7
Steroid oral dan dosis-dosisnya Kortikosteroid Dosis ekuivalen (mg) Glukokortikoid Kortisol (hidrokortison) 20 Kortison 25 metilprednisolon 4 (4-48 mg/ hari) Prednisone 5 Prednisolon 5 (4- 48 mg/ hari) Triamsinolon 4 (4-48 mg/ hari) Parametason 2 Betametason 0.75 Deksametason 0.75 (0.5- 10 mg/ hari) Mineralokortikoid Aldosteron - Fluorokortison 2.0 Antiseptic mata dengan kortikosteroid Nama generic Dosis Betagentam Betamethasone dihydrogen phosphate disodium 1mg, gentamicin sulfate 5 mg 1-2 tetes, 4-6 kali/ hari. Blecidex Framycetin sulphate 5 mg, gramicidin 0.05 mg, dexamethasone 0.5 mg 1-2 tetes pada tiap mata sakit, berikan 1- 2 jam selama 2-3 hari, lalu kurangi menjadi

TUGAS DOKTER Mata

Embed Size (px)

DESCRIPTION

d

Citation preview

Page 1: TUGAS DOKTER Mata

Steroid oral dan dosis-dosisnya

Kortikosteroid Dosis ekuivalen (mg)

Glukokortikoid

Kortisol (hidrokortison) 20

Kortison 25

6α metilprednisolon 4 (4-48 mg/ hari)

Prednisone 5

Prednisolon 5 (4- 48 mg/ hari)

Triamsinolon 4 (4-48 mg/ hari)

Parametason 2

Betametason 0.75

Deksametason 0.75 (0.5- 10 mg/ hari)

Mineralokortikoid

Aldosteron -

Fluorokortison 2.0

Antiseptic mata dengan

kortikosteroid

Nama generic Dosis

Betagentam Betamethasone dihydrogen

phosphate disodium 1mg,

gentamicin sulfate 5 mg

1-2 tetes, 4-6 kali/ hari.

Blecidex Framycetin sulphate 5 mg,

gramicidin 0.05 mg,

dexamethasone 0.5 mg

1-2 tetes pada tiap mata sakit,

berikan 1-2 jam selama 2-3 hari,

lalu kurangi menjadi 1-2 tetes ,

3-4 x/ hari.

Bralifex Plus Tobramycin 3mg,

dexamethasone 1 mg

1-2 tetes tiap 4-6 jam

Inmatrol Dexamethasone 1mg, polymyxin

B sulfate 6000 iu, neomycin 3.5

mg

1-2 tetes, 2-4 kali/ hari.

Page 2: TUGAS DOKTER Mata

Isotic neolyson Dexamethasone 1 mg, neomycin

sulfate 3.5 mg, polymyxin B

sulfate 6000 iu.

1-2 tetes, 4-5 kali/ hari

Isotic tobrizon Dexamethasone 1mg,

tobramycin 3 mg

1-2 tetes tiap 4-6 jam.

Kloramixin D Chloramphenicol 0.2%,

polymyxin B sulfate 2500 iu,

dexamethasone Na phosphate

0.025%

1-2 tetes tiap 3 jam dalam 48

jam. Dosis pemeliharaan: 1-2

tetes.

Oregan Per mL Polymyxin B sulfate 6000

iu, neomycin 3.5 mg,

dexamethasone 1 mg

1-2 tetes, 4-6 kali/hari.

Polidemisin Per mL tetes mata

Dexamethasone 1 mg, neomycin

sulfate 3.5 mg, polymyxin B

sulfate 6000 IU

1-2 tetes, 4-6 kali/ hari atau lebih

sering bila perlu.

Sofradex Framycetin sulfate 5 mg,

gramicidin 0.05 mg,

dexamethasone 0.5 mg

1-2 tetes ke mata yang sakit, ≥ 6

kali/ hari

Terracortril ophth Per gram Oxytetracycline 5 mg,

hydrocortisone 5 mg

Oles ½ inci salep 2-3 kali/ hari.

Kortikosteroid mata

Betam- Ophtal Betamethasone dihydrogen

phosphate disodium

1-2 tetes/ hari pada siang hari

dan tiap 2 jam pada malam hari

Flumetholon Fluorometholone 1-2 tetes, 2-4 kali/ hari

Ocuflam fluorometholone 1-2 tetes, 2-4 kali/ hari

Dasar diagnosis panuveitis

Sesuai dengan lokasi anatomi, IUSG (International Uvea Study Group) mendefinisikan panuveitis

sebagai suatu peradangan generalisata pada tiga bagian uvea dan mengenai retina serta vitreous

humor. Diagnosis panuveitis ditegakkan dengan adanya tanda klinis berikut:

Page 3: TUGAS DOKTER Mata

a. Peradangan koroid atau peradangan retina sepeti koroiditis (fokal, multifokal, atau

serpiginosa), granuloma koroid, retinokoroid, vaskulitis retina, abses subretina, retinitis

nekrotikans, atau neuroretinitis

b. Adanya peradangan vitreous (sel-sel vitreus atau vitritis)

c. Adanya tanda uveitis anterior (sel-sel peradangan dalam bilik mata depan, presipitat keratik

atau sinekia posterior)

1. Anamnesis

Keluhan pasien

Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut berupa mata sakit, merah, fotofobia,

penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan mata merah.Keluhan sukar melihat dekat

pada pasien uveitis akibat ikut meradangnya otot-otot akomodasi.

Keluhan pasien pada uveitis posterior berupa penglihatan buram (terutama bila

mengenai daerah sentral macula), melihat bintik terbang (floater), mata jarang merah, tidak

sakit dan fotofobia. infiltrate dalam retina dan koroid, edema papil, pendarahan retina

Biasanya penyakit berlangsung hanya antara 2-4 minggu.Kadang-kadang penyakit ini

memperlihatkan gejala-gejala kekambuhan atau menjadi menahun.

2. Riwayat yang berhubungan dengan uveitis

a. Usia, jenis kelamin, suku bangsa.

b. Riwayat tentang pribadi penderita, yang utama adalah:

- Adakah hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan lainnya.

- Kebiasaan memakan daging atau sayuran yang tidak matang.

- Hubungan seks berganti-ganti pasangan untuk menduga kemungkinan terinfeksi oleh STD

atau AIDS.

- Penggunaan obat-obat untuk penyakit tertentu (intravenous drug users) atau narkoba.

- Kemungkinan tertular penyakit infeksi menular seperti TBC.

- Penyakit sistemik yang pernah diderita.

- Riwayat alergi, asma pada pasien dan keluarga.

c. Riwayat tentang mata

Apakah pernah terserang penyakit mata yang sama (uveitis) sebelumnya.

Page 4: TUGAS DOKTER Mata

Apakah pernah mengalami trauma tembus mata atau pembedahan.

Pemeriksaan mata

1. Visus biasa menurun.

2. Pada konjungtiva bulbi ditemukan Injeksi siliar,

3. Dengan sentolop ditemukan keratik presipitat pada kornea, flare, sel, serta endapan fibrin di

bilik mata depan.

4. Pupil biasanya irregular karena sinekia posterior.

5. COA tampak cukup dalam sampai dangkal bila telah terjadi sinekia posterior.

6. Shadow test biasanya positif pada keadaan terjadi sinekia posterior.

7. Funduskopi bisa saja normal.

8. Tekanan bola mata bisa meningkat apabila terjadi komplikasi glaucoma sekunder.

9.

Pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh dokter umum dan rencana pemeriksaan ke depan

untuk panuveitis

1. Pemeriksaan keadaan umum pasien

2. Pemeriksaan kulit apakah dari warna kulit (vitiligo), lesi kulit seperti psoriasis, dermatitis

neurogenik, lesi pada genital

3. Pemeriksaan mulut dan gigi apakah ada ulkus aftosa, gusi bengkak, gigi berlubang

4. Telinga, hidung, tenggorokan apakah ada infeksi telinga seperti OMA, OMSK, gangguan

pendengaran dengan tes garpu tala, gejala sumbatan hidung, alergi, polip hidung, gejala alergi

pada hidung, pembesaran pada tonsil.

5. Pemeriksaan fisik paru secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi suara napas patologis:

ronkhi dan wheezing.

6. Pemeriksaan fisik abdomen secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

7. Mantoux test

8. Rontgen thoraks

9. Pemeriksaan CD + untuk HIV

Secara umum, perhitungan CD4+ T-limfosit telah digunakan untuk memprediksi terjadinya onset

terjadinya infeksi mata tertentu pada pasien yang positif HIV. Jumlah CD4+ T-sel di bawah 500/

Page 5: TUGAS DOKTER Mata

mL dikaitkan dengan sarkoma Kaposi, limfoma, dan TBC. Jumlah CD4+ T-sel di bawah 250/ mL

dikaitkan dengan pneumocystosis dan toksoplasmosis. Jumlah CD4+ T-sel kurang dari 100/ mL

terkait dengan:10

- Retina atau konjungtiva microvasculopathy

- Retinitis Cytomegalovirus (CMV)

- Retinitis Virus varicella-zoster (VZV)

- Infeksi kompleks Mycobacterium avium

- Ensefalopati HIV

10. Pemeriksaan serologi syphilis VDRL, RPR, TPHA, FTA-abs

Interpretasi

Non treponema

VDRL. RPR

Treponema

TPHA FTA-abs

Hasil

_ _ Bukan syphilis

+ _ Positif palsu

+ + Syphilis

_ + Negatif palsu (pengobatan

lama)

11. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, LED, ANA test)

12. Konsul ke dokter gigi, THT, kulit, penyakit dalam, mata.

Terapi emergensi terhadap panuveitis yang harus diterapkan