Upload
truongthuy
View
252
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA
PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN PANCASILA DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Dosen Pengampu:
Puji Lestari, S.Pd.,M.Si
Iwan Hardi Saputro, S.Pd,M.Si.
DISUSUN OLEH :
NAMA : LAILY IKA FITRIANI
NIM : 4201416014
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
A. Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila sebagai dasar negara
Pada tahun 1999 saat era reformasi merupakan tonggak
perubahan gradual tatanan Negara dan bangsa. Pada saat itu, muncul
berbaigai polemik di sekitar perubahan konstitusi Negara yang
bertumpu pada dua sumber konstitusi pokok Negara, yakni UUD 1945
dan Pancasila.(Susanto,Dody.2011:236)
Pancasila sebagai dasar negara terdapat dalam pembukaan UUD
1945 yang merupakan kesepakatan bersama penyangga
konstitusionalisme. Jika pembukaan UUD 1945 tidak berubah, maka
kedudukan Pancasila sebagai dasar filosofis bangunan Negara
Republik Indonesia pun tidak berubah. (Asshiddiqie,Jimly.2008:13)
Pancasila adalah dasar Negara yang menjadi sumber rujukan dan
landasan utama dalam penyelenggaraan negara yang tercermin dalam
antara lain visi, misi, kebijkan, program, dan peraturan. Oleh karena itu,
Pancasila tidak bersifat statis. artinya dalam sistem ketatanegraan
Indonesia para pemegang pemerintahan melakukan gerakan reformasi
untuk mewujudkan Indonesia masa depan yang dicita-citakan, maka
Pancasila dapat menjadi perekat dan mengarahkan kekuatan
kemajemukan bangsa untuk mencapai tujuan yang besar dan mulai
tegaknya kedaulatan negara untuk kepentingan seluruh bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, sebagaimana dikemukakan suko Wiyono,
apabila para pemegang pemerintahan tidak dapat mengaktualisasikan
nilai-nilai Pancasila, maka Indonesia akan terkubur dengan ideologi
transnasional(kapitalisme) secara operasional berwujud demokratisasi,
HAM, dan pasar bebas yang bersandar pada
individualisme.(Wiyono,Suko.2011:11)
Hamid S. Attamimi menunjukkan struktur hierarki tata hukum
Indonesia menggunakan struktur Nawiasky. Berdasarkan teori
tersebut, struktur tata hukum Indonesia adalah:
1. Staatsfundamentalnorm : Pansila(pembukaan UUD 1945)
2. Staatsgrundgezetz : Batang tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan
Konvensi Ketatanegaraan.
3. Formell gesets : Undang-Undang.
4. Verordnung en Autonome Satzung : Secara hierarkis mulai dari
Peraturan Pemerintah hingga keputusan bupati atau walikota.
Ditetapkannya Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm, maka
pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaannya tidak dapat
dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Pada pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia mengandung
cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sistem
berfikir materi UUD. Alenia pertama menegaskan keyakinan bangsa
Indonesia bahwa kemerdekaan adalah hak asasi segala bangsa, dan
karena itu segala bentuk penjajahan harus dihapuskan. Alenia kedua
menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang
dan penuh penderitaan yang pada akhirnya berhasil mangantarkan
bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Alenia ketiga
menegaskan pengakuan bangsa Indonesia akan ke-MahaKuasaan
Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan dorongan spiritual kepada
segenap bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Alenia
keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia mengenai bangunan
dan sistem ketatanegaraan yang hendak dibentuk dan diselenggarakan
dalam rangka melembagakan keseluruhan cita-cita bangsa untuk
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah negara
Indonesia. Dalam alenia keempat juga disebutkan tujuan negara dan
dasar negara. (Asshiddiqie,Jimly.2004:52)
Berdasarkan teori hierarki norma hukum, Pancasila sebagai
norma Dasar Negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara
merupakan norma tertinggi dalam sistem norma perundang-undangan.
Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dan ditetapkan oleh
masyarakat (BPUPK dan PPKI) sebagai norma dasar negara Republik
Indonesia, yang merupakan landasan bagi norma-norma atau
peraturan perundang-undangan yang berada dibawahnya. Sebagai
norma dasar suatu negara(staatsfundamentalnorm) maka aturan dasar
tersebut merupakan landasan bagi hokum perundang-undangan
(gesetzesrecht) yang berlaku dalam negara. (Attamimi,A. Hamid
S.1984:126)
Peraturan perundang-undangan yang berfungsi memperkuat
Pancasila sebagai dasar negara, antara lain :
1. Sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia(PPKI) tanggal
18 Agustus 1945,menerima secara utuh Pancasila sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia.
2. Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
3. TAP. MPRS. No. XX/MPRS/1966.
4. TAP. MPR No. V/MPR/1978.
5. Pasal II aturan tambahan.
6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan.
(Wahyudi,Alwi.2012:58)
Menurut Muderis Zaini, Dasar negara merupakan fundamental
perumahan bangsa. Dasar negara harus digali dari pandangan hidup
bangsa atau falsafah hidup bangsa. Falsafah hidup bangsa adalah
cerminan peradaban, kebudayaan, keluhuran budi, dan kepribadian
yang berakar dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan bangsa
itu sendiri.(Zaini,Muderis.1988:48)
Pascareformasi, Pancasila sebagai dasar negara menjadi terasing
ditengah denyut kehidupan bangsa Indonesia. Dasar Negara ini seperti
tidak lagi dibutuhkan, baik dalam kehidupan formal kenegaraan
maupun dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari.(wahyudi,Alwi.2012:192)
Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Jimly Asshiddiqie,
keterasingan Pancasila saat itu, bukan disebabkan kesalahan
Pancasila, tetapi sebagai akibat dari penyelewengan yang dilakukan
oleh para penguasa Orde baru dengan mengatasnamakan Pancasila.
Untuk kepentingan kekuasaannya, para penguasa monopoli penafsiran
dan pemaknaan Pancasila sesuai kehendak dan kepentingannya.
Semua yang dinilai tidak sesuai dengan kehendak dan kepentingannya
di cap “Anti-Pancasila”. Senada dengan itu, menurut Abdurrahman
Wahid(Gus Dur), Pancasila berubah menjadi ideologi Negara
disebabkan oleh perkembangan sejarah pada masa-masa
kemerdekaan. Pancasila kemudian telah dijadikan alasan untuk
membenarkan sentralisme yang kuat.(Taniredja,Tukiran.dkk.2010:70)
Sebelum reformasi,Pancasila diidentikkan sebagai bagian dari
rezim dan menjadi ideologi penguasa belaka, suatu hal yang
sebenarnya tidak tepat, namun tidak dapat disalahkan karena
mendasarkan diri pada pengalaman dan kenyataan masyarakat.
Karena itu, saat ini kiranya perlu untuk kembali memberikan perhatian
kepada Pancasila baik sebagai dasar negara maupun sebagai falsafah
negara. Agar tidak mudah kehilangan arah ditengah gencarnya
gelombang berbagai ideologi yang sulit dihindarkan ditengah era
teknologi dan komunikasi saat ini.(Wahyudi,Alwi.2012:193)
Pancasila tidak selayaknya dituduh dan di cap buruk, tetapi sikap
dan perilaku penguasa yang menjadikan Pancasila sebagai “korban
sejarah”. Agar ideologi negara Pancasisa dapt kembali berperan sesuai
ruang lingkup kedudukan dan tugasnya sekaligus mencegah
kembalinya model pemahaman dan penerapan sebagaimana
pemerintahan sebelumnya, kita harus menjaga tegaknya Pancasila.
Menurut Padmo Wahjono, setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh
dan mengetahui secara jelas kearah mana tujuan yang ingin
dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan
hidup, suatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang
dihadapi, menentukan arah dan menyelesaikan persoalan-persoalan
secara bijaksana. Tanpa pandangan hidup maka suatu bangsa akan
terombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada.
Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu bangsa akan memiliki
pegangan dan pedoman dalam menyelesaikan masalah-masalah
politik, hukum, ekonomi, sosial dan budaya yang timbul dalam
masyarakat. Dengan berpedoman pada pandangan hidup suatu
bangsa akan membangun dirinya. (Wahjono,Padmo.1982:89)
Pancasila adalah Dasar Negara Republik Indonesia, Pancasila
adalah Ideologi bangsa Indonesia, Pancasila adalah kepribadian
bangsa Indonesia, Pancasila adalah pandangan hidup bangsa
Indonesia. Ini berarti bahwa pancasila memiliki ruang lingkup
ketatanegaraan Indonesia. Pancasila harus dilakukan oleh seluruh
rakyat Indonesia, Pancasila harus dilaksanakan didalam kegiatan
kenegaraan, kemasyarakatan dan dilaksanakan oleh setiap warga
Negara Indonesia.(Wahyudi,Alwi.2012:196)
Pancasila merupakan hasil pemikiran dan visioner para pendiri
bangsa Republik ini. Pancasila merupakan rumusan pemikiran
kenegaraan yang mampu mengakomodasikan keragaman alam pikiran
manusia Indonesia dan bangsa Indonesia, maka adalah keniscayaan
apabila Pancasila tidak lagi dipandang sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia dan dasar Negara Republik Indonesia. Oleh karena
itu, pascareformasi seakan bangsa Indonesia kehilangan jati diri,
sebagian warga bangsa telah mengalami krisis falsafah bangsa karena
tidak lagi menganut dan menjalankan nilai-nilai dasar yang terkandung
dalam Pancasila.
Dalam hal tersebut, Jimly Asshiddiqie, mengemukakan gagasan
sebagai berikut:
Pertama, ke depan, Pancasila tidak boleh lagi diposisikan sebagai
alat penguasa,dalam pengertian penguasa memonopoli pemaknaan
dan penafsiran pancasila serta digunakan untuk kepentingan
kekuasaan.Seluruh komponen bangsa, baik penyelenggara negara
maupun masyarakat mempunyai hak yang sama untuk memberikan
makna dan tafsir terhadap Pancasila. Pancasila harus menjadi wacana
publik karena menjadi milik semua. Jika ada perbedaan pemaknaan
dan penafsiran terhadap Pancasila, hendaknya dipandang sebagai
konsekuensi penerapan demokrasi.(Wahyudi,Alwi.2012:198)
Kedua, seiring dengan itu perlu untuk meneguhkan sikap bersama
bahwa Pancasila adalah ideologi terbuka, dimana penjabaran dan
perumusan aktualisasinya harus dibiarkan terus berkembang seiring
dengan dinamika bangsa.Pancasila hendaknya mengandung aspek
fleksibilitas setiap generasi bangsa dimungkinkan untuk menggunakan
kemampuan pemikirannya guna mencari dan merumuskan interpretasi
baru dari nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila.(Wahyudi,Alwi.2012:199)
Ketiga, sangat penting untuk mendekatkan jarak antara Pancasila
dengan dunia nyata , yaitu mendekatkan pancasila dengan rakyat agar
menjadi ideologi yang akrab dengan rakyat.Dengan demikian pancasila
mampu menjadi ideology yang hidup(living ideology).dalam berbagai
episode sejarah Indonesia tampak terlihat adanya kesenjangan antara
nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila dengan kenyataan yang
ada.Hal ini menyebabkan nilai Pancasila menjadi jauh berkurang
karena tidak dapat mewujudkan dalam kenyataan hidup. Pada era
Orde Baru, demikian sering Pancasila diucapkan dalam pidato-pidato
resmi dan dimuat dalam berbagai naskah tertulis, namun KKN
berlangsung marak dan menimbulkan kerusakan parah. Pada era
reformasi, Pancasila nyaris tak pernah diucapkan dalam pidato-pidato
resmi dan dimuat dalam naskah-naskah tertulis, nyatanya Indonesia
masuk kategori negara paling korup di dunia dan sering terjadi tindakan
anarkis serta konflik berdarah antar kelompok masyarakat.Hal ini
menunjukkan bukan pancasilanya yang salah, tetapi terletak pada
pelaksana-pelaksana Pancasila yang tidak mempunyai pemahaman
cukup mengenai bagaimana penerapan Pancasila sesuai dengan
ruang lingkup tugas dan wewenangnya serta tidak mau dan tidak
mampu untuk melaksanakan secara konsekuen dan konsisten.
Keempat, hal yang sangat penting adanya kesesuaian antara
konstitusi dengan nilai-nilai Pancasila karena bagaimanapun juga
wadah perwujudan paling penting dari sebuah ideologi negara adalah
di dalam rumusan ideologi.(Wahyudi,Alwi.2012:200)
Prinsip-prinsip filsafati Pancasila sejak sejak awal kelahirannya
diusulkan sebagai Dasar nagara(philosofische
grondslaag,Weltanschauung)Republik Indonesia, yang kemudian diberi
status(kedudukan) yang tegas dan jelas dalam alenia keempat
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945(18 Agustus 1945 dalam
sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Hal ini
mengandung konsekuensi dalam hukum bidang negara, bahwa
Pancasila merupakan Dasar Hukum , Dasar Moral, Kaidah
Fundamental bagi peri kehidupan bernegara di Indonesia dari tingkat
pusat ke tingkat daerah.(Soegito,Ari Tri.dkk.2016:61)
Filsafat Pancasila
Filsafat berasal dari kata philein dan Sophia. Philein yang berarti
cinta dan hasrat yang besar atau yang berkorban atau yang
bersungguh-sungguh. Sophia yang berarti kebijaksanaan, yaitu
kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi, filsafat
bisa diartikan sebagai hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh
menuju kebenaran sejati. (Aburaera,Sukarno.2009:17)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mendasar dalam
memahami makna hidup dan kehidupan manusia baik secara individu
maupun kolektif dengan segala permasalahannya. Filsafat bisa
berfungsi sebagai tempat bertemunya berbagai ilmu pengetahuan
seperti ilmu pengetahuan hokum, ilmu pengetahian social, ilmu
pengetahuan politik dan ilmu ketatanegaraan. Filsafat juga berfungsi
sebagai cara yang bijaksana dalam menyelesaikan suatu masalah.
(Wahyudi,Alwi.2012:38)
Filsafat pancasila adalah menelaah pancasila dari sudut pandang
intinya yg terdalam dan yang tidak berubah,yang biasanya juga disebut
sebagai hakikat Pancasila. Pengertian hakikat pancasila ini terlepas
dari keadaan, sikap, tempat, waktu, relasi tertentu atau terlepas dari
sembilan aksidensia menurut Aristoteles, terlepas tujuh aksidensia
menurut Notonegoro. Yang menunjukkan hakikat atau substansi
Pancasila adalah essensi dari kata Tuhan, manusia, satu, rakyat dan
adil. Sebagai ilmu filsafat di dalam Pancasila terkandung dua objek
yaitu:objek material dan objek forma. Objek materinya atau lapangan
kajiannya adalah pancasila, sedangkan objek formanya atau sudut
pandang kajiannya adalah filsafat yg membahas pancasila keseluruhan
sampai hakikatnya. Sebagai ilmu filsafat pancasila memiliki beberapa
syarat, yaitu:
a. Berobjek, berarti yang dikaji dalam pancasila adalah unsur-unsur
adat-istiadat,kebudayaan , dan religi.
b. Bermetode, maksudnya metode yg digunakan adalah
analitikosintesa atau analisis sintesis.
c. Bersistem,maksudnya sistem yang digunakan bersifat
integralistik saling ketergantungan atau antar keterkaitan antar
sila pancasila.
d. Bersifat universal, maksudnya jika pancasila dikaji dari intinya,
dan essensinya memiliki sifat universal.(Suyahmo,2012:112)
Hakikat Pancasila
Hakikat ialah susuatu hal yg ada pada dirinya sendiri,sesuatu
hal yg harus ada untuk adanya sesuatu.
Menurut aristoteles, hakikat dapat diperoleh secara setingkat
demi setingkat dengan menyederhanakan menurut suatu metode yang
dihasilkan oleh ilmu filsafat yang dinamakan analisa abstraksi. Analisa
abstraksi adalah mengambil inti sari dari suatu hal dan inti sarinya
bersifat abstrak. Inti sari ini yang dinamakan substansi atau
hakikat.(Notonegoro,1975,39)
Hakikat atau substansi dari nilai-nilai pancasila mengandung arti
sebagai berikut:
1. Ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan
hakikat Tuhan. Ketuhanan merupakan substansi dari sila
Ketuhanan Yang Maha Esa. Essensi dasar dari Ketuhanan
adalah Tuhan.
2. Kemanusiaan adalah sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan
hakikat manusia. Kemanusiaan merupakan substansi dari sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap. Essensi dasar
kemanusiaan adalah manusia.
3. Persatuan adalah sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan
hakikat satu. Persatuan merupakan substansi dari sila Persatuan
Indonesia. Essensi dasar Persatuan adalah satu.
4. Kerakyatan adalah sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan
hakikat rakyat. Kerakyatan merupakan substansi dari sila
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalm
Permusyawaratan Perwakilan. Essensi dasar Kerakyatan adalah
rakyat.
5. Keadilan adalah sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan
hakikat adil. Keadilan merupakan substansi dari sila Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Essensi dasar Keadilan
adalah adil.
(Sastroatmojo.2010:55)
Hakikat sila-sila dalam pancasila
a. Hakikat Sila yang Pertama(Ketuhanan Yang Maha Esa)
Konsep Ketuhanan berasal dari kata Tuhan. Menurut
Aristoteles, konsep Ketuhanan diberi konotasi kausa
prima(sebab pertama yang tidak disebabkan oleh yg lain tetapi
menyebabkan adanya yang lain. Menurut Notonegoro, Tuhan
pada hakikatnaya merupakan suatu zat yg pasti ada, zat mutlak,
sempurna, kuasa, tak terbatas, tak berubah, sebab pertama dari
sesuatu yg ada.Jadi Tuhan adalah Zat yang ada, yang hidup
tidak ada permulaan dan tidak berakhir, tidak berada dlm ruang
dan waktu, tidak sama dengan yg ditemukan di dunia ini, yang
satu. Yang Maha Esa berarti satu.Jadi ketuhanan Yang Maha
Esa adalah keyakinan dan pengakuan yang diwujudkan dalam
bentuk perbuatan terhadap sesuatu zat yg maha tunggal, yang
sempurna bagi penyebab utama.dalam ajaran Ketuhanan.
Manusia tidak dibenarkan mempunyai sikap anti Tuhan.(
Sastroatmojo.2010:60)
b. Hakikat sila yang kedua(Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab)
Kemanusiaan yang adil dan beradap adalah kesadaran
sikap dan perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai moral dalam
hidup bersama atas dasar dari dalam hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Yang perlu
diperhatikan dalam sila kedua adalah pengakuan Hak Asasi
Manusia. Manusia harus diakui dan diperlakukan sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
yang sama derajatnya serta sama hak dan kewajibannya. Selain
itu kita juga perlu mengembangkan rasa cinta sesame manusia
dan bersikap tenggang rasa(Sastroatmojo.2010:62)
c. Hakikat sila yang ketiga(Persatuan Indonesia)
Dalam konteks Pancasila persatuan dapat
diartikansebagai suatu usaha untuk bersatu dalam kebulatan
rakyat untuk membina nasionalisme dalam negara Indonesia.
Dengan modal dasar persatuan berbagai macam, suku, ras, dan
agama pun dapat disatukan demi terwujudnya Nasionalisme
Indonesia.Perbedaan-perbedaan tersebut seharusnya dijadikan
daya tarik untuk bersatu, bukan malah dijadikan sebagai alasan
untuk berselisih dan mengasingkan diri. Hal ini sesuai dengan
semboyan kita Bhineka Tunggal Ika(berbeda-beda tetapi tetap
satu jua). (Sastroatmojo.2010:66)
d. Hakikat sila keempat (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalm Permusyawaratan Perwakilan)
Kerakyatan dapat diartikan sebagai suatu sistem
pemerintahan, dimana rakyat menyampaikan aspirasinya melalui
badan-badan perwakilan rakyat, untuk menetapkan suatu
peraturan harus melalui musyawarah mufakat atas dasar
kebenaran dari Tuhan. (Sastroatmojo.2010:69)
e. Hakikat sila kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia)
Kata adil dapat diartikan menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Dalam pemerintahan adil dapat berupa persamaan
derajat seseorang dimuka hukum dan pengakuan Hak Asasi
manusia.
Pancasila dalam pengertiannya yang umum, abstrak atau
universal mempunyai hakekat isi yang mutlak, bersifat tetap dan tidak
berubah. Oleh karena itu untuk merealisasikan pelaksanaannya
dikhususkan dengan cara mentransformasikan pengertian umum,
abstrak atau universal menjadi pengertian yang umum kolektif dan
khusus konkrit.(Soegito,Ari Tri.dkk.2016:62)
B. Kronologi Perumusan dan Pengesahan pembukaan UUD
1945(Pancasila) dan UUD 1945
Proses perumusan dan pengesahan Pancasila Dasar Negara
tidak dapat dipisahakan dengan proses perumusan dan pengesahan
Pembukaan UUD 1945, sebab disamping diciptakan untuk
menyongsong lahirnya negara Indonesia yang diproklamasikan pada
tanggal 17 agustus 1945, Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila
merupakan satu kesatuan yang fundamental. Oleh karena itu kedua
mempunyai hubungan asasi.(Soegito,Ari Tri.dkk.2016:63)
Sejarah perumusan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945 dan
Pancasila Dasar Negara secara kronologis sebagai berikut:
1. Tanggal 7 September 1944
Proses perumusan Pembukaan UUD 1945 di dalam sidang-
sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan.
Pembentukan Badan Penyelidik ini dilatarbelakangi oleh:
a. Jepang kalah melawan sekutu.
b. Adanya tuntutan dan desakan dari para pemimpin bangsa
Indonesia kepada Jepang untuk segera memerdekakan
Indonesia.
Karena peristiwa-peristiwa itu dan untuk menarik simpati
dari bangsa Indonesia, pada tanggal 7 September 1944
pemerintah jepang mengeluarkan janji “kemerdekaan Indonesia di
kemudian hari”.
2. Tanggal 29 April 1945
Pada tanggal 29 April 1945, pemerintahan jepang
membentuk Dokurittsu zyunbi Coosakai atau Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan ini diketuai oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat, dan
beranggotakan 62 orang. Maksud pembentukan BPUPKI adalah
untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang
berhubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, tata
pemerintahan dan lain-lain yang dibutuhkan dalam usaha
pembentukan negara Indonesia merdeka (Sartono,Kartodirdjo,
1976: 16)
BPUPKI bertugas untuk merancang Dasar Negara dan
Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia yang merdeka dan
berdaulat. Tugas BPUPKI tidak sama dengan maksud
pembentukannya. Tugas BPUPKI tidak sama dengan maksud
pembentukannya, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia telah
menetukan nasibnya sendiri untuk mencapai kemerdekaan,tidak
mengikuti semua kemauan Jepang.
3. Tanggal 28 Mei 1945
Pelantikan anggota-anggota BPUPKI dilaksanakan pada
tanggal 28 Mei 1945 di gedung Tyoo Sangi in, sebuah badan
penasehat yang dibentuk oleh Saiko Syikikan kepala militer
pemerintah Jepang di Jawa.
4. Tanggal 29 Mei s.d. 01 Juni 1945
BPUPKI mengadakan dua kali siding, yaitu:
# Masa sidang 1 : tanggal 29 Mei s.d. 01 Juni 1945
# Masa sidang 2 : tanggal 10 Juli s.d. 16 Juli 1945
Dalam siding pertama BPUPKI membicarakan “Rancangan
Dasar Negara Indonesia Merdeka” Berikut ini pengajuan konsep
dasar negara oleh tokoh-tokoh bangsa Indonesia,yaitu:
a. Tanggal 29 Mei 1945,Prof. Mr. Moh. Yamin mengajukan
usul dengan judul “Asas Dasar Negara Kebangsaan
Republik Indonesia”.Isinya sebagai berikut:
- Peri Kebangsaan
- Peri kemanusiaan
- Peri Ketuhanan
- Peri Kerakyatan
- Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato, beliau juga menyampaikan usul
tertulis mengenai Rancangan UUD RI yang didalamnya
tercantum rumusan dasar negara yang isinya sebagai
berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalm permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Tanggal 31 mei 1945
Pidato Ki Bagoes Hadikoesoemo
Beliau mengusulkan Negara Inonesia yang akan
dibentuk hendaknya berdasarkan ajaran Islam, karena
Allah SWT telah membangkitkan para Nabi untuk
memperbaiki masyarakat yang rusak dengan memberi
petunjuk dan memimpin manusia, serta member peraturan
yang baik sehingga dapat menuntun manusia menuju
ketertiban, keamanan, dan kesejahteraan berdasarkan
keadilan. Beliau mengusulkan dasar negara Indonesia
sebagai berikut :
a. Ajaran Iman
b. Ajaran beribadah, berhikmah dan berbakti kepada
Allah
c. Ajaran beramal shalih
d. Ajaran berjihad di jalan Allah
Pidato Prof. Dr. Mr. Soepomo
Soepomo menyampaikan pemikiran yang mendasari
dasar negara yaitu mengenai teori negara(staatsidee)
yang menurut ilmu negara ada tiga yaitu :
1. Teori perseorangan
Negara adalah masyarakat hukum yang disusun atas
kontrak antara seluruh orang dalam masyarakat.
2. Teori Golongan
Negara sebagai alat dari suatu golongan yang kuat
untuk menindas golongan yang lemah.
3. Teori Integralistik
Negara adalah susunan masyarakat yang integral,
segala golongan, segala bangsa, segala anggotanya
berhubungan erat satu sama lain dan merupakan
persatuan masyarakat yang terorganisasi.
Negara yang akan dibentuk hendaknya negara
integralistik yang berdasarkan pada hal-hal dibawah ini :
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadila sosial
Menurut Soepomo, teori integralistik sesuai dengan
aliran fikiran ketimuran, karena pemimpin bersatu dengan
rakyat. Usulan dasar falsafah negara oleh Soepomo :
1. Pendirian Negara nasional yang bersatu dalam totaliter ,
yaitu Negara yang tidak akan mempersatukan diri dengan
golongan terbesar, tetapi mengatasi semua golongan.
2. Setiap warga Negara dianjurkan untuk takluk kepada
Tuhan dan ingat kepada-Nya setiap waktu.
3. Dibentuk sistem badan permusyawaratan untuk
menjamin supaya pimpinan Negara, terutama kepala
Negara terus menerus bersatu dengan rakyat.
4. Perekonomian berdasarkan kekeluargaan, sistem tolong-
menolong, sistem koperasi hendaknya dipakai salah
dasar ekonomi Negara Indonesia yang makmur, bersatu,
berdaulat, dan adil.
5. Dalam hubungan antar bangsa, Indonesia membatasi diri
supaya bersifat Asia Timur Raya, anggota dari keluarga
Asia Timur Raya.
5. Tanggal 1 Juni 1945
Pada sidang BPUPKI Ir Soekarno mengusulkan lima asas
dasar yang diberi nama “Pancasila” : Lima asas dasar tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Nasionalisme atau kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau Peri kemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang berkebudayaan
Kelima asas diusulkan disingkat menjadi „Tri Sila‟ yang
rumusannya sebagai berikut :
1) Sosio Nasional, yaitu nasionalisme & internasionalisme.
2) Sosio demokrasi, yaitru demokrasi dengan kesatuan
rakyat.
3) Ketuahanan Yang maha Esa.
Tri Sila tersebut dapat padatkan lagi menjadi “EKA SILA”
yang intinya “gotong royong”.
Berdasarkan uraian tersebut, Pancasila sebagai dasar negara
diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh soekarno dalam
pidatonya di depan sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945.
Oleh karena itu, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila.
Sesudah berakhirnya masa sidang pertama pada tanggal 1
Juni 1945, para anggota diberi kesempatan waktu 20 hari untuk
mengajukan usul-usul tertulis yang berkaitan dengan
pembentukan negara Indonesia Merdeka.
Pada tanggal 1 Juni BPUPKI di bubarkan dan diganti dengan
Panitia delapan yang beranggotakan 8 orang ahli untuk
menyusun dan mengelompokkan semua usulan tertulis. Adapun
anggota panitia delapan yaitu Drs. Moh. Hatta, M. Soetardjo
Kartohadikoesoemo, K.H Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikoesoemo, Rd. Otto Iskandardinata, Moh. Yamin dan Mr
Alfred Andre Maramis . (Soegito,Ari Tri.dkk.2016:66)
6. Tanggal 22 Juni 1945
Panitia delapan di kantor Jawa Hookoo kai
menyelenggarakan pertemuan anggota BPUPKI ditambah
anggota Tyoo Sangi in yang berada di Jakarta. Pertemuan ini
dimaksudkan untuk mncapai modus kesepakatan sehubungan
dengan munculnya perbedaan-perbedaan pandangan antara
golongan Nasionalis dan golongan islam. Selain itu juga
mengadakan rapat untuk membicarakan usul-usul dari para
anggota tentang prosedur yang harus dilalui agar upaya kita
lekas mencapai Indonesia Merdeka.Hasil rapat ini adalah:
a. Mempercepat kemerdekaan Indonesia.
b. Hukum Dasar yg dirancang supaya dinamai preambul
(pembukaan atau mukadimah).
c. Menerima usul Ir soekarno, agar BPUK terus bekerja sampai
terwujud hukum dasar.
d. Membentuk satu Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul yang
beranggotakan Sembilan orang yang diketuai Ir. Soekarno,
yang dinamakan panitia Sembilan.
Pada waktu yang sama Panitia Sembilan juga
mengadakan pertemuan untuk menyusun konsep Rancangan
Mukadimah Hukum Dasar yang dikenal dengan Piagam
Jakarta. Piagam Jakarta merupakan hasil kompromi dengan
modus kesepakatan antara golongan Islam dan golongan
Nasionalis. Isi Piagam Jakarta sama dengan sila-sila yang
tertuang dalam Pembukaan UUD1945, kecuali sila pertama
yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
7. Tanggal 10 s.d. 16 Juli 1945
Pada tanggal 10 Juli 1945 diadakan penambahan
anggota badan Penyelidik sebanyak enam orang.Kemudian Ir.
Soekarno sebagai ketua melaporkan pekerjaannya,
keputusannya: sidang menganjurkan panitia delapan untuk
melanjutkan tugasnya menyusun Rancangan Hukum
Dasar.(Soegito,Ari Tri.dkk.2016:68)
Pada tanggal 11 Juli 1945, dibentuk panitia Perancang
Hukum Dasar. Panitia Perancang Hukum Dasar bertugas
menyiapkan rancangan pernyataan kemerdekaan, Pembukaan
hokum dasar dan hokum dasar.Pada hari yang sama Panitia
perancang Hukum Dasar telah mengambil keputusan:
a. Membentuk Panitia Perancang „Declaration of Human Right‟
yang diketuai oleh Mr. Ahmad Soebardjo.
b. Segenap anggota setuju tentang unitarisme, kecuali 2
anggota.
c. Semua anggota menyetujui isi Preambule.
d. Sepuluh orang setuju negara dipimpin satu orang, sedangkan
sembilan orang tidak setuju.(Soegito,Ari Tri.dkk.2016:69)
Pada tanggal 13 Juli 1945, hasil sidang Panitia Kecil
Perancang Hukum Dasar adalah:
a. Kedaulatan berada di tangan Badan Permusyawaratan Rakyat
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi.
b. Presiden dibantu wakil presiden, dan para menteri
bertanggung jawab kepada Dewan Pertimbangan Agung.
c. Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat bekerja sama
membentuk Undang-Undang.
d. Rancangan Hukum Dasar terdiri dari 15 bab, 42 pasal
termasuk pasal aturan peralihan dan satu pasal aturan
tambahan.
e. Dibentuk Panitia Penghalus bahasa
Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang mendengarkan laporan
hasil kerja Panitia Perancang Hukum Dasar yang disampaikan
oleh ketua dengan menyodorkan Rancangan Indonesia Merdeka
dan Pembukaan Hukum Dasar..
Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945, ketua Panitia
perancang Hukum Dasar Menyampaikan konsep Rancangan
Hukum Dasar dengan penjelasannya dan menyampaikan usulan
Drs. Moh Hatta tentang HAM.
Pada tanggal16 Juli 1945, sidang menyetujui dan
menerima Rancangan hukum Dasar yang diajukan oleh Panitia
Perancang Hukum dasar.
Setelah sidang BPUPK yang kedua ditutup,maka BPUPK
dibubarkan dan diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia(PPKI) untuk melanjutkan tugas-tugasnya.(Soegito,Ari
Tri.dkk.2016:70)
8. Tanggal 7 Agustus 1945
PPKI dalam bahasa Jepang disebut Dokurisu Zyunbi
Iinkai dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945, Tugas PPKI adalah
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan bagi pendirian
negara Indonesia. PPKI beranggotakan 21 orang, kemudian
ditambah 6 orang tanpa sepengetahuan Jepang. Badan ini
dibentuk untuk menarik simpati golongan-golongan yang ada di
Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam Perang Pasifik.
Anggota PPKI diberikan izin untuk melakukan kegiatan menurut
pendapat dan kesanggupan bangsa Indonesia sendiri, dengan
syarat-syarat yang harus di perhatikan yaitu:
1. Menyelesaikan Perang, dengan mengerahakan tenaga sebesar-
besarnya Indonesia bersama-sama pemerintah Jepang
meneruskan perjuangan untuk memperoleh kemenangan dalam
perang Asia Timur Raya.
2. Negara Indonesia Merupakan anggota Lingkungan kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya.
Tidak lama kemudian pada tanggal 14 Agustus 1945 terjadi
pengeboman dikota Hirosyima dan Nagasaki menyebabkan
jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
9. Tanggal 17 Agustus 1945
Golongan tua dan golongan muda pejuang kemerdekaan
terlibat pro dan kontra atas Peristiwa pemboman Jepang oleh
AS. Golongan muda melihat Jepang sudah hampir menemui
kekalahan, tetapi golongan tua tetap berpendirian untuk
menyerahkan keputusan pada PPKI. Sikap tersebut tidak
disetujui golongan muda dan menganggap PPKI merupakan
boneka Jepang dan tidak menyetujui lahirnya proklamasi
kemerdekaan dengan cara yang telah dijanjikan oleh Jenderal
Besar Terauchi dalam pertemuan di Dalath. Golongan muda
menghendaki terlaksananya proklamasi kemerdekaan dengan
kekuatan sendiri lepas sama sekali dari pemerintahan Jepang.
Menanggapi sikap pemuda yang radikal itu, Soekarno-Hatta
berpendapat bahwa soal kemerdekaan Indonesia yang
datangnya dari pemerintah Jepang atau dari hasil perjuangan
bangsa Indonesia sendiri tidaklah menjadi soal, karena Jepang
sudah kalah. Selanjutnya menghadapi Sekutu yang berusaha
mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Oleh sebab itu
untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia diperlukan
suatu revolusi yang terorganisasi. Mereka ingin
memperbincangkan proklamasi kemerdekaan di dalam rapat
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Perbedaan pendapat
ini melatarbelakangi peristiwa penculikan Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB.
Tindakan itu diambil berdasarkan keputusan rapat terakhir
pemuda pejuang yang diadakan pukul 24.00 WIB menjelang
tanggal 16 Agustus 1945 di Jl. Cikini, 71 Jakarta. Selain dihadiri
pemuda-pemuda yang sebelumnya rapat di Lembaga
Bakteriologi, Pegangsaan Timur, Jakarta, juga dihadiri oleh
Sukarni, Jusuf Kunto, dan dr. Muwardi dari Barisan Pelopor, serta
Shodanco Singgih dari Daidan Peta Jakarta syu. Mereka
bersama Chaerul Saleh sepakat melaksanakan keputusan rapat,
antara lain "menyingkirkan Soekarno dan Hatta ke luar kota"
dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh
Jepang. Shodanco Singgih mendapat kepercayaan
melaksanakan rencana itu. Di Rengasdengklok, akhirnya
Soekarno setuju memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur
tangan pihak Jepang. Pukul 23.00 WIB rombongan tiba di
Jakarta dan menuju kediaman Laksamana Maeda di Jl. Imam
Bonjol No.1, dan di tempat tersebut naskah proklamasi disusun.
Setelah selesai, teks proklamasi dibaca dan dimusyawarahkan di
hadapan tokoh-tokoh yang sebagian besar anggota PPKI.
Pembacaan Proklamasi secara resmi oleh Soekarno di
Pengangsaan Timur 56 Jakarta, pada jam 12.00 (waktu Tokyo)
atau 10.30 (waktu jawa jepang) atau jam 10.00 WIB.
Proklamasi 17 Agustus 1945 mempunyai makna yang
sangat mendalam dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia
dan dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan tersebut memiliki makna sebagai
berikut :
1. Merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia yang
telah berlangsung berabad-abad lamanya dalam merebut
kemerdekaan dari tangan penjajah.
2. Merupakan suatu instrumen hukum internasional untuk
menyatakan kepada dunia luar bahwa bangsa Indonesia
telah menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, sejajar
dengan bangsa-bangsa lain.
3. Merupakan momentum penjebolan tata hukum kolonial
dan penyusunan tata hukum nasional, yakni tata hukum
Indonesia.
4. Merupakan sumber hukum bagi terbentuknya negara
Republik Indonesia.
10. Tanggal 18 Agustus 1945
Sidang pertama PPKI dilaksakan pada tanggal 18 Agustus
1945, dan menghasilkan keputusan-kepusan sebagai berikut :
1. Mengesahkan UUD 1945, yang meliputi
a. Melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta
yang kemudian berfungsi sebagai Pembukaan
UUD1945.
b. Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah
diterima dari Badan Penyelidik, setelah mengalami
berbagai perubahan berkait dengan perubahan Piagam
Jakarta,kemudian berfungsi sebagai UUD 1945.
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
3. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Pusat sebagai
badan musyawarah darurat.
11. Tanggal 19 Agustus 1945
Pada tanggal 19 Agustus 1945 dilaksanakan sidang PPKI
yang kedua, menghasilkan keputusan-keputusan sebagai berikut.
1. Menetapkan wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi dan
menunjuk gubernurnya.
2. Menetapkan 12 departemen beserta menteri-menterinya.
3. Mengusulkan dibentuknya tentar kebengsaan.
4. Pembentukan Komite Nasional di setiap provinsi.
12. Tanggal 20 Agustus 1945
Membahas agenda tentang “Badan Penolong Keluarga
Korban Perang” dengan menghasilkan keputusan 8 pasal. Salah
satu dari pasal-pasal itu adalah mengenai Badan Keamanan
Rakyat (BKR).
13. Tanggal 22 Agustus 1945
Sidang keempat PPKI menghasilkan keputusan berikut :
1. Membentuk Komite Nasional.
2. Membentuk Partai Nasional Indonesia.
3. Membentuk tentara kebangsaan.
PPKI telah selesai melaksanakan tugasnya pada tanggal 22
Agustus 1945, namun baru dibubarkan pada tanggal 29 Agustus
1945 bersamaan dengan pelantikan anggota Komite Nasional
Indonesia Pusat.
C. Pengesahan Pembukaan UUD 1945/Pancasila Dasar Negara
Republik Indonesia
Beberapa keputusan PPKI saat sidang pleno :
1. Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia dengan jalan:
a. Menetapkan Piagam Jakarta dengan beberapa perubahan
menjadi Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia.
b. Menetapkan Rancangan Hukum Dasar dengan beberapa
perubahan kemudian menjadi UUD 1945.
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
3. Membentuk Komite Nasional Indonesia yang kemudian menjadi
Badan Musyawarah Darurat.
Pengesahan UUD Negara Republik Indonesia diawali dengan
pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia yang
dipimpin oleh ketua PPKI. Setelah beberapa kali terjadi
perubahan, Piagam Jakarta ditetapkan menjadi Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia. Setelah mengalami beberapa kali
perubahan pembukaan UUD 1945 yang disetujui oleh semua
pihak adalah sebagai berikut :
PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan
peri keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan selamat
sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan ini sahlah Pembukaan Undang-Undang dasar
negara Republik Indonesia.
D. Perkembangan Pancasila sebagai Dasar Negara
Sejak ditetapkan Pancasila sebagai Dasar Pancasila (oleh
PPKI 18 Agustus 1845), Pancasila tela mengalami perubahan
dadengan pasang surutnya sejarah bangsa Indonesia. Koento
Wibisono, memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai
dasar negara dalam tiga tahap yaitu :
1. Tahap 1945-1968 sebagai tahap politis.
2. Tahap 1969-1994 sebagai tahap pembangunan ekonomi.
3. Tahap 1995-2020 tahap repositioning Pancasila.
Para pakar hukum ketatanegaraan penahapan
perkembangan Pancasila Dasar negara, yaitu :
1. Tahun 1945-1949
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak
dapat digunakan dengan baik karena Indonesia sedang
sibuk dengan perjuangan mempertahankan
kemerdekaan. Presiden Nomor X pada tanggal 16
Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi
kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum
terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet
Semi-Presidensiel yang pertama, sehingga peristiwa ini
merupakan perubahan sistem pemerintahan agar
dianggap lebih demokratis.
2. Tahun 1949-1950
Pada masa ini berlaku konstitusi RIS dan sistem
pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu
negara yang didalamnya terdiri dari negara-negara
bagian yang masing masing negara bagian memiliki
kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam
negerinya.
3. Tahun 1950-1959
Pada masa ini berlaku konstitusi RIS sistem
pemerintahan Indonesianadalah parlementer.
4. Tahun 1950-1959
Pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presien yang salah satunya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar.
5. Tahun 1966-1998
Pada masa ini menggunakan konstitusi UUD 1945
dan Pancasila secara murni dan konsekuen.
6. Tahun 1998-sekarang
Menggunakan konstitusi UUD 1945 hasil
amandemen.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah
menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara,
kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang
sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan
bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan
diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur)
kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas
sistem pemerintahan presidensiil.
Perbedaan pendekatan dari segi politik dan dari segi
hukum tentang perkembangan Pancasila sebagai dasar
negara, antara lain :
1. Tahun 1945-1968 merupakan tahap politis, dimana
orientasi pengembangan Pancasila diarahkan kepada
nation and character building. Hal ini sebagai
perwujudan keinginan bangsa Indonesia untuk
bertahan dari berbagai tantangan yang muncul dari
dalam maupun dari luar negeri, sehingga atmosfir
politis sebagai panglima sangat dominan. Notonegoro
dan Driyarkara, mengkaji Pancasila sebagai Dasar
Negara. Mereka menyatakan bahwa Pancasila
mampu dijadikan patokan dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan, bahkan Pancasila merupakan
suatu paham atau aliran filsafat Indonesia, dan
ditegaskan bahwa Pancasila merupakan rumusan
ilmiah filsafati tentang manusia dan realitas, sehingga
Pancasila tidak lagi dijadikan alternative melainkan
menjadi suatu imperative dan suatu philosophial
consensus dengan komitmen transenden sebagai tali
pengikat kesatuan dan persatuan dalam
menyongsong kehidupan masa depan bangsa yang
Bhineka Tunggal Ika. Bahkan Notonegoro
menyampaikan bahwa Pembukaan UUD 1945
merupakan Staatfundamental norm yang tidak dapat
diubah secara hukum oleh siapapun.(Soegito,Ari
Tri.dkk.2016:79)
2. Tahun 1969-1994 sebagai tahap pembangunan
ekonomi. Orientasi pengembangan Pancasila
diarahkan pada bidang ekonomi, sehingga ekonomi
cenderung menjadi ideologi. Pada tahap ini ekonomi
menunjukkan perkembangan yang pesat, meskipun
muncul gejala pembagian pembangunan yang tidak
merata. Kesenjangan social terjadi dimana-mana ,
dan semakin diperparah dengan gejala KKN dan
kronoisme. Bersamaan dengan itu, perkembangan
perpolitikan dunia, muncul tiga raksasa kapitalisme
dunia yaitu Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Oleh
karena itu Pancasila sebagai Dasar Negara tidak
hanya dihantui oleh komunis melainkan juga harus
berhadapan dengan gelombang aneksasinya
kapitalisme.
3. Tahun 1995-2020 merupakan tahap repositioning
Pancasila, karena saat ini dunia dihadapkan
gelombang perubahan secara cepat, mendasar,
spektakuler, sebagai implikasi arus globalisasi yang
melanda seluruh penjuru dunia, khususnya di abad
XXI ini, bersamaan dengan arus reformasi yang
sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Reformasi
telah merombak semua segi kehidupan secara
mendasar, maka Pancasila harus dijadikan Dasar
Negara dalam rangka mempertahankan jati diri
bangsa dan persatuan serta kesatuan nasional.
Berdasarkan hal tersebut Koento
Wibisono(2001) perluny reposisi Pancasila yaitu
reposisi Pancasila sebagai Dasar Negara yang
mengandung makna Pancasila harus di letakkan
dalam keutuhannya dengan penbukaan UUD 1945.
Reposisi Pancasila sebagai Dasar Negara
harus diarahkan pada pembinaan dan pengembangan
moral, sehingga moralitas Pancasila dapat dijadikan
dasar dan arah yntuk mengatasi krisis dan
disintegrasi.Moral Pancasila harus disertai penagakan
hukum(penegakan spremasi hukum.(Soegito,Ari
Tri.dkk.2016:80)
Daftar Pustaka
Aburaera,Sukarna.2009.Filsafat Hukum.Malang : media Publising.
Asshidiqie,Jimly.2004.Format Kelembagaan Negara dan
Pergeseran Kekuasaan dalam UUD1945.Yogyakarta:FH.UII
Press.
Asshidiqie,Jimly.2008.Menuju Negara Hukum yang
Demokratis.Jakarta : Sekretariat Jendral dan kepanitraan
Mahkamah Konstitusi.
Attamimi,A. Hamid S.1984.Undang-Undang.Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Sastroatmojo.2010.Pancasila dalam Perspektif Kefilsafatan dan
Praktis.Yogjakarta : ar-ruzz media.
Soegiti,Ari dkk.2016.Pendidikan Pancasila.Semarang : UNNES
Press.
Susanto,Dody.2011.Pancasila dan Budi Pekerti Perigi Inspirasi
Negeri.Jakarta.
Suyahmo.2012.Pancasila dalam Perspektif Filosofis.Semarang :
widya karya.
Taniredja,Tukiran.2010.Tim Nasional Dosen Pendidikan
Kewarganegaraan.Bandung : alfabeta.
Wahjono,Padmo.1982.Indonesia Negara Berdasarkan Atas
Hukum.Jakarta : Ghalia Indonesia.
Wahyudi,Alwi.2012.Hukum Tata Negara Indonesia dalam Perspektif
Pancasila Pasca Reformasi.Madiun : Pustaka Pelajar.
Wiyono,Suko.2011.Rektualisasi Pancasila dalam Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara.Malang : wisnuwardana Press.
Zaini,Muderis.1988.Ikhtisar Tata Hukum Indonesia.Surabaya :
Usaha Nasional.