21
A. Definisi Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (Brunner and Sudarth, 1994). Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadran (Mansjoer, 2000). Demam thypoid dan demam paratyphoid adalah infeksi akut usus halus (Juwono, 1996). Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fagosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001). Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiah, 2005). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ). B. Epidemiologi Angka kejadian demam tifoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika

Typoid1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penyakit

Citation preview

A. DefinisiTyphoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. (Brunner and Sudarth, 1994).Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadran (Mansjoer, 2000).Demam thypoid dan demam paratyphoid adalah infeksi akut usus halus (Juwono, 1996).Demam thypoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fagosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001).Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiah, 2005). Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).B. EpidemiologiAngka kejadian demam tifoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan di negara kita. Di Indonesia sendiri, demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam tifoid erat kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun. Perbedaan antara demam tifoid pada anak dan dewasa adalah mortalitas (kematian) demam tifoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan dewasa. Risiko terjadinya komplikasi fatal terutama dijumpai pada anak besar dengan gejala klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa. Demam tifoid pada anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan mempunyai gejala klinis ringan.C. Etiologia. Faktor PenyebabPenyebab demam thypoid adalah Salmonella thyposa, basil gram negative, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya empat macam antigen yaitu antigen O (somatic), H (flagella), Vi, dan protein membrane hailin (Mansjoer, Arief, 2000).b. Faktor PencetusMenurut Sarwono (1996) penyebaran tjypoid tidak bergantung pada iklim, tetapi banyak dijumlah Negara yang beriklim tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan kebersihan individu dan lingkungan.c. Faktor ResikoSejumlah kecil penderita yang sembuh dari demam tifoid akan tetap menyimpan bakteri Salmonella di dalam usus dan kantung empedu, bahkan selama bertahun-tahun. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.D. PatogenesisPatogenesis demam tifoid merupakan proses yang kompleks yang melalui beberapa tahapan. Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum terminalis. Di usus, bakteri melekat pada mikrovili, kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam vakuola intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14 hari. Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam sistem peredaran darah dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode inkubasi. Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen. Bakteremia dapat menetap selama beberapa minggu bila tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini, bakteri tersebar luas di hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyers patches di mukosa ileum terminal. Ulserasi pada Peyers patches dapat terjadi melalui proses inflamasi yang mengakibatkan nekrosis dan iskemia. Komplikasi perdarahan dan perforasi usus dapat menyusul ulserasi. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam organ-organ sistem retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi kembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa kuman atau carrier.E. PatofisiologiKuman Salmonella typosa masuk melalui mulut, setelah melewati aliran selanjutnya akan kedinding usus halus melalui aliran limfa kekelenjar mesentrium mengadakan multipikasi (bakteremia). Biasanya pasien belum tampak adanya gejala klinik (asimtomatik) seperti mual, muntah, tak enak badan, nafsu maksn menurun, pusing karena segera diserbu sel sistem retikuloendotetial. Tetapi kuman masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam peredaran darah mengalami bakteremia sehinggan tubuh merangsang untuk mengeluarkan sel pirogen akibatnya terjadi likositopenia.Sel pirogen inilah yang mempengaruhi pusat termoregulasi di hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi tidak segera diatasi maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari peredaran darah, kuman menuju ke organ-organ tersebut (hati, limfa, dan empedu), sehingga timbul peradangan yang menyebabkan membesarnya organ tersebut dan nyeri tekan, terutama pada folikel limfosial dan apabila kuman tersebut dihancurkan oleh sel-sel tersebut maka penyakit berangsur-angsur mengalami perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar keseluruh organ sehingga timbul komplikasi dapat memperburuk kondisi pasien ( Juwono, Rahmat, 1996).F. WOC

G. Manifestasi KlinikGejala dapat timbul secara tiba-tiba / berangsur-angsur yaitu antara 10-14 hari. Mulainya samar-samar bersama nyeri kepala, malaise, anoreksia, demam, rasa tidak enak diperut dan nyeri diseluruh badan. Minggu pertama keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, konstipasi / diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk, dan epistaksis.Pada minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas yaitu : demam, bradikardi relative, lidah yang khas (kotor ditengah, tepid an ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental (Sarwono, 1996).H. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari : a. Pemeriksaan leukositDi dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid. b. Pemeriksaan SGOT dan SGPTSGOT DAN SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. c. Biakan darahBila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.

Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor : 1. Teknik pemeriksaan LaboratoriumHasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakitBiakan darah terhadap Salmonella thyphoi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.3. Vaksinasi dimasa lampauVaksinasi terhadap dema typhoid dimasa lampau dapat menimbulkan antibody dalam darah klien, antibody ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negative.4. Pengobatan dengan obat anti mikrobaBila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negative.

I. Penatalaksanaana. Perawatan1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.b. Diet1. Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein.2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.c. Obat-obatan1. Chlorampenicol2. Tiampenikol3. Kotrimoxazol4. Amoxilin dan ampicillind. PencegahanCara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah jaga lingkungan rumah, cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.e. Asuhan KeperawatanKasus :Erika 6 th, BB 18 Kg, TB 128 cm, mengalami panas badan yang terus menerus dan sudah berlangsung hamper 2 minggu. Pada minggu pertama panas terjadi terutama menjelang sore dan dipuncaknya pada dini hari yang diikuti dengan turun sampai normal saat menjelang pagi. Ia sudah dibawa ke puskesma saat panas badannya baru 3 hari karena tidak turun walau sudah diberi obat penurun panas. Ia mendapat obat amoxilin 3x2 sendok obat dan proris 3x1 sendok obat. Sampai dengan obat habis panas badan tidak turun, dan ia kembali ke puskesmas diberi obat yang sama. Karena sampai obat habis anak tetap panas akhirnya dibawa ke RSHS. Ternyata Erika juga sejak sakit tidak buang air besar. Dari pemeriksaan lebih lanjut didapatkan : lidah kotor dibagian tengah dan kemerahan pada pinggirannya serta tremor, pulse : 88x/m, suhu 39,4oc, anak mengeluh nyeri epigastrium dan nyeri kepala, tidak nafsu makan, teraba hepatomegaly dan splenomegaly. Ia harus menjalani pemeriksaan laboratorium, dan sambil menunggu hasil pemeriksaan darah ia mendapat terapi chloramphenicol serta antipiretik. Anak harus menjalani hospitalisasi. Sudah 2 hari dirawat, dan anak tidak mau lepas dari pelukan ibunya. Setiap ada perawat atau dokter memeriksa ia selalu meronta dan menangis menjerit-jerit, padahal menurut ibunya anak ini biasanya tidak rewel.A. PengkajianI. Data UmumNama: Anak MRuang: HeroNo. Registrasi: 00Umur: 4 tahunJenis kelamin: Laki-lakiAgama: AgamaSuku bangsa: IndonesiaBahasa: IndonesiaAlamat: -Penanggung jawab: Ibu SintaPendidikan terakhir: SarjanaPekerjaan: WartawanGolongan darah: OTanggal MRS: 20 NovemberTanggal pengkajian: 20 NovemberDiagnosa medis: Invaginasi

II. Data Dasar1. Keluhan Utama : a. Konstipasib. Muntahc. Kembungd. Demam2. Alasan masuk rumah sakit:Ibu Sinta khawatir dengan kondisi anaknya yang semakin parah.3. Riwayat penyakit sekarang:Invaginasi.4. Riwayat kesehatan dahulu:Tidak ada.5. Riwayat kesehatan keluarga:Tidak ada.

III. Riwayat Antenatal & Post Natal1. Riwayat selama kehamilan: Tidak ada.2. Obat-obatan yang digunakan: Tidak ada.3. Kecelakan (jatuh)/tindakan yang pernah dilakukan: Tidak ada.4. Tindakan operasi: Tidak ada.5. Riwayat alergi: Tidak ada.6. Imunisasi: 5x.

IV. Pengkajian Perkembangan (DDST atau KKA/ kartu kembang anak)1. Motorik kasar: Normal.2. Motorik halus: Normal.3. Personal sosial: Normal.4. Bahasa: Sedikit lancar.

V. Riwayat Sosial1. Pengasuh: Ayah dan ibu.2. Hubungan: Orang tua.3. Pembawaan secara umum: -4. Lingkungan rumah: Damai dan tentram

VI. Pola Fungsi Kesehatan1. Persepsi keluarga terhadap kesehatan manegemen kesehatanMereka sangat menjaga kesehatan dan mengerti tentang pentingnya kesehatan.2. Pola aktifitas dan latihanAktifitas01234

Mandi x

Berpakaian x

Eleminasi x

Mobilisasi di tempat tidur x

Pindah x

Ambulasi x

Naik tangga x

Makan dan minum x

Gosok gigi x

3. Pola istirahat dan tidurKeteranganSebelum sakitSaat sakit

Jumlah jam tidur siang 2 jam1 jam

Jumlah jam tidur malam 8 jam6 jam

Pengantar tidur MenyanyiTidak ada

Total tidur 10 jam7 jam

Gangguan tidur Minta susuNyeri

4. Pola nutrisi- metabolik1. Berat badan sebelum sakit dan saat sakitTanggal pemeriksaanBB sebelum sakitBB saat sakit

20 November 201417 kg15 kg

2. Tinggi badan: 104 cm3. Kebiasaan pemberian makananKeteranganSebelum sakitSaat sakit

Frekuensi 3x sehari1x sehari

Jenis Nasi, Sayur, LaukBubur

Porsi SedangSedikit

Total konsumsi3x1x

Keluhan -Mual dan muntah

4. Diit khusus: Tidak ada.5. Tanda kecukupan nutrisi (NCHS atau menyesuaikan RS setempat)DehidrasiKeterangan Intake outputTandadehidrasi

cairanSusu, airCairanMuntah

Total produksi urin---

6. Pola eliminasiEliminasi urinKeteranganSebelum sakitSaat sakit

Frekuensi5x sehari2x sehari

Pancaran--

JumlahSedangSedikit

BauPesingPesing

WarnaKuningKuning pekat

Perasaan setelah BAK--

Total produksi urin--

Eliminasi AlviKeteranganSebelum sakitSaat sakit

frekuensi2x-

KonsistensiSedang-

Bau--

warnaCoklat keemasan-

7. Pola kognitif dan persepsi sensori: Normal8. Pola konsep diri: Normal9. Pola mekanisme koping: Normal10. Pola fungsi seksual-reproduksi: Normal11. Pola hubungan-peran: -12. Pola nilai dan kepercayaan: -KeteranganSebelum sakitSaat sakit

Nilai khusus--

Praktik ibadahBerdoaBerdoa

Pengetahuan tentang praktik ibadah selama sakit-

13. Pola aktifitas bermain: NormalVII. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)1. Status kesehatan umum: LemahKeadaan/ penampilan umum: Pucat, lesu, dan gelisah.Kesadaran: Compos mentisBB sebelum sakit: 17 kgBB saat ini: 15 kgBB ideal: 16,5kgPerkembangan BB: MenurunStatus gizi: -Tanda-tanda vital:a. TD: 160/60mmHgb. N: 110x/menitc. Suhu: 40Cd. RR: 18x/menit2. Pemeriksaan fisik (B1-B6)a. B1 (breathing): Cuping hidung, sesakb. B2 (Bleeding): Tekanan darah normalc. B3 (Brain): Compos mentisd. B4 (Bladder): Mengeluarkan 300 cce. B5 (Bowel): Nyeri dan kembungf. B6 (Bone): -3. Pemeriksaan diagnostik 1. Laboratorium: -2. Radiologi: -4. Terapi1. Oral: -2. Parenteral: -3. Lain-lain: -

B. DiagnoseANALISA DATANo.DataProblemEtiologi

C. Intervensi1.1 INTERVENSINo. DXTujuan & kriteria hasil (NOC)Intervensi (NIC)Rasional

5.Tujuan :Dalam waktu 2 x 24 jam, pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anak.Kriteria hasil :a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri.b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak.Skala :a. Ekstrimb. Beratc. Sedangd. Ringan e. Tidak ada

1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (mis, ruangan tenang, batasi pengunjung).2. Berikan analgesik sesuai ketentuan(kolaborasi).3. Cegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur tempat tidur.4. Kompreskan air hangat pada dahi.1. Untuk menentukan keefektifan obat. 2. Untuk meyakinkan pengurangan nyeri yang adekuat.3. Untuk menurunkan ketegangan atau spasme otot dan untuk mendistribusikan kembali tekanan pada bagian tubuh.4. Untuk meminimalkan atau mengurangi nyeri.

D. ImplementasiHari/Tgl/JamNo.DXTindakan yang dilakukan HasilTanda tangan

Minggu, 20 November.Jam 15.0051. Memberikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (mis, ruangan tenang, batasi pengunjung).2. Memberikan analgesik sesuai ketentuan(kolaborasi).3. Mencegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur tempat tidur.4. Mengompreskan air hangat pada dahi.1. Pasien menjelaskan kadar dan karakteristik nyeri.2. Pasien mengungkapkan rasa nyaman berkurangnya nyeri.3. Pasien Pasien merasa nyaman.4. Pasien mencoba metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri.

E. EvaluasiHari/Tgl/JamPerkembanganTanda tangan

Senin/21/06.00S : Klien sudah tidak menangis lagiO : Nyerinya hilangA : Tujuan teratasiP : Dihentikan