236
UINSA EMAS Menuju World Class University Prof. Dr. Abd. A’la, M.Ag, et al.

UINSA EMAS kreatif dan inovatif. Di samping itu, mereka juga berkomitmen untuk berjibaku dalam community engagement atau community outreach. Mereka tidak bisa berpisah dengan masyarakat,

Embed Size (px)

Citation preview

UINSA EMASMenuju World Class University

Prof. Dr. Abd. A’la, M.Ag, et al.

ii

UINSA EMASMenuju World Class University

Penulis:Prof. Dr. Abd. A’la, M.Ag, et al.

Diterbitkan :UIN Sunan Ampel PressAnggota IKAPIGedung SAC.Lt.2 UIN Sunan AmpelJl. A. Yani No. 117 Surabaya(031) 8410298-ext. 138Email : [email protected]

Copyright © 2015, UIN Sunan Ampel Press (UIN SA Press)Hak Cipta Dilindungi Undang-undangAll Right Reserved

Editor:Taufik, M.Pd.I

Cet. 1- Surabaya: UIN SA Press, April 2016

ISBN : 978-602-332-050-9

Dicetak oleh : CV. Cakrawala, 031-8668881

iii

Kata Pengantar

LIMA DEKADE UIN SUNAN AMPEL:SAATNYA MENJADI OASE PERADABAN

Menapaki perjalanan sejarah yang dilalui, UniversitasIslam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) yang dulunyaberbentuk Institut (IAIN) sedikit banyak telah berkiprahnyata dalam ikut serta mencerdaskan bangsa, terutama dalammengembangkan dan menyebarkan ilmu keagamaan Islam dibumi Indonesia. Berbagai situasi dan kondisi telah dialami.Beragam tantangan dalam berbagai dimensinya juga terusdilalui. Demikian pula beragam mahasiswa dari sisi etnis, latarbelakang sosial, dan lainnya diantarkan untuk meraih cita-citamereka, sebagaimana pula banyak alumni yang dilahirkandengan aneka profesi dan jabatan.

Semua itu merupakan pengalaman berharga yangmenjadikan salah satu perguruan tinggi Islam negeri tertua diIndonesia ini terus berupaya mengukuhkan diri sebagailembaga pendidikan tinggi keagamaan dalam arti senyatanya.Untuk itu, pembenahan dalam berbagai aspeknya dilakukansecara berkelanjutan. Manajemen pengelolaan diperkuatsejalan dengan pengembangan sumber daya manusia. Saranadan parasarana ditambah dan diupayakan disesuaikan dengantuntutan dan keperluan pembelajaran dan pendidikan. Di atassemua itu, aspek akademik yang bertumpu pada tridharmaperguruan tinggi diperkuat –baik dari sisi kualitas maupundari sisi karakteristik –dari saat ke saat.

Proses pembenahan yang berkesinambungan ituseutuhnya diarahkan kepada visi lembaga yang telah

iv

mentahbiskan diri untuk menjadi universitas keislaman yangunggul, kompetitif, dan bertaraf Internasional. Hal inimengisyaratkan bahwa UINSA bukan sekadar universitasyang mengajarkan keilmuan Islam, sains dan teknologi.Institut yang bertransformasi menjadi universitas pada akhirtahun 2013 ini bukan lembaga pendidikan tinggi yangberupaya melakukan inovasi dan temuan dalam ranahkeilmuan dan teknologi semata. UINSA dengan visi yangdisandangnya niscaya menjadi universitas yang berkarakterdan berjati diri dengan keunggulan komparatif dan kompetitif.Ukurannya bukan sekadar regional, apalagi nasional, tapiinternasional.

Hal ini meniscayakan adanya paradigma keilmuan yangseutuhnya mendukung atas pencapaian hal tersebut. Melaluidiskusi panjang, penelitian, dan pencermatan yang melibatkanberbagai pihak –internal dan eksternal –disepakati suatuparadigma (minimal model) keilmuan yang kemudian diberinama integrated twin towers. Dasar keilmuan ini mengisyaratkanbahwa ilmu-ilmu dasar keagamaan (Islam) di satu pihak, danilmu sosial-humaniora, sains dan teknologi di pihak lainmerupakan dua entitas, dua rumpun pokok (atau apalahnamanya) yang berbeda. Masing-masing memiliki ontologi,dan epistemologi sendiri-sendiri. Kendati berbeda, tapi duapohon besar ilmu itu tidak boleh dibeda-bedakan. Semuanyamutlak dikembangkan dan diarahkan untuk tujuankemaslahatan hidup dan kebahagiaan hakiki umat manusia.Selain harus sama-sama dikembangkan, kedua bidang besarilmu itu perlu didialogkan satu dengan yang lain. Sejalandengan itu, masing-masing keilmuan perlu dikembangkanmelalui penggunaan pendekatan dari keilmuan yang lain.Dengan demikian, pengembangan ilmu bukan sekadar untukilmu, tapi untuk manusia dan kehidupan, yang semuanya

v

niscaya diabdikan kepada sang Pencipta, Allah sebagai alfadan omega dari seluruh ilmu dan segala makhluk.

Berdasarkan pembelajaran dan sekaligus pendidikanmodel integrated twin towers itu, para pendidik, dan UINSAdiharapkan (bahkan dituntut) menjadi intelektual yangmemiliki kecerdasan dalam segala aspek, ahli di bidangnyamasing-masing, memiliki ketrampilan dan jiwa kewirausahaanyang kreatif dan inovatif. Di samping itu, mereka jugaberkomitmen untuk berjibaku dalam community engagement ataucommunity outreach. Mereka tidak bisa berpisah denganmasyarakat, tapi mereka selalu hadir sebagai mitra untukbersama-sama menggali potensi yang dimiliki masyarakat danmengaktualisasikannya menuju hidup berkesejahteraan dalamarti senyatanya. Ini semua dilambangkan dalam semboyanUINSA “Building character qualities for smart, pious, and honorablenation” yang dalam bahasa agama disebut tatmimi shalihil akhlaq.Pada gilirannya, virus ini harus menyebar dan menjangkitiseluruh keluarga besar UINSA. Bahkan ia harus berkembangepidemik sehingga masyarakat dunia terinfeksi semua.

Apakah ini sebuah impian besar, mimpi di siang haribolong atau sekadar utopia? Namun kita perlu menyadari, al-Quran mengingatkan umat Islam (termasuk kita wargaUINSA) bahwa umat Islam harus menjadi khaira ummah; umatterbaik dalam akademik-keilmuan, dalam penguatanspiritualitas, pengembangan moralitas luhur dan sejenisnya.Maka UINSA harus memulai, atau bersama-sama lembagapendidikan yang lain bergerak untuk mulai. Apalagi saat inikekeringan spritualitas nyaris menjadi fenomena di mana-mana. Ketumpulan nurani mewabah di tengah-tengahmasyarakat. Emosionalitas masyarakat juga demikian rendah.Kekerasan –bahkan dengan memanipulasi nama agama –nyarisditemui di berbagai belahan dunia.

vi

Berdasarkan hal itu, saatnya universitas yang bertafa-uldengan nama Sunan Ampel niscaya (dan tidak ada pilihan lainselain) menjadi oase peradaban, sebagaimana dulu RadenRahmat –nama asli dari Sunan Ampel –menjadi oasespiritualitas-keagamaan masyarakat. UINSA mutlak menjadioase peradaban dengan tugas mengemban amanatmengembangkan sains dan teknologi yang lebih humanis ditengah-tengah fenomena global warming, pengrusakanlingkungan, dan penggunaan sains dan teknologi untukkepentingan segelintir manusia di muka bumi. Demikian pula,UINSA tidak memiliki pilihan lain selain menjadi oaseperadaban ketika fenomena di sekitar kita memperlihatkanbanyak umat beragama yang hanya berkutat dengan sekadarsimbol dan sibuk dengan urusan ritual, tapi nurani merekamati, dan spiritualitas mereka kering.

Kerja keras, komitmen, ketulusan, dan sejenisnyamemang satu-satunya pilihan yang ada di hadapan kita. Kitatidak bisa lagi bernostalgia dengan masa lalu. Kita harusmengharamkan diri untuk bekerja seadanya dan asal-asalan.Kita tidak mungkin lagi ber-comfort-zone-ria. Selamat bekerja,semoga sukses dan berkah menyertai kita semua dan UINSA.

Surabaya, 19 Maret 2016

RektorAbd A’la

vii

Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................... iiiDaftar Isi ................................................................................. vii

Quantum spirituality : Strategi UINSA Menuju Word ClassUniversityM. Syamsul Huda ................................................................................................................ 1

Etika islam global bagi mahasiswa asingAncangan diseminasi di uin sunan ampel surabaya sebagai wcuZumrotul Mukaffa ............................................................................................................. 9

Dari Tarbiyah Untuk IndonesiaAli Mudlofir ........................................................................................ 47

Fakultas dakwah dan komunikasi dulu, kini dan masadatangSuhartini ......................................................................................... 69

Jalanterjal uinsa menuju world class universityImam Ghazali Said ........................................................................................................... 77

Fakultas ushuluddin dan filsafat Antara peluang dantantanganMuhid .............................................................................................................................. 91

viii

Ma’had sebagai character building; Mewujudkanpersemaian intelektual-etik mahasiswa kampusH. Misbahul Munir............................................................................................................. 123

Membangun keilmuan uin sunan ampel surabaya denganparadigma integrated twin towers: model pentadikintegralisme monistik islamHusniyatus Salamah Zainiyati,................................................................................. 139

Memikul “tradisi lama pedesaan” menuju “zona baruperkotaan dan berkeadaban” di kampus uin sunan ampelsurabayaHammis Syafaq .................................................................................................................... 155

Refleksi Perjalanan Fakultas Syariah dan HukumUIN Sunan Ampel SurabayaSahid HM .............................................................................................................................. 165

Bahasa Arab : Modal Sosial yang TerabaikanAbdul Kadir Riyadi........................................................................................................... 177

UINSA Surabaya sebagai The Engaged UniversityAkh. Muzakki ........................................................................................................................ 189

Model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah:Orientasi paradigma sainstek integrasi fakultas psikologikesehatanMoh. Sholeh ............................................................................................................................ 199

QUANTUM SPIRITUALITY :Strategi UINSA Menuju Word Class University

M. SYAMSUL HUDA

John Esposito lahir 19 Mei 1940 M di Brooklyn, Ia tokohpemikir Islam Kontemporer termashur abad 21 yang dikenaldunia luas lewat torehan tinta emas pada seabrek tulisanilmiah dan buku ensiklopedia . Beberapa buku karyanya yangsampai pada kita, antara lain; The Oxford Encyclopedia of theModern Islamic World, The Oxford History of Islam, The OxfordDictionary of Islam di tahun 1988, Demikian juga Imam Al –Ghazali atau nama lengkapnya Abū Ḥāmid Muḥammad ibnMuḥammad al-Ghazālī lahir pada tahun 18 December 1111 Mdengan sebutan Proof of Islam" (Hujjat al-Islam) theologian, jurist,philosopher, dan mystic , juga sangat banyak kitab hebat yangsampai sekarang masih digunakan sebagai rujukan dalamdunia Islam, di bidang teologi kitab karyanya antar lain; al-Munqidh min al-dalal (Rescuer from Error), Hujjat al-Haq (Proof of theTruth) al-Iqtisad fil-i`tiqad (Median in Belief) al-maqsad al-asna fisharah asma' Allahu al-husna (The best means in explaining Allah'sBeautiful Names) Jawahir al-Qur'an wa duraruh (Jewels of the Qur'anand its Pearls) Fayasl al-tafriqa bayn al-Islam wa-l-zandaqa (TheCriterion of Distinction between Islam and Clandestine Unbelief)

Di bidang kajian Sufism, Mizan al-'amal (Criterion of Action) Ihya' ulum al-din, "Revival of Religious Sciences" Bidayat al-hidayah (Beginning of Guidance), Nasihat al-muluk (Counseling Kings).Bidang Philosophy Maqasid al falasifa (Aims of Philosophers),

quantum spirituality : strategi uinsa menuju word class university

2

Tahafut al-Falasifa (The Incoherence of the Philosophers). Di bidangJurisprudence antara lain ; Fatawy al-Ghazali (Verdicts of al-Ghazali), Al-wasit fi al-mathab (The medium in the Jurisprudentialschool) Asas al-Qiyas (Foundation of Analogical reasoning).

Tokoh besar Islam lainya yaitu Imam Bukhari atau Abū‘Abd Allāh Muḥammad ibn Ismā‘īl ibn Ibrāhīm ibn al-Mughīrah ibn Bardizbah al-Ju‘fī al-Bukhārī lahir pada harijum’at tanggal 19 July 810 M (13 Shawwal 194 H ) di kotaBukhara, dengan karya emasnya : al-Adab al-mufrad (the bookdevoted to matters of respect and propriety) and al-Jāmi’ al-Musnad al-Sahīh al-Mukhtaṣar min umūr Rasûl Allāh wa sunnanihi wa ayyāmihi(The abridged collection of sound reports with chains of narration goingback all the way to the Prophet regarding matters pertaining to theProphet, his practices and his times).

Dalam menuangkan khasanah intelektual Islam, baikJohn, imam Al-Ghazali, Imam Bukhari mempunyai tradisiunik yang kurang lazim bagi seorang pemikir yang dibesarkanpada tradisi pendidikan Barat yang sangat kental dengannuansa rasionallitas dan sekular. Tradisi tersebutdiekspresikan pada saat memulai aktifitas intektualnya dengancara bangun malam menjalankan shalat tahajjut, membaca alQur’an serta diakhir dengan do’a. Salah satu doa favoritnyaialah memohon untuk dibukakan pintu, pengertian,pemahaman ilmu yang benar, ditunjukan cara memperolehpengetahuan yang benar serta ilmu yang bermanfaat kepadaorang lain.

Proses spiritual di atas dilakukan semata berangkat darikesadaran batin, bahwa ilmu itu adalah cahaya untukmengungkap kebenaran dan pengetahuan yang benar, makaniscaya cahaya kebenaran bersumber dari sumber cahaya akantersibak , Jika tirai dan kabut yang menutupi cahaya tidak

m.syamsul huda

3

mungkin terterbus, manakala diri penulis tidak mengikutikesucian cahaya yang menjadi sumber cahaya. Ide yangcemerlang yang akan lahir dalam memecahkan masalahmanusia sepanjang masa muncul tiba-tiba dari hasil refleksisemu .

Begitu juga seorang pengagas komputer jinjing merekApel “ jose Jobs lahir pada tanggal 24 February 1955 di SanFrancisco, California. Amerika Serikat Memulai kerajaanbisninya pada dunia maya diawali dari mimpi untukmenyebarluaskan komputer ke seluruh punjuru dunia denganstatemenya yang termashur “ one table one tab in the word” .Sengaja penulis membuat engel dengan cerita sukses (successstory) tokoh hebat dunia untuk menjadi refleksi 50 TahunUIN Sunan Ampel Surabaya Emas tahun 2016 yang akanmembawa institusi pendidikan Tinggi Agama terbesar di kotaSurabaya ini dengan penuh optimisme di tengah arus derastuntutan perubahan terutama menjadi universitas kelasinternasional.

Tokoh-tokoh di atas dapat mengispirasi kita semuauntuk melakukan perubahan besar, tidak harus dengan modal,energi serta emosi besar, tetapi yang di mulai dari hal-hal yangsederhana yang dirancang dan diperjuangkan secara kontinyu,memimjam bahasa lain, perubahan besar butuh strategi hebatdan mimpi yang besar serta komitmen kuat sehingga sesuatuyang tidak mungkin akhirnya menjadi mungkin. Fokus padatarget pada tiap rencana strategi perguruan tinggi yang telahdisusun bersama-sama secara sistemik dan partisipatif parapemangku kepentingan kampus adalah kunci utama mencapaikeunggulan dan kesuksesan. Mematok target progarm kerjabukanlah sesuatu yang mustahil, dan yang mustahil adalahmempunyai visi yang hebat namun tidak lengkapi dengan

4

rencana program lengkap dengan target –target terukur sertakonsisten memujudkan terget tersebut.

Strategi hebat yang yang dirancang oleh John Espositoyang pertama : spiritual Power.

Modal utama perubahan menurutnya adalah dibangundari kesadaran akan keniscayaan bahwa jika inginmendapatkan sesuatu yang dahsat maka harus mendekatienergi yang maha dahsat. Teori ini mempercayai bahwa didalam diri manusia mempunyai energi yang disebut God Sport.Energi ini bila di asah terus menerus oleh seseorang yangmenyakininya, akan mempunyai dampak yang luar biasa. Salahsatu lembaga ekonomi dunia yang mentranfer strategi GodSport dalam pola training Magnit Money dapat melipatgandakan keuntungan serta mempunyai daya positif bagi mitrabisnisnya. God sport tidaklah dimaknai sesuatu yang berbahutahayul, klenik , magic akan tetapi diartikan sebagai semangatkejernihan batin (spiritual power). Seorang leader butuh modalkejernihan batin untuk memimpin perubahan, minimalmeletakkan niatan untuk melakukan perubahan untuk dirinyasendiri secara konstruktif dan produktif demi kebaikaninstitusi dimana ia mengabdi.

John Esposito telah mulai usaha dengan sesuatu yangpositif dengan cara mengoptimalkan segala kekuatan batinya,mengarah kepada titik pusat God sport. Ia tidak punya waktudan kesempatan untuk mengikuti apalagi mengembangkanenergi negative yang dapat menumbuhkan watak distruktif,prilaku anomali terhadap dirinya maupun orang lain. Ia lebihfokus pada bagaimana cara mengerakkan dirinya untukproduktif secara prima dan optimal pada pencapaian visinya,sehingga dalam setiap masa akan selalu bergairahmemperbaharui diri. Hari-harinya diisi kesibukan denganmengumpulkan data ilmu, penyusun klasifikasi jenis data

quantum spirituality : strategi uinsa menuju word class university

m.syamsul huda

5

sampai menyusun data sehingga mudah untuk dibaca orangsebagai referensi yang pada endingnya dapat membukacakrawala intelektual dan pencerahan hidup bagi komunitaslain.

Kedua . Strategi perubahan Esposito dan jose jop adalahMind power.

Kekuatan otak (mind power) seseorang akan mengarahkanpandangan, nilai (velue), prilaku bahkan kebiasaan seseorang.Para entrepreneur menterjemahkan kekuatan otak denganbentuk mimpi besarnya (vision) ke dalam bisnis planperusahaanya. Jose job membangun kerjaan bisnis dunia mayadi awali dari mimpi besar dengan menyediakan layanankomputer yang murah bagi masyarakat dunia Dahulunya Iabukanlah siapa-siapa, bahkan gelar sarjanapun tidak pernah diraih, yang ada hanyalah mimpi besar untuk menjadi orangbesar karena karya besarnya.

Aktor dan agen UIN SA Emas kedepan sewajarnyamempunyai vision yang possible untuk direalisasikan institusi inimenjadi bagian dari lembaga pendidikan berkualitas duniaversi webometrik maupun sertifikat ISO pada tingkat layanan.Pada studi kelayakan sumber daya tenaga pengajar maupuntenaga kependidikan UIN Sunan Ampel Surabaya sangatmemungkinkan untuk mengapai mimpi besarnya. Dilihat darilatarbelakang pendidikan para dosen sangat heterogin, darilulusan perguruan Tinggi dalam negeri maupun luar negeri.

Selanjutnya adalah bagaimana leader UIN Sunan AmpelSurabaya mampu menjadi Dirijen untuk memainkaninstrumen-instrumen musik untuk bersinergi secara apiksehingga enak didengar serta mengarasemen lagu-lagukeilmuan ke dalam ramuan yang laku ke dunia pasar musik.Arasemen keilmuan agama dengan science dengan pendekatanreligion sciences atau integrasi agama dan science dalam wujud

6

twin pillar sehingga produk UINSA bukan menjadi dokumensemata akan tetapi menjadi bagian dari pemecahan masalahsosial maupun inovasi teknologi dan ilmu pengetahuan. Nobady something but some bady anything bahwa setiap individu diUINSA memiliki kemampuan dan ketrampilan yang terbaiktinggal bagaimana sama-sama mengambil posisi dan peranyang terbaik untuk kemajuan UINSA.

Strategi ketiga : Out Looks internasional standartPerguruan tinggi mempunyai yang tereputasi

internasional tidak saja di ukur dari banyaknya jumlahmahasiswa asing yang kuliah di di PTN tersebut, tidak jugabahasa Asing ( Arab, Ingris, Prancis atau lainnya) yangdigunakan sebagai bahasa pengantar, Akan tetapi diukurdengan beberapa para meter disepakati dan diakui secarauniversal. Adapun alat ukur tersebut adalah : Pertama :Banyak karya penelitian dan hasil temuan civitas akademikayang digunakan sebagai rujukan oleh ilmuan lain dalammelakukan pengembangan ilmu secara global. Karya –karyatersebut dipublikasikan dalam bentuk jurnal ilmiah terindekinternasional, atau karyanya di publikasikan melalui keikutsertaannya pada pertemuan ilmiah tingkat internasionlamelalui conferensi, call paper dan lain sebagainya. Logikanyasemakin banyak dosen dan mahasiswa dalam suatu perguruantinggi hasil penelitian dan inovasinya yang berkualitasdijadikan rujukan oleh para ilmuan lain, maka secara tidaklangsung itu menjadi ukuran pengakuan akan reputasiperguruan tinggi tersebut. Kedua , perguruan tinggi tersebutterindek dalam jajaran perguruan tinggi kelas dunia.

Melalui lembaga pensurvey independen yang diakuioleh dunia Internasional. Mesin pengindek akan bekerjasecara online kelaman-laman perguruan tinggi di dunia denganmelakukan pelacakan data maya yang diunggah oleh

quantum spirituality : strategi uinsa menuju word class university

m.syamsul huda

7

perguruan tinggi dengan basis internet . Data perguran tinggiakan terlacak, manakala pusat data perguruan tinggi maupunperpustakaan (library) menyajikan Open Journal Sistim (OJS)dan open acses e-book, sinopsis hasil penelitian dan pengabdian,menu-menu yang menyajikan informasi aktifitas mahasiswa(student mobility) pada keikutsertannya event ilmiahinternasional kepada publik serta dimanfaatkan oleh publik(repository). Hasil citasy oleh mesin pengindek itu tersebutakan diberi peringkat dan dipublikasikan secara gobalkedunia maya . Adapun institusi pemeringakta antara webometrik. 4ICU, THE, dan lain sebagainya. Ketiga : Perguruantinggi terreputasi telah mengikuti penilaian secara internalmaupun ekternal yang dilakukan oleh suatu badan akreditasinasional maupun internasional. Penilaian secara internaldilakukan oleh perguruan tinggi sendiri melalui lembagapenjaminan mutu (LPM) dengan cara mengaudit kinerja sertamutu perguruan tinggi dengan instrumen yang disesuaikandengan instrumen Badan Akreditasi nasional Perguruantinggi.

Selanjutnya hasil penilian internal tersebut digunakansebagai bahan pengajuan akreditasi institusi yang dilakukanoleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)yang dimulai dari akreditasi Program studi hingga institusi .Penilaian eksternal pada level Asia dilakukan oleh padaakreditasi perguruan tinggi Asian ( AUN QA) yang menilaikualitas perguruan Tinggi anggotanya. Standar Akreditasiinternasional membuat instrumen untuk melihat apakahperguruan tinggi tersebut sehat atau tidak dalam mengelolalembaganya, mempunyai Pedoman oparasional Baku (POB)dan Standar operanal prosedur (SOP) secara tertulis atautidak. Secara umum Lembaga akreditasi Internasional akanmelihat perguruan Tinggi dengan 5 (Lima) standar yaitu Good

8

Governance (tatakelola), student Affair ( aktifitas mahasiswa),Teaching and Learning Process ( Proses pembelajaran), Library andIT ( layanan perpustakaan dan sistem informasi teknologi)serta Reseach and Researcher (peneliti dan hasil penilitian).

quantum spirituality : strategi uinsa menuju word class university

ETIKA ISLAM GLOBAL BAGIMAHASISWA ASING

Ancangan Diseminasi di UIN Sunan Ampel Surabayasebagai WCU

ZUMROTUL MUKAFFA**Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

Univesitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya

Abstrak: Tulisan ini mencoba mengkaji tentangpeluang transformasi tata nilai yang membentuketika Islam global di kalangan mahasiswa asing.Kajian ini bertumpu pada premis bahwa, seiringdengan keberhasilan UIN Sunan Ampel Surabaya,maka akan makin banyak mahasiswa asing lintasNegara menjadi bagian dari civitas akademika.Carut marut tatanan dunia saat ini, terutamaakibat laju globalisasi dan terorisme dimana mana,membutuhkan individu yang bukan saja suksesmenjalankan profesi dibidangnya, melainkan jugakemampuan mengartikulasikan etika globalberbasis keagamaan (Islam). Fenomena ini niscayadirespon dengan memberikan modal sejak dinikepada mahasiswa asing tentang arti penting etikaglobal berbasis Islam melalui programtransformasi.

Kata Kunci: Mahasiswa asing, Etika Islam global,World Class University, Non-kekerasan, Solidaritas,Toleransi, dan Kesetaraan.

etika islam global bagi mahasiswa asing

10

A. PengantarSulit memungkiri bahwa, fenomena internasionaliasi

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN) untukmewujudkan mimpi yang mungkin terjadi (possible dream)sebagai bagian dari universitas berkelas dunia (world classuniversity) semakin mengemuka. Hal ini ditandai oleh makinmassifnya mahasiswa asing yang menempuh pendidikan dibeberapa PTKIN, seperti Universitas Islam Negeri SunanAmpel (UINSA) Surabaya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta, dan seterusnya. Kehadiranmereka, tentu saja, menjadi petunjuk penting bahwa, duniainternasional mulai melirik keberadaan kampus-kampusberbasis Islam di tanah air. Sulit membantah bahwa, kehadiranmahasiswa asing merupakan indikator penting PTKIN untukdiakui berkelas dunia.1

Masuknya mahasiswa asing sebagai civitas akademikaPTKIN membuka peluang untuk membangun dan membentukperspektif mereka tentang Indonesia dan Keindonesian-Islamdengan berbagai aspeknya. Dengan bahasa lain dapat dikatakan, mereka tidak hanya studi tentang ragam pengetahuanuntuk mencapai keahlian dalam bidang tertentu, sepertipsikologi Islam, pendidikan Islam, hukum Islam, dan

1 Di banyak Negara, terminologi mahasiswa asing atau mahasiswa internasionaldipahami secara berbeda-beda. Namun, secara garis besar, istilah terminologitersebut digunakan untuk mendeskripsikan mahasiswa yang bukan sebagai wargaNegara, wilayah perguruan tinggi berada dan beroperasi. Kecuali di Australia yangmendefinisikan mahasiswa asing, selain karena kewarganegaraan yang dimiliki, jugaberdasarkan pada kombinasi berbagai variabel yang dapat membedakan mahasiswaasing dengan mahasiswa setempat (a combination of variables that can distinguish themfrom domestic students), seperti ijin tinggal (residence permit), tempat kelahiran (country ofbirth), kepemilikan rumah secara permanent (permanent home residence), dan tahunkedatangannya ke Australia (year of arrival in Australia). OECD, Internationalisation andTrade in Higher Education, Opportunities and Challenges, (Brussel: The Centre forEducational Research and Innovation (CERI), 2004), 308-311.

zumrotul mukaffa

11

seterusnya. Seperti halnya, mahasiswa asing yang belajar dibeberapa Perguruan Tinggi Umum (PTU) guna mendapatkankeahlian dibidang teknik, ekonomi, kedokteran, danseterusnya. Lebih dari itu, mereka tentu saja, juga belajartentang Indonesia dengan berbagai aspek kebudayaan lokalyang ada. Oleh karena belajar di kampus yang berbasis Islam,maka mereka juga belajar secara spesifik dimensi-dimensi ke-Indonesia-an yang melekat dan menjadi bagian takterpisahkan dari identitas Islam di tanah air. Secara teoritik,migrasi mahasiswa asing ke pusat-pusat studi Islam di tanahair akan berdampak positif bagi Indonesia untuk membangunpublic diplomacy maupun soft cultural diplomacy di ranah global.Sebagai mahasiswa asing yang telah belajar banyak tentangIndonesia dan Keindonesia-an Islam, mereka akan menjadiduta untuk promosi global tentang Indonesia seutuhnya didunia internasional.

Arti penting keberadaan mahasiswa asing semakinmenemukan bentuknya, seiring menguatnya aksi-aksikekerasan dan terorisme global di kawasan Timur Tengah danEropa. Perang berkepanjangan di Suriah dan Irak yang memicuperkembangan pesat Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), konfliksektarian di Yaman dan keterlibatan Saudi Arabia bersamasekutunya, serangan sporadis ISIS kepada aparat militer Mesirmemberi petunjuk penting bahwa, Islam Timur Tengah tidaklagi layak menjadi pusat dan mata air untuk membangun globalIslamic ethics bagi dunia Islam. Pada saat yang sama, aksi-aksiteror di Negara Eropa, seperti di Paris (Perancis) dan Brussel(Belgia) yang dilakukan oleh ISIS makin menguatkan asumsibahwa Islam Timur Tengah bukan lagi sebagai rujukan danpanutan untuk membingkai praksis etika Islam global bagikomunitas muslim dunia.

etika islam global bagi mahasiswa asing

12

Masalahnya sekarang, peran sentral PTKIN sebagailembaga yang berkontribusi penting untuk transformasi etikaIslam global belum sepenuhnya dirumuskan secara matang.Saat ini, konsentrasi PTKIN lebih terfokus pada usaha-usahaserius meningkatkan kualitas perkuliahan untukmenghasilkan lulusan terbaik berdasarkan bidang keilmuwanyang digeluti masing-masing mahasiswa asing. Usaha iniberkelindan dengan geliat kampus untuk memperkenalkankebudayaan nasional, terutama yang memiliki relasi dengandinamika Islam lokal. Sementara, bagaimana memperkenalkanaspek-aspek etis Islam Indonesia berkesesuaian dengangagasan transformasi etika global belum mendapatkanperhatian memadai.

B. UINSA, Mahasiswa Asing dan World Class UniversityUniversitas berkelas dunia merupakan diskursus

menarik di kancah global sejak awal tahun 2000-an. Diskursusini mengemuka, seiring dengan makin banyaknya universitasyang berada di luar kawasan Amerika dan Eropamencanangkan program pendidikan tinggi berkelas dunia.Usaha-usaha serius telah dilakukan, terutama oleh perguruantinggi yang berada di kawasan Asia, seperti Jepang, Taiwan,Hongkong, Singapura, China, begitu pula Nigeria dan AfrikaSelatan yang mewakili benua Afrika. Bahkan, beberapauniversitas di Amerika Latin juga sudah berproses menujukampus berkelas dunia.2 Mereka yang terlibat didalamnya

2 The Road to Academic Excellence: Pendirian Universitas Riset Kelas Dunia, Ed. Philip G.Altbach dan Jamil Salmi, (Jakarta: The International Bank for Reconstruction andDevelopment-The World Bank dan Penerbit Salemba Humanika, 2012); TheInternationalization of East Asian Higher Education Globalization’s Impact, ed. John D.Palmer, Amy Roberts, Young Ha Cho, and Gregory S. Ching, (New York: PalgraveMacmillan, 2011); Emnet Tadesse Woldegiorgis1 and Martin Doevenspeck, “CurrentTrends, Challenges and Prospects of Student Mobility in the African Higher

zumrotul mukaffa

13

memiliki satu prinsip utama bahwa, untuk mendapatkanpendidikan berkualitas maka warga Negara setempat maupunmahasiswa lintas Negara tidak harus melakukan migrasi keAustralia, Eropa maupun Amerika. Pada saat yang sama,proyek besar menjadi berkelas dunia diharapkan mampumembangun daya tarik mahasiswa asing untuk belajar diberbagai universitas Asia dan Afrika tersebut dengan harapanmemberikan kontribusi ekonomis bagi masing-masingNegara.3

Universitas berkelas dunia (UBK) dalam bahasa Inggrisdipadankan dengan “world class university” atau “global researchuniversity” (universitas penelitian global) atau “flagshipuniversity” (universitas terkemuka). Selain memiliki banyaknama, terminologi tersebut juga sulit didefinisikan secarapasti yang disepakati oleh berbagai pihak. Altbach (2009) danLiu (2009), misalnya, mendefinisikan UBK sebagai “academicinstitutions committed to creating and disseminating knowledge in a range

Education Landscape”, International Journal of Higher Education Vol. 4, No. 2 (2015), 105-115; Trends and Challenges in Science and Higher Education, Building Capacity in Latin America,ed. Hugo Horta, Manuel Heitor, and Jamil Salmi, (Switzerland: SpringerInternational Publishing, 2016).3 Beberapa hasil riset menunjukkan, kedatangan peserta didik maupun mahasiswaasing di banyak Negara memberikan kontribusi luar biasa secara ekonomis. DiAustralia, berdasarkan tahun 2000, misalnya, kontribusi mahasiswa asingmerupakan sumber pendapatan kesepuluh terbesar dengan total pemasukan $ 1.6juta. Auditor General Victoria, International students in Victorian Universities,(Melbourne: Victorian Auditor-General's Office, 2002). Oleh karena begitumenggiurkan, tidak salah jika Negara ini mengistimasikan pada tahun 2020 akanditandai oleh pertumbuhan luar biasa dengan datangnya sekitar 520 ribumahasiswa asing di Australia, mereka akan belajar di lintas jenjang pendidikan, danberkontibusi kurang lebih $19.1 juta bagi pendapatan ekonomi Negara (the most likelygrowth path would see Australia hosting around 520,000 students in 2020, studying across alleducation sectors and contributing around $19.1 billion to the local economy). The Departmentof Industry, Innovation, Science, Research and Tertiary Education, Australia–Educating Globally, Advice from the International Education Advisory Council, (Canberra:Commonwealth of Australia 2013), 3.

etika islam global bagi mahasiswa asing

14

of disciplines and fields, delivering of elite education at all levels, servingnational needs and furthering the international public good” (lembagaakademis yang berkomitmen untuk menciptakan danmembiakkan pengetahuan dalam berbagai disiplin danlapangan keilmuwan, berisikan akademisi pendidikan terbaikdi berbagai level, melayani berbagai kebutuhan nasional danberperan aktif mewujudkan kebaikan publik internasional).4

Terdapat pula yang mendefinisikan UBK sebagailembaga pendidikan tinggi yang tidak hanya mengedepankanperbaikan kualitas perkuliahan dan penelitiannya, melainkanjuga “more importantly, for developing the capacity to compete in theglobal higher education marketplace, through the acquisition, adaptation,and creation of advanced knowledge”.5 Artinya, setiap perguruantinggi mencapai statusnya sebagai UBK, jika prosesdidalamnya, mengandaikan upaya terus menerus untukmeningkatkan kualitas pembelajaran maupun iklim kerjapenelitian (research atmosphere), membangun kemampuan untukbersaing dengan pasar bebas pendidikan tinggi, melaluipeningkatan kinerja, penyesuaian, dan penciptaanpengetahuan yang sedang dikembangkan secara termusmenerus.

Berkelas dunia juga didefinisikan secara sederhana,dengan memperkaitkan kosa kata teknis “world class” denganranking yang diperoleh melalui penilaian lembaga-lembagainternasional. Semakin tinggi ranking yang diperoleh,

4.Qi Wang, Ying Cheng and Nian Cai Liu, “Building World-Class Universities:Different Approaches to A Shared Goal “, dalam Building World-Class Universities,Different Approaches to a Shared Goal, ed. Qi Wang, Ying Cheng, and Nian Cai Liu,(Boston: Sense Publishers, 2003), 2.5 Jamil Salmi and Nian Cai Liu, “Paths to A World-Class University“, dalam Paths toa World-Class University Lessons from Practices and Experiences, ed. Nian Cai Liu, QiWang, and Ying Cheng, (Boston: Sense Publishers, 2011), ix.

zumrotul mukaffa

15

misalnya, “top 50”, “top 100”, “top 150” diantara seluruh lembagapendidikan tinggi yang dinilai, maka makin tinggi pulakedudukannya sebagai UBK.6 Bukan hanya menjadi patokantentang derajat UBK yang dimilikinya, peringkat yangdiperoleh juga digunakan oleh publik untuk mengukurkualitas dan kredibilitas perguruan tinggi di leveldomestiknya. Misalnya, meskipun mendapat peringkat 399menurut Webometrics dan tidak ada lagi yang mendapatkanranking di atasnya, maka perguruan tinggi tersebutdikatagorikan sebagai universitas terbaik di level nasional.

Sungguh pun berbeda dalam memberikan definisi UBK,namun pada dasarnya memiliki perspektif yang sama. Bahwa,perguruan tinggi berkelas dunia sama artinya dengan “globalcompetitiveness”, yakni mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan tinggi terkemuka di dunia. Setidak-tidaknya, kehadiran, kualitas, dan kredibilitas perguruantinggi mendapatkan pengakuan baik dari komunitas

6 Simon Marginson, “Different Roads to a Shared Goal: Political and CulturalVariation in World-Class Universities”, dalam Building World-Class Universities, 15.Setidak-tidaknya, terdapat tiga lembaga internasional yang diakui kredibilitasnyadan melakukan pemeringkatan terhadap lembaga pendidikan tinggi di dunia.Pertama, Time Higher Education Supplement (THES), sebuah lembaga riset swasta yangberkantor pusat di Inggris. Secara berkala, lembaga ini meranking 500 perguruantinggi terbaik di dunia. Kedua, Webometrics sebagai lembaga internasional yangmeranking perguruan tinggi dunia berdasarkan tampilan website-nya dan berapabanyak publik yang mengaksesnya. Variasi file yang ditampilkan, kedalaman dankeluasan konten maupun tampilan luaran website menjadi indikator penilaian. Ketiga,Shanghai Jiatong University (SJU) di Tiongkok yang penilaiannya hampir samastandarnya dengan THES. Hanya saja, standar lain yang menjadi patokan penilaiancukup berat dibanding lembaga penilai internasional lainnya, misalnya, salah satuatau beberapa dosen pernah mendapatkan Nobel. Selain ketiga lembaga tersebut,sebenarnya, masih banyak lembaga internasional yang bekerja untuk memberikanperingkat kepada lembaga-lembaga pendidikan tinggi di dunia. Tero Erkkilä et al.,Global University Rankings, Challenges for European Higher Education, (New York: PalgraveMacmillan, 2013).

etika islam global bagi mahasiswa asing

16

internasional. Pengakuan komunitas internasional dibuktikandengan membanjirnya mahasiswa lintas Negara sebagaiapplicant untuk menempuh studi di perguruan tinggi tersebut.

UINSA Surabaya merupakan salah satu dari PTKIN ditanah air yang berproses untuk menjadi UBK dan memilikidaya global competitiveness yang kuat. Lembaga pendidikantinggi ini telah merancang dan mengimplementasikanprogram-program rekrutmen mahasiswa asing yangmemungkinkan kearah pencapaian sebagai kampus berkelasdunia. Pada tahun pelajaran 2015/2016, misalnya, terdapat 25mahasiswa asing yang menempuh pendidikan di UINSA.Mereka tersebar di berbagai program studi pada jenjang S1, S2,dan S3. Mereka terdaftar sebagai mahasiswa jalur mandiri danprogram beasiswa dari Kementerian Agama maupunKementerian Riset Teknolog danPendidikan Tinggi. Sebagianbesar berasal dari Negara-negara Asia Tenggara, sepertiMalaysia, Filipina, dan Thailand. Terdapat pula mahasiswaasing pendaftar yang berasal dari Libya, meskipun masih dalamjumlah terbatas.

Pada masa yang akan datang, promosi global untukmenarik mahasiswa asing semakin diintensifkan. Salahsatunya adalah, meningkatkan reputasi publikasi berkala yangdikelola oleh UINSA di mata internasional. Sebagai tindaklanjut dari promosi ini, Journal of Indonesian Islam (JIIS) berhasilmembangun kerja sama (memorandum of understanding) denganpenerbit J.E. Brill di Belanda pada tanggal 16 Januari 2014.Ketertarikan penerbit bereputasi internasional tersebut,didasarkan pada artikel yang dipublikasikan secara berkalaoleh JIIS. Pengakuannya terhadap JIIS dapat menjadi pintumasuk semakin dikenalnya UINSA di kalangan masyarakatinternasional.

zumrotul mukaffa

17

Sebagai bagian dari promosi global, UINSA jugamemiliki proyeksi untuk mendapatkan pengakuan status atauperingkat kelembagaan oleh lembaga pemeringkat perguruantinggi level internasional diantaranya Webometrics, Times HigherEducation (THE) dan Asian University Network maksimal dalamkurun waktu hingga tahun 2025. Dengan pengakuan peringkatyang diperoleh, maka dipastikan akan memicu banyaknyamahasiswa asing yang memilih UINSA sebagai tempatstudinya. Makin tinggi peringkat yang dihasilkan, maka makinberpeluang tingginya mahasiswa asing yang tertarik danmelanjutkan studinya di kampus UINSA.

Sulit menafikan bahwa, besarnya kuantitas mahasiswaasing yang menempuh pendidikan di UINSA dengansendirinya akan berdampak pada meningkatnya popularitas,prestise, dan reputasi di dunia internasional. Hal ini dapatdilihat dari fenomena perguruan tinggi Negeri KanguruAustralia. Membanjirnya mahasiswa internasional di berbagaiperguruan tinggi berhasil meningkatkan prestise dan reputasiNegara tersebut sebagai lokus bercokolnya banyak perguruantinggi terkemuka di dunia. Hampir tidak ada yang mengakuibahwa, Australia menjadi salah satu jujugan bagi mahasiswa-mahasiswa maupun dosen-dosen di PTKIN yang hendakmelanjutkan studi, terutama jenjang magister (S2).

Padahal, jika dilihat dari hasil penilaian lembagainternasional, lembaga-lembaga pendidikan tinggi ternama diAustralia hanya sedikit diantaranya yang berhasil menempatiranking top 100.7 Penilaian The Academic Ranking of WorldUniversities (ARWU) atau the Shanghai Jiao Tong (SJT) Rankings yangdipublikasikan pada tahun 2012 oleh The Centre for World-Class

7 Australian Education International, “Australian University Rankings”, ResearchPaper, Number 2013, 1-3.

etika islam global bagi mahasiswa asing

18

Universities at the Shanghai Jiao Tong University, China hanyamenempatkan perguruan tinggi Australi pada peringkat 100besar (lihat tabel).

Tabel 1Peringkat Perguruan Tinggi Australia

Berdasarkan Penilaian ARWU Tahun 2012

RankingTahun2012

RankingTahun

2011Perguruan Tinggi

57 60 University of Melbourne64 70 Australian National University90 86 University of Queensland93 96 University of Sydney96 101-150 University of Western Australia101-150 151-200 Monash University101-150 151-200 University of New South Wales201-300 201-300 Macquarie University201-300 201-300 The University of Adelaide301-400 301-400 Flinder University301-400 401-500 Griffith University301-400 301-400 James Cook University301-400 401-500 Swinburne University of Technology301-400 301-400 University of Newcastle301-400 301-400 University of Tasmania301-400 401-500 University of Wollongong401-500 401-500 Curtin University of Technology401-500 401-500 La Trobe University401-500 401-500 University of Technology, Sydney

Sumber: Australian Education International: 2013: 1.

zumrotul mukaffa

19

Data yang sama menunjukkan, hanya lima perguruantinggi Australia yang menempati ranking top 100, dan tujuhdiantaranya berada dalam peringkat top 200. Sekitar 49% daritotal perguruan tinggi di Australia yang berhasil menembustop 500. Dengan melihat data ini, maka peringkat perguruantinggi di Australia tidak jauh berbeda dengan lembaga-lembaga tinggi bereputasi internasional di daratan China,Korea maupun Jepang.

Data berbeda diberikan oleh Quacquarelli Symonds (QS)World University Rankings di tahun yang sama. Dari 2.000universitas yang disurvey, beberapa perguruan tinggi Australiaberhasil menempati ranking 50 besar (lihat tabel).

Tabel 2Peringkat Perguruan Tinggi Australia

Berdasarkan Penilaian QS Ranking Tahun 2012

RankingTahun 2012

RankingTahun 2011

Perguruan TinggiOverall Academic Overall

Academic

24 21 26 20Australian NationalUniversity

36 16 31 16 The University ofMelbourne

39 23 38 23The University ofSydney

46 42 48 45 The University ofQueensland

52 44 49 41The University of NewSouth Wales

61 41 60 39Monash University

etika islam global bagi mahasiswa asing

20

79 90 73 87 The University ofWestern Australia

102 110 92 103The University ofAdelaide

233 228 211 192 Macquarie University246 233 228 196 RMIT University

258 268 258 258 Curtin University ofTechnology

264 301+ 269University ofWollongong

268 225 291 235 University ofNewcastle

281 251 267Queensland Universityof Technology

284 267 268 263 University ofTechnology, Sydney

293 299 256- 269University of SouthAustralia

342 301+ 299 Flinders University357 301+ 343 University of Tasmania

362 301+ 352 James Cook University

368 301+ 346 Griffith University375 301+ 317 253 La Trobe University380 301+ n.r. Bond University

401-450 401-500 Deakin University401-450 501-550 Murdoch University

451-500 401-500Swinburne Universityof Technology

Sumber: Australian Education International: 2013: 2.

Tabel di atas menggambarkan, 7 dari 39 perguruan tinggiAustralia yang menempati peringkat top 100, dan 4diantaranya berada dalam peringkat top 50. Berbeda dengan

zumrotul mukaffa

21

penilaian ARWU, sebesar 2/3 equivalen dengan 64% dari totalperguruan tinggi Negeri di Australia berada dalam peringkattop 500. Jika berdasarkan penilaian ARWU menempatkanUniversity of Melbourne sebagai universitas berperingkat terbaik,maka QS Ranking memilih Australian National University(ANU) dengan ranking terbaik di Australia.

Penilaian tidak berbeda diberikan oleh The Times HigherEducation World University Rankings pada tahun 2012-2013.Terdapat 19 universitas yang menempati peringkat top 400 didunia. Data juga menyebutkan, University of Melbournemerupakan universitas dengan peringkat terbaik denganranking 28 dari 400 perguruan tinggi di dunia (lihat tabel).

Tabel 3Peringkat Perguruan Tinggi Australiam

Berdasarkan Penilaian Times Higher Education WorldUniversity Tahun 2012

RankingTahun

2012-2013

RankingTahun 2011-

2012Perguruan Tinggi

28 37 The University of Melbourne

37 38 The Australian National University

62 58 The University of Sydney

65 74 The University of Queensland

85 173 The University of New South Wales

99 117 Monash University

176 201-225 The University of Adelaide

190 189 The University of Western Australia

251-275 226-250 Macqurie University

251-275 276-300 Queensland Universityof Technology

etika islam global bagi mahasiswa asing

22

276-300 276-300 University of Newcastle

301-350 Murdoch University

301-350 351-400 University of South Australia

301-350 251-275 University of Wollongong

351-400 301-350 Charles Darwin University

351-400 351-400 Deakin University

351-400 351-400 Flinder University

351-400 301-350 University of Tasmania

351-400 University of Technology of Sydney

351-400 Curtin University

351-400 Grifftin University

351-400 La Trobe University

351-400 Swinburne University of Technology

Sumber: Australian Education International: 2013: 3.

Laporan penilaian lembaga-lembaga internasional di atasmemberi petunjuk penting bahwa, prestise dan reputasiperguruan tinggi tidak hanya ditentukan oleh peringkat yangdiperolehnya. Terdapat variabel lain yang cukup signifikanberpengaruh atau setidak-tidaknya, menjadi pendorong(driving forces) terhadap perolehan reputasi internasional,yaitu: kuantitas mahasiswa asing yang menempuh pendidikandi lembaga pendidikan tinggi tersebut. Fenomena di Australia,lagi-lagi memberi petunjuk penting korelasi antara mahasiswaasing dengan reputasi kampus di dunia internasional.

Jika melihat data tahun 2001, Australia telah dibanjirioleh begitu banyak mahasiswa maupun peserta didik darilintas Negara dan Benua. Hal ini dapat dilihat dari jumlahpendaftar yang berkeinginan memasuki perguruan tinggi,pendidikan ketrampilan, lembaga pengembangan BahasaInggris maupun sekolah-sekolah di Australia (lihat tabel).

zumrotul mukaffa

23

Tabel 4Jumlah Mahasiswa dan Peserta Didik Asing yang Mendaftar

Berdasarkan Sektor Pendidikan dan Kewarganegaraan, Tahun2001

Asal Negara Perguruan

Tinggi

PendidikanVokasi

Non-gelar

LembagaBahasaInggris

Sekolah Total

China 9.098 2.542 10.902 4.282 26.824Hong KongSAR

19.479 2.274 1.795 1.054 24.602

Singapura 21.964 761 8 431 23.164

Malaysia 17.972 1.413 202 644 20.231

Indonesia 10.484 4.638 1.868 1.629 18.619KoreaSelatan 2.714 4.005 9.336 1.996 18.051

Jepang 2.351 3.087 6.276 1.142 12.856

Thailand 3.629 2.164 4.742 590 11.125

India 6.188 4.128 32 68 10.416

Taiwan 3.106 861 2.599 625 7.191AmerikaSerikat 4.076 553 10 131 4.770

Vietnam 1.690 779 794 231 3.494

Brazil 218 809 1.842 380 3.249RepublikCzech danSlovakia

112 1.351 1.773 6 3.242

Norwegia 2.892 72 21 6 2.991Negara-negara Lain 23.100 10.406 7.180 1.897 42.583

Jumlah 129.073

39.843 49.380 15.112 233.408

Sumber: OECD: 2004: 175.

etika islam global bagi mahasiswa asing

24

Penyumbang mahasiswa dan peserta didik asing terbesardi Australia adalah China, Hong Kong, Singapura, Malaysia,Indonesia, Korea, Jepang, Thailand, dan India. Untuk jenjangpendidikan tinggi, mahasiswa asing terbanyak berasal dariSingapura, Hong Kong, China, Malaysia, dan Indonesia.Sementara pada pendidikan vokasi non-gelar, mahasiswa asingsebagian besar berasal dari Indonesia, India, Korea, dan Jepang.Pusat-pusat studi Bahasa Inggris diminati oleh mahasiswaasing yang berasal dari China, Korea, dan Thailand sebagaipenyumbang terbesar. Sedangkan jenjang pendidikan dasardan menengah, mahasiswa asing mayoritasnya berasal dariChina, Korea, dan Indonesia.

Program rekrutmen mahasiswa untuk belajar diAustralia terus digalakkan dan merambah berbagai Negara. Disejumlah Negara, seperti Bangladesh, Kamboja, Filipina,Yordania, Libanon, Turki, Uni Emirat Arab, Botswanda, Kenya,Mauritus, Afrika Selatan, Zimbabwe, Kanada, Kolumbia,Meksiko, Venezuela, Hongaria, Italia, Polandia, Rusia,Spanyol, Denmark, Perancis, Irlandia, Swedia, Inggris, dan Fiji,jumlah mahasiswa yang belajar ke Australia meningkat sekitar20% berdasarkan tahun 2001.8

Keberhasilan mahasiswa asing untuk menempati peranstrategis di berbagai profesi, terutama di lembaga pendidikantinggi di Indonesia, misalnya, dengan sendirinya akanmengubah pandangan publik tentang prestise dan reputasilembaga pendidikan di Australia. Fenomena di Australiamenjadi pelajaran penting bagi UINSA untuk menempatkanrekrutmen mahasiswa asing lintas Negara sebagai salah satuprioritas program pengembangan menuju kampus berkelasdunia. Program rekrutmen dilakukan melalui berbagai bentukaktifitas, mulai membangun jaringan publikasi berskala

8 OECD, Internationalisation, 176.

zumrotul mukaffa

25

internasional, pemberian beasiswa hingga promosi globalsecara terbuka melalui website yang dikelola oleh UINSA.

C. Etika Islam Global, Untouchable ValuesSulit membantah bahwa, sebagaian besar Negara-Negara

Timur Tengah yang selama ini menjadi kiblat komunitasmuslim internasional memiliki problem mendasar dalammentransformasikan etika Islam global. Irak, Syiria, dan Yamenterbelenggu oleh konflik sektarian yang tak kunjung usai, danbahkan, menarik masyarakat internasional untuk menjadibagian didalamnya. Sementara, Afghanistan dan Pakistandisibukkan untuk menyelesaikan perlawanan dari kelompok-kelompok Islam radikal, terutama Thaliban dan Al-Qaeeda.Pada saat yang sama, Mesir mengalami instabilitas, selainkarena problem transisi demokrasi yang tak kunjungterselesaikan sejak jatuhnya rezim Husni Mubarok, jugamenghadapi ancaman serius serangan ISIS. Sedangkan ArabSaudi dan Iran belum secara optimal mampu menjadi gardadepan untuk menyelesaikan problem-problem kawasan di atasdengan landasan etika Islam yang kuat.

Indonesia, sebagai Negara berpenduduk mayoritasmuslim terbesar di dunia, memiliki kesempatan luas untukmenjadi prototype, bagaimana menyandingkan Islam dan duniainternasional. Sikap Indonesia yang menolak ajakan SaudiArabia untuk menjadi jaringan global melawan ISIS danpenerimaannya terhadap Palestina, misalnya, menjadipetunjuk penting, mendudukkan dan mentransformasikanetika global dalam membangun relasi antar Negara.Keberhasilan Indonesia ini, tentu saja, menjadi terbuka untukdisemaikan kepada dunia internasional, terutama melaluimahasiswa asing yang sedang menempuh pendidikan di

etika islam global bagi mahasiswa asing

26

Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), termasukUIN Sunan Ampel Surabaya.

Terminologi global ethics diintrodusir oleh Hans Kungyang belakangan banyak digunakan dalam diskursuspluralisme dan multikulturalisme global. Sejak ParlemenAgama Dunia (the Council for A Parliament of the World Religions)pada pada tanggal 4 Maret 1993 di Hotel Grant Park Cichago,Amerika Serikat mensepakati deklarasi tentang agama-agamauntuk etika global (declaration religions for global ethics), makaetika global menjadi kajian yang mendunia. Etika global,sebagaimana Kuhn tegaskan, bukanlah “ethics for the world”,tetapi menunjuk pada kesepakatan etis atau persetujuantentang sikap, kriteria, dan tata nilai yang menjadi dasar bagimasyarakat dunia (world society) dengan segala dinamikakehidupan didalamnya.9

Etika global yang dirumuskan Kung, dilandasi kekuatansaling menghargai dan perlakuan yang manusiawi terhadapsemua orang di semua bidang: ekologi, hukum, teknologi, dansosial, yang akan membentuk kembali peradaban dalammillenium ketiga ini. Kung menegaskan bahwa, globalisasidengan berbagai konsekuensinya, termasuk menguatnyaterorisme global tidak mungkin dapat dihindari. Sementarapada saat yang sama, globalisasi juga bersifat ambivalen, tidakdapat diprediksi, dan tidak dapat dikontrol. Oleh karena itu,

9 Hans Kung, A Global Ethic for Global Politics and Economics, (New York: OxfordUniversity Press, 1998), 91. Bandingkan dengan pernyataan “global ethics can be definedas the moral reflection on the many public issues arising from an increasing connected world and theethical dilemmas posed by the negative effects of many aspects of globalization on people and theplanet” (etika global dapat didefinisikan sebagai refleksi moral yang terkait denganberbagai isu publik akibat dari keterhubungan dunia dan dilemma etika yangdiakibatkan oleh berbagai aspek globalisasi masyarakat maupun dunia). AsuncionLera ST.Clair, “Global Ethics”, dalam The Wiley-Blackwell Encyclopedia of Globalization,ed. George Ritzer, (Oxford: Blackwell Publishing Ltd, 2012), 101.

zumrotul mukaffa

27

diperlukan konsensus terhadap etika dasar, guna menjaminkehidupan global yang damai.10

Etika global bertumpu pada prinsip dasar “setiapmanusia harus diperlakukan secara manusiawi” (every humanbeing must be treated humanely). Prinsip ini dibarengi oleh prinsipkedua bahwa, “What you wish done to yourself, do to others” (apayang kamu rasa baik dilakukan untukmu, maka lakukan padaorang lain) yang artinya, apa yang dirasa baik dilakukan untukdiri seseorang, maka ia harus melakukan hal yang sama kepadayang lain.11 Dua prinsip dimaksud akan berhasil mewujudkanetika global, jika disertai oleh cultural imperative berikut:

Commitment to a culture of non-violence andrespect for all life: the age-old directive: You shallnot kill! Or in positive terms: Have respect for life!Commitment to a culture of solidarity and a justeconomic order: the age-old directive: You shall notsteal! Or in positive terms: Deal honestly and fairly!Commitment to a culture of tolerance and a life oftruthfulness: the age-old directive: You shall not lie!Or in positive terms: Speak and act truthfully!Commitment to a culture of equal rights andpartnership between men and women: the age-olddirective: You shall not commit sexual immorality!Or in positive terms: Respect and love one another!12

10 Lily Zakiah Munir, “Pluralisme, Globalisasi, dan Etika Global:”, dalam MohamedFathi Osman, Islam, Pluralisme, dan Toleransi Keagamaan, Pandangan al-Quran,Kemanusiaan, Sejarah, dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi, 2012), 169-170.11 Peter Singer, One World, The Ethics of Globalization, (New Haven: Yale UniversityPress, 2002), 143.12 Hans Kung, A Global Ethic, 11.

etika islam global bagi mahasiswa asing

28

Pertama, etika global berarti komitemen terhadap budayanon-kekerasan dan respek terhadap keseluruhan aspekkehidupan. Dalam tradisi keagamaan yang agung terdapatdoktrin ”janganlah engkau membunuh!” atau dalam bahasapositifnya, ”respeklah terhadap hidup dan kehidupan”. Kedua,komitmen terhadap budaya solidaritas dan terutama dalamkehidupan ekonomi. Dalam tradisi keagamaan ”kuno” yangagung, dikenal doktrin ”janganlah kamu mencuri” atau dalambahasa positif dinyatakan ”berpeganglah pada kejujuran dankewajaran”. Ketiga, komitmen terhadap budaya toleransi danhidup penuh kebenaran, yang dalam doktrin agama dikenaldengan pernyataan ”janganlah engkau berbohong” atau denganbahasa positif ”berkata dan bertindaklah penuh kejujuran”.Keempat, komitmen terhadap budaya kesetaraan hak dankemitraan antara laki-laki dan perempuan. Dalam tradisiagama yang agung dikenal doktrin ”pedulilah engkau terhadapkehidupan seksual yang tidak bermoral” atau dalam bahasapositifnya, ”respek dan cintailah yang lain”.

Dengan demikian, terdapat lima tata nilai yang melekatdalam etika global sebagai jantung dari dua prinsip di atas,yaitu: non-kekerasan, solidaritas, toleransi, dan kesederajatan.Tata nilai ini harus dalam diri setiap individu, politisi, pelakuekonomi, akademisi, negarawan, birokrat dan keseluruhanaktor di lingkaran masyarakat global untuk menjaminkeberlanjutan penerapan etika global. Penting pula dicatatbahwa, transformasi keempat tata nilai bersifat absholut dalampengertian, tanpa memandang perbedaan asal usul etnik/ras,agama, gender, dan status sosial ekonomi.

Islam dengan berbagai khazanah yang dimilikinya,memberikan kontribusi penting dalam transformasi etikaglobal. Terutama dalam tradisi tasawuf, keempat tata nilaitelah terejawantahkan secara nyata dikalangan para sufi. Islam

zumrotul mukaffa

29

menjadi salah satu sumber, bagaimana seharusnya tata nilaidiformulasikan dan diaksentuasikan kedalam sikap danperilaku masyarakat global. Rumusan yang dihasilkan dandiimplementasikan itu lah yang dikenal dengan terminologietika Islam global. Yaitu, suatu tata nilai moralitas yangbersumber dari khazanah Islam, termasuk tradisi tasawuf yangmenjadi dasar kehidupan etis masyarakat global.

Sikap anti-kekerasan, misalnya, secara nyata telahdimanifestasikan kedalam sikap dan perilaku keberagamaantokoh sufi terkenal, Abu Manshur al-Hallaj. Sebuah riwayatmengilustrasikan, suatu ketika al-Hallaj melihat seorangmuslim sedang bertengkar dengan orang Yahudi sertamemaki-makinya. Melihat fenomena tersebut, al-Hallaj segeramemalingkan muka seraya berkata:

“Semua agama adalah milik Allah. Setiap golonganmenganut suatu agama tanpa adanya pilihan, bahkandipilihkan bagi mereka. Karena itu barang siapamenyalahkan apa yang dianut golongan itu samadengan dia telah menghukumi golongan tersebutmenganut agama atas upayanya sendiri. Setelahberpendapat demikian iapun bersenandung dengansyairnya: //Aku memikirkan agama-agama dengansungguh-sungguh/kemudian sampailah padakesimpulan/bahwa ia mempunyai banyak sekalicabang//Maka janganlah sekali-kali mengajakseseorang/kepada suatu agama//Karena sesungguhnyaitu akan menghalangi/untuk sampai pada tujuan yangkokoh//Tetapi ajaklah melihat asal sumber segalakemuliaan/dan makna, maka dia akan memahaminya”.13

13 Ilham Masykuri Hamdie, “Akar-Akar Pluralisme dan Dialog Antar-Agama dalamSufisme”, dalam Elza Peldi Taher, Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga RampaiMenyambut 70 Tahun Djohan Effendi, (Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi, 2011), 122-123.

etika islam global bagi mahasiswa asing

30

Bukan hanya mengedepankan non-kekerasan, sikap al-Hallaj juga mengandaikan arti penting toleransi beragama.Pengejawantahan toleransi ini juga ditemukan dalam sikapdan perilaku Ibnu Arabi. Melalui syairnya yang cukup indahdan terkenal, ia mengekspresikan sikap toleransinya terhadapagama lain.

//Aku pernah mengingkari karibku/Karena agamakuberbeda dengan agamanya//(Sekarang) hatiku telahterbuka/Menerima segala bentuk agama/Padangrumput bagi rusa/Rumah untuk berhala-berhala//Gereja bagi para pendeta/Ka’bah untukorang thawaf/Papan-papan Taurat/Lembar-lembarQur’an//Aku mereguk agama cinta/Kemanapun diaberlayar/Cinta kepada-Nya adalah agama dankeyakinanku.14

Jalaluddin Rumi yang juga merupakan tokoh sufiternama, misalnya, juga memberikan bagaimana menjalanihidup dan kehidupan yang mengedepankan kesetaraan, tanpamemandang latar etnisitas maupun religiousitasnya. Melaluisyairnya yang cukup terkenal, ia menegaskan, //Perbedaan wujudmakhluk-makhluk muncul karena bentuk lahirnya//Apabila dapatmenembus ke dalam makna yang hakiki kita akan tenteram//O tulang

14 Jamal al-Bana, al-Ta’addudiyah fi al-Mujtama’ al-Islami>, (Kairo: Da>r al-Fikr al-Islami>,2001), 38.

zumrotul mukaffa

31

belulang keberadaan! Disebabkan sudut pandang yangdiperdekatkan//Maka kau sengit membeda-bedakan antara orang Islam,Kristen dan Majusi.15

Tentu saja, masih banyak warisan Islam, terutamamelalui tradisi tasawuf yang dapat digunakan sebagai sumbermembangun etika Islam global. Masalahnya, tata nilai inibelum menjadi bagian penting yang niscaya ditransformasikandi kalangan mahasiswa asing UINSA. Konsekuensinya, tatanilai etika Islam global masih menjadi ruh adilihung yang belumtersentuh oleh mereka. Jika pada akhirnya, mereka memilikipengetahuan, sikap, dan perilaku yang non-kekerasan, toleran,solidaritas yang tinggi, dan menjunjung prinsip kesetaraan,maka bukan sebagai akibat dari transformasi programkelembagaan UINSA, melainkan melalui upaya mereka secaramandiri.

Padahal, mahasiswa asing merupakan bagian darikomunitas internasional dan memiliki arti strategis, terutamadi Negara asal masing-masing setelah menyelesaikan studinyadi UINSA. Sebagai lulusan, mereka tidak hanya sekedarmerepresentasikan dirinya sendiri, melainkan juga reputasidan kredibilitas UINSA sebagai penyelenggara pendidikantinggi berkelas internasional. Banyak studi menyebutkan,reputasi yang diakibatkan oleh keberhasilan lulusannyatersebut menjadi salah satu pilar yang mempercepat prosesmenuju universitas berkelas dunia.

Padahal, keberhasilan para lulusan yang selama iniberhasil mendongkrak reputasi kampus tempat belajarnyahanya diukur dari kapasitasnya untuk menempati jabatan-jabatan strategis yang relevan dengan prior knowledge yang

15 Hamdie, “Akar-Akar Pluralisme”, 127.

etika islam global bagi mahasiswa asing

32

dipelajarinya.16 Kecakapan tambahan yang berupa ketrampilanuntuk mentransformasikan global Islamic ethics, tentu saja,dipastikan akan semakin mendongkrak reputasi kampus,tempat lulusan menimba pengetahuan sebelumnya. Beberapakasus menunjukkan, lulusan terbaik sekalipun yang tidakdilengkapi oleh kecakapan etika global dalam dirinya, justruberakibat menurunkan reputasi kampus asalnya. Terutama,jika belakangan lulusan tersebut menjadi bagian dari pelakukriminal luar biasa (extra-ordinary crime), seperti terlibat dalamjaringan terorisme global, dan semacamnya.

D. UINSA Surabaya dan Ruang DiseminasiSeiring dengan proses pemantapan menjadi salah satu

PTKIN berkelas dunia, UINSA memiliki kesempatan luasmenjadi salah satu kampus yang tidak hanya mampumenghasilkan para lulusan yang kompeten dan kompetitif dibidangnya. Lebih dari itu, mereka juga memiliki kecakapansebagai transformator etika Islam global, setidak-tidaknya, ditempat kerja mereka masing-masing. Citra Indonesia di matadunia internasional sebagai Negara majemuk yang inklusif dantoleran sangat menguntungkan posisi UINSA di matamahasiswa asing. Bagaimanapun, masyarakat internasionaltentu memiliki pandangan bahwa, lembaga-lembaga

16 Ellen Hazelkorn, Rankings and the Reshaping of Higher Education, The Battle for World-Class Excellence, (New York: Palgrave Macmillan, 2011); Grant Harman, “Competitorsof Rankings: New Directions in Quality Assurance and Accountability”, dalamUniversity Rankings, Theoretical Basis, Methodology and Impacts on Global Higher Education,ed. Jung Cheol Shin, Robert K. Toutkoushian, and Ulrich Teichler, (New York:Springer Science+Business Media B.V., 2011); William Yat Wai Lo, UniversityRankings, Implications for Higher Education in Taiwan, (Singapore: SpringerScience+Business Media, 2014); Barbara M. Kehm, “The Impact of Rankings on theEuropean Higher Education Landscape”, dalam Global University Rankings, Challengesfor European Higher Education, ed. Tero Erkkilä, (New York: Palgrave Macmillan, 2013).

zumrotul mukaffa

33

pendidikan tinggi yang berbasis pada Islam memiliki peranpenting dalam menjaga inklusifitas dan toleransi dalam ruangpublik Indonesia.

Penting ditegaskan bahwa, meskipun bukan merupakansatu-satunya faktor, riset juga menunjukkan bahwa, religiousloyalties atau paradigma keagamaan yang dianut oleh Negaramaupun perguruan tinggi memiliki pengaruh terhadap minatmahasiswa asing untuk menjadi bagian didalamnya. Ridder-Symoens (1996) dan Perkin (2006) menegaskan, “factors thataffected students’ choices of universities: (1) family tradition; (2) thereputation of the university or its location; (3) religious and/or politicalloyalties; (4) costs, distance, and ease of access; (5) facilities provided tostudents; and (6) fashion and opportunities for learning foreignlanguages”17

Untuk menjadikan UINSA sebagai ruang diseminasietika Islam global, maka membutuhkan kemauan stakeholdersuntuk merumuskan model implementasi yang sistematis,komprehensif, terukur dan tentu saja, dapat dimonitoring danevaluasi secara berkala. Terdapat beberapa tahapan yangniscaya dilakukan untuk menghasilkan model transformasietika Islam global kepada mahasiswa asing, termasuk memilihdan menentukan pendekatan, mengembangkan strategi, danmerumuskan model implementasi.

Selama ini dikenal dua pendekatan dalam transformasietika, yaitu: pendekatan kosmopolitan dan komunitarian.

17 “Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan mahasiswa asing terhadap universitas-universitas tertentu: 1) tradisi keluarga; 2) reputasi dan lokasi universitas berada; 3)loyalitas atau paradigma keagamaan yang dianut dan berlaku umum di universitas;4) biaya, jarak, dan kemudahan akses; 5) fasilitas yang tersedia untuk mahasiswaasing; dan 6) kebiasaan dan kesempatan bagi mereka untuk belajar bahasa asing”.Kemal Gürüz, Higher Education and International Student Mobility in The Global KnowledgeEconomy, (Albany: State University of New York Press, 2008), 126.

etika islam global bagi mahasiswa asing

34

Terdapat doktrin terkenal dalam pendekatan cosmopolitanbahwa, “I am a citizen of the world” (saya adalah warga dunia), “weare all equally human” (kami adalah manusia yang setara), ”we areall guided by similar moral precepts” (kami seluruhnya dibimbingoleh keyakinan moral yang sama), dan yang paling penting,”morality is therefore universal” . Berbagai doktrin yang adamengisyaratkan bahwa, setiap manusia memiliki hak dantanggung jawab sama dalam konteks sebagai bagian darimasyarakat dunia. Dengan kata lain, setiap individumerupakan ”the only genuine moral agent” baik di lingkungansendiri maupun publik berskala global untuk selalumengejawantahkan tanggung jawab diri (self-responsibility) danmasing-masing terikat dengan ”universal moral laws”.18

Jika pendekatan kosmopolitan yang digunakan, makayang proyeksi etika Islam global adalah ”bagaimanamenjadikan individu mahasiswa asing sebagai lulusan yangmemiliki pengetahuan, wawasan, sikap, dan perilaku yangmerepresentasikan non-kekerasan, solidaritas, toleransi, danmengedepankan kesederajatan yang bersumber dari khazanahatau tradisi Islam. Tata nilai tersebut dimanifestasikankedalam kehidupan sehari-hari dalam kapasitasnya sebagaibagian dari warga Negara maupun masyarakat global”.Proyeksi ini mengandaikan, keluaran UINSA secara mandiritetap akan mempertahankan tata nilai etika Islam global,meskipun lingkungan komunitas maupun kebijakan Negaraasal mereka, tidak memberikan dukungan implementasi tatanilai yang telah melekat dalam diri mereka.

Sebaliknya, pendekatan komunitarian memilikiperspektif berbeda tentang etika. Jika komunitarian

18 Jacqueline Best, “The Moral Politics of IMF Reforms: Universal Economics,Particular Ethics”, dalam Globalization and Political Ethics, ed. Richard B. Day andJoseph Masciulli, (Leiden: Brill, 2007), 110.

zumrotul mukaffa

35

menganggap hanya menempatkan Negara asal mahasiswasemata-mata sebagai ”the reality of the nation-state as a central formof political and social organization”, sehingga kehadirannya ”nonecessary moral relevance”.19 Sama halnya, lingkungan komunitasmahasiswa asing lulusan UINSA juga tidak harus memilikietika Islam global. Sebaliknya, komunitarian memahamibahwa, keberhasilan transformasi tata nilai etika Islam global,bukan terletak pada individu, melainkan pada komunitasnya,mulai komunitas etnik/ras, religius, dan bahkan Negara.Keberhasilan transformasi, terletak pada efektifitaspemberlakuan hukum formal yang mengatur tentang tata carapelaksanaanya (rule by law), dan hal berbeda denganpendekatan kosmopolitan yang lebih mengandalkankeampuhan konvensi, adat maupun tradisi (natural law).

Pilihan pada pendekatan komunitarian, makaberkonsekuensi pada proyeksi berbeda dibanding dengankosmopolitan. Proyeksi transformasi etika Islam global diUINSA, dengan demikian, dalam upaya ”menghasilkan lulusanyang memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku tentangbagaimana seharusnya Negara asalnya merumuskan danmengimplementasikan tata nilai non-kekerasan, solidaritas,toleransi, dan kesederajatan dalam kehidupan berbangsa”.Konsekuensi dari pendekatan ini, maka lulusan UINSA tidakharus memiliki pengetahuan tentang tata nilai etika Islamglobal harus harus diimplementasikan oleh diri masing-masing, tidak pula, memiliki sikap dan perilaku yang non-kekerasan, toleran, mengedepankan solidaritas dan keseteraan.

Diseminasi etika Islam global di UINSA, tertutamakepada mahasiswa asing lintas Negara dapat dilakukan denganmemilih salah satu atau mengakomodasi dua pendekatan yang

19 Jacqueline Best, “The Moral Politics”, 111.

etika islam global bagi mahasiswa asing

36

ada. Dua pendekatan sama-sama memiliki kekurangan dansekligus, kelebihanan dan keunggulannya masing-masing.Tentu saja, pilihan harus didasarkan pada pemetaan mendalamtentang geo-politik, geo-ekonomi, dan geo-religious Negaraasal masing-masing mahasiswa. Pemetaan akan menghasilkanskala prioritas pendekatan mana yang akan dipilih dandiimpelementasikan. Penting pula dicatat, pilihan yangdiputuskan akan berkonsekuensi pada perbedaan desainmateri ajar transformasi etika Islam global.

Proses menuju diseminasi juga harusmempertimbangkan secara matang strategi yang hendakdipilih dan digunakan. Terdapat empat strategi yang dapatdipilih untuk mentransformasikan etika Islam global kepadamahasiswa asing yang belajar di UINSA, yaitu: strategimonolitik, terintegrasi, di luar kelas, dan gabungan.20 Strategiini, biasanya, banyak digunakan dalam kegiatan pembelajaranafektif, soft-skills, dan pendidikan moral, etika atau karakter.

Strategi monolitik merupakan mekanisme, cara atauprosedur transformasi etika Islam global melalui mata kuliahtersendiri. Kedudukannya sama seperti mata kuliah lain yangharus diikuti oleh seluruh mahasiswa asing. Seperti halnyamata kuliah lain, pengajar berkewajiban mengembangankurikulum, rencana perkuliahan, memilih bahan ajar, danmerumuskan evaluasi perkuliahan.21 Disatu sisi,

20 Achmad Husen et al., Metode Pendidikan Karakter Bangsa, Sebuah Pendekatan Monolitikdi Universitas Negeri Jakarta, (Jakarta: Penerbit Universitas Negeri Jakarta, 2010), 30-34.21 Dalam studi lintas budaya (cross-cultural studies), etika sosial maupun etika terapan,strategi ini juga banyak dipergunakan. Hanya saja, model pembelajaran yang dipilihdan digunakan dosen harus lebih program. Misalnya, model pembelajaran atauaktifitas pertukaran (exchange activities). Dengan model ini, dua individu atau duakelompok berbeda berdiskusi dalam posisi pro dan kontra terkait dengan ragamproblem yang berhubungan dengan etika Islam terapan. Dosen pengampumemfasilitasi dengan cara merumuskan tema-tema provokatif yang menarik

zumrotul mukaffa

37

kedudukannya sama dengan mata kuliah lain, maka materiyang disampaikan menjadi lebih terencana matang, terfokus,dan terukur. Namun disisi lain, strategi ini akan menempatkankegiatan perkuliahan sangat tergantung pada tuntutankurikulum, kemudian penanaman nilai-nilai tersebut semata-mata hanya menjadi tanggung jawab dosen pengampu semata,demikian pula dampak yang muncul pendidikan karakterhanya menyentuh aspek kognitif, tidak menyentuhinternalisasi nilai pada diri setiap mahasiswa asing. Problemlain yang niscaya menjadi pertimbangan adalah status UINSAyang baru dalam proses menuju perguruan tinggi berkelasdunia. Hal ini ditandai oleh mahasiswa asing yang belajarmasih terbatas kuantitasnya, dan tersebar di berbagai programstudi, beberapa fakultas berbeda, dan bahkan jenjang S1, S2,dan S3. Jika dipilih strategi monolitik, maka berdampak padakebutuhan dosen pengampu yang cukup banyak jumlahnya.

Transformasi melalui strategi integrasi dalam pengertian,materi etika Islam global diberikan secara terintegrasi dalamsetiap mata kuliah. Konsekuensinya, tanggung jawabkeberhasilan maupun kegagalan transformasi tata nilai etikaIslam global berada di seluruh dosen mata kuliah lintasprogram studi, fakultas maupun jenjang pendidikan. Setiapdosen dapat memiliki materi yang relevan dengan tema ataupokok bahasan bidang studi yang diampunya. Melalui model

mahasiswa untuk berdiskusi, dan sekaligus mempersiapkan sumber belajar ataubahan ajarnya. Pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh mahasiswa, baik yangpro dan kontra adalah, “apakah setiap individu seringkali menggunakan alasan masalalunya sebagai basis legitimasi terhadap rendahnya budaya toleransi dalam dirimereka?”. Patricia L. Marshall, “Toward a Theoretical Framework for the Design ofMulticultural Education in Teacher Education Programs”, Paper presented at the AnnualMeeting of the National Council for the Social Studies (72nd, Detroit, MI, November 20, 1992)(Eric Document, ED 353 246); Patricia L. Marshall, “Using My ‘You Lie Moment’ toTheorize Persistent Resistance to Critical Multicultural Education”, InternationalJournal of Multicultural Education, Vol. 17, No. 2 (2015), 117-134.

etika islam global bagi mahasiswa asing

38

terintegrasi ini, maka setiap dosen adalah pengampuperkuliahan etika Islam global tanpa kecuali. Implementasistrategi integrasi akan menghadirkan setiap dosen merasa ikutbertanggung jawab akan penanaman nilai-nilai hidup kepadasemua mahasiswa asing, dan pada saat yang sama, pemahamantata nilai yang diberikan cenderung tidak bersifat informatif-kognitif, melainkan bersifat aplikatif sesuai dengan kontekspada setiap mata kuliah. Sungguh pun demikian, strategiintegrasi terbuka memiliki kelemahan, karena pemahamandan persepsi tentang tata nilai yang akan ditanamkan harusjelas dan sama bagi semua dosen mata kuliah. Jaminankesamaan pandangan bagi setiap dosen adalah hal yang tidakmudah, mengingat latar belakang setiap mereka yang berbeda-beda. Bahkan, jika pada akhirnya terjadi perbedaan penafsirannilai-nilai di antara para dosen, maka akan menjadikanmahasiswa asing mengalami kebingungan.

Transformasi etika Islam global juga dapat dilakukandengan strategi perkuliahan di luar kelas. Melalui strategi ini,tata nilai etika Islam global ditransformasikan melalui aktifitasdi luar agenda perkuliahan di dalam kelas. The CulturalImmersion Project (CIP), salah satunya, menjadi salah satuprogram transformasi yang efektif untuk membentuk sikapdan perilaku mahasiswa asing yang merepresentasikan tatanilai non-kekerasan, solidaritas, toleransi, dan kesetaraan.22

22 Proyek atau program imersi kebudayaan ini, pada awalnya, diperuntukkan bagipara calon guru yang bersifat wajib diikuti sebagai bagian dari mata kuliah sisiologiatau aspek sosio-kultural dalam pendidikan. Namun, program ini sangat berpeluangditerapkan kepada mahasiswa asing lintas program studi, fakultas maupun stratapendidikan. Sam Minner et al., Benefits of Cultural Immersion Activities in a SpecialEducation Teacher Training Program, (Washington, DC: Office of Special Education andRehabilitative Services (ED), 1995); Gerry St. Martin, “Preparation for InternationalBusiness: A Cultural Immersion Model in French” Paper presented at the Annual EasternMichigan University Conference on Languages and Communication for World Business and theProfessions (13th,Ypsilanti, MI, April 6-8, 1995) (Eric Document, ED 388 075); William K.

zumrotul mukaffa

39

Melalui program ini, para mahasiswa diterjunkan secaralangsung di lokus-lokus komunitas tertentu, baik yangdipahami telah memiliki etika Islam Global atau sebaliknya,komunitas yang cenderung radikal, ekslusif, dan intoleran.Interaksi mereka dengan komunitas seperti halnyamenghadirkan cross-cultural dialogue yang melibatkan begitubanyak budaya. Hasil imersi kebudayaan, pada tahapselanjutnya, didiskusikan bersama dosen pengampu, sehinggamahasiswa mencapai pemahaman lintas kebudayaan (cross-cultural understanding). Secara bertahap, keseluruhan prosespelaksanaan proyek imersi kebudayaan akan melahirkan sikapdan perilaku mahasiswa yang selaras dengan etika Islamglobal.

Sedangkan strategi gabungan menunjuk pada prosedur,cara atau mekanisme transformasi yang menggabungkanantara model terintegrasi dan model di luar perkuliahan secarabersamaan. Model ini dapat dilaksanakan dalam kerja samadengan tim baik oleh dosen pengampu maupun dalam kerjasama dengan pihak luar kampus. Kelebihan model ini adalahsemua stakeholders terlibat secara aktif, dan demikian pula,dosen pengampu dapat belajar dari pihak luar untukmengembangkan diri dan mahasiswa. Selain menerimainformasi tentang tata nilai etika Islam global, sekaligus jugadiperkuat dengan pengalaman melalui ragam aktifitas yangterencana dengan baik dan terukur. Model inter-relasi antaraglobal Islamic ethics instruction, outreach, dan research dapatdigunakan sebagai program transformasi tata nilai etika globalIslam yang menggunakan strategi gabungan.23

Cross and Peter J. Murphy, ”Training Rural Teachers by Cultural Immersion”,Reports - Descriptive (141) (Eric Document, ED 302 374.23 Model ini sebagai bagian dari upaya pencapaian desain utama (grand design) untuklima tahun kedepan, yaitu: “terwujudnya universitas Islam yang unggul dalam

etika islam global bagi mahasiswa asing

40

Transformasi dengan model di atas melibatkan duaaktifitas mahasiswa secara simultan, di dalam dan luar kelas.Kegiatan didalam terbagi menjadi dua bagian, pertama tutorialmengenahi teori-teori yang terkait dengan tata nilai non-kekerasan, solidaritas, toleransi, dan kesetaraan yangbersumber dari tradisi Islam, dan kedua berkaitan denganmetode penelitian partisipatif dengan metode seminar kelas.Penguasan teoritik terkait dengan tata nilai etika global Islamdan metode penelitian partisipatif menjadi bekal bagimahasiswa untuk melakukan outreach kedalam komunitastertentu. Dengan model ini, maka mahasiswa asing tidak hanyamemiliki pengetahuan tentang etika Islam global, melainkanjuga mengidentifikasi problem-problem artikulasi di tengahkomunitas, menetapkan wilayah keprihatinan, dan sekaligusmerumuskan desain penyelesaian.24

bidang pembelajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat secara terpadu”(excelent Islamic university in integrating learning, research and community outreach). “RencanaStrategis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Tahun 2014-2019”,http://www.uinsby.ac.id/id/187/rencana-strategi.html (Diakses tanggal 28 Maret2016).24Ide mensinambungkan antara perkuliahan, penelitian, dan pendampinganmasyarakat hampir sama dengan program yang selama ini telah dikembangkan,yaitu: Community Engaged University (CEU), program yang menghadirkan kampussebagai entitas yang berkelindan atau bertaut dengan masyarakat. Program inimenempatkan UINSA sebagai: 1) mitra komunitas dalam ruang pemberdayaan (apartner of community for empowerment); 2) komunitas yang menjadi mitra sebagai “anintegral part of learning and research”; 3) mitra merupakan subjek sekaligus kancahpenelitian dan kontekstualisasi pengetahuan; terdapat upaya terus menerus untukmemperkaya mitra dengan berbagai model dan pendekatan. Dengan program, makadiharapkan civitas akademika UINSA mendapatkan keuntungan berikut. Pertama,staf pengajar dapat mengembangkan kemampuan akademisnya dengan mengacupada temuan lapangan maupun komunitas. Kedua, mahasiswa dapatmengkontekstualisasikan teori-teori yang diperolehnya selama belajar di kelas.Ketiga, komunitas memiliki mitra yang benar-benar hadir dalam rangka menemukankehidupan mereka yang lebih baik. Keempat, kampus makin tertantang menjadi“center of civilization”, berperan positif bagi pengembangan komunitas, hidup, dan

zumrotul mukaffa

41

Seperti halnya pilihan pendekatan, stategi dan modeltranformasi juga harus dipilih dengan pertimbangan yangmatang. Kesiapan sumber daya manusia, dukunganinfrastruktur, dan yang paling penting, tingkat penguasaanmahasiswa asing terhadap tata nilai etika Islam global menjadivariabel yang paling menentukan dalam memilih strategi danmodel yang hendak dikembangkan UINSA. Karenabagaimanapun, ketepatan dalam memilih akan berkonsekuensipada keberhasilan dalam mewujudkan mahasiswa asingdengan kapasitas pengetahuan, sikap, dan perilaku yang selalumerepresentasikan tata nilai non-kekerasan, solidaritas,toleran, dan mengedepankan kesetaraan.

E. EpilogKehadiran mahasiswa asing atau mahasiswa

internasional untuk menjadi bagian dari civitas akademikaUINSA Surabaya, memang bukan menjadi satu-satunyaindikator sebagai kampus berkelas dunia. Namun, kehadiranmahasiswa asing akan memberi kontribusi penting untukmembangun reputasi kampus di mata masyarakatinternasional. Oleh karena itu, rekrutmen melalui promosiglobal menjadi kebutuhan bagi UINSA di masa mendatang.Promosi dilakukan baik secara langsung melalui website denganmengundang komunitas internasional untuk menjadi bagiandari civitas akademika kampus maupun tidak langsung melaluipublikasi ilmiah berskala global, dalam bentuk kerja kerjasama antar lembaga dan mandiri.

Seiring dengan proses rekrutmen yang dilakukan,UINSA sudah dikenal oleh komunitas internasional. Hal ini

kehidupan, baik di level lokal maupun global. Abd A’la, ”Sunan Ampel State IslamicUniversity (UINSA) of Surabaya to Develop Humane Civilization”, dalamhttps://www.hokudai.ac.jp/international3/1-A-5.pdf (Diakses tanggal 2 April 2016).

etika islam global bagi mahasiswa asing

42

ditandai oleh kedatangan mahasiswa asing yang mendaftar danmenempuh pendidikan di lintas program studi, fakultas, danjenjang pendidikan yang diselenggarakan oleh UINSA.Meskipun sebagian besar berasal dari Negara-negara dikawasan Asia Tenggara, namun diantaranya juga terdapatmahasiswa dari Libya, salah satu Negara di kawasan Afrika.Fenomena ini, tentu menjadi sosial penting untukmempercepat pencapaian status sebagai kampus berkelasdunia.

Salah satu caranya adalah, mempersiapkan merekamenjadi lulusan yang tidak hanya mampu mengaktualisasikanprior knowldge yang telah diperoleh selama kuliah kedalambidang profesi masing-masing. Lebih dari itu, mereka jugamampu merepresentasikan dirinya sebagai lulusan yangmemiliki sikap dan perilaku dengan basis dukungankemapanan etika Islam global. Dalam bahasa lain, merekamenjadi profesional di bidang pekerjaannya masing-masing,tetapi pada saat yang sama, selama menjalani pekerjaanya,mereka juga selalu menjaga perilakunya agar selaras dengantata nilai non-kekerasan, peduli terhadap dinamika kehidupanglobal maupun regional, toleran terhadap segala bentukperbedaan, dan mengedepankan prinsip kesetaraan. Tata nilaiyang dimilikinya bersumber dan selaras dengan khazanahmaupun tradisi Islam yang hakekatnya telah diwariskan olehintelektual muslim terdahulu, terutama pada tokoh-tokoh sufiabad pertengahan.

Tentu saja, untuk menghasilkan kualitas lulusan di atas,UINSA memiliki tanggung jawab untuk merumuskan danmengimplementasikan pendekatan, strategi, dan model yangtepat dan terukur. Apakah memilih pendekatan kosmopolitanatau sebaliknya, komunitarian. Demikian pula, apakahmenggunakan strategi monolitik, terintegrasi, di luar kelas,

zumrotul mukaffa

43

atau gabungan. Pilihan pendekatan dan strategi, tentu akanberimplikasi pada model yang paling mungkin digunakan danberpeluang menghasilkan capaian perkuliahan. Ketetapandalam memilih paa akhirnya akan menempatkan UINSAsebagai medan, area atau ruang penyemaian yang efektif untukmembentuk mahasiswa asing yang memiliki kualitas etikaIslam global mumpuni. Yaitu, mereka mahasiswa yangmemiliki sikap dan perilaku non-kekerasan, solidaritas tinggi,toleran, dan mengedepankan prinsip kesetaraan.

Daftar Pustaka

OECD, Internationalisation and Trade in Higher Education,Opportunities and Challenges, (Brussel: The Centre forEducational Research and Innovation (CERI), 2004).

Qi Wang, Ying Cheng and Nian Cai Liu, “Building World-Class Universities: Different Approaches to A SharedGoal “, dalam Building World-Class Universities, DifferentApproaches to a Shared Goal, ed. Qi Wang, Ying Cheng, andNian Cai Liu, (Boston: Sense Publishers, 2003).

Jamil Salmi and Nian Cai Liu, “Paths to A World-ClassUniversity“, dalam Paths to a World-Class University Lessonsfrom Practices and Experiences, ed. Nian Cai Liu, Qi Wang,and Ying Cheng, (Boston: Sense Publishers, 2011).

Simon Marginson, “Different Roads to a Shared Goal: Politicaland Cultural Variation in World-Class Universities”,dalam Building World-Class Universities, Different Approachesto a Shared Goal, ed. Qi Wang, Ying Cheng, and Nian CaiLiu, (Boston: Sense Publishers, 2003).

etika islam global bagi mahasiswa asing

44

Tero Erkkilä et al., Global University Rankings, Challenges forEuropean Higher Education, (New York: PalgraveMacmillan, 2013).

Australian Education International, “Australian UniversityRankings”, Research Paper, Number 2013, 1-3.

Hans Kung, A Global Ethic for Global Politics and Economics,(New York: Oxford University Press, 1998).

Asuncion Lera ST.Clair, “Global Ethics”, dalam The Wiley-Blackwell Encyclopedia of Globalization, ed. George Ritzer,(Oxford: Blackwell Publishing Ltd, 2012).

Peter Singer, One World, The Ethics of Globalization, (New Haven:Yale University Press, 2002).

Ilham Masykuri Hamdie, “Akar-Akar Pluralisme dan DialogAntar-Agama dalam Sufisme”, dalam Elza Peldi Taher,Merayakan Kebebasan Beragama, Bunga Rampai Menyambut 70Tahun Djohan Effendi, (Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi,2011).

Jamal al-Bana, al-Ta’addudiyah fi al-Mujtama’ al-Islami>, (Kairo:Da>r al-Fikr al-Islami>, 2001), 38.

Ellen Hazelkorn, Rankings and the Reshaping of Higher Education,The Battle for World-Class Excellence, (New York: PalgraveMacmillan, 2011).

Grant Harman, “Competitors of Rankings: New Directions inQuality Assurance and Accountability”, dalam UniversityRankings, Theoretical Basis, Methodology and Impacts on GlobalHigher Education, ed. Jung Cheol Shin, Robert K.Toutkoushian, and Ulrich Teichler, (New York: SpringerScience+Business Media B.V., 2011).

zumrotul mukaffa

45

William Yat Wai Lo, University Rankings, Implications for HigherEducation in Taiwan, (Singapore: SpringerScience+Business Media, 2014).

Barbara M. Kehm, “The Impact of Rankings on the EuropeanHigher Education Landscape”, dalam Global UniversityRankings, Challenges for European Higher Education, ed. TeroErkkilä, (New York: Palgrave Macmillan, 2013).

Kemal Gürüz, Higher Education and International Student Mobility inThe Global Knowledge Economy, (Albany: State University ofNew York Press, 2008).

Jacqueline Best, “The Moral Politics of IMF Reforms: UniversalEconomics, Particular Ethics”, dalam Globalization andPolitical Ethics, ed. Richard B. Day and Joseph Masciulli,(Leiden: Brill, 2007).

Achmad Husen et al., Metode Pendidikan Karakter Bangsa, SebuahPendekatan Monolitik di Universitas Negeri Jakarta, (Jakarta:Penerbit Universitas Negeri Jakarta, 2010).

Patricia L. Marshall, “Toward a Theoretical Framework for theDesign of Multicultural Education in Teacher EducationPrograms”, Paper presented at the Annual Meeting of theNational Council for the Social Studies (72nd, Detroit, MI,November 20, 1992) (Eric Document, ED 353 246).

Patricia L. Marshall, “Using My ‘You Lie Moment’ to TheorizePersistent Resistance to Critical MulticulturalEducation”, International Journal of Multicultural Education,Vol. 17, No. 2 (2015): 117-134.

Sam Minner et al., Benefits of Cultural Immersion Activities in aSpecial Education Teacher Training Program, (Washington,DC: Office of Special Education and RehabilitativeServices (ED), 1995).

etika islam global bagi mahasiswa asing

46

Lily Zakiah Munir, “Pluralisme, Globalisasi, dan Etika Global:”,dalam Mohamed Fathi Osman, Islam, Pluralisme, danToleransi Keagamaan, Pandangan al-Quran, Kemanusiaan,Sejarah, dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi,2012).

Gerry St. Martin, “Preparation for International Business: ACultural Immersion Model in French” Paper presented at theAnnual Eastern Michigan University Conference on Languages andCommunication for World Business and the Professions(13th,Ypsilanti, MI, April 6-8, 1995) (Eric Document, ED 388075).

William K. Cross and Peter J. Murphy, ”Training RuralTeachers by Cultural Immersion”, Reports - Descriptive (141)(Eric Document, ED 302 374.

“Rencana Strategis Universitas Islam Negeri Sunan Ampel SurabayaTahun 2014-2019”, http://www.uinsby.ac.id/id/187/rencana-strategi.html (Diakses tanggal 28 Maret 2016).

Abd A’la, ”Sunan Ampel State Islamic University (UINSA) ofSurabaya to Develop Humane Civilization”, dalamhttps://www.hokudai.ac.jp/international3/1-A-5.pdf(Diakses tanggal 2 April 2016).

DARI TARBIYAH UNTUK INDONESIAALI MUDLOFIR

A. Sejarah Singkat Fakultas TarbiyahFakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Sunan

Ampel yang dulu bernama Fakultas Tarbiyah IAIN SunanAmpel merupakan salah satu fakultas yang memiliki sejarahyang unik. Dikatakan unik karena keberadaanya berbeda darifakulas-fakultas yang lain di UINSA Surabaya ini.

Sampai dengan tahun 80 an di IAIN Sunan Ampel belumada Fakultas Tarbiyah ini, yang ada baru 4 fakultas, yaituFakultas Syari’ah, Fakultas Dakwah, Fakultas Ushuluddin danFakultas Adab. Setelah tahun 80 barulah ada FakultasTarbiyah Bojonegoro di Surabaya

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya, padaawalnya merupakan salah satu fakultas cabang yang terletak diBojonegoro didirikan pada tanggal 14 Mei 1970. BerdirinyaFakultas Tarbiyah di Bojonegoro ini didasarkan ataspermintaan masyarakat Jawa Timur untuk belajar ilmu-ilmukeguruan dan kependidikan Islam semakin meningkat padasatu sisi, sementara pada sisi lain ketidakseimbangan antarakebutuhan tenaga guru agama Islam dengan pertumbuhansekolah yang terus meningkat dengan cepat pada waktu itu.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1985Fakultas Tarbiyah Bojonegoro dipindah pengelolaannya keIAIN Sunan Ampel Surabaya dengan nama sesuai nomen

dari tarbiyah untuk indonesia

48

klatur yang ada waktu itu adalah Fakultas TarbiyahBojonegoro di Surabaya.

Selanjutnya, muncul Kepres No. 9 tahun 1987 dan SuratKeputusan Menteri Agama No. 17 tahun 1988, FakultasTarbiyah Surabaya menjadi salah satu fakultas dari 13 fakultasyang berdiri sendiri baik secara administratif maupunakademik di bawah naungan IAIN Sunan Ampel. Ke-13fakultas tersebut adalah Syariah Surabaya,Tarbiyah Malang,Tarbiyah Jember, Ushuluddin Surabaya, Ushuluddin Kediri,Tarbiyah Mataram, Tarbiyah Pamekasan, Adab Surabaya,Tarbiyah Tulungagung, Tarbiyah Samarinda, SyariahPonorogo, Tarbiyah Surabaya dan Dakwah Surabaya.

Dalam rangka efisiensi dan efektifitas institusi sertakualitas pendidikan di IAIN Sunan Ampel, pada tahun 1997dilakukan perampingan dari 13 fakultas menjadi 5 fakultas.Fakultas-fakultas yang berada di luar Surabaya diubah menjadiSTAIN, sedangkan 5 fakultas yang masih tetap di bawah IAINSunan Ampel adalah Adab, Syari’ah, Dakwah, Tarbiyah danUshuluddin.

Dalam Perkembangan berikutnya setelah alih statusIAIN menjadi UIN, nama Fakultas tarbiyah berubah nomenklaturnya menjadi FAKULTAS TARBIYAH DANKEGURUAN UIN SUNAN AMPEL SURABAYA yang lebihdikenal dengan UINSA Surabaya.

B. Perkembangan Prodi-prodi FTK UINSA Surabaya.Pada awal berdirinya Fakultas Tarbiyah hanya memiliki

satu jurusan, yakni Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).Pada tahun 1983 berdiri satu jurusan baru, yaitu JurusanPendidikan Bahasa Arab (PBA) dan pada tahun 1994 berdiripula Jurusan Kependidikan Islam (KI). Mulai tahun akademik

ali mudlofir

49

2005/2006 Fakultas Tarbiyah membuka Program Studi TadrisBahasa Inggris dan Tadris Matematika.

Sejak tahun 2007, bersama-sama dengan AUSAID LAPISPGMI (partnership dengan pemerintah Australia) didirikanProgram Studi PGMI, yang sejak tahun 2009 berubah menjadiJurusan PGMI. Pada tahun 2009 itu pula Jurusan Tadrisdirestrukturisasi dimana prodi Pendidikan Bahasa Inggris danprodi Pendidikan Matematika resmi menjadi jurusan yangterpisah dengan nama Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris(PBI) dan Jurusan Pendidikan Matematika (PMT).

Dengan demikian, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampelmemiliki 6 prodi (PAI, PBA, KI, PBI, PMT dan PGMI). Padatahun 2014 seiring dengan semakin tingginya tuntutanmasyarakat akan suplai guru di lembaga pendidikan prasekolah TK/RA/BA dan PAUD maka Fakultas Tarbiyah danKeguruan (FTK) UINSA Surabaya mengusulkan pembukaanprodi PGRA, dan mulai tahun akademik 2015-2016 resmimenerima mahasiswa baru prodi PGRA. Satu lagi prodi yangsedang diusulkan yang masih menunggu turunnya SKoperasional yaitu Prodi Pendidikan IPA.

Sejak tahun 2014-2015 ada penataan jurusan dan prodi dilingkungan FTK UINSA Surabaya menjadi 4 jurusan dengan 7Program Studi (Prodi) yaitu :1. Jurusan Pendidikan Islam (PI) dengan 3 prodi:

a. Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)b. Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)c. Prodi Pendidikan Guru Raudlatul Athfal (PGRA)

2. Jurusan Pendidikan Bahasa (PB) dengan 2 prodi:a. Prodi Pendidikan Bahasa Aab (PBA)b. Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI)

3. Jurusan Kependidikan Islam (KI) dengan 1 prodi:a. Prodi Managemen Pendidikan Islam (MPI)

dari tarbiyah untuk indonesia

50

4. Jurusan Pendidikan MIPA dengan 1 prodi:a. Prodi Pendidikan Matematika (PMT)

C. FTK UINSA Surabaya Dalam Pergaulan NasionalSejak tahun 2007 Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

Surabaya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasionalsebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan(LPTK) Induk dengan tugas melaksanakan sertifikasi guru.Dalam melaksanakan tugasnya LPTK Fakultas Tarbiyah danKeguruan UIN Sunan Ampel dibantu oleh 3 LPTK Mitra yaituSTAIN Pamekasan, STAIN Jember dan STAIN Ponorogo dandalam perkembangan selanjutnya bertambah lagi LPTK mitrayaitu Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA),INSTIKA Guluk guluk Sumenep, IAI Ibrahimi Situbondo.

Wilayah sertifikasi guru yang menginduk ke UINSAmeliputi kabupaten/kota di Jawa Timur bagian utara, Maduradan propinsi Bali. Kualifikasi gurunya meliputi guru PAI di SD,SMP dan SMA/SMK, guru Al-Qur’an Hadis, Akidah-Akhlak,Fikih, SKI di MI, MTs dan MA, guru Bahasa Arab di MI/SD,MTs/SMP, MA/SMA/SMK, guru kelas MI dan guru kelas RA.Guru-guru yang sudah mengikuti sertifikasi ini umumnyamereka sudah menikmati tunjangan sertifikasi pendidik yangdiberikan oleh pemerintah sebesar satu kali gaji setiap bulan,artinya FTK UINSA sudah ikut berperan dalam meningkatkankualitas kompetensi profesi guru sekaligus kulitas hidupmereka.

Dalam kancah pertemuan-pertemuan nasional danForum Dekan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FORDETAK)FTK UINSA Surabaya sangat diperhitungkan. Terbuktisemenjak tahun 2006 Dekan Tarbiyah IAIN Sunan Ampelwaktu itu dijabat oleh bapak Dr. H. Nurhamim, M.Ag.dipercaya sebagai sekretaris FORDETAK mendampingi ketua

ali mudlofir

51

FORDETAK Prof. Dr. H. Dede Rasyada, MA yang saat inimenjabat Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun2015 kiprah di FORDETAK ini semakin kokoh dengandipercayanya Dekan FTK UIN Sunan Ampel Surabaya sebagaiketua FORDETAK secara aklamasi oleh forum Dekan Tarbiyahdan Keguruan IAIN-UIN Se-Indonesia. Amanah ini semakinmenunjukkan betapa FTK UINSA semakin diperhitungkandalam kancah pergaulan nasional dilingkungan PTKINdibawah kementerian Agama ini.

Kepercayaan pada FTK UINSA ini semakin mengemukasaat tahun 2015 yang lalu dipercaya sebagai tuan rumahdeklarasi Asosiasi Sarjana Pendidikan Islam Indonesia(ASPII)yang dihadiri oleh perwakilan pimpinan dan dosenFakultas Tarbiyah dan Keguruan STAIN/ IAIN/UIN se-Indonesia yang berjumlah 53 PTKIN. Pada forum itu pulalah dideklarasikan ASPII yang dihadiri oleh bapak SekjenKementerian Agama RI Prof. Dr. H. Nursyam, M.Si, WagubJatim Drs. H. Saifullah Yusuf, ketua DPRD Jatim, Dr. HalimIskandar, M. Pd. Senior-senior sarjana Pendidikan Islamseperti Prof. Dr. Ahmad Tafsir, MA, Prof. Supriatna, (UINBandung), Prof. Dr. Tib Raya (UIN Jakarta), Prof. Dr. AbudinNata (UIN Jakarta), Prof. Dr. Muhaimin, MA (UIN Malang),Prof. Dr. Imam Bawani, Prof. Dr. A. Zahra, MA (UIN Surabaya)dan para tokoh pendidikan senior lainnya.

Dalam upaya meningkatkan kualitas kelembagaan, FTKUINSA aktif melakukan pemutakhiran status akreditasiprogram studi melalui Badan Akreditasi Nasional PerguruanTinggi (BAN-PT) segtiap terhadap Fakultas TarbiyahSurabaya. Berdasarkan akreditasi tersebut yang tertuangdalam Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional PerguruanTinggi No. 019/BAN-PT/Ak-X/S1/XII/2006 tertanggal 8Desember 2006 menetapkan bahwa prodi PAI, PBA, dan KI

dari tarbiyah untuk indonesia

52

telah terakreditasi dengan masing-masing mendapat nilai A.Hasil akreditasi dengan predikat A tersebut dapatdipertahankan pada saat akreditasi ulang tahun 2011.Sementara pada tahun 2015 prodi PBI, PMT dan PGMIterakreditasi BAN-PT dengan predikat masing-masing A, Bdan B dan tinggal prodi PGRA yang belum mengajukanakreditasi mengingat usianya baru 1 tahun. Jadi sampai saat inidari 7 prodi di FTK UINSA ada 4 prodi terakreditasi A dan 2prodi terakreditasi B, dan 1 prodi masih akan mengajukanborang akreditasi tahun depan.

D. Kiprah AlumniAlumni FTK UINSA sudah tak terhitung jumlahnya

bertebaran dimana-mana di berbagai sektor profesi danpekerjaan. Umumnya memang alumni FTK UINSA menjadiguru dan tenaga kependidikan baik di sekolah atau madrasahnegeri maupun swasta dari jenjang RA/TK, MI/SD, MTs/SMPdan MA/SMS/SMK. Para alumni sudah bertugas menjadi gurudan kepala sekolah/madrasah tersebar di semuakabupaten/kota di Jawa Timur khususnya dan provinsi-provinsi lain di Indonesia pada umumnya. Disamping itusangat banyak alumni yang setelah melanjutkan ke S2 dan S3menjadi dosen negeri mapun swasta pada PTN /PTKIN / PTS/PTKIS di seantero wilayah Indonesia ini.

Disamping profesi guru/pendidik –sebagai tujuan utama-banyak lulusan FTK UINSA yang berprofesi diluar pendidikmisalnya politisi, pegawai bank, pengusaha, dan bidang-bidang pekerjaan lain. Banyak juga alumni FTK UINSA yangterjun langsung memimpin madrasah dan pondok pesantrenserta menjadi kiai.

Pada bidang politik juga banyak dimasuki oleh paraalumni FTK UINSA, di antara yang memasuki dunia politik

ali mudlofir

53

yang saya tahu saja misalnya saudara Imam Nahrawi, angkatantahun 1990 jurusan PBA . Pria asli Bangkalan Madura ini yangsaya ingat dia memiliki bakat yang sangat bagus dalam bidangKhat (kaligrafi), sejak semester awal sudah tampak bakatkaligrafinya dan dia sering membuat kaligrafi dan dijual padaakhir pekan di Surabaya, Gresik dan Sidoarjo. Di sela-selaperkuliahannya dia juga aktif mengikuti organisasi intra danekstra kurikuler. Ternyata setelah lulus kuliah bakatberorganisasinya semakin nyata setelah ia bergabung denganPartai Kebangkitan Bangsa yang didirikan oleh KH.Abdurrahman Wahid saat itu. Alumni yang lain yang saya tahuyang aktif di bidang politik adalah saudara Mohammad Sirojyang menjadi anggota dewan dari Partai Bulan Bintang,saudara Heri dari PKB, saudara Mujahid Anshari aktifis PPP.Saya yakin masih banyak lagi alumni yang lain yang bergerakdi bidang politik.

FTK UINSA Surabaya juga sudah melahirkan paraalumni yang dapat menyelesaikan pendidikan jenjang tertinggi(S3) baik di dalam maupun diluar negeri. Para alumni yangsudah bergelar doktor misalnya saudara Dr. Muhibbin Zuhri,M.Ag, Dr. Zaki Fuad, M.Ag, Dr. Rubaidi, M.Ag, Dr.Syihabuddin, M.Ag, Dr. Hisbullah Huda, M.Ag, Dr. EviFatimatur Rusydiyah, M.Ag, Dr. Lilik Huriyah, M.Ag, dan lainlainnya, bahkan sudah melahirkan 2 orang alumni yangmencapai gelar professor, yaitu saudara Prof. Akh. Muzakki,MAg. Grad. Dip.SEA, MPhil, Ph.D, dan saudara Prof. Dr.Masdar Hilmy, MA. yang keduanya alumni Fak. TarbiyahUINSA tahun 90 an.

dari tarbiyah untuk indonesia

54

E. Tugas Mulia FTK UINSA Surabaya Dalam MembinaUmat dan Bangsa.

Pendidikan merupakan human invesment yang hasil danmanfaatnya tidak bisa dilihat dan dirasakan secara langsung.Hasil dan buah pendidikan akan bisa dilihat dan dirasakanjauh ke depan, bahkan ketika para pelaku pendidikan itusudah di alam baka. Dalam konteks pendidikan sebuah bangsa,maka berarti mempersiapkan sebuah generasi itu hasilnyaakan dirasakan oleh generasi sesudahnya.

Pendidik (guru) merupakan salah satu komponen dalamsistem pendidikan bangsa yang sangat vital dan akanmenentukan kemajuan atau kemunduran kualitas bangsa itusendiri, anak-anak bangsa seperti apa yang kita mimpikan dimasa depan, tercermin dari gambaran para guru saat ini.Seberapa besar perhatian bangsa terhadap mutu guru saat ini,sejauh itu pulalah kemajuan bangsa itu akan diraih di masadepannya.

Apakah kualitas manusia Indonesia yang merupakanproduk pendidikan sudah berkualitas?. Untuk menjawabpertanyaan ini marilah kita lihat hasil riset lembagaInternasional oleh UNDP. Human Development Raport(HDR) dari United Nations Development Programme (UNDP)melaporkan bahwa posisi Indonesia berada pada posisi 108dari 187 negara di dunia yang di survey dengan angka indek0.684. Indonesia berada dalam kategori negara dengan indekpembangunan manusia sedang. Memang Indonesia di kawasanAsean di atas Myanmar (150), Laos(139), Kamboja(136),Vietnam (121) dan Filipina (117). Namun posisi Indonesia dibawah Singapore (9), Brunai Darussalam (30), Malaysia (62)dan Thailand (89).

Meski HDI dari UNDP tersebut bukan satu-satunyainstrumen untuk mengukur kemajuan sebuah bangsa, namun

ali mudlofir

55

itu patut menjadi salah satu masukan bagi pemerintahIndonesia dalam memacu upaya membangun kualitas manusiaIndonesia. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintahIndonesia. Salah satunya adalah dengan mengangkat isu“Profesi Pendidik” dan memosisikan kembali guru sebagaibidang profesional yang memiliki harkat dan martabat sebagaisub sistem pendidikan nasional, setelah sekian lama sejakkemerdekaan Republik Indonesia, “nasib” guru cenderungterabaikan dalam pentas pembangunan nasional.

Pemerintah Indonesia telah melahirkan produk hukumterkait dengan guru, misalnya Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, danPeraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru,Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosensemuanya itu merupakan landasan konstitusional sekaligussebagai payung hukum yang memberikan jaminan bagi paraguru dan dosen untuk berkarya secara profesional, sejahtera,dan terlindungi. Lahirnya Undang-undang dan peraturanpemerintah tersebut kemudian diikuti oleh PermendiknasNomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi guru.

F. Berjuang Membina dan Mengembangkan Profesi Guru.FTK UINSA Surabaya menyambut baik usaha

pemerintah dalam mengangkat citra dan martabat guru diIndonesia sebagai profesi. Karena tidak semua pekerjaandisebut profesi, hanya pekerjaan yang memenuhi syarat-syarattertentulah yang disebut profesi. Beberapa kriteria yang harusdipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagaiprofesi, yaitu : (1) panggilan hidup yang sepenuh waktu,(2)pengetahuan dan kecakapan atau keahlian, (3)kebakuanyang universal, (4)pengabdian, (5)kecakapan diagnostik dan

dari tarbiyah untuk indonesia

56

kompetensi aplikatif, (6)otonomi, (7)kode etik,(8)bertanggung jawab.

Guru di Indonesia sudah memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, maka dalam UU Nomor 14/2005 dan PPNomor 74/2008 pemerintah menyebut guru sebagai jabatanprofessional. Profesional menurut rumusan Undang-undangnomor 14 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 ayat 4 digambarkansebagai: “Pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan olehseseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yangmemerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yangmemenuhi standar mutu dan norma tertentu sertamemerlukan pendidikan profesi.”

Guru secara yuridis formal sejak tahun 2005 telahdianggap sebagai profesi. Dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor14/2005 dinyatakan bahwa:“Guru adalah pendidik profesionaldengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,mengarahkan, melatih mental, dan mengevaluasi didik padapendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikandasar dan pendidikan menengah “.

Guru profesional akan tercermin dalam penampilanpelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengankeahlian, baik dalam penguasaan materi maupun metodologipembelajaran, rasa tanggungjawab, pribadi, sosial, intelektual,moral dan spiritual, dan kesejawatan, yaitu rasa kebersamaan diantara sesame guru. Sementara itu, perwujudan unjuk kerjaprofesional guru ditunjang dengan profesionalisme, yaitu sikapmental yang senantiasa mendorong dirinya mewujudkan dirisebagai guru profesional.

Dalam UU Nomor 14/2005 pasal 7 ayat 1, prinsipprofesionalitas guru mencakup karakteristik sebagai berikut:(1)Memiliki bakat, minat, panggilan, dan idealism, (2)memilikikualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai

ali mudlofir

57

dengan bidang tugas, (3)memiliki kompetensi yang diperlukansesuai dengan bidang tugas, (4)memiliki ikatan kesejawatandan kode etik profesi, (5)bertanggung jawab atas pelaksanaantugas keprofesionalan, (6)memperoleh penghasilan yangditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7)memilikikesempatan untuk mengembangkan profesi berkelanjutan,(8)memiliki jaminan perlindungan hukum dalammelaksanakan keprofesionalan, (9)memiliki organisasi profesiyang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yangberkaitan dengan keprofesian.

Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional pasal 39 ayat 1 dinyatakan, bahwa guru adalah: .....tenaga profesional yang bertugas merencanakan danmelaksanakan proses pembelajaran, menilai hasilpembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, sertamelakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi Lantas, acuannormatif ini ditindaklanjuti dengan UU No. 14/2005 pasal 1,ayat 1: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamamendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anakusia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, danpendidikan menengah”.

Berdasar UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen, Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang StandarKualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan PeraturanPemerintah Nomor 74 Tahun 2008, semua guru di Indonesiawajib memenuhi standar kualifikasi, kompetensi dansertifikasi.

dari tarbiyah untuk indonesia

58

Guru harus memenuhi standar kualifikasi akademikminimal D-IV atau S-1 dari program studi yang sesuai denganbidang/jenis mata pelajaran yang dibinanya.

Guru harus memenuhi standar kompetensi (keahlian),yang dimaksud dengan standar kompetensi guru yaituseperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yangharus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan olehguru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. KompetensiGuru tersebut meliputi: (1) kompetensi pedagogik, (2)kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4)kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikanprofesi. Empat kompetensi guru tersebut bersifat holistik,artinya merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Gurudalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: (1)pemahaman wawasan atau landasankependidikan; (2)pemahaman terhadap peserta didik;(3)pengembangan kurikulum atau silabus; (4)perancanganpembelajaran; (5)pelaksanaan pembelajaran yang mendidikdan dialogis; (6)pemanfaatan teknologi pembelajaran; (7)evaluasi hasil belajar; dan (8)pengembangan peserta didikuntuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian berisi tentang integritaskarakter dan profil kepribadian guru sekurang-kurangnyamencakup kepribadian yang: (1)beriman dan bertakwa; (2)berakhlak mulia; (3)arif dan bijaksana; (4)demokratis;(5)mantap; (6)berwibawa; (7) stabil; (8)dewasa; (9)jujur;(10)sportif; (11)menjadi teladan bagi peserta didik danmasyarakat; (12)secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri;dan (13)mengembangkan diri secara mandiri danberkelanjutan.

ali mudlofir

59

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagaibagian dari warga sekolah dan masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:(1) berkomunikasilisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun; (2)menggunakanteknologi komunikasi dan informasi secara fungsional;(3)bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesamapendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan,orang tua atau wali peserta didik; (4)bergaul secara santundengan masyarakat sekitar dengan mengindahka norma sertasistem nilai yang berlaku; dan (5)menerapkan prinsippersaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan gurudalam menguasai teori dan penerapan bidang ilmupengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yangdiaajarkan kepada murid yang sekurang kurangnya meliputipenguasaan: (1)materi pelajaran secara luas dan mendalamsesuai dengan standar isi program satuan pendidikan,matapelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akandiampu; dan (2)konsep dan metode disiplin keilmuan,teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptualmenaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akandiampu.

Di samping kewajiban memenuhi standar kualifikasi danstandar kompetensi di atas, para guru juga wajib menempuhsertifikasi untuk mendapatkan sertifikat pendidik. Sertifikatpendidik adalah bukti profesionalitas seorang guru setelahmenempuh uji kompetensi lewat proses sertifikasi.

Sementara hak guru menurut pasal 14 UU Nomor14/2005 adalah: (a)memperoleh penghasilan di ataskebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjanganyang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa

dari tarbiyah untuk indonesia

60

tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus,dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagaiguru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasarprestasi. (b)jaminan kesejahteraan sosial; (c)mendapatkanpromosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasikerja; (d)memperoleh perlindungan dalam melaksanakantugas dan hak atas kekayaan intelektual; (e)memperolehkesempatan untuk meningkatkan kompetensi; (f) memperolehdan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untukmenunjang kelancaran tugas keprofesionalan; (g)memilikikebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukankelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didiksesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, danperaturan perundang-undangan; (h)memperoleh rasa amandan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;(i)memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasiprofesi; (j)memiliki kesempatan untuk berperan dalampenentuan kebijakan pendidikan; (k)memperoleh kesempatanuntuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasiakademik dan kompetensi; dan/atau (l)memperoleh pelatihandan pengembangan profesi dalam bidangnya.

Dalam konteks inilah tugas mulia FTK UINSA Surabayaselalu dibutuhkan oleh masyarakat pendidikan dalammembina, melatih, mendampingi, serta meningkatkankualifikasi dan kompetensi para guru baik guru PNS maupunswasta. Mareka yang belum S1 banyak yang datang ke FTKUINSA Surabaya untuk mengikuti program kualifikasi S1.Mereka yang belum mantab kompetensinya datang danmeminta FTK UINSA Surabaya untuk melatih mereka danmendampingi mereka. Tak henti-hentinya permintaan datangsilih berganti. Para guru yang belum memiliki SertifikatPendidik Profesional mereka datang berbondong-bondongmengikuti sertifikasi, meski harus meninggalkan keluarga dan

ali mudlofir

61

murid-murid mereka rela berlatih dengan para asesor/dosen-dosen FTK UINSA Surabaya demi meningkatkan pengetahuandan pengalaman mereka dalam bidang keguruan.

Dalam melaksanakan tugasnya guru harus mematuhikode etik. Kode etik profesi sebagai perangkat standarberperilaku, dikembangkan atas dasar kesepakatan nilai-nilaidan moral dalam profesi itu. Dengan demikian, kode etik gurudikembangkan atas dasar nilai dan moral yang menjadilandasan bagi perilaku guru di Indonesia. Hal itu berartiseluruh kegiatan profesi keguruan di Indonesia seharusnyabersumber dari nilai dan moral Pancasila. Nilai-nilai itukemudian dijabarkan secara khusus konsep dan kegiatanlayanan keguruan dalam berbagai tatanan.

Mengingat kode etik itu merupakan suatu kesepakatanbersama dari para anggota suatu profesi, maka kode etik iniditetapkan oleh organisasi yang mendapat persetujuan dankesepakatan dari para anggotanya. Persatuan Guru RepublikIndonesia (PGRI) telah menetapkan kode etik guru sebagaisalah satu kelengkapan organisasi sebagaimana tertuang dalamAnggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PGRI.

Poin-poin dari rumusan kode etik guru Indonesia, adalahsebagai berikut:(1) Guru berbakti membimbing peserta didikuntuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwaPancasila, (2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuranprofesional, (3)Guru berusaha memperoleh informasi tentangpeserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan danpembinaan, (4)Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar,(5)Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua muriddan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta danrasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan, (6)Gurusecara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan

dari tarbiyah untuk indonesia

62

meningkatkan mutu dan martabat profesinya, (7)Gurumemelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dankesetiakawanan social, (8)Guru secara bersama-samamemelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagaisarana perjuangan dan pengabdian, (9) Guru melaksanakansegala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Undang-undang Nomor 14/2005 telah dengan tegasmengatur organisasi profesi dan kode etik profesi : (1) Gurumembentuk organisasi profesi yang bersifat independen. (2)Organisasi profesi berfungsi untuk memajukan profesi,meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan,perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepadamasyarakat. (3) Guru wajib menjadi anggota organisasiprofesi. (4) Pembentukan organisasi profesi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturanperundang-undangan. (5) Pemerintah dan/atau pemerintahdaerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalampelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

Selama mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru diLPTK UINSA Surabaya mereka dilatih dan dibiasakan menaatikode etik tersebut, mulai dari kode etik yang berkenaandengan cara berpakaian, tutur kata, pergaulan dan caraberkomunikasi dengan sesama guru, dengan siswa, wali murid,kepala sekolah cara berkomunikasi dengan organisasi profesi.

G. Kerjasama FTK UINSA Surabaya.FTK UINSA Surabaya menyadari bahwa tugas membina

dan meningkatkan mutu pendidikan nasional kian berat, makamenggait mitra sebagai partner kerjasama adalah suatukeniscayaan untuk bersama sama diajak mengembangkan TriDarma Perguruan Tinggi, meliputi pendidikan, penelitian danpengabdian masyarakat.

ali mudlofir

63

Lembaga-lembaga yang kita ajak untuk bekerjasamameliputi lembaga-lembaga pemerintah, lembaga pendidikan,dan lembaga sosial kemasyarakatan.

Untuk pelaksanaan Dharma pertama, bidang pendidikandan layanan pendidikan di FTK UINSA, lembaga-lembagayang kita ajak bekerjasama yaitu:1. Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri di dalam negeri,

seperti :a. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN-IAIN se-

Indonesia (FORDETAK)b. STAIN Ponorogo, STAIN Pamekasan, STAIN Jember

(sebagai LPTK Mitra)2. Perguruan Tinggi Luar Negeri;

a. Leipziq University Germany dalam bidangpengembangan pembelajaran dan test Bahasa Arab(CETTA)

b. UUM Malaysia Faculty Pendidikan dalam bidang JointSeminar

c. Sultas Syarief Ali University Brunai Darussalam, dalambidang Joint seminar.Setiap tahun FTK UINSA selalu memberangkatkandosen-dosennya ke Malaysia dan Brunai Darussalamuntuk melakukan seminar bersama dibidangpendidikan.

3. Kementerian Agama RI, Direktorat Pendidikan Islam,dalam bidang peningkatan Kualifikasi dan KompetensiGuru Agama Islam di sekolah dan madrasah, Guru BahasaArab, dan Guru Kelas MI/RA.

4. Kementerian Agama RI Kabupaten/Kota Se-Jatim dan Bali,dalam bidang dalam bidang peningkatan Kualifikasi dan

dari tarbiyah untuk indonesia

64

Kompetensi Guru Agama Islam di sekolah dan madrasah,Guru Bahasa Arab, dan Guru Kelas MI/RA.

5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kota Surabayadan Sidoarjo, dalam bidang Pelaksanaan PraktikPengalaman Lapangan (PPL) 2 mahasiswa FTK UINSAsetiap tahun.

6. 80 sekolah dan madrasah di Surabaya dan Sidoarjo, dalambidang Pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) 2mahasiswa FTK UINSA setiap tahun.

7. Pusat Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya, dalambidang Revitalisasi Perpustakaan Madrasah danPengembangan Literasi di Madrasah-madrasah KotaSurabaya.

Untuk pelaksanaan Dharma yang kedua yaitu penelitian,FTK UINSA bekerjasama dengan sekolah-sekolah danmadrasah di kabupaten/kota se-Jawa Timur, khususnyapenelitian mahasiswa dan dosen dibidang pembelajaran.Setiap semester tidak kurang dari 500 mahasiswa melakukanpenelitian di sekolah/madrasah dalam bidang pendidikan danpembelajaran, manajemen sekolah serta hal-hal lain yangterkait dengan pendidikan.

Untuk pelaksanaan Dharma ketiga yakni pengabdianmasyarakat, FTK UINSA telah mengadakan kerjasama denganKabupaten/Kota di Jawa Timur, khususnya kabupaten/kotaMadiun dan Kabupaten Bojonegoro dalam bentuk pelaksanaanKKN mahasiswa dan pembentukan desa binaan.

H. Tantangan FTK UINSA dan Dunia Pendidikan SemakinBerat

FTK UINSA Surabaya menyadari bahwa tantangandunia pendidikan saat ini tidak semakin ringan, dunia

ali mudlofir

65

pendidikan memiliki tugas yang semakin berat dan besar.Tantangan yang sudah di depan mata adalah menyiapkan SDMyang berkualitas untuk menghadapi Masyarakat EkonomiASEAN (Asean Economic Community) yang sudah resmidimulai semenjak Desember 2015 yang lalu. Sebuah tatanansosial ekonomi masyarakat yang memungkinkan bersatunyaseluruh aktivitas negara-negara anggota ASEAN tanpa dibatasioleh teritorial negara, tidak saja berupa perpindahan barangdan jasa, tetapi juga tenaga kerja terampil di kawasan tersebut.

Perpindahan barang dan jasa sudah terjadi diantaranegara ASEAN dalam bentuk kerjasama AFTA (Asean FreeTrade Area) yang berlaku sejak tahun 2004. Dengan perjanjianperdagangan ini, kita dengan mudah menemukan produknegara ASEAN di kawasan tersebut. Sementara untuk tenagakerja terampil, baru akan mulai diberlakukan pada tahun 2015.

Tujuan AEC adalah terwujudnya suatu kawasan yangstabil, makmur dan berdaya saing tinggi dengan pertumbuhanekonomi yang berimbang serta berkurangnya kemiskinan dankesenjangan sosial dan ekonomi. Ada 4 pilar AEC 2015, (a);Pasar tunggal dan basis produksi, (b)kawasan ekonomiberdaya saing tinggi, (c)kawasan dengan pembangunanekonomi yang setara, (d)kawasan yang terintegrasi penuhdengan ekonomi global.

Dalam AEC ada 12 sektor preoritas yang disebut free flowof skilled labor (arus bebas tenaga kerja terampil) yaitu: healthcare, tourism, logistic servis, E-ASEAN, air travel transport, agro-basedproducts, electronics, fisheries, rubber-based products, textiles,outomotives, wood-based products. 12 sektor prioritas ini bukanberarti menutup sektor lain, misalnya tenaga pendidik (guru)di sekolah, bahkan pada saatnya nanti pasti tenaga-tenagaterampil di bidang pendidikan akan ikut meramaikan bursakerja di kawasan ASEAN.

dari tarbiyah untuk indonesia

66

Bagi Indonesia AEC merupakan tantangan sekaliguspeluang, karena AEC disamping membawa gerbong kompetisidan persaingan yang semakin ketat, juga telah memberiharapan pertumbuhan investasi dalam negeri kita.

Ada dua tantangan bagi Indonesia, yaitu tantanganinternal dan tantangan eksternal. Tantangan internalnyaadalah: (a)masih belum meratanya pemahaman danpengetahuan stakeholders dan akademisi mengenai AECterutama di kawasan Indonesia bagian timur, (b) masih belummeratanya tingkat kesiapan Indonesia menghadapi AEC, baikkesiapan knowledge, skills dan attitude. Untuk wilayah Jawa danIndonesia bagian barat mungkin sudah lebih baik, tetapikawasan Indonesia timur masih harus bekerja keras.

Tantangan eksternalnya adalah: (a) tingkat persainganperdagangan, pemasaran barang dan jasa di antara negarakawasan ASEAN semakin tajam. (b) budaya global yang tidaksemuanya sejalan dengan misi ajaran Islam.

Tantangan AEC tersebut juga menjadi tantanganPerguruan Tinggi di kawasan ASEAN misalnya: (a)tingginyajumlah pengangguran intelektual, semakin tinggi pendidikansemakin rendah minat berwirausaha, Perguruan Tinggi harusbisa menjawab permasalahan ini dan menumbuhkembangkanjiwa-jiwa entrepreneur atau technopreneur di kalanganmasyarakat, khususnya pemuda. (b) kurangnya keselarasanarah kegiatan dan topik penelitian dan pengabdian masyarakatyang sesuai dengan kebutuhan pengguna (masyarakat danindustri). Perguruan tinggi harus mulai “berani” untukmelakukan reorientasi akademik, riset dan pengabdianmasyarakat untuk menghasilkan sesuatu yang dibutuhkanmasyarakat. Perguruan tinggi bersama-sama institusi terkaitperlu memiliki rencana dan kebijakan jangka panjang dalampengembangan pohon penelitian, penyediaan lingkungan yang

ali mudlofir

67

kondusif bagi berlangsungnya kegiatan riset, pengembangan,dan bisnis teknologi yang berkelanjutan. (c) kurangnyajejaring Perguruan Tinggi dengan dunia usaha dan pemerintah.Para pimpinan Perguruan Tinggi harus memperbanyaknetworking dengan berbagai instansi pemerintah maupun duniausaha atau dengan sesama Perguruan Tinggi baik di dalammaupun di luar negeri dalam rangka memperkokoh kemitraanjuga memantapkan link and match antara Perguruan Tinggi danstakeholders (dunia usaha) yang pada akhirnya berdampak padameningkatnya kualitas lulusan.

Umat Islam yang merupakan jumlah mayoritas baik diPerguruan Tinggi maupun masyarakat Indonesia harusmenyadari tantangan dan peran mereka di dalam percaturanAEC tersebut. Ke depan tantangan Perguruan Tinggi Islamsemakin berat, karena harus mengembangkan semua sisi lifeskills (soft skills dan hard skills) mahasiswa muslim. Secara rincimeliputi; personal life skills, moral-spiritual life skills, academic lifeskills, vocational life skills, dan social life skills. Perguruan TinggiIslam harus mampu mempertahankan ciri khas dan karakterke-Islamannya di satu sisi dan mengembangkan sertaberadaptasi dengan peradaban baru ASEAN pada sisi yanglain.

Pengalaman dunia Islam di Timur Tengah ketikamemasuki era baru patut menjadi pelajaran penting bagimuslim di kawasan ASEAN. Patut dicermati dan direnungkanmeski bukan hasil yang harus dipegangi, hasil penelitianScherazade S. Rehman dan Hossein Askari dari UniversitasGeorge Washington tentang islaminya negara-negarakawasan Timur Tengah. Menurut keduanya bahwa di negara-negara dengan dominan Muslim sering tidak Islami. Tulisantersebut bertema “How Islamic are Islamic Countries,”

dari tarbiyah untuk indonesia

68

Tulisan itu hendak menyampaikan betapa pentingnyakesalehan sosial dalam perilaku kehidupan sehari-hari. “…yangdimunculkan oleh Rahman dan Askari bukan semarak ritual,melainkan seberapa jauh ajaran Islam itu membentukkesalehan sosial berdasarkan ajaran Al- Quran dan hadis,”.Riset itu menyimpuklan, bahwa perilaku sosial, ekonomi, danpolitik negara-negara anggota OKI (Organisasi KonferensiIslam) banyak yang berjarak dan menjauh dari ajaran Islam.Hal itu seolah mengamini pernyataan ulama MuhammadAbduh setelah kunjungannya ke Eropa: “Saya melihat Islam diEropa, meski tidak saya lihat orang Islam di sana.”

Pernyataan Mohammad Abduh tersebut seyogyanyamenjadi pengingat kita para pendidik pada pendidikan tinggiseperti FTK UINSA Surabaya ini, agar kelak para mahasiswakita dapat mempertahankan citra diri dan persepsi diri merekasebagai generasi muda muslim dan dapat mengembangkankompetensi professional dan kompetensi sosialnya ketikasudah benar-benar memasuki AEC ini. Semoga Allah Swt.memberikan kekuatan kepada FTK UINSA Surabaya dalammengemban misinya membina dan mengembangkan anak-anak negeri lewat jalur pendidikan, Amin Yaabbal Alamin.

Dalam kesempatan peringatan 50 tahun perjalananUINSA Surabaya ini, kami sebagai Dekan Fakultas Tarbiyahdan Keguruan UINSA Surabaya mengucapkan SELAMATDAN SUKSES PERINGATAN UINSA EMAS……SELAMATDAN SUKSES UINSAKU ……SEMOGA DI USIAMU YANGSUDAH SETENGAH ABAD INI KAU SEMAKIN MAJU DANBERJAYA, MENGABDI PADA NEGERI MENGANGKATMARTABAT IBU PERTIWI…..

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASIDULU, KINI DAN MASA DATANG

SUHARTINI

DULUTahun 1977 sebagai mahasiswa baru di IAIN, ada rasa

bangga dapat belajar di perguruan tinggi yang berada di jalanraya, transportasi mudah, ada bis kota tingkat siapmengantarkan kulaih dari pangkalan bis di Tugu Pahlawanmelewati jalan A. Yani karena akan menuju ke Aloha. Mahasiswiberkain panjang (jaritan) dan kebayak, cantik-cantikberkerudung (bukan berjilbab), dan para mahasiswa berpakainhem lengan panjang dan bercelana panjang, bahkan banyak jugayang memakai kopyah. Suasana kampus tenang, sejuk tidak adamahasiswa bergerombol laki-laki dan perempuan, berceloteh.Perpustakaan selalu penuh dengan mahasiswa belajar. Ruangkuliah maupun perkantoran di gedung dengan lantai abu-abu (20cm x 20 cm) terawat bersih (berkilau), selalu dihadiri mahasiswasetiap pukul 06.00 karena harus mengikuti Lab bahasa Inggrisdan bahasa Arab. Dosen Lab itu antara lain ibu Prof. Dr. Hj.Kiswati, MA yang kini masih cantik; dan juga Prof. Dr. H. AhwanMukarom MA yang juga masih segar dan energik. Kebahagiaanmasa lalu rasanya masih melekat kuat dalam sanubari ini, meskiawal semester kuliah di ruangan milik Fakultas Ushuluddin, dansemester kedua masuk ke gedung baru Fakultas Dakwah yangsekarang ditempati oleh Fakultas Adab. Pembelajaran di Lab

fakultas dakwah dan komunikasi dulu, kini dan masa datang

70

Bahasa ini dilaksanakan berdasarkan ranking nilai pre-test secarakeseluruhan mahasiswa IAIN (bukan berdasar asal fakultas),mereka dapat berkumpul antar fakultas, mereka memiliki banyakteman atau banyak kenalan dari berbagai fakultas, inimenyenangkan. Kebetulan saya bertempat tinggal di asrama putriIAIN, selalu kalah antrian mandi, maka walau belum mandi tetapberangkat kuliah Bahasa. Selain itu, peristiwa yang masihmelekat dalam ingatan adalah mengikuti kegiatan KKN, dulumasih gabung antara IAIN Malang dan Surabaya, KKN bersamamahasiswa Malang sungguh menyenangkan, mereka bertradisibeda dengan mahasiswa Surabaya, sehingga saling membantudiantara mereka sangat menarik.

Setelah Sarjana Muda, saya melamar kerja sebagai tenagaakademik di Fakultas Dakwah (ketika itu Dekan FakultasDakwah adalah Ust. Abd. Mudjib Manan (alm), kemudianmenjabat Wakil Rektor III IAIN Sunan Ampel, dan jugamenjabat sebagai Juru Bicara Presiden Gus Dur). Kekeluargaanantara dosen (kakak-kakak tingkat) dan karyawan sangat erat,senang bekerja keras dan selalu banyak canda disela kesibukan,apalagi juga ditunggui oleh Wakil Dekan I, bapak Drs. H.Abd.Jabbar Adlan (alm) yang akhirnya menjabat Dekan FakultasDakwah, kemudian Wakil Rektor I dan akhirnya menjabatRektor IAIN Sunan Ampel. Kedua beliau ini memiliki keunikanyang tidak terlupakan, Ust. Abd. Mudjib Manan suka sekalimenceritakan kelucuan (kehebatan) suku Madura dengan tuturkata khas, dan bapak Abd. Jabbar dengan nasihat dan motivasiyang luar biasa (menyentuh kalbu) bagaimana IAIN menjadihebat, hampir tiap hari membicarakan masa depan IAIN bersamateman-teman yang ada di ruang Jurusan. Keguyuban dan rasapersaudaraan diantara dosen dan pegawai, selalu menyertai kerjakeras setiap hari, apalagi pada waktu itu Fakultas Dakwah sudahmenerapkan system SKS penuh. Tiap semester menerima usulanmata kuliah, sehingga semua sibuk memilah dan menetapkan

suhartini

71

mata kuliah yang dapat menjadi kelas atau tidak, dosen yangdipilih mahasiswa dan ada yang tidak, sibuk luar biasa karenasemua manual, tetapi tetap senang dan bahagia suksesmenerapkan system SKS murni.

Kampus IAIN dengan gedung yang megah (di masa itu),halaman yang bersih, ruangan-ruangan dan kamar kecil yangbersih, setiap pk. 07.00 sudah tersedia teh hangat, satu persatuseluruh dosen dan karyawan berdatangan dan akhirnya pk.07.30sudah penuh, tidak ada keluhan ttg absen kehadiran, danpk.09.30 mereka mulai keluar ruang mencari “sarapan pagi” keMak Yam (dulu masih orangtuanya) dikenal sedap masakannya,dan saya pasti dapat oleh-oleh kacang, senang sekali. Kegiatanmahasiswa menghadirkan Band terkenal, digelar di depan gedungUshuluddin hari Sabtu sore, banyak mahasiswa yangberdatangan menikmati hiburan. Kegiatan keramaian mahasiswaselalu digelar hari Sabtu sore sehingga tidak mengganggu kuliah.Apalagi pintu masuk ke kampus waktu itu ada dua, belakangFakultas Dakwah, samping Fakultas Adab. Melalui pintu itu,mahasiswa yang kos di sekitar kampus cukup dengan berjalankaki, dan hanya mahasiswa yang dari kota Sidoarjo dan Surabayaatau luar kota dan memiliki kendaraan dan selalu membawakendaraan roda dua itu ke kampus, dan yang tidak memilikimereka naik angkot atau bis kota, sehingga tidak banyakmemerlukan tempat parkir.

KINIInstitut Agama Islam Negeri Sunan Ampel kini telah

menjadi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA Sby) , sudah tidak ada lagi yang bertanya apakah IAIN itusekolah negeri? Sudah tidak ada lagi yang bertanya, dimanaUIN SA Sby seperti di website, mereka calon mahasiswamenelusuri jalan A. Yani beberapa kali belum menemukan

fakultas dakwah dan komunikasi dulu, kini dan masa datang

72

bangunan nan indah itu di dalam dunia nyata. Kini gambar itubenar-benar terwujud, ada secara fisik, dapat dilihat mata dandapat digunakan sebagai latar selfi. Banyak orang berdecakkagum, Kemenag ternyata banyak uangnya ya, IAIN banyakuangnya ya dapat membangun gedung yang sangat indah,selaras dengan bangunan lain di sepanjang jalan A. Yani.Alhamdulillah, kini bukan lagi kampus dengan bangunangedung Inpres yang sederhana dan desainnya hampir samadengan PTN lain.

Kebanggaan bekerja di kampus dengan bangunangedung yang keren, masih membusung di dada, bahagia-puasdan bangga. Akan tetapi yang berkecamuk di dada adalahdengan gedung yang megah ini, apa yang perlu dilakukanuntuk mengisi dan membuktikan kemegahan ini sebagai suatubentuk kesyukuran kami sebagai alumni, tenaga pengajar danpimpinan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. FakultasDakwah dan Komunikasi (FDK) berusaha untukmeningkatkan kualitas mutu alumni dengan berbagai cara, al.:1. Tahun 2015 FDK melakukan perjalanan ke Belanda untuk

melihat secara dekat bagaimana perkembangan Islam (baca:Dakwah) di negeri yang pernah menjajah Indonesia, apakahorang-orang Indonesia yang bertempat tinggal di Belandajuga melaksanakan kewajiban berdakwah secara terang-terangan sehingga dapat memperoleh simpati (baca:pengikut) dari warga asli Belanda itu sendiri, atau adapenjelasan lain yang masih perlu dikaji. Ternyata, merekamembutuhkan Da’I yang berasal dari Indonesia, karenaIslam yang dikembangkan oleh warga Muslim Indonesiaadalah Islam ramah lingkungan (tidak ekstrem), wargaBelanda suka dengan Islam Indonesia ini. Pada saat yangsama, kami mengikuti acara penandatanganan MoU antaraRektor UIN SA Sby (Prof. Dr. H.Abd. A’la, MA) dengan

suhartini

73

Tilburg University Belanda terkait dengan Pembelajarandan Penelitian. Akhirnya pada bulan berikutnya, dilakukanpenelitian tentang “kurikulum dakwah di Belanda”, kinitelah selesai dan akan didesiminasikan bersama reviewer(Prof. Herman Beck) dari Tilburg University Belanda padabulan Agustus 2016. Akhir penelitian ini akan menghasilkankriteria Da’I Internasional.

2. Tahun 2015 FDK melakukan perjalanan ke Australia dengantujuan ingin mencari jawaban atas ketidak percaya diridalam hal kualitas mutu keilmuan di setiap prodi yang adadi Fakultas Dakwah dan Komunikasi (KPI, BKI, PMI, MD,dan Ilmu Komunikasi), apakah keilmuan yangdikembangkan itu telah benar-benar relevan dengan prodisejenis di tempat lain (misalnya di LN). Ternyata kunjunganke University of Canberra Australia ini diterima denganmelalui kegiatan workshop selama tiga hari penuh,ditemukan bahwa kekuatan keilmuan yang dikembangkanoleh setiap prodi itu sangat bergantung kepada dosen prodiitu sendiri. Jawaban ini membangun kepercayaan baru,bahwa kekuatan keilmuan yang telah ada dapatdikembangkan sesuai kapasitas maksimal yang dimilikioleh dosen prodi dengan alat ukur KKNI.

3. Tahun 2015 FDK melakukan kajian masyarakat sekitarkampus sebagai wujud kepedulian kampus terhadapmasyarakat sekitarnya, yang notabenanya mereka(masyarakat) adalah kampus kedua bagi mahasiswa yangbertempat tinggal sementara di sana (kos). Kajian inimenghasilkan potret masyarakat, sebagaimana lensakamera keilmuan prodi yang ada di FDK, yaitu KPI(menemukan person Da’i yang selalu melakukan pembinaandalam masyarakat sekitar kampus), BKI (menemukankonselor dan kegiatan konseling yang dilakukan di sekitar

fakultas dakwah dan komunikasi dulu, kini dan masa datang

74

kampus), PMI (menemukan potensi-potensi kekuatansosial, ekonomi dan keagamaan/budaya yang ada di sekitarkampus), MD (menemukan bagaimana manajemenmasjid/mushalla yang ada di sekitar kampus), dan IlmuKomunikasi (menemukan apa saja media komunikasi yangdigunakan masyarakat sekitar kampus). Semua temuan iniselanjutnya perlu ditindaklanjuti dengan MoU antaraUINSA Sby dengan Masyarakat Sekitar kampus (MSK)melalui berbagai kegiatan pengembangan/pemberdayaanmasyarakat yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa,sehingga keilmuan yang dibicarakan dalam kelas dapatditemukan atau di-social engineering-kan dalam masyarakat.

4. Tahun 2016 FDK melakukan ikatan kegiatan dengankampus IPB, yang telah dilakukan MoU antara Rektor UINSA Sby dengan Rektor IPB pada bulan Pebruari.Persahabatan yang dibangun ini memberikan kelegaan ataskepanikan/kecemasan tentang apa yang harus dilakukanFDK jika pelayanan (baca: pemberdayaan - ServiceLearning-SILE) kepada masyarakat nanti setelah terwujud,siapa yang dapat membantu jika membutuhkan keahlianbidang keilmuan yang tidak ada di FDK. Kebutuhanmasyarakat seringkali adalah keilmuan product praktis –bernilai ekonomi, pada hal keilmuan yang dikembangkan diFDK adalah bekisar kepada kemampuan-spiritual, carahidup dan masih dalam tataran semangat (keluhuran),belum sampai pada tataran empiris-praksis-ekonomis(kekayaan).

5. Tahun 2016 FDK melaksanakan wujud MoU dengan IPB(bersama pemda Mojokerto) dengan melakukanpendampingan pada masyarakat desa Jembul (Mojokerto)untuk mewujudkan “Desa Wisata Jembul” atau “DewaJembul” yang berada di kaki gunung. Kegiatan ini

suhartini

75

sebenarnya ada misi terselubung, yaitu mempertemukanmahasiswa FDK-UINSA Sby dengan mahasiswa IPB,sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan bersamabagaimana kehidupan mahasiswa di luar UIN agar tidakrendah diri ketika bertemu (bergaul) dengan alumni PTlain.

6. Tahun 2016 FDK melaksanakan Seminar Nasional denganmenghadirkan seluruh dekan/ketua Fakultas Dakwah seIndonesia tanggal 29 April, membicarakan bagaimana caramemahami MEA terkait dengan alumninya dalam duniakerja. Pertemuan itu bertujuan untuk dapat memasukkankualifikasi keahlian alumni FDK dalam dunia kerja, olehkarena itu perlu menghadirkan Sekjen Kemenag (Prof. Dr.H. Norsyam, M.Si, yang juga alumni FDK) serta MenteriTanaga Kerja dan Transmigrasi. Sebelum itu semuadilakukan, maka seluruh prodi telah memiliki kurikulumberbasis KKNI dan dipresentasikan dalam acara tersebut,agar diperoleh sebuah kata sepakat tentang spesifikasikeahlian masing-masing prodi. Hasil kesepakatan ini dapatdiajukan kepada Kementerian Tenaga Kerja danTransmigrasi, sehingga titel kesarjanaan alumni dapattercantum dalam tenaga ahli yang dibutuhkan atau dicaridunia kerja.

AKAN DATANG

IMPIAN ITU PASTI DATANG. UIN SA Sby memilikilingkungan masyarakat sekitar kampus yang telah memenuhistandar kebersihan-kesehatan lingkungan huni mahasiswadalam masyarakat, termasuk di dalamnya: kamar-ruang tamu-ruang belajar anak kos; warung makan dilingkungan ruangyang bersih, peralatan makan bersih; jalan-jalan sekitar bersihdari sampah dan genangan air, banyak tanaman hias yang

fakultas dakwah dan komunikasi dulu, kini dan masa datang

76

menyejukkan; toko-toko/warung kecil kebutuhan sehari-haritersedia aneka ragam dan murah; tersedia tempat-tempatumum yang diisi dengan kegiatan berbagai bakat mahasiswa(pemberian tugas dosen atau volunteer); tempat-tempat umumyang berisi buku-buku literature umum/khusus sebagaitempat belajar mahasiswa bersama warga; tempat-tempatumum banyak kegiatan penyelesaian masalah atau menggalipotensi sosial-ekonomi-budaya masyarakat dilakukanmahasiswa bersama masyarakat (dg support UINSA atauFakultas); Dosen/Fakultas/Universitas menggalang dana atauCSR yang diarahkan ke masyarakat sekitar kampus sehinggamasyarakat merasakan kasih sayang UIN SA secara riel.Kegiatan ini dapat dipercepat dengan keberadaan pesantrenmahasiswa yang Kyai nya adalah dosen UIN SA sendiri,pesantren mahasiswa dapat menjadi leading sector. Sebuah cita-cita yang bukan mustahil.

IMPIAN ITU PASTI DATANG. UIN SA Sby memilikilingkungan masyarakat religious karena keterlibatanmahasiswa/dosen, juga universitas/fakultas dalammeningkatkan kualitas hidup sosial, ekonomi, agama yangtumbuh secara bersama-sama menghadapi tantangankehidupan. Mahasiswa hidup bersama masyarakat denganpanduan keagamaan/spiritualitas dosen pembimbingnyamasing-masing, sehingga integrasi-transformasi keilmuan dankeislaman dapat terwujud dalam waktu sesingkat-singkatnya.

IMPIAN ITU PASTI DATANG. UIN SA Sby menjadikampus tujuan wisata edukasi, masyarakat sekitar kampusmenjadi tujuan wisata masyarakat spiritual, dan mahasiswasebagai wisata keilmuan integrative-transfirmative, twintower kebanggan UIN SA Sby. UIN SA Sby menjadi PusatPeradaban Islam Nusantara. Amin. Wallahu a’lam bi showab.

JALAN TERJAL UINSA MENUJUWORLDCLASS UNIVERSITY

IMAM GHAZALI SAID*

*Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

DINAMIKA Universitas Islam Negeri Sunan Ampel(UINSA) Surabaya bergerak cepat. Tagline UINSA ‘BuildingCharacter Qualities’ yang ditancapkan Rektor UIN-SA Prof Dr H.Abd A'la, cukup menjadi spirit seluruh civitas akademika.Memasuki usia ‘emas’, UIN-SA - yang berdiri sejak tahun 1965dengan nama Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel (IAINSunan Ampel) -- semakin mantap melangkah untukmenggapai predikat universitas Islam bertaraf internasional,World Class Islamic University.

Tantangan ke depan semakin besar. Walaupundemikian,kerja keraskita saat ini “tidak punya arti apa-apa”jika dibandingkan dengan perjuangan dan kerja keras parapendahulu kita. UINSA yang sekarang tampak ‘gagah perkasa’ini, jelas tidak bisa dipisahkan dari perjalanan panjang nanterjal yang telah dilalui dengan susah payah oleh mereka.Sejarah ini tidak boleh tergerus oleh hiruk pikuk menyambutpredikat sebagai universitas Islam kelas dunia.

Keberadaan UINSA tidak lepas dari akar perjuanganNegara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagaimanakita tahu, semangat nasionalisme itu mengerucut kepada duakekuatan besar di negeri ini. Pertama, kaum nasionalis Muslim

jalan terjal uinsa menuju worldclass university

78

(muslim nasionalis) yang diwakili NU dan Muhammadiyah,kedua, kaum nasionalis sekuler yangkala itu diwakili PartaiNasionalis Indonesia (PNI), Partai Sosialis Indonesia (PSI)yang didukung oleh Badan Keamanan Rakyat ( BKR)yangkemudian menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia(ABRI) yang kini dikenal dengan sebutan TNI (TentaraNasional Indonesia).

Pada awal kemerdekaan Republik ini, terjadi revalitasata u‘rebutan’ pengaruh. Kekuatan Islam terdesak minggir.Banyak aspirasi kaum Muslim nasionalis yang tidak terwadahi,termasuk di antaranya adalah Piagam Jakarta atau ‘JakartaCharter’ yang kini menjadi dokumen historis yang berujungpada rumusan Pancasila yang kita kenal sekarang. Ini salahsatu bentuk kompromi antara pihak nasionalis Muslim dannasionalis sekuler demi NKRI.Sementara menurut ideologikalangan Ormas Islam di luar NU dan MD saat itu bahkansampai sekarang menilai “ bahwa tujuh kata ; ....’dengankewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya’itu sebagai kekalahan politik kaum Muslim Indonesia, yangsewaktu-waktu bisa diperjuangkan kembali.

‘Kekalahan’ kaum nasionalis Muslim ini membuatsuasana sedikit gerah. Bagaimana mungkin kaum Muslim yangmayoritas tidak terwadahi aspirasinya. Disadari atau tidak, inimenimbulkan “kecemburuan politik”. Apalagi kenyataannya,pada masa penjajahan Jepang (1942-1945) aspirasi kaumMuslim sudah diperhatikan. Jepang menerapkan kebijakanyang dalam konteks ini menguntungkan kaum Muslim.Balatentara Jepang memahami situasi Indonesia denganmayoritas kaum Muslim. Oleh karena itu, Jepang meletakkankebijakan dasar untuk menjaga dan membina kawasanteritorialnya, dikenal dengan kebijakan Nippon’s Islamic GrassRoot Policy – kebijakan politik Islam ala Jepang ini bertujuan

imam ghajali said

79

‘mengeksploitasi’ potensi kaum Muslim desa yang secaratradisional sangat patuh pada ulama dan kiainya.

Singkat cerita, dibentuklah Shumubu – Kantor UrusanAgama oleh Jepang, yang dipimpin Kolonel Horie, pada akhirMaret 1942. Terlihat betapa cepatnya bala tentara pendudukanmengambil kebijakan politik dengan mendirikan Shumubu.Dengan demikian tampak jelas, bahwa Jepang telah lamamemprogramkannya, agar penjajah ini mendapatkan simpatidan dukungan dari rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim.

Ketika Shumubu dipimpin tentara Jepang, dan tidak dapatbekerja sebagaimana yang diharapkan, maka Kolonel Horeidigantikan oleh Dr. Hoesein Djajadiningrat (bumi puteraIndonesi pertama yang memperoleh gelar doktor pertamabidang studi Islam dari Universitas Leiden Belanda). Sebagaipakar agama Islam, yang tidak pernah memimpin organisasisosial Islam, Hoesein pun tidak mempunyai pengaruh padaumat. Oleh karena itu, diadakan reorganisasi Shumubu denganmenggantikan Ketua Shumubu tersebut dengan KHM HasyimAsy’ari. Padahal, tokoh kharismatik ini baru saja keluar daripenjara kalisosok, karena menolak menjalankan saikerei yaitucara menghormat dengan membungkuk ke arah Tokyo sebagailambang ketundukan pada kaisar Jepang Tennoheka, makaaktivitas harian Shumubu diserahkan kepada wakilnya yangkebetulan putera sulungnya KH A. Wachid Hasyim.

Membaca fakta sejarah seperti ini, mau tidak mau kaumnasionalis sekuler harus mengakomodasi kepentingan kaumMuslim. Bukan saja karena jumlah mereka mayoritas, tapilebih dari itu jasanya tak kalah besar dalam memperjuangkankemerdekaan RI. ‘Disparitas politik’ seperti ini bisamenimbulkan gesekan. Maka, untuk menjaga keseimbanganpolitik agar negara yang baru berdiri itu kokoh, maka padatanggal 3 Januari 1946 dibentuklah Kementerian baru dengan

jalan terjal uinsa menuju worldclass university

80

nama Departemen Agama (Depag) dengan mengangkat H.M.Rasjidi, BA sebagai Menteri Agama pertama.Beliau setelahtidak jadi Menteri Agama meneruskan karir akademiknyasehingga menggapai gelar Prof. Dr. yang oleh banyak kalangandinilai sebagai salah seorang pemikir muslim Indonesiaterkemuka.

Setelah itu terpikir lembaga pendidikan. Kalau kampusUniversitas Gajah Mada misalnya dimaknai sebagai hadiahkepada kaum nasionalis sekuler yang diperkuat denganPeraturan PemerintahNo 37 Tahun 1950. Lalu apa yangdiberikan kepada kaum nasionalis Muslim ? Akhirnya tigajurusan Agama; Dakwah (kelak menjadi FakultasUshuluddin), Qodlo (menjadi Fakultas Syariah) danPendidikan ( menjadi Fakultas Tarbiyah) di bawah UII(Universitas Islam Indonesia) yang swasta itu dinegerikanmejadi PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) inidimaknai sebagai hadiah kepada kelompok nasionalisMuslim.“Hadiah” ini diperkuat dengan Peraturan PemerintahNo 34 tanggal 26 September Tahun 1951. Sementara di Jakarta ,berdasarkan Penetapan Menteri Agama No 01 Tahun 1957Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) secara resmi didirikan.PTAIN dan ADIA ini secara simbolik dimaknai sebagai duaLembaga Pendidikan Tinggi yang merepresentasikan cita-citakomunitas Muslim nasionalis agar setara dengan komunitasnasionalis sekuler dalam mendapatkan kesempatanmendapatkan pendidikan tinggi.

Perkembangan selanjutnya Akademi Dinas Ilmu Agama(ADIA) di Jakarta dengan rektor Prof. Mahmoed Joenoes danPTAIN di Jogyakarta dengan rektor Prof. KH R. MoehamadAdnan ini mejadi embrio berdirinya Institut Agama IslamNegeri (IAIN), yang kemudian masing-masing diberi namaSyarif Hidayatullah dan Sunan Kalijaga. Dua rektor ini rela

imam ghajali said

81

untuk tidak mendapatkan tunjangan structural dalammemimpin dua lembaga Pendidikan Tinggi Islam ini. Sampaidengan tahun 1960-an mereka berjibaku mempertahankan dualembaga tersebut. Tahun 1959 Presiden Soekarno mengangkatKH Muhammad Wahib Wahab sebagai Menteri AgamaKabinet Kerja I & II, untuk periode 1959-1962. Putra pertamaKH Wahab Hasbullah ini memiliki keinginan kuat untuk‘mengubah’ nasib ADIA (yang masih swasta untukdinegerikan), agar mendapat perhatian dan anggaran daripemerintah.

Perjuangan beliau tidak mudah. Karena PresidenSoekarno tidak berkenan, dengan berbagai pertimbangan, diantaranya keuangan negara yang masih cekak. Tetapi, dalambenak Kiai Wahib Wahab, lembaga pendidikan Islam harusmemperoleh perlakuan yang sama, sebagaimana univeritasumum selama ini. Pada saat yang sama, suhu politik masih‘adem panas’. Tahun 1957, Presiden Soekarno menunjuk Ir.Djuanda Kartawidjaya menjadi Perdana Menteri. Beliaudibantu tiga orang wakil (Mr. Hardi dari PNI, Haji IdhamChalid dari NU, dan dr. J. Leimena dari Parkindo). Tugas PM.Ir Djuanda sungguh berat karena pada saat itu, keadaan bangsadan negara dalam situasi berbahaya, terancam perpecahan.Tetapi Djuanda berhasil menyelenggarakan musyawarahnasional memperkuat kembali Dwi-Tunggal Soekarno-Hatta.

Dalam kondisi demikian, nasib Akademi Dinas IlmuAgama (ADIA) semakin tidak jelas. Bung Karno tetapbersikukuh tidak mengizinkan ADIA menjadi PerguruanTinggiNegeri. Tetapi keinginan Kiai Wahib Wahab masihbegitu kuat. Nah, ketika Presiden Soekarno berkunjung keJepang, di mana Ir Djuanda menempati posisi sebagai presidenad-interim saat itu, usulan tersebut kembali disampaikan. DanAlhamdulillah, ternyata Ir Djuanda yang pernah menjabat

jalan terjal uinsa menuju worldclass university

82

sebagai Direktur SMA Muhammadiyah Jakarta, inimenyetujuinya. Persetujuan ini dibuktikan dengan PeraturanPresiden No 11 Tahun 1960 yang ditanda tangani oleh PejabatPresiden Ir. Djuanda.

Bagaimana reaksi Bung Karno? Beliau sempat marah. Dihadapan Ir Djuanda dan Kiai Wahib Wahab, Bung Karnomengatakan bahwa sejak awal dirinya tidak setuju ADIA itumenjadi negeri. Tetapi, setelah dijelaskan dengan seksama,termasuk perlunya keseimbangan antara kekuatan nasionalisMuslim dan nasionalis sekuler, maka, Bung Karno pun luluh.Dengan demikian, Peraturan Presiden No: 11 Tahun 1960 yangsecara eksplisit merubah ADIA di Jakarta menjadi IAIN SyarifHidayatullah dan PTAIN di Jogyakarta menjadi IAIN SunanKalijaga efektif berlaku. Jadi saat itu ada dua IAIN; diJogyakarta dan Jakarta, yang populer dengan dua IAIN Induk.Ini, karena IAIN yang secara pesat berdiri di beberapa daerahprovinsi harus menginduk pada salah satu dari dua IAIN ini.

Antara 1960-1965 suasana sosial politik di tanah aircukup ‘panas”, karena Presiden Soekarno membubarkan partaiMasyumi, karena pentolan partai ini dianggap terlibatpemberontakan. Dalam waktu yang sama PKI (Partai KomunisIndonesia) mendukung pemerintah. Sementara PNU (PartaiNahdlatul Ulama) yang saat itu menjadi representasi partaiIslam ‘dirangkul’ Soekarno. Dalam konteks inilah Soekarnoberkeinginan menyatukan tiga kekuatan ideologi penyanggaNKRI ; nasionalisme, agama dan komunisme. GagasanSoekarno inilah saat itu populer dengan Nasakom, yangditandai revalitas antara kelompok agama yang diwakili NUdan kelompok komunis yang diwakili PKI.

Dalam suasana ‘tensi politik yang memanas’ KHSaifuddin Zuhri, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar NahdlatulUlama (PBNU) merangkap Pemimpin Redaksi Harian Duta

imam ghajali said

83

Masyarakat dan anggota Parlemen Sementara dipanggil BungKarno. Saat itu hari Jumat, tanggal 17 Februari 1962, ia dimintamenghadap ke Istana Merdeka. Banyak teka-teki memenuhibenaknya ketika dia memenuhi panggilan Bung Karno. Apakahkarena urusan DPR atau DPA? Apa urusan NU? Atau urusansurat kabar Duta Masyarakat? Ternyata dalam pertemuan ituBung Karno minta KH. Saifuddin Zuhri agar berkenan menjadiMenteri Agama, menggantikan KH. Wahib Wahab yangmengundurkan diri.

Terjadilah estafet kepemimpinan di Departemen Agama.Kiai Saifuddin berhasil meneruskan cita-cita Kiai WahibWahab. Tahun 1965, ketika negeri ini digoyang pahamkomunis, Kiai Saifuddin terus mengimbangi politik PKI.Ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) berhasil mendirikanuniversitas rakyat di beberapa kota besar, Kiai Saifuddin takmau kalah, IAINinduk diperluas hingga mencapai 14 provinsi.IAIN induk ini diberi keleluasaan untuk membuka Cabang diberbagai kotamadya dan kabupaten. Kebijakan ini berlakusepanjang KH Saifuddin Zuhri menjabat Menteri Agama(1962-1967).

Tiga fakultas : Syariah di Surabaya, Ushluddin di Kediridan Tarbiyah di Malang yang selama lima tahun menjadicabang IAIN Sunan Kalijaga menjadi modal bagi berdirinyaIAIN induk di Surabaya. Untuk mereaisir keinginginan kuatmasyarakat Muslim Jawa Timur agar bisa‘memiliki” PerguruanTinggi Islam Negeri yang independen, ulama dan tokohmasyarakat melakulan serangkaian pertemuan, diantaranyaadalah pertemuan 1961di Jombang dengan menghadirkan Prof.Soenarjo rektor IAIN Sunan Kalijaga sebagai nara sumber.Pertemuan ini menghasilkan beberapa keputusan; (1)membentuk panitia perintisyang dipimpin KH Mahrus AlyLirboyo (2) mendirikan 3 tiga fakultas: Syariah di Surabaya,

jalan terjal uinsa menuju worldclass university

84

Tarbiyah di Malang dan Ushuluddin di Kediri. Untuksementara tiga fakultas ini menjadi cabang IAINJogya.Keputusan ini ditindak lanjuti dengan pendirian YayasanBadan Wakaf Kesejahteraan pada tanggal 9 Oktober 1961 yangdipimpin KH Mahrus Aly dengan beberapa anggota,diantaranya KH Achmad Shiddiq Jember, KH Mustain RomlyJombang, H. Yahya Hasyim H. Yasin, dan H. Imam SoepardiSurabaya. Yayasan ini punya tugas berat menyediakan lokasitanah minimal 9 hektar dan menyiapkan perumahan bagi paraguru besar. Sementara pada masa transisi antara 1960-1965kegiatan akademik Fakultas Syariah di Surabaya dilakukandengan menumpang di Taman PendidikanPuteri NahdlatulUlama (TPPNU) Khadijah. Atas modal dan langkah-langkahstrategis di atas, maka KH Saifuddin Zuhri sebagai MenteriAgamamenerbitkan SK No 20/1965 tentang berdirinya IAINSunan Ampel di Surabaya, pada 5 Juli 1965.

Dari penjelasan di atas tampak bahwa keinginan untukmendirikan IAIN Sunan Ampel lebih dominan muncul darimasyarakat bawahyang direspon secara positif dan bijak olehpemerintah; dalam hal ini Departemen Agama.

IAIN Sunan Ampel Surabaya pun membawahi banyakcabang, seperti NTB, Bangkalan, Pamekasan, Tulungagung,Ponorogo, Kediri, Malang, Samarinda (Kalimantan). Problemberikutnya adalah bagaimana kelangsungan proses belajarmengajar di tengah dana yang cupet dan sumber daya manusia(SDM)yang terbatas. Di sinilah tampak jelas, ghirah perjuanganpara ulama dan kiai saat itu. Tidak mudah bagi MenteriAgama menunjuk seorang rektor. Walhasil, untuk IAIN SunanAmpel, ditunjuklah Prof H Tengku Ismail Ya’kub SH, MAsebagai rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya pertama (1965-1972).

imam ghajali said

85

Kiai-kiai juga didapuk menjadi dosen, seperti KHNawawi (Surabaya), KH Manfudz Anwar (Jombang). Merekasemua tidak dibayar. Sarana prasarana juga terbatas. SebelumIAIN memiliki lahan sendiri, perkuliahan berlangsung diTaman Pendidikan Putri Khadijah, yang disingkat TPP Khadijahterletak di Jalan Semea Surabaya. Begitu juga IAIN CabangBojonegoro, saat itu menempati tanah milik LembagaPendidikan Maarif, dan sekarang difungsikan sebagai RumahSakit dan kantor Muslimat NU.Bojonegoro.

Demi kelangsungan IAIN, kiai pantang menyerah,termasuk mengorbankan dana. Dibentuklah Badan Wakaf, diantaranya terdapat nama KH Mahrus Aly (Lirboyo Kediri), KHAchmad Shiddiq (Jember) dan seorang ulama muda KHMusta’in Romly (Jombang). Kampus UINSA yang sekarang iniberdiri di atas tanah seluas 8 hektar dari 9 hektar, berstatufwakaf. Di antaranya tanah wakaf dari KH Saifuddin Zuhri.Itulah sebabnya, mengapa pembebasan lahan depan (sekitar 1hektar) sebagai Frontage Road (FR) sempat menjadi perdebatan.

Memasuki orde baru, Presiden H.M Soehartomengamanatkan jabatan Menteri Agama kepada KHMuhammad Dahlan (1967-1971). Kiai kelahiran MandaranRejo, Kotamadya Pasuruan, Jawa Timur (2 Juni 1909), pendiriMuslimat NU itu dikenal sebagai pelopor musyawarahantarumat beragama, sebagai gerakan untuk meminimalisirperistiwa intoleransi antarumat beragama menyusul peristiwaPKI.

KH Muhammad Dahlan menghadapi problem yang sama,lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang berbasisakademis. Sampai tahun 1967, IAIN Surabaya hanya memilikisatu dosen yang berstatus sarjana, beliau adalah Drs AbdulDjabbar Adlan Aly. Kiai Dahlan harus berpacu mencari orang-orang yang berpontensi mengelola IAIN. Akhirnya bertemu

jalan terjal uinsa menuju worldclass university

86

dengan Prof. Dr. Harun Nasution yang sama-sama pernah(lama) belajar di Mekah al-Mukarromah. Setelah meraih gelardoktor di Universitas McGill di Kanada, maka, pada tahun1969 diminta menjadi rektor di IAIN Syarif Hidayatullah.

Bagaimana dengan IAIN Sunan Ampel Surabaya? Di siniProf. Dr. Harun Nasution ikut membantu Menteri Agama KHMuhammad Dahlan mencari sosok yang tepat mendampingiProf H Tengku Ismail Ya’kub SH, MA sebagai rektor IAINSunan Ampel. Akhirnya muncullah nama Prof KH.A. Syafii A.Karim (alumni Baghdad) yang kemudian menjabat sebagairektor IAIN Sunan Ampel Surabaya (1972-1974). Sampai eraProf KH.A. Syafii A. Karim, kondisi IAIN Sunan Ampel masih‘babat alas’. Memang sudah ada gaji, ada fasilitas, tetapi sangatterbatas. Misalnya ada fasilitas rumah di Jalan Tales, Surabaya.Saat itu, jumlah fakultas juga masih terbatas, hanya FakultasSyariah yang dipimpin Kiai Syafii A. Karim dan FakultasUshuluddin oleh KH Mahfudz Anwar (Jombang).

Tahun 1971 Presiden Soeharto mengganti Menteri Agamadari KH Muhammad Dahlan kepada Abdul Mukti Ali. Lelakikelahiran Cepu, Blora, Jawa Tengah, 23 Agustus1923 itumemiliki nama kecil Soedjono (Sujono). Sedangkan namaAbdul Mukti Ali didapat dari gurunya, KH. Hamid Pasuruan(wikipedia).

Hebatnya, meski sudah berganti-ganti menteri, semangatpara pendahulu terhadap IAIN masih begitu tinggi. Sampaitahun 70-an Kiai Saifuddin Zuhri masih konsisten memikirkanlembaga ini, sampai beliau dijuluki sebagai peloporpengembangan IAIN. Beliau terus mencari ‘bibit unggul’ untukmembantu pengembangan IAIN. Ada peristiwa menarik,ketika Kiai Saifuddin Zuhri berkunjung ke Kalimantan, beliaubertemu dengan Drs. Marsekan Fatawi yang kemudianmenjadi rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya (1975-1987). Di

imam ghajali said

87

mata Kiai Saifuddin, sosok Pak Marsekan dikenal sebagaimahasiswa yang gigih dan kirtis. Ia pernah mendemonya saatmasih menjadi Menteri Agama. Tetapi, di benak Kiai Saifuddintidak ada dendam sedikitpun, sehingga saat itu Pak Marsekan– yang menjelaskan dirinya sebagai Putra Lamongan dan santriTebuireng - diminta kembali ke Surabaya untuk memperkuatIAIN. Dari seluruh perjalanan ini, semakin meneguhkan bahwaIAIN berdiri tegak di atas tradisi pesantren.

Tantangan UINSA ke DepanCita-cita untk “memiliki” Peguruan Tinggi Islam

setingkat unversitas secara implisit sudah tampak sejak awal.Ini diketahui dari terjemah IAIN dengan “al-Jami’ahIslamiyahal-Hukumiyah”. Jika ini diterjemah sekarang adalahUniversitas Islam Negeriدbukan IAIN. Kiranya para perintisIAIN menyadari bahwa berjuang untuk IAIN saja sulit, apalagiUIN. Kiranya mereka berprinsip padapada kaidah ushul Fiqh:Sesatu yang tidak bisa dicapai semua tidak diringgalkansemua.Ekspektasi kaum Muslim terhadap IAIN begitu besar.Harapan IAIN mampu mengeluarkan output berupa individu-individu yang matang di sisi intelektual dan matang dalambidang keagamaan, harus diakui masih jauh panggang dari api.Harus ada terobosan untuk menjawab tuntutan umat.

Sesungguhnya, tahun 1970-an – Prof. Dr Harun Nasutiondan Menteri Agama Prof. Dr .H.A Mukti Ali -- sudahmeluncurkan gagasan agar IAIN bertransformasi menjadiuniversitas, sesuai cita-cita perintis dan pendirinya. Tetapigagasan itu selalu kandas di tengah jalan. Melalui prosespanjang dan melelahkan, akhirnya IAIN benar-benardikonversi menjadi universitas melalui Keputusan PresidenNo. 31 Tahun 2002 yang menjadi dasar berdirinya UniversitasIslam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah di Jakarta pada

jalan terjal uinsa menuju worldclass university

88

tanggal 20 Mei 2002. Dua tahun kemuian IAIN Jogya menjadiUIN, dan terus terjadi transformasi di beberapa IAIN menjadiUIN, seperti Malang, Makasar, Aceh, Sumatera Utara,Pekanbaru, dan lain- lain yang sampai 2014 Indosiamempunyai 11 UIN, 25 STAIN dan 19 STAIN.

Tahun 2009 IAIN Sunan Ampel Surabaya, setelahmelalui serangkaian perdepatan dan diskusi, mengajukanperubahan menjadi UIN kepada pemerintah, dalam hal iniKementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikandan Kebudayaan (Kemendikbud). Empat tahun kemudian,Presiden Susilo Bambang Yodhoyono melalui PeraturanPresiden (Perpres) No 65 tanggal 1 Oktober 2013 , menyetujuiperubahan tersebut. Kemudian perubahan menjadi UINSA inidilaunching pada 4 Desember 2013.

Konversi IAIN menjadi UIN bukanlah sekadar proyekfisik, dengan hanya mengubah struktur gedung menjadi lebihluas, lebih gagah dan mentereng seperti yang kita saksikansekarang. Tujuan pokok dari perubahan ini adalahpengembangan wawasan keilmuan dan perubahan tata pikirkeilmuan yang bernafaskan keagamaan sesuai dengan tuntutanumat Islam. Tradisi keilmuan yang diidolakan UINSA adalahberjejaringnya semua disiplin ilmu yang secara garis besar adadua disiplin ilmu yang harus dikembangkan: ilmu agama (ilimudasar) dan sain teknologi ( ilmu pokok ). Dua arus ilmu iniharus terus berjalan secara dinamis dan terintegras. Pola kaitandua ilmu seperti di atas di UINSA dilambangkan dengan duaMenara Kembar, yang antara satu menara dengan menara disebelahnya terhubung dengan bangunan kokoh yang takmemungkinkan dua menara kembar itu dipisah. Dua MenaraKembar di kalangan civitas akademika UINSA populer denganpengembangan ilmu dengan pola Twin Tower yang dalambentuk fisiknya dapat kita nikmati dari bangunan megah yang

imam ghajali said

89

akan diresmikan bersamaan dengan peringatan UINSA EMASyang akan datang.

Sebagai konsekuensi tranformasi IAIN menjadi UIN,universitas ini memiliki 9 Fakultas, yaitu ; Adab danHumaniora, Syariah dan Hukum, Ushuluddin dan Filsafat,Dakwah dan Komunikasi, Tarbiyah dan Keguruan, SosialPolitik, Ekonomi dan BisnisIslam, Sain dan Teknologi,Psyckologi dan Ilmu Kesehatan. Dari 9 Fakultas ini UINSAmemiliki 47 prodi. Insya Allah ke depan UINSA akanmeningkat terus kegiatan akademiknya yangdiimplementasikan dengan menambah Fakultas dan Prodinya.Jika kita perhatikan nama fakultas di bawah UINmenggunakan kata sambung “dan”. Misalnya, Fakultas danHumaniora, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan seterusnya.Ini, mengandung maksud bahwa setiap fakultas, terutamafakultas-fakultas agama mendapatkan kesempatan untukmembuka prodi umum.

Fakultas Adab dan Humaniora (FAHUM) UINSASeiring dengan transformasi IAIN menjadi UIN Sunan

Ampel maka Fakultas Adab dan Humaniora harus melakukanlangkah-langkah tepat untuk menjawab tuntutan umatFakultas Adab yang berdiri dan diresmikan oleh MenteriAgama Prof. KH. Saifdin Zuhri pada 11 Rajab 1388 Hbertepatan dengan 26 Oktober 1966 ini termasuk fakultaspertama setelah IAIN Sunan Ampel menjadi induk terlepasdari IAIN Sunan Kalijaga Jogya.Oleh karena itu,penguatanSDM harus menjadi prioritas utama. Sampai sekarangFAHUM masih menjadi ‘pemasok’ terbanyak Guru Besar, (Professor) dan Doktor di UINSA. Dari 37 Profesor UINSA, 11dari Fahum, dengan rincian5 Profesor dosen Sejarah danKebudayaan Islam, 5 Profesor dosen Bahasa.dan Satera Arab,

jalan terjal uinsa menuju worldclass university

90

dan seorang profesor dosen Bahasa dan Sastrea Inggris.Targetberikutnya FAHUM berusaha untuk memiliki Program PascaSarjana sendiri linier dengan prodi pada Strata Satu.Upaya inidimungkinkan, karena tidak bertentangan bhkan sangat sesuaidengan ketentuan yang diatur dalam Organisasi dan Tata Kerja(Ortaker) UINSA.

Begitu juga soal program studi (Prodi), FAHUM yangsekarang hanya memiliki tiga Prodi (Bahasa dan Sastra Arab,Sastra Inggris dan Sejarah Kebudayaan Islam) akan ditambahdengan tiga prodi baru, Perpustakaan, Pariwisata Islam danBahasa Indonesia. FAHUM sudah tidak menerima tenagadosen S1, hanya menerima minimal S2. Di samping kualitas,FAHUM juga memperbanyak doktor-doktor baru. Setiaptahun minimal ada 2 lulusan doktor baru, baik lulusan TimurTengah maupun Barat. Dengan demikian, kampus ini benar-benarakan mampu menjadi World Class Islamic University, danFakultas Adab dan Humaniora menjadi salah satu penyangga danpendorong terpentingnya.. Semoga bermanfaat untuk umat! Amin. (*)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFATANTARA PELUANG DAN TANTANGAN

MUHID

A. Sejarah Berdirinya Fakultas Ushuluddin dan FilsafatFakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel

Surabaya didirikan pada hari Senin tanggal 29 Rabi’ul Awal1386 H/tanggal 18 Juli 1966. Peresmian pendiriannya dilakukanoleh Menteri Agama Republik Indonesia, yang pada saat itudijabat oleh Prof. KH. Saifuddin Zuhri. Hal ini didasarkan padapiagam penyerahan dari Panitia Persiapan PembukaanFakultas Ushuluddin IAIN al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah Sunan Ampel di Surabaya kepada Menteri AgamaRepublik Indonesia. Pada piagam tersebut disaksikan olehlima belas orang saksi, hanya saja nama-nama para saksi dalampiagam tersebut sudah tidak bisa terbaca lagi. 1

Dekan yang pertama dijabat oleh K.H.R. Aliurridlo.Jumlah mahasiswa yang diterima pada kegiatan perkuliahanyang pertama sebanyak 80 orang, terdiri dari 60 orangmahasiswa dan 20 orang mahasiswi. Berhubung pada waktuitu belum memiliki gedung tempat perkuliahan sendiri, makauntuk sementara segala kegiatan kurikuler dan kegiatan-

1 Piagam Penyerahan Panitia Persiapan Pembukaan Fakultas Ushuluddin IAIN al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah Sunan Ampel di Surabaya kepada MenteriAgama Republik Indonesia.

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

92

kegiatan akademik yang lain serta kegiatan administrasi masihmenumpang di gedung Fakultas Syari’ah di Jalan A. Yani 117Surabaya.

Di tengah perjalanan, setelah berjalan 3 tahun sejakdidirikan, telah terjadi pergantian kepemimpinan karenadekan yang pertama (yaitu K.H.R Aliurridlo) pulang kerahmatullah dan digantikan oleh KH. Mahfudz Anwar. Padaawal tahun 1970 Fakultas Ushuluddin telah mulai menempatigedung baru yang ditempati hingga sekarang ini (gedungA/sebelah utara). Pembangunan gedung Fakultas Ushuluddintersebut dirintis mulai tahun 1969 dan pemakaiannya barudimulai tahun akademik 1970. Sejak saat itu FakultasUshuluddin terus mengalami perkembangan.

Walaupun perkembangan tidak terlalu cepat tetapicukup lancar. Ibarat perkembangan seorang bayi, semakinlama menjadi semakin kuat dan semakin dewasa.Perkembangan tersebut ditandai dengan berhasilnyameluluskan Sarjana Muda. Setelah itu pada tahun 1970 dapatdibuka program pembelajaran tingkat doktoral dengan 3jurusan, yaitu Jurusan Da’wah, Jurusan Aqidah-Filsafat danJurusan Theologi.

Dalam perkembangan selanjutnya, Jurusan Da’wahditingkatkan menjadi Fakultas Da’wah yang berdiri sendiri,sehingga Jurusan yang ada di Fakultas Ushuluddin tinggal 2yaitu Jurusan Aqidah-Filsafat dan Jurusan Theologi. Kemudianpada tahun1974 Jurusan Theologi diubah namanya menjadiJurusan Perbandingan Agama.2

2Menurut Fatchul Mubin Djoko, Perubahan nama Jurusan Theologi menjadiJurusan Perbandingan Agama berdasarkan kebijakan Prof. Mukti Ali selakuMenteri Agama.

muhid

93

Pada tahun 1973, setelah masa akhir jabatan KHMahfudz Anwar (1970-1973), maka sebagai gantinya diangkatsebagai dekan baru adalah Drs. Achmad Chotib (1973-1975).Setelah 3 tahun menjabat dekan, ia diangkat ke DepartemenAgama Pusat untuk menjabat Direktur Ditpertais. Sebagaiganti Drs. Ahmad Chotib, diangkatlah H.Abd. Rahim Nur,yang menjabat dekan selama 2 periode, dari tahun 1975 sampaitahun 1983. Karena peraturan tidak memperbolehkanseseorang menjabat dekan 3 periode berturut-turut, makadiangkatlah Drs. H. Fatchul Mubin Djoko sebagai dekanselanjutnya, yang menjabat dari tahun 1983 hingga 1987.Sesudah habis masa jabatan Drs. Fatchul Mubin Djoko inisebagai dekan, maka pada tahun akademik 1987, H.Abd.Rohim Nur diangkat kembali manjadi Dekan (1987-1991). LaluDrs. H. Fatchul Mubin Djoko diangkat kembali menjadiDekan (1991-1995). Setelah itu secara berturut-turut yangmenjadi dekan adalah Dr. H.Artani Hasbi (1995-1999), Dr.H.Abdullah Khozin Afandi (1999-2006), Dr. H. Ma’shum(2006-2013) dan Sekarang ini dijabat Dr. Muhid (2013-2018).

Beberapa jurusan di Fakultas Ushuluddin IAIN SunanAmpel mengalami perubahan nama menjadi JurusanPerbandingan Agama (PA), Jurusan Aqidah-Filsafat (AF) danJurusan Tafsir-Hadits (TH). Dengan perubahan ini berarti adasatu Jurusan yang dihapus yaitu Jurusan Theologi danpenambahan Jurusan baru yaitu, Jurusan Tafsir-Hadits yangsemula berada di Fakultas Syari’ah. Penataan ini berdasarkanSK Rektor IAIN Sunan Ampel (saat itu dijabat oleh Drs. KH.Abd. Jabbar Adlan) Nomor 55/PP.00.9/SK/P/96 tentangPembetulan Surat Keputusan Rektor IAIN Sunan AmpelNomor 47/PP.00.9/SK/P/96 tentang Penataan dan PembukaanJurusan Program S1 pada Fakultas-fakultas di lingkungan IAINSunan Ampel.

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

94

Nama Fakultas Ushuluddin dan Jurusan pada periodeberikutnya juga mengalami perubahan. BerdasarkanKeputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1429Tahun 2012 tentang Penataan Program Studi di PerguruanTinggi Agama Islam dan Keputusan Direktur JenderalPendidikan Islam Nomor 3389 Tahun 2013 tentang PenamaanPerguruan Tinggi Agama Islam, Fakultas dan Jurusan padaPerguruan Tinggi Agama Islam, maka penamaan FakultasUshuluddin diganti nama menjadi Fakultas Ushuluddin danStudi Agama. Pada saat yang sama penamaan jurusan jugamengalami perubahan, yaitu: Jurusan Tafsir-Hadis menjadiJurusan Al-Qur’an dan Hadis yang membawahi dua programstudi, yaitu Program Studi Al-Qur’an dan Tafsir serta ProgramStudi Ilmu Hadis. Jurusan Aqidah-Filsafat menjadi JurusanPemikiran Islam yang membawahi Progran Studi Akhlaq-Tasawuf, Program Studi Filsafat Agama serta Program StudiFilsafat Politik Islam. Prodi yang terakhir ini dalam prosespassing out. Sedangkan Jurusan Perbandingan Agama berubahnama menjadi Jurusan Studi Agama-agama. Jurusan inimembawahi Program Studi Perbandingan Agama dan ProgramStudi Ilmu Aqidah.

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan IslamNomor 3389 Tahun 2013 di atas dijelaskan bahwa ketentuanumum nomenklatur jurusan adalah sebagai berikut;1. PTAI dapat menentukan nama jurusan baru dengan

ketentuan bahwa program studi yang dikoordinasikandalam jurusan masih dalam kedekatan rumpun/bidangilmu.

2. Program Studi dalam satu jurusan minimal berjumlah 2(dua) prodi.

3. Jika PTAI mendapatkan ijin penyelenggaraan 1 (satu)program studi baru, program studi tersebut agar

muhid

95

digabungkan pada jurusan yang mempunyaikedekatan/kemiripan bidang ilmu.

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal PendidikanIslam Nomor 2336 Tahun 2014 tentang Perpanjangan IzinPenyelenggaraan Program Studi pada Program SarjanaUniversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Tahun 2014,Jurusan Tafsir-Hadis berubah nama menjadi Program studiIlmu Al-Qur’an dan Tafsir dan Jurusan Aqidah-Filsafatmenjadi Program studi Filsafat Agama.

Sedangkan pada Keputusan Direktur JenderalPendidikan Islam Nomor 1428 Tahun 2014 tentangPenpanjangan Izin Penyelenggaraan Program Studi padaProgram Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan AmpelSurabaya Tahun 2014, maka Fakultas Ushuluddin dan Filsafatsecara resmi diberikan izin membuka Prodi Ilmu Hadis sebagaiprodi baru di fakultas ini.

Dalam perkembangan lebih lanjut, setelah perubahanstatus dari IAIN Sunan Ampel menjadi UIN Sunan Ampel danberdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik IndonesiaNomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata KerjaUniversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, maka namaFakultas Ushuluddin berubah dari “Fakultas Ushuluddin danStudi Agama” menjadi “Fakultas Ushuluddin dan Filsafat”dengan 3 (tiga) jurusan di dalamnya dan 6 (enam) prodi serta 1(satu) prodi dalam proses passing out sebagaimana yang telahdisebutkan di atas.

B. Khazanah Keilmuan IslamIlmu Ushuluddin yang diposisikan sebagai disiplin ilmu

mengenai dasar-dasar keagamaan, jika dalam tradisi Kristianilebih mudah dirumuskan, yaitu menitikberatkan pada Teologi.

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

96

Namun klaim ini kurang cocok dilekatkan dalam tradisi Islamkarena kandungan Bibel dan Al-Qur’an sangat berbeda.Begitupun sejarah dan kiprah hidup Yesus dan NabiMuhammad s.a.w. dalam banyak hal sangat berbeda. Misalnya,Yesus diyakini mengakhiri karirnya di tiang gantungan (salib),sebuah kekalahan politik, sementara Nabi Muhammad s.a.w.justru mewariskan kekuasaan politik yang kemudianditeruskan sampai sekarang, meskipun telah terjadipenyimpangan dan debat penafsiran mengenai hubunganagama dan politik kekuasaan. Bagi orang Kristen tentu sajaperistiwa penyaliban ditafsirkan secara iman, sebuahkekalahan yang “direncanakan dan diberkati” oleh Tuhan.

Sedemikian luas cakupan Al-Qur’an dan Sirah NabiMuhammad s.a.w. yang pada urutannya melahirkan beberapakajian ilmu keislaman tradisional dengan sekian ragammazhabnya. Yang paling popular, dan itu terabadikan dalamnomenklatur program studi di lingkungan UIN/IAIN, kajianfiqih yang terpusat di Fakultas Syariah; kajian sejarah danperadaban Islam di Fakultas Adab; Kalam, Filsafat danTafsir/Hadis di fakultas Ushuluddin; sejarah dan metodedakwah di Fakultas Dakwah; prinsip-prinsip pendidikan Islamdi Fakultas Tarbiyah. Bagi mereka yang mendalami ilmu-ilmukeislaman, masing-masing ilmu memiliki obyek kajian danmetode tersendiri. Tetapi bagi masyarakat umumnya, yangnamanya UIN/IAIN tetap dipersepsikan dan diharapkansebagai pusat studi keagamaan Islam sehingga alumninyamesti bisa berdakwah, apapun fakultasnya.

muhid

97

Pengalaman Komaruddin Hidayat3 bertemu denganbeberapa orang di DPR ketika membahas anggaran untukpengembangan UIN, mereka berpandangan bahwa cabangilmu itu ada tiga: ilmu Sosial, Humaniora, dan Ilmu Alam.Mereka bertanya kepadanya, di rumpun mana ilmu-ilmukeislaman hendak diposisikan? Perdebatan epistemologis inimesti diselesaikan di lingkungan komunitas ilmuwan danpengambil kebijakan politik, karena akan menyangkut alokasidana dan pengembangan institusi ke depan. Jika tidak, posisiilmu-ilmu keislaman akan tetap dilihat sebagai bagian dariIlmu Humaniora, dan implikasi sosialnya akan menjadi obyekIlmu Sosial. Lalu alumninya adalah juru dakwah.

C. Karakteristik UINDilihat dari misi dan perkembangan yang terjadi,

terdapat tiga ciri yang menonjol pada lembaga perguruantinggi Islam di lingkungan Kementerian Agama, yaitu:Keislaman, Keilmuan dan Keindonesiaan. Studi keislaman inimerupakan cikal bakal dan jati diri yang tidak bolehmengendor. Ini adalah ruhnya. Mengingat disiplin ilmu,termasuk bahan bacaan dan dosen, mempengaruhi seseorangyang mempelajarinya, maka sangat menarik sesungguhnyauntuk meneliti dan mengamati prilaku komunitas UIN/IAINyang mendalami ilmu-ilmu keagamaan. Pengaruh tradisipesantren cukup kental. Tetapi di masa depan kita belum tahuapakah akan tetap bertahan, mengingat sekarang ini banyakmahasiswa dan dosen yang bukan alumni pesantren. Salah satuciri dan tuntutan ilmu agama adalah menelusuri dan

3Komaruddin Hidayat, Menimbang Ilmu Ushuluddin: Makalah Disampaikan PadaForum Dekan Ushuluddin dan Seminar Nasional, Tanggal 19 September 2015 diFakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang.

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

98

menghubungkan ke masa lalu agar mata rantai ajaran agamayang diterima tidak terputus dan terjaga otentisitasnya darisumber aslinya yang berada di masa lalu. Oleh karenanya,berbagai ceramah keagamaan yang dijadikan sumberjustifikasinya adalah norma-norma yang dianggap sahih yangrujukannya ke masa lalu, yaitu kitab suci Al-Qur’an,hadis/Sirah nabawiyah dengan segala cabang dan turunannyaserta belajar sejarah Islam menjadi sangat penting dalam studikeislaman di UIN/IAIN. Ditambah lagi posisi UIN/IAIN dibawah Kementerian Agama, ciri dan kultur keislamannyasenantiasa terjaga.

Karakter studi keagamaan ini sangat berbeda darimereka yang mempelajari sains. Dalam tradisi sains, sangatmenonjol pendekatan induktif, empiris, eksperimentatif yangberpusat di laboratorium dengan tujuan melakukan inovasi-inovasi baru. Sedangkan dalam tradisi studi keagamaan sangatmenonjol pendekatan normatif, deduktif dan konservatif. Yangdimaksud konservatif di sini adalah menjaga tradisi yang adajangan sampai berubah, terutama yang berkaitan denganpraktek ritual dan narasi serta dalil-dalil keagamaan. Ulamaklasik Islam sangat produktif menghimpun dan melahirkanteks-teks keagamaan sehingga mewariskan textual culture yangbegitu melimpah bagi generasi berikutnya. Oleh karenanyadalam berbagai aspeknya ajaran dan praktek agama sangatterjaga dan tidak menngalami perubahan sejak masaRasulullah s.a.w. sampai hari ini. Para ulama sangat sensitifjika terjadi pemalsuan dan penyimpangann terhadap naskahAl-Qur’an dan riwayat hadis serta praktek ritual sebagaimanayang dicontohkan Rasulullah. Kata “bid’ah” yang secara bahasaberarti inovasi sangat ditentang dalam tradisi agama.Sementara dalam sains justru inovasi (bid’ah) dalam tataranteori dan produk teknologi selalu dipuji dan ditunggu-tunggu.

muhid

99

Melihat perbedaan antara tradisi agama dan sains, bisadikatakan bahwa mereka yang belajar agama cenderungmelihat dan melangkah ke belakang untuk memperkokohikatan ke masa lalu yang otentik, sementara mereka yangmendalami sains cenderung ahistoris, selalu melihat ke depan.Seorang ilmuwan di bidang kedokteran yang handal, misalnya,keunggulannya justru terletak pada inovasinya, tidak harusmempelajari asal usulnya. Makanya ada ungkapan di kalangansaintis “we should not reinvent the wheel”. Padahal cukup menarikbagaimana awal mula ditemukan roda dan bagaimanaperkembangannya sampai menggunakan bahan baku besi dankaret sehingga pesawat terbang pun sangat tergantung padakecanggihan teknologi roda untuk bisa mendarat atau take offdengan nyaman. Bayangkan, betapa sangat tergantungnyakendaraan modern terhadap fungsi roda.

Suasana dan dorongan riset untuk melakukan inovasi dilingkungan saintis ini tidak menonjol dalam tradisi studikeagamaan. Sekali lagi, mereka yang mempelajari agama justrudituntut untuk menjaga tradisi yang dianggap sahih dan valid.Jadi, antara sains dan agama masing-masing memiliki obyekstudi dan metodologi berbeda. Ada kalanya salingmemperkuat, tapi dalam beberapa hal memang tidak bisadipertemukan karena berbeda premis dan metodologinya.Namun keduanya di UIN mesti berjalan bareng, karna UINsebagai universitas mengemban tugas dan misi keilmuan(scientific enterprise) dan juga studi keagamaan dalam rangkamenjaga tradisi Islam. Agama menawarkan kaidah-kaidahmoral sebagai pedoman hidup sehari-hari dan sistemkepercayaan yang bersifat transenden. Dalam agama dan kredoyang bersifat holy dan sacral, memberikan panduan tentangmakna dan tujuan hidup (sense of meaning of life dan sense ofpurpose of life). Sedangkan sains dan teknologi yang paling

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

100

menonjol adalah menawarkan jasa kemudahan dankenyamanan teknis untuk menjalani kehidupan secarapragmatik. Masyarakat modern sudah menjadi sangattergantung hidupnya pada produk-produk teknologi modern,sejak dari pesawat telepon, mobil, kulkas, jam tangan,komputer dan produk teknologi lain yang kesemuanyaberkembang dinamis. Bahkan secara ekstrem ada orang yangtak lagi memerlukan atau bergantung hidupnya pada jasaagama, namun tidak bisa melepaskan jasa sains dan teknologi.

Adapun ajaran dasar dan pedoman hidup beragamarelatif sudah baku dan mapan. Makanya cukup logis kalauketika melihat tema sentral gerakan sosial keagamaanslogannya adalah kembali ke zaman Rasulullah dan sambilmenolak perkembangan modern yang dianggap merongrongwibawa tradisi kenabian. Diantaranya adalah tema politikuntuk mendirikan kekhalifahan dan Negara Islam. Kembali kemasa awal, masa kejayaan dan masa keemasan Islam di masaRasulullah yang belum tercemari oleh modernitas. Jadi,diperlukan kaidah baru berupa kaidah tambahan yaituungkapan:

احملافظة على القدمي الصاحل و األخذ باجلديد األصلح و االبداع على ما هو أحسن.

Yaitu memelihara warisan lama yang baik, mengambilyang baru yang lebih baik, dan menciptakan apa yangterbaik untuk hari ini.

Disamping mengemban misi keislaman dan keilmuan,ciri ketiga dari UIN adalah menumbuhkan spirit dan nilai-nilaikeindonesiaan. Untuk kasus UIN Sunan Ampel, karenaposisinya di ibu kota propinsi JawaTimur (Surabaya), maka

muhid

101

imbas sosial politik terhadap kehidupan kampus cukup terasa.Mahasiswa yang mayoritasnya datang dari desa dengan latarbelakang pendidikan keagamaan seperti pesantren, setelahmenamatkan UIN seakan terlahir kembali sebagai anakIndonesia. Teman pergaulan maupun dosennya yang datangdari berbagai propinsi di tanah air, tanpa disadari memberikanpengalaman dan membentuk karakter untuk bisa menghargaipluralitas budaya dan etnis. Belum lagi mereka yang sewaktukuliah juga aktif bekerja atau bergaul di luar komunitas UIN,wawasan mereka lebih luas. Lebih mengindonesia.4

Secara sosiologis politis, UIN Sunan Ampel menjadijembatan dan inkubator bagi lahirnya anak-anak santri desauntuk tumbuh menjadi intelektual yang memiliki wawasanserta komitmen keindonesiaan, dengan tetap memilikikarakter keislaman yang merakyat. Dari sini diharapkan akanmuncul calon-calon pemimpin yang merasakan denyut jantungrakyat dan mudah berempati dengan harapan serta mimpi-miimpi mereka. Dalam konteks ini Negara dan pemerintahsangat diuntungkan oleh kehadiran UIN yang setia menyemaisemangat citizenship (kewarganegaraan) intelektual IslamIndonesia sehingga tidak terjadi benturan antara semangatkomunitas etnis-agama vis a vis negara yang berideologiPancasila. Dengan ungkapan lain, sejauh ini UIN Sunan Ampelberhasil melahirkan intelektual Muslim yang moderat, yangturut serta secara konsisten dan fenomenal dalam mendukungagenda demokratisasi serta perjuangan HAM di tanah air.Pikiran-pikiran kritis-konstruktif intelektual lulusan UINSAmengenai upaya pengintegrasian antara Islam dan demokrasi,

4Komaruddin Hidayat, Menimbang Ilmu Ushuluddin: Makalah Disampaikan PadaForum Dekan Ushuluddin dan Seminar Nasional, Tanggal 19 September 2015 diFakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang.

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

102

semangat keindonesiaan dan kemoderenan banyak dijumpaimelalui media massa, baik televisi (utamanya tv lokal Jatim),surat kabar, penerbitan buku maupun mimbar-mimbardakwah.

D. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat di TengahMasyarakat Moderen dan Ilmu Pengetahuan

Saat ini, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat berada ditengah situasi masyarakat modern beserta ciri-ciri yangmelekat di dalamnya. Ini artinya, tuntutan untuk terusmemodernisasi lembaga menjadi keniscayaan. Semua lembagapendidikan sedang berbenah, jika tidak, maka lembaga yangdemikian akan tertinggal. Proses modernisasi juga akanmenggilas individu, struktur, maupun sistem yang tidakmengikutinya. Hal yang menjadi catatan pula, ketertinggalanmenyebabkan lembaga pendidikan tidak dapat memperolehmahasiswa dengan tingkat kompetisi yang tinggi.

Di samping itu, dampak modernisasi telah dirasakanpula telah menggerus nilai-nilai Islam yang rahmatan li al-‘alamin. Sebagai contoh, individualisme telah mengikis nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama,rasionalitas telah mengalahkan spiritualitas, diferensiasimenuntut keahlian individu yang menonjol, ekonomisme telahmelahirkan kapitalisme beserta konsekuensi-konsekuensiturunannya. Di sini Fakultas Ushuluddin dan Filsafat harusbisa memberi jawaban yang memuaskan dalam kontekskeagamaan, baik dari aspek filosofis, akidah, maupunpenafsiran terhadap teks-teks keagamaan. Dengan demikian,lembaga ini aktif dalam melakukan kajian, penelitian, maupunpendampingan terhadap kondisi masyarakat di tengah krisismodernitas.

muhid

103

(1) Islam dan RadikalismeTelah menjadi kesepakatan bahwa UIN Sunan Ampel

mengembangkan Islam Indonesia yang rahmatan li al-‘alamin.Kasus-kasus terorisme dan kekerasan atas nama agama tidakdapat ditolerir. Kelompok yang mengatas namakan Islam dankekerasan yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa hal itutidak terlepas dari krisis yang terdapat di sekitar kelompoktersebut. Mulai dari krisis sosial, budaya, politik, ekonomi, danlain sebagainya. Krisis multidimensional di atas dipercepatoleh realitas setelah berakhirnya perang dingin pada tahun1990-an, yakni adanya fenomena “satu dunia”. Fenomena inidianggap oleh sebagian penganut agama sebagai ancamanserius terhadap identitas mereka. Dalam konteks ini,munculnya terorisme keagamaan merupakan bagian dari upayadefensif untuk mempertahankan identitas mereka. Kelompok-kelompok tersebut dalam hal ini, memiliki visi serupa yaknimelakukan perlawanan secara all out terhadap sekularisasi.Tidak ada istilah kompromi. Dalam visi ini yang ada hanyalah“perang suci’ (holy war) antara yang “baik” dan yang “jahat”.

Di samping itu, berakhirnya perang dingin juga bisadiartikan sebagai berakhirnya rivalitas ideologi dunia.Sebelumnya dunia dihadapkan pada rivalitas dua ideologi yangsangat kuat, yakni ideologi liberal-kapitalis yangdirepresentasikan oleh Amerika Serikat dan ideologisosialisme-komunisme Uni Soviet. Jatuhnya blok Soviet,termasuk tercerai berainya negara Uni Soviet membuat Baratyang berideologi liberal-kapitalisme keluar sebagai pemenangdan mendominasi ideologi dunia.

Kelompok Islam “radikal” melihat pertarungan ideologibelum selesai. Hal ini tidak lepas dari pandangan bahwaideologi liberal-kapitalisme hanyalah ciptaan manusia yanglebih banyak mendatangkan kemudharatan daripada

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

104

mendatangkan manfaat. Maka menurut mereka hanya Islamyang mampu menandingi ideologi Barat seperti itu. Hal initidak lepas dari pandangan bahwa Islam merupakan agamaterakhir dan terlengkap yang mengatur semua hal. Peristiwainternasional penting lain yang mempengaruhi kemunculangerakan radikalisme dan terorisme di kalangan Islam adalahjatuhnya Yugoslavia. Jatuhnya Yugoslavia diiringi oleh perangsaudara yang berlatar belakang keagamaan, yang melibatkankelompok Kristen Ortodoks Serbia, Katolik Croasia dan IslamBosnia.

Pada umumnya teori yang digunakan untuk menjelaskanfenomena ini, bisa dikelompokkan menjadi dua jenis; pertama,teori yang mencoba melihat gerakan ini sebagai sebuahkesinambungan sekaligus perubahan dalam rentetan sejarahIslam. kedua, teori yang mencoba menjelaskan fenomenafundamentalisme Islam sebagai reaksi terhadap modernitas.Jihad adalah salah satu konsep mendasar dalam agama Islamdan kerangka berpikir dalam dunia sosial politik. Tampaknya,dalam berbagai ayat Al-Quran dan berbagai penafsirannya,tidak ada “pembacaan tunggal” terhadap ayat Al-Qur’anyang bisa mengklaim keutamaan dari jihad. Akibatnya, dalamIslam, sejarah tentang jihad telah bersaing untuk persoalansubstansi dan legitimasi. Sebuah fitur penting dari arti jihaddan doktrin yang telah berkembang di sekitarnya adalahbahwa mereka telah dibentuk oleh politik yang berlaku,kondisi sosial dan ekonomi dalam masyarakat Islam.5

Politisasi agama sebagai indikasi dari neo absolutismeyang berkembang di Timur Tengah sesungguhnya memiliki

5 Kai Havez, Radicalism and Political Reform in the Islamic and Western World. (Cambridge:Cambridge University Press, 2010), 80-81

muhid

105

kehati-hatian untuk menjadi mainstream dalam Islamkontemporer. Titik balik dalam Peradaban Islam bagikebangkitan neo-absolutisme yang anti-Barat denganmengatasnamakan fundamentalisme agama adalah reaksikekalahan telak dalam Arab Juni Perang tahun 1967.Sebelumnya, panggilan untuk solusi Islam sebagai alternatifsekuler, diterima sebagai pilihan publik yang lebih disukai.Arus gelombang fundamentalisme sebagai sebuah ekspresipolitik Islam dan penyebarannya melampaui batas-batas intidari wilayah Islam adalah hasil dari proses pasca 1967. DuniaArab, kecuali Iran, telah menjadi tempat kelahiran Islampolitik. Kelompok fundamentalis Islam telah mencelaWesternisasi (al-taghrib), sebagai alat untuk melemahkan umatmasyarakat Islam. Mereka menyebut sebagai fundamentalissejati yang menyajikan alternatif neo-absolut. Mereka tidakmenolak modernitas secara keseluruhan. Mereka bertujuanuntuk menggunakan prestasi modernitas dalam mengejar neo-absolutisme mereka.

Pada kenyataannya, ini adalah salah satu dimensi politikIslam yang berhubungan ideologi, dan pada perkembangannya,beberapa kelompok bersinergi dengan militer aksi terorismesebagai jenis baru yang tidak teratur, dan berbeda diantarapelbagai Negara.6

Menurut Bassam Tibi,7 Mesir adalah negara yang dapatdigunakan sebagai referensi untuk melacak gerakan politikIslam kontemporer, ketika penindasan dan penyiksaan yangmenimpa anggota dari kelompok-kelompok Islam radikal dikamp-kamp penahanan, khususnya pada tahun 1965 di bawahrezim Nasser. Setelah kekalahan 1967 oleh Israel, negara Mesir

6 Bassam Tibi, Islam Between Culture and Politics, (London: Palgrave, 2004), 143-1447 Ibid, 80-81

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

106

memulai pada kampanye propaganda mengeksploitasi agamauntuk membenarkan kekalahan. Kekalahan ini ditakdirkanoleh Allah dan tidak ada yang melarikan diri dari takdir ini,dan diserahkan kepada takdir ilahi adalah satu-satunya halyang mencegah orang dari pemberontakan. Selain itu, Sebuahorientasi keagamaan alami muncul dibangun dari kekalahan.Israel meraih kemenangan sementara yang berkomitmen untukagama, menganggap bahwa mereka kalah karena mereka jauhdari agama. Ketika Anwar Sadat menjadi presiden pada tahun1970, ia merilis Islam dari penjara untuk melegitimasikekuasaannya, karena di negara-negara terbelakang, agamamenyediakan sumber legitimasi. Ia juga digunakan merekauntuk menghancurkan sisa-sisa Nasserisme. Pernyataankelompok-kelompok Islam diperoleh dengan dukungannegara, meskipun secara tidak langsung. Para anggotanyamengambil peran polisi dan penjaga di jalanan untukmenerapkan syariah. Ini mendukung pendapat bahwa dalammasyarakat terbelakang, agama adalah cara yang paling efektifyang dapat digunakan oleh penguasa untuk mempertahankanstatus quo politik.

Di Indonesia, reputasi kekerasan agaknya melekat padagerakan politik Islam radikal. Namun reputasi HTI adalahpengecualian. Sementara, hanya sedikit tulisan tentang HTIdalam bahasa Inggris. Badan intelijen Barat dan pusat-pusatriset keamanan, yang telah meneliti kegiatan organisasi ini diIndonesia, mencari tanda-tanda militansi atau hubungan dengankelompok teroris, namun sampai saat ini, tidak ada buktidalam domain publik untuk menunjukkan bahwa HTI adalahorganisasi kekerasan. HTI adalah salah satu dari beberapakelompok radikal yang tidak memiliki sayap milisi formal atauunit keamanan. Demonstrasi dan protes biasanya berjalandengan baik dan tertib. Para pemimpin juga tidak mengajak

muhid

107

anggotanya untuk terlibat secara fisik dalam jihad, baik diIndonesia maupun di luar negeri. Sebagian besar upayaorganisasi diarahkan propagasi, khususnya melalui khotbahdan pendidikan, bukan mobilisasi massa. Sementara, HTIfokus utamanya adalah perekrutan dan pengembangan basiskader yang solid.8

Ada dua model (modus) perjuangan politik oleh Islamradikal di Indonesia, menurut Zada9 yaitu yang pertamamengangkat senjata melawan elit politik, elit pemerintahandan penguasa, dan yang kedua membangun konsep danmenggalang gerakan sosial politik yang militan, namun tanpamengangkat senjata. Kelompok Islam radikal adalahkomunitas yang memperjuangkan pemberlakuan tatanansistem Islam, yang puncaknya adalah mendirikan NegaraIslam. Sementara itu, tipologi tentang apakah gerakan politikkeagamaan (Islam), radikal atau tidak, menurut Zada terbagimenjadi empat tipologi; 1). Tipologi Islam tentang Negara; 2)Islam dan Demokrasi; 3) Konsepsi Negara Islam; 4)Pemberlakuan Syariat Islam; dan 5) Presiden Perempuan.10

Sebagai fakultas yang memiliki kajian-kajian dasarkeagamaan, fenomena radikalisme harus menjadi perhatianutama. Misi mengemban Islam yang damai, melindungi semuaumat dan mewujudkan keadilan diletakkan di atas semuanyadalam rangka ikut secara aktif “melawan” penafsiran teks yangmengobarkan kebencian, kekerasan dan permusuhan.

8 Fouad Zakariyya, Myth and reality in the Contemporary Islamic Movement. (London: PlutoPress, 2005), 160-1619 Khamami Zada, Islam Radikal, dalam Jejak-jekak Islam Politik. Ed. Marzuki Wahid,(Jakarta: Ditpertais, 2004), hal. 11110 Ibid, 114

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

108

(2) Islam dan Ilmu Pengetahuan

Integrated twin towers yang disimbolkan dalam menarakembar dalam bangunan UIN Sunan Ampel yang dilakukanmulai tahun 2014, adalah simbol Islam dan ilmu pengetahuan.Islam merujuk pada agama Islam yang melekat dalamuniversitas, dan ilmu pengetahuan merujuk pada core layananutama universitas sebagai pengembang ilmu pengetahuanmelalui Tri Dharma Perguruan Tinggi. Model integrated twin-towers merupakan pandangan integrasi akademik bahwa ilmu-ilmu keislaman, sosial-humaniora, serta sains dan teknologiberkembang sesuai dengan karakter dan obyek spesifik yangdimiliki, tetapi dapat saling menyapa, bertemu danmengaitkan diri satu sama lain dalam suatu pertumbuhan yangterkoneksi. Model integrated twin-towers bergerak bukan dalamkerangka Islamisasi ilmu pengetahuan, melainkan Islamisasinalar yang dibutuhkan untuk terciptanya tata keilmuan yangsaling melengkapi antara ilmu-ilmu keislaman, sosial-humaniora, serta sains dan teknologi.11

Desain integrasi keilmuan sudah sejak dari awal niatpengembangan kelembagaan (tahun 2009) dibuat dan menjadibagian penting dari paket perubahan IAIN Sunan Ampelmenjadi UINSA. Seperti dijelaskan dalam buku DesainAkademik UIN Sunan Ampel Surabaya (2013), pengembangankeilmuan di UINSA menggunakan paradigma integrated twintowers. Secara epistemologis, paradigma keilmuan integrated twintowers, sebagaimana diuraikan buku tersebut (2013: 34-35),membangun struktur keilmuan yang memungkinkan ilmukeagamaan dan ilmu sosial/humaniora serta ilmu alamberkembang secara memadai dan wajar. Keduanya memiliki

11 http://www.uinsby.ac.id

muhid

109

kewibawaan yang sama, sehingga antara satu dengan lainnyatidak saling merasa superior atau inferior. Ilmu keislamanberkembang dalam kapasitas dan kemungkinanperkembangannya, demikian pula ilmu lainnya jugaberkembang dalam rentangan dan kapasitasnya. Ilmukeislaman laksana sebuah menara yang satu dan ilmu lainnyaseperti menara satunya lagi. Keduanya tersambung danbertemu dalam puncak yang saling menyapa, yang dikenaldengan konsep ilmu keislaman multidisipliner. Menara yangsatu menjadi subject matter dan lainnya sebagai pendekatan,sebagaimana diuraikan di atas.

Desain akademik yang didasarkan pada paradigmaintegrated twin towers di atas memiliki peranan penting untuklahirnya integrasi keilmuan yang baik dengan memberimanfaat akademik resiprokal yang kuat kepada disiplinkeilmuan yang berbeda-beda di dalam struktur kelembagaanUINSA. Peranan penting ini pun sudah digambarkan olehbuku Desain Akademik UIN Sunan Ampel Surabaya (2013:28)tersebut sebagaimana berikut: "Harapannya, melaluipengembangan kelembagaan dalam wadah UIN, IAIN SunanAmpel Surabaya dapat memberi kontribusi perkembanganilmu melalui menara kembar tersambung yang dibangun,dengan memberikan perhatian yang sama terhadap dua sisiilmu (agama dan umum) sehingga dapat menjadi penerangbagi satu sama lain.

Output pendidikan yang ingin diraih dari integrasikeilmuan berparadigma integrated twin towers di atas adalahterciptanya lulusan yang ulu al-albab. Al-Qur'an sendirisebanyak 16 kali menyebut konsep ulu al-albab untukmenjelaskan pentingnya sumber daya manusia dengankualifikasi personal dan sosial, akademik dan non-akademik,seperti yang salah satunya ingin diciptakan oleh UINSA. Buku

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

110

Desain Akademik UIN Sunan Ampel Surabaya (2013:46) telahmencatat, figur ulu al-albab tersebut bisa dicirikan melaluipribadi yang mampu mengintegrasikan praktik dzikir dan fikirdalam praktik kehidupan sehari-hari (Q.S. 39:9; 3:7), memilikikedewasaan bersikap dan mengambil pilihan yang terbaikdalam hidup berdasarkan petunjuk ilahi (Q.S. 39:18; 5:100),serta mempersembahkan kemapanan intelektual (Q.S. 39:18;3:190).12

Melalui integrasi keilmuan berparadigma integrated twintowers di atas, UINSA memaknai dan menerjemahkan secaralebih konkret konsep ulu al-albab ke dalam standar kompetensilulusan yang memiliki kekayaan intelektual, kematanganspiritual, dan kearifan perilaku. Kekayaan intelektualdiharapkan mampu mengatarkan individu lulusan yangmemiliki kepribadian smart (cerdas). Kematangan spiritualdiidealisasikan agar tertanam kuat dalam diri inidividu lulusankepribadian honourable (bermartabat). Kearifan perilakudimaksudkan agar individu lulusan diperkaya dengankepribadian pious (berbudi luhur). Dengan ciri khaspengembangan akademik-keilmuan ini semua, maka UINSAmengembangkan semboyan "smart (cerdas) – pious (berbudiluhur) – honourable (bermartabat)" sebagai platform lembaga.13

E. Tantangan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat di MasaDepan

Apa yang telah disampaikan di atas bisa dijadikan bahankajian untuk melakukan evaluasi dan apresiasi terhadap

12 Ibid13 Ibid

muhid

111

keberadaan Fakultas Ushuluddin dan filsafat. Setidaknya satuhal bisa ditekankan di sini bahwa ilmu-ilmu keislamantradisional masih memerlukan bantuan-bantuan ilmu-ilmusosial dan humaniora agar peran dan implementasinya lebihkontekstual untuk ikut serta memecahkan masalah-masalahbangsa. Misalnya saja, bagaimana alumni Ushuluddinmembaca Islam Indonesia yang kaya dengan berbagaieksperimentasi historis-politis dan memberikan kontribusiwacana dan teori mengenai Islam dan demokrasi yang selamaini oleh masyarakat Barat sering dianggap tidak bisadipertemukan.

Sekarang ini Indonesia merupakan laboratorium politikIslam paling fenomenal dalam menerapkan kaidah-kaidahdemokrasi dan modernisasi dengan mayoritas rakyatnyaMuslim. Tentu saja sebaik apapun teori, termasuk demokrasi,pasti ada kelemahannya. Namun para pakar politikmenyatakan bahwa sistem demokrasi adalah pilihan terbaikdibandingkan sistem politik lainnya. Sebuah kenyataanhistoris, kalangan intelektual, ormas dan umat Islam telahmenunjukkan partisipasinya secara gigih dalammemperjuangkan dan membela demokrasi. Tidak saja sejak eraReformasi 1998, namun sebelum kemerdekaan RI umat Islamtelah aktif berdiri di depan sebagai penggerak partisipasirakyat dalam melawan penjajah dan melahirkan Republik ini.Ormas Islam seperti halnya NU dan Muhammadiyah memilikisaham politik sangat besar dalam mendirikan republik danmembangun demokrasi sampai hari ini.

Situasi ini jelas berbeda dari praktek keislaman di TimurTengah yang masih mempertahankan sistem dinasti dankesultanan. Pengalaman berdemokrasi masyarakat Arab masihmiskin. Bahkan situasi yang absurd dan ironis tengahdipertontonkan pada dunia. Antar penguasa sesama Muslim

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

112

berperang, rakyatnya menderita dan sekarang ramai-ramaieksodus minta bantuan ke Negara Eropa yang non-muslim. Inipotret buram dunia Islam di Arab yang tidak masuk radarkajian keislaman di Fakultas Ushuluddin. Padahal issu konflikmazhab ikut tampil di permukaan.

Yang juga menjadi tantangan kajian Ilmu Ushuluddinadalah berkembangnya fisika quantum dan neuro-sciences.Perdebatan seputar eksistensi Tuhan dan etika tidak lagimerujuk pada dalil-dalil Teologi klasik, melainkan dalil-dalilquantum yang berpretensi mempertemukan antara premis ilmufisika dan metafisika. Begitupun neuro-sciences membedah carakinerja otak, termasuk implikasi pemikiran yang dihasilkan.Mereka bisa melakukan intellectual and emotional engineering. Inisemua di Indonesia belum menjadi agenda kajian IlmuUshuluddin. Sedangkan di Barat, ilmuwan gereja sudah lamabergulat bagaimana menghadapi ateisme moderen yangmenggunakan senjata ilmiah dalam melakukan kritik terhadapagama.14

Dengan beralihnya status IAIN Sunan Ampel menjadiUIN Sunan Ampel, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat memilikitantangan yang semakin besar. Dengan mempertimbangkan;pertama, dinamika dan perubahan masyarakat; kedua,perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; ketiga,kebutuhan pemerintah dan Negara; keempat, kerjasama yangsudah terjalin baik dengan perguruan tinggi, lembaga/instansi,perusahaan baik dalam maupun luar negeri. Maka FakultasUshuluddin dan Filsafat menggunakan analisis kekuatan,

14Komaruddin Hidayat, Menimbang Ilmu Ushuluddin: Makalah Disampaikan PadaForum Dekan Ushuluddin dan Seminar Nasional, Tanggal 19 September 2015 diFakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang, hal. 5

muhid

113

kelemahan, peluang dan ancaman yang biasa dikenal denganistilah analisis SWOT (strength, weakness,opportunity, dan threat)sebagai alat untuk mengetahui posisi institusi dalammelakukan pengembangan kelembagaannya dan jugamerumuskan rencana strategis ke depan.

Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis faktorinternal yang melihat kinerja institusi (kekuatan dankelemahan dalam berkinerja), dan faktor eksternal yangmelihat kondisi dan situasi lingkungan (kesempatan danancaman yang berasal dari luar institusi). Analisis inidilakukan dengan mempertimbangkan standar pelayanan yangharus dipenuhi dan keunggulan kompetitif institusi. Hasilnyadapat dimanfaatkan oleh lembaga untuk menyusun strategipengembangan lembaga yang dapat memaksimalkan kekuatan,meminimalkan kelemahan, memanfaatkan kesempatan secaramaksimal, dan menghindari/mengurangi ancaman.

Langkah yang ditempuh dalam melakukan analisisSWOT, yaitu: Pertama, melakukan pengklasifikasian datatentang faktor apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahansebagai faktor internal organisasi Fakultas Ushuluddin danFilsafat, peluang dan ancaman sebagai faktor eksternalorganisasi Fakultas ushuluddin dan Filsafat. Pengklasifikasianini akan menghasilkan matrik informasi SWOT. Kedua,melakukan analisis SWOT yaitu membandingkan antarafaktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats)dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan(weakness) organisasi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Ketiga,menginterpretasikan hasil analisis dan dikembangkan menjadikeputusan pemilihan strategi yang memungkinkan untukdilaksanakan. Tiga langkah ini dilakukan sebagai bahanpertimbangan memilih Fakultas Ushuluddin dan FilsafatUINSA.

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

114

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan mediautama untuk meningkatkan taraf hidup manusia, apalagikonteks kekinian akan menjadi penggerak utamapertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Itulahsebabnya penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuanmerupakan peluang utama dan sekaligus tantangan yangmemerlukan tanggapan cepat dan strategis. Perubahanmemang sifatnya alami, dan pada saat serta kondisi tertentu,perubahan itu harus dilakukan baik untuk kepentinganmempertahankan maupun meningkatkan kinerja suatu sistem.Perubahan itu bisa saja terjadi pada level paradigma danfalsafah, maupun pada level manajemen dan teknis operasional.

Teori-teori mengenai masyarakat berkembang seiringdengan perkembangan masyarakat. Dari waktu ke waktu,teori-teori itu mengalami perkembangan dan perubahanbahkan ada yang turut tenggelam bersama denganbertumbuhnya teori baru. Dalam konteks itu, kita tidak bisamenyangkal bahwa perubahan-perubahan teori mengenaimasyarakat itu terjadi di dalam suatu masyarakat yang dinamisdengan daya mobile yang tinggi.

Beragam teori mengenai masyarakat itu memperlihatkanbahwa kemampuan masyarakat untuk berubah menjadi faktorpenting dalam memahami masyarakat. Artinya, masyarakattidak bisa dimengerti dari suatu konstruk teori an sich,melainkan mesti dilihat secara riil atau kontekstual

Berkaitan dengan dinamika perubahan tersebut, fakultasdengan jurusan dan program studi di dalamnya, merupakanbagian terpenting dari sebuah struktur organisasi perguruantinggi. Hal yang tidak bisa dihindari adalah dihadapkan padapeluang dan sekaligus tantangan global dengan lingkungandan tatanan yang terus berubah dengan cepat. Tentunyaperubahan tersebut disebabkan baik karena tuntutan

muhid

115

masyarakat maupun kesadaran interen untuk memainkanperan yang lebih besar di masyarakat.

Beberapa kajian akademik tentang perubahan paradigmadalam pengelolaan perguruan tingi sangat ditentukan olehpositioning peran yang ingin dimainkan oleh perguruan tinggiitu sendiri. Apakah ingin memerankan sebagai: teachinguniversity, research university, entrepreneur university atau economicdevelopment university. Berdasarkan keempat peran tersebut,keberadaan fakultas dalam sebuah organisasi perguruan tinggipada dasarnya memiliki semua peran di atas, hanya saja titiktekan utamanya yang berbeda.

Dalam menjalankaan keempat pilihan peran tersebut,organisasi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat secara empirikdihadapkan berbagai problematika dan tantangan yangdihadapi, baik faktor internal dan faktor eksternal. Probleminternal antara lain:1. Kurikulum. Kelemahan utama kurikulum yang digunakan

saat ini adalah kurang adaptif terhadap tutuntutan dandinamika masyarakat. Kurikulum hanya berupa deretannama mata kuliah tanpa penjelasan bagaimana peranan dankaitan mata kuliah itu satu sama lain dalam upayamencapai tujuan pendidikan. Lebih ironis, kurangdikaitkan dengan keahlian yang dibutuhkan masyarakatserta peluang kerja yang dapat dimasuki lulusan dimasyarakat.

2. Proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar yangdilaksanakan, beberapa dosen masih menerapkanpembelajaran yang bersifat tradisional dan formalistis.

3. Input mahasiswa. Sebagai akibat kurangnya minat lulusansekolah yang berkualitas, maka mutu input mahasiswamenjadi kurang bagus. Di samping itu, kesiapan mereka

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

116

untuk mengikuti perkuliahan juga beragam akibatberagamnya asal sekolah menengah mereka.

4. Fasilitas belajar. Fasilitas belajar memiliki ruang kuliahyang kurang nyaman, dan pembangunan laboratoriumataupun penyediaan buku perpustakaan yang kuranglengkap.

5. Lingkungan belajar. Untuk mendukung proses pendidikancalon ilmuwan dan ahli agama Islam yang memilikiintegritas, akhlaq mulia, dan profesional diperlukansuasana kampus yang ilmiah dan islami dimana nilai‐ nilaidan norma‐norma ilmiah dan islami dijunjung tinggi.Namun, tampaknya hal ini belum memperoleh perhatianyang cukup.

6. Dana operasional. Dana operasional yang cukupdiperlukan guna menjamin lancarnya kegiatan prosesbelajar mengajar guna menghasilkan lulusan yang bermutudan berguna bagi masyarakat yang tentunya diperlukanmutu layanan pendidikan yang bagus, sementara untukmeningkatkan mutu layanan pendidikan diperlukan danayang cukup.

7. Rendahnya kemampuan dosen dalam melakukanpenelitian ilmiah. Kelemahan ini akan mengakibatkanrendahnya mutu hasil penelitian yang mereka lakukansehingga tidak digunakan oleh masyarakat sebagai acuan.Dosen seperti ini akan sulit menghasilkan lulusan yangmampu dan terampil dalam melakukan penelitian.

8. Rendahnya kemampuan dosen dalam menulis laporanpenelitian atau artikel yang berdasarkan hasil penelitianyang menarik. Kelemahan ini menyebabkan kurangnyapasokan artikel di jurnal‐ jurnal ilmiah yang diterbitkanProgram Studi. Kekurangan pasokan artikel ini dapat

muhid

117

menyebabkan dimuatnya artikel‐ artikel yang takterseleksi sehingga dapat menurunkan mutu dankredibilitas jurnal yang bersangkutan.

9. Kurangnya perhatian pimpinan untuk menyebarluaskanhasil penelitian yang telah dilakukan oleh dosen danmahasiswanya. Hal ini tampak dari kecilnya dana yangdialokasikan untuk penerbitan jurnal ilmiah di kampusnya.Kurang terkaitnya kegiatan program pengabdian kepadamasyarakat dengan hasil penelitian. Kebanyakan kegiatanprogram pengabdian kepada masyarakat digabungkandengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata yang seringkali tidakmerupakan penerapan hasil penelitian di bidang agama.

Disamping problem internal, Fakultas Ushuluddin danFilsafat memiliki problem eksternal, antara lain;1. Bergesernya orientasi masyarakat tentang pendidikan

lebih mementingkan pendidikan keahlian kejuruan(Program diploma) dibanding dengan program strata satu,terutama prodi agama

2. Semakin sempitnya peluang lulusan untuk bekerja sebagaipegawai negeri sipil maupun pekerjaan di sektor swasta.

3. Banyaknya lulusan yang tidak segera mendapatkanpekerjaan yang diinginkan menyebabkan berkurangnyaminat calon mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi.

Beberapa usaha dalam rangka pengembangan FakultasUshuluddin dan Filsafat, dilakukan kegiatan yang diharapkanmendapatkan informasi secara sistematis sesuai dengankebutuhan atau harapan calon mahasiswa (peserta didik),masyarakat (stakeholder), diantaranya diskusi pakar, survey danseminar dalam rangka menganalisis kebutuhan masyarakat,

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

118

penerimaan dunia kerja, resources yang tersedia dan saranaprasarana yang dibutuhkan.

Beberapa alasan yang kiranya dapat mendukungpengembangan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, antara lain;1. Keberadaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat sangat

dibutuhkan guna sinergitas dengan prodi umum danperkembangan sosial budaya masyarakat. DiharapkanFakultas Ushuluddin dan Filsafat di UINSA lulusannyadapat memberikan pencerahan dalam bentuk wawasanmoral yang amat dibutuhkan dalam penegakan prakteketika perpolitikan yang berkeadaban.

2. Adanya peluang kerja yang fleksibel bagi lulusan FakultasUshuluddin dan Filsafat untuk diterima didunia kerjasesuai dengan keahlian yang dimiliki, baik di sektorpemerintah dan swasta, maupun sektor formal daninformal.

3. Kesiapan sumber daya manusia serta sarana dan prasaranayang dimiliki sangat mendukung keberadaan fakultas ini.Dalam kaitannya dengan kesiapan sumber daya manusia, disamping mengandalkan resources yang telah dimiliki,pimpinan telah merekut dosen-dosen muda potensial yangmemiliki latar belakang keilmuan yang handal yang berasaldari lulusan berbagai perguruan tinggi terkemuka.

4. Kesiapan pendanaan dalam mendukung operasionalfakultas terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Disamping itu, pimpinan telah melakukan upaya kerjasamadengan pihak yang berkepentingan terhadap fakultas,sehingga beberapa even di Fakultas Ushuluddin danFilsafat didanai oleh pihak yang bekerjasama denganfakultas.

muhid

119

F. Kerjasama Fakultas Ushuluddin dan FilsafatFakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel

telah membangun kerjasama dengan lembaga/pihak lain dalamrangka pengembangan kelembagaan dan peningkatankapasitas SDM serta peningkatan kualitas pembelajaran.Kerjasama yang dimaksud antara lain;1. Sejak Maret 2013, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat telah

melakukan kerjasama dengan Iran Corner. Kerjasama inimerupakan program fakultas di bidang pengembangankapasitas SDM dosen, tenaga kependidikan danpeningkatan mutu pembelajaran.

2. September 2014, Fakultas Ushuluddin dan Filsafatmembangun kerjasama dengan TV9. Kerjasama inibergerak dalam penyusunan program “Religious and PeacefulJournalism”. Program ini berisi 2 (dua) kegiatan, yaitu; (1)pengampuan matakuliah “Agama dan Jurnalistik”; (2)produksi program TV “Islam Nusantara”.

3. Desember 2014, Fakultas Ushuluddin dan Filsafatmembangun kerjasama dengan Faculty of Theology-Marmara University Turkey. Kerjasama ini dititikberatkanpada tukar menukar dosen dan mahasiswa untuk study,berbagai short course/training yang diperlukan, penelitiankolaboratif, serta kunjungan persahabatan.

4. Desember 2015, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UINSAmembangun kerjasama dengan Fakultas Ushuluddin danFilsafat UIN Ar-Raniri Banda Aceh. Kerjasama inidilakukan dalam bidang penyelenggaraan kuliah umum,penelitian, serta kunjungan dosen dan mahasiswa.

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

120

G. Capaian Kinerja Ilmiah

Yang menjadi core kegiatan kampus Perguruan Tinggiadalah kegiatan-kegiatan ilmiah, baik dalam bentuk aksimaupun pengembangan kelembagaan. Fakultas Ushuluddindan Filsafat telah melakukan hal-hal berikut;1. Tahun 2014, menghasilkan 1 (satu) jurnal ilmiah

terakreditasi, yaitu “Teosofi” (Jurnal Ilmu-Ilmu Tasawuf,filsafat dan Pemikiran Islam).

2. Tahun 2015, menghasilkan 2 (dua) jurnal ilmiahterakreditasi, yaitu; “Mutawatir” (Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir serta Ilmu Hadis) dan Jurnal “ReviewPolitik” (Jurnal Tentang Pemikiran Ilmu-Ilmu politik).

3. Tahun 2016 ini sedang mengusulkan borang akreditasi 1(satu) jurnal ilmiah, yaitu “Religio” (Jurnal IlmuPerbandingan Agama, Ilmu Aqidah dan Resolusi Konflik).

4. Sejak tahun 2013 hingga sekarang ini, Fakultas Ushuluddindan Filsafat telah banyak mengirim dosen-dosen ke luarnegeri untuk mengikuti kegiatan-kegiatan short course,training, dan international conferences, baik sebagai pesertamaupun narasumber. Negara-negara yang telah menjaditujuan kegiatan tersebut antara lain; Mesir, Turki, Iran,Kanada, Amerika, Australia, India, dan negara-negaratetangga seperti Malaysia, Philipina, Singapore, Thailanddan Brunai Darussalam.

H. PenutupSampai saat ini aspirasi yang menguat adalah agar

STAIN dan IAIN berubah menjadi UIN. Terdapat beberapaalasan utama yang mendasari aspirasi tersebut. Antara lain;Pertama, tradisi dan sejarah perguruan tinggi Islam di abad

muhid

121

pertengahan memang tidak dikotomis, tidak memisahkanantara kajian ilmu-ilmu agama dan umum. Banyak ahli agamayang sekaligus juga ahli dalam ilmu sosial dan ilmu alam;Kedua, Al-Qur’an sendiri berharap agar pembacanya jugamelakukan kajian terhadap ayat-ayat sosial dan ayat-ayat alamsemesta; Ketiga, tuntutan intelektual kalangan santri tidaksebatas belajar ilmu keagamaan melainkan juga ilmu-ilmu lain,sehingga mereka lebih berpeluang dan kompetitif ikut sertamembangun bangsa di bidang dan profesi yang lebih luas;Keempat, beberapa UIN yang ada telah menunjukkanprestasinya yang tidak kalah dengan universitas yang selamaini dalam lingkungan Diknas.

Dengan berbagai argumen di atas, dan sesungguhnya bisaditambah lagi, memang sudah saatnya kita memikirkan ulangeksistensi dan arah perguruan tinggi Islam di bawah Kemenag.Untuk ini, peran teman-teman pakar dan alumni Ushuluddinmestinya berdiri paling depan untuk memberikan sumbanganpemikiran, mengingat Ilmu Ushuluddin paling relevanberbicara tentang dasar dan pemikiran Islam dalam konteksyang lebih luas dan inklusif. Kita mesti keluar dari pemikirandikotomis ilmu agama dan ilmu umum. Secara keilmuan danmelihat kiprah para alumninya, kita mesti merasa terpanggildan yakin bisa berbuat sesuatu yang besar untuk umat danbangsa.

******** Wallahu A’lam bi al-Showab ******

fakultas ushuluddin dan filsafat antarapeluang dan tantangan

122

MA’HAD SEBAGAI CHARACTER BUILDINGMewujudkan Persemaian Intelektual-Etik

Mahasiswa KampusH. MISBAHUL MUNIR*

*Kepala Pusat Ma’had al-Jami’ah UIN Sunan Ampel Surabaya

Tantangan menjadi kampus yang unggul dan berdayasaing, baik lokal, nasional maupun internasional,membutuhkan gerak berkemajuan yang terus menerus darisemua aspek. Artinya, gerak itu tidak bisa selesai dalam waktusesaat semudah membalikkan tangan, melainkanmembutuhkan konsistensi dan kontinyuitas untukmewujudkan impian itu, sekaligus keterlibatan semua elemendi dalamnya, tidak ada pengecualian. Ungkapan Arab al-Jama’ah Rahmatun, wa al-furqah ‘adzabun, (kebersamaan akanmengantarkan kerahmatan dan bercerai-berai akanmengantarkan siksaan / kebuntungan), layak direnungkandalam rangka berkomitmen untuk mencapai impian besar.

Ungkapan di atas, nampaknya juga perlu dijadikanwacana bagi kampus hijau UIN Sunan Ampel Surabaya yangsejak berubah dari IAIN Sunan Ampel telah meneguhkandirinya dalam kerangka besar menjadi kampus Islam yangunggul, kompetitif, berdaya saing dan bertaraf internasional.Sebuah impian besar tidak bisa diwujudkan dalam waktusekejab, melainkan butuh kebersamaan dan konsisten semuainsan akademik, setidaknya bersama-bersama mengawal

ma’had sebagai character building

124

lembaga masing-masing menuju pada semangat yangtersiratkan dari taglinenya Building Character Qualities for theSmart, Pious and Honourable Nation.

Sebagai konsekwensi dari keinginan tersebut, makaperwujudan dari keilmuan yang holistik pada modelparadigma Integrated Twin Towers adalah keniscayaanlembaga, sebab dengan begitu lembaga harus mampu men-sinergikan keilmuan keislamannya dengan keilmuan sosial-humaniora serta sains dan teknologi. Bukan itu saja,mahasiswa juga perlu dibimbing dan terus diasah agarmemiliki karakter unggul melalui keluhuran budi pekerti(akhlak al-karimah). Dengan begitu diharapkan lulusan UINSunan Ampel memiliki keunggulan plus, yakni keunggulanberbasis keilmuan sesuai dengan bidang-bidang yang dimilikidi satu sisi dan keunggulan bangunan karakter di sisi yangberbeda sehingga dapat berkontribusi untuk kemajuan bangsadan negara dalam setiap lini kehidupan.

Sebagai bagian dari lembaga di lingkungan UIN-SA,Pusat Ma’had al-Jami’ah, selanjutnya disebut PusMA, memilikitanggung-jawab yang besar kaitannya proses pembinaankarakter mahasiswa, apalagi perlu diingat mahasiswa yangmasuk di kampus ini cukup beragam. Ada yang berasal darialumni pesantren, Aliyah Negeri/swasta hingga yang benar-benar dari sekolah umum. Karenanya, kemampuan mahasiswadalam menyerap nilai-nilai keislaman, khususnya yangberkaitan dengan dasar-dasar praktik keagamaan dan akhlak al-karimah mengalami perbedaan.

Terlepas dari itu, sebagai bentuk tanggungjawab,mahasiswa yang lulus UIN-SA harus memiliki karakter sebagaiimplementasi dari nilai-nilai luhur ahklak al-karimah yangdiajarkan oleh Islam, di samping kompetensi dalam membacaal-Qur’an dengan baik sebagai wujud kepribadian seorang

h. misbahul munir

125

Muslim. Karenanya, tulisan ini mencoba memaparkanbagaimana fakta historis pentingnya keberadaan PusMa,harapan dan keunggulannya dalam rangka ikut sertaberkontribusi mewujudkan UIN-SA sebagai kampus Islamyang unggul, kompetitif, dan bertaraf Internasional.

Fakta Historis, PuSMA Sebagai KebutuhanAdalah kenyataan sosial-historis yang menyebabkan

keberadaan Pusat Ma’had al-Jami’ah (PusMA) atau sebelumyadikenal dengan sebutan Pesantren Mahasiswa, menjadipenting bagi kampus UIN Sunan Ampel. Realitas kesejarahanyang dimaksud adalah berkaitan dengan kehidupanmasyarakat yang mengalami perkembangan pesat, apalagididukung dengan pesatnya jaringan informasi yang sulitdibendung melalui media internet dengan segala pernak-perniknya yang setiap saat mengalami kemajuan, bahkan tanpadisadari ikut menggeser kualitas fokus seseorang dalammemilih aktivitas yang lebih bermanfat, misalnya sibukWatshap-an dari pada aktivitas mendengarkan ceramah dalamforum ilmiah.

Akibatnya, pada tingkatan praktis kehidupanmasyarakat, khususnya masyarakat kampus, mudahmengakses informasi apapun, alih-alih informasi yang tidaklayak untuk diakses. Bahkan, ada pula yang mengantarkanpada titik terburuk dalam kehidupan beragama dan berbangsa.Belum lagi, informasi via internet --melalui situs-situsberagam-- akan menggiring pembacanya; misalnya padakerangka keislaman yang jauh dari nilai-nilai ideal di satu sisidan telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa di sisi yangberbeda. Pasalnya, tidak sedikit kita menemukan situs yangsenantiasa mengajak untuk lepas dari kultur kebangsaanIndonesia dengan melalui penolakannya terhadap Pancasila

ma’had sebagai character building

126

atau ajakan tindakan radikal ---melalui cara-cara kekerasandan teror—dari kelompok tertentu dalam merespon berbagaikehidupan isu-isu sosial yang dipandang tidak sesuai denganpemahamannya, untuk tidak mengatakan menyimpang.

Kondisi ini pada titik tertentu, khususnya bagi kalanganmahasiswa UINSA, diakui atau tidak dapat merasuki carapandang dan bersikap semua orang. Itu artinya, mahasiswaUINSA dihadapkan oleh berbagai macam serangan non-fisik,yang merasuki cara pandangnya terhadap banyak hal,termasuk hambatan yang selalu berusaha menciptalam dirinyasemakin jauh dari keluhuran budi pekerti (akhlak al-karimah)sebagai kerangka dasar dalam praktik kehidupan, akibatdicekoki setiap saat oleh nilai-nilai yang bertentangan denganIslam. Oleh karenanya, civitas akademik UINSA, melaluipimpinan rektorat, dekanat dan para anggota senat, memilikitanggung jawab dalam merespon dan mengawal mahasiswadalam bingkai perwujudkan insan mahasiswa yang berakhlakal-karimah plus memiliki potensi kuat untuk mencintaibangsanya melalui praktik-praktik keislaman yang rahmah lil‘alamin.

Sebagai kampus Islam, UINSA tidak ingin kecolongandengan hadirnya –atau ikut menelorkan—mahasiswa-mahasiswa yang jauh dari kerangka ideal akhlak al-karimah,termasuk mahasiswa yang tidak memiliki kesungguhanmencintai bangsanya. Itu artinya, UINSA menginginkan agarkesungguhan membangun kultur akademik yang berorientasipada peningkatan intelektual mahasiswa tetap seiring bersamapada keinginan membangun lembaga yang fokus padapembinaan karakter mahasiswa melalui hadirnya mahasiswayang tinggi spiritualitas dan akhlaknya.

Secara historis, keinginan tersebut lama terwujudsebelum UINSA berubah nama, tepatnya pada tahun 2005

h. misbahul munir

127

sewaktu kampus ini masih bernama IAIN Sunan Ampeldengan sebutan Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel.Pada tahun-tahun awal –hingga sampai perubahan namakampus— Pesma memiliki komitmen pada pembinaanmahasiswa, khusus mahasiswa yang tinggal di AsramaPesantren.

Namun, keterbatasan pada gedung yang disediakanmemungkinkan tidak semua mahasiswa kampus bisadiakomodir untuk tinggal di asrama. Kondisi ini yangmendorong proses seleksi itu dilakukan secara umum untukmemastikan mahasiswa yang tinggal di asrama, kecuali kelasmahasiswa beasiswa Kemenag yang telah bekerjasama denganpihak kampus agar mahasiswa yang bersangkutandiasramakan, misalnya beasiswa kelas internasional JurusanTafsir Hadist Fakultas Ushuluddin atau kelas mahasiswaProgram Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB).

Dengan fokus pada pembinaan karakter mahasiswa yangtinggal di Asrama, PusMa menawarkan berbagai kegiatan;mulai kajian kitab kuning, penguasaan bahasa Arab-Inggris(shabah al-lughah), pembinaan baca tulis al-Qur’an, diskusikeislaman tematik kontemporer dan lain-lain. Karena itu,usaha keras dalam pendampingan ini mengantarkan PesantrenMahasiswa memperoleh prestasi prestesius peringkat pertamadalam pengelohan asrama Rumah Susun Mahasiswa bertajukPenghargaan Adiupaya Puritama, khususnya dalam kategoripembinaan mahasiswa pada 5 Oktober 2012 dari KementerianPerumahan Rakyat Republik Indonesia.

Seiring dengan konversi IAIN Sunan Ampel menjadi UINSunan Ampel, berbagai nomenklatur banyak mengalamiperubahan, termasuk perubahan PesMa menjadi Pusat Ma’hadal-Jami’ah (PusMA). Karenanya, konversi ini meniscayakanadanya perubahan pula pada tataran pengelolahan lembaga

ma’had sebagai character building

128

dan orientasi pembinaan yang dilaksanakan oleh PusMA.Pastinya, pada kondisi ini semua kegiatan dilaksanakan dalamrangka ideal untuk turut serta berkontribusi dalammewujudkan impian kampus ini menjadi kampus Islamunggul, kompetitif dan bertaraf internasional, yang fokusnyapada pembinaan karakter berbasis akhlak al-karimah.

Di samping itu, semenjak menjadi PusMA, posisi MasjidRaya Ulul Albab ikut menjadi tanggungjawabnya secarakelembagaan. Pada posisi ini, kemudian PusMa mencobamembuat program yang berintegrasi dengan kegiatan Masjidkampus. Masjid kampus penting keberadaannya, bukan sajasebagai sarana ibadah, tapi sekaligus persemaian kegiatanpublik yang diharapkan bermanfaat bagi masyarakat luas,terlebih masyarakat kampus (mahasiswa, dosen dan semuacivitas akademika UINSA).

Itulah kilasan singkat sejarah PusMA. Pastinya, sudahsekian tahun lembaga ini berproses dalam turut sedikitberkontribusi bagi perwujudan visi dan misi UINSA. Setiapproses kelembagaan selalu mengalami perubahanmenyesuaikan perubahan yang dialami di kampus, tapi dalamtugas pokok yang diembannya tetap dalam rangka mengawalproses pembinaan karakter berbasis akhlak al-karimah bagimahasiswa baru.

Model Kegiatan UnggulanUntuk menopang tercapainya pembinaan karakter bagi

mahasiswa baru UIN Sunan Ampel, PuSMA memperhatikanalur kebijakan yang ditetapkan pimpinan kampus, sekaligusmempertimbangan kondisi riil mahasiswa baru. Hal inipenting agar program yang dicanangkan memiliki target yangjelas melalui beragam pendekatan serta tetap menyesuaikankondisi input mahasiswa.

h. misbahul munir

129

Oleh karena itu program-program yang telahdicanangkan –yang sampai hari ini tetap eksis-- sebagaimanaberikut:

1. Santrinisasi MahasiswaSantrinisasi Mahasiswa adalah program pembinaan

mahasiswa baru yang berorientasi pada peningkatankompetensi dalam menguasai nilai-nilai dasar Islam. Programini dikenal dengan sebutan P2KKM (Program PembinaanKompetensi Keagamaan –untuk- Mahasiswa) yang diikutioleh semua mahasiswa, tanpa ada pengecualian.

Faktor mendasar yang mendorong program ini adalah.Pertama, keinginan UINSA untuk melahirkan mahasiswa agarmemiliki kompetensi keagamaan, baik mahasiswa jurusanumum atau mahasiswa keagamaan. Kondisi ini yang kemudian,pimpinan PusMA harus memikir ulang model pembinaan,mengingat jumlah kapasitas di asrama kampus cukup terbatas,sementara substansi dari pembinaan model pesantren telahmenjadi pilihan bulat.

Dalam kondisi ini, pimpinan PusMA dan semua stake-holder kampus menggulirkan model santrinisasi mahasiswa,yakni semacam proses pembinaan yang dilakukan denganmengadopsi tradisi pembelajaran model pesantren, meskipuntidak harus di asramakan.

Rasionalisasinya, model santrinisasi mahasiswa inimeniscayakan semua mahasiswa baru wajib mengikutiprogram sebagai modal dasar pengetahuan tentang moraluntuk bekal kehidupan yang lebih luas, setidaknya di wilayahkampus. Mahasiswa digembleng selama satu tahun (duasemester) dengan model kelas sesuai dengan fakultasnyamasing-masing. Penggemblengan ini dilakukan oleh para pengajar

ma’had sebagai character building

130

yang telah ditentukan oleh pimpinan PusMA, sekaligusmendapat keputusan resmi (SK) langsung dari rektor selakupimpinan tertinggi kampus UINSA.

Untuk menopang kelancaran dan target program,PusMA telah menyediakan materi bahas ajar berupa kitabdengan judul Adab al-Thalibin; fi ta’alim sayyid al-Mursalin(Tatakrama Menjadi Mahasiswa –berdasarkan— Petunjuk SangPenghulu Para Utusan). Kitab ini sengaja disusun oleh PusMAdan timnya, memuat tentang materi akhlak serta pengetahuandasar kaitannya dengan praktik keagamaan dari tigaperspektif, yakni Hadist Akhlak, Fiqh al-Mu’amalah, danTafsir Akhlak.

Semua materi disuguhkan dalam rangka mengenalkanmahasiswa baru terhadap ajaran dasar Islam yang telahmenjadi tuntunan Nabi Muhammad Saw. dan telahdipraktikkan oleh para ulama terdahulu, misalnya soalbagaimana mahasiswa harus menghindari dari minum keras,mencuri, korupsi hingga bagaimana tatakrama menjaga waktu,sikap zuhud dan lain-lain.

Program santrinisasi mahasiswa dilaksanakan pada sorehari, di luar jam kuliah regular. Ending dari program ini adalahagar mahasiswa mengenal kerangka etik dan praktik yangmestinya harus dilakukan sebagai Muslim dan menjadilandasan gerak dalam hidup bermasyarakat, beragama danberbangsa. Di samping itu, secara normatif program inibertujuan memfasilitasi terpenuhinya standar penungjangakademik mahasiswa lulusan UINSA, yang harus memenuhi 6sertifikat bagi mahasiswa dalam negeri dan 7 sertifikat bagimahasiswa luar negeri, yang salah satunya adalah melaluiprogram ini. Sertifikat ini berguna sebagai bukti keikut-sertaan mahasiswa program pembinaan, sekaligus dijadikanpra-syarat mengikuti ujian skripsi.

h. misbahul munir

131

2. Pembinaan Baca-Tulis al-Qur’anProgram pembinaan baca-tulis dilantarbelakangi oleh

kenyataan bahwa mahasiswa yang masuk UINSA sangatkomplek sehingga sangat dimungkinkan penguasaannyaterhadap al-Qur’an ada yang minim, khususnya berkaitandengan membaca dan menulis teks-teks al-Qur’an. Padahal,seharusnya seorang muslim harus memiliki kompetensi dasardalam menguasai hal ini, apalagi posisi al-Qur’an cukuppenting sebagai sumber ajaran Islam pertama, sebelum hadithdan lain-lain. Kondisi ini yang memungkinkan UINSA --melalui PusMA-- memiliki tanggungjawab agar lulusannyamemiliki kompetensi dalam membaca dan menulis al-Qur’an.

Program ini dilakukan bersinergi dengan kegiatanMasjid Raya Ulul Albab UINSA. Artinya, program dilakukandi masjid kampus dengan melibatkan para asatidz yang diakuimemiliki kopetensi al-Qur’an. Sinergi dengan masjid inidiharapkan mahasiswa yang mengikuti program ini memilikiaura positif –sekaligus berkah kesucian masjid-- untuk belajaral-Qur’an dengan baik, khususnya mahasiswa yang sejakproses seleksi awal –atau sama sekali tidak mengikutiseleksi—dinyatakan tidak lulus, tepatnya tidak memilikikompetensi yang baik kaitan baca-tulis al-Qur’an yang berlakubagi semua jurusan di lingkungan UINSA.

Sementara itu, keberadaan para asatidz, sekali lagi,adalah hasil seleksi yang dilakukan oleh tim PusMA, sekaligusmendapat putusan resmi (SK) dari rektor UINSA melaluipermohonan yang dibuat oleh pimpinan PusMA. Di luar itu,para asatidz memiliki kompetensi ilmu al-Qur’an yang baik,terlebih kaitannya dengan kaedah-kaedah ilmu Tajwid.

Pada prinsipnya, pembinaan baca al-Qur’an kepadamahasiswa menitik beratkan pada kompetensi keshahihanmahasiswa dalam membaca al-Qur’an, yakni sesuai dengan

ma’had sebagai character building

132

standar yang ditetapkan melalui kaedah-kaedah ilmu Tajwid.Sementara itu, pembinaan tulis al-Qur’an berkaitan dengancara menulis dan merangkai huruf dan kata Arab, khususnyakata dan kalimat dari teks al-Qur’an. Dari sini, diharapkan agarmahasiswa memiliki kemampuan standar dalam menuliskalimat Arab sebagai bahan pengenalan agar lebih dekatdengan bahasa tulis al-Qur’an.

Di samping itu, mahasiswa dituntut pula mengetahuidan menghafal do’a-do’a harian. Misalnya, doa kepada orangtua, doa masuk masjid, doa masuk/keluar kamar mandi, do’amau atau bangun dari tidur, doa mau dan setelah makan,Sholawat Nabi (seperti sholawat Nariyah), dan lain-lain.Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa dalam kegiatanhariannya senantiasa mengingat Allah SWT, sebagai sumberenergi dari mahluk hidup, yang secara praktis kemudianmembentuk kepribadian yang baik sebab kedekatan terusdengan Allah ---dengan senantiasa mengingat melalui do’asetiap saat-- akan sedikit mempengaruhi sikap dan prilakumahasiswa.

Sebagaimana progam P2KKM, program ini juga berbasissertifikasi. Maksudnya, mahasiswa yang dinyatakan lulus akanmendapat sertifikat sebagai prasyarat mengikuti ujian skripsi.Dengan begitu, tingkat kelulusan akan menjadi tolok ukur darikeberhasilan program baca dan tulis al-Qur’an, setidaknyamenggambarkan kompetensi mahasiswa. Sebaliknya,mahasiswa yang tidak memenuhi standar kelulusan akanmendapat bimbingan intensif kembali hingga mahasiswa yangbersangkutan lulus. Ini dilakukan agar mahasiswa UINSAmemiliki ciri khas tersendiri, di mana nuansa keagamaan tetapmenjadi tolok ukur yang membedakan dengan kampus-kampus lain, khususnya yang sama-sama universitas.

h. misbahul munir

133

3. Pembinaan dan Kegiatan Berbasis AsramaMaksud dari pembinaan ini adalah rutinitas kegiatan

yang dilakukan mahasiswa yang tinggal di asrama kampus,yang selanjutnya dikenal dengan sebutan mahasantri.Karenanya, keikutsertaan mahasiswa yang bersifat khusus inimenunjukkan bahwa program ini tidak ada kaitannya dengankewajiban memperoleh sertifikat, yakni, mahasiswa hanyadapat surat keterangan pernah tinggal di asrama. Sekalipunbegitu, PusMA berkewajiban memberikan pengawasan penuhterhadap mahasantri agar kiranya mengikuti kegiatan yangditetapkan, baik berkaitan dengan akademik, penguatanbahasa, sholat berjama’ah dan lain-lain.

Untuk menopang kelancaran agenda di asrama, PusMAdibantu oleh keberadaan Musyrif/ah (Pembina) dan DM(dewan mahasantri). Keterlibatan mereka sangat pentingsebab bersentuhan langsung dengan mahasiswa selama duapuluh empat jam. Beberapa kegiatan itu adalah:a. Shabah al-Lughah (bagi berbahasa)

Kegiatan ini berkaitan dengan penguatan kompetensimahasantri dalam bahasa Arab dan Inggrish. Biasanyadilakukan ba’da Subuh. Riilnya, musyrif melakukanpembinaan bahasa bagi mahasiswa dengan mengenalkanbeberapa materi bahasa, seperti pengenalan mufradat danlain-lain. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan inidibimbing oleh musyrif berdasarkan kualitas yang dimilikisehingga kegiatan ini tidak berbntuk masal, tapi modelgroup-group kecil (small groups) yang ditempatkan dilingkungan asrama dan sebagian menggunakan area masjid.

b. Tahfidh, Tahsin, dan Hataman al-Qur’anKegiatan tahfidh al-Qur’an dikhususkan bagi mahasantribaru yang tinggal di asrama yang memiliki kompentensidan kemauan untuk menghafal al-Qur’an. Hanya saja,

ma’had sebagai character building

134

secara umum mahasiswa harus menghafal al-Qur’an Juz 30(juz ‘amma). Sementara itu, tahsin al-Qur’an adalahberkaitan dengan pendampingan khusus terhadapmahasantri-mahasantri yang tidak memiliki kompentensimembaca al-Qur’an secara tepat sesuai dengan standarkaedah-kaedah Tajwid, yang tempat pelaksanaannya diasrama dan masjid. Mahasantri yang memiliki kompetensiyang sangat lemah didampingi secara khusus oleh musyrifdan DM. harapannya, agar ketika keluar asrama mahasiswayang dimaksud memiliki kompetensi sama dengan yanglain, yakni mampu membaca al-Qur’an dengan baik danbenar. Semua ini dilakukan dalam rangka agar mahasiswayang tinggal di asrama tetap memiliki kecintaan membacadan menghafalkan al-Qur’an, meskipun pada saatnya harusterlibat dalam urusan keduniaan. Dan Kegiatan hatamanal-Qur’an juga dilakukan di asrama, meskipun harusmenyesuaikan waktu dan kesepakatan semua penghuniasrama, yakni musyrif/ah. Dewan mahasantri danmahasantri, sekaligus menyesuaikan irama kegiatan lain dikampus

c. Kerja Bakti Bareng (Ro’an)Kegiatan ini dilakukan dalam rangka untuk menumbuhkanrasa kepedulian dan rasa kepemilikan mahasantri terhadapasrama, khususnya berkaitan dengan kebersihan. Rasakepemilikan ini penting, meskipun pihak kampus telahmenyediakan tim kebersihan kampus. Di samping itu, kerjabakti bareng ini juga sebagai sarana untuk memupuksemangat keakraban bagi semua penghuni asrama, yaknimusyrif/ah dan mahasantri, termasuk pengurus PusMa.Pasalnya, keakraban ini yang kemudian akan melahirkanrasa kebersamaan sehingga dalam kegiatan yang lain akanberdampak positif.

h. misbahul munir

135

4. Kajian Kitab KuningKajian kitab kuning adalah kegiatan mingguan, yang

diadakan di Masjid Raya Ulul Albab. Kegiatan ini diikuti olehsemua mahasiswa, meskipun mahasantri yang tinggal diasrama lebih diutamakan. Pilihan pada kegiatan ini setidaknyadalam rangka menambah pengetahuan keagamaan mahasantri,khususnya langsung dari literatur kitab-kitab kuning.

Untuk periode ini (2015-2016), pilihan kitab jatuh padakarya Syaikh Nawawi al-Bantani, yakni kitab Nashaih al-Ibad(nasehat-nasehat bagi hamba). Kitab ini memuat banyaknasehat-nasehat yang menyejukkan bagi hamba dalammengarungi hidup di dunia dan akhirat. Dengan begitu, makamateri ini sangat penting bagi mahasantri untuk mengetahuiisinya agar mampu mempraktikkannya dalam kehidupansehari-hari, terlebih karya ini ditulis oleh ulama yang memilikiikatan keilmuan dengan beberapa pesantren di Indonesia.

5. Masjid dan Public ServisMempertimbangkan fungsi kelembagaan dari Pusat

Ma’had al-Jami’ah yang menempatkan Masjid Raya Ulul Albabsebagai bagian darinya, maka PusMa melalui koordinatorbidang kemasjidan memberikan pelayanan berbasis masjid.Pertama, memberikan kenyamanan kepada masyarakat dalammengerjakan ibadah dan kegiatan positif lainnya. Karenanya,kenyamanan di lingkungan masjid terus dipantau, termasukmelakukan pembenahan terhadap sarana dan prasarana yangdipandang mengganggu kenyamanan, misalnya sound sistem,kecukupan air, kesucian masjid dan lain-lain.

Kedua, penanaman nilai-ilai spiritual. Kegiatan inibiasanya dilakukan dengan model kultum (kuliah tujuh menit)setelah sholah dhuhur yang melibatkan semua dosen yang ada

ma’had sebagai character building

136

di kampus UINSA secara bergantian sesuai dengan jadual yangditetapkan. Pastinya, kegiatan ini berkeinginan agar antarsemua insan kampus (mahasiswa, dosen, pegawai danpimpinan) dan masyarakat pada umumnya memiliki tekaduntuk saling mengingatkan, khususnya dalam problematikakeagamaan dan kemasyarakatan, agar kiranya senantiasaterjadi perbaikan setiap saat.

Semua pelayanan masjid dilakukan secara rutin,mengingat posisi masjid sepanjang dua puluh empat jamdikunjungi jama’ah, terlebih saat mahasiswa UINSA beradapada masa-masa aktif kuliah. Dalam kondisi ini yang kemudiansumbangsih dari semua pihak –baik insan kampus maupunyang lain sangat penting untuk mengurangi berbagaiketerbatasan yang tidak disengaja dilakukan oleh PusMA.Selama ini PusMa telah menerima sumbangan berbagaidonator, termasuk keterlibatan aktivis ibu-ibu perkotaanseperti komunitas “Hijaber Mom” dan “Komunitas Jempol”yang sukarela menyumbangkan mukenah dan menyediakantenaganya untuk me-laundry mukenah-mukenah yang habispakai hingga layak dipakai kembali. Semua dilakukan dalamrangka agar pelayanan publik di lingkungan masjidmenyenangkan bagi masyarakat, baik masyarakat kampusmaupun masyarakat umum.

Pada akhirnya, semua model kegiatan unggulan yangdilakukan oleh PusMA berkeinginan agar prosespembangunan karakter itu tumbuh sejak dini. Khususnya, bagiinsan kampus akan muncul individu-individu mahasiswa yangmampu menerapkan kehidupan dalam bingkai akhlak al-karimah sehingga dapat mewarnai kepada yang lain. Endingnya,kampus ini terbangun kultur kehidupan kampus yangmencerminkan akhlak al-karimah sebagai dasar, bukan kulturpraktik keagamaan formal semata. Pasalnya, praktik-praktik

h. misbahul munir

137

keagamaan formalistik akan kurang manfaatnya, bila secarapraktik kehidupan tidak didukung oleh nilai-nilai unggul;tepatnya akhlak Karimah. Karakter ini yang kemudiandiharapkan menyebarkan pada kehidupan masyarakat secaraluas, khususnya dalam kehidupan berbangsa, beragama danbernegara.

Harapan dari PusMAPusat Ma’had al-Jami’ah sebagaimana disebutkan lahir

dari upaya mengawal proses pendampingan karaktermahasiswa, tepatnya penanaman intensif kaitannya dengannilai-nilai Akhlak Al-Karimah dan pengetahuan dasar Islam.Karenanya, dalam upaya mengantarkan UINSA menjadikampus Islam yang unggul kompetitif dan bertarafinternasional, maka ada harapan dari PusMA untuk terusmengawal dan konsisten pada pendampingan karakter.

Pertama, PusMA harus menjadi pusat kegiatanmahasiswa yang beorientasi pada penguatan karakter melaluipenguasan kognitif tentang model-model Akhlak al-Karimah danpengetahuan keagamaan dasar. Hal ini, penting mengingatmahasiswa yang masuk dari kampus UINSA cukup beragam,bahkan terdapat mahasiswa yang kurang memahami ajarandan etika keluhuran dalam Islam (Akhlak al-Karimah).Bermula dari kerangka kognitif ini diharapkan secara praktismuncul mahasiswa-mahasiswa yang memiliki kompentensidan berkarakter Akhlak al-Karimah sehingga dapat mewarnaipraktik kehidupan ber-Akhlak al-Karimah di lingkunganUINSA, masyarakat luas hingga kehidupan berbangsa danbernegara.

Kedua, PusMA harus berada digarda terdepan dalammemberikan pelayanan publik yang sesuai dengan prinsi-

ma’had sebagai character building

138

prinsip Islam dan keluhuran budi pekerti (akhlak al-karimah).Hal ini penting, misalnya dengan masjid Ulul Albab sebagaimedia, diharapkan PusMA berkontribusi bagaimana terusmenebarkan visi keberIslaman yang sejuk, denganmengedepankan akhlak alkarimah. Pasalnya, tidak sedikitkonteks terkini masjid telah digunakan sebagain pihak yangsuka menebarkan visi keislaman yang mengumbar amarah.Bukan memberikan kesejukan beragama, melainkan arahanuntuk hengkan dari nilai-nilai kebangsaan. Dan kontribusi iniyang kemudian sejalan dengan keberadaan UINSA yangmengembangkan visi keberislam yang damai dalam bingkaibudaya berbangsa dan bernegara.

Akhirnya, semua berharap PusMA ini berfungsisebagaimana mestinya, yakni terus melakukan inovasi dalammewujudkan kegiatan-kegitan berbasis karakter sebagaiwujud ikut berkontribusi bagi capaian kampus UINSAmenjadi kampus Islam yang kompetitif bertaraf internasional,yakni mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual disatu sisi dan kuat spiritual serta akhlaknya di sisi yangberbeda. amin.(*)

MEMBANGUN KEILMUAN UIN SUNANAMPEL SURABAYA DENGAN PARADIGMA

INTEGRATED TWIN TOWERS:Model Pentadik Integralisme Monistik Islam

HUSNIYATUS SALAMAH ZAINIYATI

PendahuluanSebagaimana kita ketahui sampai pada tahun 2016 ini ada

sekitar sepuluh IAIN/STAIN yang sudah beralih status menjadiUniversitas Islam Negeri (UIN)1. Mengapa harus berubahmenjadi Universitas? Tidak cukupkah dengan nama Institutseperti yang disandangnya kurang lebih selama 48 tahun? Jikafakultas atau program studi umum dikembangkan, bagaimananasib prodi yang selama ini telah berjalan? Akankah strukturkeilmuan, kurikulum, sama dan sebangun dengan sebelum dansesudah UIN diresmikan? Dan berbagai pertanyaan yang lain.

Menanggapi berbagai pertanyaan tersebut, mari kitacermati catatan penting yang termaktub dalam suratMendiknas yang ditujukan kepada Menteri Agama tanggal 23Januari 2004 sebagai berikut:”Meskipun IAIN Sunan Kalijaga

1 Antara lain; UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UINGunung Jati Bandung, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sultan SyarifKasim Riau, UIN Alauddin Makassar, UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Ar-RaniryAceh, UIN Walisongo Semarang, UIN Raden Fatah Palembang.

membangun keilmuan uin sunan ampel surabaya dengan paradigmaintegrated twin towers:Model Pentadik Integralisme Monistik Islam

140

dan STAIN Malang berubah menjadi UIN Sunan KalijagaYogyakarta dan UIN Maliki Malang, tugas pokoknya tetapsebagai institut pendidikan tinggi bidang Agama Islam, sedangpenyelenggaraan program non-agama Islam (umum) merupakantugas tambahan”. Dengan demikian, sebagai institut pendidikantinggi, bidang agama Islam masih tetap menjadi tugas utama.Main mandate-nya tidak boleh dan tidak perlu digeser oleh widermandate-nya. Hanya saja kualitas dan koleksi perpustakaan,buku literatur yang digunakan, jaringan kelembagaan,pengembangan metodologi pengajaran dan penelitian sertamentalitas keilmuan para dosen dan mahasiswanya perlumemperoleh titik fokus penekanan yang lebih daripadasebelumnya sesuai dengan kultur akademik yang ada padauniversitas.2

Masing-masing institusi pendidikan tingg Islam yangberalih status menjadi UIN memiliki pola pengembangankeilmuan yang bervariasi, misalnya UIN Syarif Hidayatullahmengembangkan ‘integrasi ilmu’.3 UIN Sunan KalijagaYogyakarta mengembangkan konsep pendekatan interdisiplinermelalui ‘interkoneksi dan interrelasi’.4 UIN Mailik Malang

2Amin Abdullah dalam Zainiyati, Desain Pengembangan Kurikulum IAIN Menuju UINSunan Ampel, Dari Pola Pendekatan Dikhotomis ke Arah Integratif Multidispliner Model TwinsTower (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2012), hal, 2.3 Menurt Mulyadi Kartanegara bahwa dalam pandangan keilmuan Islam, fenomena-fenomena alam yang menjadi obyek ilmu umum ternyata terdapat relasi dengankuasa Tuhan, sehingga relasii dianatara keduanya bukan sesuatu yang tanpa dasar,lihat Nur Syam “ Membangun Keilmuan Islam Mutidispliner: Memahami ProsesSaling Menyapa Ilmu Agama dan Umum” dalam Nur Syam, editor, Integrated TwinTowers Arah Pengembangan Islamic Studies Multidispliner (Surabaya: Sunan Ampel Press,2010), hal. 3. Dan baca selengkapnya dalam Mulyadi Kertanegara, Integrasi Ilmu,Sebuah Rekonstruksi Holistik (Jakarta: Arasy Mizan dan UIN Jakarta Press, 2005).4Menurut Amin Abdullah, antara disiplin ilmu agama dan ilmu pengetahuansemestinya saling memiliki keterhubungan. Karena itulah Amin sangat kerasmenolak pemisahan antar keduanya. Sebab hal itu justru dapat menciptakan

husniyatus salamah zainiyati

141

mengembangakn keilmuannya melalui konsep ‘pohon ilmu’.5

UIN Gunung Jati Bandung mengembangkan keilmuan melauikonsep ‘roda ilmu, wahyu memandu ilmu’.6 Sedangkankeilmuan Islam multidispiliner yang dikembangkan UINSunana Ampel menggunakan konsep ‘integrated twin towers’.7

Meskipun konsep pengembangan keilmuannya berbeda-beda, namun memiliki kesamaan dalam memandang hubunganantara ilmu alam, ilmu social dan humanities yaitu keinginanuntuk membangun menyapa antara ketiga bidang ilmu tersebutmelalui proses sinergi, interkoneksi atau interrelasi.8

Tulisan ini akan membahas tentang MembangunKeilmuan Islam UIN Sunan Ampel Dengan Paradigm IntegratedTwin Towers Model Pentadik Integralisme Monistik Islam.

justifikasi yang sesat bagi masyarakat Muslim. “Itu bisa menimbulkan persepsi,bahwa ilmu agama hanya berupa konsep-konsep ketuhanan, kenabian, akidah, fiqh,tafsir, hadist dan sebagainya. “Sedangkan yang berada di luar itu, dianggap berada diluar kajian wilayah agama,” Baca Amin Abdullah, Arah Baru Studi Keislaman:Pendekatan Integratif-Interkonektif (Pustaka Pelajar, Yogyakarta)5 Salah satu upaya fundamental dan strategis yang ditempuh UIN Maliki Malangdalam rangka membangun citra yang lebih kompetitif dan kerangka pengembanganUIN ke depan adalah melakukan rekonstruksi paradigma keilmuan, denganmeletakkan al-Qur’an dan al-Hadith sebagai basis ilmu pengetahuan. Upaya inidipandang penting karena konstruk keilmuan ini merupakan nafas atau ruh setiapperguruan tinggi Islam. Selengkapnya baca, Imam Suprayogo, Sangkar Ilmu (Malang:UIN Malang Press, 2003).6Menurut Nanat Fatah Natsir, dalam visi keilmuan Qur’aniyah dan Kawniyah, tidakdikenal adanya dikhotomi ilmu umum dan ilmu agama, atas dasar itulah UINBandung mengembangkan keilmuan Islam dengan konsep ‘wahtu memandu ilmu’.Baca selengkapnya dalam Nanat Fatah Natsir, editor, Pandangan Keilmuan UIN WahyuMemandu Ilmu (Bandung: Gunung Jati Press, 2008).7Nur Syam mengatakan bahwa membangun integrated twin towers denganmenyejajarkan ilmu agama dan ilmu umum melalui dialog, dengan menggunakanpendekatan multidisipliner. Baca, Nur Syam, editor, Integrated Twin Towers ArahPengembangan Islamic Studies Multidispliner (Surabaya: Sunan Ampel Press, 2010.8 Nur Syam, editor, Integrated Twin Towers…., hal. 3-4.

membangun keilmuan uin sunan ampel surabaya dengan paradigmaintegrated twin towers:Model Pentadik Integralisme Monistik Islam

142

Model-Model Integrasi Ilmu Umum dan Ilmu AgamaDalam rangka mengembangkan keilmuan Islam di UIN

Sunan Ampel dapat mempertimbangkan beberapa modelintegrasi ilmu umum dan ilmu agama. Menurut ArmahediMahzar, ada beberapa model integrasi ilmu dan agama. Model-model itu dapat diklasifikasikan dengan menghitung jumlahkonsep dasar yang menjadi komponen utama model itu, yaitumodel monadik, diadik, triadik, dan pentadik integralismeIslam.9

Pertama, model monadik ini populer di kalanganfundamentalis, religius, ataupun sekuler. Kalangan religiusmenyatakan agama adalah keseluruhan yang mengandungsemua cabang kebudayaan. Sedangkan yang sekulermenganggap agama sebagai salah satu cabang kebudayaan.Dalam fundamentalisme religius, agama dianggap sebagai satu-satunya kebenaran dan sains hanyalah salah satu cabangkebudayaan, sedangkan dalam fundamentalisme sekulerkebudayaanlah yang merupakan ekspresi manusia dalammewujudkan kehidupan yang berdasarkan sains sebagai satu-satunya kebenaran. Dalam hal ini, sains pun menjadi relatifseperti halnya agama menurut pandangan posmodernis.,

Mencermati model monadik totalistik tersebut tidakmungkin terjadi koeksistensi antara agama dan sains, karenakeduanya menegasikan eksistensi atau kebenaran yanglainnya, maka hubungan antara kedua sudut pandang ini, akansering menimbulkan konflik, seperti yang dipetakan IanBarbour atau John F. Haught mengenai hubungan antara ilmuumum dan ilmu agama. Tampaknya pendekatan totalistikseperti ini sulit untuk digunakan sebagai landasan integrasi

9Armahedi Mahzar, “Integrasi Ilmu umum dan ilmu agama: Model dan Metodologi”,dalam Jarot Wahyudi, Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan Aksi (Yogyakarta:MYIA-CRCS dan Suka Press, 2005), hal. 94-106.

husniyatus salamah zainiyati

143

ilmu umum dan ilmu agama di lembaga-lembaga pendidikan,dari TK hingga perguruan tinggi.

Kedua, model diadik. Model ini memiliki beberapavarian. Pertama mengatakan bahwa ilmu umum dan ilmuagama adalah dua kebenaran yang setara. Sains membicarakanfakta alamiah, sedangkan agama membicarakan nilai ilahiah.10

Mungkin ungkapan Einstein bahwa “science without religion islimb, religion without science is blind” yang sangat populer dikalangan dai Islam pada tahun 60-an, merumuskan wawasanini secara jelas. Dalam tipologi Barbour, model ini identikdengan relasi independensi. Sedangkan tipologi Haught, hal inibisa disebut hubungan kontras. Pandangan inilah yang dianutnegara Indonesia yang mengajarkan agama sebagai matapelajaran atau mata kuliah terpisah di sekolah dan perguruantinggi.

Mahzar menjelaskan bahwa varian kedua dalam modeldiadik ini, ilmu umum dan ilmu agama adalah sebuah kesatuanyang tak terpisahkan. Barangkali, ini dapat dipahami denganmenyimak pandangan Fritjof Capra: “Sains tak membutuhkanmistisisme dan mistisisme tak membutuhkan sains. Akantetapi, manusia membutuhkan keduanya. Sedangkan varianketiga berpendapat bahwa antara ilmu dan agama memilikikesamaan. Kesamaan itulah yang bisa dijadikan bahanintegrasi keduanya.

Sementara varian ketiga dapat dilukiskan secara diagramdengan dua buah lingkaran sama besar yang salingberpotongan. Jika kedua lingkaran itu mencerminkan ilmuumum dan ilmu agama, akan terdapat sebuah kesamaan.Kesamaan itulah yang merupakan bahan bagi dialog antara

10Pandangan ini berakar pada pemisahan antara fakta dan nilai seperti yangdiajukan pertama kalinya oleh Kant pada abad XIX.

membangun keilmuan uin sunan ampel surabaya dengan paradigmaintegrated twin towers:Model Pentadik Integralisme Monistik Islam

144

ilmu umum dan ilmu agama. Misalnya, Maurice Buccaille11

menemukan sejumlah fakta ilmiah di dalam kitab suci al-Quran. Atau para ilmuwan yang menemukan sebuah bagianpada otak yang di sebut “the God spot” yang dipandang sebagaipusat kesadaran religius manusia. Model ini dapat disebutsebagai model diadik dialogis. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:12

Gambar: Model Diadik Dialogis

Ketiga, model triadik sebagai sebuah koreksi terhadapmodel diadik independen. Dalam model triadik ada unsurketiga yang menjembatani ilmu umum dan ilmu agama.Jembatan itu adalah filsafat. Model ini diajukan oleh kaumteosofis yang bersemboyankan “there is no religion higher thantruth”. Kebenaran atau “truth” adalah kesamaan antara sains,filsafat, dan agama.

Tampaknya model ini merupakan perluasan saja darimodel diadik komplementer dengan memasukkan filsafatsebagai komponen ketiga yang letaknya di antara ilmu umumdan ilmu agama. Model triadik komplementer ini mungkindapat dimodifikasi dengan menggantikan filsafat dengan

11 Maurice Buccaille, The Bibble, The Qur’an, and Science, 1983.12 Armahedi Mahzar”Integrasi Ilmu umum dan ilmu agama...”, dalam Jarot Wahyudi,Integrasi Ilmu...., 97.

SAINS AGAMA

husniyatus salamah zainiyati

145

humaniora atau ilmu-ilmu kebudayaan. Dengan demikian,kebudayaanlah yang menjembatani ilmu umum dan ilmuagama. Sehingga model triadic ini, ilmu-ilmu kealaman danilmu-ilmu keagamaan dijembatani oleh humoniora dan ilmu-ilmu kebudayaan.

Keempat, model pentadik integralisme monistik Islamadalah sebuah paradigma unifikasi bagi ilmu-ilmu kealamandan ilmu-ilmu keagamaan. Akan tetapi, paradigma unifikasi itubukan hanya menyatukan ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmukeagamaan, melainkan juga merupakan paradigma ilmu-ilmukemasyarakatan dan kemanusiaan. Seperti digambarkansebagai berikut:13

Tabel 1Paradigma Integralisme Islam

KategoriIntegritas

EpistemologiS }ufi>

AksiologiFiqhi>

OntologiTauh}i>di

Sumber SubyekRu >h}i>

TransendentalQur'a>ni>

TransendensiDzâtullâh

Nilai PrinsipQalbi >

UniversalSunni>

HirarkiS }ifatulla >h

Informasi Teori & Fakta'Aqli>

KulturalIjtiha >di>

KreativitasAmrulla >h

Energi EksperimenNafsi >

SosialIjma >'î

SirkulasiSunnatullah

Materi Instrumen/ ObyekJismi >

Instrumental'Urfî

Sistem-sistemKhalqillah

13 Ibid.,100-101.

membangun keilmuan uin sunan ampel surabaya dengan paradigmaintegrated twin towers:Model Pentadik Integralisme Monistik Islam

146

Mencermati konsep integralisme monistik Islam,tersebut Barizi, menyarankan ditatingnya Islam sebagai‘paradigma’ dalam berbagai kajian ilmu pengetahuan. Sebagaisebuah paradigma, al-Qur'an dan Hadith adalah sumberrujukan bagi setiap kerja ilmu. Tentu, melalui pemahamanseperti ini ayat-ayat al-Qur'an dan Hadith yang berkaitandengan ilmu meniscayakan untuk dielaborasi secara saintifiksesuai kebutuhan kerja ilmiah yang dibangunnya. 14

Paradigma ilmu kata Mahzar, dijelaskan secara eksplisitdan dibangun di atas kebenaran wahyu berupa firman-firman-Nya yang tertulis dalam al-Qur’an. Di samping itu, ilmu dalamIslam tidak bersifat rasional empiris dan objektif, tetapi jugabersifat intuitif religious. Dalam Islam kita mengenalintegralitas individual manusia dari tubuh atau jism ke ruhmelalui nafs, ‘aql dan qalb yang bersesuaian dengan empiritas,rasionalitas, dan intuitivitas ilmu Islam. Tiga karekteristik ituadalah pelengkap dari objektivitas dan religiusitas sains.

Oleh sebab itu, Islam tidak hanya mengenai ilmu-ilmukealaman dan ilmu-ilmu kemanusiaan, tetapi juga ilmu-ilmukeagaman. Misalnya, paradigma epistemologi keilmuan Islamadalah hirarki organ pengetahuan dari jism hingga ruh, sepertiyang diajarkan oleh tasawuf, dan paradigma aksiologikeilmuan Islam adalah hirarki nilai dari ‘urfi hingga qur’ani.Sedangkan paradigma ontologis keilmuan Islam adalah hirarkidari kausa materiil yang merupakan ciptaan-Nya hingga kausaprima, yaitu Zat-Nya yang merupakan kenyataan akhir yang

14Barizi, “Penguatan dan Pengembangan Integrasi Sains dan Islam”, Makalahdisampaikan pada Workshop pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN MalikiMalang, pada tanggal 3-4 Pebruari 2010 di Hotel Wisata Tidar Malang.

husniyatus salamah zainiyati

147

mutlak. Semuanya mencerminkan struktur pentadik keilmuanIslam. 15

Jika kemudian terdapat ketidaksesuaian denganperkembangan mutakhir, itu bukan berarti al-Qur’an runtuhsehingga al-Qur’an tidak boleh dipercaya karena berisikebohongan. Sikap yang harus dinyatakan justrumemperkukuh keimanan dengan menyadari keterbatasantafsir yang pada dasarnya merupakan keterbatasan akalmanusia. Seperti dalam skema integralisme, al-Qur’an diimanioleh ruh manusia, qalb meyakini prinsip-prinsip yangterkandung dalam sunnah, sedangkan akal menerima ijtihadmanusia. Tafsir ilmi hanyalah merupakan bagian dari ijtihadmanusia di bidang keilmuan yang bersifat terbatas.

Dalam hal ini, tafsir ilmi perlu diterangkan kepadapeserta didik bukan hanya untuk menambah keimananmereka, melainkan juga untuk memacu kreativitas merekauntuk mencari ilham dalam ayat-ayat al-Qur’an yang merujukpada fenomena alam dalam rangka mencari teori atau hipotesisbaru yang berguna bagi pengembangan keilmuan Islam yangutuh dan menyeluruh.

Membangun Keilmuan UIN Sunan Ampel denganParadigma Integrated Twin Towers: Model PentadikIntegralisme Monistik Islam

Dalam rencana strategis UIN Sunan Ampel tahun 2014-2019 disebutkan bahwa pola penyelenggaraan pendidikan UINSunan Ampel yang integratif dengan didasari semangatmoderat dan transformative, diorientasikan untukmengembangkan ilmu, teknologi, seni dan budaya dalamrangka meningkatkan kualitas keberagamaan dan kehidupan

15 Armahedi Mahzar,...dalam Jarot Wahyudi, Integrasi Ilmu....., 103-104.

membangun keilmuan uin sunan ampel surabaya dengan paradigmaintegrated twin towers:Model Pentadik Integralisme Monistik Islam

148

masyarakat Indonesia serta kemanusiaan secara universal. Polapenyelenggaraan pendidikan tersebut diharapkan menjadidistingsi dari universitas Islam lainnya yang ada di Indonesia. 16

UIN Sunan Ampel dari sisi keilmuan menurut NurSyam, telah melakukan pengembangan keilmuanmultidisipliner dengan filosofi “menara kembar tersambung" (integrated twin towers). Kedua tower ini bukan dipandang sebagai sesuatu yang dikotomis,tetapi merupakan suatu kesatuanyang masing‐masing mempunyai obyek spesifik dan ciri tersendiri, namun memiliki kesamaan dalam perspektif fundamental.Lebih dari itu, keduanya masih dapat disatukandengan jembatan penghubung berupa interconnectingbridge yang dalam praktik operasionalnya bisa berupametodologi yang saling mengisi dan menguatkan, sertatemuan informasi ilmiahyang saling memberikan pencerahan sehingga terdapat titik temu. Konsep menara kembar tersambung dalam kerangkapengembangan ilmu keislaman multidisipliner yang dimaksuddi atas adalah membangun struktur keilmuan yangmemungkinkan ilmu keagamaan dan ilmu social/humaniora serta ilmu alam berkembang secara memadaidan wajar. Keduanya memiliki kewibawaan yang sama, 17

Bagaimanakah strategi kelembagaan dan akademikyang akan dikembangkan UIN Sunan Ampel Surabayabisa menjamin bahwa ilmu‐ilmu keislaman tidakterpinggirkan, melainkan justeru mengalami penguatanmelalui integrasi bersama keilmuan sosial‐himaniora sertasaisn dan teknologi?

16 http://www.uinsby.ac.id/id/187/rencana-strategi.html, diakses tanggal, 26 Maret2016.17 Nur Syam, Integrated Twin Towers….11-12,

husniyatus salamah zainiyati

149

Sesuai dengan dasar filosofis dan epistemologis di atas,Menurut Muzakki dalam Zainiyati bahwa ada dua strategiyang dikembangkan oleh UIN Sunan AmpelSurabaya untuk merespon pertanyaan‐pertanyan mendasar diatas. Kedua strategi itu adalah (1) pengasramaan modelpesantren selama 2 semester bagi mahasiswa baru disemua jurusan, dan (2) penguatan spiritualisasi keilmuanumum. Kedua strategi ini menunjuk kepada kerangkapengembangan praktik penyelenggaraan pendidikan di UINSunan Ampel Surabaya.18

Strategi pertama berdimensi kegiatannonkurikuler (termasuk melalui skema pendampinganmahasiswa yang dikelola oleh Pusat PendampinganMahasiswa/Puspema), dan diselenggarakan semaksimalmungkin sesuai dengan tingkat kekuatan dan kapasitaskelembagaan UIN Sunan Ampel Surabaya. Adapun strategikedua berdimensi kurikuler dengan menunjukkepada prinsip integralisasi keilmuan sosial‐humanioraserta sains dan teknologi dengan keislaman.

Masa pengasramaan model pesantren hingga 2semester di atas dimaksudkan untuk menjaminpendalaman dan pengayaan pemahaman seluruh mahasiswaatas ajaran Islam dan sekaligus praktik implementatifnya.Untuk kepentingan ini, IAIN Sunan Ampel saatini telah memiliki pesantren mahasiswa yang, meskipunbelum sanggup menampung semua mahasiswa baru, namunmampu menjadi penyedia layanan akademik dan sosialkeagamaan melalui pengasramaan model pesantren. Selainkeilmuan agama yang menjadi fokus materi akademiknya,penguatan keterampilan teknis bahasa asing, Arab danInggris, menjadi perhatian penting. Dengan begitu,

18 Zainiyati, Desain Pengembangan Kurikulum IAIN Menuju UIN…, 122-123.

membangun keilmuan uin sunan ampel surabaya dengan paradigmaintegrated twin towers:Model Pentadik Integralisme Monistik Islam

150

ada standar minimal dari pembelajaran ilmu‐ilmu keislamanyang harus dimiliki oleh seluruh mahasiswa untuk kelakmenunjang penguasaan kompetensi sebagai lulusanUIN Sunan Ampel Surabaya.

Pada tataran operasional praktis, kerangka kurikulumdigerakkan melalui penguatan tiga pilar programakademik. Ketiga pilar tersebut bermakna penting untukmemperkuat keilmuan keislaman di satusisi dan spiritualisasi keilmuan umum di sisi lain. Ketiga pilarprogram akademik dimaksud adalah: (1) penguatan ilmu‐ilmukeislaman murni tapi langka, (2)integralisasi keilmuan keislaman pengembangan dengan keilmuan sosial‐ humaniora, dan(3) pembobotan keilmuan sains dan teknologi dengankeilmuan keislaman. Atas kerangka akademik ini,maka model pengembangan keilmuan UIN Sunan AmpelSurabaya disebut dengan “integrated twin towers with threepillars”.

Dengan pilar kerangka pengembangan kurikulummelalui pembobotan keilmuan sains dan teknologi dengankeilmuan keislaman ini, UIN Sunan Ampel Surabaya samasekali bukan merupakan ancaman bagi berkembangnyailmu‐ilmu keislaman, atau minimal meminggirkan ilmu‐ilmukeislaman dari kerangka penyelengaraan ragam pendidikandi dalamnya.

Ketiga pilar di atas merupakan ciri khaspengembangan akademik‐keilmuan UIN Sunan Ampel Surabaya. Kekhasan akademik‐keilmuan dimaksud, di sampingmerupakan bentuk idealisasi dari pengembangankeilmuan di UIN Sunan Ampel Surabaya sendiri, jugamerupakan respon atas berbagai kelemahan (untuk tidakmenyebut kesalahan) yang banyak merebak dalampraktik penyelenggaraan pendidikan oleh institusi

husniyatus salamah zainiyati

151

pendidikan tinggi lainnya, termasuk beberapa UIN yanglebih dulu beroperasi.19

Mencermati model integrasi yang akan dikembangkan diUIN Sunan Ampel Surabaya. Barangkali inilah yang disebutzaman postmodern. Di era ini kita menyaksikan suatu bentukrealitas dunia yang mulai memperlihatkan suatu unitas, tapisekaligus di dalamnya ada pluralitas. Misalnya, kecenderunganbesar (mega trend) terjadinya globalisasi yang menjadikan dunialain menjadi transparan. Dalam dunia kultural, kitamenyaksikan saling mendekatnya antara wacana tradisionaldan modern. Demikian juga dalam dunia pendidikan, kataMalik Fajar, tampaknya tidak dapat lepas dari dua arus besarini. Maka pola pendidikan lama, yaitu pendidikan yangbercorak tradisional di satu pihak, dan pendidikan yangbercorak modern di pihak lain, mulai banyak dikritik orang,karena pendidikan seperti itu hanya akan menghasilkanpribadi yang pincang (split personality).20

Jika kita mencoba menguak kembali konsep ’ilm dalamal-Qur’an, maka akan nampak jelas cacat teologis dan filosofispembidangan keilmuan yang bersifat dualisme-dikotomis itu.Sebagian besar ayat-ayat al-Qur’an, menurut penjelasan MahdiGhulsyani, konsep ilmu secara mutlak muncul dalammaknanya yang masih umum (generik). Misalnya, QS. Al-Baqarah [2]: 31, QS Yusuf [12]: 76, dan An-Nahl [16]: 70.Bahkan kata Murtadha Muthahhari, akan menyebabkankesalahan memandang bahwa ilmu ”non agama” terpisah dariIslam.

Dengan demikian, Islamic knowledges (al-ulum al-Islamiyyah)yang akan dikembangkan oleh UIN Suan Ampel adalah ilmu

19 Ibid., 124-125.20Ahmad Barizi, Holistik Pemikiran Pendidikan A. Malik Fadjar (Jakarta: RajaGrafindoPersada, 2005), hal. 225.

membangun keilmuan uin sunan ampel surabaya dengan paradigmaintegrated twin towers:Model Pentadik Integralisme Monistik Islam

152

pengetahuan yang dibangun berdasarkan ajaran Islam—sebagaimana tertuang dalam sumber ajarannya yang utama,yakni al-Qur'an dan al-Sunnah—sekaligus pengetahuan yangsama dibangun berdasarkan hasil observasi, eksperimentasi,dan penalaran logis.

Sedangkan model integrasi keilmuannya, miminjamistilah Armahedi Mahzar, menggunakan model pentadikintegralisme monistik Islam yaitu sebuah paradigma unifikasibagi ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu keagamaan. Akantetapi, paradigma unifikasi itu bukan hanya menyatukan ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu keagamaan, melainkan jugamerupakan paradigma ilmu-ilmu kemasyarakatan dankemanusiaan. Dalam hal ini Islam tidak sekadar menjadiperspektif, atau sebagai pelengkap dari kajian ilmiah yang ada,dan apalagi kajian yang terpisah dari sains. Tetapi, justru Islamharus menjadi ‘pengawal’ dari setiap kerja sains oleh setiappara ilmuan (dosen).

Daftar PustakaAbdullah Amin,”Desain Pengembangan Akademik IAIN

menuju UIN Sunan Kalijaga”, dalam Jarot Wahyudi,Integrasi Ilmu dan Agama Interpretasi dan Aksi, Yogyakarta:MYIA-CRCS dan Suka Press, 2005.

____________, Arah Baru Studi Keislaman: Pendekatan Integratif-Interkonektif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Barizi, “Penguatan dan Pengembangan Integrasi Sains danIslam”, Makalah disampaikan pada Workshop padaFakultas Sains dan Teknologi UIN Maliki Malang, padatanggal 3-4 Pebruari 2010.

Barizi, Ahmad, Holistik Pemikiran Pendidikan A. Malik Fadjar,Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.

husniyatus salamah zainiyati

153

Buccaille, Maurice, The Bibble, The Qur’an, and Science, 1983.http://www.uinsby.ac.id/id/187/rencana-strategi.html, diakses

tanggal, 26 Maret 2016.

Kertanegara, Mulyadi, Integrasi Ilmu, Sebuah Rekonstruksi Holistik,Jakarta: Arasy Mizan dan UIN Jakarta Press, 2005.

Mahzar, Armahedi, “Integrasi Ilmu umum dan ilmu agama:Model dan Metodologi”, dalam Jarot Wahyudi, IntegrasiIlmu dan Agama Interpretasi dan Aksi, Yogyakarta: MYIA-CRCS dan Suka Press, 2005.

Natsir, Nanat Fatah, editor, Pandangan Keilmuan UIN WahyuMemandu Ilmu, Bandung: Gunung Jati Press, 2008.

Suprayogo, Imam, Sangkar Ilmu, Malang: UIN Malang Press,2003.

Syam, Nur, editor, Integrated Twin Towers Arah PengembanganIslamic Studies Multidispliner, Surabaya: Sunan Ampel Press,2010.

membangun keilmuan uin sunan ampel surabaya dengan paradigmaintegrated twin towers:Model Pentadik Integralisme Monistik Islam

154

MEMIKUL “TRADISI LAMA PEDESAAN”MENUJU “ZONA BARU PERKOTAAN DAN

BERKEADABAN” DI KAMPUS UIN SUNANAMPEL SURABAYA

HAMMIS SYAFAQ

Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa kota Madinah,yang saat ini menjadi tempat tujuan ibadah masyarakat muslimdi dunia dulunya adalah bernama Yastrib. Perubahan namadari Yastrib menjadi Madinah dilakukan oleh NabiMuhammad saw ketika beliau berpindah dari Kota Makkah keKota Yastrib itu. Di antara alasan yang sering dikemukakandalam studi sejarah Islam adalah, bahwa perubahan itudilakukan oleh Nabi Muhammad saw agar umat Islammemiliki perubahan sikap, dari masa lalu yang terbelakang dantidak terpelajar (uneducated) menjadi masa baru yangberkemajuan dan berperadaban (civilized).

Perubahan itu dilakukan oleh Nabi Muhammad sawsecara perlahan. Jika dihitung hampir membutuhkan waktuselama 22 tahun. Itupun dipandu oleh sosok mulia yangditopang oleh wahyu. Banyak analisis tentang kondisi umatIslam yang berperadaban di saat itu. Di antaranya oleh RobertN. Bella yang menyebut masa itu terlalu modern di zamannya.Sehingga kondisi itu tidak dapat dilanjutkan oleh penerusnyasetelah Nabi Muhammad saw wafat. Konflik internal umat

memikul “tradisi lama pedesaan” menuju “zona baru perkotaandan berkeadaban” di kampus uin sunan ampel surabaya

156

Islam tidak dapat dikendalikan oleh para kholifah sesudahnya.Perhatian umat Islam di masa itu tidak lagi pada penataan infastruktur yang sudah dibangung oleh Nabi Muhammad sawdengan baik, tetapi terkuras pada pencarian solusi bagi sebuahkonflik yang tiada henti.

Pada masa Daulah Umayyah di Damaskus, Abbasiyah diBaghdad, dan Umayyah di Andalusia, umat Islam juga pernahmencapai titik kejayaannya. Tetapi kejayaan itu pun akhirnyahancur dan musnah, dimakan oleh konflik internal, kehidupanyang bermewah-mewah serta perebutan kekuasaan parakhalifah yang lahir di saat orang tua mereka sudah menikmatititik puncak kejayaannya. Pola berpikirnya tidak pernahsampai pada tataran pemeliharaan, tetapi hanya pada tataranbagaimana menikmati kemewahan. Pola berpikirnya tidaksampai pada tataran bagaimana mengembangkan danmempertahankan, tetapi hanya sampai pada tataranbagaimana menikmati dan menghabiskan.

Tulisan ini ingin mencoba untuk mengingatkan masalalu umat Islam itu guna dijadikan sebagai pelajaran pentingdalam mengelola dan mengembangkan UIN Sunan AmpelSurabaya agar tetap menjadi kampus idaman. Sebab, kampusini pernah mengalami masa lalu yang kurang menyenangkan. Iapernah menjadi kampus yang tidak diidamkan (second class). Iapernah melalui masa di mana ia hanya menjadi pelarian. Iahanya menjadi kampus yang tidak diperhitungkan. Bahwadulu, ketika saya baru lulus pesantren, banyak teman-temansaya yang merasa enggan untuk melanjutkan ke IAIN(Sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya. Alasan yang sayadengar dari mereka pada saat itu adalah karena IAIN SunanAmpel Surabaya (menurut mereka) termasuk dalam kategorikampus yang “tidak keren”. Ketika saya tanyakan kepada

hammis syafaq

157

mereka apa maksud dari pernyataan “tidak keren”, merekamenjelaskannya dengan menguraikan beberapa kriteria.

Di antara yang disampaikan kepada saya adalah lemahnyaIAIN Sunan Ampel Surabaya di bidang keilmuan, di mana(menurut mereka) keilmuan di IAIN Sunan Ampel Surabayatidak memiliki perbedaan (distingsi) dengan keilmuan yangmereka telah peroleh ketika di pesantren. Dengan kata lain, IAINSunan Ampel Surabaya dalam pandangan teman-teman saya saatitu tidak mampu memberikan ilmu tambahan atau ilmu yangmerupakan pengembangan dari materi yang diajarkan dipesantren. Ada stagnasi keilmuan di IAIN Sunan AmpelSurabaya. Bahkan tidak jarang dari teman-teman saya dikampung yang pernah sempat berkuliah di IAIN Sunan AmpelSurabaya di saat itu yang memutuskan untuk keluar dan pindahke kampus lain yang dianggap menjadi idaman.

Alasan lain yang membuat teman-teman saya tidak tertarikuntuk melanjutkan kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya adalahkarena ketidak mampuan kampus ini bersaing dengan kampus-kampus negeri lainya, bahkan juga dengan kampus-kampusswasta yang ada di Surabaya. Alasan ketiga adalah serapanlulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya di dunia kerja yang jugatidak dapat bersaing dengan alumni kampus-kampus yang ada diSurabaya. Alasan keempat adalah daya saing untuk masuk keIAIN Sunan Ampel Surabaya tidak seketat daya saing untukmasuk ke kampus-kampus lain yang ada di Surabaya. Ini karenamemang jumlah penerimaan mahasiswa baru dan jumlahpendaftar tidak seimbang, bahwa jumlah kebutuhan IAIN SunanAmpel Surabaya untuk menerima mahasiswa baru jauh lebihbanyak dari peminatnya, sehingga ada ungkapan popular di masaitu, bahwa ikut tes masuk perguruan tinggi negeri di IAIN SunanAmpel Surabaya dijamin lulus.

memikul “tradisi lama pedesaan” menuju “zona baru perkotaandan berkeadaban” di kampus uin sunan ampel surabaya

158

Banyak fakta dari teman-teman saya yang melanjutkan keIAIN Sunan Ampel Surabaya di saat itu hanya karena sudahditolak masuk ke perguruan tinggi lain. Tentu fakta ini sangatmenyudutkan IAIN Sunan Ampel Surabaya di masa itu, karenaseakan akan IAIN Sunan Ampel Surabaya hanya sebagai tempatpelarian atau tempat pembuangan bagi lulusan pesantren atauSMA yang tidak mampu bersaing masuk ke perguruan tingginegeri lainnya. Bahkan, di tahun 2003, ketika saya mengawalikarir saya sebagai dosen di IAIN Sunan Ampel Surabaya, sayamerasakan betapa beratnya menyampaikan materi kuliah kepadamahasiswa saya di kelas. Apalagi saya mengajar di FakultasUshuluddin, yang menurut penjelasan dari mahasiswa saya padasaat itu adalah karena Fakultas Ushuluddin ini dijadikan sebagaipelarian bagi mahasiswa yang tidak diterima di FakultasTarbiyah, salah satu fakultas terfavorit di IAIN Sunan AmpelSurabaya di masa itu.

Saya pernah merasakan betapa sulitnya mencari calonmahasiswa yang mau memilih Ushuluddin sebagai tujuan.Mengejar kuota jumlah minimal mahasiswa di fakultas ini begitumenyulitkan. Berbagai cara sudah dilakukan, mulai daripembuatan dan penyebaran brosur, sosialisasi ke berbagaisekolah dan pesantren, mengundang tokoh nasional,mengumpulkan para alumni dalam acara temu alumni, membukakelas beasiswa dan kelas unggulan, tetap saja belum mampumendongkrak fakultas ini menjadi fakultas idaman. Dalam forumnasional pun sering dikeluhkan hal yang sama bahwa fakultas initermasuk yang langkah peminat.

Dari kondisi itu saya memahami standar kemampuanmahasiswa yang masuk di IAIN Sunan Ampel Surabaya dalambersaing dengan mahasiswa di perguruan tinggi lain. Dari sisiakademis mereka adalah komunitas yang tersisihkan darikompetisi ujian masuk perguruan tinggi favorit. Secara

hammis syafaq

159

psikologis, motivasi untuk studi lanjut di IAIN Sunan AmpelSurabaya sebenarnya adalah tidak dimiliki oleh mahasiswa,karena IAIN Sunan Ampel Surabaya bukanlah tujuan utama.Dampaknya, ada rasa frustasi dalam diri mereka. Di sinilah bebanberat dosen yang mengajar di IAIN Sunan Ampel Surabayakarena menghadapi mahasiswa yang tidak memiliki energipositif di dalam menatap masa depan. Tidak heran jikapemandangan yang terlihat di dalam kampus IAIN SunanAmpel Surabaya adalah “perilaku bebas”, dari mulai bentukpergaulan, model etika dengan dosen, model penampilan fisik,sampai pada model pemikiran yang tidak karuan. Aksi demolebih disukai daripada berdiam diri di perpustakaan untukmembaca dan menulis tulisan. Mahasiswa yang belum lulussampai semester 12 pun banyak ditemui di kampus ini.

Dari sisi fasilitan, kampusIAIN Sunan Ampel kelihatankumuh, karena sampak ada di mana-mana, dan tidak tertata rapi.Bahkan toilet pun kondisinya sangat memperihatinkan. Hal initerjadi karena mahasiswa yang terserap masuk di IAIN SunanAmpel Surabaya adalah dari kalangan middle class bahkan lowerclass. Dari sisi ekonomi mereka termasuk yang berkekuranganatau “pas-pasan”. Yang dipikir di setiap harinya adalahbagaimana mampu memenuhi kebutuhan ekonominya, sehinggakonsentrasi ke materi kuliah menjadi berkurang. Tidak jarangmahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya di masa itu yang tidakmampu tinggal di kos-kosan karena tidak memiliki uang. Merekaakhirnya tinggal di dalam kampus tidak hanya di waktu siang,tetapi juga di waktu malam. Maka banyak camp-campmahasiswa yang ditemukan di dalam kampus, dan kondisikampus menjadi tidak karuan.

Jadi problem IAIN Sunan Ampel Surabaya di masa lalusangat kompleks, dari mulai sisi serapan mahasiswa, baik secaraakademik maupun ekonomi. Dari sisi sarana yang sangat terbatas.

memikul “tradisi lama pedesaan” menuju “zona baru perkotaandan berkeadaban” di kampus uin sunan ampel surabaya

160

Dari sisi budaya kebersihan oleh warga kampus yang kurangterdidik dengan baik. Dari sisi daya saing alumninya yangterserap di lapangan kerja tidak sesuai dengan kompetensikeilmuannya. Maka, tidak banyak mahasiswa IAIN Sunan AmpelSurabaya yang mau menampakan identitasnya sebagaimahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya karena malu dandianggap tidak bergensi. Tidak salah jika Masa itu, saya sebutsebagai masa kegelapan IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Seiring dengan perjalanan waktu, tepatnya di awal tahun2006, upaya pengembangan IAIN Sunan Ampel Surabaya mulaidilakukan. Dari mulai pengembangan jumlah prodi umum,peningkatan akreditasi prodi, peningkatan SDM dosen dalambentuk pengikutsertaan mereka pada acara Short Course,pelatihan, studi banding, Post Doctoral, dan studi lanjut ke luarnegeri, pemberian tunjangan sertifikasi dosen, perbaikan danpenataan fasilitas, penjaringan calon mahasiswa ke wilayah yanglebih luas (luar Jawa dan luar negeri) untuk peningkatan dayasaing, perbaikan kurikulum melalui kegiatan review dan redesignkurikulum, perbaikan sistem keuangan melalui perubahan statusmenjadi PK-BLU, pengembangan kelembagaan dengan peralihanstatus IAIN menjadi UIN, perluasan jaringan dengan pihak luaryang mampu mensupport dari sisi pendanaan, di antaranyadengan IDB.

Banyak ide-ide baru yang dibawa oleh dosen dan tenagakependidikan sepulang dari keikutsertaan mereka dari acarapelatihan, workshop, studi banding di luar negeri. Modelpembelajaran yang lebih kreatif dan menarik, penataan fasilitasyang mulai menggunakan peralatan modern, pelayananadministrasi yang cepat, pelayanan akademik yang teratur,penerimaan mahasiswa yang lebih slektif, materi kuliah yanglebih progresif, serta evaluasi pembelajaran yang lebih terukur,serta peningkatan jumlah mahasiswa yang lulus tepat waktu.

hammis syafaq

161

Periode ini menjadi masa awal IAIN Sunan Ampel Surabayamelakukan perubahan. Periode ini disebut sebagai masakebangkitan IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Perlahan tetapi pasti, pada saat ini hasil dari upaya IAIN itusudah mulai kelihatan. Prodi umum dan fakultas umum sudahbanyak bermunculan. Dosen yang sudah bergelar Doktor jugasemakin banyak bersebaran. Tenaga dosen dan kependidikanyang telah mengikuti studi banding, pelatihan, dan short courseke luar negeri juga mulai berperan. Penataan system juga sudahdilakukan melalui adanya SIAKAD dan SIMPEG. Peminat calonmahasiswa yang melanjutkan ke UIN Sunan Ampel Surabayajuga mulai berebutan. Nama IAIN telah berubah menjadi UINSunan Ampel Surabaya. Nampaknya perubahan status dari IAINmenjadi UIN banyak merubah image masyarakat tentangkampus ini. Banyak sekali orang tua yang berbondong-bondonguntuk mendaftarkan anaknya ke UIN Sunan Ampel Surabaya,terutama di prodi umum. Apalagi setelah gedung baru dan megah(twin towers) sudah dapat digunakan dan terlihat dari JalanAhmad Yani. Banyak mahasiswa yang mulai berfoto selfie didepan gedung baru tersebut untuk diupload di media socialsebagai status mereka. Iya, gedung ini kampus UIN Sunan AmpelSurabaya saat ini menjadi kebanggaan mahasiswanya. Mungkinmasa inilah masa keemasan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Dalam teori siklus peradaban disebutkan bahwa suatubangsa lahir, berkembang, mencapai masa kejayaan, kemundurandan kehancuran. Kemunduran bangsa-bangsa itu dikarenakanfactor sikap dan budaya mereka di saat mencapai titik keemasan.Di antara bentuknya adalah berfoya-foya, dan saling berebutkekuasaan. Maka, jika UIN Sunan Ampel Surabaya telahmemasuki masa perkembangan untuk mencapai titik kemajuan,ada kemungkinan memasuki masa kemunduran dan kehancuranjika terlena di masa kemajuan. Apalagi jika tradisi masa lalu

memikul “tradisi lama pedesaan” menuju “zona baru perkotaandan berkeadaban” di kampus uin sunan ampel surabaya

162

masih terus dipertahankan atau diwariskan kepada generasipenerus di masa kini. Maka harus ada upaya perubahan polaberpikir dan berperilaku warga kampus dari mulai mahasiswa,dosen dan tenaga kependidikan untuk berubah dari pola orangdesa (badawi) menjadi orang kota (mutahaddir).

Upaya merubah pola pikir dan perilaku itu penting karenapersoalan tradisi masa lalu yang masih melekat di warga kampusini belum bisa dirubah. Mari kita berangkat dari persoalanpenataan sarana yang hingga saat ini juga belum selesai. Iya,gedung megah twin towers telah difungsikan. Tetapi penataanruangan hingga kini belum selesai, sementara biaya operasionalsudah harus dikeluarkan karena gedungnya sudah difungksikan.Masalah tidak hanya di situ, budaya penghuni gedung baru itu,belum jelas siapa pelakunya, masih belum mampu mengikutimodel spesifikasi fasilitas yang ada di dalamnya. Contohsederhana, toilet di gedung baru itu berbentuk kloset duduk,sementara penggunanya masih terbiasa dengan kloset jongkok.Maka bisa dibayangkan ketahanan kloset itu jika tidakdigunakan sesuai dengan standarnya.

Contoh lain adalah model kran air yang sangat modern,sehingga penggunanya masih harus belajar tentang tata carapenggunaannya. Sementara di situ belum ditemukan petunjukteknis penggunaannya. Kondisi ini juga bisa membantu cepatnyakerusakan yang akan terjadi pada kran tersebut. Ditambahkondisi budaya kebersihan pengguna toilet umum yang belumterbiasa dengan tanggung jawab kebersihan dan keharumantoilet pasca penggunaan. Maka di gedung baru itu masihditemukan kotoran yang belum disiram, dan bau yang tidakmenyenangkan. Jumlah sampah yang harus diangkut dari gedungitu bertumpuk-tumpuk pada setiap harinya. Bahkan tempelankertas pun sudah ditemukan di mana-mana.

hammis syafaq

163

Saya merasakan betapa beratnya merubah tradisi lamapedesaan untuk menjadi tradisi baru perkotaan yangberperadaban. bagaimana sulitnya menata kendaraan denganlahan parkir yang semakin berkurang karena jumlah kendaraanbermotor semakin bertambah. Kemampuan membeli kendaraanbermotor tidak diiringi dengan pemahaman atau wawasantentang budaya parkir yang tertib dan tidak sembarangan.Sehingga kendaraan di kampus ini berserakan tidak beraturandan mengganggu pelintas jalan. Kita menjaga dan merapikanmotor di satu tempat parkiran, tetapi “kecolongan” di tempatparkiran lain yang tidak dipantau oleh bagian keamanan.Penataan sikap dan perilaku warga kampus masih terusmembutuhkan pengawasan. Itu menandakan bahwa wargakampus ini belum memiliki kesadaran, untuk berperilaku baikyang berwawasan.

Budaya merokok, yang masih saja dilakukan dengansembarangan tanpa mempedulikan lingkungan dan teman.Puntung rokok masih ditemukan di jalan-jalan, baik di tempatparkiran maupun tongkrongan. Kamar mandi atau toilet punmasih menebarkan bau pesing karena penggunanya tidak pedulidengan kebersihan. Botol atau gelas plastic bekas minuman jugamasih saja ditemukan di meja-meja kelas, ruangan dosen, ataupunruang pertemuan. Bungkus plastic bekas makanan juga demikian.Posters, spanduk, kertas pengumuman dan ucapan-ucapanselamat juga masih berserakan tanpa ada yang peduli dengankebersihan dan ketertiban, serta keindahan. Boleh kita banggadengan gedung UIN Sunan Ampel Surabaya yang megah, tetapibudaya kita masih budaya masa lalu yang memalukan.

Maka kini saatnya kita harus memikul tradisi masa lalupedesaan menuju zona baru perkotaan yang berkeadaban.Perpustakaan kita sudah terakreditasi A. itu artinya, dari sisiresources kita sudah berkecukupan untuk merubah pola pikir dan

memikul “tradisi lama pedesaan” menuju “zona baru perkotaandan berkeadaban” di kampus uin sunan ampel surabaya

164

perilaku yang berorientasi perkotaan. Secara sosial-ekonomis,mahasiswa kita sudah banyak dari kalangan berada danberkecukupan. Begitu juga dengan dosennya yang sudah banyakmemiliki wawasan tentang gaya hidup berkeadaban, apalagikemampuan finansialnya sudah berkecukupan karena adatunjangan profesi yang dihitung perolehannya pada setiap bulan.Fasilitas umum juga sudah dibenahi dengan baik sehinggakondisinya menjadi lebih nyaman. Ruangan dosen, kelas,pegawai, ruang rapat sudah dilengkapi dengan fasilitas AC. LCDproyektor juga sudah disediakan di setiap ruang kelaspembelajaran. Kini tinggal implementasi secara praktis dalambentuk perawatan dan pemanfaatannya secara baik, benar, danbertanggung jawab.

Tentu ini bukan pekerjaan ringan, karena terkait denganmemperbarui pola pikir dan perilaku masa lalu yang merupakanwarisan dari tradisi masa lalu yang sudah melekat di setiapindividu warga kampus ini. Maka merubah pola pikir danperilaku ini merupakan beban berat yang harus dipikul oleh parapengemban amanah dan tanggung jawab di kampus ini. Tetapibukan tidak mungkin upaya merubah itu dilakukan jika parapengemban amanah dan tanggung jawab di kampus ini maubekerja keras dan terus menerus secara kontinu mengawasi danmengontrol setiap saat dengan cara turun langsung ke lokasiuntuk melihat dan merasakan apa yang terjadi di lapangan. Tidakhanya duduk di menara kembar, menunggu keluhan, meresponkritikan, apalagi hanya asal memberikan perintah tanpamengetahui hekakat dari suatu masalah yang sesungguhnya.Sebab, jika hanya itu yang dilakukan, maka hanya akanmenunggun waktu datangnya masa kehancuran. Semoga amalibadah kita dalam menata UIN Sunan Ampel Surabaya ini bisamenjadi bagian dari modal kita untuk menghadap kepada Allahswt. Amin.

REFLEKSI PERJALANAN FAKULTASSYARIAH DAN HUKUM

UIN SUNAN AMPEL SURABAYASAHID HM

Peristiwa bersejarah tentang berdirinya IAIN SunanAmpel, yang pada saat itu bernama Al-Jami’ah Sunan Ampel,bermula dari keinginan sejumlah komunitas Muslim dan tokohmasyarakat Jawa Timur. Keingingan itu selaras dengan kondisisosio-religius Jawa Timur yang mayoritas penduduk beragamaIslam dan khas dengan pendidikan pesantren yang tersebar dihampir setiap sudut geografisnya. Kondisi semacam inimendorong mereka untuk berfikir tentang bagaimanakelanjutan pendidikan generasi Muslim yang telah mengenyampendidikan pesantren bisa mengembangkan keilmuan merekake jenjang lebih tinggi setingkat universitas. Berpijak daridasar pemikiran ini, mereka megajukan gagasan untukmendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yangbernaung di bawah Departemen Agama Republik Indonesia.1

1 Kepedulian dan loyalitas tinggi mereka telah sampai pada fase kematangan padatahun 1950-an dengan mengajukan gagasan untuk mendirikan Perguruan TinggiAgama Islam (PTAI) yang bernaung di bawah Departemen Agama. Lihat IAINSunan Ampel, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata 1 Tahun 1993, 2. Lihatjuga IAIN Sunan Ampel, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata 1 Tahun 2010,

refleksi perjalanan fakultas syariah dan hukumuin sunan ampen surabaya

166

Untuk mewujudkan gagasan tersebut, merekamenyelenggarakan pertemuan di Jombang pada tahun 1961.Dalam pertemuan itu, Profesor Soenarjo, Rektor UniversitasIslam Negeri Sunan Kalijaga, hadir sebagai nara sumber untukmenyampaikan pokok-pokok pikiran yang diperlukan sebagailandasan berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam dimaksud.Dalam akhir sesi pertemuan bersejarah tersebut, forummnegesahkan beberapa keputusan penting, yaitu: (1)membentuk panitia pendirian IAIN; (2) mendirikan FakultasSyariah yang berlokasi di Surabaya; dan (3) mendirikanFakultas Tarbiyah di Malang.2

Selanjutnya pada tanggal 9 Oktober 1961, dibentukYayasan Badan Wakaf Kesejahteraan Fakultas Syariah daFakultas Tarbiyah yang menyusun rencana kerja sebagaiberikut: (1) mengadakan persiapan pendirian IAIN SunanAmpel yang terdiri atas Fakultas Syariah di Surabaya danFakultas Tarbiyah di Malang; (2) menyediakan tanah untukpembangunan kampus IAIN seluas 8 (delapan) hektar yangterletak di Jalan A. Yani 117 Surabaya, dan (3) menyedikanrumah dinas bagi para Guru Besar.3

Pada tanggal 28 Oktober 1961, Menteri Agama RImenerbitkan SK Nomor: 17/1961 untuk mengesahkan pendirianFakultas Syariah di Surabaya dan Fakultas Tabiyah di Malang.Menyusul kemudian, pada tanggal 1 Oktober 1964, FakultasUshuluddin di Kediri diresmikan berdasarkan SK MenteriAgama Nomor: 66/1964. Pada tanggal 13 Mei 1965 tepatnya

2.Bacahttp://www.binasyifa.com/509/50/27/lima-fakultas-iain-sunan-ampel.htm(Diakses tanggal 10 September 2014).2 Lihat IAIN Sunan Ampel, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata 1 Tahun2004, 2-3. Lihat juga IAIN Sunan Ampel, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan ProgramStrata 1 Tahun 2010, 2.3Ibid.

sahid hm

167

dengan terbitnya Keputusan Menteri Agama No. 20 Tahun1966, menandai peresmian pembukaan Institut Agama IslamNegeri Al-Jami’ah Sunan Ampel dengan sejumlah konsiderasilogis, di antaranya adalah; (a) dalam usaha pengembangan diridan respon atas perubahan sosial dan dinamika masyarakatMuslim Indonesia, khususnya Jawa Timur; (b) bahwa di JawaTimur telah terdapat 3 (tiga) fakultas, yaitu Fakultas Syariahdi Surabaya, Fakultas Tarbiyah di Malang, dan FakultasUshuluddin di Kediri; dan (c) bahwa Panitia PersiapanPembukaan Institut Agama Islam Negeri Al-Jami’ah SunanAmpel di Surabaya telah menyelesaikan tugas-tugasnyadengan baik dan menyatakan siap untuk dilaksanakanperesmian. Sambil menunggu keputusan resmi dari P.J.M.Presiden Republik Indonesia tentang pengangkatan pejabatpada IAIN, maka ditunjuklah TK. H. Ismail Jakub, M.A., S.H.sebagai Pd. Rektor IAIN Al-Jami’ah Sunan Ampel di Surabaya.4

Dengan merujuk kepada SK Menteri Agama Nomor: 20Tahun 1965 di atas, pada tanggal 1 Juli 1975 Rektor IAIN SunanAmpel, yang pada saat itu dijabat oleh Drs. H. MarsekanFatawi, mengeluarkan SK Rektor Nomor: 147/SK/IAIN/P/1975,menetapkan pembukaan jurusan-jurusan yang ada dilingkungan IAIN Sunan Ampel, antara lain Jurusan MuamalahJinayah (MJ), Jurusan Qadla’ (Q), dan Jurasan Tafsir Hadis(TH).5 Tiga jurusan tersebut ada di Fakultas Syariah.

4 Sumber dikutip dari salinan Keputusan Menteri Agama No. 20 Tahun 1965tentang Peresmian Pembukaan Institut Agama Islam Negeri Al-Jami’ah SunanAmpel. Keputusan ini ditetapkan dan ditandatangani oleh Menteri Agama yang kalaitu dijabat oleh Prof. KH. Saifuddin Zuhri.5 Sumber dikutip dari Salinan SK Rektor IAIN Sunan Ampel Nomor:147/SK/IAIN/P/1975 tentang Pembukaan Program Jurusan pada Fakultas SyariahIAIN Sunan Ampel Surabaya. Inilah tiga jurusan yang menjadi cikal bakalperkembangan jurusan yang ada di lingkungan Fakultas Syariah dan masih eksissampai saat ini meskipun telah berevolusi menjadi nomenklatur yang sudahdisesuaikan dengan aturan yang ada. Lihat IAIN Sunan Ampel, Penyelenggaraan

refleksi perjalanan fakultas syariah dan hukumuin sunan ampen surabaya

168

Sejak tahun 1996, berdasarkan SK Rektor IAIN SunanAmpel Nomor: 55/PP.00.9/SK/96.6 telah terjadi perubahannama dan disiplin kajian. Jurusan Qadla’ berubah namamenjadi jurusan Ahwal al-Syahsiyah (AS) yang fokuskajiannya pada bidang hukum keluarga Islam. JurusanMuamalah-Jinayah mengalami ekspansi menjadi dua, jurusanMuamalah (M) dan jurusan Siyasah Jinayah (SJ). Selanjutnyajurusan Tafsir-Hadis (TH) yang dipindah ke FakultasUshuluddin diganti dengan nama jurusan PerbandinganMazhab dan Hukum (PMH) yang beberapa tahun berikutnyadihapus. Dengan demikian, jurusan yang berada di bawahnaungan Fakultas Syariah adalah jurusan Ahwal al-Syakhsiyah(AS), Muamalah (M), dan SJ (Siyasah Jinayah (SJ).7 Untukmemenuhi kebutuhan masyarakat dan memperluaspengembangan dimensi keilmuan fakultas, pada tahun 2008Fakultas Syariah membuka Program Studi Ekonomi Syariah.Realitasnya, Program Studi Ekonomi Syariah menjadi programstudi yang paling favorit dan diminati di Fakultas Syariah.

Kemunculan Program Studi Ekonomi Syariah di FakultasSyariah merupakan upaya dialogis dan respon akademisterhadap pesatnya perkembangan ekonomi Islam dan industriperbankan syariah serta lambaga-lembaga keuangan syariahlain yang saat ini menjadi idola bagi masyarakat luas karenamenjanjikan kehidupan dan kesempatan kerja yang layak. Pada

Pendidikan Program Strata 1 Tahun 1992, 2. Lihat juga IAIN Sunan Ampel, PanduanPenyelenggaraan Pendidikan Program S1, Tahun 1995, 2. Bacahttp://www.binasyifa.com/509/50/27/lima-fakultas-iain-sunan-ampel.htm (Diaksestanggal 10 September 2014).6 SK Rektor IAIN Sunan Ampel Nomor: 55/PP.00.9/96 ini merupakan pembetulanterhadap SK Rektor Nomor: 47/PP.00.9/SK/P/1996 tentang Penataan danPembuatan Jurusan Program S1 pada fakultas-fakultas di lingkungan IAIN SunanAmpel.7 Data dikutip dari lampiran SK Rektor IAIN Sunan Ampel Nomor: 55/SK/96.

sahid hm

169

sisi lain, kemajuan tersebut memerlukan sumber daya manusia(SDM) yang memadai, baik dari segi jumlah maupun kulitas.Tanpa SDM yang memadai, mustahil lembaga-lembagatersebut dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.Di sinilah peran strategis yang harus dimainkan oleh ProgramStudi Ekonomi Syariah, dengan mengambil peran pentingdalam penyiapan sumber daya manusia (SDM) yangdibutuhkan semua lembaga yang disebutkan di atas. PeranProgram Studi Ekonomi Syariah dalam menyiapkan SDMmenjadi sangat strategis sekaligus cukup menantang.Berdasarkan mandat itulah kemudian Program Studi EkonomiSyariah hadir di Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel.8

Pada tahun 2013 Fakultas Syariah berubah nama menjadiFakultas Syariah dan Ekonomi Islam. Dengan nama ini,Program Studi Ekonomi Syariah semakin kokoh di FakultasSyariah. Selain itu, jurusan Siyasah Jinayah yang awalnya jadisatu diperjuangkan menjadi dua Program Studi, yaitu Siyasah(Hukum Tata Nagara) dan Jinayah (Hukum Pidana Islam).Pada tahun 2014, surat izin dari Kementerian Agama turun.Dengan demikian, Fakultas Syariah memiliki 5 (lima) ProgramStudi: (1) Ahwalus Syakhsiyah (Hukum Keluarga Islam); (2)Muamalah (Hukum Ekonomi Syariah); (3) Jinayah (HukumPidana Islam), dan (4) Siyasah (Hukum Tata Negara Islam),dan (5) Ekonomi Syariah.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka IAIN SunanAmpel sebagai basis kajian ilmu-ilmu ke-Islam-an harusmemberikan alternatif jawaban atas berbagai isu sosial, politik,budaya, dan ekonomi, khususnya bagi masyarakat Jawa Timur.Berangkat dari semangat interkoneksitas, integralitas, danmulti disipliner, maka pada tanggal 1 Oktober 2013, IAINSunan Ampel secara resmi berubah menjadi UIN Sunan Ampel

8 Lihat Borang Program Studi Ekonomi Syariah.

refleksi perjalanan fakultas syariah dan hukumuin sunan ampen surabaya

170

(UINSA) Surabaya berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 65Tahun 2013.9 Perubahan ini tentu membawa dampak padastuktur organisasi di hampir semua fakultas, termasukFakultas Syariah dan Ekonomi Islam. Dengan keputusanPresiden ini, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam berdasarkanPMA RI No 8 Tahun 1994, terjadi perubahan nomenklatoryang kemudian menjadi Fakultas Syariah dan Hukum. Dengandemikian, Program Studi Ekonomi Syariah di Fakultas Syariahdan Hukum ditransfer ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam(FEBI).

Sejalan dengan tuntutan umat Islam yang selainmenghendaki adanya pelayanan penyelenggaraan pendidikanyang profesional dan berkualitas tinggi juga lebih menawarkanbanyak pilihan. Hal ini terjadi sebagai akibat dari adanyatuntutan dari era globalisasi yang menghendaki lahirnyamanusia-manusia yang unggul dan mampu merebut peluangdalam situasi dan kondisi yang penuh tantangan dankompetitif. Selain itu, karena telah terjadi perubahan padatingkat ekonomi dan kesejahteraan umat semakin baik,menyebabkan mereka yang memiliki kemampuan lebih mapandari segi ekonomi ingin mendidik putra-putri mereka padajurusan dan program pendidikan yang berkualitas unggulmeski harus membayar dengan biaya lebih tinggi.10

9 Perubahan IAIN menjadi UIN secara otomatis juga berubah sebaran fakultas darihanya lima fakultas (Adab, Dakwah, Syariah, Tarbiyah, dan Ushuluddin) menjadi 9(sembelan) fakultas, yaitu: (1) Fakultas Adab dan Humaniora; (2) Fakultas Dakwahdan Ilmu Komunikasi; 3) Fakultas Syariah dan Hukum; (4) Fakultas Tarbiyah danKeguruan; (5) Fakultas Ushuluddin dan Filsafat; (6) Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik; (7) Fakultas Psikologi dan Kesehatan; (8) Fakultas Ekonomi dan BisnisIslam; dan (9) Fakultas Sain dan Teknologi.http://id.wikipedia.org./wiki//UIN_Sunan_Ampel. (Diakses pada tanggal 20September 2014).10 http://mediakifa.blogspot.com/2012/sejarah-berdirinya-universitas islam.html.(Diakses tanggal 12 September 2014).

sahid hm

171

Untuk merespon hal tersebut, Fakultas Syariah danHukum pada tahun 2014, mengajukan 3 (tiga) Program Studi,yaitu: (1) Program Studi Perbandingan Mazhab; (2) ProgramStudi Zakat dan Wakaf, dan (3) Program Studi Ilmu Falak.Pada Tahun 2015 surat izin pembukaan dari KementerianAgama turun, sehingga pada tahun itu pula, Fakultas Syariahdan Hukum menerima mahasiswa di tiga Program Studi.11

Dengan demikian, tahun 2015 Fakultas Syariah dan Hukummemiliki tujuh Program Studi, yaitu (1) Hukum KeluargaIslam, (2) Hukum Ekonomi Syariah, (3) Hukum Pidana Islam,(4) Hukum Tata Negara, (5) Perbandingan Mazhab, (6) Zakatdan Wakaf, dan (7) Ilmu Falak.

Berawal dari adanya realitas sosial yang semakinberkembang, beragam budaya, perubahan geografis, pola pikir,pertumbuhan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi yangbegitu pesat, dunia kerja yang menuntut profesionalitas tinggi,maka UIN yang lebih berkonsentrasi pada Islamic Studies(kajian-kajian ke-Islam-an) pada awalnya, dirasa perlu untukmereduksi dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan umum. UINSunan Ampel harus memiliki kemampuan untuk bersandingdengan derasnya arus modernitas. Dengan demikian, UINSunan Ampel telah menjawab asumsi kurang sedap yangterjadi dalam masyarakat dengan berupaya kerasmendialogkan antara keduanya menjadi sebuah jalinan yangsaling terintegrasi. Oleh sebab itu, interaksi dan interkoneksiinten antara ilmu-ilmu agama dan capaian kemajuan zamanyang bersifat progresif adalah sebuah keniscayaan.12

11 Baca Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: 1511 Tahun 2015tentang Izin Penyelenggaraan Program Studi Pada Program Sarjana UniversitasIslam Negeri Sunan Ampel Surabaya Tahun 2015.12 Azyumardi Azra mengatakan bahwa perubahan IAIN menjadi UIN pada dasarnyabertujuan untuk mendorong usaha reintegrasi epistemologi keilmuan dalam rangkameminimalisir dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum. Hal ini

refleksi perjalanan fakultas syariah dan hukumuin sunan ampen surabaya

172

Fakultas Syariah dan Hukum, bagian dari UIN SunanAmpel berupaya mengintegarasikan kajian hukum Islam danhukum umum. Dalam hal ini, skripsi mahasiswa diarahkanuntuk melakukan studi komporasi antara hukum Islam denganhukum positif di Indonesia, terutama Program Studi HukumPidana Islam. Dengan melakukan studi komparasi, alumniFakultas Syariah dan Hukum menguasai dua hukum, yaknihukum Islam dan hukum positif di Indonesia.

Untuk memantapkan penguasaan terhadap hukumpositif di Indonesia dan sekaligus menjadikan fakultas yangkompetitif di tingkat eksternal, Fakultas Syariah dan Hukumpada tahun 2015 mengajukan Program Studi Ilmu Hukum.Sekitar bulan Pebruari 2016, rekomendasi turun tetapi tidakboleh membuka dan menerima mahasiswa baru sebelum suratizin dari Kementerian Riset dan Teknologi turun. Konsentrasidari Program Studi Ilmu Hukum yang diajukan ada empat,yaitu (1) Hukum Perdata, (2) Hukum Pidana, (3) Hukum

adalah penting dalam rangka memberikan landasan moral Islam terhadapperkembangan iptek dan sekaligus mengartikulasikan ajaran Islam secaraproporsional di dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, perubahan IAINmenjadi UIN tampaknya merupakan satu kebutuhan masyarakat Muslim Indonesiauntuk menghapus paradigma dikotomi pendidikan yang selama ini menjadikekhawatiran umat Islam. Di sisi lain perubahan IAIN menjadi UIN merupakanlangkah maju umat Islam untuk menitipkan generasinya yang unggul ke dalamsendi-sendi kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Beberapa alasan yagmelatarbelakangi perlunya konversi IAIN menjadi UIN, di antaranya: (1) adanyaperubahan sistem pendidikan pada Madrasah Aliyah, dari sekolah yang bermuatanagama murni menjadi sekolah umum yang berdialog dengan ilmu umum; (2)perlunya integrasi dikotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum; (3)dalam dunia kerja, lulusan IAIN akan meningkatkan daya saing para alumninyaserta dapat memasuki lapangan kerja yang lebih luas; (4) memperluas ruang gerak,mobilitas tinggi, dan memberi jawaban atas asumsi marginal bagi para lulusannya;(5) perubahan ini sejalan dengan semangat Islam sebagai agama yang bersifatresponsif dan fleksibel untuk bisa bersanding dengan modernitas. Lihathttp://www..uinsby.ac.id/index/php.uinsa/selamat-datang. (Diakses tanggal 15September 2015).

sahid hm

173

Bisnis, (4) dan Hukum Tata Negara. Konsentrasi inidisesuaikan dengan Sumber Daya Manusia Fakultas Syariahdan Hukum yang melipati empat hal tersebut. Di samping itu,empat konsentrasi ini dalam Program Studi Imu Hukum sudahdikafer oleh Program Studi Hukum Keluarga Islam, HukumPidana Islam, Hukum Ekonomi Syariah, dan Hukum TataNegara. Dengan demikian, jika izin pembukan Program StudiIlmu Hukum turun di tahun ini, SDM dan struktur akademiktelah memenuhi.

Dengan berubahnya Fakultas Syariah dan Ekonomi Islamke Fakultas Syariah dan Hukum, interaksi keilmuan denganFakultas Hukum di luar UIN semakin dinamis danmenggaerahkan. Fakultas Hukum UNAIR, Fakultas HukumUB, Fakultas Hukum UGM, Fakultas Hukum UniversitasPajajaran, Fakultas Hukum Universitas Andalas, FakultasHukum UNNES, Fakultas Hukum Udayana, Fakultas HukumUNS, Fakultas Hukum Universitas Tanjung Pura, FakultasHukum Universitas Sam Ratulangi, dan Fakultas HukumUniversitas Pasundan adalah, di antara Fakultas Hukum yangselalu berinteraksi dengan Fakultas Syariah dan Hukum.Selain itu, kajian-kajian hukum dari berbagai instansi, baikinstansi pemerintah maupun non pemerintah, Fakultas Syariahdan Hukum selalu diundang dan selalu terlibat secara aktifdalam kegiatan tersebut. Pada tahun 2016, ada dua kelompokdosen dari Fakultas Syariah dan Hukum yang lolos dalampengajuan penelitian Kolektif di BKKBN, yaitu kelompok Dr.H. A. Imam Mawardi, M.A. dan kelompok Dr. Sri Warjiyati,S.H., M.H. Dengan demikian, Fakultas Syariah dan Hukummendapat pengakuan dari berbagai kalangan yang sebelumnyatidak bisa, karena dianggap fakultas agama.

Pada tahun 2015, Fakultas Syariah dan Hukumbekerjasama dengan Komisi Yudisial dalam bidang Pendidikan

refleksi perjalanan fakultas syariah dan hukumuin sunan ampen surabaya

174

Etik dan Hukum yang diselenggarakan di Fakultas Syariah danHukum selama satu tahun. Setelah kegiatan Pendidikan Etikdan Hukum selesai, diadakan Jambore Nasional di Sukabumiuntuk melihat hasil kerjasama. Mahasiswa Fakultas Syariahdan Hukum banyak meraih piala, meskipun di bawah satutingkat dari Fakultas Hukum Universitas Andalas. Kerjasamaini mendapat sambutan yang luar biasa dari Komisi Yudisial,sehingga kerjasama dilanjutkan pada tahun 2016 dan MoUdilakukan di Fakultas Hukum UI.

Progresifitas yang dilakukan oleh Fakultas Syariah danHukum mengalami kendala. Aktivitas tidak seimbang dengananggaran yang disediakan sehingga menjadi peghambat dalambergerak. Dengan anggaran yang terbatas, Fakultas Syariahdan Hukum hanya bisa melaksanakan kegiatan yang bersifatinternal dan tidak bisa melaksanakan kegiatan yangberekspansi ke eksternal. Fakultas Syariah dan Hukumsementara ini hanya menjadi fakultas yang diundang, bukanmenjadi fakultas yang mengundang. Kalau mengundang,kegiatan dalam skala kecil karena keterbatasan dana. Untukmenjadikan Fakultas Syariah dan Hukum berkompetisi danberekspansi, desentralisasi anggaran perlu dilakuan agarFakultas Syariah dan Hukum bisa beraktivitas, minamal setaradengan Fakultas Hukum besar yang lain.

Untuk memeprkenalkan Fakultas Syariah dan Hukum,para mahasiswa diutus ke berbagai even untuk mengikutilomba, baik lomba peradilan semu, lomba debat hukum, lombawirausaha, dan lain-lain. Dengan mengutus beberapamahasiswa untuk mengikuti beberapa even, Fakultas Syariahdan Hukum semakin dikenal oleh berbagai perguruan tinggilain, khususnya Fakultas Hukum. Untuk menyiapkan pesertalomba, Fakultas Syariah dan Hukum membentuk tim daridosen untuk merekrut mahasiswa yang potensial dalam bidang

sahid hm

175

hukum. Dengan demikian, upaya maksimal dilakukan sejakdini agar kualitas mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukumtampak di luar. Hasil yang dicapai tidak mengecewakan.

Dalam konteks titel, Fakultas Syariah dan Hukummembuat program doeble degree (joint degree). Jika Program StudiIlmu Hukum turun dan berjalan sampai semester 5 (lima),program doeble degree akan dilaksanakan. Program iniberorientasi pada pemberikan kesempatan kepada mahasiswayang program studinya di bawah Ilmu Syariah untukmengambil titel S.H., demikian juga sebaliknya memberikankesempatan bagi mahasiswa yang program studi di IlmuHukum untuk mengambil titel S.H.I. Setiap mahasiswaFakultas Syariah dan Hukum diperkenankan mengikutiprogram doeble degree. Prsyaratan mereka mengikuti programdoeble degree, rata-rata IP di atas 3.0. Dengan program ini,Fakultas Syariah dan Hukum diharapkan menjadi kompetitif,baik di perguruan tinggi yang berbasis syariah maupun diperguruan tinggi yang berbasis hukum.

refleksi perjalanan fakultas syariah dan hukumuin sunan ampen surabaya

176

BAHASA ARAB :MODAL SOSIAL YANG TERABAIKAN

ABDUL KADIR RIYADI

Sebagai bagian dari statusnya selaku Khalifah, manusiaselalu cenderung untuk merubah nasibnya ke arah yang lebihbaik. Sudah selayaknya, dalam rangka mencapai tujuan itu,manusia melakukan berbagai upaya dengan mengerahkansegenap pemikiran dan merencanakan berbagai tindakan. Dandalam melakukan hal itu, sudah tentu manusia tidak bisa lepasdari pertimbangan-pertimbangan tehnis dan strategis -padasatu sisi- dan ketersediaan sumber daya –baik alam, manusiamaupun sosial- pada sisi lain.

Walaupun dalam sejarahnya, manusia telah melakukanbanyak hal, baik yang bersifat praktis maupun konseptualuntuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia, masih sajaterdapat masalah penting yang tertinggal atau modal-modaltertentu yang terlupakan. Padahal modal tersebut bisa sajamerupakan faktor paling menentukan dalam prosespencapaian suatu tujuan. Apa yang dialami oleh bangsa-bangsa tertentu yang memiliki ketersediaan sumber daya alam,manusia dan sosial yang melimpah namun gagal dalammenjalankan roda pembangungan adalah contoh masih adanyakekeliruan atau kesalahan dalam mengelola dan memanfaatkansumber daya yang tersedia. Itu pada tataran praktis.

bahasa arab : modal sosial yang terabaikan

178

Pada tataran teoretis, kegagalan itu bisa juga disebabkankarena kesalahan memahami makna konsep sumber daya itusendiri. Selama ini banyak orang yang memahami sumber dayasebatas pada sumber daya alam dan manusia. Ada juga yangmemasukkan sumber daya sosial sebagai bentuk sumber daya,tapi gagal mendefinisikan apa itu sumber daya sosial danmengidentifakasi apa saja yang dapat dianggap sebagai sumberdaya sosial tersebut.

Berkaitan dengan sumber daya alam, sudah hampirdisepakati secara luas bahwa hal itu merupakan segala sesuatuyang berada di alam sekitar untuk dimanfaatkan oleh manusiademi kemajuan yang ingin dicapainya. Demikian halnyadengan sumber daya manusia. Hampir semua orang pun telahmencapai kata sepakat bahwa apa yang disebut sebagaisumber daya manusia adalah yang dapat diartikan sebagaiketerampilan atau kemampuan yang dimiliki oleh menausiauntuk mengelola dan memanfaatkan alam sekitar demikemajuan dirinya.

Sementara itu, sumber daya sosial dimaknai sebagaisebuah potensi sosial yang dimiliki oleh indifidu. Mengacupada pengertian ini, manusia dipandang tidak hanya dalamkontek kemampuan dan keterampilannya saja, tapi jugasebagai indifidu yang dilingkupi oleh nilai, norma, keyakinan,kepercayaan dan etos untuk menjalin hubungan dengansesama.

Dibanding sumber daya alam dan sumber daya manusia,sumber daya sosial belum mendapat perhatian yang cukup dariberbagai kalangan, padahal perannya dalam sebuah prosespembangunan sangatlah besar. Sangat penting peran sumberdaya sosial ini, hingga sangat mungkin sebuah prosespembangunan mengalami kegagalan –terutama pada tataransosial- jika sumber daya sosial ini diabaikan. Sudah sangat

abdul kadir riyadi

179

banyak contohnya di mana kemajuan ekonomi justrumenimbulkan kesenjangan sosial yang amat curam antara yangmiskin dan yang kaya, bahkan antara yang kaya sekalipun.Banyak pula contoh di mana kemajuan ekonomimengakibatkan kerusakan alam dan lingkungan karena aspeksosial tersebut diabaikan.

Seringkali, sebuah hasil proses pembangunan yangmengandalkan sumber daya alam dan manusia runtuh karenanorma dan kepercayaan sosial tidak dipertimbangkan dalamproses pembangunan itu. Hasil pembangunan begitumudahnya memudar gara-gara tidak dibarengi denganlandasan norma atau dengan bentuk-bentuk sumber dayasosial lainnya.

Bahasa Sebagai Sumber Daya SosialDari sedikit perhatian tentang sumber daya sosial, belum

ada –sejauh yang saya tahu- yang menganggap bahasa sebagaibentuk dari sumber daya sosial ini. Faktanya, baik pemerhatimaupun pengguna bahasa belum ada yang mencobamemanfaatkan bahasa sebagai modal sosial yang potensialuntuk pembangunan sebuah masyarakat. Mungkin BahasaInggris dan beberapa bahasa penting dunia lainnya adalahpengecualian. Namun bahasa-bahasa penting itu yang sudahmemiliki nilai komersial sekalipun seringkali justru gagalmenjadi bahasa yang dapat menjadi media kestabilan ataukemajuan dalam sebuah masyarakat terutama secara moral dansosial. Buktinya, Bahasa Inggris belum sepenuhnya berhasilmenjadi bahasa penghubung peradaban dan budaya. Padahaldalam statusnya sebagai bahasa internasional mestinya BahasaInggris dapat menjalankan tugas itu.

Secara umum sebuah bahasa adalah modal sosial yangpenting dan strategis untuk menjalin komunikasi dengan

bahasa arab : modal sosial yang terabaikan

180

sesama. Ia merupakan konstituen penting dalam prosesmencapai suatu tujuan.

Bahasa Arab dengan kekuatan linguistik dan sastranyapernah mampu menyihir –dan kemudian menggerakkan-jutaan manusia dari berbagai generasi untuk melakukansesuatu demi kebaikan dan kebajikan ummat manusia. BahasaArab yang tertuang dalam al-Qur'an dan al-Hadithumpamanya, memiliki tingkat keindahan yang luar biasa,sehingga dengan keindahakannya itu, banyak orang yangtergerak dan terilhami untuk melakukan sesuatu yang positifdan konstruktif.

Pada tataran yang paling sederhana, bahasa dapatdigunakan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hidupbermasyarakat, kita butuh berinteraksi, kemudian dalamberinteraksi kita butuh berkomunikasi, dan dalamberkomunikasi kita butuh bahasa. Seberapa besar pontensiyang dimiliki oleh bahasa untuk keperluan kehidupan manusiadapat dilihat dari status manusia itu sendiri sebagai –dalamBahasa Arab- hayawān nātiq, binatang yang berbicara. Manusiabaru bisa disebut manusia ketika ia dapat berbicara. Tapi iatidak dapat berbicara kalau tidak ada bahasa. Begitulahpentingnya bahasa.

Jadi, bahasa adalah medium yang menjadikan manusiasebagai manusia. Kata-kata nātiq adalah predikat yang melekatpada dirinya dan membedakannya dengan binatang danmakhluq-makhluq yang lain. Kata-kata itu jugamengindikasikan bahwa keseluruhan eksistensi dan aktifitasmanusia mulai dari perbincangan ringan di kedai kopi hinggakonferensi tingkat tinggi tergantung pada bahasa sebagaimediumnya. Upaya menyampaikan ajaran suatu agama,mempertahankan norma, menjalin hubungan dan solidaritasantar sesama juga memerlukan bahasa. Banyak tindakan-

abdul kadir riyadi

181

tindakan kita -baik yang terencana maupun yang spontanitas-tidak dapat berjalan tanpa bahasa. Kegiatan spontanitasseperti saling sapa, atau yang terencana seperti membantusesama, bahu-membahu, dan kerja sama sosial, hanya dapatterlaksana dengan bahasa.

Karenanya, bahasa tidak dapat disepelekan. Denganpotensi dan peran strategisnya yang besar, bahasa harusdipahami sebagai suatu modal sosial sejajar dengan modal-modal sosial lainnya seperti norma, budaya atau agamasekalipun. Jika norma, budaya dan agama dapat menjadikerangka bangunan kepercayaan antar indifidu –dan dengandemikian dapat melandasi hubungan sesama- maka bahasadengan fungsinya sebagai alat komunikasi dapatmempertautkan kekerabatan dalam satu keluarga, suku,maupun bangsa.

Bahasa dengan demikian, berperan sebagai perekat. Iadapat menumbuhkan benih-benih kekerabatan dan kebaikandalam hubungan –bukan hanya antar suku- tapi juga lintasbangsa dan agama. Bisa jadi, dua orang yang seagamamengalami kesulitan menjalin hubungan persaudaraan karenaterkendala oleh bahasa. Sebaliknya, dua orang yang berbedaagama dapat menjalin hubungan dengan baik karena dapatberkomunikasi dengan bahasa yang baik.

Oleh karena itu bahasa tidak dapat dipandang sebelahmata. Kegagalan melihat dan menganggap peran pentingbahasa akan berpotensi pada runtuhnya peran penting sumberdaya atau modal sosial lain termasuk agama. Seluruh modalsosial dengan berbagai keberagamannya membentuk jejaringyang saling kait mengkait. Dan dengan demikian satu modalsosial dengan modal sosial lain akan saling mempengaruhi danmelengkapi.

bahasa arab : modal sosial yang terabaikan

182

Jika kita pahami lebih mendalam, berbagai bentuk modalsosial seperti bahasa, norma, agama dan budaya dapat secarabersama-sama membentuk kolaborasi sosial untukkepentingan manusia. Modal-modal sosial itu dapat –umpamanya- membangun ikatan bersama yang mempertalikanmanusia sebagai faktor dan pelaku sosial. Lebih jauh, modal-modal sosial itu dapat memberikan dukungan terhadapberbagai bidang kegiatan manusia. Pada bidang budaya, modalsosial dapat menjadi jembatan dan penghubung antara budayaatau nilai-nilai tradisional dengan nilai-nilai modern. Padaaspek politik, modal sosial dapat menjadi penyumbangterhadap lahirnya tata pemerintahan yang demokratis, danterwujudnya tata hukum yang lebih baik. Secara sosial, modalsosial mempermudah terciptanya solidaritas dan tanggungjawab antar sesama. Sementara pada aspek ekonomi, modalsosial dapat menyumbang terwujudnya keadilan bagi semua.

Bahasa Arab: Modal Sosial yang TerabaikanPemahaman bahasa sebagai modal sosial berlandaskan

pada suatu asumsi bahwa suatu masyarakat tidak dapatmengembangkan dirinya tanpa suatu ikatan. Bahasa –termasuk Bahasa Arab dan Inggris- dalam kaitan ini dipahamisebagai sesuatu yang dapat mengikat antara satu anggotamasyarakat dengan yang lain. Seperti bahasa-bahasa yang lain,dua bahasa ini memiliki daya pikat yang menguatkan perasaanbersahabat, saling simpati, membangun dinamika hubungansosial serta kerja sama yang erat antar pengguna bahasatersebut. Khusus Bahasa Arab -bahasa ini berbeda denganbahasa lain- memiliki daya pikat yang lebih kuat karenamerupakan bahasa agama dan akidah di samping bahasakomunikasi. Betapapun kita harus sadar bahwa ajaran Islam

abdul kadir riyadi

183

tidak akan pernah dapat sampai kepada kita tanpa melaluisebudah medium bernama Bahasa Arab.

Atas dasar itu, ada cukup alasan untuk menganggapbahwa Bahasa Arab merupakan sumberdaya yang potensialbaik secara sosial apalagi secara agama dan akidah.

Anggapan ini semakin benar jika kita lihat bahwa BahasaArab selama ini telah mampu menjadi perekat antar ummatIslam dari berbagai suku dan bangsa. Selama 14 abad, bahasaini telah menjadi pemain utama dalam proses perkembangandan kemajuan peradaban Islam secara historis, peradaban,pemikiran maupun secara penyebaran ajaran agama Islam yangagung ini.

Peran besar Bahasa Arab dalam membangun masyarakatIslam tidak bisa lepas dari dua unsur yang dimilikinya dansudah merupakan "bawaan lahir" dari Bahasa Arab itu sendiri;yaitu unsur kognitif dan relasional.

Dimensi kognitif dimiliki oleh Bahasa Arab karenabahasa ini memiliki muatan nilai dan kandungan ilmupengetahuan. Dengan dimensi ini saya bermaksud bahwaBahasa Arab memiliki kandungan makna yang kaya dan dalamserta sarat dengan nilai dan norma. Ini bisa dilihat dari BahasaArab yang digunakan oleh al-Qur’an. Setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna yang multi-interpretatif dan jugamemiliki pesan normatif yang sangat kuat. Karena itu, al-Qur’an dengan Bahasa Arabnya yang mengandung dimensikognitif telah mampu memstimulasi kajian dan produktifitasgerakan keilmuan ummat Islam yang signifikan dari segikualitas dan kuantitas. Sudah tidak terhitung, berapa banyakkitab dan buku ilmiah yang lahir dari “rahim” al-Qur’an.Sudah tidak terhitung pula berapa banyak pemikir, ulama danpeneliti yang menggeluti dan mengabdikan hidupnya untuk

bahasa arab : modal sosial yang terabaikan

184

mengkaji al-Qur’an. Itu semua tidak lepas dari peran BahasaArab yang mengandung sisi kognitif tersebut.

Bahasa Arab –terutama yang digunakan oleh al-Qur’andan al-Sunnah- juga mengandung muatan normatif. Sayayakin setiap orang Islam setuju bahwa Bahasa Arab lebihsakral ketimbang bahasa-bahasa lain. Kesakralan inidisebabkan karena Bahasa Arab merupakan bahasa wahyu. Inisekaligus menguatkan dugaan kita bahwa bahasa ini memangmengandung muatan normatif.

Dimensi kedua dari Bahasa Arab adalah dimensirelasional. Jika dimensi pertama tidak dimiliki oleh setiapbahasa, maka tidak demikian dengan dimensi kedua ini. Setiapbahasa memiliki dimensi relasional karena setiap bahasaberguna sebagai alat komunikasi. Dimensi relasional suatubahasa dipahami dari sudut pandang fungsinya sebagai alatkomunikasi. Dimensi relasional ini juga meniscayakan bahwasetiap bahasa memiliki kapasitas untuk mewadahiterbentuknya sebuah komunitas dan sekaligus membatuterjadinya hubungan-hubungan antar indifidu dalamkomunitas tersebut. Dimensi relasional bahasa menjadi sangatpenting karena komunitas dan hubungan serta komunikasiantar indifidu dalam komunitas itu tidak dapat terjadi tanpabahasa.

Bahasa Arab dapat memainkan fungsi relasional tersebutdengan baik. Dalam sejarahnya yang panjang, ummat Islamtelah membentuk suatu masyarakat yang unik (ummah) dengankarakteristik, tradisi dan budayanya sendiri. Dalam prosespembentukan komunitas ini, Bahasa Arab tentu memainkanperan pentingnya di samping sebagai alat komunikasi antarsesama muslim juga sebagai perekat bagi mereka.

Kecintaan ummat Islam terhadap Bahasa Arab tidakdapat dipungkiri. Bahkan Nabi Muhammad sendiri

abdul kadir riyadi

185

menganjurkan agar Bahasa Arab sebagai bahasa agama terusdipelajari. Kenyataan ini semakin memperkuat keyakinan kitabahwa dalam jejaring struktural dan sosial yang ada dalamkomunitas muslim, Bahasa Arab merupakan bagian integralyang tidak dapat dipisah-pisahkan baik dari ajaran agamamaupun dari eksistensi ummat Islam itu sendiri.

Pentingnya Bahasa Arab dengan dua dimensinya tersebutdi atas, dengan demikian dapat diukur paling tidak dari tigakomponen utama.

Pertama: keunggulan ilmiah. Hal ini berupa sistemgagasan yang ada dalam Islam mengenai agama, filsafat, ilmupengetahuan dan sejenisnya. Komponen ini dapat berkembangsalah satunya karena Bahasa Arab. Pemikiran ke-Islamansejatinya jauh lebih unggul dari pemikiran keagamaan yangberkembang dalam agama-agama lain termasuk Yahudi danKristen. Ini bisa dilihat dari jumlah karya ilmiah yangbersumber dari agama dan Kitab Suci masing-masing. Semuaini tentu terjadi karena kontribusi Bahasa Arab yangsignifikan.

Kedua: keteladanan nilai. Yaitu serangkaian nilai, normadan kepercayaan yang menjadi pegangan hidup bagi ummatIslam. Sebagai agama, Islam memiliki sistem kepercayaan yangsangat kuat dan kokoh. Sistem kepercayaan ini tidak dapatdikomunikasikan kepada para penganutnya kecuali denganbahasa. Dan Bahasa Arablah yang telah memainkan perantersebut.

Ketiga: kelembagaan sosial, yaitu ummah. Di bawahlembaga ummah ini masih banyak lagi subkategori lembagayang secara struktural dan kultural memiliki cara kerja yangsama dengan konsep ummah, dalam artian sama-samaterbangun atas dasar kepentingan ummat Islam. Di Indonesia,organisasi-organisasi sosial keagamaan seperti NU dan

bahasa arab : modal sosial yang terabaikan

186

Muhammadiyah dapat dipandang sebagai organisasisubkategori ummah. Bahasa Arab tidak dapat dipungkirimemainkan perannya yang sangat strategis baik dalam tubuhummah maupun dalam tubuh organisasi-organisasisubkategori ummah. Jika kita perhatikan, baik simbolmaupun nama NU dan Muhammadiyah sendiri menggunakansimbol dan Bahasa Arab.

Itulah sedikit gambaran tentang potensi besar yangdimiliki oleh Bahasa Arab. Namun ada pula sisi lain daribahasa ini. Yaitu terlepas dari potensinya yang besar, BahasaArab tidak mampu bersaing dengan bahasa-bahasa lain secaraglobal. Tidak seperti Bahasa Inggris, Bahasa Arab gagalmenjadi bahasa dunia. Bahasa Inggris telah menjadi bahasadunia yang digunakan oleh masyarakat dunia di hampir segalabidang mulai dari alat komunikasi biasa hingga bisnis dan ilmupengetahuan. Padahal Bahasa Arab memiliki potensi untukitu. Akibatnya secara komersil, Bahasa Arab tidak laku dijualseperti halnya dengan Bahasa Inggris atau bahasa-bahasadunia lainnya seperti Perancis, Spanyol dan bahkan Mandarindan Jepang. Di negara-negara Arab sendiri, Bahasa Arabseringkali justru tergeser oleh bahasa lain terutama dalamdunia bisnis dan informasi teknologi. Di hampir seluruhpelosok dunia, seseorang yang mampu berbahasa Inggris dapatdipastikan akan mendapatkan pekerjaan dengan relatif lebihmudah dan dengan gaji yang relatif lebih tinggi. Namun tidakdemikian halnya dengan Bahasa Arab.

Inilah yang saya sebut sebagai potensi Bahasa Arab yangterabaikan. Potensi-potensi yang secara singkat saya jelaskandi atas, tidak mampu dimanfaatkan oleh Bahasa Arab danpenggunanya untuk mengembangkan eksistensinya padatataran dunia, padahal Bahasa Arab mampu untuk itu.Tantangan bagi para peminat dan pengguna Bahasa Arab

abdul kadir riyadi

187

adalah membantu bahasa ini mencapai posisinya sebagaibahasa komunikasi dunia paling tidak bagi sesama ummatIslam terlebih dahulu. Secara lebih sederhana, para peminatdan pengguna Bahasa Arab dituntut untuk mensosialiskanbahasa ini kepada masyarakat sekitar denganmempraktekkannya sehari-hari dan bahkan mengajarkannyakepada mereka yang membutuhkannya.

Pertanyaannya adalah, apakah kita komunitas akademikUIN Sunan Ampel Surabaya sudah cukup terpanggil atausadar akan pentingnya Bahasa Arab? Sepertinya tidak. Sangatdisayangkan bahwa tidak banyak di kampus kita tercinta iniorang yang menguasai atau sekedar tertarik untuk belajarBahasa Arab. Hal yang sama juga terjadi pada Bahasa Inggris.Walau semua orang sudah tahu bahwa Bahasa Inggris sangatpenting, namun tidak banyak di antara kita menguasai bahasaini dengan baik. Dengan kenyataan ini, sudah pantaskah kitamerintis jalan menuju World Class University?

bahasa arab : modal sosial yang terabaikan

188

UINSA SURABAYA SEBAGAITHE ENGAGED UNIVERSITY

AKH. MUZAKKI**Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)serta Ketua Tim Konversi UIN Sunan Ampel Surabaya

Alkisah, di penghujung tahun 1998, sidang yangditunggu-tunggu itu pun digelar. Tempatnya di KantorKementerian Agama RI di Jakarta. Waktu itu masih bernamaDepartemen Agama RI. Sidang itu untuk menguji dansekaligus memutuskan apakah proposal pendirian programdoktoral (S3) yang diajukan oleh Program Pascasarjana IAINSunan Ampel Surabaya bisa direkomendasikan untuk disetujuiataukah tidak.

Para pembesar dari beberapa instansi terkait hadir saatitu. Mulai dari Direktorat Pendidian Tinggi Agama Islam(Ditpertais, yang sekarang bernama Diktis) hingga dua IAINyang telah lebih dulu memiliki program S3: IAIN SyarifHidayatullah Jakarta dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Yang hadir dari Program Pascasarjana IAIN Sunan AmpelSurabaya untuk mempertahankan ajuan program itu adalahPak Achmad Jainuri, MA, Ph.D., asisten direktur saat itu.

Salah satu isu krusial nan kritis yag berkembang saatsidang adalah apakah sudah perlu dan layak dibuka lagiprogram S3 di IAIN selain Jakarta dan Yogyakarta. Bahkan,Pak Azyumardi Azra, MA, Ph.D dari IAIN Jakarta sebagai

uinsa surabaya sebagai the engaged university

190

salah seorang penguji waktu itu bergerak hingga ke sebuahpertanyaan yang bila disederhanakan kira-kira berbunyibegini: “Untuk apa dibuka program S3 lagi? Yang sudah adadan berdiri selama ini saja masih banyak kekurangan; kenapamau bikin program S3 lagi di luar Jakarta dan Yogyakarta?Daripada kita mendirikan lagi program S3 di IAIN Surabaya,lebih baik kita benahi saja program S3 di IAIN Jakarta danIAIN Yogyakarta.”

Pak Jainuri langsung tangkas menjawab pertanyaanpeserta sidang itu: “Kalau memang IAIN Jakarta dan IAINYogyakarta sudah diberi kesempatan cukup lama untukmenyelenggarakan program S3, dan hasilnya masihmenyisakan banyak kekurangan, kenapa energi kita hanyaterfokus ke dua perguruan tinggi itu? Kenapa kita tidakmencari peluang lain dengan memberi kesempatan IAIN SunanAmpel Surabaya untuk menyelenggarakan program S3 yangsama?”

Jawaban Pak Jainuri tersebut memang hanya inginmembalik saja argumen yang dikembangkan oleh sejumlahpeserta sidang. Argumen yang ingin melemahkan proposalprogram S3 IAIN Sunan Ampel Surabaya justeru dimanfaatkanoleh Pak Jainuri untuk memperkuat posisi dan signifikansiproposal itu. Caranya, Pak Jainuri melakukan apa yang dalamkajian manajemen dikenal dengan istilah “diferensiasi”.

“Kita ini beda dengan yang sudah ada di IAIN Jakartadan Yogyakarta. Salah satunya, kajian riset yangdikembangkan di program S3 IAIN Sunan Ampel Surabayatidak mengobral studi literer. Riset-riset untuk disertasi S3justeru diarahkan ke kajian lapangan. Itu yang akan menjadikekuatan dan sekaligus pembeda dari kajian disertasi yang adadi IAIN Jakarta dan Yogyakarta.” Begitu kira-kira argumen

hammis syafaq

191

penjelas yang disampaikan Pak Jainuri untuk memperkuatdistinctive features Program S3 di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Kenapa saya sebut “kira-kira”? Karena, kisah besertakutipan-kutipan yang saya turunkan dalam uraian di atasmerujuk kepada ingatan pribadi saya secara verbatim atas apayang terjadi pada proses pengajuan izin operasional programS3 IAIN Sunan Ampel Surabaya di masa silam. Dalam duniaakademik, metodologi semacam ini lebih dikenal denganistilah “sejarah lisan” (oral history). Saya memiliki intensitastertentu terhadap proses itu, karena saya saat itu diminta olehPak Thoha Hamim, MA, Ph.D selaku Direktur ProgramPascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya untuk membantuperihal teknis tahapan tertentu penyelesaian proposalpengajuan izin operasional dimaksud.

Poin ilustrasi di atas adalah bahwa pada penghujung1990an Program S3 di IAIN Sunan Ampel Surabaya sudahdidesain untuk tidak jauh dari problematika riil yang dihadapioleh masyarakat. Orientasi pada riset lapangan memberikanmakna kuat bahwa kajian-kajian yang dikembangkanbersentuhan langsung dengan problematika dan pengalamanhidup yang dialami secara konkret oleh masyarakat. Dan,Alhamdulillah-nya, desain akademik tersebut membuat usulanpendirian diterima dan disetujui oleh otoritas tertinggipemegang kendali izin operasional di Kantor KementerianAgama di Jakarta saat itu.

Beberapa tahun kemudian menjelang pertengahan2000an, muncul lagi cerita sukses yang dialami oleh IAINSunan Ampel Surabaya. Kampus ini diganjar dengan sebuahpenghargaan terbaik oleh Diktis atas prestasinya dalammendesain dan menerapkan program participatory action research(PAR) dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi riset danpengadian kepada masyarakat. Penghargaan terbaik itu

uinsa surabaya sebagai the engaged university

192

berbunyi PAR Award. Substansi dari konsep PAR adalah bahwaakivitas pengabdian diawali dan diproses melalui kerjapenelitian yang berbasis pada kebutuhan masyarakat. Dansebaliknya, kerja penelitian tidak boleh berhenti pada dandemi penelitian itu sendiri, melainkan harus bergerak ketindakan yang berorientasi pada berdayanya masyarakat dalammenjalani kehidupannya. Dalam proses itu, masyarakatmenjadi agensi aktif atas kerja pemberdayaan diri merekasendiri.

Kesuksesan meraih PAR Award dari Diktis di atassejatinya bukan sesuatu yang mengejutkan. Pasalnya, secarasosiologis, cukup tinggi angka civitas akademika (dosen danmahasiswa) serta tenaga kependidikan di IAIN Sunan AmpelSurabaya yang juga menjadi tokoh agama (toga) dan tokohmasyarakat (tomas) di tempat tinggal atau wilayah masing-masing. Tokoh NU level Jawa Timur ada di kampus ini. Tokohelit Muhammadiyah Jawa Timur juga ada di sini. Tokoh-tokohpesantren dan komunitas Muslim di sentrum-sentrumpembelajaran sosial seperti majelis taklim juga sangat banyakdi perguruan tinggi Islam negeri ini. Oleh Karena itu, kerja-kerja pemberdayaan, pengembangan, dan pengabdian kepadamasyarakat sudah menjadi satu dengan nafas kehidupan paracivitas akademika dan tenaga kependidikan IAIN SunanAmpel Surabaya.

Tidak bisa dimungkiri, IAIN Sunan Ampel Surabayaselama ini dikenal dengan sumber daya manusia yang cukupdisegani, terutama dalam kerangka studi Islam. Kualitas kerjapembelajaran di ruang perkuliahan, oleh karena itu, diperkayadengan kekuatan sumber daya pendidik yang kaya materi.Maka, potensi pembelajaran yang berkualitas sangat besar dikampus ini. Nah, kerja-kerja penelitian yang sinergis denganpengabdian (dan sudah barang tentu juga sebaliknya) yang

hammis syafaq

193

lama mengakar di kampus ini akan memperkuat kualitaspembelajaran di ruang perkuliahan.

Itu semua memang karena perkuliahan yang baik adalahyang dikembangkan dari, dan berdasarkan pada, hasil kerjapenelitian. Dan penelitian yang baik adalah yang bermuarapada nilai kemanfaatan yang besar bagi berdayanya kehidupanmasyarakat. Hasil kerja sinergis penelitian dan pengabdianseperti inilah yang seharusnya memperkaya dan memperkuataktivitas pembelajaran di ruang perkuliahan.

Atas dasar prestasi itu semua, maka tidak salah jikaPemerintah Kanada mengganjar IAIN Sunan Ampel Surabayadengan dana hibah melalui Supporting Islamic Leadership(SILE)/Local Leadership for Development (LLD) Project (2011-2016)untuk membantu memperkuat kapasitas perguruan tinggi inidalam menjalankan fungsi-fungsi penelitian dan pengabdiankepada masyarakat. Program SILE ini diselenggrakan padawaktu yang hampir bersamaan dengan perubahankelembagaan IAIN Sunan Ampel Surabaya menjadi UniversitasIslam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya pada 1 Oktober2013.

Sejak saat itu, nomenklatur kelembagaan tidak lagibernama IAIN Sunan Ampel Suarabaya, melainkan sudahberubah menjadi UIN Sunan Ampel (disingkat UINSA)Surabaya. Desan pengembangan akademik dan kelembagaanpun mulai dijalankan. Untuk kepentingan secara khususmembantu memperkuat kapasitas UINSA Surabaya dalammenjalankan fungsi-fungsi penelitian dan pengabdian kepadamasyarakat di atas, penguatan pembelajaran melalui reviewdan redesain kurikulum serta inovasi-inovasi pembelajaranjuga mendapatkan perhatian cukup. Lebih dari itu, adapuluhan dosen UINSA Surabaya yang sudah dididik di

uinsa surabaya sebagai the engaged university

194

kampus-kampus di Kanada untuk memfasilitasi penguatankapasitas internal kampus Islam negeri ini.

Melalui potensi dan capaian-capaian di atas, UINSASurabaya sejatinya memiliki potensi besar untuk memenuhisubstansi dasar dari konsep the engaged university. Pengertianpaling gampangnya, konsep the engaged university bisa dimaknaisebagai “perguruan tinggi yang dekat dengan masyarakat”.Nilai kedekatan ini dibuktikan dengan kerja pendidikan danpengajaran, penelitian, dan pengabdian yang beorientasi kuatpada kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Kampus-kampus yang masuk ke dalam kategori seperti ini menjadikanmasyarakat sebagai nafas hidupnya. Mereka begitu dekatdengan masyarakat dalam berbagai dimensi problem dantantangannya.

Maka, kampus yang masuk kategori the engaged university,sejatinya, ingin menyelamatkan diri dari sejumlahkekhawatiran yang digelorakan oleh banyak ilmuwan.Kekhawatiran-kekhawatiran itu menunjuk kepada jauhnyaperguruan tinggi dari kebutuhan dan kepentingan riilmasyarakat. Ada tiga konsep besar yang menggelorakankekhawatirkan dimaksud. Pertama, konsep positioningperguruan tinggi pada menara gading (ivory tower). Dalamkonsep ini, istilah “menara gading” digunakan untukmengingatkan perguruan tinggi agar tidak berhenti di ruangwacana berawang-awang sebagai wilayah nyaman (comfortzone)-nya. Sebaliknya, perguruan tinggi diharapkan untuk“turun” menyapa kebutuhan dan kepentingan masyarakatsecara riil. Karena, antara wacana dan realitas harusdidialogkan untuk bisa saling memberi kontribusi(complimentary).

hammis syafaq

195

Kedua, konsep keterkaitan dan keselarasan (link andmatch). Konsep ini mengingatkan agar pendidikan berjalanseiring dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri(istilah yang kini sering dipopulerkan dengan singkatan“dudi”). Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh MenteriPendidikan Wardiman Djojonegoro pada KabinetPembangunan VI Pemerintahan Soeharto (1993-1998).Memang setting awal konsep tersebut diilhami oleh pendidikanteknologi, dan kemudian diperluas penggunaannya ke semuajenis pendidikan. Namun, substansi utamanya adalah agarpendidikan tidak menjauhkan diri dari kebutuhan dankepentingan masyarakat yang sedang berjalan.

Ketiga, konsep traditional intellectual versus organicintellectual. Konsep ini dikembangkan oleh intelektual bernamaAntonio Gramsci saat dia dipenjarakan oleh Mussolini padadekade 1930an. Gramsci menuliskan gagasan-gagasancemerlangnya saat dipenjarakan itu, namun ide-ide itu barubisa dibaca pada beberapa kurun berikutnya dalam karyanyayang terbit pada tahun 1971 berjudul Selections from the PrisonNotebooks of Antonio Gramsci. Menurut Gramsci (1971:5-16) dalambuku itu, intelektual terbagi ke dalam dua kategori: tradisionaldan organik. Intelektual tradisional merupakan kategori yangbisa dikenakan kepada figur intelektual menara gading yangmelakukan kongsi dan aliansi dengan kaum penguasa. Karenaitu, intelektual kelompok ini cenderung konservatif terhadapperubahan sosial.

Sebaliknya, intelektual organik merupakan kategori yangbisa dipakai untuk mendeskripsikan figur atau kelompokintelektual yang mendedikasikan dirinya untuk perjuanganmenuju kebaikan kelompok sosial masyarakatnya. Kaumintelektual yang demikian ini sejatinya muncul secara alamiahdari dalam diri dan seiring dengan pergerakan masyarakat,

uinsa surabaya sebagai the engaged university

196

bukan dipaksakan untuk merepresentasikan kepentinganmasyarakatnya; atau, dalam bahasa Gramsci, muncul darikelompok pekerja (the working class). Karena itu, merekacenderung revolusioner dan tidak konservatif.

Ketiga konsep di atas mengingatkan kita bersama agarperguruan tinggi yang kita selenggarakan dekat denganmasyarakat, dan berjalan senafas dengan kebutuhan dankepentingan mereka. Bukan sebaliknya, perguruan tinggi dankehidupan masyarakat bergerak bak rel kereta api yang satusisi dengan lainnya tidak pernah bertemu. Lebih-lebih, sangattidak diharapkan jika perguruan tinggi justeru menjauh darikebutuhan dan kepentingan masyarakat. Sengaja atau tidaksengaja.

Maka, perlu dibuat desain yang apik mengenaiperguruan tinggi yang dekat dengan masyarakat di atas. Dan,konsep the engaged university membantu untuk melakukanpositioning, segmenting, dan differentiating perguruan tinggi dalammenjaga kedekatannya dengan masyarakat. Apalagi, dalamdunia manajemen perguruan tinggi internasional, konsepworld-class university mulai dirasakan sebagai konsep yangambigu, penuh ketidakjelasan karakteristik. Konsep world-classuniversity, karena itu, harus cenderung dimaknai sebagaicapaian prestasi atas ranking penyelenggaraan pendidikanbeserta kerja penelitian dan pengabdian yang diwujudkandalam produk akademik-ilmiah.

Konsep the engaged university membantu upaya pencapaianprestasi di atas dengan memperkuat karakteristik proses danmetode penyelenggaraan pendidikan di dalamnya. Konsep initidak secara eksklusif dan restriktif berkaitan dengan fungsipengabdian kepada masyarakat, melainkan lebih luas darisekadar anggapan yang demikian. Konsep ini memberikankerangka teoretik-praktis agar perguruan tinggi dekat dengan

hammis syafaq

197

masyarakat, baik dalam fungsinya sebagai pengembangpendidikan dan pengajaran, penelitian, maupun pengabdiankepada masyarakat. Tidak saja dharma pengabdian kepadamasyarakat yang memang dekat dengan kebutuhan dankepentingan hidup mereka. Melainkan juga dharmapendidikan dan pengajaran serta dharma penelitian yang pulaharus serupa, dekat dan senafas dengan kebutuhan dankepentingan hidup masyarakat.

Oleh karena itu, ikhtiar akademik berupa review danredesain materi praktikum secara spesifik dan mata kuliah disemua program studi secara umum menjadi awal yang baikdalam memperkuat desain agar perguruan tinggi dekat dengankebutuhan dan kepentingan hidup masyarakat. Tentu ikhtiarini sangat absurd jika dipahami sebagai penerjemahan dari, dansekaligus kerja, dharma pengabdian kepada masyarakat.

Kedekatan dengan masyarakat harus terefleksikandengan baik dalam setiap langkah perguruan tinggi dalammenjalankan tridharmanya. Jika muncul pertanyaan “manamungkin semua mata kuliah dan atau tema penelitian didesaindekat dengan masyarakat?”, maka isu sentralnya bukan padaprinsip pentingnya kedekatan perguruan tinggi dengankebutuhan dan kepentingan masyarakat, melainkan padastrategi pembelajaran atas sejumlah mata kuliah itu. Ini soalinovasi pembelajaran, mulai dari aspek dan atau tahapanperencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Maka, inovasistrategis pada setiap aspek dan tahapan tersebut patutdilakukan dengan baik.

UINSA Surabaya telah didesain sebagai universitas Islamnegeri yang berkarakteristik dekat dengan masyarakat. “UINyang berkarakter,” begitu yang kerap disampaikan Prof. Abd.A’la selaku rektor UINSA Surabaya untuk menjelaskan perihalsalah satu jati diri UINSA Surabaya ini. Pertanyaannya,

uinsa surabaya sebagai the engaged university

198

bagaimana caranya? The engaged university merupakan salah satudesain dan cara yang bisa dilakukan untuk penguatankarateristik yang diinginkan dimaksud. Maka, pekerjaanselanjutnya adalah memperkuat basis kognitif bersama atasdesain penyelenggaraan pendidikan yang sedang dijalankandengan prinsip “kedekatan dengan masyarakat”. Sisanyaadalah menjatuhkan pilihan atas desain penguatankarakteristik UINSA Surabaya. Dan, the engaged university adalahsebuah alternatif dari sekian pilihan yang tersedia. Pilihan itusangat rasional berdasarkan capaian prestasi dan potensiinternal yang dimiliki UIN Sunan Ampel Surabaya. Se

MODEL PENELITIAN BERBASIS,AL-QURAN DAN AS-SUNNAH:

Orientasi Paradigma Sainstek IntegrasiFakultas Psikologi Kesehatan

MOH. SHOLEH

PendahuluanKetika Mas Taufik Siraj (kepala pusat bisnis UINSA)

berencana menerbitkan buku ber ISBN “UINSA Emas MenujuWorld Class University”, yang akan dibagikan pada tanggal 25April 2016, yang dishare melalui WhatsApp pimpinan UINSA,pak Rektor pun merespon, seluruh dekan dan wakil dekantanpa kecuali seluruh pimpinan unit di lingkungan UINSAdiinstruksikan untuk menulis. Informasi tersebut kemudiansaya diskusikan dengan semua para wakil dekan, kajur,kaprodi dan teman-teman di Fakultas Sainstek dan PsikologiKesehatan, mereka menyarankan agar saya menulis modelpenilitian integrasi berbasis Al-Quran dan Sunnah, kemudianmunculah ide untuk mengusung tema “ Model PenelitianBerbasis Al-Quran dan Assunnah: Orientasi ParadigmaSainstek Integrasi Fakultas Psikologi Kesehatan.

Saya menduga pemunculan isu ini didasarkan padaasumsi bahwa sains yang sekarang berkembang, jika sekiranyatidak bertentangan, setidak-tidaknya tidak atau belum

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

200

sepenuhnya sejalan dengan nilai Islam, yaitu Al-Quran danSunnah. Hal ini terjadi karena sains tersebutditumbuhkembangkan oleh tradisi filsafat positivism,empirisme dan rasionalisme.

Sosiologi misalnya menurut Comte, orang yang dianggappenemu istilah ini, adalah ilmu yang menggunakan obseravasi,eksperimen, komparasi sebagai metode untuk memahamirealita. Comte dibesarkan dalam suasana optimism-positivistisyang melihat ke muka bahwa masyarakat, khususnya di Baratakan berkembang dari tahap teologis ke tahap metafisis danakhirnya ke positivistis. Pada mulanya memang pemikiranorang bertolak dari kepercayaan adanya Tuhan. Tapikemungkinan akan menyelidiki realitas dari berbagai jenisnyadan mulai pula menyelidiki secara rasional asal-usul segalakejadian dan akhirnya orang orang akan berkesimpulan bahwayang nyata hanyalah orang yang dapat diselidiki secaraempiris. Di luar yang empiris adalah suatu yang mustahil(Raharjo, Dawam, 1989)

Begitu juga disiplin ilmu Antropologi dan Psikologi tidakbisa terlepas dari aliran positivism atau dan rasionalisme.Perkembangan aliran positivism abad XIX, berkaitan eratdengan rasionalisme. Rasionalisme berkembang lebih dahulumengawali perkembangan filsafat Barat modern. Positivismetimbul sebagai reaksi terhadap rasionalisme. Rasionalismeberpendapat bahwa akal sebagai sumber pengetahuan.Sedangkan positivisme sumber pengetahuan adalah indera.Dalam hal metode ilmu pengetahuan, rasionalisme melahirkanpendekatan deduktif, sedangkan positivisme menggunakanpendekatan induktif. Meskipun keduanya mengandungperbedaan, namun akhirnya keduanya saling melengkapi dansaling mengakui bahwa hanya melalui deduktif-induktif

moh. sholeh

201

kebenaran ilmu pengetahuan dapat dicapai dan keduanyamenolak wahyu sebagai sumber kebenaran ilmu pengetahuan.

Sesungguhnya positivisme, rasionalisme dan empirismeberakar dari filsafat materialism dan naturalism. Karenamenurut pendapat materialisme sesuatu yang nyata atauprimer hanyalah materi kesadaran, akal atau perasaan yangdiungkapkan dalam bahasa hanyalah refleksi dari materi.Adapaun naturalism berpandangan bahwa realita adalah duniaempirik. Realita itu hanya bisa dipahami lewat sains yang bisamemberikan interpretasi mengenai dunia secara memuaskan.Berbeda dengan pandangan Islam, meskipun Islam tidakmenolak pengetahuan empirik, namun Islam mengajarkanpemeluknya ada sesuatu yang ghaib dibalik yang empirik,Allah, wahyu hari akhirat, surge, neraka, malaikat, setantermasuk yang ghaib. Semua itu jelas tidak termasuk dalamkategori gejala empirik yang teramati dan terukur.

Pada zaman keemasan Islam sekitar abad ke-7 sampaidengan abad Ke-14 tidak dikenal dikotomi ilmu pengetahuandan agama. Ilmu pengetahuan dan agama menyatu padu dantidak terpisahkan. Sederetan ilmuwan muslim berkebangsaanArab, Turki, Afgan, Persia, Andalusia bermunculan. IbnuHajjan, Al-Khawarismi, Ar-Rozi, Al-Mas’udi, Abu Wafa’, Al-Barjani dan masih banyak lagi. Di samping ilmu agama, merekajuga menguasai: Kimia, Aljabar, Kedokteran, Geografi,Matematika, Fisika dan Astronomi dalam persemakmuranIslam. Hampir selama 350 tahun sains dimonopoli oleh umatIslam (Baiquni, Ahmad, 1997). Baru sesudah abad XI ada satudua orang Eropa yang menyertai saintis muslim seperti IbnuRusyd, At-Tusi, dan Ibnu Nafis (Saefudin, Ahmad Muflih,1998) menyatakan bahwa pada abad pertengahan agamawangereja yang berfikir mengenai ekonomi, tanah dan orangberdasar kekristenan adalah Thomas Aquinas dan Augustin.

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

202

Dikotomi ilmu pengetahuan dan agama terjadi ketikazaman Renaisance yaitu pada abad ke-15 sampai dengan abadke-17 M. Renaisance adalah kurun masa bebasnya manusiakembali dalam arti berfikirnya. Renaisance muncul sebagaireaksi yang dilakukan gereja yang membelenggu kebebasanberfikir manusia. Agamawan gereja mengikuti pahamteosentris yakni menjadikan gereja sebagai pusat informasi dankebenaran dan sama sekali tidak memberikan ruang gerakberkembangnya daya piker tiap orang. Sementara intelektualgereja berpandangan anthroposentris yakni mengandalkanmanusia sebagai pusat segala-galanya. Dengan Indera danakalnya manusia dapat mencapai apa saja yangdikehendakinya. Di Barat terjadi pertentangan yang tajamantara keduanya. Buahnya adalah berfikir tidak perludikaitkan dengan agama (gereja). Ilmu adalah produk inderadan akal semata-mata dan berpisah dari unsurantarakeduanya. Buahnya adalah berfikir tidak perlu dikaitkandengan agama (gereja). Ilmu adalah produk indera dan akalsemata-mata dan berpisah dari unsur spiritual dan wahtu.Sains dibatasi hanya berurusan dengan hal-hal yang dapatdiobservasi baik dengan panca indera maupun denganperalatan atau dibuktikan secara tidak langsung melaluimetode matematis. Inilah awal lahirnya sekulerisasi yangmemisahkan antara yang reliji dan sekuler, yang sacral danfrofan, dunia dan akhirat. Paham sekulerisme yang demikianitu tanpa kecuali efeknya juga merambah mempengaruhiinstitusi dan dunia ilmu pengetahuan Islam, praktis seepertiyang sedang kita saksikan.

Dengan sains yang sekuler yang telah dianggap sebagaisumber kebenaran ini memenuhi benak generasi muslim, lebihparahnya lagi tererosi bersamaan dengan pesatnyaperkembangan sains dan teknologi. Langkah yang tepat dan

moh. sholeh

203

harus segera diupayakan untuk menanggulangi bahayasekulerisasi sains adalah memagari sains yang sekuler itudengan membuat sains sebagai kesimpulan inforamasi yangrapat namun terbuka secara matematis, dengan konsepketuhanan berada di perbatasannya. Dengan perkataan lainmenjadikan aqidah islamiyah yang berupa Al-Quran danSunnah di samping sebagai sumber sekaligus norma pengarahilmu pengetahuan akan “Model Penelitian yang Berbasis Al-Quran dan As-Sunnah” merupakan suatu keniscayaan

Kisi-Kisi IPTEK Dalam Al-QuranKebanyakan orang mengira bahwa penelitian

merupzakan masalah baru bagi umat Islam. Padahalsebenarnya secara syar’I tiap orang Islam berkewajibanmelakukan penelitian. Melakukan penelitian fardlu ainhukumnya bagi orang Islam sebagai realisasi keimanan danrasa syukurnya kepada Allah SWT yang telah memberikannikmat berupa indera. Indera mata untuk mengobservasi,telinga untuk mendengar, akal-rasio untuk berfikir, dan rasauntuk tanggap.

Di dalam Al-Quran mengandung kisi-kisi ayat yangmendorong umat Islam agar mengobservasi fenomena alam.Kisi-kisi tersebut secara singkat dapat dikemukakan sebagaiberikut. Al-Quran melarang taklid (mengekor) dan menyuruhmeneliti alam semesta. Allah berfirman

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ikutilah apa yang telahditurunkan Allah, mereka menjawab tidak tetapi kami hanya

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

204

mengikuti apa yang telah kami dapat dari (perbuatan) nenekmoyang kami (Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupunnenek moyang mereka itu tidak mengetahui dan tidak mendapatpetunjuk?”. (QS. AL-Baqarah:170)

Dalam surat lain Allah SWT berfirman:

Apabila dikatakan kepada mereka, marilah mengikuti apa yangditurunkan Allah dan mengikuti Rasul, mereka menjawab“cukuplah bagi kami apa yang kami dapati dari bapak-bapak kamimengerjakannya”. dan apakahmereka akan mengikuti juga nenekmoyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)mendapat petunjuk?.(Al-Maidah :104)

Dalam ayat lain, Al-Quran mendorong untuk menelitidan menganalisis alam semesata dan tanda-tandanya, baikyang ada di atas permukaannya maupun di bawahnya, baikyang tampak maupun yang tersembunyi serta spesifikasi dansunatullah, hukum Allah yang telah Allah jadikan padanya.Semua itu tersurat dan tersirat pada ayat sebagai berikut.

moh. sholeh

205

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silihbergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di lautmembawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allahturunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkanbumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itusegala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yangdikendalikan antar langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yangmemikirkan”. (QS. AL-Baqarah : 164).

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silihbergantinya malam dan siang menjadi ayat bagu Ulul Albab.Mereka yang terkenang akan Allah, ketika sedang tegak, duduk danberbaring serta memikirkan kejadian langit dan bumi (serayaberkata): ya tuhan kami, tidaklah Kau ciptakan semua ini dengan

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

206

sia-sia, maha suci Engkau dan lindungilah kami dari siksaanneraka”. (QS. Al-Imran : 190-191)Al-Quran juga mendorong kepada umat Islam

menganalisis jiwa, kejadian langit, bumi, gunung, unta dantanamanseperti tertera pada beberapa ayat di bawah ini.

…”dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidakmemperhatikan?” (QS. Asz-Dzariyat: 21).

“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atasmereka, bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinya danlangit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan kamihamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunungyang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanamanyang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran danperingatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah)”.(QS. Qaf :6-8)

moh. sholeh

207

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimanadiciptakan?, dan langit bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimanadihamparkan? Maka berilah peringatan karena sesungguhnyakamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlahyang berkuasa atas mereka”. (QS. Al-Ghasyiyah:17-22)

“Dan di bumi ini terdapat bagia-bagian yang berdampingan dankebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yangbercabang-cabang, dialiri dengan air yang sama. Kami melebihkansebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentangrasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ra’ad:4)

Apabila kutipan beberapa ayat di atas dikaji oleh merekayang mau berfikir (ulul albab) maka akan mengalirlah dengantak henti-hentinya macam-macam ilmu: kedokteran, biologi,fisika, matematika, astronomi, geologi, geografi, agronomi,klimatologi, hidrologi dan ilmu pengetahuan alam lainnya.

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

208

Sejarah ilmu fisika telah mencatat bahwa teori gravitasibumi yang ditemukan oleh Isaac Newton pada tahun 1667-1668merupakan rangkaian proses yang tak terpisahkan dengankajian yang dilakukan oleh Copernicus dan pada tahun 1473(194 tahun) sebelumnya diteruskan oleh Galileo dan Kepler.Padahal 840 tahun sebelum Copernicus mengeluarkan teoribahwa matahari sebagai pusat peredaran bumi dan planet-planet lainnya, Al-Quran sudah menunjukkan sifat peredaranbenda-benda angkasa itu (QS. Yasin: 33-34) Surat Fathir ayat41 telah memberikan petunjuk tentang daya tarik bumi ataubenda-benda yang dikemukakan oleh Isaac Newton lebih dari1004 tahun kemudian. Dari contoh beberapa ayat di atastampak jelas bahwa posisi Al-Quran pada IPTEK adalahsebagai sumber pemasok benih dasar ilmu dan pengarahmanusia dalam mengembangkan sains dan teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersumber danperkembangannya mendapatkan arahan dari Al-Qurankebenarannya bersifat absolute (QS. Al-Baqarah : 1-7) dan takdapat diragukan (Qs. Ar-Ra’ad : 1). Karena bersumber padasunatullah dan arah pengembangannya dilakukan oleh subyekyang beriman dan bertakwa (QS. Yunus :40). MenurutPusposutarjo, Suprodjo 91993) dasar keimanan dan ketakwaanitu penting disepakati lebih dahulu bagi mereka yang akanmenggali dan mengembangkan IPTEK dari Al-Quran karenadengan dasar iman dan takwa ruang gerak kehidupan manusiadi dunia dan akhirat menjadi jelas batas-batasnya maupun gridkordinatnya yang telah ditetapkan dalam nilai-nilai keimanandan ketakwaan. Seperti halnya juga dinyatakan olehAbdurrahim , Muhammad Imaduddin (1993) bahwapengetahuan dan teknologi yang dikembangkan untuk mengisiruang kehidupan dengan dasar iman dan takwa merupakan

moh. sholeh

209

karya yang sesuai dengan sunnatullah dan merupakan amalshaleh atau amal yang baik.

Al-Quran juga memberikan batas kewenangan manusiauntuk menggapai ilmu dan teknologi dalam bioteknologi,bioengineering. Misalnya Al-Quran memberikan ruang gerakyang luas untuk menyelidiki roh, tapi diperingatkan bahwapenguasaan pengetahuan tentang roh, tapi diperingatkanbahwa penguasaan pengetahuan tentang roh itu tidak akanbisa menyaingi Allah (QS. Al-Isra :85). Ilmu Allah meliputisegala-galanya dan manusia tidak akan mungkin dapatmenggapai secara keseluruhannya (QS. Saba’: 34: Fathir : 38).Keleluasaan ilmu Allah yang tak terhingga itu, ada ilmu Allahyang tidak akan disampaikan kepada manusia, yaitu ilmu yangdimiliki-Nya, berkenaan dengan proses penciptaan, termasukpenciptaan alam semesta sebagai bukti ketuhanan Allah yangMaha Tunggal (QS. Lukman :10-11 ; As-Sajadah: 11 ; Al-Insan :1-2), datangnya peristiwa hari kiamat (QS. Al-A’raf : 187 ; Az-Zumar dan At-Takwir : 1-14 ; Al-Insiqah : 1-5).

Tiap orang Islam dalam mengembangkan ilmupengetahuan dan teknologi harus memegang teguh kisi-kisiIPTEK tersebut. Hal ini penting agar tidak bersikap arogan,sombong dan kemusyrikan dalam pengertianmempertuhankan dirinya, sains dan teknologi. Harus disadaripula memang mencari batasan kisi-kisi IPTEK itu tidak mudahkarena sifatnya yang bergerak dinamis dan nisbi. Namundengan komitmen yang didasari oleh keimanan danketakwaan yang kokoh tetap harus optimis dan yakin akankebenaran kisi-kisi IPTEK yang ditemukan.

Paradigma Kebenaran islam sains modern versus islamiParadigma atau paradigm bisa dilihat dari sudut pandang

yang bermacam-macam oleh karenanya artinyapun bisa

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

210

permacam-macam pula. Namun secara umum paradigm dapatdiartikan sebagai seperangkat keyakinan atau kepercayaanmendasar yang digunakan sebagai dasar berpijak danbertindak dalam beraktifitas keseharian, termasuk aktifitaspenelitian. Guba (1980) mengartikan paradigm sebagaiseperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan keseharian kita. Secara spesifik paradigmadiartikansebagai Aset of assumption and beliefe concerning yaituasumsi yang dianggap benar. Untuk mencapai kebenaran ituharus ada perlakuan secara empirik, melalui pengamatan yangtidak terbantahkan, accepted assume to be true (Bhaskar, Roy,1989).

Secara historis, terdapat empat paradigma ilmupengetahuan yang dikembangkan oleh para ilmuwan dalammenemukan hakikat kebenaran. Keempat paradigm dimaksuddapat saya sarikan dari pendapat salim, Agus (2001) sebagaiberikut.

Pertama, positivisme. Positivisme merupakan paradigmailmu pengetahuan yang paling tua. Dasar pemikiran aliran iniberakar pada paham ontology realisme yang menyatakanbahwa realitas ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan,sesuai dengan hukum alam (natural law). Upaya penelitianadalah untuk menemukan kebenaran realitas yang ada danbagaimana realitas tersebut senyatanya berjalan.

Kedua postpositivisme. Paradigma ini lahir sebagai reaksiterhadap kelemahan positivism yang dipandang hanyamengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadapobyek yang diteliti. Secara ontologis, aliran ini bersifat criticalrealism yang memandang sama bahwa relitas memang adadalam kenyataan sesuai dengan hukum alam, tetapi suatu halyang mustahil apabila sesuatu relitas dapat dilihat secara benaroleh manusia. Oleh karena itu , secara metodologi pendekatan

moh. sholeh

211

eksperimental melalui observasi tidaklah cukup, tapi harusmenggunakan metode triangulation, yaitu penggunaanbermacam-macam metode, sumber data, peneliti, dan teori.

Ketiga, Critical Theory. Aliran ini sebenarnya tidakdianggap sebagai suatu paradigm, tetapi lebih tepat disebutideologically oriented inquty, yaitusuatu cara pandangterhadap realitas yang mempunyai orientasi ideologis terhadappaham tertentu. Yang termasuk idiologi ini adalah NeoMarxisme, Materialisme, Feminisme, Partisipatory inquiry. Darisegi ontologis paham ini sama dengan pospositivisme yangmempunyai obyek realitas secara kritis, tidak dapat dilihatsecara benar oleh pengamatan manusia. Secarametodologisaliran ini menawarkan metode dialog untukmemperoleh kebenaran hakiki.

Keempat, kontruktivisme. Paradigma ini merupakanantithesis dari paham yang meletakkan pengamatanobyektivitas dalam menemukan realita atau ilmu pengetahuan.Paham ini menganggap bahwa paham positivism danpostpositivisme merupakan paham yang keliru dalammengungkap relitas dunia. Oleh karena itu, menurut paham inikedua teori itu harus ditinggalkan dan diganti dengan pahamyang bersifat kontruktifisme.

Secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa realita ituada dalam bentuk bermacam-macam kontruksi mentalberdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal, spesifik dantergantung pada orang yang melakukannya itu. Karena itu,suatu realita yang diamati oleh seseorang tidak bisadigeneralisasikan kepada semua orang seperti biasa dilakukanoleh kalangan positivisme dan pospositivisme. Oleh karena itumenurut aliran ini hubungan epistemologis antara pengamatandan obyek merupakan suatu kesatuan, bersifat subyektif danmerupakan hasil perpaduan interaksi diantara keduanya.

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

212

Berbeda dengan paradigma sains islami. MenurutWidjaja Kusuma, M.Karebet (2002) setidaknya terdapat tigamacam kebenaran menurut islam. Pertama, kebenaran I’tiqadi.Allah Maha Pengasih dan Penyayang, Pemberi Rizki, akandatangnya hari kiamat, hari kebangkitan, hari pembalasan,surge-neraka, manusia diciptakan untuk beribadah. SyariatIslam diperuntukkan mengatur kehidupan manusia pastimembawa rahmat bukan sebaliknya membawa laknat. Semuainformasi tersebut pasti benar dan kebenarannya absolut,karena memang bersumber dari Maha Benar dan MahaAbsolut, yaitu Allah SWT dan Rasul-Nya yang maksum.

Kedua, kebenaran syar’I, yaitu kebenaran yangbersumber pada ketetapan syari’at. Misalnya harammengkonsumsi daging babi, bangkai dan riba, haram berzina,mengumbar aurat, termasuk menyuap atau menyogok.Kebenaran syar’i ini bersifat absolut atau relative. Apabilainformasi itu bersumber pada ayat yang qat’i dilalah, makamutlak kebenarannya. Tapi jika bersumber pada ayat yangdzanni dialah, maka kebenarannya bersifat relatif.

Ketiga kebenaran waqi’i atau faktual. Kebenaran faktualbersumber dari eksperimen terhadap gejala fenomena ataufakta yang ada. Sains kebenarannya bersifat relative, bisabenar, bisa salah, sangat tergantung pada tingkat keakurasian,kecermatan pengamatan dan kepintaran peneliti dalammemformulasikan kata-kata atau simbol-simbol.

Disamping kebenarannya bersifat relative, kebenaransains juga bersifat uiniversal, tidak terikat oleh apapun juga,termasuk latar belakang agama, politik, ekonomi, maupunideology. Namun jika menyentuh wilayah perilaku individualdan komunal, yang kemudian melahirkan ilmu psikologi atausosiologi, maka pengamatan para ahli tidak selalu benar,bersifat relative, dan bisa jadi bertentangan dengan kebenaran

moh. sholeh

213

i’tiqadi dan kebenaran syar’i. Apabila hasil penelitian tersebutbertentangan dengan aqidah-syariah, maka bagaimanapunbentuk hasil penelitianharus dinyatakan salah. Mengapademikian? Karena menurut paradigma islam yang berhakmenetapkan aturan, syariat bagi kehidupan manusia hanyalahAllah SWT. Oleh karena itu, ketika melakukan peneltian bagiorang muslim tidak boleh merasa cukup hanya terhenti sampaipada memperoleh kebenaran waqi’i , tapi juga harusmemperoleh rekomendasi kebenaran secara i’tiqodi dan syar’i.Dengan perkataan lain penelitian harus terkendalikan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.

Watak Asasi Penelitian Islam dan KeislamanIslam merupakan agama yang mempunyai watak asasi.

Sebelum melakukan penelitian agama dan keagamaan islam,watak asasinya harus dipahami dahulu, mengapa? Karenamelalui pemahaman watak asasi itu bisa ditentukan,paradigma, sumber kebenaran, ruang lingkup, jenis dansumber data, serta teknik pengumpulan dan analisis datanya.Harun Nasution (dalam Ridwan, M. Deden, 2001)mengemukakan bahwa watak asasi yang dimililki Islamberbeda dengan watak agama-agama lain. Misalnya Nasrani,Hindu, Budha dan Yahudi. Perbedaannya terutama terletakpada persoalan sumber dan kedudukan Al-Qur’an sebagaiwahyu Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi MuhammadSAW.

Dalam Islam, perbedaan wahyu dan bukan wahyu amatjelas. Menurut pengertian Islam dinamakan wahyu adalah AlQuran yang jumlahnya 6.233 ayat dengan menggunakan bahasaarab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melaluiJibril. Apabila ayat itu diganti dengan bahasa atau kata-katalain, selain itu adanya atau diganti sinonimnya, atau diubah

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

214

susunan katanya, meskipun susunan kata itu berbahasa Arab,maka yang demikian itu bukan Al-Qur’an, firman Allah.

Mengapa? Karena di dalamnya sudah ada intervensimanusia. Oleh karena itu secara historis keorisinalitasan AlQur’an bisa dipertanggungjawabkan. Karena perkembangan AlQur’an dari masa ke masa dapat dikontrol secara jelas dantransparan sekali.

Berbeda dengan kitab suci agama lain, yang tidakmemiliki sejarah kronologis yang jelas dari suatu generasi kegenerasi berikutnya. Misalnya kitab Tauratnya agama Yahudi,terutama teks “wasiat sepuluh” sering mendapat kritikan,karena itu tidak ada dan bukan ajaran Nabi Musa As. Begitujuga Injil, kitab agama Nasrani sulit dipertanggungjawabkankeasliannya. Agamawan Kristiani sendiri merasa payah dankesulitan menelusuri keorisinalitasan kitab Injil. Injil tidakbisa disamakan dengan Al Qur’an sebagai wahyu Allah SWT,atau diidentikan dengan kata-kata Nabi Isa As. Injil adalahcerita orang Nasrani. Injil bukan pula cerita murid ataupengikut Nabi Isa As yang meriwayatkan sejarah Nabi Isa As.

Disamping Al Qur’an, sumber asasi ajaran Islam yang lainadalah Hadis Nabi Muhammad Saw. Fungsi hadis untukmemperjelas rincian tatalaksana apa yang terkandung dalamAl Qur’an. Apabila hadis itu isi atau matannya dari Allah Swtsedangkan redaksinya dari diri Nabi, maka hadis itu disebuthadis Qudsi. Perbedaan antara Al Qur’an dan hadis yangditerima sebagai yang orisinil dan mutlak kebenarannya, hanyaterbatas pada hadis-hadis yang mutawatir.

Hal lain yang perlu diperjelas pemahamannya adalahbahwa tidak seluruh ayat dalam Al-Qur’an itu bersifat “qath’idilalah” jelas arti dan maksudnya secara tekstual dan absolutkebenarannya. Tapi sebagian besar ayat Al Qur’an bersifat

moh. sholeh

215

dzanni dilalah, yaitu samar-samar, tidak jelas maknatekstualnya, dengan demikian tidak absolute kebenarannya.Misalnya kata “kursi” dalam ayat “wasi’a kursiyunus sawaali”kursi bisa berarti tempat duduk atau “kekuasaan” dalampengertian majazi, perumpamaan. Begitu juga kata “quru”dalam surat Al Baqarah ayat 228 bisa bermakn “athhar” danatau “haid”. Hasil perolehan ijtihad terhadap ayat-ayat dhanniyang dilakukan oleh sahabat Nabi, tabi’in, tabi’it tabi’in danseterusnya kebenarannya bersifat relative. Kebenarannyamasih bisa dipertanyakan. Karena mereka tidak maksum, tidakterpelihara dari kesalahan. Yang maksum hanyalah NabiMuhammad Saw.

Ayat Al Qur’an yang jumlahnya lebih kurang 6236 ayatitu, menurut perhitungan ulama hanya 500 ayat atau 8% nyasaja yang mengandung ayat tentang iman, ibadah dan hidupkemasyarakatan 228 ayat. Dari 228 ayat relatif sedikit sekaliyang qath’i dilalah, yang absolut artinya. Ayat kauniyahjumlahnya lebih kurang 150 ayat. Ayat kauniyah ialah ayatyang mendorong memikirkan, memperhatikan kejadian alam(Nasution, Harun, 1986). Banyaknya ayat dzanni dilalahmenyebabkan munculnya variasi pendapat dan sikap yangberbeda di kalangan para ulama. Perbedaan hasil ijtihad paraulama tersebut telah dibukukan menjadi berjilid-jilid, dan jikadibandingkan secara kualitatif hasilnya lebih banyak dari padasumber pokoknya Al Qur’an maupun Al Hadis.

Dengan demikian, dapatlah diringkaskan perbedaanantara watak asasi penelitian lain sebagai berikut.

Pertama, menurut pandangan Islam Al Qur’an dan hadisNabi Muhammad Saw. Diakui sebagai sumber pengetahuansekaligus sebagai sumber nilah dan pengontrol IPTEK. Berbedadengan pandangan sains modern, yang tidak menerima wahyu

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

216

sebagai sumber ilmu dan nilai. Karena menurut pandangansains modern IPTEK bersifat bebas nilai (free values).

Kedua, konsekuensi dari alenia pertama, Islam mengakuiada kebenaran mutlak dan relative. Kebenaran mutlakbersumber dari Al Qur’an dan hadis mutawatir, sedangkankebenaran relative bersumber pada produk ijtihad berupapenjelasan, penafsiran ayat-ayat Al Qur’an yang bersifat “dzannidilalah”, dan atau hasil penelitian pada umumnya. Berbedadengan sains modern yang mengakui semua kebenaran bersifatrelatif.

Ketiga, Islam berpandangan bahwa ada wahyu yangtersurat, berupa Al Qur’an dan wahyu yang tersirat berupauniversum, alam jagad raya yang terbentang luas. Keduanyadiciptakan dan berasal dari sumber yang sama, yaitu AllahRabul Alamin. Oleh karena itu, mustahil apabila terdapatkontradiktif antara keduanya. Apabila hasil sebuah penelitianterdapat pertentangan antara keduanya, maka yang salahbukan wahyunya yang bersifat absolut kebenarannya, tapiyang bersifat bias adalah penelitiannya. Berbeda denganpandangan sains modern yang umumnya bahwa alam jagadraya ini tercipta secara kebetulan. Misalnya “teori awan debu”(cloud dust theory) yang dikemukakan oleh Wiszker, ahliastronomi Jerman. Menurutnya alam jagad raya ini bermuladari tata surya yang berasal dari awan atau debu yangberputar-putar. Awan itu pecah menjadi bagian-bagian awanyang berputar mengelilingi pusat. Maka terbentukahmataharri ditengah-tengah. Bagian awan yang mengelilingimatahari berputar dan membentuk planet-planet Mercurius,Venus, Bumi, Mars, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto.

Ke-empat, Islam tidak memisahkan antara profan dansacral, transedental dan mondial dunia dan akhirat. Sains islam

moh. sholeh

217

dibangun di atas landasan tauhid atau lima kesatuan menurutistilah Al Faruqi (1987), yaitu kesatuan Allah, kesatuanmakhluk, kesatuan kebenaran, kesatuan kehidupan dankesatuan humanitas. Berbeda dengan sains modern yangbersifat seulerisme, yang memisahkan antara dunia danakhirat.

Kelima, Islam berpandangan bahwa dalam penelitiandisamping didasarkan pada asumsi seperti yang dikemukakanoleh Goode dan Haft (1952) (1) ada realita di luar pikiranmanusia, (2) manusia bisa mengetahui realita itu, (3) fenomenadi alam berkaitan secara kausalitas, Islam menambahkan (4)prinsip tauhid dan keterbatasan manusia, dan penelitianmerupakan bagian dari ibadah, sebagai wujud rasa syukurnyakepada Allah Swt. Penemuan hasil penelitiannya semakinmeningkatkan dan mengokohkan keimanannya, “Rabbanaa maakholaqta hadza bathila fasubhanaha faqina ‘adzabannaar”. Berbedadengan prinsitp yang diyakini oleh sains modern bahwamanusia mempunyai mandate penuh untuk menguasai alamdemi kepentingan manusia, sesuai dengan keinginan dankepentingan badaniyah manusia.

Memang usaha Barat memajukan dan memanfaatkansains telah memberikan kepada mereka suatu kemajuan dankekayaan materi yang luar biasa, disamping peningkatankesehatan. Namun pada masa ini kehebatan manfaat sainsyang berkembang di Barat telah dikaluhkan oleh “side effect”yang mengancam eksistensi mereka sendiri sebagai akibatsikap angkuh ingin merajai dunia. Ancaman yang mengerikanini disebabkan pula oleh sikap mereka yang telah lepas darinilai-nilai ilahiyah yang obyektif, karena itu telahmenghidupsuburkan segi negatif dari fitrah manusia sepertitamak, sombong, egoisme, bakhil, split personality, pribadi yangpecah.

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

218

Reorientasi Penelitian Islam Dan Keislaman DariDikotomik ke Integratif

Ada problem utama yang kita temui ketika kitamengevaluasi metodologi penelitian yang dibangun olehsarjana-sarjana muslim klasik yaitu sedikit perhatiannya padapenemuan metode untuk menganalisis perilaku sosial secaraempirik. Oleh karena itu, disinilah letak diperlukannyarekonstruksi pola pemikiran pemahaman terhadap Al-Qur’an.Pola pemahaman terhadap Al-Qur’an perlu direform,diperbarui, digeser. Tradisi kajian yang semata-mata bersandarpada studi “naskah/kepustakaan” yang oleh pakar antropologidisebut “great” atau high tradition” atau bisa disebut “ortodoksi”,maka style kajiannya harus dirubah ke arah ortopraksi atau“low tradition” atau pemahaman yang bersifat normatif ketataran yang lebih empirik praktis.

Anjuran mengempirikkan Al-Qur’an, bukanlah hal baru.Karena Al-Qur’an sendiri kaya dengan idiom-idiom dananjuran untuk berbuat nyata secara empirik praktis. Bahkandalam hal yang paling transendenpun seperti perjalananmencari Tuhan, Al-Qur’an menganjurkan untuk mengkajinyasecara empirik yaitu dengan cara meneliti alam sekitar,pergantian malam dan siang, proses kehidupan biologi baikkehidupan manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan(Ali Imran 190-191; Yunus 10; Al-Ghoziah 17-20). Anjuran Al-Qur’an sebenarnya tidak terbatas pada sisi kontemplatif saja,seperti pemahaman yang selama ini diyakini banyak orang,termasuk pemahaman para filosof dan para sufi. Tapi pada erasains dan teknologi cara pandang seperti itu harusditinggalkan, kajian seperti itu harus dibawa ke ruanglaboratorium. Ini sama sekali tidak bermaksud membawaAllah ke laboratorium, tetapi sebaliknya membawalaboratorium ke pangkuan Allah, dengan harapan agar Allah

moh. sholeh

219

sendiri yang memberikan maknanya sesuai dengan kehendak-Nya. Tapi justru pada sisi kajian empirik seperti ini,terletaknya kelemahan umat islam dewasa ini sehingga umatislam tidak mempunyai andil yang cukup berarti bagiperadapan masyarakat modern. Penelitian empiris seperti yangdilakukan oleh Ibnu Khaldun dalam masalah kenyataan sosialpada abad 14 atau Ibnu Sina dalam bidang kedokteran,misalnya sekarang ini nyaris tidak dilanjutkan olehcendekiawan/ilmuwan muslim, justru orang barat sepertiEmile Durkheim atau Max Weber yang mengembangkankajian empiris terhadap realitas sosial, empat abad berikutnya(Abdullah, Amin, 1997 hal 233).

Pertanyaannya adalah mungkinkah mengempirikkanpenelitian Islam dan Keislaman? Apabila mungkin, apakahtidak akan mereduksi sakralitas atau mengotori kesucian nilaiislam itu sendiri? Apabila tidak, bagaimana mengempirikkanpenelitian Islam dan Keislaman?

Sebelum menjawab tiga pertanyaan di atas, perludikemukakan dahulu anatomi penelitian Islam dan Keislaman.Dalam tradisi penelitian ada dikenal dua jenis data, yaitu dataprimer dan sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh oleh penelitisecara langsung dari obyek penelitian atau dari sumberpertama (first resours). Sedangkan data sekunder adalahkehidupan data yang diperoleh oleh peneliti secara tidaklangsung dari obyek penelitian atau dari sumber kedua (secondresours). Pada penelitian agama islam, data primer bisa berupawahyu, baik wahyu yang tersurat seperti Al-Quran dan Al-Hadis, maupun wahyu yang tersirat berupa universeum, ataufenomena alam yang terbentang luas. Adapun datasekundernya berupa kitab-kitab atau buku-buku produk darihasil kajian dan penelitian para mufasir atau mujtahid,

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

220

misalnya tafsir fidzilalil Qur’annya Said Qutub atau Al UmmnyaIman Syafi’i atau kitab Mukaddimah hasil penelitian IbnuKhaldun. Meskipun demikian perlu diketahui bahwa padakonteks penelitian yang lain kajian kitab karya Ulamapendahulu kita, bisa dikategorikan juga sebagai sumberprimer, manakala memang tujuan penelitian itu untukmenemukan konsep atau corak pemikiran Ulama yangbersangkutan.

Selain itu, dikenal pula penelitian Islam dan Keislaman.Apabila penelitian yang dilakukan berhubungan langsungdengan materi ajaran Islam, maka hal ini disebut penelitianIslam. Misalnya penelitian yang dilakukan Ulama atauIlmuwan untuk menemukan hakikat makna kata “kursiyuhu”dalam surat Al-Baqarah ayat 255, kata quru’ dalam surat Al-Baqarah ayat 228 atau dalam hal kaifiyah berwudlu sepertidalam surat Al Maidah ayat 38, atau mungkin kajian untukmenemukan konsep manusia, umat, negara menurut Al-Qur’an. Apabila penelitian itu tidak bersentuhan langsungdengan materi ajaran islam (Al-Qur’an), maka penelitian yangdemikian ini dikategorikan dalam penelitian keislaman.Misalnya pengaruh shalat terhadap kedisiplinan, pengaruhpuasa terhadap kesehatan.

Pada sisi lain, penelitian Islam dan Keislaman bisadikelompokkan menurut pengolahan datanya yaitupengolahan data secara deskriptif dan analitis. Penelitiandeskriptif adalah penelitian yang bertujuan untukmencandrakan, mendeskripsikan data yang diperoleh secaradeskriptif pula. Misalnya penelitian yang bertujuan untukmenemukan pemikiran Al Ghazali dan Ibnu Rusyd mengenaihakikat ayat kauniyah atau ayat mengenai fenomena alam yangdalam Al-Qur’an semuanya berjumlah 150 ayat.

moh. sholeh

221

Sedangkan penelitian analitis adalah penelitian yangbertujuan untuk menemukan adanya hubungan atauperbedaan antara satu atau

Beberapa variabel. Misalnya, pengaruh pemikiran AlGhazali terhadap pola hidup masyarakat muslim yangmenganut pendapatnya, atau bisa juga pengaruh pemikiranAsy’ariyah atau Mu’tazilah terhadap pola pikir masyarakattertentu.

Berdasarkan anatomi penelitian islam dan keislamantersebut, terlihat dengan lugas sekali bahwa mengempirikkkanpenelitian islam dan keislaman, bukan hanya memungkinkanuntuk dilakukan, melainkan suatu keharusan. Penelitiannaskah primer yang bersifat deskriptif memang berguna, taikurang efektif sebagai penelitian yang bersifat akademik.Karena penelitian naskah deskriptif seperti itu hanya bersifatinformatif, dan tidak ada inovasi yang ditemukan.

Memang disadari mengempirikkan penelitian islam dankeislaman harus dilakukan dengan ekstra hati-hati, dansepenuhnya harus terikat dan tunduk ada paradigma ilmuislami, yaitu prinsip tauhid dan keterbatasan manusia. Artinyaapabila terjadi kontradiktif antara hasil temuan penelitianempirik dengan wahyu Al-Qur’an, maka yang disalahkanjangan Al-Qur’annya, (karena kebenaran Al-Qur’an bersifatabsolut), melainkan yang bias itu adalah prosedurpenelitiannya. Apabila paradigma ini dipegang teguh oleh parapeneliti Islam dan Keislaman, maka tidak ada alasan untukdikhawatirkan terjadinya reduksi terhadap kesucian Al-Qur’an. Misalnya penelitian disertasi saya, mengenai“Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan ResponsDaya Tahan Tubuh Imunologik”. Sekiranya waktu itu, tidakterbukti, kemudian ternyata hasilnya justru sebaliknya, makayang salah bukan Al-Qur’annya, Surat Al Muzamil ayat 1 – 5,

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

222

atau Al Israa’ ayat 78, melainkan yang bias mungkinsampelnya, yang menjalankan tahajjud atau prosedurpenelitiannya.

Umat islam sekarang bisa sedikit berlega hati. Mengapa?Karena dengan ditemukannya teknologi kedokteran modern,hal hal agama yang bersifat metafisik, sedikit demi sedikitmulai bisa dibuktikan secara empirik-laboratorik. Misalnyadalam hal ikhlas. Apabila dulu diyakini bahwa ikhlas tidaknyaseseorang dalam beribadah itu yang mengetahui hanya dirinyasendiri dan Allah, namun dalam penelitian, saya menemukanbahwa ikhlas tidaknya seseorang bisa dilihat dari sekresikortisol, yaitu hormon yang dilepas korteks adrenal (anakginjal). Apabila tidak ikhlas, maka sekiranya darah venanyadiambil dan dianalisis di laboratorium, maka dapat dipastikansekresi kortisolnya akan meningkat lebih dari toleransi tubuh.Hanya saja siapa saja yang ingin melakukan jenis penelitianempirik-laboratorik, prasyaratnya harus memiliki ilmukedokteran mengoperasionalkan laboratorium dan tentu ilmulain yang bersentuhan.

Saya mempunyai obsesi untuk bisa menemukan hormoneketuhanan, atau jejak-jejak Tuhan dalam hormone. Alur pikersaya didasarkan pada ajaran kedokteran bahwa seluruh gerakaktivitas manusia tidak terlepas dari proses biokimia tubuhyang dikendalikan oleh hormon. Misalnya dorongan seksmuncul karena dipicu oleh hormone estrogen dan progresteronbagi perempuan dan testosteron dan androgen untuk laki laki.Jika seorang pemarah, sudah bisa dipastikan karena dipicuoleh hormon kortisol, acetylcoline, adrenalin. Jika timbulgairah cinta, oleh karena munculnya hormon oksitosin. Begitujuga ketika kita lapar karena juga dipicu oleh hormon lapar.Sedangkan kita meyakini bahwa tiap orang pasti ada doronganuntuk bertuhan. Maka hormon apa yang menyebabkan orang

moh. sholeh

223

terdorong untuk bertuhan? sebab jika hormon ketuhanan inibisa ditemukan dan kemudian bisa digantikan oleh senyawalain, maka dengan mudah orang-orang atau anak-anak kitayang tidak mau shalat atau imannya tipis bisa dikokohkandengan injeksi salinan hormon ketuhanan. Seperti halnya jugaanak yang bodoh, karena tidak bisa konsentrasi dalam belajar,dan yang menyebabkan anak bisa konsentrasi belajar adalahhormon ACTH, agar anak bisa pintar bisa diinjeksi dengansenayawa salinan hormon ACTH.

Apabila demikian halnya, maka dalam upayamengempirikkan penelitian islam dan keislaman, sayamenawarkan pendekatan “Sintetic-analitic-mutualverificative”. Dengan pendekatan ini diharapkan bisa menjadijembatan untuk menghilangkan dikotomi anatara ilmupengetahuan agama pada satu sisi dan pengetahuan umum disisi yang lain serta menghapuskan munculnya kesan bahwailmu pengetahuan bebas nilai.

Pendekatan “sintetic-analitic-mutual verificative”yang saya maksudkan adalah seperti kita ketahui bahwa padagaris besarnya data penelitian islam dan keislaman bisa berasaldari duas sumber. Pertama, data yang bersumber dari tekskeislaman berupa wahyu Al-Qur’an, Al Hadits, kitab kitabkarya Ulama dan karya ilmuwan muslim. Kajian yangdiperoleh dari sumber pertama ini biasanya hasilnya berupakonsep pemikiran, yang bersifat normatif. Dengan pendekatan“sintetic-analitic-mutual verificative” sang peneliti tidakboleh hanya terhenti sampai di situ, tapi diharapkan darikonsep pemikiran yang masih bersifat normatif tersebutditindaklanjuti dengan pembuktian secara empirik. Sehinggakonsep islam tidak melangit, mengawang-awang, tapi benar-benar turun ke bumi, ke kehidupan real, menyatu bersamakehidupan.

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

224

Data penelitian islam dan keislaman kedua adalahbersumber dari wahyu yang tersirat, berupa fenomena alamyang terbentang luas. Seperti sumber data penelitian pertama,hasil penelitian yang diperoleh dari fenomena, atau gejala-gejala alam (dalam pengertian yang luas), harusdikonsultasikan kepada Al Qur’an, sehingga tidak akandiketahui adanya kesenjangan antara Al Qur’an pengetahuanislam pada suatu sisi dan menghilangkan kesan ilmupengetahuan bebas nilai. Kedudukan Al-Quran pada jenispenelitian pertama sebagai sumber ilmu sedangkan pada jeniskedua berfungsi sebagai sumber nilai dan pengontrol sains(lihat skema terlampir)

Setidaknya ada lima langkah yang harus dilalui olehpeneliti sebelum penelitian empirik dilakukan. Langkahpertama, menemukan masalah penelitian. Sebuah penelitiantidak berangkat dari penemuan judul, tetapi berangkat daripenemuan masalah. Penemuan masalah bisa diperoleh denganmenggunakan teori discrepancy atau teori kesenjangan. Menurutteori ini masalah muncul karena adanya kesenjangan antarayang diidealkan dengan kenyataan, antara tujuan dan hasil,atau antara das es dan das solen. Masalah penelitian Islam dankeIslaman bisa bersumber dari wahyu yang tersurat dari Al-Qur’an dan Al-Hadits atau dari wahyu yang tersirat yangberupa gejala alam. Misalnya kesenjangan antara apa yangdiidealkan oleh Al-Qur’an, berupa bahwa siapa saja yangmenegakkan shalat tahajjud akan memperoleh manfaatkesehatan, namun kenyataan di lapangan ada kelompok orangyang shalat tahajjud memperoleh kesehatan tapi justru adapula yang memperoleh kesakitan.

Langkah kedua, merumuskan tujuan penelitiansementara. Karena jenis penelitiannya bersifat eksperimentalmaka tujuan yang hendak dicapai adalah menemukan

moh. sholeh

225

hubungan atau menemukan perbedaan satu atau beberapavariabel.

Langkah ketiga, penjabaran variabel yang meliputi:penentuan variabel dan sub variabel, indicator dan instrument.Penjabaran variabel menjadi penting dalam penelitianeksperimen, karena dari sini akan diketahui batasan variabelyang akan diukur, teknik yang digunakan untuk mengukursekaligus kisi-kisi penyusunan kuesioner.

Langkah keempat, menyusun proposal. Proposalpenelitian mempunyai makna strategis bagi penelitian, karenaproposal akan memberi rambu-rambu mengenai apa, mengapa,untuk apa, di mana, kapan dan bagaimana penelitiandilakukan. Lazimnya proposal penelitian memuat (1) judulpenelitian; (2) bidang ilmu yang diteliti; (3) pendahuluan; (4)rumusan masalah; (5) kajian pustaka; (6) tujuan penelitian; (7)kegunaan penelitian; (8) hipotesis dan (9) metode penelitianmeliputi: jenis dan rancangan penelitian; penjabaran variabel,populasi, dan kriteria sampel; teknik pengumpulan data danteknik analisis data; (10) jadwal penelitian, dan (11) rencanabiaya anggaran penelitian.

Langkah kelima, operasional penelitian. Pada tahap inisang peneliti harus sudah merasa optimis dan yakin bahwaberbagai logistik penelitian telah dipersiapkan secara mantapdan akurat.

PenutupSudah sampailah masa bagi tiap sarjana muslim muda

saat ini untuk tampil ke pentas dunia kembalimengumandangkan seruan Al-Qur’an, yang sangat dibutuhkandi dalam menyelesaikan masalah dunia yang semakin rumitdan canggih ini. Penyajian misi Muhammad SAW sebagaiRasul terakhir wajiblah kita galakkan dengan metode dan

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

226

pendekatan yang setarap dengan kecanggihan masa kini,namun tidak boleh terlepas dari keikhlasan yang genuine.

Penonjolan pribadi yang seimbang secara dinamis antarasikap dzikir dan fikir, yang digelari Al-Qur’an dengan istilah“Ulul Albab” hendaklah digalakkan di dalam setiapkesempatan, bukan hanya di kalangan kaum muslimin, tetapijuga di tengah-tengah pergulatan antar bangsa dan agama. Halini akan member kesempatan kepada mereka yang belumterpanggil memasuki Islam sebagai agama mereka, sehinggamereka paling sedikit akan mampu menghargai nilai-nilai yangsangat mereka butuhkan demi kelanggengan hidupkemanusiaan di dunia ini.

Jika para sarjana muslim yang sedang diasuh olehuniversitas/institut kita sudi memenuhi harapan ini, insyaAllah generasi muslim yang akan datang akan mampumengambil alih kembali tugas mereka yang termulia sebagaihamba Allah terpilih di dalam hidup ini, yaitu sebagai wasit ditengah pentas kemanusiaan (ummatan wasathan litakunusyuhada ala naasi).

ReferensiAbdullah, M. Amin. Falsafah Kalam di Era Post Modernisme.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997). Hal. 233.______________ . Studi Agama Normativitas atau Histirisitas?.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2002). Hal. 110.Al-Faruqi, Ismail Ar-Raji. Islamization of Knowledge. (New

York: Harvester Whealtshelat, 1987). P. 90.Baiquni, Achmad. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan.

(Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1997). Hal. 67.

moh. sholeh

227

Glock, C.Y. dan Starks, R. Religion an Society In Tension.(Chicago: Tand Mc Nally & Co, 1965). Pp. 20-21.

Guba, Ego (ed). 1990, The Paradigm Dialog, London: Sage, p.88.

Nasution, Harun, 1986, Akal dan Wahyu Dalam Islam,Jakarta: UI Press, hal. 27-29.

Pusposutarjo, Suprodjo. Al-Qur’an dan TantanganModernitas, Ahmad Syafi’I Ma’arif & Said Tuhuleley.(Yogyakarta: Sepess, 1993). Hal. 38.

Raharjo, Dawam. Metodologi Penelitian Agama, SebuahPengantar Taufiq Abdullah (ed). Yogyakarta: TiaraWacana, 1989. Hal. 16, 17.

Rakhmat, Jalaluddin, 1999, Islam Alternatif, Ceramah-ceramah di Kampus, Bandung: Mizan, hal. 37.

Ridwan, M. Deden (ed)., 2001, Tradisi Baru Penelitian AgamaIslam, Tinjauan Antar Disiplin Ilmu, Bandung: Nuansa,hal. 9, 29-31, 90-91.

Saefudin, Ahmad Mufli. Solusi Islam Atas ProblematikaUmat, Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah. (Jakarta:Gema Insani Press, 1993). Hal. 29

Safi, Lovay. Sebuah Refleksi Perbandingan MetodePenelitian Islam dan Barat, Rancangan MetodologiAlternatif. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001). Hal. 8

Salim, Agus (ed)., 2001, Teori dan Paradigma PenelitianSosial: Dari Denzin Guba dan Penerapannya,Yogyakarta: Tiara Wacana, hal. 38-41.

Syafi’i Ma’arif, Ahmad dan Tuhuley, 1993, Al-Qur’an danTantangan Modernitas, Yogyakarta: Sipress, hal. 111.

model penelitian berbasis al-quran dan as-sunnah: orientasiparadigma sainstek integrasi fakultas psikologi kesehatan

228

Widjaja Kusuma, M. Karebet, Yusanto, M. Ismail, 2002,Pengantar Manajemen Syari’at, Jakarta: Khairul Bayan,hal. 1-2.

Wj. Goode dan Haft PK, 1952, Methods in Social Research,New York: Mc Graw Hill Book, p.20.