Upload
yossiehuang
View
281
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
d
Citation preview
Steroid oral dan dosis-dosisnya
Kortikosteroid Dosis ekuivalen (mg)
Glukokortikoid
Kortisol (hidrokortison) 20
Kortison 25
6α metilprednisolon 4 (4-48 mg/ hari)
Prednisone 5
Prednisolon 5 (4- 48 mg/ hari)
Triamsinolon 4 (4-48 mg/ hari)
Parametason 2
Betametason 0.75
Deksametason 0.75 (0.5- 10 mg/ hari)
Mineralokortikoid
Aldosteron -
Fluorokortison 2.0
Antiseptic mata dengan
kortikosteroid
Nama generic Dosis
Betagentam Betamethasone dihydrogen
phosphate disodium 1mg,
gentamicin sulfate 5 mg
1-2 tetes, 4-6 kali/ hari.
Blecidex Framycetin sulphate 5 mg,
gramicidin 0.05 mg,
dexamethasone 0.5 mg
1-2 tetes pada tiap mata sakit,
berikan 1-2 jam selama 2-3 hari,
lalu kurangi menjadi 1-2 tetes ,
3-4 x/ hari.
Bralifex Plus Tobramycin 3mg,
dexamethasone 1 mg
1-2 tetes tiap 4-6 jam
Inmatrol Dexamethasone 1mg, polymyxin
B sulfate 6000 iu, neomycin 3.5
mg
1-2 tetes, 2-4 kali/ hari.
Isotic neolyson Dexamethasone 1 mg, neomycin
sulfate 3.5 mg, polymyxin B
sulfate 6000 iu.
1-2 tetes, 4-5 kali/ hari
Isotic tobrizon Dexamethasone 1mg,
tobramycin 3 mg
1-2 tetes tiap 4-6 jam.
Kloramixin D Chloramphenicol 0.2%,
polymyxin B sulfate 2500 iu,
dexamethasone Na phosphate
0.025%
1-2 tetes tiap 3 jam dalam 48
jam. Dosis pemeliharaan: 1-2
tetes.
Oregan Per mL Polymyxin B sulfate 6000
iu, neomycin 3.5 mg,
dexamethasone 1 mg
1-2 tetes, 4-6 kali/hari.
Polidemisin Per mL tetes mata
Dexamethasone 1 mg, neomycin
sulfate 3.5 mg, polymyxin B
sulfate 6000 IU
1-2 tetes, 4-6 kali/ hari atau lebih
sering bila perlu.
Sofradex Framycetin sulfate 5 mg,
gramicidin 0.05 mg,
dexamethasone 0.5 mg
1-2 tetes ke mata yang sakit, ≥ 6
kali/ hari
Terracortril ophth Per gram Oxytetracycline 5 mg,
hydrocortisone 5 mg
Oles ½ inci salep 2-3 kali/ hari.
Kortikosteroid mata
Betam- Ophtal Betamethasone dihydrogen
phosphate disodium
1-2 tetes/ hari pada siang hari
dan tiap 2 jam pada malam hari
Flumetholon Fluorometholone 1-2 tetes, 2-4 kali/ hari
Ocuflam fluorometholone 1-2 tetes, 2-4 kali/ hari
Dasar diagnosis panuveitis
Sesuai dengan lokasi anatomi, IUSG (International Uvea Study Group) mendefinisikan panuveitis
sebagai suatu peradangan generalisata pada tiga bagian uvea dan mengenai retina serta vitreous
humor. Diagnosis panuveitis ditegakkan dengan adanya tanda klinis berikut:
a. Peradangan koroid atau peradangan retina sepeti koroiditis (fokal, multifokal, atau
serpiginosa), granuloma koroid, retinokoroid, vaskulitis retina, abses subretina, retinitis
nekrotikans, atau neuroretinitis
b. Adanya peradangan vitreous (sel-sel vitreus atau vitritis)
c. Adanya tanda uveitis anterior (sel-sel peradangan dalam bilik mata depan, presipitat keratik
atau sinekia posterior)
1. Anamnesis
Keluhan pasien
Keluhan pasien dengan uveitis anterior akut berupa mata sakit, merah, fotofobia,
penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan mata merah.Keluhan sukar melihat dekat
pada pasien uveitis akibat ikut meradangnya otot-otot akomodasi.
Keluhan pasien pada uveitis posterior berupa penglihatan buram (terutama bila
mengenai daerah sentral macula), melihat bintik terbang (floater), mata jarang merah, tidak
sakit dan fotofobia. infiltrate dalam retina dan koroid, edema papil, pendarahan retina
Biasanya penyakit berlangsung hanya antara 2-4 minggu.Kadang-kadang penyakit ini
memperlihatkan gejala-gejala kekambuhan atau menjadi menahun.
2. Riwayat yang berhubungan dengan uveitis
a. Usia, jenis kelamin, suku bangsa.
b. Riwayat tentang pribadi penderita, yang utama adalah:
- Adakah hewan peliharaan seperti anjing, kucing dan lainnya.
- Kebiasaan memakan daging atau sayuran yang tidak matang.
- Hubungan seks berganti-ganti pasangan untuk menduga kemungkinan terinfeksi oleh STD
atau AIDS.
- Penggunaan obat-obat untuk penyakit tertentu (intravenous drug users) atau narkoba.
- Kemungkinan tertular penyakit infeksi menular seperti TBC.
- Penyakit sistemik yang pernah diderita.
- Riwayat alergi, asma pada pasien dan keluarga.
c. Riwayat tentang mata
Apakah pernah terserang penyakit mata yang sama (uveitis) sebelumnya.
Apakah pernah mengalami trauma tembus mata atau pembedahan.
Pemeriksaan mata
1. Visus biasa menurun.
2. Pada konjungtiva bulbi ditemukan Injeksi siliar,
3. Dengan sentolop ditemukan keratik presipitat pada kornea, flare, sel, serta endapan fibrin di
bilik mata depan.
4. Pupil biasanya irregular karena sinekia posterior.
5. COA tampak cukup dalam sampai dangkal bila telah terjadi sinekia posterior.
6. Shadow test biasanya positif pada keadaan terjadi sinekia posterior.
7. Funduskopi bisa saja normal.
8. Tekanan bola mata bisa meningkat apabila terjadi komplikasi glaucoma sekunder.
9.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh dokter umum dan rencana pemeriksaan ke depan
untuk panuveitis
1. Pemeriksaan keadaan umum pasien
2. Pemeriksaan kulit apakah dari warna kulit (vitiligo), lesi kulit seperti psoriasis, dermatitis
neurogenik, lesi pada genital
3. Pemeriksaan mulut dan gigi apakah ada ulkus aftosa, gusi bengkak, gigi berlubang
4. Telinga, hidung, tenggorokan apakah ada infeksi telinga seperti OMA, OMSK, gangguan
pendengaran dengan tes garpu tala, gejala sumbatan hidung, alergi, polip hidung, gejala alergi
pada hidung, pembesaran pada tonsil.
5. Pemeriksaan fisik paru secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi suara napas patologis:
ronkhi dan wheezing.
6. Pemeriksaan fisik abdomen secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
7. Mantoux test
8. Rontgen thoraks
9. Pemeriksaan CD + untuk HIV
Secara umum, perhitungan CD4+ T-limfosit telah digunakan untuk memprediksi terjadinya onset
terjadinya infeksi mata tertentu pada pasien yang positif HIV. Jumlah CD4+ T-sel di bawah 500/
mL dikaitkan dengan sarkoma Kaposi, limfoma, dan TBC. Jumlah CD4+ T-sel di bawah 250/ mL
dikaitkan dengan pneumocystosis dan toksoplasmosis. Jumlah CD4+ T-sel kurang dari 100/ mL
terkait dengan:10
- Retina atau konjungtiva microvasculopathy
- Retinitis Cytomegalovirus (CMV)
- Retinitis Virus varicella-zoster (VZV)
- Infeksi kompleks Mycobacterium avium
- Ensefalopati HIV
10. Pemeriksaan serologi syphilis VDRL, RPR, TPHA, FTA-abs
Interpretasi
Non treponema
VDRL. RPR
Treponema
TPHA FTA-abs
Hasil
_ _ Bukan syphilis
+ _ Positif palsu
+ + Syphilis
_ + Negatif palsu (pengobatan
lama)
11. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, LED, ANA test)
12. Konsul ke dokter gigi, THT, kulit, penyakit dalam, mata.
Terapi emergensi terhadap panuveitis yang harus diterapkan