75
Asuhan keperawatan Asuhan keperawatan pada klien dengan TUR pada klien dengan TUR syndrom syndrom OLEH OLEH AINUR RUSDI AINUR RUSDI RSUD. DR.SOETOMO RSUD. DR.SOETOMO

TUR.RSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gawat darurat TUR.P

Citation preview

Asuhan keperawatan Asuhan keperawatan pada klien dengan TUR pada klien dengan TUR

syndromsyndrom

OLEHOLEHAINUR RUSDIAINUR RUSDI

RSUD. DR.SOETOMORSUD. DR.SOETOMO

Asuhan keperawatan Asuhan keperawatan pada klien dengan TUR pada klien dengan TUR

syndromsyndrom

AnatomiAnatomiUretra sampai ginjalUretra sampai ginjalLetak ginjal thorakal 12 – lumbal 3 Letak ginjal thorakal 12 – lumbal 3 Fungsi ginjal : Fungsi ginjal : 1. Keseimbangan elektrolit1. Keseimbangan elektrolit 2. Membersihkan sisa metabl.2. Membersihkan sisa metabl. (filtrasi,reabsorbsi, sekresi ion (filtrasi,reabsorbsi, sekresi ion

exchange,exchange, mekanis counter)mekanis counter) 3. Endokrin3. Endokrin 4. Erythropoetic4. ErythropoeticVaskularisasi jantung, aorta, arteri renalisVaskularisasi jantung, aorta, arteri renalis

ANATOMI.ANATOMI.

Ginjal terletak retro peritoneal.Ginjal terletak retro peritoneal. Sebelah kanan lebih rendah dari Sebelah kanan lebih rendah dari

pada kiri.pada kiri. Pada hilus terdapat : a.renalis, Pada hilus terdapat : a.renalis,

V.renalis, dan pelvis renalis.V.renalis, dan pelvis renalis. Renal blood flow(RBF) : 1000 – 1200 Renal blood flow(RBF) : 1000 – 1200

cc/mnt.wcc/mnt.w

ANATOMI FISIOLOGISISTIM PERKEMIHAN

GINJALURETER

BULIKELENJAR PROSTAT

URETRA

BULI – BULIBULI – BULI Fungsi menmpung urine kapasitas 300 – 400 ccFungsi menmpung urine kapasitas 300 – 400 cc Kapasitas buli anak Kapasitas buli anak ( umur + 2 ) x 30 cc menurut Koff( umur + 2 ) x 30 cc menurut Koff Tempat dibelakang simpisis saat kosong, ketika Tempat dibelakang simpisis saat kosong, ketika

penuh diatas simpisis sehingga dapat dipalpasipenuh diatas simpisis sehingga dapat dipalpasi Saat buli penuh akan memberi rangsang saraf Saat buli penuh akan memberi rangsang saraf

aferen menyebabkan aktv. pusat miksi (S 2-4)aferen menyebabkan aktv. pusat miksi (S 2-4) Buli mempunyai 3 lapis otot detrusor Buli mempunyai 3 lapis otot detrusor Longitudinal : dalam, sirkuler : tengah, Longitudinal : dalam, sirkuler : tengah,

longitudinal : luarlongitudinal : luar Unit vesiko-uretra prostatika disarafi Unit vesiko-uretra prostatika disarafi

parasimpatis dengan reseptor @ 1 adrenergik parasimpatis dengan reseptor @ 1 adrenergik menyebabkan peningkatan tonus ototmenyebabkan peningkatan tonus otot

Kelenjar ProstatKelenjar Prostat Letak pada inferior buli & didepan rectumLetak pada inferior buli & didepan rectum Membungkus uretra posterior sebesar biji Membungkus uretra posterior sebesar biji

kemiri ukuran 4 x 3 x 2.5, dengan berat 20 kemiri ukuran 4 x 3 x 2.5, dengan berat 20 gramgram

Terdiri dari zona perifer, central, transisional, Terdiri dari zona perifer, central, transisional, preprostatik sfingter & anterior (Mc.Neal 1970)preprostatik sfingter & anterior (Mc.Neal 1970)

Prostat menghasilkan salah satu komponen dari Prostat menghasilkan salah satu komponen dari cairan ejakulatcairan ejakulat

Mendapat inervasi onotomik simpati dan Mendapat inervasi onotomik simpati dan parasimpati dari fleksus prostatikusparasimpati dari fleksus prostatikus

Parasimpati meningkatakan sekresi, simpatis Parasimpati meningkatakan sekresi, simpatis menyebabkan pengeluaran cairan prostat menyebabkan pengeluaran cairan prostat keureterkeureter

Bila membesar akan membuntu uretraBila membesar akan membuntu uretra Hyperplasia prostat pada zona Hyperplasia prostat pada zona

transisionaltransisional Pertumbuhan carsinoma pada zona Pertumbuhan carsinoma pada zona

periferperifer Pertumbuhan kelenjar sangat Pertumbuhan kelenjar sangat

tergantung pada hormon testosterontergantung pada hormon testosteron Pria usia 60 tahun akan mengalami Pria usia 60 tahun akan mengalami

pembesaran kelenjar prostat 50 % dan pembesaran kelenjar prostat 50 % dan pada usia 80 tahun akan mengalami pada usia 80 tahun akan mengalami pembesaran prostat 80%pembesaran prostat 80%

DefinisiDefinisi Hiperplasia prostatik jinak (BPH)Hiperplasia prostatik jinak (BPH)

adalah kelenjar prostat adalah kelenjar prostat mengalami perbesaran, mengalami perbesaran,

memanjang ke atas ke dalam memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat kandung kemih dan menyumbat

aliran urin dengan menutup aliran urin dengan menutup orifisium uretraorifisium uretra

((Brunner & Suddarth,2002:1625Brunner & Suddarth,2002:1625))..

Etiologi Pembesaran Prostat (BPH)Etiologi Pembesaran Prostat (BPH) Belum diketahui secara pastiBelum diketahui secara pasti Hipotesis menyebutkan hiperplasia prostat Hipotesis menyebutkan hiperplasia prostat

erat kaitanya denga peningkatan kadar erat kaitanya denga peningkatan kadar Dihidrotestosteros (DHT) dan proses agingDihidrotestosteros (DHT) dan proses aging

1. DHT1. DHT 2. Ketidak seimbangan estrogen-2. Ketidak seimbangan estrogen-

tertosterontertosteron 3. Interaksi sel stoma dan sel epitel 3. Interaksi sel stoma dan sel epitel

prostatprostat 4. Apoptosis4. Apoptosis 5. Teori stem sel5. Teori stem sel

Theory

Dihydrotestosteronhypothesis

Oestrogen-test.imbalance

Stromal-epithelialinteractions

Reduced cell death

Stem cell theory

Theories for the cause of BPHCause

5- reductase and androgen receptors

Oestrogens Testosteron

Epidermal growtfactor/fibroblastgrowth factor

Transforming growth fact

Oestrogens Stem cells

Effect

Epithelial and stromalhyperplasia

Stromal hyperplasia

Epithelial and stromalhyperplasia

Longevity of stroma & pithelium

Proliferation of transit cells

Teori DihhidrotestosteronTeori Dihhidrotestosteron DHT adalah metabolis androgen sangat DHT adalah metabolis androgen sangat

penting untuk pertumbuhan sel kelenjar penting untuk pertumbuhan sel kelenjar prostatprostat

Ikatan testosteron ( enzim 5 @ - Ikatan testosteron ( enzim 5 @ - reduktase) dengan bantuan koenzim reduktase) dengan bantuan koenzim NADPH NADPH

Menbentuk DHT yang berikatan dengan Menbentuk DHT yang berikatan dengan androgen ( RA ) menjadi DHT-RAandrogen ( RA ) menjadi DHT-RA

Membentuk sintesis protein growth Membentuk sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostatsel prostat

Testoteron

5 reduktase

DHT

DHT + AR ( Androgen receptor)

Sel tumbuh

Testoteron

5 reduktase

DHT

DHT + AR ( Androgen receptor)

Sel tumbuh

Teori DHTTeori DHT

Teori ketidak seimbangan Estrogen – Teori ketidak seimbangan Estrogen – TestosteronTestosteron

Semakin tua usia kadar testosteron akan Semakin tua usia kadar testosteron akan menurun dalam serum, sedang kadar menurun dalam serum, sedang kadar estrogen relatip tetap.estrogen relatip tetap.

Sehingga ratio/perbandingan testosteron Sehingga ratio/perbandingan testosteron - estrogen relatif meningkat - estrogen relatif meningkat menyebabkan hiperplasia.menyebabkan hiperplasia.

Estrogen dalam prostat berperan Estrogen dalam prostat berperan terjadinya proliferasi sel kelenjar prostatterjadinya proliferasi sel kelenjar prostat

Hasil akhir menjadikan massa prostat Hasil akhir menjadikan massa prostat lebih besarlebih besar

Hipothesa Growth FactorHipothesa Growth Factor Hipotesa stoma – epitel (Epitelial Hipotesa stoma – epitel (Epitelial

Reawakening)Reawakening) Pertumbuhan sel dikontrol oleh lingkunganyaPertumbuhan sel dikontrol oleh lingkunganya Stroma dan epitel saling mempengaruhi Stroma dan epitel saling mempengaruhi

kelenjar prostat, pengaruh jaringan stroma kelenjar prostat, pengaruh jaringan stroma pada komponen epitel disebut Epitelia pada komponen epitel disebut Epitelia ReawakeningReawakening

Androgen secara tidak langsung Androgen secara tidak langsung mempengaruhi kelenjar prostat dengan mempengaruhi kelenjar prostat dengan beberapa macam, EGF, FGF, TGF yang akan beberapa macam, EGF, FGF, TGF yang akan menyebabkan muskulus destrusor hypertropimenyebabkan muskulus destrusor hypertropi

Hipothesa TEP - NATEHipothesa TEP - NATE

Testicular Epidydimal Plasma Testicular Epidydimal Plasma Non Androgenik Testic FactorsNon Androgenik Testic Factors Hipothesa membuktikan dalam komponen Hipothesa membuktikan dalam komponen

semen yang berasal dari testis dan semen yang berasal dari testis dan epidydimis terdapat mitogen, growth epidydimis terdapat mitogen, growth stimulating factors.stimulating factors.

Terpaparnya bertahun-tahun kelenjar Terpaparnya bertahun-tahun kelenjar prostat terhadap NATF nenyebabkan BPHprostat terhadap NATF nenyebabkan BPH

Hal ini menjelaskan proses hyperplasia Hal ini menjelaskan proses hyperplasia bermula dari zona transisibermula dari zona transisi

Patofisiologi Patofisiologi Hiperplasia Prostat Hiperplasia Prostat

Penyempitan uretraPenyempitan uretra

Tek. IntravesikalTek. Intravesikal

Buli Buli Ginjal & Ureter Ginjal & Ureter- Hipertropi otot - Refluk vesiko-Hipertropi otot - Refluk vesiko-

ureterureter- Trabekulasi - HindroureterTrabekulasi - Hindroureter- Selula - Selula -

HindronefrosisHindronefrosis- Divertikel buli - Pionefrosis Divertikel buli - Pionefrosis

- Gagal ginjal- Gagal ginjal

Manifestasi KlinisManifestasi Klinis

Sindroma ProtatismeSindroma Protatisme

Lower Urinary Tract Symtoms Lower Urinary Tract Symtoms ( LUTS )( LUTS )

Gejala Obstruktif Gejala Obstruktif

Gejala IritatfGejala Iritatf

BPHLUTS keluhan obstruktif:

1. Hesitansi2. Pancaran lemah3. Mengejan4. Kencing lama5. Terasa tak habis6. Retensi urin7. Overflow Incontinence

(ischuria paradoxa)

Gejala ObstruktifGejala Obstruktif Hesitansi : saat ada di kamar kecil tidak Hesitansi : saat ada di kamar kecil tidak

dapat segera bak tetapi menunggu dapat segera bak tetapi menunggu beberapa saat, dikarenakan detrusor beberapa saat, dikarenakan detrusor memerlukan waktu untuk dapat memerlukan waktu untuk dapat melampaui di uretramelampaui di uretra

Pencaran urin melemah & mengecilPencaran urin melemah & mengecil Pancaran tidak bisa jatuh jauh kedepan Pancaran tidak bisa jatuh jauh kedepan

pasienpasien IntermittensiIntermittensi Terminal dribblingTerminal dribbling Terasa ada sisa setelah miksiTerasa ada sisa setelah miksi

Gejala IritatifGejala Iritatif1.1. UrgensiUrgensi Sulit menahan miksi dan keadaan menjadi Sulit menahan miksi dan keadaan menjadi

progesif keluaran tidak bisa ditahanprogesif keluaran tidak bisa ditahan2.2. FrekwensiFrekwensi Miksi lebih sering dari biasanyaMiksi lebih sering dari biasanya Miksi malam hari (nokturia), siang hari Miksi malam hari (nokturia), siang hari

(diurna)(diurna) Nokturia lebih sering terjadi, karena saat Nokturia lebih sering terjadi, karena saat

tidur nilai ambang (stetcht receptor) buli tidur nilai ambang (stetcht receptor) buli rendah.rendah.

3.3. DisuriaDisuria Bila didapat gejala ini pada BPH maka Bila didapat gejala ini pada BPH maka

harus dipikirkan penyulit seperti infeksi / harus dipikirkan penyulit seperti infeksi / batu bulibatu buli

Surabaya Skoring Sindrom Surabaya Skoring Sindrom ProstatProstatSelama 1 bulan lalu jarang sering Selama 1 bulan lalu jarang sering

selaluselalu1.Setelah bak ada sisa 1 2 1.Setelah bak ada sisa 1 2

332.Jarak bak < 2 jam 1 2 32.Jarak bak < 2 jam 1 2 33.Saat bak pancaran 1 2 33.Saat bak pancaran 1 2 3 berhenti, keluar lagi berhenti, keluar lagi 4.Bak tidak bisa ditahan 1 2 34.Bak tidak bisa ditahan 1 2 35. Pancaran miksi lemah 1 2 35. Pancaran miksi lemah 1 2 36.Memulai miksi mengejan 1 2 36.Memulai miksi mengejan 1 2 37.Malam terbangun untuk 1x 2 x > 7.Malam terbangun untuk 1x 2 x >

33 miksimiksi

International Prostate Symptom Score (I-International Prostate Symptom Score (I-PSS)PSS)

Doddy M.Soebadi, 1999

I-PSS (International Prostate Symptom Score)

Dalam 1 bulan terakhir:

• 1. Terasa sisa kencing 0 1 2 3 4 5

• 2. Sering kencing 0 1 2 3 4 5

• 3. Terputus-putus 0 1 2 3 4 5

• 4. Tidak bisa menunda 0 1 2 3 4 5

• 5. Pancaran lemah 0 1 2 3 4 5• 6. Mengejan 0 1 2 3 4 5

• 7. Kencing malam 0 1 2 3 4 5

Total …….

Total IPSS score: 0-7: ringan, 8-18 : sedang, 19-35 : berat

Pemeriksaan Pemeriksaan laboratoriumlaboratorium

Darah lengkapDarah lengkap Urine lengkap, biakan Urine lengkap, biakan

kumankuman Faal ginjalFaal ginjal Faal hatiFaal hati Gula darah Gula darah PSAPSA

Pemeriksaan Pemeriksaan uroflowmetriuroflowmetri

Menentukan parameter dinamik urineMenentukan parameter dinamik urine Syarat agar akurat :Syarat agar akurat :

150 cc 400 150 cc 400 cccc 200-300 cc ideal 200-300 cc ideal

Q max :Q max :>15 ml/detik>15 ml/detik : non : non

obstruktifobstruktif10-15 ml/detik10-15 ml/detik : borderline: borderline<10ml/detik<10ml/detik : obstruktif: obstruktif

Pemeriksaan imaging dan Pemeriksaan imaging dan rontgenologisrontgenologis

1. ULTRASONOGRAFI1. ULTRASONOGRAFIA. KonsistensiA. Konsistensi

HipoekoikHipoekoik : curiga keganasan: curiga keganasanShadowingShadowing: batu prostat: batu prostat

B. Volume ProstatB. Volume Prostat0.52 X d1 X d2 X d3 ml0.52 X d1 X d2 X d3 mld1d1 : : Ø transversalØ transversald2d2 : Ø longitudinal: Ø longitudinald3d3 : Ø sagital: Ø sagital

C. Patologi lain dalam buli-buliC. Patologi lain dalam buli-buli

Pemeriksaan imaging dan Pemeriksaan imaging dan rontgenologisrontgenologis

2. PYELOGRAFI INTRAVENA (IVP)2. PYELOGRAFI INTRAVENA (IVP) SelektifSelektif USG kurang invasiveUSG kurang invasive Kelainan upper tract (jarang)Kelainan upper tract (jarang) Indikasi :Indikasi :

Disertai hematuriaDisertai hematuria Gejala iritatif menonjolGejala iritatif menonjol Disertai urolithiasisDisertai urolithiasis

Tanda BPH (pada IVP)Tanda BPH (pada IVP) Impresi prostatImpresi prostat “ “Hockey Stick” ureterHockey Stick” ureter TrabekulasiTrabekulasi Selulae / divertikelSelulae / divertikel

PEMERIKSAAN PANENDOSKOPI

•Uretra anterior : ada striktura ?•Bagian prostat yang membesar•Panjang prostat yang obstruktif

Menentukan teknik operasi•Patologi lain dalam buli-buli

PEMERIKSAAN PANENDOSKOPI

•Uretra anterior : ada striktura ?•Bagian prostat yang membesar•Panjang prostat yang obstruktif

Menentukan teknik operasi•Patologi lain dalam buli-buli

Pemeriksaan FisikPemeriksaan Fisik Palpasi abdoment ginjal teraba, maka Palpasi abdoment ginjal teraba, maka

curiga hidronefrosis karena statis urincuriga hidronefrosis karena statis urin Nyeri tekan cuirga pyelonefritisNyeri tekan cuirga pyelonefritis Inspeksi daerah supra sispisis menonjolInspeksi daerah supra sispisis menonjol Penunjolan bila ditekan teraba ballotement Penunjolan bila ditekan teraba ballotement

dan akan terasa ingin miksidan akan terasa ingin miksi Pemeriksaan uretra untuk deteksi penyakit Pemeriksaan uretra untuk deteksi penyakit

lain seperti stenosis meatus, striktur uretra, lain seperti stenosis meatus, striktur uretra, batu.batu.

Skrotum diperiksa menentukan adanya Skrotum diperiksa menentukan adanya herniahernia

Rectal Toucher ( RT )Rectal Toucher ( RT ) Menentukan konsistensi dari prostat Menentukan konsistensi dari prostat Prostat benigna akan teraba seperti ujung Prostat benigna akan teraba seperti ujung

hidung, permukaan rata/halus, bali ada bagian hidung, permukaan rata/halus, bali ada bagian tadak rata curigai adanya carsinoma, tadak rata curigai adanya carsinoma, prostatitis, tbc prost.prostatitis, tbc prost.

Menentukan besarnya prostatMenentukan besarnya prostat Prostat normal sebesar jeruk nipis/kemiriProstat normal sebesar jeruk nipis/kemiri Derajat I berat 20 gram lebih sedikitDerajat I berat 20 gram lebih sedikit Derajat II berat 20 – 40 gram jelas menonjolDerajat II berat 20 – 40 gram jelas menonjol Derajat III berat > 40 gram, menonjol batas Derajat III berat > 40 gram, menonjol batas

atas prostat tidak teraba, tangan meraba atas prostat tidak teraba, tangan meraba simpisis, buli kosaong & prostat teraba pada simpisis, buli kosaong & prostat teraba pada palpasi diatas simpisispalpasi diatas simpisis

Colok Colok duburdubur Syarat : buli-buli kosong / dikosongkanSyarat : buli-buli kosong / dikosongkan Tujuan :Tujuan :

1. menentukan konsistensi prostat1. menentukan konsistensi prostat2. Menentukan besar prostat2. Menentukan besar prostat - akurasi rendah - akurasi rendah - perlu pengalaman - perlu pengalaman - faktor subyektif pemeriksa - faktor subyektif pemeriksa - dapat membesar intravesikal - dapat membesar intravesikal3. Menentukan sistem syaraf unit 3. Menentukan sistem syaraf unit vesikouretravesikouretra - tonus sfingter ani :tdk terasa - tonus sfingter ani :tdk terasa longgar pd jarilonggar pd jari

- bulbocavernosa refleks +- bulbocavernosa refleks +

Pemeriksaan LaboratariumPemeriksaan Laboratarium Darah lengkapDarah lengkap Faal ginjal, elektrolit serum, GDAFaal ginjal, elektrolit serum, GDA Urinalisis, bakteriologi dan hematuriUrinalisis, bakteriologi dan hematuri UroflowmetriUroflowmetri

representatif 150 cc – 400 cc, Ideal 200 representatif 150 cc – 400 cc, Ideal 200 – 300 cc– 300 cc

Penilaian : > 15cc/detik : non Penilaian : > 15cc/detik : non obstruktifobstruktif

10-15cc/detik : border line10-15cc/detik : border line

< 10cc/detik : obstruktif < 10cc/detik : obstruktif

Rontgenologik/imagingRontgenologik/imaging

USGUSG Gambaran adanya batu, tumor buli, retensi Gambaran adanya batu, tumor buli, retensi

urinurin IVPIVP Dilakukan bila ada gejala prostatisme, Dilakukan bila ada gejala prostatisme,

gejala iritatif yang menonjol, adanya batu gejala iritatif yang menonjol, adanya batu saluran kemih pada UGS maupun foto polos saluran kemih pada UGS maupun foto polos abdomentabdoment

Tanda BPH pada IVPTanda BPH pada IVP Bayangan impresi pada dasar buliBayangan impresi pada dasar buli Ureter distal berbentuk stick golfUreter distal berbentuk stick golf Adanya selulae atau divertikel buli - buliAdanya selulae atau divertikel buli - buli

Penyulit BPHPenyulit BPH Menurunya kualitas hidup Menurunya kualitas hidup Infeksi saluran kencingInfeksi saluran kencing Terbentuknya batu buli – buliTerbentuknya batu buli – buli HerniaHernia Sakulasi & divertikel dinding buliSakulasi & divertikel dinding buli HemoroidHemoroid Redual urin & retensio urin akut/kronikRedual urin & retensio urin akut/kronik Gangguan fungsi ginjal & HibronefrosisGangguan fungsi ginjal & Hibronefrosis Inkontinensia paradoxInkontinensia paradox HematuriHematuri

Penatalaksaan MedisPenatalaksaan Medis

Watchful ( observasi )Watchful ( observasi ) MedikamentosaMedikamentosa PembedahanPembedahan Alternatif lainAlternatif lain

WATCHFUL WAITING•Sebagian besar tanpa keluhan•Tanpa penyulit / gejala•Kualitas hidup tetap baik

INDIKASI•BPH dengan IPSS ringan•Baseline data normal•Flowmetri : non obstruktif

FOLLOW-UP•Tiap 3-6 bulan•Ulangi :

•IPSS•Flow (6 bulan)•PSA (6-12 bulan)

WATCHFUL WAITING•Sebagian besar tanpa keluhan•Tanpa penyulit / gejala•Kualitas hidup tetap baik

INDIKASI•BPH dengan IPSS ringan•Baseline data normal•Flowmetri : non obstruktif

FOLLOW-UP•Tiap 3-6 bulan•Ulangi :

•IPSS•Flow (6 bulan)•PSA (6-12 bulan)

Watchful ( observasi )Watchful ( observasi ) Observasi berkala tidak memberikan Observasi berkala tidak memberikan

pengobatanpengobatan Pengawasan setiap 3 – 6 bulan kemudian Pengawasan setiap 3 – 6 bulan kemudian

setiap tahun tergantung keadaan.setiap tahun tergantung keadaan. Dinilai dari skor dari simtom, fisik, lab & Dinilai dari skor dari simtom, fisik, lab &

flow flow Indikasi dari “Watchful” adalah BPH yang Indikasi dari “Watchful” adalah BPH yang

ditemukan secara kebetulanditemukan secara kebetulan Keluhan ringan berdasarkan nilai skorringKeluhan ringan berdasarkan nilai skorring Tidak dijumpai penyuitTidak dijumpai penyuit

MedikamentosaMedikamentosa

BPH ringan, sedang dan berat tanpa BPH ringan, sedang dan berat tanpa penyulitpenyulit

Ektrak tanaman Ektrak tanaman ( phito terapi ) ( phito terapi ) Hypoxis Rosperi Hypoxis Rosperi (rumput afrika) (rumput afrika) Sabalserrulatum Sabalserrulatum ( palem kerdil ) ( palem kerdil ) Serenoa repens Serenoa repens ( palem kerdil )( palem kerdil ) Curubita pepo Curubita pepo ( biji waloh )( biji waloh ) Pygeum Africanum Pygeum Africanum ( Plum Africa )( Plum Africa )

Obat PhitoterapiObat Phitoterapi Tablet LanaprostTablet Lanaprost

Mengandaung 80 mg ektrak Serenoa Mengandaung 80 mg ektrak Serenoa Repens.Repens.

Dosis 1 – 2 tablet, 2 x sehari selama 3 bulanDosis 1 – 2 tablet, 2 x sehari selama 3 bulan Kapsul TadenanKapsul Tadenan

Mengandung 50 mg ektrak pygenium AfricaMengandung 50 mg ektrak pygenium Africa

Dosis 1 kapsul, 2 x sehari selama 6-8 Dosis 1 kapsul, 2 x sehari selama 6-8 mingguminggu

Bekerja sebagai inhibitor beta fibroblast Bekerja sebagai inhibitor beta fibroblast grawth factor.grawth factor.

Golongan Alfa Blocker digunakan sebagai Golongan Alfa Blocker digunakan sebagai anti pertensi, pada terapi BPH digunakan anti pertensi, pada terapi BPH digunakan oleh Caine pada tahun 1078.oleh Caine pada tahun 1078.

Sebelum menggukan obat ini dilakukan Sebelum menggukan obat ini dilakukan pra evaluasi : tidak boleh diberikan pada pra evaluasi : tidak boleh diberikan pada pasien hipotensi dan strokepasien hipotensi dan stroke

Macam obatnya : Prazosin, Doxazosin, Macam obatnya : Prazosin, Doxazosin, Tarazosin, Tamsulosin, Alfazosis & Tarazosin, Tamsulosin, Alfazosis & BunazosinBunazosin

Penggunaan obat ini mengalami Penggunaan obat ini mengalami perbaikan 60 %perbaikan 60 %

Efeksamping sakit kepala 10 – 15 %Efeksamping sakit kepala 10 – 15 %

PembedahanPembedahan

Pembedahan dilakukan bila dengan Pembedahan dilakukan bila dengan obatobat

( 40 – 70 % ) tidak ada perbaikan.( 40 – 70 % ) tidak ada perbaikan. Adanya retensio urin akutAdanya retensio urin akut Resedual urin lebih dari 100 ccResedual urin lebih dari 100 cc BPH dengan penyulit BPH dengan penyulit Flowmetri menunjukkan obstruktifFlowmetri menunjukkan obstruktif

• Retensi urin• ISK berulang• Sisa kencing pasca miksi > 100 ml• BPH dengan penyulit• Terapi medikamentosa gagal• Flowmetri pola obstruktif

• Retensi urin• ISK berulang• Sisa kencing pasca miksi > 100 ml• BPH dengan penyulit• Terapi medikamentosa gagal• Flowmetri pola obstruktif

INDIKASI OPERASIINDIKASI OPERASI

Pembedahan BPHPembedahan BPH Open ProstatektomiOpen Prostatektomi

Dilakukan pada BPH besar yang Dilakukan pada BPH besar yang diperkirakan diperkirakan

tidak dapat dilakukan direseksi dengan tidak dapat dilakukan direseksi dengan

sempurna dalam 1 jam.sempurna dalam 1 jam.

BPH dengan penyulit, misalnya batu BPH dengan penyulit, misalnya batu buli buli

diameter 2,5 cm atau multiple.diameter 2,5 cm atau multiple. T U RT U R

TURP ( TURP ( Trans Urethral Resection of Trans Urethral Resection of the Prostatethe Prostate))

Pembedahan dengan laser ( Pembedahan dengan laser ( Laser Laser Prostatectomy )Prostatectomy )

Penyulit Durante OperasiPenyulit Durante Operasi PerdarahanPerdarahan Perdarahan sekitar 4 % yang sampai tranfusiPerdarahan sekitar 4 % yang sampai tranfusi Sindroma TURSindroma TUR Terjadi bila sinus venosus terbuka dan tidak Terjadi bila sinus venosus terbuka dan tidak

diketahui, sehingga cairan irigasi masuk dan diketahui, sehingga cairan irigasi masuk dan terjadi hiponatremi, hipertensi dan terjadi hiponatremi, hipertensi dan bradikardi.bradikardi.

PerforasiPerforasi Dapat terjadi pada dinding bili daerah Dapat terjadi pada dinding bili daerah

trigonum atau kapsul prostat, biasanya pada trigonum atau kapsul prostat, biasanya pada saat memasukkan alat rejeksi/saat evakuasi saat memasukkan alat rejeksi/saat evakuasi menggunakan evakator.menggunakan evakator.

Bila perforasi intra peritonial harus Bila perforasi intra peritonial harus dilakukan repair terbuka dan pasang dilakukan repair terbuka dan pasang sistostomi.sistostomi.

Penyulit Pasca Operasi Penyulit Pasca Operasi DiniDini

I S KI S K SeptikemiaSeptikemia Retensi Bekuan DarahRetensi Bekuan Darah Retensi UrinRetensi Urin Perdarahan scunderPerdarahan scunder Inkontinensia UrinInkontinensia Urin

Penyulit Pasca Operasi Penyulit Pasca Operasi LambatLambat

ImpotensiaImpotensia Ejakulasi retrogradEjakulasi retrograd Uretra strikturUretra striktur Stenosis leher buli – buliStenosis leher buli – buli Osteitis pubisOsteitis pubis Prostat KambuhProstat Kambuh

Pasca Operasi DiniPasca Operasi Dini ISK sampai SeptikemiaISK sampai Septikemia Menurut Klasifikasi dari Burnakis maka Menurut Klasifikasi dari Burnakis maka

operasi prostat termasuk bersih operasi prostat termasuk bersih terkontaminasi & termasuk kotor bila terkontaminasi & termasuk kotor bila biakan urin positipbiakan urin positip

Untuk pencegahan diberikan antibiotik, Untuk pencegahan diberikan antibiotik, bila biakan negatif, antibiotik profilaksis.bila biakan negatif, antibiotik profilaksis.

Septikemia dan shock merupakan Septikemia dan shock merupakan penyebab kematian pasca operasi prostatpenyebab kematian pasca operasi prostat

ISK pasca operasi adalah prostitis akut, ISK pasca operasi adalah prostitis akut, plylonefritis, uritritis dan epididimitisplylonefritis, uritritis dan epididimitis

Retensi Bekuan DarahRetensi Bekuan Darah Bisa terjadi sebelum dan sesudah kateter Bisa terjadi sebelum dan sesudah kateter

dilepasdilepas Bila terjadi sebelum kateter dilepas maka Bila terjadi sebelum kateter dilepas maka

dilakukandilakukan “spoelling”. Bila terjadi setelah kateter dilepas maka

pasang dower kateter beberapa hari sampai bekuan lisis

Angkah kejadian bekuan darah pasca operasi sekitar 3 %.

Pencegahan dengan irigasi kontinyu pasca bedah dan traksi kateter 2 x 24 jam

Retensi UrinRetensi Urin

Setelah kateter dilepas dapat Setelah kateter dilepas dapat mengalami retensi urin, insiden mengalami retensi urin, insiden sekitar 3 %.sekitar 3 %.

Retensi urine akibat bekuan darahRetensi urine akibat bekuan darah Retensi urin akibat Retensi urin akibat “chips” “chips” prostat. prostat. Muskulus detrusor masih dalam fase Muskulus detrusor masih dalam fase

dekompensasi dekompensasi

Perdarahan scunderPerdarahan scunder

Hematuri terjadi setelah urin jernihHematuri terjadi setelah urin jernih Perdarahan ringan akan berhenti Perdarahan ringan akan berhenti

sendirisendiri Bila perdarahan banyak, cara Bila perdarahan banyak, cara

mengatasi seperti retensi bekuan darah mengatasi seperti retensi bekuan darah didepandidepan

Pasien dianjurkan minum banyak Pasien dianjurkan minum banyak Mengurangi aktivitasMengurangi aktivitas Tidak boleh mengejanTidak boleh mengejan

Inkontinensia UrinInkontinensia Urin Terjadi setelah kateter dilepasTerjadi setelah kateter dilepas Urgen Inkontinensia : tidak mampu Urgen Inkontinensia : tidak mampu

menahan miksi / ngompol, sembuh sendirimenahan miksi / ngompol, sembuh sendiri Total Inkontinensia : selalu ngompol, jadi Total Inkontinensia : selalu ngompol, jadi

buliselalu kosong dan tidak pernah miksi.buliselalu kosong dan tidak pernah miksi. Penyebab rusaknya sphinkter ekternus Penyebab rusaknya sphinkter ekternus

misalnya tereseksi, kerusakan ringan misalnya tereseksi, kerusakan ringan sembuh sendiri.sembuh sendiri.

Kerusakan berat menyebabkan Kerusakan berat menyebabkan Inkontinensia permanen, mengatasinya Inkontinensia permanen, mengatasinya pasang spinkter protesapasang spinkter protesa

TERAPI ALTERNATIVE BPHTERAPI ALTERNATIVE BPH

1.1.TUIPTUIP2.2.TUBDTUBD3.3.PROSTAT STENTPROSTAT STENT4.4.KRIYOTERAPIKRIYOTERAPI5.5.HIPERTERMIAHIPERTERMIA6.6.TERMOTERAPITERMOTERAPI7.7.TUNATUNA8.8.TERAPI ULTRASONIKTERAPI ULTRASONIK9.9.TULIPTULIP

Transurethral Microwave Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT) Thermotherapy (TUMT)

PENGKAJIANPENGKAJIAN AnamnesaAnamnesa Pengkajian FisikPengkajian Fisik

B1(Breathing):B1(Breathing): tidak mengalami gangguan tidak mengalami gangguan B2(Bleeding):B2(Bleeding): tidak mengalami gangguan tidak mengalami gangguan B3(brain):B3(brain): tidak mengalami gangguan tidak mengalami gangguan B4 (Bladder):B4 (Bladder): Inspeksi: inspeksi daerah supra simfiser, Inspeksi: inspeksi daerah supra simfiser,

jika dalam keadaan retensio urin akan jika dalam keadaan retensio urin akan kelihatan menonjol, inspeksi keadaan umum kelihatan menonjol, inspeksi keadaan umum klien.klien.

Palpasi: Palpasi bimanual pada abdomen, Palpasi: Palpasi bimanual pada abdomen, bila nyeri pada saat ditekan agak kuat, bila nyeri pada saat ditekan agak kuat, mungkin terdapat pyelonefritis, palpasi mungkin terdapat pyelonefritis, palpasi massa/ tumor supra pubik, distensi bladder.massa/ tumor supra pubik, distensi bladder.

Perkusi abdomen ada tidaknya residual urin.Perkusi abdomen ada tidaknya residual urin. B5 (Bowel):B5 (Bowel): tidak mengalami gangguan tidak mengalami gangguan B6 (Bone):B6 (Bone): tidak mengalami gangguan tidak mengalami gangguan

Jenis Jenis Pemeriksaan:Pemeriksaan:

1.1. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik inspeksi daerah supra simfiserinspeksi daerah supra simfiser perkusi ada tidaknya residual urinperkusi ada tidaknya residual urin Rectal Toucher Rectal Toucher Palpasi bimanualPalpasi bimanual daerah pinggang daerah pinggang

2.2. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratoriumPemeriksaan laboratorium Pemeriksaan UroflowmetriPemeriksaan Uroflowmetri Pemeriksaan tekanan pancaranPemeriksaan tekanan pancaran Pemeriksaan volume residu urinPemeriksaan volume residu urin Pemeriksaan pencitraanPemeriksaan pencitraan Pemeriksaan panendoskopiPemeriksaan panendoskopi

Diagnosa KeperawatanDiagnosa Keperawatan Gangguan pola eliminasi urin (retensi Gangguan pola eliminasi urin (retensi

urin) b.durin) b.d Obstruksi oleh pembesaran prostatObstruksi oleh pembesaran prostat Ketidakmampuan kandung kemih untuk Ketidakmampuan kandung kemih untuk

berkontraksi dengan adekuatberkontraksi dengan adekuat Dekompensasi otot destrusorDekompensasi otot destrusor

Nyeri b.d obstruksi traktus urinariusNyeri b.d obstruksi traktus urinarius Gangguan pola tidur b.d. nokturiaGangguan pola tidur b.d. nokturia Kecemasan b.d tindakan pembedahanKecemasan b.d tindakan pembedahan

Rencana keperawatanRencana keperawatan

11. . Dx : Retensi urin b.d dekompensasi otot Dx : Retensi urin b.d dekompensasi otot detrusordetrusor

Tujuan :Tujuan : mengurangi obstruksi sehingga mengurangi obstruksi sehingga

pengosongan sempurnapengosongan sempurna muskulus destrusor berfungsi baikmuskulus destrusor berfungsi baik kontraksi bladder baikkontraksi bladder baik

Kriteria hasil :Kriteria hasil : Klien mampu mengosongkan kandung Klien mampu mengosongkan kandung

kemihkemih Urin tidak menetesUrin tidak menetes Berkemih dengan jumlah yang cukup,tak Berkemih dengan jumlah yang cukup,tak

teraba distensi kandung kemihteraba distensi kandung kemih Residu pasca berkemih kurang dari 50 mlResidu pasca berkemih kurang dari 50 ml

INTERVENSI KEPERAWATANINTERVENSI KEPERAWATAN INTERVENSIINTERVENSI RASIONALRASIONAL

1.1. Anjurkan klien Anjurkan klien untuk berkemih tiap untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.tiba-tiba dirasakan.

2. Berikan obat 2. Berikan obat sesuai indikasi sesuai indikasi antispasmodic,contoantispasmodic,contoh, oksibutinin h, oksibutinin klorida (Ditropan).klorida (Ditropan).

3. Awasi, catat, waktu 3. Awasi, catat, waktu dan jumlah tiap dan jumlah tiap berkemih.berkemih.

4. Berikan intake 4. Berikan intake cairan – 3000 cairan – 3000 cc/hari bila sistem cc/hari bila sistem kardio baikkardio baik

1.1. Meminimalkan retensi Meminimalkan retensi urin distensi urin distensi berlebihan pada berlebihan pada kandungkandung kemihkemih

2.2. Menghilangkan Menghilangkan spasme kandung spasme kandung sehubungan dengansehubungan dengan iritasi oleh kateteriritasi oleh kateter

3.3. Retensi urin Retensi urin meningkatkan meningkatkan tekanan dalam saluran tekanan dalam saluran perkemihan atas, yang perkemihan atas, yang dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi fungsi ginjal.fungsi ginjal.

4.4. Kehilangan fungsi Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi penurunan eliminasi cairan dan akumulasi cairan dan akumulasi sisa toksik, dapat sisa toksik, dapat berlanjut ginjal total.berlanjut ginjal total.

No Tanggal J a m Spoel PZ

OUT PUT

Urine

K e t.

1 1 – 1 - 2015

07.00 – 08.00

300 cc 450 cc

150 cc

2 08.00 – 09.00

200 cc 300 cc

100 cc

3 09.00 – 10.00

250 cc 350 cc

100 cc

4 10.00 – 11.00

250 cc 300 cc

5 11.00 – 12.00

300 cc 300 cc

6

7

BALANCE CAIRAN