18
TRAUMA AKIBAT BAHAN KIMIA I. Pendahuluan Trauma kimia merupakan trauma pada organ luar maupun organ dalam tubuh yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang merupakan asam kuat atau basa kuat (sering disebut alkali). Trauma kimia akibat bahan kimia terjadi pada saat tubuh atau kulit terpapar oleh asam atau basa. Bahan kimia ini dapat menimbulkan reaksi terbatas pada kulit, reaksi pada seluruh tubuh ataupun keduanya. 1 Trauma kimia bisa disebabkan oleh asam atau basa yang kontak langsung dengan jaringan. Asam didefinisikan sebagai donor proton (H + ), dan basa didefinisikan sebagai akseptor proton (OH - ). Basa juga dikenal sebagai alkali. Kedua asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang signifikan pada suatu kontak dengan anggota tubuh. Kekuatan asam didefinisikan oleh seberapa kuat donor proton, kekuatan basa ditentukan oleh seberapa kuat ia mengikat proton. Kekuatan asam dan basa didefinisikan dengan menggunakan skala pH, yang berkisar antara 1-14 dan logaritmik. Asam kuat umumnya memiliki pH kurang dari 2, sedangkan basa membutuhkan pH 11.5 atau lebih untuk dapat melukai jaringan. 1,2 Trauma kimia oleh bahan kimia biasanya terjadi akibat kecelakaan. Pembunuhan dengan cara ini sangat jarang dilakukan, dengan melemparkan atau menyemprotkan cairan yang bersifat korosif seperti cairan asam pada korban lebih sering dimaksudkan untuk melukai

Trauma Bahan Kimia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

luka bakar akibat bahan kimia (asam, basa, komposisi organik)

Citation preview

Page 1: Trauma Bahan Kimia

TRAUMA AKIBAT BAHAN KIMIA

       I.            Pendahuluan

Trauma kimia merupakan trauma pada organ luar maupun organ dalam tubuh

yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang merupakan asam kuat atau basa kuat

(sering disebut alkali). Trauma kimia akibat bahan kimia terjadi pada saat tubuh atau

kulit terpapar oleh asam atau basa. Bahan kimia ini dapat menimbulkan reaksi

terbatas pada kulit, reaksi pada seluruh tubuh ataupun keduanya.1

Trauma kimia bisa disebabkan oleh asam atau basa yang kontak langsung dengan

jaringan. Asam didefinisikan sebagai donor proton (H+), dan basa didefinisikan

sebagai akseptor proton (OH-). Basa juga dikenal sebagai alkali. Kedua asam dan basa

dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang signifikan pada suatu kontak dengan

anggota tubuh. Kekuatan asam didefinisikan oleh seberapa kuat donor proton,

kekuatan basa ditentukan oleh seberapa kuat ia mengikat proton. Kekuatan asam dan

basa didefinisikan dengan menggunakan skala pH, yang berkisar antara 1-14 dan

logaritmik. Asam kuat umumnya memiliki pH kurang dari 2, sedangkan basa

membutuhkan pH 11.5 atau lebih untuk dapat melukai jaringan. 1,2

Trauma kimia oleh bahan kimia biasanya terjadi akibat kecelakaan.

Pembunuhan dengan cara ini sangat jarang dilakukan, dengan melemparkan atau

menyemprotkan cairan yang bersifat korosif seperti cairan asam pada korban lebih

sering dimaksudkan untuk melukai dibandingkan untuk membunuh korban. Bunuh

diri dengan menggunakan asam maupun basa kuat sangat jarang dilakukan saat ini

tetapi sering ditemukan di negara-negara miskin.1,2,3,4

Trauma yang disebabkan akibat bahan kimia dapat terjadi di rumah, di tempat

kerja atau sekolah maupun akibat kecelakaan. Meskipun cedera yang terjadi di rumah

jarang. Trauma yang disebabkan akibat bahan kimia biasanya disebabkan akibat dari

kecelakaan industri, terutama dalam bisnis dan pabrik yang menggunakan bahan

kimia dalam jumlah besar. Pada kasus pembunuhan dengan cara ini jarang terjadi. 2,3,5,6

Di seluruh dunia bahan korosif biasanya digunakan untuk kekerasan dengan

bahan kimia. Zat yang paling umum digunakan adalah alkali dan asam sulfat . Pada

tahun 2008, American Association of Poison Control Center ( AAPCC ) melaporkan

26.596 kasus tereksposur terhadap zat asam. Dalam laporan tahun 2008 dari American

Page 2: Trauma Bahan Kimia

Association of Poison Control Center, kesan dari eksposur terhadap asam, produk

yang mengandung asam dan bahan kimia menyebabkan 10 kematian, 83 kasus

keracunan berat, dan 1788 kasus keracunan sedang. 1

Sejumlah besar produk industri mengandung konsentrasi yang berbahaya asam,

basa, atau bahan kimia lain yang dapat menyebabkan trauma kimia. Beberapa produk

asam yang lebih umum tersebut adalah sebagai berikut : 1

1.         Asam sulfat biasanya digunakan dalam pembersih toilet, pembersih saluran,

pembersih logam, cairan baterai mobil, dan pupuk manufaktur. Berbagai konsentrasi

dari asam 8% sehingga asam yang murni. Konsentrasi asam sulfat adalah higroskopis.

Jadi, sehingga bisa menyebabkan luka dermal oleh dehidrasi, cedera termal, dan

cedera kimia.

2.         Asam nitrat biasanya digunakan dalam ukiran, pemurnian logam, dan pembuatan

pupuk.

3.         Asam Hidrofluorik umum digunakan untuk penghilang karat, pembersih ban,

pembersih ubin, kaca, semikonduktor, pendingin dan pembuatan pupuk, serta

pengawetan minyak bumi. Ini adalah asam lemah dan dalam bentuk encer, tidak akan

menyebabkan trauma langsung.

4.         Asam klorida umumnya digunakan dalam pembersih toilet, pembersih logam,

pembuatan pewarna, pengawetan logam, pemasangan pipa, pembersih kolam renang,

dan bahan kimia laboratorium. Konsentrasinya berkisar 5-44 %. Asam klorida juga

dikenal sebagai asam muriatik.

5.         Asam fosfat umumnya digunakan dalam pembersih logam, desinfektan, deterjen, dan

pembuatan pupuk.

6.         Asam asetat biasanya digunakan dalam pencetakan, pewarna, desinfektan. Cuka

adalah cairan asam asetat.

7.         Asam format umum digunakan sebagai lem pesawat dan pembuatan selulosa.

8.         Asam kloroasetat

   Asam monochloroacetik digunakan dalam produksi karboksimetilselulosa,

phenoxyacetates dan beberapa obat-obatan. Ia memiliki toksisitas sistemik yang

signifikan dan bisa menghambat respirasi selular. Hal ini bersifat sangat korosif.

   Asam dikloroasetat digunakan dalam pembuatan bahan kimia. Ini adalah asam lemah

dari asam trikloroasetat dan tidak menghambat respirasi selular.

   Asam trikloroasetat digunakan di laboratorium dan di bidang manufaktur kimia. Asam

ini sangat korosif tetapi tidak menghambat respirasi selular.

Page 3: Trauma Bahan Kimia

    II.            Patofisiologi

Trauma akibat asam akan menyebabkan nekrosis koagulasi oleh protein

denaturasi, membentuk koagulum (misalnya, eschar) yang membatasi penetrasi asam.

Sedangkan pada basa biasanya menyebabkan luka yang lebih dalam disebut sebagai

nekrosis likuefaktif. Hal Ini melibatkan denaturasi protein serta saponifikasi lemak,

yang tidak membatasi penetrasi jaringan.1,3

Derajat luka akibat bahan kimia tergantung pada:

1.        Kekuatan dan konsentrasi,

2.        Kuantitas,

3.        Lamanya kontak, dan

4.        Luas penetrasi tubuh oleh bahan kimia. 2,3,5

Bahan kimia akan terus bereaksi pada jaringan sampai saat dinetralkan oleh agen lain atau

terinaktifasi oleh reaksi jaringan. Bahan kimia menggumpalkan protein dengan cara mereduksi,

mengoksidasi, membentuk garam, korosi, meracuni protoplasma, kompetisi metabolik atau inhibisi,

desikasi, atau sebagai hasil dari komplikasi iskemik dari vesicants. 2

Luka bakar pada kulit terjadi perubahan mikrosirkulasi kulit dan terbentuk edema. Trauma panas

menghasilkan perubahan karakteristik pada daerah yang terbakar yaitu respon lokal, dibagi dalam tiga

zona yaitu:3,5,6,7

1.        Zona koagulasi. Zona ini merupakan zona yang terletak paling dalam dan merupakan zona dengan

kerusakan (damage) yang paling berat. Pada zona ini terjadi kerusakan jaringan yang ireversibel yang

disebabkan oleh koagulasi protein-protein konstituen.

2.        Zona stasis. Zona ini ditandai dengan perfusi jaringan yang menurun. Kehilangan jaringan tidak

separah zona koagulasi, dan masih memiliki kemungkinan untuk diselamatkan (salvageable).

Penanganan resusitasi pada luka bakar terutama bertujuan untuk mengembalikan tingkat perfusi

jaringan yang normal pada zona ini, serta untuk mencegah kerusakan jaringan menjadi bersifat

ireversibel. Keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan permanen antara lain

hipotensi lama, infeksi, dan edema.

3.        Zona hiperemia. Zona ini merupakan daerah yang paling luar, yang memperlihatkan hiperemia di mana

tingkat perfusi jaringan justru meningkat sebagai mekanisme kompensasi tubuh terhadap adanya

inflamasi/trauma. Kerusakan jaringan pada zona ini paling ringan dan akan sembuh, kecuali jika ada

faktor-faktor penyulit seperti sepsis yang berat maupun hipoperfusi yang lama.

Page 4: Trauma Bahan Kimia

Gbr 1. (dikutip dari kepustakaan 9): respon lokal pada luka bakar Respon sistemik terhadap luka bakar – berupa pelepasan sitokin dan mediator-

mediator radang – akan terjadi jika luas luka bakar mencapai 30% dari total luas

permukaan tubuh. 6

1.    Efek kardiovaskuler. Peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan

perpindahan volume cairan serta protein intravaskuler ke jaringan interstisial.

Vasokonstriksi perifer dan splanchnic akan terjadi, kontraktilitas miokard menurun

(kemungkinan disebabkan oleh pelepasan TNF). Hal ini, disertai dengan kehilangan

cairan dari luka bakar itu sendiri, akan berakibat pada hipotensi sistemik serta

hipoperfusi ke organ dan jaringan perifer. 6

2.    Efek respiratorius. Mediator-mediator radang akan menyebabkan bronkokonstriksi,

dan pada kasus-kasus luka bakar yang berat dapat terjadi sindrom distres pernapasan

akut (acute respiratory distress syndrome). 6

3.    Efek metabolik. Basal metabolic rate akan meningkat hingga tiga kali dari kadar

normal. Hal ini, bersama dengan hipoperfusi splanchnic, membutuhkan asupan nutrisi

enteral yang cukup untuk meminimalkan katabolisme dan menjaga mukosa usus. 6

4.    Efek imunologis. Akan terjadi mekanisme regulasi nonspesifik dari respon imun, dan

akan memengaruhi baik respon imun humoral maupun seluler. 6

Page 5: Trauma Bahan Kimia

Gbr 2. (dikutip dari kepustakaan 6): Respon sistemik pada luka bakar Asam dengan pH kurang dari dua akan mempresipitasikan protein, sehingga

menyebabkan nekrosis koagulasi dengan hasil akhirnya berupa krusta atau keropeng.

Ciri-ciri luka bakar yang disebabkan oleh asam yaitu: 2,3

1.    Batas tegas

2.    Kering dan keras

3.    Edema ringan.

Luka bakar yang timbul sering kali kedalaman dan ketebalannya derajad kedua.

Bila ada kontak yang lama dapat menjadi luka bakar derajad ketiga, terutama dari

sulfur atau asam nitrat pekat. Dalam kasus ini, krusta kemudian menjadi gelap,

seperti kulit, dan kering. Asam hidroflorida memberikan luka bakar yang jauh lebih

dalam dibanding jenis asam-asam lain. Pengecualian terjadi pada asam hidroflorida

karena bahan ini merupakan suatu asam lemah yang dengan cepat menembus

membran sel dimana senyawa ini tetap tidak terionisasi. Dengan cara ini, asam

hidroflorida bekerja seperti asam, menyebabkan nekrosis liquiefactive. Tambahan

lagi, ion fluorida dilepaskan ke dalam sel. Ion fluorida ini dapat menghambat enzim-

enzim glikolitik dan dapat bersama-sama dengan kalsium dan magnesium membentuk

suatu senyawa komplek yang tidak larut. Nyeri lokal yang amat berat diduga

disebabkan oleh karena imobbilisasi kalsium, yang menyebabkan stimulasi saraf

Page 6: Trauma Bahan Kimia

dengan mengganti ion kalium. Fluorinosis akut dapat terjadi ketika ion fluoride

memasuki sirkulasi sistemik, menyebabkan gejala-gejala kardiak, respiratori,

gastroinsestinal, dan neurologis. Hipokalsemia yang parah, dimana resisten terhadap

pemberian dosis besar kalsium, dapat terjadi.2,3,8

Warna krusta tergantung pada derajat keasaman. Karakteristik warnanya yaitu: 2,3

1.        Asam nitrat menghasilkan krusta kuning,

2.        Asam sulfat (Sulfur) berwarna hitam atau cokelat,

3.        Hidroklorin berwarna putih atau abu-abu, dan

4.        Asam karbol (fenol) berwarna abu-abu terang atau cokelat terang.

Trauma kimia asam pada mata menyebabkan koagulasi protein dalam epitel

kornea, yang membatasi penetrasi lebih lanjut. Jadi, trauma kimia ini biasanya

nonprogressive dan dangkal.9

Trauma inhalasi terjadi dalam 3 cara: (1) oleh trauma sel dan kerusakan parenkim

paru oleh iritasi, (2) hipoksemia dengan gangguan pengiriman oksigen, dan (3)

kerusakan organ akhir oleh penyerapan sistemik melalui saluran pernafasan.10

III.            Dampak trauma kimia terhadap organ

1.      Mata

Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat

terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak

struktur bola mata tersebut. Trauma kimia biasanya hasil dari suatu zat yang

disemprotkan atau disiramkan di muka. Gejala-gejala awal yang biasa terjadi pada

trauma kimia mata adalah mata terasa sakit, Kemerahan, iritasi pada mata,

Ketidakmampuan untuk membuka mata, Sensasi benda asing di mata, Pembengkakan

pada kelopak mata dan Penglihatan jadi kabur.11,12

2.      Kulit

Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang akut yang dapat menyebabkan

trauma pada kulit yang irrefersibel dan terjadi kematian sel. Bahan kimia pun dapat

menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang,

pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada

di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar

dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya

kondisi shock, infeksi, ketidakseimbangan elektrolit (inbalance electrolit) dan distress

pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga

Page 7: Trauma Bahan Kimia

menyebabkan distress emosional dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat

luka bakar dan bekas luka (scar).8,14

Gejala yang nyata pada luka bakar bahan kimia tergantung pada bahan kimia

yang menyebabkannya. Gejala tersebut termasuk gatal-gatal, pengelupasan, eritama,

erosi, kulit bewarna gelap, melepuh dan ulserasi, nyeri, rasa terbakar, gangguan

pernapasan, batuk darah dan atau jaringan yang nekrosis.15

Gbr 3. (Dikutip dari kepustakaan 6): Luka bakar kimia yang disebabkan akibat tumpahanya asam sulfat

3.      Paru

Luka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik atau bahan kimia

lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini. Edema saluran pernapasan atas,

gangguan pernapasan, dan toksisitas karbon monoksida ( CO ) adalah contoh dari

trauma kimia dari inhalasi. Gejala ini muncul dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah

kejadian luka bakar. Juga suatu kondisi yang jarang dapat terjadi di mana bahan kimia

mengoksidasi hemoglobin paru-paru yang mengakibatkan gangguan transportasi

oksigen (methemoglobinemia) dan gangguan pernapasan.10

Menghirup bahan kimia beracun dapat menyebabkan luka bakar di jalan napas

atas dan bawah. Individu dengan luka bakar inhalsi bahan kimia datang dengan

radang tenggorokan, sesak napas, dan nyeri dada. 10

4.      Saluran Pencernaan

Di negara maju dan berkembang, trauma kimia pada sistem pencernaan akibat

menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri telah berkurang

dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan peraturan yang lebih ketat

terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya, serta kesan dari kesadaran umum.4

Page 8: Trauma Bahan Kimia

Gejala yang paling cepat timbul adalah nyeri, muntah dan kesulitan bernapas

dan edema, diikuti dengan syok pada kasus yang berat. tanda khususnya yaitu bercak

pada bibir, pipi, dagu dan leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari

bibir sampai ke lambung, kadang-kadang sampai ke usus halus. Perforasi esophagus

dan gaster umumnya terjadi karena asam sulfat dan asam hidroklorida.3

IV.            Pemeriksaan Kedokteran Forensik

1.      Pemeriksaan Luar

a)    Mata

Pada pemeriksaan fisik awal, penilaian terhadap luka-luka yang berpotensi

mengancam jiwa. Pemeriksaan fisik awal pada mata mungkin terbatas pada pH dan

ketajaman visual. Setelah irigasi berlebihan, pemeriksaan ophthalmologi penuh

diperlukan. Ini dapat mengungkapkan robek, injeksi konjungtiva, injeksi scleral,

blansing scleral, kerusakan kornea, opacification kornea, uveitis, glaukoma, atau

perforasi. Kemudian pencatatan penurunan ketajaman visual. Evaluasi fluorescein

diperlukan untuk menentukan tingkat cedera.9

Gbr 4. (dikutip dari kepuastakaan 9): Trauma kimia asam pada mata

b)   Kulit

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan

benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat

yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Perubahan-perubahan pada kulit

sesuai dengan derajat luka bakarnya. Oleh karena itu, pada pemeriksaan luar perlu

Page 9: Trauma Bahan Kimia

ditentukan: keadaan luka, luas luka, dan dalamnya luka. Pada pemeriksaan luka ini

perlu dicari adanya tanda-tanda reaksi vital berupa daerah yang berwarna merah pada

perbatasan pada daerah yang terbakar.16

Kedalamannya Luka bakar secara klinis ditandai dengan ketebalan parsial, atau

total.17

i.      Luka bakar ketebalan parsial

Kehilangan sampai dengan seluruh epidermis tetapi jaringan dermis dan isinya

masih baik. Sehingga membantu proses reepitelisasi. Walaupun pada luka daerah luas

dermis terpapar dan diikuti oleh reaksi peradangan yang hebat dengan eksudasi masif

cairan, termasuk protein plasma, tetapi pencangkokan plasma kulit biasanya tidak

dibutuhkan. Luka bakar ketebalan parsial umumnya menyatakan suatu intensitas

panas yang rendah, yang dapat mencetuskan jejas dan metabolisme sel yang

dipercepat, inaktivasi enzim yang peka suhu, dn pencetusan jejas vaskuler sehingga

eksudat terjadi. Lapisan sel epidermis sampai dermis dapat hangus sama sekali, dan

mengalami nekrosis koagulatif dengan piknosis inti, atau pada lapisan epidermis lebih

dalam dapat menunjukkan bukti permeabilitas membran yang terganggu,

pembengkakan inti, dan seluler.

ii.    Luka bakar ketebalan total

Bila luas biasanya memerlukan pencangkokan kulit. Karena pada ukuran luka

yang sebanding, luka bakar ketebalan total biasanya mengalami kehilangan cairan

dan protein yang lebih banyak daripada luka ketebalan parsial, biasanya peka terhadap

infeksi sekunder. Tentu saja pada luka bakar ketebalan total terdapat penghapusan

atau koagulasi bukan saja seluruh epidermis tetapi juga seluruh adneksa kulit. Dalam

waktu beberapa jam sampai dengan satu atau dua hari, reaksi seluler yang nyata, dan

peradangan vaskuler menjadi tampak di daerah berdekatan dengan jaringan yang

selamat, sebagai tanda-tanda yang lebih nyata pada luka bakar ketebalan total,

daripada luka bakar ketebalan parsial.

Page 10: Trauma Bahan Kimia

Gbr 5. (dikutip dari kepustakaan 8): Luka bakar kimia dari asam asetat

c)      Paru

Jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi harus diperiksa pada korban trauma

kimia. Pemeriksaan neurologis menyeluruh harus dilakukan. Pada pemeriksaan paru-

paru bisa didapatkan peningkatan laju napas, bunyi mengi, atau suara berderak dan

suara ronki kasar di paru-paru yang berhubungan dengan edema. Semua tanda ini

menunjukkan individu mengalami kesulitan pernafasan.10

d)     Pencernaan

Pada pemeriksaa luar, tanda khususnya yaitu bercak pada bibir, pipi, dagu dan

leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari bibir sampai ke lambung,

kadang-kadang sampai ke usus halus. Perforasi esophagus dan gaster umumnya

terjadi karena asam sulfat dan asam hidroklorida.3

2.      Pemeriksaan Dalam

a)        Mata

Pada mata dilakukan beberapa pemeriksaan dalam untuk mengetahui

penyebab trauma pada mata. Pada palpebra: permukaan tarsal kelopak mata. Pada

kornea dinilai pada korpus alienum, aberasi, laserasi. Konyungtiva bulbaris terjadi

perdarahan, laserasi. Pada sklera terdapat luka tertutup oleh perdarahan.9

b)        Kulit

Pada korban yang meninggal karena luka bakar bahan kimia, tidak ditemukan

kelainan yang spesifik, dimana kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan

dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain. Efek sistemik jika mengalami

trauma kimiawi haruslah selalu diantisipasi. Contohnya, dalam menggunakan asam

Page 11: Trauma Bahan Kimia

karbolik atau phenol untuk pengelupasan yang dalam, setiap dokter membutuhkan

pemeriksaan jantung dan resiko dari kerusakan ginjal. Asam hydrofluoric bisa

menyebabkan hipokalemia dan tetanus, disamping itu asam monocloroasetic dapat

memproduksi metabolik asidosis dan masalah CNS.8

1.       Jantung

Udem interstitial dan fragmentasi myocardium dapat terjadi pada penderita

dengan luka bakar thermis, tetapi perubahan-perubahan ini tidak khas dan dapat

ditemukan keadaan-keadaan lain. Pada penderita dengan septicemia, ditemukan

adanya metastase focus septic pada myocardium dan endokardium. Perubahan lain

berupa gambaran peteki pada pericardium dan endokardium.18

       Ginjal

Organ ini tidak terpengaruh langsung pada luka bakar thermik. Perubahan yang terjadi pada

organ ini biasanya merupakan akibat dari komplikasi yang terjadi. Pada korban ynang mengalami

komplikasi berupa syok yang lama, dapat terjadi acute tubular necrosis pada tubulus proksimal dan

distal serta thrombosis vena. Acute tubular nekrosis in diduga disebabkan adanya heme cast pada

medulla yang bisa ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik. Pada korban yang mengalami luka bakar

yang fatal, dapat ditemukan adanya pembesaran ginjal. Traktus genitalis merupakan sumber infeksi

yang potensial pada luka bakar, terutama pada korban yang memakai dauer kateter, dimana populasi

bakteri yang ditemukan biasanya tidak berbeda dengan populasi yang terjadi, bakteri tersebut antara

lain: pseudomonas, aerobacter, staphylococcus, dan proteus.18

      Susunan saraf pusat

Dilaporkan adanya perubahan-perubahan pada susunan saraf pusat berupa edema, kongesti,

kenaikan tekanan intracranial dan herniasi dari tonsilla cerebellum melewati forame magnum serta

adanya perdarahan intracranial. Tetapi perubahan-perubahan ini diduga terjadi akibat adanya gangguan

keseimbangan air dan elektrolit, karena kebanyakan pada pasien dengan luka bakar terjadi kenaikan

temperature tubuh tidak lebih dari satu derajat, jadi dengan demikian, otak tidak selalu terpengaruh

oleh jejas thermik. Sel-sel neuron tidak menunjukkan perubahan-perubahan abnormal kecuali sel-sel

purkinye yang menunjukkan perubahan degenerative. Pada penderita yang mengalami komplikasi

berupa sepsis, maka dapat ditemukan adanya mikroabses dan meningitis hematogenous.18

c)        Paru

Pada pemeriksaan post mortem, trauma kimia meninggalkan kesan korosi

pada saluran pernapasan dari tahap ringan hingga petengahan. Selain itu didapatkan

juga kongesti dan edema paru pada trauma kimia yang disebabkan oleh bahan korosif

Page 12: Trauma Bahan Kimia

asam. Inhalasi bahan kimia menyebabkan kerusakan sel yang parah pada saluran

pernapasan.10

d)       Pencernaan

Pada pemeriksaan dalam yang didapatkan pada trauma kimia, ditemukan

perforasi atau ruptur gaster yang paling sering ditemukan oleh kerana trauma asam

sulfur, dan asam hidroklorida.3

    V.            Kesimpulan

Trauma yang disebabkan akibat bahan kimia biasanya disebabkan akibat dari

kecelakaan industri, kadang juga terjadi dengan produk kimia rumah tangga.

Sejumlah penyebab kerusakan jaringan bergantung pada kekuatan, konsentrasi, dan

kuantitas dari bahan kimia yang terdapat di permukaan kulit dan mukosa. Luka akibat

trauma kimia terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat. Asam kuat

bersifat mengkoagulasikan protein sehingga luka korosinya kering, dan keras,

sedangkan basa kuat membentuk reaksi penyabunan intra sel sehingga luka bersifat

basah, licin, dan kerusakan akan terus berlanjut sampai dalam.1,2,3

Penangan awal dari semua luka bakar kimia adalah sama

yaitu melepaskan bahan kimia yang terkena pada bagian tubuh. Semua pakaian yang

terkontaminasi harus dilepas, dan irigasi secara menyeluruh bagian tubuh yang

terkontaminasi. Hal ini sering dilakukan adalah dengan mandi. Hal ini telah

ditunjukkan untuk membatasi kedalaman luka bakar. 19