15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Trauma Abdomen Cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan atau tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).Trauma pada abdomen terbagi berdasarkan kejadian, yaitu trauma tumpul dan trauma tembus (Srivathsan, 2009) 2. Klasifikasi 1) Trauma tumpul Merupakan trauma tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum ---- Dinding perut utuh Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Pada pasien dengan trauma tumpul organ yang paling sering mengalami cedera antara lain limpa (40-55%), liver (35-45%), dan usus halus (5-10%) Mekanisme injury : a) Compression : kekerasan fisik atau pukulan b) Crushing : kecelakaan kendaraan bermotor c) Shearing : kompresi atau sabuk pengaman d) Deceleration : cedera akibat olahraga Meskipun sabuk pengaman dapat mencegah cedera berat, sabuk pengaman dapat menyebabkan cedera yang spesifik.

Trauma Abdomen Word Nessa Edit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nnn

Citation preview

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Trauma AbdomenCedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan atau tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).Trauma pada abdomen terbagi berdasarkan kejadian, yaitu trauma tumpul dan trauma tembus (Srivathsan, 2009)

2. Klasifikasi1) Trauma tumpul Merupakan trauma tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum ---- Dinding perut utuh Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Pada pasien dengan trauma tumpul organ yang paling sering mengalami cedera antara lain limpa (40-55%), liver (35-45%), dan usus halus (5-10%) Mekanisme injury : a) Compression : kekerasan fisik atau pukulan b) Crushing : kecelakaan kendaraan bermotor c) Shearing : kompresi atau sabuk pengaman d) Deceleration : cedera akibat olahragaMeskipun sabuk pengaman dapat mencegah cedera berat, sabuk pengaman dapat menyebabkan cedera yang spesifik.

Truncal and cervical injuries from restrain devices

Restrain DeviceInjury

Lap seatbeltCompressionHiperflexion Tear or avulsion of mesenteryRupture of small bowel or colonThrombosis of iliac artery orabdominal aortaChance fracture of lumbar vertebraePancreatic or duodenal injury

Shoulder HarnessSliding under the seatbeltCompression Intimal tear or thrombosis in innominate, carotid, subclavian, or vertebral arteriesFracture or dislocation of cervical spineIntimal tear or thrombosis in subclavian arteryRib fracturePulmonary conclusionRupture of upper abdominal viscera

AirbagContactContact / decelerationFlexionHiperextensionCorneal abrasionsAbrasions of face, neck and chestCardiac ruptureCervical or thoracic spine fractureCervical spine fracture

2) Trauma tajam penetrasi ke dalam rongga peritoneum ---- Dinding perut tidak utuh Luka tusuk yang melintas struktur abdomen dapat mengenai liver (40%), usus halus (30%), diafragma (20%), kolon (15%) Luka tembak paling sering mengenai usus halus (50%), kolon (40%), liver 30% dan struktur vascular intraabdomen (20%) Mekanisme injury : a) luka tusuk/tikam b) luka tembak high velocity kecepatan peluru >2000 kaki/detik. low velocityKadang-kadang perlukaan esofagus bawah disebabkan oleh luka tembus, dan jarang disebabkan oleh trauma tumpul, hati merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan trauma tumpul

Merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang diakibatkan oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan masif yang berasal dari limpa yang rupturtrauma pada pankreas dan duodenum jarang terjadi. Tetapi dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi . hal ini disebabkan karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi kerusakan.

3. PEMERIKSAANANAMNESIS AMPLE sering digunakan untuk mengingat kunci dari anamnesis Allergies, Medications, Past medical history, Last meal or other intake, Events leading to presentation (Salomone & Salomone, 2011). Proses kecelakaan dan kerusakan kendaraan Pada pasien dengan cedera akibat kecelakaan mobil, anamnesis riwayat trauma : kecepatan kendaraan, tipe tabrakan (tabrakan frontal, tabrakan lateral, gesekan samping, belakang atau terguling), desakan kendaraan terhadap kompartemen penumpang, tipe pengaman, adanya airbag, posisi pasien dikendaraan, dan keadaan penumpang. Pasien dengan trauma penetrans : waktu cedera, tipe senjata (pisau, pistol, senapan laras panjang), jarak dari penembak (pada tembakan senapan laras panjang, kemungkinan kerusakan organ visceral menurun pada jarak lebih dari 3 meter), jumlah tusukan / luka tembak yang diderita dan jumlah perdarahan eksterna dilokasi kejadian, tingkat dan lokasi nyeri abdomen apakah nyerinya menjalar ke bahu. Luka akibat ledakan : cedera bertekanan tinggi, bila ledakan ditempat tertutup, jarak pasien lebih dekat. Inspeksi Pada umumnya, baju pasien harus seluruhnya dibuka. Pada abdomen anterior dan posterior, juga pada dada dan perineum, dilihat apakah ada aberasi, kontusio dari sabuk pengaman, laserasi, luka penetrans, benda asing yang tertancap, eviserasi omentum atau usus halus, dan kehamilan. Pasien harus secara hati-hati dilakukan logroll untuk mempermudah pemeriksaan lengkap. Setelah selesai pemeriksaan pasien harus diselimuti agar tidak hipotermia. Auskultasi : Auskultasi abdomen mungkin sulit dilakukan di unit emergensi yang sibuk, tetapi mungkin dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya bising usus atau tidak. Adanya darah intraperitoneal atau perforasi dapat menyebabkan ileus, sehingga bising usus menghilang, walaupun demikian temuan ini tidaklah spesifik karena ileus juga dapat disebabkan cedera ektraabdomen. Temuan ini menjadi penting, ketika awalnya normal kemudian berubah dengan berjalannya waktu.Palpasi dan Perkusi Perkusi menyebabkan peritoneum bergerak dan merangsang iritasi peritoneal. Ketika terdapat iritasi peritoneal, tidak perlu lagi dicari adanya nyeri lepas, karena pemeriksaan tersebut membuat pasien lebih menderita. Adanya kekakuan otot (voluntree guarding) dapat menyebabkan pemeriksaan abdomen tidak dapat diandalkan. Sebaliknya involuntree muscle guarding merupakan tanda yang andal untuk iritasi peritoneum. Palpasi dapat membedakan nyeri superfisial dan nyeri tekan dalam, adanya kehamilan termasuk estimasi umur janin dapat dilakukan.Penilaian Stabilitas Pelvis Perdarahan mayor dapat terjadi akibat fraktur pelvis pada pasien dengan trauma tumpul batang tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara kompresi manual krista iliaka atau SIAS. Jika terdapat gerakan abnormal atau nyeri tulang mengarah kepada adanya fraktur pelvis. Jika dengan maneuver ini pelvis stabil, lakukan maneuver distraksi SIAS untuk mengevaluasi gerakan abnormal atau nyeri. Jika tersedia, lakukan pemeriksaan foto xray untuk menghindari kemungkinan memperberat perdarahan akibat maneuver yang dilakukan.Pemeriksaan Uretra Perineal dan Rektal Adanya darah pada meatus uretra merupakan pertanda adanya robekan uretra. Inspeksi skrotum dan perineum harus dilakukan untuk melihat tanda ekimosis atau hematom, sugestif cedera uretra. Pada pasien dengan cedera tumpul, pemeriksaan rektal dilakukan untuk menilai tonus sfingter, menentukan posisi prostat (prostat tetap tinggi menandakan adanya ruptu uretra), selain identifikasi adanya fraktur pelvis. Pada pasien dengan trauma penetrans, pemeriksaan rektal dilakukan untuk menilai tonus sfingter dan mencari darah segar karena perforasi usus.Pemeriksaan vagina Laserasi vagina dapat disebabkan oleh fragmen fraktur pelvis atau karena trauma tajam. Pemeriksaan vagina harus dilakukan ketika adanya laserasi perineum yang kompleks

Pemeriksaan Gluteal Daerah glutea meliputi krista iliaka sampai lipatan glutea. Cedera penetrans pada daerah ini dihubungkan dengan 50% cedera intraabdominal yang signifikan, termasuk cedera rektal dibawah refleksi peritoneal. Luka tembak atau luka tusuk dihubungkan dengan cedera intraabdominal.NGT Untuk dekompresi lambung, sebelum melakukan DPL dan mengeluarkan isi lambung, sehingga menurunkan resiko aspirasi. Adanya darah dalam sekret lambung kemungkinan disebabkan oleh cedera esophagus atau saluran cerna atas bila tidak ada kelainan di nasofaring atau orofaring. Bila dicurigai terdapat fraktur fasial yang berat atau fraktur basis cranii, selang gastrik harus dipasang melalui mulut untuk mencegah pasase selang melalui cribiform plate masuk ke otakKateter Urin Adalah untuk membebaskan retensi urin, dekompresi kandung kencing sebelum melakukan DPL, dan untuk monitoring urinary output untuk indeks perfusi jaringan. Hematuria adalah petanda adanya trauma traktus genitourinarius dan organ intraabdominal non renal. Ketidakmampuan untuk kencing, fraktur pelvis yang tidak stabil, darah pada meatus, hematom skrotum, atau ekimosis perineal dan prostat letak tinggi pada colok dubur memerlukan uretrografi retrograde unutk mengkonfirmasi apakah uretra intak sebelum masuk kateter urin. Rupture uretra yang terdeteksi pada primary atau secondary survey mungkin memerlukan insersi selang suprapubis oleh dokter yang berpengalaman.

X-Ray Pemeriksaan X-ray thoraks, anteroposterior dan pelvis dianjurkan pada penilaian pasien dengan trauma tumpul multisystem. Pasien dengan abnormalitas hemdinamik dengan trauma penetrans abdomen, tidak memerlukan x-ray. Pasien tanpa abnormalitas hemodinamik dan terdapat trauma penetrans diatas umbilicus atau curiga cedera torakoabdominal, foto x-ray thoraks tegak berguna untuk menyingkirkan hematoraks atau penumotoraks atau untuk melihat adanya udara bebas di intraperitoneal. Dengan marker atau klip yang ditempel pada semua luka masuk dan luka keluar, x-ray abdomen supine dapat dilakukan pada pasien hemodinamik normal untuk menentukan jejak peluru atau udara retroperitoneal. Focused Abdominal Sonography for Trauma (FAST) Pilihan prosedur diagnosis pada pasien yg tidak stabil Cepat, mudah dan noninvasif serta akurat Temuan positif : cairan (darah di rongga peritoneal)

DPL (Diagnostic Peritoneal Lavage) Diagnostic peritoneal lavage (DPL) pemeriksaan kedua tercepat untuk mengidentifikasi perdarahan atau potensi cedera organ berongga. DPL adalah prosedur invasive yang secara bermakna mempengaruhi tindakan selnjutnya dan dianggap 98% sensitive untuk perdarahan intraabdominal. DPL dilakukan oleh tim bedah terhadap pasien dengan abnormalitas hemodinamik dan trauma tumpul multiple terutama bila terdapat situasi Perubahan sensorium cedera otak, intoksikasi alcohol atau penggunaan narkoba Perubahan sensasi cedera medulla spinalis Cedera struktur sekitar iga bawah, pelvis, vertebra lumbalis Pemeriksaan fisik yang meragukan Hilang kontak dengan pasien dalam waktu lama anestesi umum untuk cedera ekstraabdomen, pemeriksaan x-ray yang lama seperti angiografi pada pasien dengan atau tanpa abnormalitas hemodinamik Kontraindikasi absolut DPL adalah bila terdapat indikasi untuk laparatomi. Kontraindikasi relative termasuk adanya riwayat operasi abdomen sebelumnya, obesitas, sirosis lanjut, dan koagulopati. Adanya darah, isi usus, serat sayuran yang keluar melalui kateter lavage pada pasien dengan abnormalitas hemodinamik merupaka indikasi untuk laparatom. Tes dikatakan positif pada trauma tumpul bila terdapat > 100.000 sel darah merah/ mm2, 500 sel darah putih/mm2 atau adanya bakteri pada pewarnaan gram.

Abdominal CT Scan Sangat spesifik (95-100%) Sensitifitas baik (85-99%) Dapat evaluasi retroperitoneum Dapat mengetahui derajat kerusakan organ trauma tumpul Dapat dilakukan pada pasien dengan suspek trauma tumpul abdomen dengan hemodinamik yang stabil Kontraindikasi pemeriksaan CT antara lain : penundaan, pasien yang tidak kooperatif yang tidak dapat disedasi, alergi terhadap bahan kontras, bila bahan kontras non-ionik tidak tersedia. Beberapa cedera usus, diafragma dan cedera pancreas dapat lolos dari pemeriksaan CT

Indikasi laparotomy Trauma tumpul abdomen dengan hipotensi dan FAST positif atau terdapat bukti klinis perdarahan intraperitoneal Trauma tumpul abdomen dengan DPL positif Hipotensi dengan luka penetrans abdomen Luka tembak melintas peritoneum atau visera Eviserasi Perdarahan dari lambung, rectum atau saluran genitourinary dari trauma penetrans Peritonitis, udara bebas, udara retroperitoneal atau rupture hemidiafragma setelah trauma tumpul Rupture saluran cerna, cedera kandung kencing intraperitoneal, cedera pedikal ginjal atau cedera parenkim visera berat akibat trauma penetrans atau tumpul.4. Masalah KhususCedera DiafragmaRobekan tumpul dapat terjadi pada setiap bagian diafragma, hemidiafragma kiri lebih sering terkena. Cedera yang paling sering adalah robekan sepanjang 5 10 cm di posterolateral kiri. Abnormalitas pada foto x ray dada antara lain elevasi atau bluring hemidiafragma, hemothoraks, dan adanya udara abnormal yang menutupi hemidiafragma, atau selang gastrik berposisi di dada. Meskipun demikian, foto x ray dada dapat normal pada sebagian kecil pasien.Cedera duodenumRuptur duodenum secara klasik terjadi pada pengemudi tanpa sabuk pengaman dan mengalami tabrakan frontal dan pasien mengalami tumbukan langsung pada abdomen, seperti pada stang kemudi sepedaCedera pancreasSering terjadi akibat dari tumbukan langsung terhadap epigaster dan mengkompresi organ terhadap kolumna vertebralis. Kadar amylase serum yang normal pada awal pengamatan tidak menyingkirkan kemungkinan trauma mayor pancreas. Sebaliknya, kadar amylase dapat meningkat pada penyakit non pancreas. Double strip kontras CT mungkin tidak dapat mendeteksi trauma pancreas pada saat segera setelah trauma (sampai 8 jam). Pemeriksaan harus di ulang bila dicurigai terdapat cedera pancreas. Cedera usus halusCedera tumpul pada usus biasanya disebabkan oleh deselarasi mendadak dengan akibat robekan di dekat titik perlekatan, terutama pada pasien dengan pengguna sabuk pengaman yang salah. Adanya ekimosis di dinding abdomen yang berbentuk linear menyilang (seat belt sign) atau adanya fraktur distraksi pada lumbal pada x ray harus dicurigai kemungkinan cedera usus. Cedera organ solid Cedera liver, limfa, dan ginjal yang menyebabkan syok, instabilitas hemodinamik atau adanya tanda-tanda perdarahan berkelanjutan merupakan indikasi untuk laparatomi segera. Cedera organ solid tanpa abnormalitas hemodinamik dapat dilakukan terapi secara non operatif.Cedera genitourinariusBenturan langsung ke punggung yang menyebabkan kontusio, hematoma, atau ekimosis merupakan jejas yang potensial menunjukkan akan adanya cedera ginjal dan memerlukan evaluasi (CT / IVP) saluran kencing.Indikasi lain untuk evaluasi traktus urinarius termasuk hematuria gross atau mikroskopis pada pasien dengan : Luka penetrans abdomen Episode hipotensi (td sistolik < 90 mmhg) berhubungan dengan trauma tumpul Cedera intraabdomen yang berhubungan dengan trauma tumpul Hematuria gross ataupun mikroskopis pada pasien dengan episode syok merupakan indikasi adanya risiko cedera abdomen non renal. Ct scan abdomen dengan kontras IV dapat mendokumentas adanya dan luasnya cedera ginjal. 95% dapat dilakukan terapi secara non operatif. Fraktur pelvis anterior biasanya terdapat pada pasien dengan cedera uretra. Luka yg terlihat tidak mencerminkan tingkat keparahan cedera Kemungkinan perdarahan signifikan Kemungkinan terkena usus Pasien mungkin syok