37
TUGAS GIGI DAN MULUT Etiologi Karies Gigi Etiologi atau penyebab karies atas faktor waktu penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, tetapi merupakan interaksi dari faktor - faktor tersebut. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan (cit. Harris and Christen, 1995), karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu : 1. Host atau tuan rumah 2. Agen atau mikroorganisme 3. Substrat atau diet dan 4. Waktu.

Tugas Gigi Dan Mulut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Gigi Dan Mulut

TUGAS GIGI DAN MULUT

Etiologi Karies Gigi

Etiologi atau penyebab karies atas faktor waktu penyebab primer yang

langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang

berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm.

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti faktor host atau tuan

rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, tetapi

merupakan interaksi dari faktor - faktor tersebut. Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan

Jordan (cit. Harris and Christen, 1995), karies

dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu :

1. Host atau tuan rumah

2. Agen atau mikroorganisme

3. Substrat atau diet dan

4. Waktu.

Gambar : Faktor – factor yang mempengaruhi terjadinya karies.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies:

1. Keturunan

2. Ras

Page 2: Tugas Gigi Dan Mulut

Ras tertentu dengan mempunyai rahang yang sempit, menyebabkan gigi

tumbuh tidak teratur sehingga menyembabkan sukar untuk membersihkan gigi

dan ini akan mempertinggi prosentase karies pada ras tersebut.

3. Jenis kelamin

Volker. Dkk mengatakan bahwa prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tnggi

dibandingkan pria. Demikian juga halnya anak-anak, prevalensi karies gigi

sulung anak wanita lebih tinggi di bandingkan anak-anak laki-laki.

4. Usia

Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies pun bertambah.

Hal ini jelas karena factor resiko terjadinya karies akan lebih lama

berpengaruh terhadap gigi.

5. Vitamin

Vitamin berpengaruh pada proses terjadinya karies gigi. Terutama pada

periode pembentukan gigi.

Tabel beberapa vitamin dan pengaruhnya terhadap kerusakan gigi adalah sebagai

berikut :

No Vitamin Kebutuhan

perhari

Pengaruh

1. A 1-2 mg Merusak pembentukan email dan

dentin

2. B1 1-2 mg Karies meninggi (perubahan pada

lidah, bibir, dan p”tium)

3. B2 2 mg Karies meninggi (perubahan pada

lidah, bibir, dan p”tium)

4. B6 2 mg Tidak ada pengaruh

5. C 7 5-100 mg Degenerasi odontoblas kerusakan

periodontium, stomatitis, dll

Page 3: Tugas Gigi Dan Mulut

6. D 400-600 IU Hipoplasia enamel dantin

7. E 10mg Tidak diketahui

8. K 1 mg (?) Tidak diketahui

6. Unsur kimia

Unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap tejadinya karies gigi masih

dalam peelitian. Unsur kimia yang paling berpengaruh adalah Flour.

Tabel dibawah ini menunjukan beberapa unsure kimia yang mempengaruhi atau

memperlambat terjadinya karies :

No Unsur Kimia Pengaruh

1. Brellium Menghambat

2. Flour Menghambat

3. Aurium Menghambat

4. Cuprum Menghambat

5. Magnesium Menghambat

6. Platina Menunjang

7. Cadmium Menunjang

8. Selenium Menunjang

8. Air ludah

1. Campuran bahan-bahan yang terkandung didalamnya

2. Derajat keasaman

3. Jumlah/ volume

4. Faktor anti bakteri

9. Letak geografis

Page 4: Tugas Gigi Dan Mulut

10. Kultur social penduduk

Gejala Karies Gigi

Gejala karies gigi bukan hanya satu gejala saja, adapun gejala –gejalanya sebagai

berikut :

1. Gigi sangat sensitif terhadap panas,dingin, manis. Gigi terasa sangant sensitive

terhadap panas, dingin, manis dan asam menandakan karies gigi sudah sampai

bagian dentin

2. Jika suatu kavitasi dekat atau telah mencapai pulpa maka nyeri akan bersifat

menetap bahkan nyeri yang dirasakan bersifat sepontan, meski tidak ada

rangsangan.

3. Jika bakteri telah mencapai pulpa. Dan pulpa mati maka nyeri untuk sementara

akan hilang lalu akan timbul lagi dalam beberapa jam atau hari dan gigi akan

menjadi peka karena peradangan dan infeksi telah menyebar keluar dan

menyebabkan abses.

Diagnosis

Gambar : Dental explorer, alat diagnostik karies.

Sumber : Wikipedia.co.id

Page 5: Tugas Gigi Dan Mulut

Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan

gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi

gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies

yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif

dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer.

Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk

menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai

terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan melalui eksplorer

dapat merusak dan membuat lubang.

Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang

adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang

embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo"

dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis

karies kecil.

1. Bentuk-bentuk Karies:

A. Cara meluasnya karies

B. Dalamnya karies

C. Lokasi karies

D. Berdasarkan banyaknya permukaan yang terkena

E. Berdasarkan keparahan atau kecepatan serangan karies

Page 6: Tugas Gigi Dan Mulut

Gambar : Dalamnya karies karies

A. Berdasarkan cara meluasnya karies

a. Karies Penetriende

Karies yang meluas dari email kedentin dalam bentuk kerucut

perluasannya secara penetrasi merembes ke dalam

b. Karies Unterminirende

Karies yang meluas dari email ke dentin dimana pada oklusal kecil tetapi

di dalam email atau dentin sudah meluas

B. Berdasarkan dalamnya karies

a. Karies Superfisialis

Karies yang baru mengenai lapisan email, tidak sampai dentin

b. Karies Media

Karies yang sudah mengenai dentin tetapi belum melebihi setengah dentin

c. Karies Profunda

Dimana karies sudah mengenai lebih setengahnya dentin dan kadang -

kadang sudah mengenai pulpa

- Profunda pulpa terbuka

Bila pulpa sudah terbuka/ mengenai pulpa

Page 7: Tugas Gigi Dan Mulut

- Profunda pulpa tertutup

Bila karies belum mengenai pulpa

C. Berdasarkan Lokasi Karies (Olah G Black)

a. Karies kelas I

Karies yang terdapat pada bagian oklusal (Pits dan fissure ) dari gigi

premolar dan molar. Dapat juga terdapa ada anterior di foramen caecum.

b. Karies kelas II

Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi molar atau premolar

yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.

c. Karies kelas III

Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior tetapi belum

mencapai margo incisal (belum mencapai 1/3 incisal gigi).

d. Karies kelas IV

Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior dan sudah

mencapai margo incisal (telah mencapai 1/3 incisal gigi )

e. Karies kelas V

Karies yang terletak di cerviks gigi anterior maupun posterior.

D. Berdasarkan Banyaknya Permukaan Yang Terkena

a. Simple karies

Bila hanya satu permukaan yang terkena.

b. Kompleks karies

Bila lebih dari satu permukaan gigi yang terkena.

E. Berdasarkan Keparahan/ Kecepatan Serangan Karies

a. Rampant karies

b. Karies terhenti

PATOGENESIS

Gigi geligi dalam rongga mulut akan ditutupi oleh lapisan organic yang amorf,

yang disebut pelikel, sedangkan pelikel merupakan endapan glikoprotein saliva. Di

dalam pelikel (plak) berisi bakteri kurang lebih 70% volume. Bakteri ini dapat

membentuk asam dari karbohidrat yang mengakibatkan penurunan pH plak.

Page 8: Tugas Gigi Dan Mulut

Penurunan pH dapat mengakibatkan perubahan keseimbangan antara gigi (enamel)

dan lingkungannya.

Penurunan pH dapat mencapai 5,5 atau bahkan sampai dibawah 5 sehingga

bahan pembentuk enamel terlepas dari struktur enamel. Bila kejadian ini terjadi

berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu akan dapat mengakibatkan proses

demineralisasi yang berakibat proses karies mulai terjadi. Proses demineralisasi yang

berlanjut akan mengakibatkan kerusakan bahan organic, serta matriks enamel yang

akhirnya akan membentuk kavitas.

Ditinjau dari proses terjadinya karies, maka karies gigi tidak dapat terbentuk

bila tidak terdapat beberapa factor, diantaranya :

1) Mikroorganisme

Bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus merupakan kelompok bakteri

yang kariogenik, karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat.

Streptococcus mutans dan Lactobacillus ditemukan dalam jumlah lebih banyak

pada individu dengan karies aktif dibandingkan yang bebas karies. Bakteri

Streptococcus dapat diasosiasikan dengan perkembangan lesi karies pada enamel,

dan bila karies telah menembus dentin bakteri Lactobacillus juga ditemukan.

2) Host dan gigi yang rentan

Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies, sebab

itu permukaan gigi yang memudahkan perlekatan plak adalah daerah yang mudah

terserang karies. Beberapa daerah yang mudah terserang karies, yaitu :

- Pit dan fisura gigi

- Permukaan halus pada proksimal gigi dibawah titik kontak

- Enamel pada servikal gigi

- Permukaan akar yang terbuka

- Tepi restorasi gigi yang kurang adaptif dengan gigi

- Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan

3) Karbohidrat

Karbohidrat menyediakan substrat untuk terbentuknya asam dari bakteri serta

sintesa polisakarida ekstra sel, walaupun demikian tidak semua jenis karbohidrat

memiliki derajat kariogenik yang sama. Karbohidrat dengan berta molekul rendah

akan lebih cepat meresap kedalam plak dan segera dimetabolisme oleh bakteri.

4) Waktu

Page 9: Tugas Gigi Dan Mulut

Dibutuhkan waktu tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi

untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi enamel.

Karies enamel. Tanda awal terjadinya karies adalah terlihatnya suatu bercak

putih (white spots) sesudah plak dibersihkan. Ukuran bercak dikaitkan dengan luasnya

plak kariogenik dan warnanya lebih opak dari warna enamel normal.

Lesi dini ditandai dengan tetap utuhnya permukaan enamel yang diikuti

terjadinya demineralisasi didalam enamel. Karies enamel merupakan fase penyebaran

perlahan-lahan dan sebagian merupakan proses yang reversible oleh karena adanya

remineralisasi.

Pada gigi dengan lesi karies, pada pemeriksaan dibawah sinar terpolarisasi lesi

dapat dibagi dalam 4 zona :

1) Zona translusen, merupakan zona di bagian terdepan dan menunjukkan kehilangan

mineral 1%. Sering terlihat bila sediaan diperiksa menggunakan quinolon.

2) Zona gelap, merupakan lapisan tipis dibawah zona translusen dan menunjukkan

kehilangan mineral sebanyak 2-4%.

3) Zona lesi, merupakan badan lesi dan mineral yang hilang mencapai 25%.

4) Zona permukaan, merupakan lapisan permukaan yang relative utuh dan terlihat

radioopak pada radiograf mikro. Mineral yang hilang kurang dari 4% dengan lebar

30μm.

Karies dentin. Jika karies telah mengenai dentin, proses demineralisasi

berjalan sepanjang dentinoenamel junction, kedalam dentin dan penyebarannya

dipengaruhi oleh orientasi tubulus dentin. Dentin akan mengadakan reaksi berupa

sklerosis tubulus dan pembentukan dentin reparative.

Lesi karies pada dentin dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu :

1) Zona demineralisasi, merupakan zona terdepan dari lesi dan tidak ditemukan

bakteri, oleh karena kondisi yang terlalu asam, dan suplai nutrisi yang buruk

karena ujung pulpa dan tubulus telah tertutup oleh dentin sklerotik.

2) Zona penetrasi, ditemukan bakteri yang berkembang sepanjang tubulus dentin.

3) Zona destruksi, struktur dentin telah hancur, invasi bakteri luas dan konsistensi

dentin sangat lunak, mudah dibuang dengan menggunakan ekskavator. Dentin

sklerotik akan terlihat setelah dentin yang lunak dibersihkan.

OBAT KUMUR

Page 10: Tugas Gigi Dan Mulut

Cara pemakaian bahan antiplak juga bervariasi tergantung bentuk bahannya.

Bahan antiplak yang berupa cairan dapat digunakan dengan cara :

1. Berkumur-kumur

Bahan yang digunakan dikemas dalam bentuk obat kumur. Obat kumur dapat

dibedakan atas :

a. Obat kumur biasa

Merupakan obat kumur yang biasa digunakan setelah menyikat gigi pada

kesempatan lain yang tidak bersamaan dengan watu penyikatan gigi.

b. Obat kumur prapenyikatan

Merupakan obat kumur yang penggunaannya sesaat sebelum menyikat gigi

(prebrushing rinse). Dasr pemikiran bagi penggunaan obat kumur prapenyikatan

adalah untuk melonggarkan perlekatan plak sehingga lebih mudah tersingkirkan pada

waktu penyikatan gigi. Mengenai manfaat obat kumur prapenyikatan, tampak masih

controversial namun demikian ada kesan bahwa hasil penelitian mengenai efektivitas

obat kumur prapenyikatan adalah lebih disebabkan perbedaan aktivitas bahan deteren

yang digunakan dalam melonggarkan perlekatan plak.

2. Disemprotkan

Bahan yang digunakan dikemas dalam bentuk bahan semprot (spray). Bahan

antiplak berupa semprotan ini dikembangkan dengan pertimbangan agar bahan

antiplak lebih mudah mencapai semua daerah di rongga mulut, terutama bagi mereka

yang karena keaddaan fisiknya tidak dapat berkumur-kumur dengan baik.

3. Diirigasiakan ke daerah subgingival.

Untuk mengirigasikan bahan anti plak berupa cairan ke darerah subginngival

dipergunakan alat irigasi mulai alat yang sederhana berupa alat suntik biasa yang

jarumnya dibengkokkan dan ujunhnya ditumpulkan, sampai alat untuk irigasi khusus

yang diproduksi pabrik. Irigasi subgingival tidak saja dilakukan oleh dokter gigi di

klinik tetapi juga bias dilakukan pasien sehari-hari di rumah. Dasar pemikiran bagi

irigasi subgingival adalah bahwa car berkumur-kumur atau semprotan tidak efektif

mencapai subgingival. Pada kasusu-kasus periodontitis justru mikroorganisme

subgingival yang harus disingkirkan dalam rangka mengontrol inflamasi yang terjadi

masih terus dilakukan penelitian, namun ada kesan sementara bahwa irigasi

subgingival ini akan sangat bermanfaat bagi perawatan periodontal.

Page 11: Tugas Gigi Dan Mulut

BAHAN ANTI PLAK OBAT KUMUR

Bahan antiplak berupa obat kumur yang dapat diperoleh di pasaran pada saat

ini dapat digolongkan atas beberapa golongan yaitu :

1. Bisguanida

2. Campuran fenol minyak essensial

3. Campuran amoniak kuartenary

4. Golongan lain

Dari berbagai golongan golongan obat kumur tersebut baru dua jenis obat kumur yang

telah mendapat rekomendasi dari American Dental Association yaitu campuran fenol

minyak eukaliptol dan golongan klorheksidin dari golongan bisguanida.

1. Golongan Bisguanida

Obat kumur antiplak yang termasuk dalam golongan bisguanida (bisguanides)

yang dapt diperoleh dipasaran adalah obat kumur yang mengandung klorheksidin

glukonat 0,2 % (minosep). Banyak penelitian yang menunjukkan efektivitas

klorheksidin menghambat pembentukkan plak dan mencegah terjadinya gingivitis.

Behubung karena adanya efek smping dari pemakaian chlorheksidin, belakangan ini

di beberapa Negara telah dipasarkan obatkumur yang mengaandunh klorheksidin

glukonat 0,12 % (misanya paridex dan periogard). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengurangan konsentrasi tersebut mengurangi efektivitas obat kumurnya.

Chlorhexidine

Chlorhexidine merupakan derivat bisquanid dan yang umumnya digunakan

dalam bentuk glukonatnya. Mempunyai antibakteri dengan spektrum luas, efektif

terhadap Gram positif dan Gram negatif meskipun untuk jenis yang terakhir

efektivitasnya sedikit lebih rendah. Chlorhexidine sangat efektif mengurangi radang

gingiva dan akumulasi p1ak, pendapat ini sesuai pendapat bahwa larutan

chlorhexidine sangat efektif digunakan untuk plak kontrol pada perawatan radang

gingival (gingivitis). Efek anti plak chlorhexidine tidak hanya bakteriostatik tetapi

juga mempunyai daya lekat yang lama pada permukaan gigi sehingga memungkinkan

efek bakterisid. Dengan demikian akumulasi plak dapatdicegah, sehingga mengurangi

terjadinya giggivitis.

Page 12: Tugas Gigi Dan Mulut

Berbagai percobaan klinis menggunakan obat kumur mengandung

chlorhexidine telah banyak dilakukan dan ternyata chlorhexidine berpengaruh

terhadap gingivitis dan periodontitis. Pengaruh ini pertama kali dilaporkan oleh Loe

dan Schiottpada golongan Aarthus bahwa chlorhexidine dapat menghambat

pertumbuhan plak dan mencegah terjadinya radang gingiva. Pembentukan plak dapat

dicegah dengan kumur-kumur larutan chlorhexidine 0,2%,dan tidak tampak tanda-

tanda radang gingiva setelah beberapa minggu walaupun tanpa membersihkan mulut

secara mekanis. Dinyatakan pula bahwa perawatan radang gingival dapat dilakukan

dengan menggunakan obat kumur chlorhexidine. Pernyataan ini menguatkan

percobaan yang telah dilakukan di beberapa negara, bahwa chlorhexidine dapat

menghainbat pertumbuhan plak dan mencegah terjadinya radang gingival (gingivitis).

Percobaan terhadap sekelompok anggota militer menggunakan obat kumur

chlorhexidine dua kali sehari untuk membantu melakukan kebersihan mulut selama 4

(empat) bulan, hasilnya menunjukkan penurunan pertumbuhan plak. Namun di regio

yang terdapat poket dengan kedalaman 3 mm penurunan indeks

keradangan kurang bermakna. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh chlorhexidine

terhadap plak subgingival berkurang dibandingkan dengan plak supra- gingival.

Untuk meningkatkan pengaruh chlorhexidine terhadap radang jaringan periodonsium

yang mengandung poket perlu dilakukan skeling. Cara pemberian, frekuensi

pemakaian serta konsentrasi chlorhexidine ternyata mempunyai pengaruh. Aplikasi

0,2% larutan chlorhexidine dibandingkan dengan kumur-kumur memberikan hasil

yang sama efektif. Cara aplikasi ini tidak selalu dapat dilakukan di tiap individu,

tergantung dari keadaan klinis penderita. Untuk hasil yang baik dari menyikat gigi 2

kali sehari menggunakan 1% chlorhexidine gel di daerah dengan pembentukan poket

perlu dilakukan skeling. Aplikasi pasta chlorhexidine pada sekelompok anak-anak

muda sekali sehari menghasilkan penurunan indeks baik plak maupun radang gingiva,

tetapi kurang baik bila dibandingkan dengan pemberian 2 (dua) kali sehari.

Pemakaian chlorhexidine pada anak-anak yang terbelakang (mentally

retarded) juga memberikan hasil yang kurang memuaskan walaupun ada penurunan

indeks plak dan radang gingiva. Penelitian lain menyatakan bahwa ada pertumbuhan

plak pada pemakaian chlorhexidine dengan konsentrasi yang rendah, walaupun tidak

menunjukkan tanda-tanda akan terjadi radang gingiva. Percobaan yang dilakukan

terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi di Norwegia selama 2 tahun

menunjukkan perbedaan yang kurang bermakna antara grup kontrol yang melakukan

Page 13: Tugas Gigi Dan Mulut

penyikatan gigi dengan baik dibandingkan kelompok percobaan yang mcnggunakan

obat kumur chlorhexidine 0,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa kontrol plak secara

khemis pada penderita dengan kebersihan mulut yang baik, tidak mempengaruhi

kondisi gingiva secara nyata.

Mekanisme Kerja Chlorhexidine

Seperti telah disebutkan di atas chlorhexidine mempunyai pengaruh yang luas

terutama untuk bakteri Gram positif dan Gram negatif, bakteri ragi juga jamur. Pada

pH fisiologis

chlorhexidine mengikat bakteri di permukaan rongga mulut; tergantung

konsentrasinya, dapat bersifat bakteriostatik atau bakterisid. Sifat bakteriostatik bila

konsentrasi antara 432 ug/ m1; konsentrasi yang lebih tinggi akan menyebabkan efek

bakterisid, karena terjadinya presipitasi protein sitoplasma. Efek bakterisid kurang

penting dibandingkan dengan efek bakteriostatik. Hambatan pertumbuhan plak oleh

chlorhexidine dihubungkan dengan sifat chlorhexidine untuk membentuk ikatan

dengan komponen-komponen pada permukaan gigi. Ikatan tersebut terjadi 1530 detik

setelah kumur dan lebih dari 1/3 bagian chlorhexidine diserap dan melekat, namun

jumlah pe-lekatan sebanding dengan konsentrasinya. Penelitian menun- jukkan bahwa

pelekatan akan terjadi sampai 24 jam, yang berarti sebanding dengan efek

bakteriostatik terhadap bakteri. Dasar yang kuat untuk mencegah terbentuknya plak

adalah terjadinya ikatan antara chlorhexidine dengan molekul-molekul permukaan

gigi antara lain polisakarida, protein, glikoprotein dan saliva, pelikel, mukosa serta

permukaan dari hidroxiapatit. Akibat terjadinya ikatan-ikatan tersebut maka

pembentukan plak yang merupakan penyebab utama dan radang gingiva dihambat .

Penelitian menunjukkan bahwa larutan 0,2% chlorhexidine sebagai obat kumur

selama 1 minggu menurunkan indeks plak sebanyak 72% pada hari ke 3 dan 85%

pada hari ke 7, dan terjadipenurunan indeks radang gingiva sebanyak 32% pada hari

ke 3 dan 77% pada hari ke 7

Tabel penurunan indeks plak dan indeks radang gingiva dari beberapa

antiseptik dibandingkan dengan plasebo/air

Antiseptik (obat

kumur)

Lama Pemakaian Penurunan Indeks

plak (dalam %)

Penurunan Indeks

ginggivitis( %)

Page 14: Tugas Gigi Dan Mulut

Listerin®

Povidone Iodine

(Betadine(&)

Hexetidine

(Bactidol ®)

Hidrogen

Peroksidase

(H2O23%)

Chlorhexidine

Gluconate 0,2%

(Minosep®)

1 bulan

3 bulan

6 bulan

9 bulan

10 hari

3 hari

7 hari

14 hari

14 hari

3 hari

7 hari

15,5

20,9

23,7

19,5*

Kurang bermakna

25

52*

-

50*

72*

85*

5,1

9

20,8

23,9*

Kurang bermakna

24

37

58*

22*

32

77*

Keterangan : * Bermakna

Secara ringkas mekanisme penghmbatan olak oleh klorheksidin adalah sebagai

berikut :

a) Mengikat kelompok asam anionic dari glikoprotein saliva sehingga

pembentukan pelikel akuid terhambat. Hal ini menghambat kolonisasi bakteri

plak.

b) Mengikat plasma polisakarida yang menyelubungi bakteri atau langsung

berikatan dengan dinding sel bakteri. Ikatan dengan lapisan poliakarida yang

menyelubungi bakteri akan menghambat adsorbsi bakteri ke permukaan gigi

atau pelikel akuid. Sebaliknya ikatan klorheksidin lansung dengan sel bakteri

menyebabkan perubahan strukter permukaannya yang pada akhirnya

menyebabkan perubahan struktur permukaannya yang pada akhirnya

menyebabkan pecahnya membrane sitoplasma bakteri

c) Mengendapkan faktor-faktor aglutinasi asam dalam saliva dan menggantikan

kalsium yang berperan merekatkan bakteri membentuk massa plak.

Dengan mekanisme demikian, klorheksidin bukan saja bersifat bakteriostatis

tetapi juga bersifat substantivitas. Dengan sifat substantivitas dimaksudkan

kemampuan untuk menabsorbsi ke permukaan gigi atau mukosa, untuk kemudian

Page 15: Tugas Gigi Dan Mulut

dilepas dalam level terapeutik sehingga lebih efektif dalam mengontrol pertumbuhan

plak bakteri. Meskipun klorheksidin dinilai efektif sebagai bahan antiplak, tetapi

bahan ini mempunyai kelemahan berupa pembentukan stein pada permukaan gigi

maupun mukosa serta gannguan pengecapan secara temporer. Oleh sebab itu,

penggunaannya hanya diindikasikan untuk jangka pendek (sampai 2 minggu).

2. Campuran fenol- minyak esensial

Obat kumur yang mengandung campuran fenol-minyak essensial (Listerine)

mengandung bahan aktif berupa timol dan eukaliptol. Efektivitas campuran fenol

minyak eukaliptol adalah lebih rendah dibandingkan dengan klorheksidine namun,

bahan ini tidak menimbulkan stein disamping terasa lebih segar dan nyaman di mulut

karena kandungan mentol dan metal salisilatnya. Mekanisme kerja timol adalah

menghancurkan dan mengendapkan dinding sel bakteri. Sebaliknya minyak eukaliptol

bekerja dengan jalan menghambat perlekatan bakteri ke permukaan gigi.

Listerine

Listerin dipasarkan dengan merek dagang Listerin®, merupakan antiseptik

yang efektif sebagai anti plak. Uji coba klinis antara 760 hari menunjukkan adanya

hambatan pembentukan plak dan radang gingiva bila digunakan untuk membantu

kontrol plak secara mekan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lamser dkk.

selama 6 bulan, yang menunjukkan bahwa listerin dapat mengurangi penimbunan

plak dan menurunkan derajat keradangan gingiva. Gordon dkk.melakukan penelitian

untuk membuktikan pengaruh listerin terhadap pembentukan plak dan gingivitis. Pada

penelitian ini dilibatkan 144 mahasiswa kedokteran gigi dan staf Fakultas Kedokteran

Gigi di Dickinson, umur antara 18-54 tahun. Orang percobaan kumur-kumur dengan

larutan listerin 2 kali sehari sebanyak 20 ml tiap kali kumur selama 30detik. Selama 6

bulan penggunaan obat kumur diawasi oleh petugas kecuali hari libur dan 3 bulan

terakhir. Evaluasi dilakukan pada bulan 1, 3,6,9. Hasilnya menunjukkan penurunan

skor plak yang bermakna pada bulan 1, 3 dan 6 bila dibandingkan dengan kelompok

kontrol (kumur dengan air) sebesar 12,1%,

18,3%, 18% pada bulan 1, 3 dan 6. Pada 3 bulan terakhir hanya 85 orang percobaan

dievaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan adanya penurunan indeks plak yang

Page 16: Tugas Gigi Dan Mulut

bermakna yaitu sebanyak 15,5%, 20,9%, 23,7% dan 19,5% pada bulan 1, 3, 6 dan 9.

Terhadap radang gingiva, didapat penurunan indeks radang sebanyak 0,9%, 7,9%,

10,4% pada bulan 1, 3 dan 6. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (kumur

dengan air) maka penurunan indeks radang ini tidak bermakna. Pada bulan ke 9, 85

orang dan 144 orang percobaan dievaluasi perubahan indeks ginggivitisnya; hasilnya

didapat penurunan indeks radang gingiva sebanyak 5,1%, 9,0%, 20,8% dan 23,9%

pada bulan 1,3, 6, dan 9. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (kumur dengan

air) hasil ini menunjukkan perbedaan yang bermakna. Penelitian 1ain melibatkan 131

orang percobaan yang pada akhir percobaan tinggal 103 orang. Orang percobaan

dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok I kumur dengan listerin 4 kali sehari.

kelompok II kumur dengan listerin 2 kali sehari dan kelompok III kumur dengan

air/plasebo 2 kali sehari. Penelitian dilakukan selama 2 minggu dan menunjukkan

hasil sebagai berikut: Pada kelompok kumur 4 kali sehari terjadi penurunan indeks

plak sebanyak 48,2%, kelompok 2 kali kumur sebanyak 38,8%. Bila dibandingkan

dengan kelompok kontrol didapatkan perbedaan yang bermakna. Hasil evaluasi

radang gingiva mendapatkan penurunan indeks radang gingiva sebanyak 59,6% pada

kelompok kumur 4 kali sehari dan 56,4% pada kelompok kumur 2 kali sehari. Bila

dibandingkan dengan kelompok kontrol maka didapatkan perbedaan yang bermakna;

namun bila kelompok kumur 4 kali sehari dibandingkan dengan kelompok kumur 2

kali sehari tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. percobaan menunjukkan tidak

adanya perbedaan bermakna dari indeks plak antara kedua kelompok, namun

didapatkan penurunan jumlah bakteri dalam ludah sebanyak 39,2% bakteri aerob dan

31,3% bakteri anaerob. Penurunan terjadi 12 jam setelah kumur-kumur. Bila

dibandingkan dengan chlorhexidine penu-runan jumlah bakteri jauh berkurang.

Penelitian menyimpulkan bahwa povidon iodin tidak dianjurkan untuk membantu

kebersihan mulut dan perawatan gingivitis karena tidak dapat menurunkan terjadinya

penumpukan plak sehingga radang gusi akan terus berlansung.

3. Bahan Oksigenasi

Salah satu bahan oksigenasi yang paling banyak digunakan adalah larutan oksigen

peroksida (perhidrol/H2O2) 3%. Pada saat ini di Indonesia belum ada dipasarkan obat

kumur dari bahan oksigenasi yang dipatenkan. Hidrogen peroksida (H,0 merupakan

antiseptik karena dapat melepaskan oksigen sebagai zat aktif. Sebagai obat kumur

biasanya dipakai konsentrasi 3%. Pemakaian hidrogen peroksida sebagai obat kumur

Page 17: Tugas Gigi Dan Mulut

dapat mencegah/menghambat pertumbuhan bakteri plak. Hambatan ini dimungkinkan

karena oksigen yang dilepaskan oleh hidrogen peroksida akan mengoksidasi protein

kuman sehingga enzim kuman sebagai penyebab gingivitis menjadi tidak aktif.

Hampir 50% mikroorganisme anaerob terdapat pada ginggivitis dan sangat sensitif

terhadap oksigen.

Penggunaan larutan hidrogen peroksida 3% sebagai obat kumur 3 kali sehari

selama 2 minggu dapat menurunkan pembentukan plak sebanyak 50% dan

menurunkan indeks radang gingiva sebanyak 22%. Pemakaian hidrogen peroksida 1%

selama 5 hari juga dapat mengurangi terjadinya radang gingiva dan menghambat

pembentukan plak. Penggunaan larutan hidrogen peroksida 3% sebagai obat kumur

selama 4 hari menunjukkan penurunan indeks plak sebanyak 34% dan mengurangi

terjadinya radang

gingiva. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hidrogen peroksida sangat

membantu kontrol plak secara mekanis

4. Bahan Antiplak Golongan Lain

Dua contoh obat kumur golongan lain adalah :

a. Obat kumur yang mengandung povidon iodine diodida (Betadine, isodine,

septadine, dan sejenisnya)

b. Obat kumur yang mengandung heksetidine (bactidol, hexadol, dan

sejenisnya).

Povidon Iodine

Povidone Iodine 1 % sebagai obat kumur yang dipasarkan dengan merek

dagang Betadine® (untuk selanjutnya kami sebut betadine) sebagai antiseptik

mempunyai sifat antibakteri. Obat kumur ini dapat dipakai untuk mengurangi

bakteremia setelah pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah. Efek betadine

terhadap bakteri rongga mulut sangat cepat dan pada konsentrasi yang tinggi dapat

mematikan bakteri rongga mulut. Bila dibandingkan dengan chlorhexidine, betadine

hanya sedikit mempunyai sifat anti p1ak. Addy dkk.mengadakan penelitian untuk

membuktikan pengaruh povidone iodine (Betadin) terhadap pembentukan plak dan

jumlah bakteri dalam ludah.

Penelitian dilakukan terhadap 18 orang percobaan yang dibagi menjadi 2

kelompok yaitu kelompok yang kumur dengan betadin dan kelompok lain kumur

Page 18: Tugas Gigi Dan Mulut

dengan plasebo/air. Masing-masing orang percobaan kumur-kumur dengan

betadine/plasebo 2 kali sehari sebanyak 10 ml tiap kali kumur selama 1 menit.

Percobaan dilakukan selama 10 hari dengan kontrol pada hari 2,4,5,6,9. Hasil evaluasi

sampai akhir percobaan menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna dari indeks

plak antara kedua kelompok, namun didapatkan penurunan jumlah bakteri dalam

ludah sebanyak 39,2% bakteri aerob dan 31,3% bakteri anaerob. Penurunan terjadi 12

jam setelah kumur-kumur. Bila dibandingkan dengan chlorhexidine penurunan jumlah

bakteri jauh berkurang. Penelitian menyimpulkan bahwa povidon iodin tidak

dianjurkan untuk membantu kebersihan mulut dan perawatan gingivitis karena tidak

dapat menurunkan terjadinya penumpukan plak sehingga radang gusi akan terus

berlangsung

Hexetidine

Hexetidine sebagai obat kumur dipasarkan dengan merek dagang Bactidol®

termasuk golongan antiseptik dan merupakan derivat piridin. Mempunyai sifat

antibakteri, bermanfaat untuk bakteri Gram positif dan Gram negatif, dan dapat

digunakan untuk mengurangi terjadinya keradangan. Hexetidine merupakan

antibakteri dengan spektrum luas dengan konsentrasi rendah bermanfaat untuk

mikroorganisme rongga mu1ut. Hexetidine dapat digunakan pada penderita dengan

radang rongga mulut dan nasopharynx.

Pernyataan ini dibuktikan pada percobaan dengan larutan 0,1 % hexetidine

sebagai obat kumur pada orang-orang Anglo di Amerika yang menderita radang

rongga mulut; ternyata radang dapat sembuh dengan baik. Hal ini berarti hexetidine

akan bermanfaat untuk penderita dengan kelainan periodontal yang disebabkan oleh

mikroorganisme. Penelitian 1ain membuktikan bahwa hexetidine dapat mengikat

protein mukosa mulut sehingga dapat menguntungkan hexetidine sebagai antibakteri.

Pendapat ini diperkuat oleh Bourgonet yang mengatakan bahwa hexetidine dapat

memperpanjang efek antibakteri karena adanya ikatan dengan protein mukosa. Ikatan

protein tersebut akan menghambat metabolisme mikroorganisme yang berada pada

permukaan mukosa dan plak. Ikatan dengan mukosa dan plak ini terjadi selama 7 jam

setelah kumur. Penelitian menggunakan larutan 0,1% hexetidine sebagai obat kumur

pada orang-orang percobaan selama 14 hari dapat menurunkan radang gingiva sampai

34% pada hari ke 7 dan 38% pada hari ke 15, tergantung dari keparahan keradangan

maka rata-rata akan sembuh selama 4 minggu. Hexetidine juga dapat menghambat

Page 19: Tugas Gigi Dan Mulut

pertumbuhan plak, tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan chlorhexidine.

Penelitian dengan menggunakan larutan 0,1% hexetidine sebagai obat kumur yang

dipakai 2 kali sehari sebanyak 10 ml tiap kali kumur selama 3060 detik, menyebabkan

penurunan indeks plak sebanyak 25% pada hari ke 3 dan 52% pada hari ke 7.

Bakteri Penyebab Karies

Streptococus Mutans

Serotip a-h ( >> c, e, f ). Imunisasi dengan serotip spesifik streptococcus mutans berarti menurunkan

insiden terjadinya karies. Mampu untuk mencapai pH kritis dan menyebabkan demineralisasi enamel

dengan cepat  dibanding bakteri plak.

Faktor virulensi :

Adheren pada gigi Sintesis glukan Polysakarida extraseluler Asidogenik Asidurik

Peran streptococcus mutans pada karies :

Jumlah streptococcus mutans didalam saliva dan plak gigi berhubungan dengan prevalensi dan timbulnya karies.

Streptococcus mutans banyak terdapat pada permukaan gigi sebelum terjadinya karies.

Hubungan positif antara pergerakan karies dan jumlah streptococuss mutans  produksi polisakarida extraseluler yang berasal dari sukrosa (membantu melekatkan mikroorgansime plak dengan permukaan gigi )

Lactobacillus

Flora normal dari membran mukosa. Fermentasi lactosa dan fruktosa. Lactobacillus lebih banyak terlibat pada pergerakan pada lesi enamel yang

dalam daripada permukaan. Lactobacilus adalah organisme pelopor dalam mempercepat proses karies

terutama pada dentin.

Merupakan salah satu agent penyebab karies dengan pertimbangan :

Terdapat dalam jumlah banyak pada lesi karies enamel dan terlihat dalam prevalensi yang tinggi pada karies akar.

Hubungan positive antara jumlah lactobacilly dalam plak ,saliva dan aktivitas karies.

Page 20: Tugas Gigi Dan Mulut

Mampu tumbuh pada pH rendah ( pH < 5 ) dan memproduksi asam laktat. Mampu mensintesis extraseluler dan intraseluler polisakrida dari sukrosa. Mampu menghasilkan karies pada tikus gnotiobiotik ( germ free ). Jumlah lactobacilus pada dental plak pada gigi sehat hanya sedikit. Sedangkan pada lesi karies enamel jumlahnya banyak.

Sekresi lactase :

Degradasi gula Menurunkan jumlah mikroorganisme patogenik Membantu menjaga keseimbangan pH

Actynomices

Species : A naeslundit , A. odontolyticus –> karies akar gigi Banyak terdapat pada karies akar, lesi pada akar berbeda dengan karies enamel

dimana terdapat kalsivikasi jarinhgan yang kurang tanpa kavitas yang jelas Peran dalam karies belum jelas

Veillonella

Bakteri coccus gram (-), Anaerob Menggunakan laktat dari mikroorganisme lain dan merubah kedalam bentuk

asam kariogenik yang lebih lemah ( EX; as. Propionik ) Memiliki efek menguntungkan pada dental karies protektif

Abstrak

Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang kita temukan komplikasi dari tindakan ekstraksi gigi yang kita lakukan. Karenanya kita perlu waspada dan diharapkan mampu mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.

Salah satu komplikasi ekstraksi gigi yang dapat terjadi adalah perdarahan pasca ekstraksi. Dalam mengatasi perdarahan pasca ekstraksi ini, tindakan yang paling utama adalah pencegahan, tetapi bila tetap terjadi kita harus mampu mengatasinya.

Mengingat komplikasi perdarahan pasca ekstraksi gigi dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun faktor sistemik, maka pencegahan merupakan hal yang penting. Hal ini terutama apabila perdarahan terjadi karena faktor sistemik seperti kelainan darah (blood dyscrasia), hipertensi, gangguan pembekuan darah, dan apabila pasien mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi pembekuan darah, dan lain-lain.

Page 21: Tugas Gigi Dan Mulut

Bila perdarahan pasca ekstraksi terjadi karena faktor lokal, sebagai seorang dokter gigi kita harus mampu mengatasinya dengan baik. Prinsip-prinsip penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi karena faktor-faktor lokal adalah dengan melakukan penekanan atau penjahitan yang baik, dan apabila diperlukan dengan pemberian obat-obatan hemostatic agent baik lokal maupun sistemik.

Pendahuluan

Ekstraksi gigi adalah tindakan yang paling sederhana di bidang Bedah Mulut dan merupakan tindakan yang sehari-hari dilakukan oleh seorang dokter gigi. Walaupun merupakan tindakan yang biasa dilakukan, tetapi kemungkinan terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi dapat terjadi setiap saat.

Salah satu komplikasi yang mungkin dapat terjadi pasca ekstraksi gigi adalah perdarahan. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa perdarahan pasca ekstraksi dapat terjadi karena faktor lokal maupun karena faktor sistemik. Sebagai seorang dokter gigi, kita dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam melakukan pencegahan dan penatalaksanaannya.

Perdarahan pasca ekstraksi umumnya disebabkan oleh faktor lokal, seperti :

• trauma yang berlebihan pada jaringan lunak• mukosa yang mengalami peradangan pada daerah ekstraksi• tidak dipatuhinya instruksi pasca ekstraksi oleh pasien• tindakan pasien seperti penekanan soket oleh lidah dan kebiasaan

menghisap-hisap• kumur-kumur yang berlebihan• memakan makanan yang keras pada daerah ekstraksiFaktor lokal

Setelah tindakan ekstraksi gigi yang menimbulkan trauma pada pembuluh darah, hemostasis primer yang terjadi adalah pembentukan platelet plug (gumpalan darah) yang meliputi luka, disebabkan karena adanya interaksi antara trombosit, faktor-faktor koagulasi dan dinding pembuluh darah. Selain itu juga ada vasokonstriksi pembuluh darah. Luka ekstraksi juga memicu clotting cascade dengan aktivasi thromboplastin, konversi dari prothrombin menjadi thrombin, dan akhirnya membentuk deposisi fibrin.

Page 22: Tugas Gigi Dan Mulut

Perdarahan pasca ekstraksi gigi biasanya disebabkan oleh faktor lokal, tetapi kadang adanya perdarahan ini dapat menjadi tanda adanya penyakit hemoragik.

Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya perdarahan

1. Penyakit kardiovaskuler

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.

2. Hipertensi

Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi. Penting juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan.

3. Hemofilli

Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini jarang ditemukan

4. Diabetes Mellitus

Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan.

5. Malfungsi Adrenal

Page 23: Tugas Gigi Dan Mulut

Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma Cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.

6. Pemakaian obat antikoagulan

Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin) menyebabkan PT dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan internist untuk mengatur penghentian obat-obatan sebelum pencabutan gigi.

Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor sistemik

1. Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkapKita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki tendensi perdarahan yang meliputi :• bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan• mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan

gangguan hemostasis (pembekuan darah)• pernah dirawat di RS karena perdarahan• spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari

penyebab kecil• riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di

atas, dihubungkan dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri• mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin• Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan    

herediter,misalnya von Willebrand’s syndrome dan hemofiliaKita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan apakah ada riwayat prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting untuk kita ketahui bagaimana penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi sebelumnya. Apabila setelah diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan menggigit tampon atau dengan penjahitan dapat disimpulkan bahwa pasien tidak memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca ekstraksi gigi pasien sampai dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu berhati-hati akan adanya penyakit hemoragik.Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage) didalam otot, persendian atau kulit dapat kita curigai pasien memiliki defek pembekuan darah (clotting defect). Adanya tanda dari purpura pada kulit dan mukosa mulut seperti perdarahan spontan dari gingiva, petechiae .

perdarahan pasca ekstraksi gigi

Page 24: Tugas Gigi Dan Mulut

Yang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap tenang dan jangan panik. Berikan penjelasan pada pasien bahwa segalanya akan dapat diatasi dan tidak perlu khawatir. Alveolar oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi. Penanganan awal yang kita lakukan adalah melakukan penekanan langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan melakukan penekanan, perdarahan dapat diatasi.Jika ternyata perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan dengan tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor (adrenalin). Lakukan penekanan atau pasien diminta menggigit tampon selama 10 menit dan periksa kembali apakah perdarahan sudah berhenti. Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan absorbable gelatine sponge (alvolgyl / spongostan) yang diletakkan di alveolus serta lakukan penjahitan biasa.Bila perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada soket gigi yang mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan yang kita gunakan adalah teknik matras horizontal dimana jahitan ini bersifat kompresif pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang digunakan umumnya adalah silk 3.0, vicryl® 3.0, dan catgut 3.0.perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri, maka kita lakukan klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu mengikat pembuluh darah dengan benang atau dengan kauterisasi.Pada perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan siapkan segera hemostatic agent seperti asam traneksamat. Injeksikan asam traneksamat secara intravena atau intra muskuler.KesimpulanPencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh dokter gigi, sebelum melakukan tindakan tersebut sebaiknya kita lakukan anamnesis serta pemeriksaan klinis yang cermat pada pasien. Lakukan tindakan ekstraksi gigi dengan hati-hati serta hindari penggunaan alat yang berlebihan. Komplikasi paling sering adalah perdarahan pasca ekstraksi.

Apabila setelah ekstraksi gigi terjadi perdarahan, kita harus bersikap tenang dan mampu berpikir jernih untuk menganalisis penyebab perdarahan. Lihat kondisi pasien, cek tanda vital, dan bila semua dalam keadaan normal, segera periksa daerah yang mengalami perdarahan. Bersihkan soket secara cermat dan lakukan tindakan sesuai kondisi yang ada.

Page 25: Tugas Gigi Dan Mulut