Upload
gio-adam-arthata-girsang
View
49
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hal yang sangat diinginkan dalam proses permesinan dengan menggunakan
mesin milling adalah hasil yang bagus terutama dari tingkat kehalusan pada benda
kerja yang sedang di kerjakan. Tingkat kehalusan permukaan benda kerja dapat
dipengaruhi salah satunya dari metode pemakanan yang digunakan. Pada proses
permesinan dengan menggunakan mesin milling sendiri ada dua metode proses
pemakan, yaitu metode frais naik (konvensional milling) dan metode frais turun
(climb milling). Dua metode ini mempunyai pengaruh masing – masing terhadap
kehalusan permukaan pada benda kerja.
Proses pemakanan dengan menggunakan metode climb milling adalah proses
pemakanan dengan gerak dari putaran mata pisau sama dengan arah gerak makan
meja mesin frais (searah dengan gerak meja mesin), sedangkan proses pemakanan
dengan menggunakan metode konvensional milling adalah proses pemakanan dengan
gerak dari putaran pisau berlawanan arah terhadap gerak makanan meja mesin frais.
Berdasarkan penjelasan di atas, sepanjang pengetahuan dan kemampuan
peneliti, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan mengambil judul
ANALISIS PEMAKANAN KONVENSIONAL DAN CLIMB MILLING PADA
MESIN MILLING TERHADAP KEHALUSAN PERMUKAAN RODA GIGI.
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan dapat diketahui bahwa
tingkat kehalusan permukaan benda kerja dapat dipengaruhi salah satunya dari
metode pemakanan yang digunakan. Masalahnya adalah untuk mengetahui seberapa
jauh pengaruh kedua metode pemakanan tersebut terhadap tingkat kehalusan produk
dan untuk mengetahui tipe pemakanan yang lebih baik untuk digunakan.
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Pengujian dilakukan pada mesin milling di Laboratorium Teknik Mesin, Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya.
2. Hanya melakukan perbandingan tingkat kehalusan antara tipe pemakanan
konvensional dengan climb dengan meninjau jumlah geram yang terbentuk pada
roda gigi
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan dari permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah menentukan tipe pemakanan yang lebih baik diantara konvensional dan climb
milling pada mesin milling terhadap kehalusan permukaan roda gigi .
E. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, maka diharapkan
penelitian ini dapat diambil manfaatnya, antara lain :
1. Memberi masukan bagi kalangan akademisi, praktisi dan pihak terkait khususnya
tentang penggunaan tipe pemakanan yang lebih tepat untuk digunakan terhadap
tingkat kehalusan produk
2. Sebagai informasi yang penting bagi teknisi dalam rangka usaha peningkatan
teknologi khususnya di bidang otomotif.
3. Sebagai literatur pada penelitian yang sejenisnya dalam rangka pengembangan
teknologi bidang produksi.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah dan memahami penulisan skripsi ini disusunlah skripsi
dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, isi, dan akhir. Bagian awal skripsi terdiri dari
halaman judul, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar lambang dan singkatan, daftar tabel, daftar gambar, daftar grafik, daftar
lampiran, dan abstrak.
Bagian isi skripsi terdiri dari 5 bab, yaitu : Bab I Pendahuluan berisi tentang
latar belakang, rumusan permasalahan, pembatasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori berisi teori
dasar yang berhubungan dengan mesin milling, tipe pemakanan, dan proses
terbentuknya geram. Bab III Metodologi Penelitian berisi desain penelitian, variabel
penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, diagram alur
penelitian dan teknis analisis data. Bab IV Hasil Penelitian berisi hasil penelitian,
perhitungan data hasil penelitian jumlah geram yang dihasilkan. Bab V Simpulan dan
Saran berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang dapat mendukung
pengembangan dalam penelitian selanjutnya. Bagian akhir skripsi berisi tentang
daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung penjelasan di dalam
pembahasan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Mesin Milling
Mesin milling adalah mesin yang paling mampu melakukan banyak tugas bila
dibandingkan dengan mesin perkakas yang lain. Hal ini disebabkan karena selain
mampu memesin permukaan datar maupun berlekuk dengan penyelesaian dan
ketelitian istimewa, juga berguna untuk menghaluskan atau meratakan benda kerja
sesuai dengan dimensi yang dikehendaki.
B. Macam-macam Mesin Milling
1. Mesin Frais Horizontal
Adalah mesin frais yang poros utamanya sebagai pemutar dan pemegang
alat potong pada posisi mendatar. Mesin ini termasuk type knee, namum
bentuknya sama dengan mesin frais universal. Biasanya digunakan untuk
mengerjakan permukaan datar dan alur. Type lain dari mesin ini adalah mesin
frais type bed. Type bed ini lebih kuat karena meja mesin ditahan sepenuhnya
oleh sadel yang terpasang pada lantai.
2. Mesin Milling Vertikal
Adalah mesin frais dengan poros utama sebagai pemutar dengan pemegang
alat potong dengan posisi tegak. Poros utama mesin frais tegak di pesang pada
kepala tegak (vertical head spindle). Posisi kepala ini dapat dimiringkan kearah
kiri atau kanan maksimal 600. Biasanya mesin ini dapat mengerjakan permukaan
bersudut, datar, beralur, melobang dan dapat mengerjakan permukaan melingkar
atau bulat.
3. Mesin Milling Universal
Adalah mesin yang pada dasarnya gabungan dari mesin frais horizontal dan
mesin frais vertikal.mesin ini dapat mengerjakan pekerjaan pengefraisan muka,
datar, spiral, roda gigi, pengeboran dan reamer serta pembuatan alur luar dan alur
dalam. Untuk melaksanakan pekerjaannya mesin frais dilengkapi dengan peralatan
yang mudah digeser, diganti dan dipindahkan. Peralatan tambahan etrsebut berupa
meja siku (fixed angular table), meja miring (inclinable universal table), meja
putar (rotary table) dan kepala spindel tegak (vertical head spindel).
C. Index Dividing Head
1. Pengertian Dasar Dividing Head
Seorang mekaniker kerap kali harus membagi keliling benda kerja untuk
suatu jenis pengerjaan, misalnya :
Gambar 4.4. Contoh Dividing head
Sumber : andryanto86’s web blog (2009)
Perlengkapan yang paling sesuai untuk keperluan tersebut adalah kepala
pembagi (Dividing head). Perlengkapan ini merupakan perlengkapan khusus pada
mesin Milling / Frais.
2. Pembagian Langsung
Gambar 4.5. Spindle
Sumber : andryanto86’s web blog (2009)
Pembagian yang digunakan untuk pembuatan segi banyak yang dapat dibagi
dengan jumlah lubang pada piring pembagi tetap. Pada spindle dimana alat
pencekam benda kerja terpasang (chuck, collet) terdapat sebuah piring pembagi
yang memiliki jumlah lubang tertentu.
3. Pembagian Tidak Langsung
Pembagian ini dipakai apabila segi yang akan dibuat tidak dapat dikerjakan
dengan menggunakan pembagian langsung, tetapi jumlah segi yang dapat
dikerjakan masih terbatas pada jumlah lubang pada piring pembagi (yang dapat
ditukar-tukar).
Gambar 4.6. Mesin Frais Aciera
Sumber : andryanto86’s web blog (2009)
Piring pembagi yang terdapat pada mesin frais ACIERA :
Piring 1 Jumlah Lubang : 27 31 34 41 43
Piring 2 Jumlah Lubang : 33 38 39 42 46
Piring 3 Jumlah Lubang : 29 36 37 40
Rumus utama untuk pembagian tidak langsung adalah :
nk = 40Z
nk = Putaran engkol
Z = Jumlah segi yang dikerjakan
4. Pembagian Differential
Bilamana segi yang akan kita buat tidak dapat dikerjakan dengan
menggunakan pembagian langsung maupun tidak langsung, maka diperlukan
pembagian differential untuk proses tersebut. Prinsip pembagian differential
adalah pada saat engkol diputar maka piringan pembagi juga akan ikut di putar
dengan proses sebagai berikut :
Gambar 4.7. Contoh Prinsip Pembagian Differential
Sumber : andryanto86’s web blog (2009)
1. Bila engkol diputar maka poros cacing, roda cacing serta benda kerja akan
ikut berputar, demikian pula dengan rangkaian roda gigi ganti A-B-C-D,
karena roda gigi A satu poros dengan roda gigi cacing dan benda kerja.
2. Sedangkan roda gigi D yang berputar karena pergerakan dari roda gigi A,
akan menggerakkan helical gear dan otomatis akan memutar piringan
pembagi, karena satu poros.
3. Pembuatan Sudut dengan Dividing Head
Selain digunakan untuk pembuatan segi banyak, Dividing Head juga
digunakan untuk pembuatan sudut tertentu.
Rumus yang biasa dipakai :
nk = i x ¿ )
Karena i yang ada pada Dividing Head 40 : 1 maka,
nk = ( α / 9o )
α = sudut yang dicari
Contoh membuat sudut 45o dan 60o
1. Untuk pembuatan sudut 45oMaka untuk pembuatan sudut 45o, engkol diputar
5 x
2. Untuk pembuatan sudut 60oMaka untuk pembuatan sudut 60o, engkol
diputar 6 x ditambah 18 lubang pada piringan 27.
D. Climb & Conventional Milling
Mesin milling juga memiliki type pemakanan antara lain:
1. Climbing Milling
Gambar 4.11. Proses Climbing Milling
Sumber : Budi Susanto (2010)
Pada pemakanan type ini cutter akan mengenai bagian yang paling tebal dan
benda kerja akan menerima tekanan cutter dengan kuat. Proses ini cocok untuk
mengerjakan benda kerja yang tipis atau pemotongan, dengan syarat mesin harus
dirancangsedemikian rupa sehingga spindle meja tidak mempunyai spelling.
Kalau syarat di atas tidak terpenuhi, benda kerja akan tertarik kearah cutter
(tertekan kebawah). Climbing milling memiliki beberapa sifat dan karateristik
antara lain :
a) Beban pemakanan dari maksimum ke minimum.
b) Tidak ada hentakan sehingga hasil permukaan halus.
c) Benda kerja aman/ tidak terangkat.
d) Dapat untuk mengerjakan benda-benda yang tipis.
e) Mesin yang dipakai harus kokoh & tidak kocak.
f) Cutter akan lebih awet.
2. Conventional Milling
Gambar 4.12. Proses Conventional Milling
Sumber : Budi Susanto (2010)
Pada pemakanan type ini mula mula cutter akan mengenai benda kerja
sedikit demi sedikit sebelum semua gigi memotong, gigi akan mengenai
permukaan benda kerja maka akan timbul getaran dan tenaga potong akan
cenderung mengangkat benda kerja. Arah pemakanan cutter berlawanan arah
dengan gerakan pemakanan.conventional milling memiliki beberapa sifat dan
karateristik antara lain :
a) Beban pemakanan makanan dari minimum ke maksimum.
b) Hasil permukaan kurang baik sebab pada beban maksimum akan terjadi
hentakan.
c) Umur pakai cutter kurang lama karena terdapat gesekan sisi potong sebelum
menyayat.
d) Benda kerja harus dipegang kuat kuat supaya tidak terangkat.
e) Bisa dipakai untuk semua jenis mesin.
E. Mekanisme Terbentuknya Geram
Geram merupakan bagian dari material yang terbuang ketika dilakukan sebuah
proses pemesinan. Dalam proses metal cutting akan selalu dijumpai istilah kecepatan
potong (Speed), kecepatan makan (Feed) dan kedalaman potong (Depth of Cut).
Geram terbentuk akibat timbulnya tegangan (stress) di daerah di sekitar konsentrasi
gaya penekanan mata potong pahat. Tegangan pada benda kerja tersebut pada salah
satu arah akan terjadi tegangan geser (shearing stress) yang maksimum. Apabila
tegangan geser ini melebihi kekuatan logam yang bersangkutan maka akan terjadi
deformasi plastis (perubahan bentuk) yang menggeser dan memutuskan benda kerja
di ujung pahat pada satu bidang geser (shear plane)
Jenis Geram (chip)
Dilihat dari ukuran pajang pendeknya adalah :
a. Chip Discontinous
b. Geram Continous
c. Geram Continous dengan built up edge (BUE)
F.Rumus Perhitungan
1. Diameter Pitch (dp)
dp = dk - 2M
dimana:
dk = diameter kepala (mm)
M = modul (mm)
2. Jumlah gigi
Z = dpM
3. Jumlah putaran untuk index plate (X)
X = KZ
(putaran)
di mana:
K= jumlah gigi pada worm wheel
4. Tinggi gigi (H)
H = 2,25 (mm)
5. Tinggi kepala gigi (hk)
Hk = k.M (mm)
dimana:
k = faktor tinggi kepala (k = 1, 0.8, 2)
6. Tinggi kaki gigi (hf)
hf = k.M + ck (mm)
dimana:
ck = faktor kelonggaran puncak (ck = 0,25.M)
7. Tebal gigi
t = π . M
2 (mm)
8. Feed motion (s)
s = L+√t ' ( D−t' )+6Tm. n
(menit)
dimana:
L = panjang pemotongan (mm)
t’ = kedalaman pemotongan (mm)
D = diameter milling cutter (mm)
s = feed motion (mm/rev)
n = putaran spindle (rpm)
Tm = Machining time (mnt)
9. Gaya pemotongan (Pz)
Pz = K.t’.sm (kg)
dimana:
K = Koefisien bahan (Kg/mm2)
s = Feed motion (mm/rev)
t’= Depth of cut (mm)
m = konstanta eksponen
10. Momen torsi (Mt)
Mt = Pz .D
2 (Kg.mm)
dimana:
D= diameter milling cutter (mm)
11. Daya pemotongan (Nc)
Nc = Mt .n
974000 (Kw)
12. Machining time (Tm)
v= π . D .n1000
dimana:
n = putaran spindle (rpm)
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu
yang lama dengan mengguanakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.
Untuk menerapkan metode ilmiah dalam praktek penelitian maka diperlukan suatu
desain penelitian yang sesuai dengan kondisi, seimbang dengan dalam dangkalnya
penelitian yang akan dikerjakan.
Untuk membandingkan pemakanan climb dan konvensional, perlu dilakukan penelitian
mengenai pemakanan tersebut, sebelum dilakukan penelitian kita harus tentukan
beberapa variabelnya, variabel diperlukan untuk membatasi penelitian, variabel bebas
(yang dibandingkan) adalah pemakanan konvensional dan climb milling, dan sebagai
hasil pebandingannya yaitu variabel terikat adalah kehalusan permukaannya, dan
sebagai pembantu jalannya proses diperlukan beberapa parameter yang sudah ditetapkan
yaitu, modul 2.75, feed motion (s) 380 mm/rev dan 680 mm/rev, diameter kepala gear
(dk) dibuat 50.25, dan spesimennya adalah alluminium. Saat penelitian dilakukan
diperlukan alat-alat yang membantu jalannya penelitian, yaitu : jangka sorong, stop
watch, kunci chuck, kunci L, kunci inggris, poros berulir.
Data diambil dari penelitian tentang hasil pemakanan spesimen dengan 2 metode
pemakanan yang berbeda yaitu dengan, konvensional dan climb milling, dan dengan
kecepatan pemakanan (feed motion) 380 mm/rev dan 680 mm/rev, selama dilakukan
pengujian waktu per pemakanan dicatat sebagai pembantu dalam analisis produk, dan c
tabel untuk mencatat waktu pemakanannya adalah sebagai berikut:
1. Tabel hasil pengujian pemakanan climb milling
NoPemakanan ke-n
(climb)Geram yang dihasilkan
Total Waktu yang dibutuhkan (sekon)
680 380 680 3801 12 23 34 45 5
2. Tabel Hasil Pengujian Pemakanan Konvensional Milling
NoPemakanan ke-n (konvensional)
Geram yang dihasilkanTotal Waktu yang
dibutuhkan(sekon)
680 380 680 3801 12 23 34 45 5
Dari data yang didapat, kita buat grafik sebagai media yang mempermudah
pembacaan hasil,
Penelitian dalam pengambilan data untuk membuktikan hipotesis yang telah ada
yaitu dengan cara melakukan percobaan sehingga dapat menghasilkan data visual yang
dapat diteliti, flowchart proses pengambilan datanya adalah: .
Gambar: Flowchart pengambilan data dalam pengujian spesimen
Pada pengujian tesebut pasti didapatkan produk yang siap diuji. Produk tersebut
kita amati, dan kita catat geram yang menempel pada produk, sebagai catatan geram
yang menempel pada produk kita anggap sebagai cacat kehalusan, jadi semakin banyak
geram yang dihasilkan maka kita dapat simpulkan semakin kasar produk dan proses
pemakanan itu tidak baik dilakukan.