Upload
sri-mahtufa-riski
View
78
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
luka bakar akibat bahan kimia (asam, basa, komposisi organik)
Citation preview
TRAUMA AKIBAT BAHAN KIMIA
I. Pendahuluan
Trauma kimia merupakan trauma pada organ luar maupun organ dalam tubuh
yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang merupakan asam kuat atau basa kuat
(sering disebut alkali). Trauma kimia akibat bahan kimia terjadi pada saat tubuh atau
kulit terpapar oleh asam atau basa. Bahan kimia ini dapat menimbulkan reaksi
terbatas pada kulit, reaksi pada seluruh tubuh ataupun keduanya.1
Trauma kimia bisa disebabkan oleh asam atau basa yang kontak langsung dengan
jaringan. Asam didefinisikan sebagai donor proton (H+), dan basa didefinisikan
sebagai akseptor proton (OH-). Basa juga dikenal sebagai alkali. Kedua asam dan basa
dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang signifikan pada suatu kontak dengan
anggota tubuh. Kekuatan asam didefinisikan oleh seberapa kuat donor proton,
kekuatan basa ditentukan oleh seberapa kuat ia mengikat proton. Kekuatan asam dan
basa didefinisikan dengan menggunakan skala pH, yang berkisar antara 1-14 dan
logaritmik. Asam kuat umumnya memiliki pH kurang dari 2, sedangkan basa
membutuhkan pH 11.5 atau lebih untuk dapat melukai jaringan. 1,2
Trauma kimia oleh bahan kimia biasanya terjadi akibat kecelakaan.
Pembunuhan dengan cara ini sangat jarang dilakukan, dengan melemparkan atau
menyemprotkan cairan yang bersifat korosif seperti cairan asam pada korban lebih
sering dimaksudkan untuk melukai dibandingkan untuk membunuh korban. Bunuh
diri dengan menggunakan asam maupun basa kuat sangat jarang dilakukan saat ini
tetapi sering ditemukan di negara-negara miskin.1,2,3,4
Trauma yang disebabkan akibat bahan kimia dapat terjadi di rumah, di tempat
kerja atau sekolah maupun akibat kecelakaan. Meskipun cedera yang terjadi di rumah
jarang. Trauma yang disebabkan akibat bahan kimia biasanya disebabkan akibat dari
kecelakaan industri, terutama dalam bisnis dan pabrik yang menggunakan bahan
kimia dalam jumlah besar. Pada kasus pembunuhan dengan cara ini jarang terjadi. 2,3,5,6
Di seluruh dunia bahan korosif biasanya digunakan untuk kekerasan dengan
bahan kimia. Zat yang paling umum digunakan adalah alkali dan asam sulfat . Pada
tahun 2008, American Association of Poison Control Center ( AAPCC ) melaporkan
26.596 kasus tereksposur terhadap zat asam. Dalam laporan tahun 2008 dari American
Association of Poison Control Center, kesan dari eksposur terhadap asam, produk
yang mengandung asam dan bahan kimia menyebabkan 10 kematian, 83 kasus
keracunan berat, dan 1788 kasus keracunan sedang. 1
Sejumlah besar produk industri mengandung konsentrasi yang berbahaya asam,
basa, atau bahan kimia lain yang dapat menyebabkan trauma kimia. Beberapa produk
asam yang lebih umum tersebut adalah sebagai berikut : 1
1. Asam sulfat biasanya digunakan dalam pembersih toilet, pembersih saluran,
pembersih logam, cairan baterai mobil, dan pupuk manufaktur. Berbagai konsentrasi
dari asam 8% sehingga asam yang murni. Konsentrasi asam sulfat adalah higroskopis.
Jadi, sehingga bisa menyebabkan luka dermal oleh dehidrasi, cedera termal, dan
cedera kimia.
2. Asam nitrat biasanya digunakan dalam ukiran, pemurnian logam, dan pembuatan
pupuk.
3. Asam Hidrofluorik umum digunakan untuk penghilang karat, pembersih ban,
pembersih ubin, kaca, semikonduktor, pendingin dan pembuatan pupuk, serta
pengawetan minyak bumi. Ini adalah asam lemah dan dalam bentuk encer, tidak akan
menyebabkan trauma langsung.
4. Asam klorida umumnya digunakan dalam pembersih toilet, pembersih logam,
pembuatan pewarna, pengawetan logam, pemasangan pipa, pembersih kolam renang,
dan bahan kimia laboratorium. Konsentrasinya berkisar 5-44 %. Asam klorida juga
dikenal sebagai asam muriatik.
5. Asam fosfat umumnya digunakan dalam pembersih logam, desinfektan, deterjen, dan
pembuatan pupuk.
6. Asam asetat biasanya digunakan dalam pencetakan, pewarna, desinfektan. Cuka
adalah cairan asam asetat.
7. Asam format umum digunakan sebagai lem pesawat dan pembuatan selulosa.
8. Asam kloroasetat
Asam monochloroacetik digunakan dalam produksi karboksimetilselulosa,
phenoxyacetates dan beberapa obat-obatan. Ia memiliki toksisitas sistemik yang
signifikan dan bisa menghambat respirasi selular. Hal ini bersifat sangat korosif.
Asam dikloroasetat digunakan dalam pembuatan bahan kimia. Ini adalah asam lemah
dari asam trikloroasetat dan tidak menghambat respirasi selular.
Asam trikloroasetat digunakan di laboratorium dan di bidang manufaktur kimia. Asam
ini sangat korosif tetapi tidak menghambat respirasi selular.
II. Patofisiologi
Trauma akibat asam akan menyebabkan nekrosis koagulasi oleh protein
denaturasi, membentuk koagulum (misalnya, eschar) yang membatasi penetrasi asam.
Sedangkan pada basa biasanya menyebabkan luka yang lebih dalam disebut sebagai
nekrosis likuefaktif. Hal Ini melibatkan denaturasi protein serta saponifikasi lemak,
yang tidak membatasi penetrasi jaringan.1,3
Derajat luka akibat bahan kimia tergantung pada:
1. Kekuatan dan konsentrasi,
2. Kuantitas,
3. Lamanya kontak, dan
4. Luas penetrasi tubuh oleh bahan kimia. 2,3,5
Bahan kimia akan terus bereaksi pada jaringan sampai saat dinetralkan oleh agen lain atau
terinaktifasi oleh reaksi jaringan. Bahan kimia menggumpalkan protein dengan cara mereduksi,
mengoksidasi, membentuk garam, korosi, meracuni protoplasma, kompetisi metabolik atau inhibisi,
desikasi, atau sebagai hasil dari komplikasi iskemik dari vesicants. 2
Luka bakar pada kulit terjadi perubahan mikrosirkulasi kulit dan terbentuk edema. Trauma panas
menghasilkan perubahan karakteristik pada daerah yang terbakar yaitu respon lokal, dibagi dalam tiga
zona yaitu:3,5,6,7
1. Zona koagulasi. Zona ini merupakan zona yang terletak paling dalam dan merupakan zona dengan
kerusakan (damage) yang paling berat. Pada zona ini terjadi kerusakan jaringan yang ireversibel yang
disebabkan oleh koagulasi protein-protein konstituen.
2. Zona stasis. Zona ini ditandai dengan perfusi jaringan yang menurun. Kehilangan jaringan tidak
separah zona koagulasi, dan masih memiliki kemungkinan untuk diselamatkan (salvageable).
Penanganan resusitasi pada luka bakar terutama bertujuan untuk mengembalikan tingkat perfusi
jaringan yang normal pada zona ini, serta untuk mencegah kerusakan jaringan menjadi bersifat
ireversibel. Keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan permanen antara lain
hipotensi lama, infeksi, dan edema.
3. Zona hiperemia. Zona ini merupakan daerah yang paling luar, yang memperlihatkan hiperemia di mana
tingkat perfusi jaringan justru meningkat sebagai mekanisme kompensasi tubuh terhadap adanya
inflamasi/trauma. Kerusakan jaringan pada zona ini paling ringan dan akan sembuh, kecuali jika ada
faktor-faktor penyulit seperti sepsis yang berat maupun hipoperfusi yang lama.
Gbr 1. (dikutip dari kepustakaan 9): respon lokal pada luka bakar Respon sistemik terhadap luka bakar – berupa pelepasan sitokin dan mediator-
mediator radang – akan terjadi jika luas luka bakar mencapai 30% dari total luas
permukaan tubuh. 6
1. Efek kardiovaskuler. Peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan
perpindahan volume cairan serta protein intravaskuler ke jaringan interstisial.
Vasokonstriksi perifer dan splanchnic akan terjadi, kontraktilitas miokard menurun
(kemungkinan disebabkan oleh pelepasan TNF). Hal ini, disertai dengan kehilangan
cairan dari luka bakar itu sendiri, akan berakibat pada hipotensi sistemik serta
hipoperfusi ke organ dan jaringan perifer. 6
2. Efek respiratorius. Mediator-mediator radang akan menyebabkan bronkokonstriksi,
dan pada kasus-kasus luka bakar yang berat dapat terjadi sindrom distres pernapasan
akut (acute respiratory distress syndrome). 6
3. Efek metabolik. Basal metabolic rate akan meningkat hingga tiga kali dari kadar
normal. Hal ini, bersama dengan hipoperfusi splanchnic, membutuhkan asupan nutrisi
enteral yang cukup untuk meminimalkan katabolisme dan menjaga mukosa usus. 6
4. Efek imunologis. Akan terjadi mekanisme regulasi nonspesifik dari respon imun, dan
akan memengaruhi baik respon imun humoral maupun seluler. 6
Gbr 2. (dikutip dari kepustakaan 6): Respon sistemik pada luka bakar Asam dengan pH kurang dari dua akan mempresipitasikan protein, sehingga
menyebabkan nekrosis koagulasi dengan hasil akhirnya berupa krusta atau keropeng.
Ciri-ciri luka bakar yang disebabkan oleh asam yaitu: 2,3
1. Batas tegas
2. Kering dan keras
3. Edema ringan.
Luka bakar yang timbul sering kali kedalaman dan ketebalannya derajad kedua.
Bila ada kontak yang lama dapat menjadi luka bakar derajad ketiga, terutama dari
sulfur atau asam nitrat pekat. Dalam kasus ini, krusta kemudian menjadi gelap,
seperti kulit, dan kering. Asam hidroflorida memberikan luka bakar yang jauh lebih
dalam dibanding jenis asam-asam lain. Pengecualian terjadi pada asam hidroflorida
karena bahan ini merupakan suatu asam lemah yang dengan cepat menembus
membran sel dimana senyawa ini tetap tidak terionisasi. Dengan cara ini, asam
hidroflorida bekerja seperti asam, menyebabkan nekrosis liquiefactive. Tambahan
lagi, ion fluorida dilepaskan ke dalam sel. Ion fluorida ini dapat menghambat enzim-
enzim glikolitik dan dapat bersama-sama dengan kalsium dan magnesium membentuk
suatu senyawa komplek yang tidak larut. Nyeri lokal yang amat berat diduga
disebabkan oleh karena imobbilisasi kalsium, yang menyebabkan stimulasi saraf
dengan mengganti ion kalium. Fluorinosis akut dapat terjadi ketika ion fluoride
memasuki sirkulasi sistemik, menyebabkan gejala-gejala kardiak, respiratori,
gastroinsestinal, dan neurologis. Hipokalsemia yang parah, dimana resisten terhadap
pemberian dosis besar kalsium, dapat terjadi.2,3,8
Warna krusta tergantung pada derajat keasaman. Karakteristik warnanya yaitu: 2,3
1. Asam nitrat menghasilkan krusta kuning,
2. Asam sulfat (Sulfur) berwarna hitam atau cokelat,
3. Hidroklorin berwarna putih atau abu-abu, dan
4. Asam karbol (fenol) berwarna abu-abu terang atau cokelat terang.
Trauma kimia asam pada mata menyebabkan koagulasi protein dalam epitel
kornea, yang membatasi penetrasi lebih lanjut. Jadi, trauma kimia ini biasanya
nonprogressive dan dangkal.9
Trauma inhalasi terjadi dalam 3 cara: (1) oleh trauma sel dan kerusakan parenkim
paru oleh iritasi, (2) hipoksemia dengan gangguan pengiriman oksigen, dan (3)
kerusakan organ akhir oleh penyerapan sistemik melalui saluran pernafasan.10
III. Dampak trauma kimia terhadap organ
1. Mata
Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat
terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak
struktur bola mata tersebut. Trauma kimia biasanya hasil dari suatu zat yang
disemprotkan atau disiramkan di muka. Gejala-gejala awal yang biasa terjadi pada
trauma kimia mata adalah mata terasa sakit, Kemerahan, iritasi pada mata,
Ketidakmampuan untuk membuka mata, Sensasi benda asing di mata, Pembengkakan
pada kelopak mata dan Penglihatan jadi kabur.11,12
2. Kulit
Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang akut yang dapat menyebabkan
trauma pada kulit yang irrefersibel dan terjadi kematian sel. Bahan kimia pun dapat
menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang,
pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada
di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar
dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya
kondisi shock, infeksi, ketidakseimbangan elektrolit (inbalance electrolit) dan distress
pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga
menyebabkan distress emosional dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat
luka bakar dan bekas luka (scar).8,14
Gejala yang nyata pada luka bakar bahan kimia tergantung pada bahan kimia
yang menyebabkannya. Gejala tersebut termasuk gatal-gatal, pengelupasan, eritama,
erosi, kulit bewarna gelap, melepuh dan ulserasi, nyeri, rasa terbakar, gangguan
pernapasan, batuk darah dan atau jaringan yang nekrosis.15
Gbr 3. (Dikutip dari kepustakaan 6): Luka bakar kimia yang disebabkan akibat tumpahanya asam sulfat
3. Paru
Luka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik atau bahan kimia
lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini. Edema saluran pernapasan atas,
gangguan pernapasan, dan toksisitas karbon monoksida ( CO ) adalah contoh dari
trauma kimia dari inhalasi. Gejala ini muncul dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah
kejadian luka bakar. Juga suatu kondisi yang jarang dapat terjadi di mana bahan kimia
mengoksidasi hemoglobin paru-paru yang mengakibatkan gangguan transportasi
oksigen (methemoglobinemia) dan gangguan pernapasan.10
Menghirup bahan kimia beracun dapat menyebabkan luka bakar di jalan napas
atas dan bawah. Individu dengan luka bakar inhalsi bahan kimia datang dengan
radang tenggorokan, sesak napas, dan nyeri dada. 10
4. Saluran Pencernaan
Di negara maju dan berkembang, trauma kimia pada sistem pencernaan akibat
menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri telah berkurang
dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan peraturan yang lebih ketat
terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya, serta kesan dari kesadaran umum.4
Gejala yang paling cepat timbul adalah nyeri, muntah dan kesulitan bernapas
dan edema, diikuti dengan syok pada kasus yang berat. tanda khususnya yaitu bercak
pada bibir, pipi, dagu dan leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari
bibir sampai ke lambung, kadang-kadang sampai ke usus halus. Perforasi esophagus
dan gaster umumnya terjadi karena asam sulfat dan asam hidroklorida.3
IV. Pemeriksaan Kedokteran Forensik
1. Pemeriksaan Luar
a) Mata
Pada pemeriksaan fisik awal, penilaian terhadap luka-luka yang berpotensi
mengancam jiwa. Pemeriksaan fisik awal pada mata mungkin terbatas pada pH dan
ketajaman visual. Setelah irigasi berlebihan, pemeriksaan ophthalmologi penuh
diperlukan. Ini dapat mengungkapkan robek, injeksi konjungtiva, injeksi scleral,
blansing scleral, kerusakan kornea, opacification kornea, uveitis, glaukoma, atau
perforasi. Kemudian pencatatan penurunan ketajaman visual. Evaluasi fluorescein
diperlukan untuk menentukan tingkat cedera.9
Gbr 4. (dikutip dari kepuastakaan 9): Trauma kimia asam pada mata
b) Kulit
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Perubahan-perubahan pada kulit
sesuai dengan derajat luka bakarnya. Oleh karena itu, pada pemeriksaan luar perlu
ditentukan: keadaan luka, luas luka, dan dalamnya luka. Pada pemeriksaan luka ini
perlu dicari adanya tanda-tanda reaksi vital berupa daerah yang berwarna merah pada
perbatasan pada daerah yang terbakar.16
Kedalamannya Luka bakar secara klinis ditandai dengan ketebalan parsial, atau
total.17
i. Luka bakar ketebalan parsial
Kehilangan sampai dengan seluruh epidermis tetapi jaringan dermis dan isinya
masih baik. Sehingga membantu proses reepitelisasi. Walaupun pada luka daerah luas
dermis terpapar dan diikuti oleh reaksi peradangan yang hebat dengan eksudasi masif
cairan, termasuk protein plasma, tetapi pencangkokan plasma kulit biasanya tidak
dibutuhkan. Luka bakar ketebalan parsial umumnya menyatakan suatu intensitas
panas yang rendah, yang dapat mencetuskan jejas dan metabolisme sel yang
dipercepat, inaktivasi enzim yang peka suhu, dn pencetusan jejas vaskuler sehingga
eksudat terjadi. Lapisan sel epidermis sampai dermis dapat hangus sama sekali, dan
mengalami nekrosis koagulatif dengan piknosis inti, atau pada lapisan epidermis lebih
dalam dapat menunjukkan bukti permeabilitas membran yang terganggu,
pembengkakan inti, dan seluler.
ii. Luka bakar ketebalan total
Bila luas biasanya memerlukan pencangkokan kulit. Karena pada ukuran luka
yang sebanding, luka bakar ketebalan total biasanya mengalami kehilangan cairan
dan protein yang lebih banyak daripada luka ketebalan parsial, biasanya peka terhadap
infeksi sekunder. Tentu saja pada luka bakar ketebalan total terdapat penghapusan
atau koagulasi bukan saja seluruh epidermis tetapi juga seluruh adneksa kulit. Dalam
waktu beberapa jam sampai dengan satu atau dua hari, reaksi seluler yang nyata, dan
peradangan vaskuler menjadi tampak di daerah berdekatan dengan jaringan yang
selamat, sebagai tanda-tanda yang lebih nyata pada luka bakar ketebalan total,
daripada luka bakar ketebalan parsial.
Gbr 5. (dikutip dari kepustakaan 8): Luka bakar kimia dari asam asetat
c) Paru
Jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi harus diperiksa pada korban trauma
kimia. Pemeriksaan neurologis menyeluruh harus dilakukan. Pada pemeriksaan paru-
paru bisa didapatkan peningkatan laju napas, bunyi mengi, atau suara berderak dan
suara ronki kasar di paru-paru yang berhubungan dengan edema. Semua tanda ini
menunjukkan individu mengalami kesulitan pernafasan.10
d) Pencernaan
Pada pemeriksaa luar, tanda khususnya yaitu bercak pada bibir, pipi, dagu dan
leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari bibir sampai ke lambung,
kadang-kadang sampai ke usus halus. Perforasi esophagus dan gaster umumnya
terjadi karena asam sulfat dan asam hidroklorida.3
2. Pemeriksaan Dalam
a) Mata
Pada mata dilakukan beberapa pemeriksaan dalam untuk mengetahui
penyebab trauma pada mata. Pada palpebra: permukaan tarsal kelopak mata. Pada
kornea dinilai pada korpus alienum, aberasi, laserasi. Konyungtiva bulbaris terjadi
perdarahan, laserasi. Pada sklera terdapat luka tertutup oleh perdarahan.9
b) Kulit
Pada korban yang meninggal karena luka bakar bahan kimia, tidak ditemukan
kelainan yang spesifik, dimana kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan
dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain. Efek sistemik jika mengalami
trauma kimiawi haruslah selalu diantisipasi. Contohnya, dalam menggunakan asam
karbolik atau phenol untuk pengelupasan yang dalam, setiap dokter membutuhkan
pemeriksaan jantung dan resiko dari kerusakan ginjal. Asam hydrofluoric bisa
menyebabkan hipokalemia dan tetanus, disamping itu asam monocloroasetic dapat
memproduksi metabolik asidosis dan masalah CNS.8
1. Jantung
Udem interstitial dan fragmentasi myocardium dapat terjadi pada penderita
dengan luka bakar thermis, tetapi perubahan-perubahan ini tidak khas dan dapat
ditemukan keadaan-keadaan lain. Pada penderita dengan septicemia, ditemukan
adanya metastase focus septic pada myocardium dan endokardium. Perubahan lain
berupa gambaran peteki pada pericardium dan endokardium.18
Ginjal
Organ ini tidak terpengaruh langsung pada luka bakar thermik. Perubahan yang terjadi pada
organ ini biasanya merupakan akibat dari komplikasi yang terjadi. Pada korban ynang mengalami
komplikasi berupa syok yang lama, dapat terjadi acute tubular necrosis pada tubulus proksimal dan
distal serta thrombosis vena. Acute tubular nekrosis in diduga disebabkan adanya heme cast pada
medulla yang bisa ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik. Pada korban yang mengalami luka bakar
yang fatal, dapat ditemukan adanya pembesaran ginjal. Traktus genitalis merupakan sumber infeksi
yang potensial pada luka bakar, terutama pada korban yang memakai dauer kateter, dimana populasi
bakteri yang ditemukan biasanya tidak berbeda dengan populasi yang terjadi, bakteri tersebut antara
lain: pseudomonas, aerobacter, staphylococcus, dan proteus.18
Susunan saraf pusat
Dilaporkan adanya perubahan-perubahan pada susunan saraf pusat berupa edema, kongesti,
kenaikan tekanan intracranial dan herniasi dari tonsilla cerebellum melewati forame magnum serta
adanya perdarahan intracranial. Tetapi perubahan-perubahan ini diduga terjadi akibat adanya gangguan
keseimbangan air dan elektrolit, karena kebanyakan pada pasien dengan luka bakar terjadi kenaikan
temperature tubuh tidak lebih dari satu derajat, jadi dengan demikian, otak tidak selalu terpengaruh
oleh jejas thermik. Sel-sel neuron tidak menunjukkan perubahan-perubahan abnormal kecuali sel-sel
purkinye yang menunjukkan perubahan degenerative. Pada penderita yang mengalami komplikasi
berupa sepsis, maka dapat ditemukan adanya mikroabses dan meningitis hematogenous.18
c) Paru
Pada pemeriksaan post mortem, trauma kimia meninggalkan kesan korosi
pada saluran pernapasan dari tahap ringan hingga petengahan. Selain itu didapatkan
juga kongesti dan edema paru pada trauma kimia yang disebabkan oleh bahan korosif
asam. Inhalasi bahan kimia menyebabkan kerusakan sel yang parah pada saluran
pernapasan.10
d) Pencernaan
Pada pemeriksaan dalam yang didapatkan pada trauma kimia, ditemukan
perforasi atau ruptur gaster yang paling sering ditemukan oleh kerana trauma asam
sulfur, dan asam hidroklorida.3
V. Kesimpulan
Trauma yang disebabkan akibat bahan kimia biasanya disebabkan akibat dari
kecelakaan industri, kadang juga terjadi dengan produk kimia rumah tangga.
Sejumlah penyebab kerusakan jaringan bergantung pada kekuatan, konsentrasi, dan
kuantitas dari bahan kimia yang terdapat di permukaan kulit dan mukosa. Luka akibat
trauma kimia terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat. Asam kuat
bersifat mengkoagulasikan protein sehingga luka korosinya kering, dan keras,
sedangkan basa kuat membentuk reaksi penyabunan intra sel sehingga luka bersifat
basah, licin, dan kerusakan akan terus berlanjut sampai dalam.1,2,3
Penangan awal dari semua luka bakar kimia adalah sama
yaitu melepaskan bahan kimia yang terkena pada bagian tubuh. Semua pakaian yang
terkontaminasi harus dilepas, dan irigasi secara menyeluruh bagian tubuh yang
terkontaminasi. Hal ini sering dilakukan adalah dengan mandi. Hal ini telah
ditunjukkan untuk membatasi kedalaman luka bakar. 19