32
Provinsi Jambi memiliki banyak kekayaan berupa floranya. Berikut beberapa jenis tumbuhan konservasi yang terdapat di Provinsi Jambi. 1. Jelutung Rawa Jelutung Rawa Klasifikasi Ilmiah Kerajaan : Plantae (tidak termasuk) Eudicots (tidak termasuk) Asterids Ordo : Gentianal es Famili : Apocynace ae Upafamili : Apocynoid eae Genus : Dyera Spesies D. polyphylla Page 1 of 32

Tugas Tumbuhan Jambi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Untuk memenuhi tugas perkuliahan

Citation preview

Provinsi Jambi memiliki banyak kekayaan berupa floranya. Berikut beberapa jenis tumbuhan konservasi yang terdapat di Provinsi Jambi.1. Jelutung RawaJelutung Rawa

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan :Plantae

(tidak termasuk)Eudicots

(tidak termasuk)Asterids

Ordo :Gentianales

Famili :Apocynaceae

Upafamili :Apocynoideae

Genus :Dyera

Spesies :D. polyphylla

Jelutung rawa (Dyera polyphylla;sinonim: Dyera lowii, termasuk dalamkeluarga Apocynaceae yangmenghasilkan getah berwarna putihdan bernilai ekonomi. Getah jelutungdigunakan sebagai bahan baku permenkaret dan isolator. Kayunya dapatdiolah menjadi moulding, pensil slate,dan vinir. Jelutung merupakan jenisyang mudah diperbanyak secarageneratif dan teknik propagasinya telahdikenal secara luas. Pohonnya berbuahdua kali setahun, menghasilkan bijidalam jumlah yang cukup besar untukdisemai dan dipelihara di persemaian,hingga akhirnya siap untuk ditanam dilapangan.Indonesia pernah tercatat sebagaipengekspor jelutung alam yang berasal dari Kalimantan dan Sumatra, yaitupada tahun 1997/1998 sebanyak2.785.000 ton. Bahkan, pada tahun-tahunsilam, jelutung pernah menjadikomoditas unggulan dari Jambi.Produksi getah jelutung alam di Jambipada tahun 2006 dilaporkan sebesar617,50 ton, tetapi pada tahun 2007 turun drastis hingga 93 ton. Beberapa penelitian yang berkaitandengan jelutung, baik dari aspekekonomi maupun budidaya telahdilakukan. Salah satu contoh daripenelitian pada aspek ekonomi adalahperhitungan kelayakan ekonomiperkebunan jelutung yang dilakukan diKota Palangka Raya. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa nilai benefit costratio (BCR) adalah 1,45. Nilai positif1,45 ini menunjukkan bahwaperkebunan jelutung layak untukdiinvestasikan (Monika, 2002).Seperti telah disampaikan sebelumnyabahwa jelutung masih ditemukan padaareal HRG Tanjung Jabung Barat.Survei yang dilakukan di lokasi tersebutmenunjukkan bahwa potensi jelutungalam di HRG Sungai Landak,Kecamatan Senyerang mencapai rata-rata60 pohon/Ha atau lebih besar biladibandingkan dengan potensi jelutungalam di HLG (Sungai Bram Itam Kanan)yang rata-rata hanya 12 pohon/Hauntuk pohon berdiameter >5 cm.Bahkan kebun benih di Dusun Mekar,Kecamatan Senyerang telahmendapatkan sertifikat mutu sumberbenih dan bibit dari BalaiPengembangan Benih Tanaman Hutan(BPTH) Palembang. Berdasarkanpotensi keberadaan jelutung di arealHRG Tanjung Jabung Barat, makajelutung menjadi salah satu komoditaspotensial untuk dikembangkankembali. Apalagi, kegiatan penanamanswadaya telah dilakukan olehmasyarakat, baik secara pribadimaupun berkelompok dengan sistemagroforestri. Selain itu, jelutung telahdicanangkan sebagai jenis potensialuntuk kegiatan rehabilitasi lahan hutanrawa gambut, khususnya HLG diTanjabar.Jelutung yang ditanam dapat disadapsetelah berumur 10 tahun. Pemanenangetah dilakukan setiap minggu, hinggapohon berumur masak tebang padaumur 30 tahun. Pada akhir daur, kayujelutung dapat dipanen dan dijual.Dengan meningkatnya minat petaniuntuk mengembangkan jelutung,pemerintah selayaknya mendukungdengan menyiapkan perangkatkebijakan dan teknis implementasipengelolaan dan pemasaran jelutung,serta merangsang investor untukmembuka dan mengembangkanindustri pengolahan jelutung(Sofiyuddin dkk., 2012).2. Gaharu Pohon

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan :Plantae

(tidak termasuk)Eudicots

(tidak termasuk)Rosids

Ordo :Malvales

Famili :Thymelaeaceae

Genus :Aquilaria

Spesies :A. malaccensis

Gaharu merupakan nama perdagangandari kayu berwarna hitam ataukehitaman yang mengandung resinkhas. Gaharu terbentuk akibat responpertahanan tanaman terhadap seranganinfeksi mikroba (fungi atau jamur)tertentu pada kayu.Jenis-jenis pohonyang mampu membentuk gaharuadalah dari jenis-jenis pohon darikeluarga Thymeleaceae, yaitu Aquilariasp., Gonystylus sp., Gyrinops sp.,dan Wiekstroemia sp. Di Senyerang,pohon penghasil gaharu dari jenisAquilaria sp. disebut pianggang danjenis Gonystylus sp. disebut ramin.Gaharu yang berasal dari pohonA. malaccensis dapatmenghasilkan kualitas super, tetapigaharu yang berasal dari pohon ramin(Gonystylus sp.) membentuk gaharubuaya atau kemedangan, yangkualitasnya lebih rendah dari gaharusuper.Sebaran alami pohon pianggang danramin di Tanjung Jabung Barat saat inihanya dijumpai di Sungai Landak,Senyerang, sedangkan di area HLGSungai Bram Itam sudah tidak dijumpaipohon maupun anakannya. Potensigaharu alami di Senyerang tidak terlalubesar, hanya 20 pohon/Ha. Meskipundemikian, prospek pengembangangaharu di areal ini cukup baik, apalagibila dilihat bahwa produksi gaharunasional saat ini hanya dapatmemenuhi 10-20% dari permintaan pasar. Dukungan lain berupa hasilpenelitian mengenai teknik budidayagaharu dan teknik inokulasi mikroba kepohon inang gaharu juga sudah banyakdiketahui (Sumarna, 2002), bahkansudah banyak masyarakat yang secaraswadaya berinisiatif menanam gaharuuntuk dikembangkan dengan inokulasibuatan.Namun demikian, masyarakatdan petani perlu mendapatkanpelatihan atau transfer teknologi untukdapat melakukan inokulasi mikrobasecara tepat. Petani atau pengumpulgaharu sebenarnya sudah memilikipengetahuan lokal untuk mendapatkangaharu yaitu dengan melukai batangpohon pianggang atau raminmenggunakan parang. Dengan metodetradisional ini, beberapa bulan ataubahkan beberapa tahun kemudian,gaharu akan terbentuk pada bekas lukatersebut.Sistem agroforesti dapat menjadipilihan dalam pengembangan budidayagaharu, karena pohon gaharumemerlukan naungan padapertumbuhan awal. Gaharu yangberasal dari usaha budidaya masyarakattersebut merupakan produk yangdikelola secara lestari, sehingga tidakmenimbulkan kerusakan dankepunahan jenis serta dapatmendukung pasar ekspor gaharu.

3. Gemor

Gemor dikenal juga dengan namamedang lendir yang merupakan produkgetah dari jenis Nothaphoebecoreacea, Nothaphoebe cf.umbelliflora dan Alseodaphne sp., darikeluarga Lauraceae. Di Tanjung JabungBarat, pohon gemor dijumpai di SungaiLandak dengan karakteristik kulitbatang kasar, batang berwarna oranyekecoklatan, permukaan atas daunberwarna hijau mengkilap, daunberbentuk lonjong dan rata-ratadiameter batang setinggi dada 17,2 cm.Meskipun pohon gemor masihditemukan di Sungai Landak, namunpotensinya sangat rendah, yaitu hanya10 pohon/Ha.Kulit kayu gemor digunakan sebagaibahan baku obat nyamuk. Pemanenangemor dilakukan dengan menebangpohon dan mengambil kulit kayunyayang tentunya berdampak buruk bagikelestarian gemor. Pemanenan tanpamelakukan penebangan, yaitu denganmengelupas sebagian kulit kayu secaravertikal bersifat lebih ramah lingkungandan berkelanjutan, karena pohon akanmampu membentuk kulit baru dalamwaktu tertentu dan bisa dipanenkembali. Namun, desakan ekonomimempengaruhi keputusan pengumpulgemor untuk memanen dengan caramenebang karena dapat memperolehhasil lebih banyak bila dibandingkandengan memanen sebagian kulitkayunya saja.Penebangan gemor menyebabkanmenurunnya populasi gemor alami,karena tidak ada permudaan alami.Informasi mengenai teknik propagasigemor hingga saat ini masih sangatterbatas. Pengamatan di lapanganmenemukan trubusan pada pohongemor yang telah ditebang. Hal inidiharapkan menjadi titik terang dalampengembangan gemor karena jenis-jenispohon yang mudah membentuktrubusan umumnya dapat diperbanyakdengan cara stek. Namun percobaanyang dilakukan di Balai PenelitianKehutanan Banjar Baru menunjukkanpersentase keberhasilan stek gemorsangat rendah. Hanya 25% bahan stekyang berhasil berakar dan bertunas(Panjaitan, pers. comm.).Berdasarkantemuan di lapangan (in situ), yaituadanya trubusan gemor dan penelitiandi laboratorium (ex situ) tentangrendahnya keberhasilan stek gemor,maka perlu penelitian lebih lanjutmengenai teknik perbanyakan vegetatifgemor agar pengembangan gemormenjadi lebih mudah, sehingga tidaklagi mengandalkan produksi gemoralam.4. Getah SundiGetah Sundi

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan :Plantae

(tidak termasuk)Eudicots

(tidak termasuk)Asterids

Ordo :Ericales

Famili :Sapotaceae

Genus :Payena

Spesies :P. leerii

Getah sundi, payena atau getah sontek (Payena leerii) adalah tumbuhan industri yang masih berkerabat dengan getah perca (Palaquium sp.) dan masuk familia Sapotaceae, yang berarti ia juga masih berkerabat dengan sawo manila. Getah sundi merupakan sejenis pohon yang tingginya 20-38 m dan garis tengahnya batangnya 45-70 cm. Daunnya bundar telur lebar, yang muda berbulu halus. Tersusun dengan berselang-seling, dan berjumlah majemuk. Malainya kecil, putih, menyendiri atau berkelompok, muncul di ranting, kadang-kadang di ketiak batang. Tangkai bunga (pedicel) 1-1,5 cm. Bunganya sendiri berkelamin dan berukuran hanya sekitar 0,5 cm. Daun kelopak (sepal) dan daun mahkota (petal) juga kecil. Daun mahkota panjangnya 2 mm, dengan tabung yang pendek, gundul, dan berwarna putih-kekuningan. Benang sari berjumlah 16, yang disertai pula dengan 1 putik yang panjangnya 6-8 mm. Buahnya tergolong buah buni (buah berry), kuning, bulat telur, dapat dimakan seperti sawo. Bentuknya kerucut, dengan dasar buah agak lebar. Ukurannya 2,5-5 cm 1-2,5 cm, dan hanya berbiji tunggal. Bijinya hitam, mengandung 3,5-4,5% minyak dan kayunya sendiri berwarna coklat muda. Buah getah sundi dapat dimakan dan berbau seperti sawo manila. Bijinya yang berminyak itu, diketahui mengandung saponin yang beracun. Adapun, minyak dari biji buah getah sundi ini belumlah jelas. Kayunya berwarna coklat muda, agak keras dan berat. Kayu ini juga dipakai untuk membangun rumah. Buahnya yang berwarna cerah, mungkin dapat menjadi daya tarik apabila diperdagangkan.Penyebaran pohon sundi dapatdijumpai di HRG Sungai Landak,Senyerang dan HLG Sungai Bram Itam,Tanjabar. Potensinya di alam hanya 10pohon/Ha. Permudaan dapat dilakukansecara generatif dengan menyemaikanbiji. Pohon mudanya perlu naungan,sehingga dapat ditanam pada sistemagroforestri, dicampur dengan tanamanatau komoditas lain. Getah sundimemiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, karena pasar di Cinamembutuhkan pasokan getah tersebut.Namun demikian, perlu dicari danditeliti teknik penyadapan danpemeliharaan tanaman yang tepat agardapat meningkatkan produksinya.5. Asam Kandis

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Magnoliopsida

Ordo :Malpighiales

Famili :Clusiaceae

Genus :Garcinia

Spesies :G. xanthochymus

Beragam pohon penghasil buah-buahandapat tumbuh di rawa gambut,salah satunya adalah asam kandis(Garcinia parvifolia), yang termasukdalam keluarga Clusiaceae ataumanggis-manggisan. Pohonnyaberukuran sedang hingga besar,dengan tajuk yang rindang. Pohon initumbuh di rawa gambut dangkalhingga sedang, memerlukan naunganpada saat muda dan kondisi yanglembab. Buah asam kandis dipanensebagai bumbu dapur. Anakan pohonasam kandis dapat dengan mudahdijumpai di bawah tegakan. Pohon iniberbuah dua kali setahun. Pohon asamkandis potensi yang sangatrendah, hanya10 pohon/ha. Petani diSungai Landak membiarkan tanamanmuda yang tumbuh secara di lahannya.Nilai perdagangan asam kandis belumtercatat dengan baik, karena sampaisaat ini hanya diperdagangkan secaralokal dalam skala kecil.Tajuknya berbentuk seperti piramid, dengan batang utama tegak dan cabang-cabang tumbuh mendatar, seperti pohon manggis, kulit batang berwarna hitam keabuan, bergetah kuning sampai kuning kecoklatan. Daunnya lanset memanjang, sempit, hijau tua, panjang 12-24 cm. Buahnya agak membulat, meruncing, dengan diameter mencapai 9 cm, berwarna jingga pucat atau kuning pekat. Tetapi varietas yang tumbuh di pulau Sumatera terutama Sumatera Selatan buahnya bulat dengan ujung buah cekung kedalam, dengan warna buah matang kuning kecoklatan, sedikit bergetah berwarna kuning sampai kuning kecoklatan, buah yang masih muda berwarna hijau muda. Buah terdiri atas kulit buah, 4 - 5 biji yang masing - masing di selimuti daging buah. Tumbuhan ini menyukai naungan dan suasana lembap. Pembungaan biasanya setelah masa kering yang cukup panjang (minimal tiga bulan) dan bisa berbunga dua kali setahun.

6. Bulian/UlinUlin

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan :Plantae

(tidak termasuk)Magnoliids

Ordo :Laurales

Famili :Lauraceae

Genus :Eusideroxylon

Spesies :E. zwageri

Pohon ulin atau bulian (Eusideroxylon zwageri) adalah salah satu pohon berkayu yang tumbuh secara alami di hutan tropis di Sumatera dan Kalimantan. Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5 400 m di atas permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran.Pohon ulin memiliki ciri yang khas, yaitu sifat fisik kayunya yang keras dan juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut, sehingga sering disebut juga dengan nama kayu besi. Jenis kayu ini sering digunakan untuk bahan bangunan, seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, dan perkapalan. Dalam pembuatan rumah, masyarakat memanfaatkan kayu ulin sebagai bagian utama dari tiang, lantai rumah, dinding, patok-patok tanah dan atap sirap.Sifat fisik pohon ulin yang keras tersebut ternyata tidak hanya pada bagian kayunya, namun juga bijinya. Proses perkecambahan biji ulin membutuhkan waktu cukup lama, yaitu sekitar 6 12 bulan.Pada saat ini, penggunaan kayu ulin yang semakin meningkat ditambah lagi dengan pembudidayaannya yang cukup lama dan persentase keberhasilan relatif rendah, menyebabkan jenis ini dimasukkan kategori jenis langka (vulnerable) dalam IUCN Red List of Threatened Species.

Adapun beberapa tumbuhan endemik yang terdapat di Provinsi Jambi diantaranya adalah sebagai berikut.1. Kelapa Sawit

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Liliopsida

Ordo :Arecales

Famili :Arecaceae

Genus :Elaeis Jacq.

Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos. Selain manfaat utama minyak sawit sebagai minyak makan, minyak sawit juga dapat digunakan sebagai pengganti lemak susu dalam pembuatan susu kental manis dan tepung susu skim.Saat ini di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Komoditi perkebunan yang sesuai untuk dikembangkan dan dapat dijadikan andalan ekonomi adalah kelapa sawit dimana jenis tanaman perkebunan kedua terbanyak ini dengan luas tanaman 22.931 Ha. Dengan produksi pada tahun 2012 sebesar 26.750 ton. Dengan demikian hampir secara mayoritas sektor perkebunan di dominasi oleh budidaya kelapa sawit.Komoditi kelapa sawit sudah dikembangkan cukup luas terutama melalui pola perkebunan besar baik perusahaan perkebunan milik pemerintah maupun swasta, dengan manajemen dan kelembagaan yang cukup memadai. Untuk Komoditi Kelapa sawit diusahakan di daerah selatan dan barat (hulu) Kabupaten Tanjung Jabung Timur.Sentra Perkebunan kelapa sawit berada di Kecamatan Mendahara, Kecamatan Mendahara Ulu, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kecamatan Sadu, Kecamatan Geragai, dan Kecamatan Dendang. Perkebunan kelapa sawit terbesar berada di Kecamatan Geragai, yaitu seluas 18.616.561 Ha, dikarenakan kondisi lahan di daerah ini cukup mendukung untuk pengembangan tanaman perkebunan tersebut. Dimana jenis tanaman perkebunan kedua terbanyak adalah Kelapa sawit dengan produksi pada tahun 2012 sebesar 26.750 ton. Dengan demikian hampir secara mayoritas sektor perkebunan di dominasi oleh budidaya kelapa sawit.Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang kedelai, kacang tanah, dan lain-lain), sehingga harga produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit yang cukup panjang (22 tahun) juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg/thn setiap orangnya, kebutuhan ini akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya konsumsi per kapita.2. Palem Merah/Pinang MerahPalem Merah

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan :Plantae

Divisi :Magnoliophyta

Kelas :Liliopsida

Ordo :Arecales

Famili :Arecaceae

Genus :Cyrtostachys

Spesies :C. lakka

Palem Merah atau Pinang Merah (Cyrtostachys renda) yang kemudian ditetapkan menjadi flora maskot provinsi Jambi adalah tanaman hias. Dinamakan Palem Merah lantaran pelepah pinang ini berwarna merah menyala. Dan lantaran warna merah pada pelepah daunnya itu Pinang Merah acapkali disebut Pinang Lipstik.Sayangnya keberadaan Pinang Merah di habitat aslinya makin terancam lantaran eksploitasi besar-besaran untuk diperdagangkan sebagai tanaman hias. Palem ini pun termasuk salah satu dari 14 jenis palem yang dilindungi di Indonesia.Palem Merah tumbuh berumpun dengan tinggi berkisar antara 6-14 meter. Diameter batangnya ramping dan tidak terlalu besar. Daunnya berwarna hijau cemerlang, bersirip agak melengkung dengan anak-anak daun agak kaku. Ciri khas jenis palem ini adalah pelepah daunnya berwarna merah. Lantaran pelepahnya inilah palem ini dinamai Palem Merah.Palem Merah tumbuh di daerah tropis tersebar di Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), Malaysia, dan Thailand. Perbanyakan jenis palem ini bisa dilakukan dengan menggunakan biji ataupun dengan memisahkan anakan. Palem Merah atau Pinang Merah biasa digunakan sebagai tanaman hias yang ditanam di pekarangan rumah. Bagi sebagian masyarakat Jambi, Pinang Merah dipercaya mempunyai khasiat ghaib dimana bila ditanam di depan rumah akan mampu menolak segala bentuk bala dan guna-guna yang ditujukan kepada penghuninya.

3. Rotan Jernang

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan :Plantae

(tidak termasuk)Monokotil

(tidak termasuk)Commelinids

Ordo :Arecales

Famili :Arecaceae

Upafamili :Calamoideae

Genus :Daemonorops

Spesies :D. draco

Jambi merupakan Provinsi di Sumatera yang memiliki kawasan hutan terlengkap (mulai dari hutan dataran tinggi hingga rendah, hutan kering/tropis hingga basah/gambut). Hal ini merupakan aset beharga dan untuk itu perlu dilakukan upaya kongkrit untuk mempertahankannya.Upaya yang dilakukan sekarang dan kedepannya adalah menyeimbangkan antara tujuan konservasi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Hal ini penting menjadi mindset bersama mengingat bahwa ternyata masyarakat miskin di Indonesia sebagian besar bermukim di desa-desa sekitar dan dalam hutan. Upaya mempertahankan hutan tanpa memperhatikan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya akan sulit dilakukan karena harus diakui jika maraknya aktivitas pembalakan liar salah satu penyebabnya adalah karena masyarakat ikut mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Salah satu yang telah diinisiasi di Jambi sekarang adalah mengangkat potensi Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu rotan jernang.Tanaman jernang telah ada dan dimanfaatkan oleh masyarakat Jambi sejak zaman dahulu. Resin jernang memiliki nilai jual yang tinggi dan menunjukan grafik harga yang meningkat dari tahun ke tahun. Jika selama ini rotan jernang di manfaatkan oleh masyarakat dengan jalan mencari/memanen di dalam hutan, seiring semakin berkurangnya tutupan hutan dan kelangkaan tanaman jernang di Jambi, maka pola ini sudah mulai diubah dengan membudidayakan dan menanam tanaman jernang di dalam kebun-kebun karet masyarakat atau yang biasa di sebut dengan pola tumpang sari. Keuntungan bersih budidaya jernang dalam 1 (satu) Ha nya dalam setahun adalah bekisar 35 38 juta rupiah. Nilai Ekologis dan Ekonomis Tanaman Jernang(Daemonorops sp.).Menurut data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan, di ketahui Jernang hanya terdapat di 3 (tiga) negara di dunia yaitu Indonesia, Malaysia dan India dan yang terbesar adalah di Indonesia. Di Indonesia jernang banyak terdapat di daerah Jambi, Aceh dan Kalimantan. Jika pemanfaatan rotan pada umumnya adalah dari batangnya maka pemanfaatan pada jernang adalah dari resin yang terdapat pada buahnya.Komponen utama dari resin jernang adalah draco resinolanol (56%), dracoresen (11%), draco-alban (2,5%), asam benzoat dan asam bensolaktat.Kegunaan utama dari jernang adalah sebagai pewarna vernis, keramik, marmer, alat dari batu, kayu rotan, bambu, kertas, cat, sebagai bahan farmasi (obat diare, disentri, pembeku darah karena luka). Jernang merupakan bahan baku yang di eksport untuk industri-industri di negara China, Singapura dan Hongkong.Menurut data dari Atase Perdagangan negara RRC, RRC membutuhkan 400 ton jernang tiap tahunnya dan Indonesia baru mampu mengeksport kurang dari 27 ton per tahun. Perdagangan jernang sendiri bukanlah hal yang baru di Jambi karena produk ini telah di perdagangkan sejak zaman Jepang dahulu. Pada tahun 1950-an jernang telah memiliki harga Rp 50,- Per Kg dan sekarang harganya mencapai Rp 700.000 Rp 800.000 per Kg, bahkan tahun 2005 kemarin harga jernang pernah mencapai Rp 1.200.000,- per Kg. Jika pada tahun 2000 harga jernang sekitar Rp 300.000 per Kg dan di tahun 2005 mencapai Rp 1.200.000,- per Kg maka dalam waktu 5 tahun harga jernang naik 4 kali lipat.Manfaat ekologis yang diperoleh dari budidaya jernang adalah jernang mensyaratkan harus ada tumbuhan pohon sebagai sebagai tegakan (jernang tumbuhan menjalar tapi tidak parasit), sehingga dengan membudidayakan jernang berarti juga menjaga kelestarian hutan (tegakan pohon).Manfaat ekonomis yang di peroleh dari budidaya jernang sangat tinggi.Dari hasil analisis produksi, diperoleh kesimpulan keuntungan yang diperoleh dari berkebun jernang lebih besar jika dibandingkan hasil dari berkebun sawit ataupun karet. Estimasi keuntungan pertahun dari 1 Ha kebun sawit adalah 13 17 Juta Rupiah dan 20 -23 juta untuk 1 Ha karet. Sedangkan estimasi keuntungan yang diperoleh dari 1 Ha Jernang per tahun adalah 35 38 Juta Rupiah. Keuntungan lain dari upaya berkebun jernang adalah jernang dapat di tumpang sarikan penanamannya dengan tanaman karet.60% masyarakat Jambi memiliki sumber mata pencarian dari menyadap karet. Besarnya angka ini menyebabkan sektor ini mendapat perhatian serius oleh seluruh stakeholder di Jambi. Beberapa pola telah dilakukan petani untuk memperbesar benefit seperti menanam bibit unggul dan melakukan tumpang sari. Pola tumpang sari telah di lakukan dengan tanaman kayu-kayuan dan rotan. Khusus tanaman rotan yang sering di tumpang sarikan adalah jenis rotan manau yang pemanfaatannya dari batangnya. Namun demikian, tumpang sari karet dengan manau jarang dilakukan petani karena batang karet dapat mati akibat beban berat batang rotan manau. Lalu bagaimana dengan jernang?Jernang merupakan tumbuhan asli hutan dan masyarakat di Jambi memanfaatkannya dengan memanen dari dalam hutan. Kondisi tanaman jernang di Jambi sekarang sudah mulai langka yang disebabkan oleh beberapa hal.Pertama, berkurangnnya areal kawasan hutan sehingga semakin mempersempit rumah tinggal jernang. Kedua, aktivitas illegal logging telah menyebabkan pepohonan kayu sebagai media tegakan jernang tidak ada lagi.Budidaya jernang dapat dilakukan dengan melakukan pembibitan melalui biji dan anakan yang dibawa dari dalam hutan. Sekarang upaya ini tengah dilakukan masyarakat di desa Lamban Sigatal dan Sepintun, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun. Desa yang terletak di di pinggiran Bukit Tajau Pacah dan HPH PT. Asialog ini telah memanfaatkan tanaman jernang sejak zaman nenek moyang dahulu.Tanaman jernang baik buah dan batangnya telah di manfaatkan untuk kebutuhan obat-obatan (Medicinal Plant Product) misalnya mengobati luka akibat gatal-gatal dan juga sebagai ramuan yang dioleskan dikening ibu-ibu yang baru melewati proses persalinan. Kesadaran masyarakat di dua desa ini untuk membudidayakan tanaman jernang beberapa tahun belakangan ini sudah mulai muncul, terutama dengan adanya kegiatan program dari Yayasan Gita Buana (YGB) dari tahun 2003 hingga sekarang.Sekarang di dua desa tersebut masyarakat telah berhasil membudidayakan 5.000 bibit jernang dan 2.000 diantaranya telah di tanam ke lahan demplot masyarakat. Lahan demplot yang dimaksudkan adalah areal kebun karet masyarakat. Tumpang sari tanaman jernang dengan karet adalah menanam jernang dengan tanaman karet sebagai media untuk tegakan tanaman jernang. Jernang sebagaimana rotan lainnya membutuhkan tanaman kayu-kayuan sebagai media tegakannya.Adapun manfaat dan kemudahan yang dapat di peroleh dari pola tumpang sari ini yaitu: Pertama, Petani dapat memperoleh dua keuntungan sekaligus yaitu dari hasil produksi getah karet dan hasil produksi resin jernang.Kedua, Tanaman jernang tidak membunuh batang karet seperti pada rotan manau karena jernang memiliki batang yang lebih kecil dan tumbuh dengan lurus tegak ke atas. Ketiga, Tanaman jernang sangat sulit dan riskan pertumbuhannya sehingga membutuhkan pemeliharaan yang ekstra. Melalui pola tumpang sari dengan karet, pertumbuhan tanaman jernang dapat diawasi pertumbuhannya secara intensif sambil melakukan kegiatan penyadapan.Keempat, keberlanjutan. Tanaman jernang adalah jenis tanaman tua dimana usia satu batang jernang dapat berumur 25 30 tahun. Selain itu dalam satu rumpun jernang yang telah berusia 10 tahun keatas telah memiliki anakan sekitar 10 15 batang dan ini terus berlanjut hingga pernah ditemukan dalam satu rumpun terdapat 30-40 batang. Kelima, tumpang sari akan menjadi strarting point dalam melestarikan tanaman jernang yang telah langka dan peningkatan kesejahteraan perekonomian masyarakat.Dari uraian diatas budidaya jernang dengan pola tumpang sari pada kebun karet rakyat merupakan konsep yang berdimensi ekologis dan ekonomis. Pola ini tentu saja dapat dilakukan pada daerah-daerah lain dengan divariasikan tanaman tumpang sarinya dengan tanaman lainnya. Hutan penting untuk dilestarikan namun kesejahteraan masyarakat sekitar hutan jauh lebih penting untuk diperhatikan.4. Meranti Merah

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan :Plantae

(tidak termasuk)Eudicots

(tidak termasuk)Rosids

Ordo :Malvales

Famili :Dipterocarpaceae

Genus :Shorea

Meranti merah adalah nama sejenis kayu pertukangan yang populer dalam perdagangan. Berbagai jenis kayu meranti dihasilkan oleh marga Shorea dari suku Dipterocarpaceae. Sekitar 70 spesies dari marga ini menghasilkan kayu meranti merah.Meranti merah tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang. Berat jenisnya berkisar antara 0,3 0,86 pada kandungan air 15%. Kayu terasnya berwarna merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau bahkan merah tua kecoklatan. Berdasarkan BJnya, kayu ini dibedakan lebih lanjut atas meranti merah muda yang lebih ringan dan meranti merah tua yang lebih berat. Namun terdapat tumpang tindih di antara kedua kelompok ini, sementara jenis-jenis Shorea tertentu kadang-kadang menghasilkan kedua macam kayu itu.Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti merah dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV; sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang bersentuhan dengan tanah. Namun kayu meranti merah cukup mudah diawetkan dengan menggunakan campuran minyak diesel dengan kreosot.Kayu ini lazim dipakai sebagai kayu konstruksi, panil kayu untuk dinding, loteng, sekat ruangan, bahan mebel dan perabot rumah tangga, mainan, peti mati dan lain-lain. Kayu meranti merah-tua yang lebih berat biasa digunakan untuk konstruksi sedang sampai berat, balok, kasau, kusen pintu-pintu dan jendela, papan lantai, geladak jembatan, serta untuk membuat perahu. Meranti merah baik pula untuk membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan venir untuk kayu lapis. Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu, bahan pembuatan kertas.Di samping menghasilkan kayu, hampir semua meranti merah menghasilkan damar, yakni sejenis resin yang keluar dari batang atau pepagan yang dilukai. Damar keluar dalam bentuk cairan kental berwarna kelabu, yang pada akhirnya akan mengeras dalam warna kekuningan, kemerahan atau kecoklatan, atau lebih gelap lagi.Beberapa jenis meranti merah menghasilkan buah yang mengandung lemak serupa kacang, yang dikenal sebagai tengkawang. Pada musim-musim tertentu setiap beberapa tahun sekali, buah-buah tengkawang ini dihasilkan dalam jumlah yang berlimpah-ruah.5. Daun Payung

Klasifikasi Ilmiah

Kerajaan :Plantae

(tidak termasuk)Monocots

(tidak termasuk)Commelinids

Ordo :Arecales

Famili :Arecaceae

Upafamili :Coryphoideae

Bangsa :Corypheae

Genus :Johannesteijsmannia

Spesies :J. altifrons

Daun Sang merupakan tanaman unik Indonesia. Tumbuhan Daun Sang yang mempunyai nama ilmiah Johannestijsmania altifrons ini mempunyai ukuran daun yang sangat besar mencapai 6 meter. Lebar daunnya mencapai 1 meter. Sayangnya hanya sedikit saja yang mengetahui keberadaan tanaman unik daun sang ini.Daun Sang oleh beberapa kalangan (termasuk Kementerian Kehutanan RI) diklaim sebagai tanaman endemik Sumatera, Indonesia yang hanya bisa ditemui di kawasan Aras Napal, Besitang. Sebuah wilayah di Kabupaten Langkat yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.Daun sang merupakan salah satu dari 4 spesies anggota genus Johannestijsmania yang hanya tumbuh di kawasan Asia Tenggara. Daun Sang merupakan anggota famili Arecaceae (Pinang-pinangan atau Palem).Nama ilmiah daun sang diambil dari nama Profesor Teijsman (Elias Teymann Johannes) seorang ahli botani dari Belanda yang pertama kali menemukan genus tanaman unik ini di pedalaman Sumatera Indonesia pada awal abad ke-19.Tumbuhan unik daun sang (Johannestijsmania altifrons) merupakan anggota palmae atau palem (arecaceae). Ciri khas tanaman unik ini mempunyai daun berbentuk berlian dengan ukuran mencapai panjang 6 meter dan lebar 1 meter, meskipun rata-rata yang ditemui hanya sepanjang 3 meter.Daun dari tumbuhan unik daun sang langsung menyembul dari tanah karna batang tanaman unik ini hanya pendek dan biasanya tersembunyi di tanah. Daun tanaman bernama ilmiah Johannestijsmania altifrons ini bergerigi pada tepinya.Daun sang termasuk tumbuhan yang tidak tahan terhadap sinar matahari langsung sehingga tanaman unik ini lebih sering ditemukan hidup di bawah naungan pepohonan. Daun sang (Johannestijsmania altifrons) hidup secara berkelompok membentuk rumpun namun penyebarannya sangat terbatas. Perkembangbiakan tanaman unik daun sang lebih banyak berasal dari dari anakan ketimbang dari bijinya yang tertutup oleh kulit tebal yang berbentuk bulat dan bergigi.Karena ukuran dan daunnya yang kuat, masyarakat setempat dahulu memanfaatkan daun sang yang unik sebagai atap rumah. Bahkan hingga sekarang banyak masyarakat di Besitang, Langkat yang menggunakan daun sang (Johannestijsmania altifrons) untuk membuat atap gubuk di ladang-ladangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alamendah. 2010. Daun Sang Tanaman Unik Panjang Daunnya 6 m. diakses tanggal 10 Mei 2010. http://alamendah.org/2010/05/10/daun-sang-tanaman-unik-panjang-daunnya-6-m/Alamendah. 2011. Palem Merah Pinang Merah Cyrtostachys renda Maskot Jambi. diakses tanggal 31 Maret 2011. http://alamendah.org/2011/03/31/palem-merah-pinang-merah-cyrtostachys-renda-maskot-jambi/Arifin, Wein. 2008. Jernang Tanaman Konservasi Bernilai Ekonomis Tinggi Melihat Budidaya Rotan Jernang Di Propinsi Jambi. diakses tanggal 15 Desember 2008. http://weinarifin.wordpress.com/2008/12/15/jernang-tanaman-konservasi-bernilai-ekonomis-tinggi-melihat-budidaya-rotan-jernang-di-propinsi-jambi/Dirjop. 2012. Manfaat dan Keunggulan Tanaman Kelapa. diakses bulan November 2012. http://dirjop.blogspot.com/2012/11/manfaat-dan-keunggulan-tanaman-kelapa.html/Fazlisyam. 2011. Pinang Merah. diakses tanggal 7 Mei 2011. http://fazlisyam.com/2011/05/07/pinang-merah/Hendros, Yudhi. 2012. Pohon Ulin Kayunya Sekeras Besi. diakses tanggal 25 Mei 2012. http://yudhihendros.wordpress.com/2012/05/25/pohon-ulin-kayunya-sekeras-besi/Tata, Hesti L. 2012. Jenis-jenis Hasil Hutan Bukan Kayu. diakses bulan Agustus 2012. http://kiprahagroforestri.blogspot.com/2012/08/jenis-jenis-hasil-hutan-bukan-kayu.html/http://id.wikipedia.org/wiki/Page 1 of 23