TUGAS SASTRA DAERAH IKIP PGRI PONTINAK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TUGAS MAHASISWA MATA KULIAH SASTRA DAERAH

Citation preview

TUGAS INDIVIDUSASTRA DAERAHProdi Pendidikan Bahasa IndonesiaDosen PengampuAdisti Primiwulan, M.Pd

Disusun :Erliansyah511100178

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA(STKIP-PGRI PONTIANAK)2012/2013A. Pengertian Sastra Daerah Menurut Para Ahli Wellek dan Warren (1993), sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sederetan karya seni. Sedangkan teori sastra adalah studi prinsip, kategori, dan kriteria yang dapat diacu dan dijadikan titik tolak dalam telaah di bidang sastra. Sedangkan studi terhadap karya sastra disebut kritik sastra dan sejarah sastra. Ketiga bidang ilmu tersebut saling mempengaruhi dan berkaitan secara erat. Teori sastra hanya dapat disusun berdasarkan studi langsung terhadap karya sastra. Kriteria, kategori, dan skema umum mengenai sastra tidak mungkin diciptakan tanpa berpijak pada karya sastra kongkret. Demikian pula, teori sastra bukan hanya sekadar alat bantu untuk mendukung pemahaman dan apresiasi perorangan terhadap karya sastra (karena ini bukanlah tujuan sebuah ilmu sistematis). Teori sastra justru diperlukan untuk mengembangkan ilmu sastra itu sendiri. Luxemburg, et.al (1986) menggunakan istilah ilmu sastra dengan pengertian yang mirip dengan teori sastra Wellek dan Warren. Ilmu sastra adalah ilmu yang mempelajari teks-teks sastra secara sistematis sesuai dengan fungsinya di dalam masyarakat. Tugas ilmu sastra adalah meneliti dan merumuskan sastra (sifat-sifat atau ciri-ciri khas kesastraan daan fungsi sastra dalam masyarakat) secara umum dan sistematis. Teori sastra merumuskan kaidah-kaidah atau konvensi-konvensi kesusastraan umum. B. Bentuk-Bentuk Sastra Daerah1. Prosa2. Pantun3. Mantra4. Dongeng5. Mitos

C. Kemunculan Sastra DaerahKemunculan sastra daerah karena pada zaman dahulu sastra ini lebih kpada identitas dalam suatu daerah, seperti daerah suku melayu di kabupaten sambas, kalimantan barat. Setiap daerah atau suku bangsa, sudah tentu mempunyai beragam adat istiadat yang membedakan ia dengan suku-suku dan daerah yang lainnya.salah satu dari adat istiadat tersebut adalah Mitos. Mitos yang berlaku dalam suatu daerah merupakan salah satu dari berbagai macam kekayaan khazanah kebudayaan. Masing-masing masyarakat, sudah pasti mempunyai suatu kearifan untuk menjaga dan melestarikan lingkungannya

D. Bentuk Sastra Daeraha. Pengertian mitos Mitos atau mite (myth) adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitologi, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci.William R Bascom dalam the form of folklore prose narratives misalnya menjelaskan mitos adalah cerita frosa rakyat yang dianggap hanya sekedar untuk membayangkan.b. Tujuan MitosDan adapun tujuan mitos yaitu :1. Mistikal2. Kosmologi, alam semesta yang kita kenal adalah perwujudan dari dimensi misteri.3. Sosial, mengatur masyarakat4. Pedagogis, membimbing individu dalam perjalanan hidupc. Ciri-ciri MitosSecara umum ada beberapa cirri-ciri mitos itu sendiri yaitu :1. DistorsifArtinya hubungan antara form dan concept bersifat disditif dan disformatif concept. Mendistori form sehingga makna pada sisitem tingkat petama bukan lagi merupakan makna yang menunjukan pada fakta yang sebenarnya.2. Intersional artinya mitos tidak ada begitu saja, mitos sengaja diciptakan, dikonstruksikan oleh budaya masyarakatnya dengan maksud tertentu.

3. Statement of factArtinya mitos menaturalisasikan pesan sehingga kita bisa menerimanya sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu diperdebatkan lagi, sesuatu yang terletak secara alami dalam nalar awam.E. Syarat-Syarat Penggunaan Sastra DaerahDalam rangka upaya untuk melestarikan budaya, yang dipandang banyak orang sudah ketinggalan zaman ini, maka perlu kiranya dilakukan sebuah upaya untuk mewujudkan hal tersebut. Salah satu upaya kecil dari sebuah cita-cita yang besar itu adalah dengan cara merekam atau menuliskannya, sehingga masyarakat khususnya pemilik kebudayaan tersebut.Dalam hal ini orang Melayu Sambas, tak lantas benar-benar lupa, akan kekayaan budaya lokal yang dimiliki.Selain itu, tulisan ini juga bertujuan ingin mengungkapkan, bagaimana peranan budaya pantang larang tersebut dalam proses pendidikan etika, bahkan upaya pelestarian lingkungan dan kebudayaan di sana. Apakah keduanya mempunyai hubungan satu sama lain.

F. ManfaatPantangan-pantangan tersebut, jika kita tinjau lebih dalam, (terlepas dari ancaman-ancaman tersebut, tentunya) maka kita akan menemukan wujud dari kearifan lokal masyarakat setempat pada zaman dahulu dalam upaya untuk mengajarkan anak-anak mereka tentang sopan santun, etika, dan upaya dalam memelihara lingkungan, serta penghargaan terhadap makhluk ghaib, yang walupun tak terlihat, namun mereka ada, dan berdampingan dengan manusia. Belum lagi jika kita tinjau dari segi kesehatan dan dihubungkan juga dengan ajaran agama.Sebagai contoh, pantangan yang berhubungan dengan pelajaran etika, yakni larangan bagi anak gadis, jangan duduk di depan pintu, atau larangan bernyanyi jika sedang masak. Jika kita lihat hikmah dan pesan yang ingin disampaikan oleh orang tua melalui pantangan itu, memang sangat bijaksana. Anak gadis, dan penulis rasa juga berlaku untuk semua orang, memang tidak pantas duduk di depan pintu. Karena perbuatan tersebut menghalangi orang yang mau masuk, dan itu sangat mengganggu. Begitu juga halnya dengan masak sambil bernyanyi, mungkin orang tua zaman dahulu khawatir, nanti malah anak gadis tersebut keasyikan bernyanyi, sehingga melupakan masakannya.Contoh lain misalnya, jika makan tebu, harus dimulai dari bagian ujungnya (bagian yang tidak manis) terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan, agar si anak bisa menghargai makanan, sebab jika dia makan yang manis dahulu, bagian yang tidak manisnya, pasti ditinggalkan. Namun, pesan terbesar yang ingin disampaikan melalui pantangan ini adalah, bagaimana kita menjalani hidup.Seseorang, akan merasakan kebahagiaan yang paling manis, ketika ia telah mengecap pengalaman yang tidak manis,bahkan yangpahitsekalipundalamhidupnya.Pantangan yang berhubungan dengan upaya dalam pemeliharaan lingkungan, misalnya seseorang dilarang membuang abu dapur, atau mencuci kuali ke dalam sungai. Atau pantangan saat berada di hutan, yakni seseorang tidak boleh mencemari air yang tergenang. Larangan tersebut sudah sangat jelas, bahwa ada upaya pencegahan perbuatan yang dapat mencemari lingkungan di situ.Pantang larang yang bisa kita lihat dari segi upaya menjaga kesehatan dan kebersihan. Misalnya, tidur jangan sambil tengkurap, tidur jangan bertopangkan tangan, dan yang bagi wanita hamil jangan tidur pada saat matahari sedang naik (waktu dhuha), mandi jangan menggunakan baju, dan pantangan mencuci piring pada malam hari. Kesemua itu adalah wujud dari kebijaksanaan orang tua dalam mengajarkan anak-anaknya untukmenjagakesehatandankebersihan.Yang terakhir, kita kaji dari sudut pandang agama. Salah satu contohnya adalah seorang anak tidak boleh makan bersisa. Bukankah Islam sendiri mengajarkan umatnya untuk tidak melakukan perbuatan mubazir. Selain itu, pantangan tersebut juga mengajarkan pada anak-anak untuk terbiasa menghargai makanan, berapapun jumlahnya. Dan perbuatan tersebut, selayaknya memang harus dibiasakan sejak kecil, karena itu akan membentuk perilakunya sampai ia dewasa.

Pantang Larang dalam Budaya SambasSetiap daerah atau suku bangsa, sudah tentu mempunyai beragam adat istiadat yang membedakan ia dengan suku-suku dan daerah yang lainnya.salah satu dari adat istiadat tersebut adalah budaya pantang larang. Pantang larang yang berlaku dalam suatu daerah merupakan salah satu dari berbagai macam kekayaan khazanah kebudayaan. Masing-masing masyarakat, sudah pasti mempunyai suatu kearifan untuk menjaga dan melestarikan lingkungannya.Tulisan sederhana ini dibuat dalam rangka memperkenalkan kepada masyarakat luas pada salah satu budaya yang berlaku dalam masyarakat suku Melayu Sambas. Mungkin, seperti juga yang terjadi di daerah-daerah lain, budaya pantang larang untuk saat sekarang sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian besar masyarakat. Kemajuan tekhnologi dan kebebasan berfikir, mungkin salah satu yang menjadi factor penyebabnya.Dalam tulisan ini, mendeskripisikan mengenai pantang larang yang berlaku pada masyarakat Melayu Sambas. Penduduk yang masih memakai pantang larang tersebut biasanya berasal dari kalangan orang-orang tua. Dan seiring bergantinya generasi, orang-orang sudah mulai meninggalkannya, dan tidak lagi meyakini hal tersebut sebagai sesuatu hal yang harus benar-benar dipegang.Pantang larang yang di kumpulkan ini, mencakup dari berbagai tempat dan kondisi, seperti di rumah, di hutan, di air, di sawah, pantangan untuk wanita hamil dan lain-lain. Berikut adalah pantang larang yang sampai hari ini, masih bisa bertahan, dan masih dipegang:1. Pantangan saat berada Di rumah1. Jangan berbaring sambil tengkurap.Pantangan ini jika dilanggar, diyakini akan menyebabkan ibu kandung orang tersebut bisa meninggal.2. Jangan berbaring dengan bertopangkan tangan Berbaring dengan bertopangkan tangan maksudnya, saat kita berbaring, tubuh kita itu bertumpu pada satu tangan, dengan posisi miring (ke kiri atau ke kanan). Dan pantangan ini jika dilkukan maka akan menyebabkan telinga tidak bisa mendengarkan kebenaran, yakni saat orang tersebut akan meninggal dunia, dia tidak akan bisa mengikuti orang yang menuntunnya membaca kalimah tauhid.3. Jangan memotong kuku pada malam hariMemotong kuku pada malam hari juga sangat dilarang, karena jika hal tersebut dilakukan, maka seperti pantangan point no 1, maka bisa menyebabkan ibu mati juga.4. Jangan mandi pakai baju,Terutama saat kita mandi di sungai, maka tidak boleh mandi menggunakan baju. Orang di sana jika mandi di sungai biasanya menggunakan kemban. Jika pantangan ini dilanggar, maka bisa menyebabkan mati bungkus (khusus perempuan). Mati bungkus di sini bermakna, jika orang tersebut hamil, maka anak yang dalam kandungannya tersebut, bisa meninggal dalam kandungan.5. Bersiul di dalam rumah,Bersiul dalam rumah juga sangat dilarang, karena diyakini akan menyebakan kesialan, dan menjauhkan dari rezeki.6. Terkena penyapuTerkena penyapu ini, maksudnya pada saat orang lain sedang menyapu, jika sapunya tersebut mengenai kaki atau tubuh yang lainnya maka akan menyebabkan petaka dan sial. Misalnya jika dia bekerja yang mengguanakan senjata tajam. Maka senjata tajam tersebut akan melukainya. Atau jika dia berangkat ke laut, maka dia akan disambar buaya. Namun petaka dan kesialan tersebut, bisa dicegah dengan cara sesegera mungkin meludahi penyapu tersebut.7. Masak jangan sambil menyanyi,Pantangan yang satu ini, bisa dikatakan yang paling populer, dan sampai saat sekarang, masih sering disebut-sebut oleh orang tua maupun muda. Pantangan ini jika diabaikan, bisa menyebabkan anak gadis tersebut nantinya akan mendapat jodoh orang yang sudah tua.8. Mencuci piring pada malam hari,Mencuci piring paada malam hari, juga termasuk pantangan yang sangat dijaga oleh sebagian besar masyarakat di sana, terutama pada musim panen tiba. Karena diyakini bisa membuat tikus-tikus di ladang jadi beringas dan ganas, untuk merusak dan menghancurkan padi-padi yang siap panen, di sawah.9. Makan bersisa,Pantangan ini biasanya ditujukan untuk anak-anak kecil, yang biasanya sering makan tidak bersisa, karena pada zaman dahulu, bisanya setiap anak kecil itu, diberikan satu ekor ayam yang dipelihara olehnya, dan jika ayam tersebut sudah besar dan dijual, maka uang hasil penjualannya akan menjadi hak anak tersebut. Nah, jika si anak tersebut makannya sampai bersisa, maka ayam peliharaannya tadi, bisa mati.10. Jika makan tebu, harus dimakan dari ujung dulu (dari bagian yang tidak manis),Pantangan ini juga ditujukan kepada anak kecil. Menurut orang-orang tua, bagian yang tidak manis tersebut, jika dimakan terlebih dahulu, maka anak tersebut nantinya bisa pandai berenang.2. Di sungai atau lautTidak boleh mencuci kuali langsung di sungai, dan membuang abu dapur ke sungai,Mencucui kuali, atau membuang abu dapur di sungai, terutama pada saat lorang tersebut melakukan perjalanan dengan menggunakan sampan, maka akan menyebabkan hujan ribut, yang bisa membahayakan nyawa orang yang bersangkutan tentunya. Jadi boleh dikatakan hal ini juga bisa menyebabkan kematian.3. Di sawahMenampi beras di sawah,Petani sangat dilarang untuk menampi padi atau beras di sawah. Hal ini dikarenakan, penduduk di sana (sebagian) sangat meyakini bahwa padi atau beras itu seperti anak kecil. Maka petani tersebut harus memperlakukannya secara lemah lembut. Jadi perbuatan menampi beras dianggap suatu perbuatan yang bisa menyebakan padi tersebut ketakutan, jika dia takut, mereka percaya bahwa padi-padi lain (yang belum dipanen) jika melihat hal tersebut, akan ketakutan, lalu ia akan lari.4. Di hutan1. Tidak bolah mencemari air yang tergenang,Jadi saat di hutan, jika kita menemukan air yang menggenang, maka kita tidak boleh mencemari air tersebut, baik itu mengunjak-injaknya, membuatnya keruh, apalagi kencing di sana, karena perbuatan tersebut dianggap sama saja dengan durhaka kepada orang tua.2. Tidak boleh memanggang terasi, ikan, dan rotan pada malam hari,Orang yang sedang berada di dalam hutan, sangat dilarang untuk membakar terasi, ikan, atau barang-banrang yang berbau menyengat lainnya, selain itu juga tidak boleh membakar rotan, karena perbuatan tersebut dapat mengundang hantu hutan, untuk menghampiri dan mengganggu kita.3. Kencing di liang-liang kayu atau lubang tanah,Di dalam hutan, sudah pasti kita akan banyak sekali menemukan lubang-lubang di tanah atau liang-liang yang terdapat di kayu-kayu besar, karena dikhawatirkan liang atau lubang tersebut merupakan tempat tinggal makhluk halus. Jadi jika seseorang kencing di tempat tersebut, maka makhluk halus yang mendiaminya akan marah, lalu menggangu orang tersebut.4. Berludah sembarangan,seseorang yang sedang berada di hutan juga sangat dilarang untuk meludah di sembarang tempat, karena air ludah tersebut bisa mengundang pacet dan lintah.5. Jika ingin minum di air yang tergenang di hutan, harus menggunakan mulut langsung (seperti binatang).Jadi, seseorang tidak boleh menggunakan tangan atau alat Bantu seperti gelas dan lain-lain, karena jika tidak, maka orang tersebut akan mengalami sakit perut atau sakit tulang.6. Jika sedang kecapean, jangan memegang lutut,Jika sedang melakukan perjalan di dalam hutan, jika seseorang merasakan capek, maka sangat dilarang untuk memegang lutut, karena jika dilanggar, bisa menyebabkan orang tersebut tidak bisa berjalan sama sekali. Akan tetapi bisa diobati dengan memukul-mukulkan daun kayu hutan, ke lutut yang sakit tersebut.7. Jika bertemu binatang buas, tidak boleh menyebutnya dengan namanya langsung.Di hutan, jika kita menemukan binatang buas seperti ular, harimau, beruang atau binatang buas yang lainnya, tidak boleh disebut namanya, akan tetapi harus disebut dengan bahasa kiasan lain, contohnya kita sebut Nenek atau Datok, karena jika tidak, binatang tersebut akan bertambah besar dan ganas.8. Tidak boleh melangkahi atau berjalan di atas kayu yang saling bersilang (yang membentuk huruf X).Jika bertemu dengan pohon kayu yang saling bersilang (membentuk huruf X), lebih baik mengambil jalan lain, dari pada berjalan di atasnya, karena dipercaya, jika hal tersebut dilakukan bisa membuat kita tersesat di dalam hutan tersebut, dan tidak akan bisa ditemukan oleh siapapun.9. Tidak boleh menebang kayu yang rimbun,Menebang kayu yang sangat rindang, yang di bawahnya tak ada kayu lain yang tumbuh, juga dilarang, karena pohon tersebut dipercaya merupakan tempat tinggal makhluk halus, dan jika ditebang maka makhluk halus tersebut akan marah dan mengganggu orang yang menebangnya.10. Jangan memanggil nama teman dengan berteriak,Jika ada teman yang tertinggal rombongan atau tersesat di hutan, maka dilarang memanggil namanya dengan berteriak, kalaupun harus berteriak, maka jangan memanggil namanya, bisa dengan mengganti dengan istilah lain, atau cukup dengan meneriakkan kata HU atau WOI atau yang sejenisnya, karena jika tidak, hal tersebut bisa membuat hantu hutan akan menyemar menjadi orang yang kita penggil tersebut.11. Tidak boleh melangkahi senjata tajam yang akan digunakan untuk bekerja.Pelanggaran dari pantangan ini akan menyebabkan orang yang menggunakan alat yang telah dilangkahi tersebut cedera. Akan tatapi, hal tersebut bisa dicegah dengan meludahi senjata tajam tersebut kemudian diangkat ke kepala.12. Tidak boleh memukul akar-akar kayu yang menonjol ke tanah,Memukul-mukul akar pohon yang menonjol dari tanah dilarang karena perbuatan tersebut membuat hantu-hantu hutan berdatangan, karena suara pukulan tadi diibaratkan suara musik yang membuat hantu hutan suka,lalu datang ka erah asal suara tadi.13. Tidak boleh bersiul,Seseorang juga sangat tidak dianjurkan untuk besiul saat berada di hutan, sebab akan mendatangkan badai.

Pantangan bagi wanita yang sedang hamil, serta suaminya, dan setelah ibunya melahirkan:a. Jangan duduk di depan tangga,Wanita yang sedang hamil, tidak boleh duduk di depan tangga pintu masuk rumah, karena akan mempersulit proses persalinannya nantinya.b. Tidak boleh tidur saat matahari sedang naik (waktu pagi),Tidur di waktu matahari sedang naik sangat dilarang untuk semua orang, apalagi wanita yang sedang hamil, karena bisa menyebabkan bayi yang di dalam kandungan jadi bengkak, sehingga secara otomatis nantinya akan menyulitkan proses persalinan.c. Bagi suami, jangan menyembelih hewan, saat istrinya sedang hamil,kegiatan menyembelih hewan, bagi seorang suami sangat dilarang. Karena perbuatan tersebut dikhawatirkan akan menyebabkan anaknya mirip dengan hewan yang disembelih oleh ayahnya tersebut.d. Suami juga tidak boleh membelah kayu,Membelah kayu, atau menebang kayu bagi suami yang isterinya sedang hamil besar juga dilarang, karena anaknya bisa berbibir sumbing, cacat atau terjadi hal-hal jelek lainnyae. Seorang bapak, yang anaknya belum berumur 40 hari dilarang memotong batang pisang.Saat anak baru lahir, terutama saat tali pusarnya belum kering, bapaknya tidak boleh memotong batang pisang, karena akan menyebabkan pendarahan pada pusar bayi tersebut. Berdasarkan cerita yang penulis dapatkan dari dukun yang biasa membantu persalinan warga di sana, peristiwa ini pernah terjadi. Bapak dari anak tersebut, karena tidak tahu, ia menebang pisang, anakanya yang ada di rumah, dengan serta merta mengalami pendarahan hebat pada pusarnya, yang akhirnya tidak tertolong dan meninggal dunia.f. Seorang ayah juga tidak boleh memompa sepeda atau sepeda motor,Selain memotong pisang tadi, sebelum seorang anak memasuki umur 40 hari, bapaknya juga tidak boleh memompa sepeda atau sepeda motor, karena jika dilanggar, maka perut anaknya akan kembung.

Pantangan-pantangan yang telah disebutkan di atas, sudah pasti belum semuanya terangkum. Masih banyak pantangan-pantangan lainnya yang belum sempat terekam. Namun, dari beberapa hal tersebut sedikit sudah bisa menggambarkan mengenai apa dan bagaimana posisi budaya pantang larang bagi masyarakat Melayu Sambas. Hal itu dapat dilihat dari tempat berlakunya, hampir semua mencakup tempat-tempat dan kondisi yang memang sangat dekat dengan kehidupan orang Melayu, yakni sawah, sungai dan hutan.