Biasanya sabun lebih tahan terhadap tempat yang lembab. Oleh

karena itu penyimpanan sabun cukup disimpan ditempat yang tidak terlalu panas.

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bawang. Dari hasil

 percobaan diperoleh bahwa pada hari keempat penyimpanan bawang mulai

membusuk dan warnanyapun berubah. Perubahan disetiap tempat hampir sama

setiap harinya. Akan tetapi tempat yang lebih baik digunakan untuk menyimpan

 bawang yaitu pada suhu rendah seperti lemari es. Hal ini dapat mencegah timbulnya

 bakteri dan pembentukan spora sehingga akan mempertahankan mutu bawang

dalam waktu yang lama.

Dengan kondisi lingkungan yang dingin tapi kering untuk produk seperti

fruitamin dan frutang adalah yang terbaik sebagai tempat penyimpanan karena

dapat lebih mempertahankan mutu produk dengan kondisi yang dingin dapat

menjaga kualitas bobot produk tersebut dan dengan kondisi kering dapat menjaga

Page 11: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 11/13

kualitas penampakan dan kerusakan akibat mikroorganisme. Sedangkan untuk 

komoditi minyak goreng cocok disimpan pada lingkungan yang lembab dan panas.

Hal ini karena minyak merupakan bahan yang terbuat dari lemak. Jika disimpan

 pada lingkunga yang dingin maka akan membeku sehingga akan mempengaruhi

mutu produk.

Page 12: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 12/13

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kondisi penyimpanan yang sesuai untuk suatu komoditi harus sesuai

dengan sifat – sifat dari komoditi tersebut. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan

mutu dan kualitas produk agar dapat bertahan lebih lama. Penyimpanan yang baik 

adalah penyimpana pada suhu dan atmosfir yang terkendali. Penyimpanan yang

tidak baik dapat memyebabkan perubahan warna, kekeruhan, bobot, kadar air, bau,

 penampakan, adanya pertumbuhan, dan tekstur. Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan penyimpanan meliputi suhu, kelembaban udara, komposisi atmosfir 

(udara), dan kualitas bahan yang disimpan.Satu lingkungan akan memberi efek yang berbeda pada komoditas yang berlainan karena setiap komoditas memiliki

daya tahan terhadap keadaan lingkungan yang berbeda. Secara umum, tempat

 penyimpanan yang baik adalah tempat yang bingin dan kering. Kondisi ini dapat

mengurangi laju penguapan air dari dalam komoditas dan produk, serta dapat

menghambat terjadinya pembusukan. Sehingga komoditas dapat segar dan tahan

lebih lama.

B. Saran

Dalam praktikum Teknologi Penyimpanan dan Penggudangan kami

menyarankan agar alat – alat yang digunakan dalam praktikum sebaiknya tersedia

dengan cukup sehingga tidak ada pengamatan yang dibawa pulang. Hal ini

 bertujuan agar data yang dihasilkan lebih akurat.

Page 13: tppmutu

5/16/2018 tppmutu - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/tppmutu 13/13

DAFTAR PUSTAKA

Hennie. 2007. Saponifikasi dan Proses Pembuatan Sabun.

http://soapmakersdiary.wordpress.com/2007/04/03/fakta-tentang-handmade-

natural-soap/ [14 Maret 2010]

Jellinek,J.S.1970.  Formulation and Function of Cosmetics. Translated from the

German by G.L Fenton Wiley-Interscience. A Division of John Wiley and

Son,Inc.

Kalie, Moehd. Baga .1997. Alpukat: Budidaya dan Pemanfaatannya .Yogyakarta:

Kanisius.

Pantastico, Er. B., T.K. Chattopadhyay, and Subramanyam, 1973. Storage and

Operation on Commercial Storage, in Pantastico, Er. B. (Ed).  Postharvest 

 Physiology, Handling, and Utilization of Tropical and Sub-Tropical Fruits and 

Vegetables. The Avi Publishing Company. Inc., Connecticut. Pantastico, Er.

B., A.K. Matto

Syarief, Rizal dan Hariyadi Halid. 1993.Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta:

Arcan

Tarigan, Ponis. 1983. Kimia Organik Bahan Makanan. Bandung: Penerbit Alumni.