32
1. NERVUS RADIALIS: 1

Tugas Orthopedi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas

Citation preview

Page 1: Tugas Orthopedi

1. NERVUS RADIALIS:

1

Page 2: Tugas Orthopedi

2. NERVUS ULNARIS:

2

Page 3: Tugas Orthopedi

3. NERVUS MEDIANUS:

4. FRAKTUR TIBIA PLATEAUFraktur tibia plateau disebabkan oleh kekuatan varus atau valgus bersama sama dengan pembebanan aksial (kekuatan valgus saja mungkin hanya merobekan ligament).  A. KLASIFIKASI

Fraktur tibia plateau melibatkan aspek proksimal atau metaphysis dari tibia dan sering permukaan artikular juga. Mereka dibagi menjadienam jenis dengan klasifikasi schatkzer

1. Tipe I adalah fraktur baji atau split dari aspek lateral dataran proximal tibia, biasanya sebagai akibat dari kekuatan valgus dan aksial. Pada pola ini, fragmen baji tidak terkompresi (depresi) karena tulang cancellous yang mendasari kuat. Pola ini biasanya terlihat pada pasien dengan usia muda.

3

Page 4: Tugas Orthopedi

2. Tipe II adalah fraktur yang terjadi terkait kompresi yang membagi fraktur dengan irisan lateral dan melibatkan cedera artikular. Mekanisme cedera hampir sama dengan fraktur tipe I, tapi biasanya tulang yang mendasari mungkin tulang yang telah osteoporosis yang tidak mampu melawan tekanan yang lebih besar.

3. Tipe III adalah fraktur kompresi murni dataran tinggi lateral.Sebagai karena gaya aksial, depresi biasanya terletak lateral atau terpusat, tetapi mungkin juga dapat melibatkan bagian manapun dari permukaan artikular.

4

Page 5: Tugas Orthopedi

4. Tipe IV adalah fraktur yang melibatkan medial dataran tinggi. Sebagai dari gaya kompresi baik varus atau aksial, pola dapat berupa pecahan atau split dengan kompresi. Karena fraktur ini melibatkan medial dataran tinggi yang lebih besar.

5. Fraktur tipe V:meliputi unsur-unsur perpecahan kedua kondilus medial dan lateral dan mungkin termasuk kompresi artikular medial atau lateral, biasanya disebabkan karena hasil dari gaya aksial murni terjadi sementara ketika lutut dalam keadaan ekstensi.

5

Page 6: Tugas Orthopedi

6. TipeVI adalah fraktur, kompleks bicondylar di mana komponen condylar terpisah dari diaphysis. Depresi dan fragmen fraktur impaksi. Biasanya disebabkan karena tekanan trauma yang tinggi.

5. CARPAL TUNNEL SYNDROME Adalah keadaan nervus medianus tertekan didaerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat penekanan nervus medianus lainnya adalah didaerah siku. Ini menyebabkan sindrom pronator, yaitu pada gerak pronasi lenganbawah secara maksimal akan menimbulkan rasa nyeri. CTS lebih sering pada wanita, puncaknya pada usia 42 tahun (40-60 tahun).

6

Page 7: Tugas Orthopedi

6. CTEVCTEV (Congenital Talipes Equino Varus)  sering disebut juga clubfoot adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (meng.kuda) dan varus (bengkok ke arah dalam/medial).

Terapi MedisTujuan Terapi Medis adalah untuk mengoreksi dan mempertahankan koreksi deformitas yang telah dilakukan sampai terhentinya pertumbuhan tulang. Secara ATB, CTEV dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:• CTEV yang dapat dikoreksi dengan manipulasi, pengecoran, dan pemasangan gips.• CTEV resisten yang memberikan tanggapan minimal terhadap penatalaksanaan pemasangan gips, dan dapat relaps dengan cepat walaupun awalnya berhasil dengan terapi manipulatif. Pada kategori ini dibutuhkan intervensi operatif. Sistem Scoring Pirani dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat keparahan dan memantau perkembangan dalam kasus CTEV selama koreksi dilakukan.

Terapi Non-operatifBerupa pemasangan splint yang dimulai pada bayi berusia 2-3 hari. Urutan koreksi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:1. Adduksi kaki depan (forefoot)2. Supinasi kaki depan3. EkuinusUsaha-usaha untuk memperbaiki posisi ekuinus di awal masa koreksi dapat mematahkan kaki pasien, dan mengakibatkan terjadinya rockerbottom foot. Tidak boleh dilakukan pemaksaan saat melakukan koreksi. Tempatkan kaki pada posisi terbaik yang bisa didapatkan, kemudian pertahankan posisi ini dengan menggunakan “strapping” yang diganti tiap beberapa hari, atau menggunakan gips yang diganti beberapa minggu sekali. Cara ini dilanjutkan hingga dapat diperoleh koreksi penuh atau sampai tidak dapat lagi dilakukan koreksi selanjutnya. Posisi kaki yang sudah terkoreksi ini kemudian dipertahankan selama beberapa bulan. Tindakan operatif harus dilakukan sesegera mungkin saat tampak kegagalan terapi konservatif, yang antara lain ditandai dengan deformitas menetap, deformitas berupa rockerbottom foot, atau kembalinya deformitas segera setelah koreksi dihentikan. Setelah pengawasan selama 6 minggu biasanya dapat diketahui apakah jenis deformitas CTEV mudah dikoreksi atau resisten. Hal ini dikonfi rmasi menggunakan X-ray dan dilakukan perbandingan penghitungan orientasi tulang. Tingkat kesuksesan metode ini 11-58%.

Metode Ponseti(1)

Metode ini dikembangkan dari penelitian kadaver dan observasi klinik oleh dr. Ignacio Ponseti dari Universitas Iowa. Langkah-langkah yang diambil:

a. Deformitas utama pada kasus CTEV adalah adanya rotasi tulang kalkaneus ke arah intenal (adduksi) dan fleksi plantar pedis. Kaki dalam posisi adduksi dan plantar pedis mengalami fleksi pada sendi subtalar. Tujuan pertama adalah membuat kaki dalam posisi abduksi dan dorsofleksi.

7

Page 8: Tugas Orthopedi

Untuk mendapatkan koreksi kaki yang optimal, tulang kalkaneus harus bisa dengan bebas dirotasikan ke bawah talus. Koreksi dilakukan melalui lengkung normal persendian subtalus, dapat dilakukan dengan cara meletakkan jari telunjuk operator di maleolus medialis untuk menstabilkan kaki, kemudian mengangkat ibu jari dan diletakkan di bagian lateral kepala talus, sementara melakukan gerakan abduksi pada kaki depan dengan arah supinasi.

b. Cavus kaki akan meningkat bila kaki depan berada dalam posisi pronasi. Apabila ada pes cavus, langkah pertama koreksi kaki adalah mengangkat metatarsal pertama dengan lembut untuk mengoreksi cavusnya. Setelah terkoreksi, kaki depan dapat diposisikan abduksi seperti pada langkah pertama.

c. Saat kaki dalam posisi pronasi, dapat menyebabkan tulang kalkaneus berada di bawah talus. Apabila hal ini terjadi, tulang kalkaneus tidak dapat berotasi dan menetap pada posisi varus, cavus akan meningkat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bean-shaped foot. Pada akhir langkah pertama, kaki akan berada padaposisi abduksi maksimal, tetapi tidak pernah pronasi.

d. Manipulasi dikerjakan di ruang khusus setelah bayi disusui. Setelah kaki dimanipulasi, selanjutnya dipasang long leg cast untuk mempertahankan koreksi yang telah dilakukan. Gips dipasang dengan bantalan seminimal mungkin, tetapi tetap adekuat. Langkah selanjutnya adalah menyemprotkan tingtur benzoin ke kaki untuk melekatkan kaki dengan bantalan gips. Dr. Ponsetti lebih memilih memasang bantalan tambahan sepanjang batas medial dan lateral kaki, agar aman saat melepas gips menggunakan gunting gips. Gips yang dipasang tidak boleh sampai menekan ibu jari kaki ataumengobliterasi arcus transversalis. Posisi lutut berada pada sudut 90° selama pemasangan gips panjang. Orang tua bayi dapat merendam gips ini selama 30-45 menit sebelum dilepas. Gips dibelah dua, dilepas menggunakan gergaji berosilasi (berputar), kemudian disatukan kembali. Hal ini untuk mengetahui perkembangan abduksi kaki depan, selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui dorsofl eksi serta koreksi yang telah dicapai oleh kaki ekuinus.

e. Usaha mengoreksi CTEV dengan paksaan melawan tendon Achilles yang kaku dapat mengakibatkan patahnya kaki tengah (midfoot) dan berakhir dengan terbentuknya deformitas berupa rockerbottom foot. Kelengkungan kaki abnormal (cavus) harus diterapi terpisah seperti pada langkah kedua, sedangkan posisi ekuinusnya harus dapat dikoreksi tanpa menyebabkan patahnya kaki tengah. Secara umum dibutuhkan 4-7 kali pemasangan gips untuk mendapatkan abduksi kaki maksimum. Gips diganti tiap minggu. Koreksi (usaha membuat kaki dalam posisi abduksi) dapat dianggap adekuat bila aksis paha dan kaki sebesar 60° Setelah dapat dicapai abduksi kaki maksimal, kebanyakan kasus membutuhkan tenotomiperkutaneus tendon Achilles secara aseptis. Daerah lokal dianestesi dengan kombinasi lignokain topikal dan infi ltrasi lidokain local minimal. Tenotomi dilakukan dengan cara membuat irisan menggunakan pisau Beaver(ujung bulat). Luka pasca-operasi ditutup dengan jahitan tunggal menggunakan benang yang dapat diabsorpsi. Pemasangan gips terakhir dilakukan dengan kaki berada pada posisi dorsofl eksi maksimum, kemudian gips dipertahankan hingga 2-3 minggu.

f. Langkah selanjutnya setelah pemasangan gips adalah pemakaian sepatu yang dipasangkan pada lempengan Dennis Brown. Kaki yang bermasalah diposisikan abduksi (rotasi ekstrem) hingga 70°, kaki sehat diabduksi 45°. Sepatu ini juga memiliki bantalan di tumit untuk mencegah kaki terselip dari sepatu. Sepatu digunakan 23 jam sehari selama 3 bulan, kemudian dipakai saat tidur siang dan malam selama 3 tahun.

g. Pada 10-30% kasus, tendon tibialis anterior dapat berpindah ke bagian lateral kuneiformis saat anak berusia 3 tahun. Hal ini membuat koreksi kaki dapat bertahan lebih lama, mencegah

8

Page 9: Tugas Orthopedi

adduksi metatarsal dan inversi kaki. Prosedur ini diindikasikan pada anak usia 2-2,5 tahun, dengan cara supinasi dinamik kaki. Sebelum operasi, pasangkan long leg cast untuk beberapa minggu.

Ket: Metode PonsetiTerapi operatif (1) InsisiBeberapa pilihan insisi, antara lain :• Cincinnati: berupa insisi transversal, mulai dari sisi anteromedial (persendian navikular-kuneiformis) kaki sampai ke sisi anterolateral (bagian distal dan medial sinus tarsal), dilanjutkan ke bagian belakang pergelangan kaki setinggi sendi tibiotalus.• Insisi Turco curvilineal medial/posteromedial: insisi ini dapat menyebabkan luka terbuka, khususnya di sudut vertikal dan medial kaki. Untuk menghindari hal ini, beberapa operator memilih beberapa jalan, antara lain: Tiga insisi terpisah – insisi posterior arah vertikal, medial, dan lateral. Dua insisi terpisah – curvilinear medial dan posterolateral. Banyak pendekatan bisa dilakukan untuk terapi operatif di semua kuadran, antara lain:• Plantar: fasia plantaris, abduktor halucis, fleksor digitorum brevis, ligamen plantaris panjang dan pendek• Medial: struktur-struktur medial, selubung tendon, pelepasan talonavikular dan subtalar, tibialis posterior, FHL (fl eksor halucis longus), dan pemanjangan FDL (fleksor digitorum longus)• Posterior: kapsulotomi persendian kaki dan subtalar, terutama pelepasan ligament talofi bular posterior dan tibiofi bular, serta ligamen kalkaneofi bular• Lateral: struktur-struktur lateral, selubung peroneal, pesendian kalkaneokuboid, serta pelepasan ligamen talonavikular dan subtalar.

Pendekatan mana pun harus bisa menghasilkan pajanan yang adekuat. Struktur-struktur yang harus dilepaskan atau diregangkan adalah:• Tendon Achilles• Pelapis tendon dari otot-otot yang melewati sendi subtalar• Kapsul pergelangan kaki posterior dan ligamen Deltoid• Ligamen tibiofi bular inferior• Ligamen fi bulokalkaneal• Kapsul dari sendi talonavikular dan subtalar• Fasia plantar pedis dan otot-otot intrinsik.Aksis longitudinal talus dan kalkaneus harus dipisahkan sekitar 20° dari proyeksi lateral. Koreksi yang dilakukan kemudian dipertahankan dengan pemasangan kawat di persendian talokalkaneus, atau talonavikular atau keduanya. Hal ini juga dapat dilakukan menggunakan gips. Luka paska

9

Page 10: Tugas Orthopedi

operasi tidak boleh ditutup paksa. Luka dapat dibiarkan terbuka agar membentuk jaringan granulasi atau nantinya dapat dilakukan cangkok (graft) kulit.

Penatalaksanaan dengan operasi harus mempertimbangkan usia pasien :1. Pada anak kurang dari 5 tahun, koreksi dapat dilakukan hanya melalui prosedur jaringan lunak. 2. Untuk anak lebih dari 5 tahun, membutuhkan pembentukan ulang tulang/bony reshaping (misal, eksisi dorsolateral dari persendian kalkaneokuboid [prosedur Dillwyn Evans] atau osteotomi tulang kalkaneus untuk mengoreksi varus).3. Apabila anak berusia lebih dari 10 tahun, dapat dilakukan tarsektomi lateralis atau arthrodesis. Harus diperhatikan keadaan luka pascaoperasi. Jika penutupan kulit sulit dilakukan, lebih baik dibiarkan terbuka agar dapat terjadi reaksi granulasi, untuk kemudian memungkinkan terjadinya penyembuhan primer atausekunder. Dapat juga dilakukan pencangkokan kulit untuk menutupi defek luka operasi. Perban hanya boleh dipasang longgar dan harus diperiksa secara reguler.

7. Sebutkan nama test untuk pemeriksaan nervus medianus!a) Flick's sign.

Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.

b) Thenar wasting.Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.

c) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat dinamometer.

Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari 1 dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.

d) Wrist extension test.Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK.

e) Phalen's test.Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa STK.

f) Torniquet test.Dilakukan pemasangan tomiquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

g) Tinel's sign.Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

h) Pressure test.

10

Page 11: Tugas Orthopedi

Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

i) Luthy's sign (bottle's sign).Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.

j) Pemeriksaan sensibilitas.Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.

k) Pemeriksaan fungsi otonom.Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.

8. SINDROMA FAT EMBOLI : sindroma yang diakibatkan oleh masuknya lemak netral ke dalam system vaskuler, yang biasanya terjadi 28-48 jam setelah terjadinya trauma. Fraktur pada tulang panjang akibat trauma merupakan penyebab SFE yang paling sering. Sindroma fat emboli hampir selalu terjadi pada semua fraktur pelvis dan fraktur extremitas inferior (terutama tibia dan femur). Pembedahan orthopaedi (Total hip arthroplasty, Total knee arthroplasty, intra medullary nailing) serta trauma pada jaringan yang kaya lemak seperti liposuction, transplantasi sumsum tulang serta tindakan pembedahan jantung, DM, akut pankreatitis dapat menyebabkan sindroma fat emboli. Kemungkinan timbulnya sindroma fat emboli harus selalu kita pikirkan pada penderita-penderita tersebut.Gejala klinis SFE:

- Tipe subklinis: mungkin terjadi pada semua jenis fraktur tulang panjang extremitas bawah, penurunan Pa CO2, trombositopenia dan anemia ringan.

- Tipe non fulminat: gangguan pernafasan dan system saraf pusat, ptekiae, abnormalitas rontgen dan laboratorium

- Tipe fulminant: dalam beberapa jam paska trauma terjadi gangguan nafas.

9. GOLFER’S ELBOW SYNDROME : suatu keadaan nyeri pada siku bagian dalam, tepatnya pada tendon otot flexor carpi radialis dan otot pronator teres, yang disebabkan karena gerakan flexi pergelangan tangan dan pronasi siku hentak dan berulang kali. Penyebab cidera tendon otot ini karena adanya trauma hentak maupun berulang sehingga terjadi tendonitis yaitu peradangan atau iritasi pada tendon, dimana terjadi jaringan fibrous antara otot dan tulang. Tendonitis merupakan akumulasi robekan kecil tendon, dimana gejala dan  keluhan yang sedikit-dikit tapi pasti, dan semakin hari semakin buruk, sehingga terjadi gangguan gerak dan fungsi otot.

11

Page 12: Tugas Orthopedi

Golfer’s siku menyebabkan nyeri yang dimulai pada perut bagian dalam dari siku, epikondilus medialis. Fleksor pergelangan tangan adalah otot-otot lengan bawah yang menarik tangan ke depan. Fleksor pergelangan tangan berada di sisi telapak lengan bawah. Sebagian besar melampirkan fleksor pergelangan tangan ke salah satu tendon utama pada epikondilus medialis. Tendon ini disebut tendon fleksor umum. Tendon yang menghubungkan otot ke tulang. Tendon terbuat dari bahan benang yang disebut kolagen. Untaian kolagen berbaris di sebelah kumpulan satu sama lain. Karena untaian kolagen pada tendon adalah berjajar, tendon memiliki kekuatan tarik tinggi. Ini berarti mereka dapat menahan kekuatan tinggi yang menarik terhadap kedua ujung tendon. Ketika otot bekerja, mereka menarik salah satu ujung tendon. Ujung tendon menarik pada tulang, menyebabkan tulang bergerak.

10. NEGLACTED FRAKTURNeglected fraktur : yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering terjadi akibat penanganan fraktur pada extremitas yang salah oleh bone setter Umumnya terjadi pada yang berpendidikan dan berstatus sosioekonomi yang rendah. Neglected fraktur dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu:

a. Derajat 1 : fraktur yang telah terjadi antara 3 hari -3 minggu b. Derajat 2 : fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu -3 bulan c. Derajat 3 : fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan ± 1 tahun d. Derajat 4 : fraktur yang telah terjadi lebih dari satu tahun

11. JUMLAH TULANG VERTEBRA PADA MANUSIATerdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx).

penyusunnya  : 12

Page 13: Tugas Orthopedi

a) Tulang leher (Serviks) jumahnya 7.Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus (bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C dari cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau aksis. Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.

b) Tulang punggung (Thorax) jumlahnya 12.Procesus spinosus akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung dorsal' dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.

c) Tulang pinggang (Lumbar) jumlahnya 5 .Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.

d) Tulang selangkang (Sacrum) Jumlahnya 5 pada bayi, setelah dewasa maka jumlahnya menjadi 1.Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.

e) Tulang ekor (koksigea) Jumlahnya 4 pada bayi, setelah dewasa maka menjadi 1.Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah.

12. DEFINISI:- Laserasi

Luka yang disebabkan oleh robekan, bukan bentuk yang teratur seperti sayatan bedah. Laserasi biasanya hanya merujuk pada luka kulit yang cukup dalam sehingga memerlukan jahitan.

- Vulnus : Hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh- Vulnus Appertum

Adalah luka dimana kulit mengalami kerusakan sehingga nampak jaringan di bawah kulit.- Vulnus Ikhtum

atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang biasanya kedalaman luka lebih daripada lebarnya.

- Vulnus AmputatumLuka potong dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi, terdapat gejala pathom limb.

13. DEEP VEIN THROMBOSISAdalah gumpalan darah (juga disebut trombus) yang terbentuk pada vena dalam tubuh. Kebanyakan gumpalan vena dalam terjadi pada kaki bagian bawah atau paha tetapi dapat juga terjadi di bagian tubuh lainnya. Gumpalan ini mungkin mengganggu sirkulasi dan mungkin pecah dan berjalan melalui aliran darah dan berdiam di paru-paru, menyebabkan kerusakan parah pada organ tersebut. Jika gumpalan berdiam di paru-paru, disebut embolisasi paru-paru. Ini adalah kondisi sangat serius yang dapat mengakibatkan kematian. Gejala embolisasi paru-paru termasuk nyeri dada ketika menarik napas dalam, nadi cepat, pingsan, napas pendek dan muntah darah. Gumpalan darah yang tetap berdiam di kaki menyebabkan nyeri dan bengkak.

13

Page 14: Tugas Orthopedi

Tanda klinisnya :- Kaki bengkak- Nyeri, biasanya satu kaki dan mungkin dirasakan saat berdiri atau berjalan- Daerah kaki yang nyeri atau bengkak bertambah hangat- Perubahan warna kulit atau kemerahan.

Penanganan DVT: a. Terapi anti koanggulan menggunakan heparinb. Istrahat yang cukup dengan kaki agak tinggi c. Memberikan kehangatan untuk meningkatkan sirkulasi darah dan menghilangkan rasa tidak nyaman d. Hindari pemijatan tungkai  pada daerah yang bengkak untuk mencegah bekuan e. Memberikan obat-obatan seperti asidium asetilosalisikum dan apabila ada pedangan diberi anti

biotik f. Setelah rasa nyeri hilang, penderita di anjurkan untuk mulai berjalan.

14. RHEUMATOID ARTHRITISAdalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progresif, mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama menyerang sendi menghasilkan sinovitis inflamasi yang sering berkembang menjadi perusakan tulang rawan artikular dan ankilosis sendi. Selain lapisan synovial sendi, Rheumatoid arthritis dapat juga menghasilkan peradangan menyebar di paru-paru, perikardium, pleura, dan sclera, dan juga lesi nodular, yang paling umum dalam jaringan subkutan di bawah kulit. Meskipun penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui, autoimunitas memainkan peran penting dalam kronisitas dan kemajuan

RA adalah proses inflamasi kompleks yang merupakan hasil reaksi dari berbagai populasi sel imun

dengan aktivasi dan proliferasi dari fibroblas sinovial. Respon inflamasi ini menyerang cairan sinovial pada persendian, bursa dan tendon, serta jaringan lain di seluruh tubuh. Orang-orang yang menderita penyakit ini menunjukkan tanda-tanda klinik yang bermacam-macam dan distribusinya pada muskuloskeletal. Dalam jaringan sinovial, proses inflamasi terjadi secara jelas, menimbulkan edema dan proliferasi kapiler dan sel mesenkim. Pada jaringan sendi dan cairan sinovial, terjadi

14

Page 15: Tugas Orthopedi

akumulasi dari leukosit yang menghasilkan enzim lisosom dan proinflamasi lain, serta mediator-mediator toksik. Kemudian, dengan teraktivasinya sel-sel imun dan fibroblas sinovial, mediator ini dapat merusak kartilago persendian yang bedekatan. Jika proses ini terus berlanjut dan tidak dikendalikan, permukaan sendi akan hancur, dan secara bertahap terjadi fibrosis pada jaringan fibrosa kapsul persendian dan jaringan sendi atau terlihat ankilosis pada tulang.

Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah destruksi akibat proses pencernaan oleh karena produksi protease, kolagenase dan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Enzim-enzim ini memecah kartilago, ligamen, tendon dan tulang pada sendi, serta dilepaskan bersama dengan radikal oksigen dan metabolit asam arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam cairan sinovial. Proses ini diduga adalah bagian dari respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi secara lokal. Kedua adalah, destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus reumatoid. Panus merupakan jaringan granulasi vaskular yang terbentuk dari sinovium yang meradang dan kemudian meluas ke sendi. Disepanjang pinggir panus, terjadi destruksi kolagen dan proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel di dalam panus tersebut.

Hiperplasia sinovial dan formasi ke dalam panus merupakan patogenesis artritis reumatoid yang fundamental. Proses ini dimediasi oleh produksi dari berbagai sitokin, contohnya tumor necrosis factor α (TNF-α) dan interleukin-1 (IL-1) oleh antigen presenting cells dan sel T. TNF-α dan IL-1 juga memiliki peranan penting dalam destruksi tulang.

Pannus masuk ke tulang subcondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago persendian menentukan tingkat ketidak mampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi , karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (akilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang subcondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat. Lamanya rheumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara orang ada yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain terutama yang mempunyai factor rematoid, gangguan akan menjadi kronis yang progresif. Pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus.

MANIFESTASI KLINIS1. Awitan (onset)

Kurang lebih 2/3 penderita AR, awitan terjadi secara perlahan, arthritis simetris terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan dari perjalanan penyakit. Kurang lebih 15% dari penderita mengalami gejala awal yang lebih cepat yaitu antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Sebanyak 10-15% penderita mempunyai awitan fulminant berupa arthritis poliartikular, sehingga diagnosis AR lebih mudah ditegakkan. Pada 8-15% penderita, gejala muncul beberapa hari setelah kejadian tertentu (infeksi). Arthritis sering kali diikuti oleh kekakuan sendi pada pagi hari yang berlangsung selama satu jam atau lebih. Beberapa penderita juga mempunyai gejala konstitusional berupa kelemahan, kelelahan, anoreksia dan demam ringan.

2. Manifestasi artikularPenderita AR pada umumnya datang dengan keluhan nyeri dan kaku pada banyak sendi, walaupun ada sepertiga penderita mengalami gejala awal pada satu atau beberapa sendi saja. Walaupun tanda cardinal inflamasi (nyeri, bengkak, kemerahan, dan teraba hangat) mungkin ditemukan pada awal

15

Page 16: Tugas Orthopedi

penyakit atau selama kekambuhan, namun kemerahan dan perabaan hangat mungkin tidak dijumpai pada AR yang kronik.Penyebab arthritis pada AR adalah synovial yaitu adanya inflamasi pada membrane synovial yang membungkus sendi. Pada umumnya sendi yang terkena adalah persendian besar seperti bahu dan lutut juga bisa terkena. Sendi yang terlibat pada umumnya simetris, meskipun pada presentasi awal bisa tidak simetris. Sinovitis akan menyebabkan erosi peermukaan sendi sehingga terjadinya deformitas dan kehilangan fungsi. Ankilosis tulang (destruksi sendi disertai kolaps dan pertummbuhan tulang yang berlebihan) bisa terjadi di beberapa sendi khususnya pada pergelangan tangan dan kaki. Sendi pergelangan tangan hampir selalu terlibat, demikian juga sendi interfalang proksimal dan netakarpofalangeal. Sendi interfalang distal dan sakroiliaka tidak pernah terlibat.

3. Manifestasi EkstaartikularWalaupun arthritis merupakan manifestasi klinis utama, tetapi AR merupakan penyakit sistemik sehingga banyak juga mempunyai manifestasi ekastraartikular. Manifestasi ekastraartikular pada umumnya didapatkan pada penderita yang mempunyai titer factor rheumatoid (RF) serum tinggi. Nodul rheumatoid merupakan manifestasi kulit yang paling sering dijumpai, tetapi biasanya tidak memerlukan intrvensi khusus. Nodul rheumatoid umumnya ditemukan didaerah ulna, olekranon, jari tangan, tendon Achilles atau bursa olekranon. Nodul rheumatoid hanya ditemukan pada pendrita AR dengan factor rheumatoid positif dan mungkin dikelirukan dengan tofus gout , kista ganglion, tendon xanthoma atau nodul yang berhubungan dengan demam reumatik, lepra, MCTD. Manifestasi paru juga bisa didapatkan, tetapi beberapa perubahan patologik hanya ditemukan saat otopsi. Beberapa manifestasi ekstraartikular seperti vaskulitis dan felty syndrome jarang dijumpai, tetapi sering memerlukan terapi spesifik.

4. DeformitasKerusakan dari struktur ± struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Dapat terjadi pergeseran urnal atau deviasi jari, subluksasi sendi matakarpofalangenal, deformitas boutonniere, dan leher angsa merupakan beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada klien. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi matatersal. Sendi ± sendi yang sangat besar juga dapat terangsang dan akan mengalami pengurangan kemampuan begerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi. Nodul ± nodul reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertigao rang dewasa penderita Artritis reumato id. Lokasi yang paling sering dari doformitas ini adalah bursaolekranon (sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstenso r dari lengan, walaupun demikian nodul ± nodul ini dapat juga timbul pada tempat ± tempat lainnya. Adanya nodul ± nodul ini biasanya merupakan suatu petunjuk penyakit yang aktif dan lebih barat. Manifestasi ekstraartikuler, artritis reumatoid juga dapat menyerang juga dapat menyerang organ ±organ lain diluar sendi. Jantung (perikarditis), paru -paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusakGambaran klinis RA tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang bervariasi.1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.

Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya2. Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer: termasuk sendi-sendi di tangan, namun

biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalang distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.

3. Kekakuan pagi hari, selama lebih dari satu jam: dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang

16

Page 17: Tugas Orthopedi

biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam4. Artritis erosif: merupakan ciri khas dari penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan

sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang.5. Deformitas: kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan perjalanan penyakit.

Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dan subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.

6. Nodul-nodul rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa pasien artritis reumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau sepanjang permukaan ekstensor dari lengan. Walaupun demikan, nodul-nodul ini dapat juga timbul pada tempat lainnya. Adanya nodul-nodul ini biasanya merupakan petunjuk dari suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.

7. Manifestasi ekstra-artikular; artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.

Dibawah ini merupakan tabel revisi kriteria untuk klasifikasi dari artritis reumatoid dari American Rheumatism Association tahun 1987.

Tabel : Revised American Rheumatism Association Criteria for the Classification of RAKriteria Definisi1. Kekakuan pagi

hariKekakuan pagi hari pada sendi atau disekitar sendi, lamanya setidaknya 1 jam

2. Artritis pada tiga atau lebih area sendi

Setidaknya tiga area sendi secara bersama-sama dengan peradangan pada jaringan lunak atau cairan sendi. 14 kemungkinan area yang terkena, kanan maupun kiri proksimal interfalangs (PIP), metakarpofalangs (MCP), pergelangan tangan, siku, lutut, pergelangan kaki, dan sendi metatarsofalangs (MTP)

3. Artritis pada sendi tangan

Setidaknya satu sendi bengkak pada pergelangan tangan, sendi MCP atau sendi PIP

4. Artritis simetrisSecara bersama-sama terjadi pada area sendi yang sama pada kedua bagian tubuh

5. Nodul-nodul reumatoid

Adanya nodul subkutaneus melewati tulang atau permukaan regio ekstensor atau regio juksta-artikular

6. Serum faktor reumatoid

Menunjukkan adanya jumlah abnormal pada serum faktor reumatoid dengan berbagai metode yang mana hasilnya positif jika < 5% pada subyek kontrol yang normal

7. Perubahan radiografik

Perubahan radiografik tipikal pada artritis reumatoid pada radiografik tangan dan pergelangan tangan posteroanterior, dimana termasuk erosi atau dekalsifikasi terlokalisasi yang tegas pada tulang.

Untuk klasifikasi, pasien dikatakan menderita atrtritis reumatoid jika pasien memenuhi setidaknya 4 dari 7 kriteria diatas. Kriteria 1 - 4 harus sudah berlangsung sekurang-

17

Page 18: Tugas Orthopedi

kurangnya 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis klinis, tidak dikeluarkan pada kriteria ini.

TERAPI Pengobatan reumatoid artritis ditujukan untuk:

1. Mengurangi nyeri2. Mengurangi inflamasi3. Menghentikan kerusakan sendi4. Mencegah cacat5. Memperbaiki fungsi sendi6. Memperbaiki kualitas hidup7. Mencegah kematian dini

Dahulu, pengobatan reumatoid artritis hanya untuk menghilangkan gejalanya saja, seperti mengurangi bengkak,nyeri (pengobatan simptomatik). Dengan pengobatan untuk mengurangi gejala saja, cacat tetap terjadi. Sekarang, pengobatan reumatoid artritis dimaksudkan untuk menghentikan penyakit agar tidak berlanjut, mencegah hilangnya fungsi sendi, dan mencegah cacat, sehingga dapat mencegah kematian prematur.1. Terapi non farmakologik

Terapi non farmakologik terdiri dari terapi puasa, suplementasi asam lemak essential, terpai spa dan latihan. Pemberian suplemen minyak ikan bisa digunakan sebagai NSAID-sparing agents pada penderita AR. Disamping itu ada juga penggunaan terapi lainnya seperti, Penggunaan terapi herbal, acupuncture dan splinting tetapi belum di dapatkan bukti yang meyakinkan.

2. Terapi farmakologikFarmako terapi untuk penderita AR meliputi, anti inflamasi non steroid (OAINS) untuk mengendalikan nyeri, glukokortikoid dosis rendah atau intraartikular dan DMARD. a. OAINSOAINS digunakan sebagai terpai awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan. Obat-obat ini tidak merubah perjalanan penyakit maka tidak boleh digunakan secara tunggal. Penderita AR mempunyiai resiko 2x lebih serning mengalami komplikasi serius akibat pengguanaan OAINS, dibandingkan dengan penderita OSTEOARTRitis, maka dari itu perlu pemantauan secara ketat terhadap gejala efek samping gastrointestinal.b. DMARDPemilihan jenis DMARD harus mempertimbangkan kepatuhan, beratnya penyakit, pengalaman dokter, dan adanya penyakit penyerta. DMARD yang paling umu digunakan adalah MTX, hidroksiklorokuin atau klorokuin fossfat, sulfasalazin, leflunomide, infliximab dan etanercept. Sulfasalazin atau hidrosiklorokuin atau klorokuin fosfat sering digunakansebagai terapi awal,tetapi pada kasus yang lebih berat,MTX atau kombinasi terapi mungkin digunakan sebagai terapi lini pertama.

3. Pemberian alat-alat bantu ortopedi, misalnya bidai4. Fisioterapi dan terapi okupasi5. Operasi dan rekonstruksi

Bila kelainan terbatas pada sinovia, maka dilakukan sinovektomi dan bila terjadi rupture tendo dilakukan penjahitan tendo

Pada tingkat lanjut dimana terdapat kerusakan tulang dan tulang rawan, maka dilakukan osteotomi, artrodesis atau artroplasti tergantung tingkat kerusakannya.

18

Page 19: Tugas Orthopedi

15. KONTRAKTURMerupakan suatu keadaan patologis tingkat akhir dari suatu kontraksi. Umumnya kontraktur terjadi apabila pembentukan sikatrik berlebihan dari proses penyembuhan luka. Definisi kontraktur adalah hilangnya atau kurang penuhnya lingkup gerak sendi secara pasif maupun aktif karena keterbatasan sendi, fibrosis jaringan penyokong, otot dan kulit.Penyebab utama adalah tidak ada atau kurangnya mobilisasi sendi akibat suatu keadaan antara lain imbalance kekuatan otot, penyakit neuromuskular, penyakit degenerasi, luka bakar, luka trauma yang luas, inflamasi, penyakit kongenital, ankilosis dan nyeri.Apabila jaringan ikat dan otot dipertahankan dalam posisi memendek dalam jangka waktu yang lama, serabut-serabut otot dan jaringan ikat akan menyesuaikan memendek dan menyebabkan kontraktur sendi. Otot yang dihertahan memendek dalam 5-7 hari akan mengakibatkan pemendekan perut otot yang menyebabkan kontraksi jaringan kolagen dan pengurangan jaringan sarkomer otot. Bila posisi ini berlanjut sampai 3 minggu atau lebih, jaringan ikat sekitar sendi dan otot akan menebal dan menyebabkan kontraktur.KLASIFIKASI KONTRAKTURBerdasarkan lokasi dari jaringan yang menyebabkan ketegangan, maka kontraktur dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Kontraktur Dermatogen atau DermogenKontraktur yang disebabkan karena proses terjadinya di kulit, hal tersebut dapat terjadi karena kehilangan jaringan kulit yang luas misalnya pada luka bakar yang dalam dan luas, loss of skin/tissue dalam kecelakaan dan infeksi.2. Kontraktur Tendogen atau Myogen Kontraktur yang tejadi karena pemendekan otot dan tendon-tendon. Dapat terjadi oleh keadaan iskemia yang lama, terjadi jaringan ikat dan atropi, misalnya pada penyakit neuromuskular, luka bakar yang luas, trauma, penyakit degenerasi dan inflamasi.3. Kontraktur Arthrogen .Kontraktur yang terjadi karena proses didalam sendi-sendi, proses ini bahkan dapat sampai terjadi ankylosis. Kontraktur tersebut sebagai akibat immobilisasi yang lama dan terus menerus, sehingga terjadi gangguan pemendekan kapsul dan ligamen sendi, misalnya pada bursitis, tendinitis, penyakit kongenital dan nyeri.

PENCEGAHAN KONTRAKTURPencegahan kontraktur lebih baik dan efektif daripada pengobatan. Program pencegahan kontraktur:

1. Mencegah infeksiPerawatan luka, penilaian jaringan mati dan tindakan nekrotomi segera perlu diperhatikan.

Keterlambatan penyembuhan luka dan jaringan granulasi yang berlebihan akan menimbulkan kontraktur.2. Skin graft atau Skin flap

Adanya luka luas dan kehilangan jaringan luas diusahakan menutup sedini mungkin, bila perlu penutupan kulit dengan skin graft atau flap.3. FisioterapiTindakan fisioterapi harus dilaksanakan segera mungkin meliputi ;

a. Proper positioning (posisi penderita)b. Exercise (gerakan-gerakan sendi sesuai dengan fungsi)

19

Page 20: Tugas Orthopedi

c. Stretchingd. Splinting / bracinge. Mobilisasi / ambulasi awal

PENANGANAN KONTRAKTURHal utama yang dipertimbangkan untuk terapi kontraktur adalah pengembalian fungsi dengan cara menganjurkan penggunaan anggota badan untuk ambulasi dan aktifitas lain. Menyingkirkan kebiasaan yang tidak baik dalam hal ambulasi, posisi dan penggunaan program pemeliharaan kekuatan dan ketahanan, diperlukan agar pemeliharaan tercapai dan untuk mencegah kontraktur sendi yang rekuren. (1,2,6,8,10) Penanganan kontraktur dapat dliakukan secara konservatif dan operatif :

1. KonservatifSeperti halnya pada pencegahan kontraktur, tindakan konservatif ini lebih mengoptimalkan penanganan fisioterapi terhadap penderita, meliputi :a. Proper positioning

Positioning penderita yang tepat dapat mencegah terjadinya kontraktur dan keadaan ini harus dipertahankan sepanjang waktu selama penderita dirawat di tempat tidur. (3,4) Posisi yang nyaman merupakan posisi kontraktur. Program positioning antikontraktur adalah penting dan dapat mengurangi udem, pemeliharaan fungsi dan mencegah kontraktur.(1,24,10)

Proper positioning pada penderita luka bakar adalah sebagai berikut :- Leher : ekstensi / hiperekstensi- bahu : abduksi, rolasi eksterna- Antebrakii : supinasi- Trunkus : alignment yang lurus- Lutut : lurus, jlarak antara lutut kanan dan kiri 20”- Sendi panggul tidak ada fleksi dan rolasi eksterna- Pergelangan kaki : dorsofleksi

Proper positioning untuk penderita luka bakara. Exercise

20

Page 21: Tugas Orthopedi

Tujuan tujuan exercise untuk mengurangi udem, memelihara lingkup gerak sendi dan mencegah kontraktur. Exercise yang teratur dan terus-menerus pada seluruh persendian baik yang terkena luka bakar maupun yang tidak terkena, merupakan tindakan untuk mencegah kontraktur. (2,8,10) Adapun macam-macam exercise adalah :- Free active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri.- Isometric exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri dengan kontraksi otot tanpa gerakan sendi.- Active assisted exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri tetapi mendapat bantuan tenaga medis atau alat mekanik atau anggota gerak penderita yang sehat.- Resisted active exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita dengan melawan tahanan yang diberikan oleh tenaga medis atau alat mekanik.- Passive exercise : latihan yang dilakukan oleh tenaga medis terhadap penderita.b. Stretching

Kontraktur ringan dilakukan strectching 20-30 menit, sedangkan kontraktur berat dilakukan stretching selama 30 menit atau lebih dikombinasi dengan proper positioning. Berdiri adalah stretching yang paling baik, berdiri tegak efektif untuk stretching panggul depan dan lutut bagian belakang. (2,10)

c. Splinting / bracingMengingat lingkup gerak sendi exercise dan positioning merupakan hal yang penting

untuk diperhatikan pada luka bakar, untuk mempertahankan posisi yang baik selama penderita tidur atau melawan kontraksi jaringan terutama penderita yang mengalami kesakitan dan kebingungan.d. Pemanasan

Pada kontraktur otot dan sendi akibat scar yang disebabkan oleh luka bakar, ultrasound adalah pemanasan yang paling baik, pemberiannya selama 10 menit per lapangan. Ultrasound merupakan modalitas pilihan untuk semua sendi yang tertutup jaringan lunak, baik sendi kecil maupun sendi besar.

2. OperatifTindakan operatif adalah pilihan terakhir apabila pcncegahan kontraktur dan terapi konservatif tidak memberikan hasil yang diharapkan, tindakan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara : (11)

a. Z - plasty atau S - plastyIndikasi operasi ini apabila kontraktur bersama dengan adanya sayap dan dengan kulit

sekitar yang lunak. Kadang sayap sangat panjang sehingga memerlukan beberapa Z-plasty.b. Skin graft

Indikasi skin graft apabila didapat jaringan parut yang sangat lebar. Kontraktur dilepaskan dengan insisi transversal pada seluruh lapisan parut, selanjutnya dilakukan eksisi jaringan parut secukupnya. Sebaiknya dipilih split thickness graft untuk l potongan, karena full thickness graft sulit. Jahitan harus berhati-hati pada ujung luka dan akhirnya graft dijahitkan ke ujung-ujung luka yang lain, kemudian dilakukan balut tekan. Balut diganti pada hari ke 10 dan dilanjutkan dengan latihan aktif pada minggu ketiga post operasi.c. Flap

Pada kasus kasus dengan kontraktur yang luas dimana jaringan parutnya terdiri dari jaringan fibrous yang luas, diperlukan eksisi parsial dari parut dan mengeluarkan / mengekspos pembuluh darah dan saraf tanpa ditutupi dengan jaringan lemak, kemudian

21

Page 22: Tugas Orthopedi

dilakukan transplantasi flap untuk menutupi defek tadi. Indikasi lain pemakaian flap adalah apabila gagal dengan pemakaian cara graft bebas untuk koreksi kontraktur sebelumnya. Flap dapat dirotasikan dari jaringan yang dekat ke defek dalam 1 kali kerja

16. NYERI VISERAL DAN NYERI SOMATIKa. Nyeri Somatik: nyeri timbul pada organ non-viseral, misal nyeri pasca bedah, nyeri

metastatic, nyeri tulang, dan nyeri artritik Nyeri Somatic Superfisial: menimbulkan nyeri di kulit berupa rangsang mekanis, suhu,

kimiawi, listrik. Kulit punya banyak saraf sensorik sehingga kerusakan kulit menimbulkan sensasi lesi nyeri yang akurat (yang terbatas dermatom). Mermiliki durasi pendek, terlokalisir, dan memiliki sensasi yang tajam.

Nyeri Somatic Dalam: Nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi, dan arteri. Struktur tadi memiliki lebih sedikit reseptor sehingga lokasi nyeri sering tidak jelas.

NYERI DALAM (Deep pain)- Reseptor = jar. Ikat, tlg, sendi, otot, gigi, periodontium - Nyeri tumpul, difus dan meyebar ke jar. Sekitarnya. Contoh : sakit gigi, Kpl.Neuralgia, Mialgia.

b. Nyeri viseral adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi. Nyeri yang disebabkan kerusakan organ internal, durasinya cukup lama, dan sensasi yang timbul biasanya tumpul.

Valgus ; membengkok keluar, terpelintir, menunjukkan suatu deformitas yang memperlihatkan pembentukan sudut pada bagian tersebut menjauhi garis tengah badan. Varus : melengkung ke dalam, menunjukkan deformitas yang sudut bagiannya mendekati garis tengah badan. Varus adalah angulasi yang mengikuti pola lingkaran imaginer dimana pasien berada. Abduksi : gerakan menjauhi sumbu median atau garis sumbu anggota gerak.Adduksi : menarik kearah median atau garis sumbu anggota gerak.

17. Bagaimana cara mencuci tangan?Mencuci tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir. Sedangkan langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut.

- Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir. Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. Akan lebih baik bila sabun mengandung antiseptik.

- Gosokkan kedua telapak tangan. Gosokkan sampai ke ujung jari.- Telapak tangan tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan jari-jari saling

mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.

- Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.- Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan hal yang

sama dengan ibu jari tangan kiri.

22

Page 23: Tugas Orthopedi

- Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan, kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.

- Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar. Lakukan pula untuk tangan kiri.

- Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.- Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunkan kran, tutup kran dengan tissue.

23