85
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan LUMUT HATI Mastigophora diclados TERHADAP TIKUS PUTIH JANTAN Strain Sprague Dawley SKRIPSI MIGI FEBRI ARINI NIM: 109102000039 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JANUARI 2014

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

  • Upload
    phamnga

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan

LUMUT HATI Mastigophora diclados TERHADAP TIKUS

PUTIH JANTAN Strain Sprague Dawley

SKRIPSI

MIGI FEBRI ARINI

NIM: 109102000039

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JANUARI 2014

Page 2: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan

LUMUT HATI Mastigophora diclados TERHADAP TIKUS

PUTIH JANTAN Strain Sprague Dawley

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

MIGI FEBRI ARINI

NIM: 109102000039

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JANUARI 2014

Page 3: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 4: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 5: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 6: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Migi Febri Arini

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak n-heksan Lumut

Hati Mastigophora diclados Terhadap Tikus Putih

Jantan Strain Sprague Dawley

Dari hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa ekstrak etanol lumut hati

Mastigophora diclados aktif sebagai antiinflamasi. Tujuan penelitian ini adalah

untuk melanjutkan meneliti lumut hati Mastigophora diclados yang diekstraksi

menggunakan metode maserasi dengan pelarut n-heksana. Penelitian dilakukan

dengan menggunakan 30 ekor tikus Strain Sprague Dawley, yang dibagi dalam 5

kelompok perlakuan yaitu dosis 5 mg/KgBB, 10 mg/KgBB, dan 50 mg/KgBB

serta kelompok kontrol negatif (Na CMC 0,5%) dan kelompok kontrol positif.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pembentukan udem buatan

pada telapak kaki tikus yang diinduksi karagenan 1% sebanyak 0,2 mL sebagai

induktor radang. Sebagai kontrol positif digunakan asetosal dengan dosis 125

mg/KgBB. Hasil udem telapak kaki tikus diukur dengan menggunakan alat

plestimometer setiap 1 jam selama 6 jam pengamatan pada setiap kelompok. Hasil

penelitian menunjukan bahwa daya hambat terbesar yang dihasilkan pada ekstrak

n-heksan lumut hati Mastigophora diclados terjadi pada dosis 50 mg/KgBB

dengan persentase inhibisi radang sebesar 82,04%, dosis 10 mg/KgBB sebesar

60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

adanya perbedaan bermakna antara setiap dosis dengan kontrol negatif pada taraf

uji 0,05 (ρ≤0,05) dan semua dosis ekstrak terdapat perbedaan bermakna dengan

kontrol positif (ρ≤0,05) terkecuali pada dosis 10 mg/KgBB tidak terdapat

perbedaan bermakna dengan kontrol positif pada taraf uji 0,05 (ρ≥0,05).

Kata kunci: Lumut Hati Mastigophora diclados, n-heksan, Asetosal,

Karagenan 1%.

Page 7: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Migi Febri Arini

Program Study : Pharmacy

Title : The Antiinflammatory Effect of n-hexane Extract

of Livermorts Mastigophora diclados on Sprague

Dawley white rats.

From the result of the previous study, it is known that the ethanol extract of

liverworts Mastigophora diclados is active as anti inflammatory. The purpose of

this study was to continue the research on liverworts Mastigophora diclados

which was extracted with maceration method using n-hexane. This research was

conducted using 30 Sprague Dawley rats, which were divided in 5 dosage

treatments; 5 mg/kgBW, 10 mg/KgBW, and 50mg/KgBW, along with negative

control group (0,5% Na CMC) and positive control group. This research was

carried out by using artificial edema formation method on the sole of 1%

carrageenan-induced mice with the amount of 0,2 mL as an inflammation

inductor. As positive control, acetosal was used with a dosage of 125 mg/KgBW.

The production of edema on the rat sole foot was measured with plethysmometer

every 1 hour for 6 hours under surveillance for each group. The result of the

research showed that the strongest inhibition produced by n-hexane extract of

Liverworts Mastigophora diclados occurred on the dosage of 50 mg/KgBW with

the percentage of inflammation inhibition 82,04%, dosage of 10 mg/KgBB

60,07% and dosage of 5 mg/KgBB 34,2%. It was known from the result of

ANOVA showed that there were significant differences between each dose of

the extract with the negative control (ρ≤0.05) and all doses of the extract are

significant differences with the positive control (ρ ≤ 0.05), except at a dose of

10 mg/Kg body weight there was no significant difference in the positive control

level test 0.05 (ρ ≥ 0.05).

Key words : Liverworts, Mastigophora diclados, n-hexane, Acetosal,

Carrageenan 1%.

Page 8: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga sehingga penulis dapat

menyelasaikan skripsi dengan judul “Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak n-heksan

Lumut Hati Mastigophora diclados Terhadap Tikus Putih Jantan Strain

Sprague Dawley” Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi

tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi UIN

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari

masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi saya

untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Ibu Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D, Apt selaku pembimbing pertama

dan Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt selaku pembimbing kedua, yang

memiliki andil besar dalam proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir

saya ini, semoga segala bantuan dan bimbingan ibu mendapat imbalan

yang lebih baik di sisi-Nya

2. Bapak Prof. DR. (hc) dr. M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs.Umar Mansur selaku Ketua Jurusan Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitar Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kedua orang tua saya, ayahanda Purdjiman, SE panutan dalam keluarga

dan ibunda Sumiyati wanita luar biasa yang selalu memberikan doa,

semangat, dan nasiat pada penulis, kakakku tercinta yuniarto setio graha,

Page 9: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

S.Par & Rica Ramdiani, dr. Adhipriyan Wibowo & Surya Kharisma Dewi,

Keponakan kecilku Syakira Fradisa Nugraha, Om dan tanteku Parkedi dan

Nana Rohana, yang selalu memberikan doa, nasihat dan motivasi, hingga

selesainya skripsi ini.

6. Bapak H. M. Riko Rohim, Pak Purwo Priyanto yang selalu memberikan

doa, ilmu Allah SWT yang luar biasa dan energi positif pada penulis.

7. Untuk teman-teman Farmasi 2009 dan teman “GK” Nida Ghania Lidinilla,

Arestya Otary, Umu Aiman, Nda, Qory, Liza, Widya, Agung, Isti, Andy,

Ema yang selalu memberikan semangat kebersamaan dan bantuan kepada

penulis.

8. Untuk kakak senior Farmasi 2008 khususnya Endah Purnamasari yang

telah membantu penulis dalam memberikan pengarahan dan nasehat.

9. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama

penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu, dengan segala

kerendahan hati, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat member

sumbangan pengetahuan khususnya di Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu kesehatan, Universtas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 22 Januari 2014

Migi Febri Arini

Page 10: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 11: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................ vi

ABTRACT ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........ x

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 4

2.1 Mastigophora diclados .......................................................... 4

2.1.1 Klasifikasi Tanaman ................................................. 4

2.1.2 Kandungan Kimia Mastigophora diclados ............... 4

2.1.3 Aktivitas Biologi ....................................................... 5

2.1.4 Habitat ........................................................................ 5

2.2 Simplisia ................................................................................ 5

2.3 Ekstrak dan Ekstrasi ............................................................. 6

2.3.1 Pengertian Ekstrak dan Ekstraksi .............................. 6

2.3.2 Proses Pembuatan Ekstrak ........................................ 7

2.3.3 Metode Ekstraksi........................................................ 8

2.3.4 Parameter Ektrak ........................................................ 10

2.4 Freeze Drying .......................................................................... 11

2.5 Inflamasi ................................................................................ 11

2.5.1 Definisi Inflamasi ...................................................... 12

2.5.2 Mekanisme Inflamasi ................................................ 13

2.5.3 Obat Inflamasi............................................................. 13

2.5.3 Metode Uji Antiinflamasi ......................................... 14

2.6 Karagenan............................................................................... 16

2.7 Asetosal............................................................... ................... 16

2.5.3 Mekanisme Kerja ..................................................... 17

2.5.3 Efek samping............................................................. 17

Page 12: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 18

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 18

3.2 Alat dan Bahan ...................................................................... 18

3.2.1 Alat ............................................................................ 18

3.2.2 Bahan........................................................................... 18

3.3 Prosedur Penelitian ............................................................... 19

3.3.1 Penyiapan Bahan ....................................................... 18

3.3.2 Penapisan Fitokimia .................................................. 19

3.4 Uji Aktivitas Antiinflamasi ................................................... 21

3.4.1 Pengelompokan Hewan Uji ...................................... 21

3.4.2 Penyiapan Hewan Uji ................................................ 21

3.5 Perencanaan Dosis dan Pembuatan Sediaan ......................... 21

3.5.1 Perhitungan Dosis ..................................................... 21

3.5.2 Pembuatan Asetosal.................................................... 22

3.5.4 Pembuatan Karagenan 1%........................................ 22

3.5.4 Pembuatan Sediaan Ekstrak........................................ 22

3.6 Prosedur Kerja Antiinflamasi.................................................. 23

3.6.1 Analisa Data................................................................ 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 25

4.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 25

4.1.1 Determinasi Tanaman .................................................. 25

4.1.2 Pembuatan Ekstrak ....................................................... 25

4.1.3 Penapisan Fitokimia ..................................................... 26

4.1.4 Uji Antiinflamasi ......................................................... 27

4.1.5 Hasil Uji Antiinflamasi ................................................ 29

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 37

5.1 Kesimpulan ........................................................................... 37

5.2 Saran ..................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 38

LAMPIRAN .............................................................................................. 42

Page 13: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Pembagian Kelompok Dosis ................................................... 22

Tabel 4.1 Karakteristik Ekstrak ............................................................... 27

Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia ........................................................ 28

Tabel 4.3 Rata-rata Volume Udem Kaki Tikus ........................................ 30

Tabel 4.4 Rata-rata Persen Volume Udem Kaki Tikus ............................ 32

Tabel 4.5 Rata-rata Persen Inhibisi Udem Kaki Tikus ............................ 34

Page 14: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar Struktur Asetosal ................................................. 17

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Rata-rata Volume Udem ...................... 31

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Rata-rata Persen Udem......................... 32

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Rata-rata Persen Inhibisi Udem ........... 34

Page 15: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Tanaman Lumut Hati Mastigophora diclados ..................................... 43

2. Determinasi tanaman lumut hati Mastigophora diclados ..................... 44

3. Hasil Penapisan Fitokimia .................................................................... 45

4. Perlakuan Pada Tikus Galur Sprague Dawley ..................................... 47

5. Parameter Ekstrak ................................................................................. 49

6. Rumus Perhitungan Dosis Hewan ......................................................... 50

7. Perhitungan Dosis Asam Asetil Salisilat (Asetosal) ............................ 51

8. Perhitungan Dosis Tikus ...................................................................... 52

9. Hasil Volume Udem Telapak Kaki Tikus ............................................. 53

10. Hasil Persen Udem Telapak Kaki Tikus .............................................. 54

11. Hasil Persen inhibisi udem telapak kaki tikus....................................... 55

12. Perhitungan Persen Udem dan Inhibisi Telapak Kaki Tikus ................ 56

13. Aklimatisasi Hewan Uji Antiinflamasi ................................................ 59

14. Alur Penelitian ..................................................................................... 60

15. Skema Kerja Ekstrak Kental Mastigophora diclados ........................... 61

16. Skema Kerja Uji Antiinflamasi ............................................................ 62

17. Analisis Data Statistik Uji Efek Antiinflamasi ..................................... 63

Page 16: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inflamasi adalah respon biologis dari jaringan vaskuler atas adanya

bahaya, seperti pathogen, kerusakan sel, atau iritasi. Ini adalah usaha perlindungan

diri organisme untuk menghilangkan rangsangan penyebab luka dan inisiasi

proses penyembuhan jaringan. Jika inflamasi tidak ada maka luka dan infeksi

tidak akan sembuh dan akan menggalami kerusakan yang lebih parah.

Inflamasi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan penyakit, seperti

demam, atherosclerosis, dan reumathoid arthritis (Gard, 2001).

Saat ini ada bermacam-macam obat yang digunakan untuk mengatasi

peradangan. Antiinflamasi golongan steroid misalnya dapat menyebabkan

penurunan imunitas terhadap infeksi, osteoporosis, atropi otot dan jaringan

lemak, meningkatkan tekanan intra okular, serta bersifat diabetik. Sedangkan

pada gangguan fungsi ginjal, tukak lambung hingga perdarahan,

hipersensitivitas, bronkospasme merupakan efek samping dari obat antiinflamasi

golongan non steroid (Fajriani, 2005).

Tumbuhan herbal dapat menjadi salah satu sumber bahan obat alami yang

berasal dari senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan. Senyawa kimia

yang berkhasiat sebagai obat tersebut merupakan hasil dari metabolisme sekunder,

seperti senyawa golongan terpen, alkaloid, fenol, poliketida, dan flavonoid

berserta turunannya (Solikin, 2007).

Lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang termasuk ke dalam

divisi bryophyta. Pada umumnya tumbuhan lumut menyukai tempat-tempat

yang basah dan lembab didataran rendah sampai dataran tinggi. Tumbuhan

ini sering disebut sebagai tumbuhan pioneer atau tumbuhan perintis, karena

lumut dapat tumbuh dengan berbagai kondisi pertumbuhan dimana tumbuhan

tingkat tinggi tidak bisa tumbuh (Immanudin, 2006).

Lumut hati dibedakan dari kelas-kelas tumbuhan lumut lainnya karena

adanya minyak tubuh yang mampu mensintesis senyawa yang larut lemak

seperti asetogenin, terpenoid dan senyawa aromatik, sementara yang lainnya

Page 17: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak. Lumut hati memiliki badan minyak (oil bodies) sebagai penanda yang

sangat penting untuk klasifikasi lumut hati tersebut. Beberapa kandungan

kimia dari lumut hati merupakan senyawa yang khas bagi kelas ini dan

menunjukkan berbagai aktivitas biologis yang menarik, seperti antimikroba,

sitotoksik, antioksidan dan sejumlah enzim yang bekerja sebagai inhibitor

serta memiliki aktivitas yang merangsang apoptosis (Komala, 2010).

Di Indonesia Mastigophora diclados banyak ditemukan di dataran

tinggi yang sejuk dan lembab seperti di hutan Gunung Slamet, Baturraden

Jawa Tengah Purwokerto Mastigophora hidup menempel pada batang pinus

dan agathis pada ketinggian 800 m blok 55. di hutan pegunungan Taman

Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah Mastigophora diclados hidup

diketinggian tinggi, Pada batang pohon palm sepanjang jalan menuju kawah

putih pada ketinggian 2050 m Gunung Patuha Bandung Jawa Barat (Haerida &

Gradstein, 2011 ; Gradstein &Culmsee, 2010).

Pada penelitian sebelumnya, Komala, et al (2010) telah melaporkan

bahwa tumbuhan lumut Mastigophora diclados yang tumbuh di Tahiti

mengandung senyawa-senyawa fenolik seskuiterpenoid herbertan. Senyawa-

senyawa golongan fenolik seskuiterpenoid herbertan dilaporkan memiliki

aktivitas sitotoksik, antioksidan, dan antimikrobial. Antioksidan dapat bekerja

menghambat radikal bebas yang diketahui sebagai mediator dari berbagai

penyakit antara lain karsinogenesis, jantung koroner, inflamasi, artitis, diabetes

dan penuaan (Ali et al, 2011).

Dari hasil penelitian lumut Mastigophora diclados dari Tahiti yang

menghasilkan aktivitas antioksidan maka lumut hati Mastigophora diclados

dimungkinkan memiliki aktivitas antiinflamasi, maka penelitian dilanjutkan

dengan mengamati aktivitas antiinflamasi pada lumut Mastigophora diclados

dengan pelarut etanol yang terdapat di Indonesia. Dari penelitian tersebut

diketahui bahwa Mastigophora diclados yang mengandung senyawa terpenoid,

fenolik, dan saponin yang ternyata memiliki aktivitas antiinflamasi (Purnamasari,

2013).

Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan tersebut, maka perlu

dilanjutkan penelitian mengenai lumut Mastigophora diclados yang terdapat di

Page 18: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Indonesia terhadap aktivitas antiinflamasi dengan metode ekstraksi bertingkat

yaitu dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol. Pada penelitian ini akan

dilakukkan uji antiinflamasi dari ekstrak senyawa non polar yang terdapat dalam

pelarut n-heksan dari lumut hati Mastigophora diclados.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak n-heksan dari lumut Mastigophora diclados dapat

memberikan efek antiinflamasi pada tikus putih

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menguji aktivitas antiinflamasi dari ekstrak n-heksan lumut

Mastigophora diclados melalui penggukuran volume udem pada telapak kaki

tikus putih jantan Sprague Dawley secara in vivo.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

aktivitas lumut hati Mastigophora diclados, yang dapat digunakan sebagai

antiinflamasi sehingga dapat dijadikan salah satu alternatif pengobatan

inflamasi.

Page 19: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Lumut Hati (Mastigophora diclados)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi Tanaman Mastigophora diclados adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Phylum : Marchantiophyta

Class : Jungermanniopsida

Order : Jungermanniales

Suborder : Lophocoleineae

Family : Mastigophoraceae

Genus : Mastigophora Nees.

Species : M. diclados (Brid.) Nees

(Crandall-Stotler B; Stotler RE; Long DG, 2008)

2.1.2 Kandungan Kimia Mastigophora diclados

Berdasarkan kandungan kimianya, Mastigophoraceae dan herbertaceae

memiliki kesamaan, karena sama-sama menghasilkan senyawa seskuiterpenoid

herbertan sebagai komponen utamanya (Asakawa, 1995; 2004; Harinantenaina &

Asakawa, 2007).

Dari pemeriksaan GC / MS ekstrak eter M. diclados (Brid. Ex F. Weber)

dari borneo menunjukkan adanya senyawa herbertene, herbertenol, herbertene-

2,3-diol dan herbertene-1 ,2-diol. Dalam koleksi sebelumnya dari M. diclados

Malaysia Timur, selain herbertanes, herbertane dimer, juga ditemukan pada

Mastigophorenes A-D (Asakawa et al, 1991.). Namun, menurut Leong &

Harrison, 1997 spesies di Malaysia Barat tidak menghasilkan herbertanes,

melainkan jenis trachylobane diterpenoids dari hasil diisolasi.

Koleksi Jepang menjabarkan herbertene dan α-herbertenol dengan siklik

diklorinasi bis-bibenzyls, dimana tidak ada diterpenoids dan dimer herbertane

yang telah terdeteksi (Hashimoto et al, 2000.).

Page 20: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Data ini menunjukan bahwa setidaknya ada tiga ras geografis

Mastigophora diclados di Asia: tipe bis-bibenzyl di Jepang, jenis Mastigophorene

di borneo (Malaysia Timur), dan jenis pimarane serta turunan pimarane

trachylobane diterpenoid di Taiwan dan Malaysia Barat (Harinantenaina &

Asakawa, 2004) ( Agnieszka & Asakawa, 2010).

2.1.3 Aktivitas Biologi

Aktivitas yang dimiliki Mastigophora diclados adalah aktivitas sitotoksik

terhadap HL-60 dan sel KB, aktivitas antimikrobial, dan aktivitas antioksidan

(Komala, 2010 ; Komala, et al., 2010).

2.1.4 Habitat

Lumut Mastigophora diclados dapat tumbuh pada batang pohon pinus dan

agathis, batu-batuan, dan dinding lereng gunung (Ida Haerida, et al, 2011).

2.2. Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat dan

belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia

hewani dan simplisia pelikan atau mineral (Depkes RI, 1979).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian

tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara

spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan

dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni (Depkes RI, 2000).

Simplisia Hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian dari

hewan atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa

zat kimia murni (Depkes RI, 1979).

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan

belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1979).

Page 21: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3. Ekstrak dan Ekstrasi

2.3.1 Pengertian Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair, dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Depkes

RI, 1979).

Faktor yang mempengaruhi ekstrak yaitu faktor biologi dan faktor kimia.

Adapun faktor biologi meliputi: spesies tumbuhan, lokasi tumbuh, waktu

pemanenan, penyimpanan bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang

digunakan. Sedangkan faktor kimia meliputi beberapa hal, yaitu: faktor internal

(Jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi kualitatif senyawa aktif, komposisi

kuantitatif senyawa aktif, kadar total rata-rata senyawa aktif) dan faktor eksternal

(metode ekstraksi, perbandingan ukuran alat ekstraksi, ukuran, kekerasan dan

kekeringan bahan, pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, kandungan logam

berat, kandungan peptisida) ( Depkes RI, 2000).

Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah

obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut.

Simplisia yang akan diekstrak mengandung senyawa aktif yag dapat larut dan

senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut. Struktur kimia

yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-

senyawa tersebut terhadap suhu, udara, cahaya, dan logam berat. Simplisia yang

lunak seperti rimpang, akar dan daun mudah diserap oleh pelarut, sehingga pada

proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus. Sedangkan simplisia yang

keras seperti biji, kulit kayu, dan kulit akar susah diserap oleh pelarut, karena itu

perlu diserbuk sampai halus. Selain sifat fisik dan senyawa aktif dari simplisia,

senyawa-senyawa yang terdapat dalam simplisia seperti protein, karbohidrat,

lemak dan gula juga harus diperhatikan. Dengan diketahuinya akan

mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. (Depkes, 2000).

Sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dipilih berdasarkan

kemampuannya dalam melarutkan jumlah maksimum dari zat aktif dan

seminimum mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan (Ansel, 2008).

Page 22: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Metode dasar ekstraksi adalah maserasi, perkolasi, dan sokletasi. Pemilihan

terhadap ketiga metode diatas disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh

sari (Harborne, 1987).

2.3.2 Proses Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak dapat dilakukkan melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Pembuatan Serbuk Simplisia

Zat aktif semula berada di dalam sel akan ditarik oleh cairan penyari

sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada

umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia

yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Dengan demikian maka

makin halus serbuk simplisia seharusnya makin baik penyariannya. Tetapi

dalam pelaksanaannya tergantung pada sifar fisik dan sifat kimia simplisia

yang bersangkutan, serbuk yang terlalu halus membentuk suspensi yang sulit

dipisahkan dengan penyarian serta serbuk yang terlalu halus menyebabkan

banyak dinding sel yang pecah, sehingga zat yang tidak diinginkan pun ikut

ke dalam hasil penyarian (Depkes, 2000).

b. Pembasahan

Pembasahan serbuk dilakukan pada penyarian. Dimaksudkan memberikan

kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki pori-pori

dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya (Depkes,

2000).

c. Penyari/Pelarut

Cairan peyari yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah

penyari yang baik untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif.

Penyari tersebut harus dapat dipisahkan dari bahan dan sari senyawa

kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa

kandungan yang diinginkan. Faktot utama yang menjadi pertimbangan dalam

pemilihan penyari adalah selektifitas, ekonomis, dan kemudahan bekerja

(Depkes, 2000).

Page 23: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Pemisahan dan Pemurnian

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghilangkan (memisahkan) senyawa

yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada

senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih

murni. Proses-proses pada tahap ini adalah pengendapan, pemisahan dua

cairan tak campur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi, serta proses absorbsi, dan

penukaran ion (Depkes, 2000).

e. Pemekatan/Penguapan

Pemekatan berarti peningkatan jumlah partikel solute (senyawa terlarut)

dengan cara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kering tetapi ekstrak

hanya menjadi kental/pekat (Depkes, 2000).

f. Pengeringan Ekstrak

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga

menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh, tergantung proses dan peralatan

yang digunakan, ada berbagai proses pengeringan ekstrak, yaitu dengan cara

pengeringan evaporasi, vaporasi, sublimasi, konveksi, kontak, radiasi,

dielektrik (Depkes, 2000).

g. Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan

simplisia awal (Depkes, 2000).

2.3.3 Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi dengan mengguakan pelarut terdiri dari dua cara yaitu

dengan cara dingin dan cara panas.

a. Cara Dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka

Page 24: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

larutan terpekat didesak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan didalam dan diluar sel.

Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut

setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya

(Depkes, 2000).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi

antara, tahap perkolasi sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh

ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes, 2000).

b. Cara Panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya

dilakukkan pengulangan proses pada residu pertama 3-5 kali

sehingga dapat termasuk pada proses ekstraksi sempurna (Depkes,

2000)

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut

yang selalu baru dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus

sehingga terjadi ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif

konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes, 2000).

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan,

yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 0C (Depkes,

2000).

4. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya

dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air

Page 25: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dari bahan-bahan nabati. Proses ini dilakukan pada suhu 90 0C

selama 15-20 menit (Depkes, 2000).

5. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan

temperatur sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100

0C (Depkes, 2000).

6. Destilasi Uap

Destilasi Uap adalah ekstraksi senyawa kandungan

menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan

uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan

menguap dengan fase air dan kentel secara kontinu sampai sempurna

dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa

kandungan menguap ikut Terdestilasi) menjadi destilasi air bersama

senyawa kandungan yang memisah yang memisah sempurna atau

memisah sebagian (Depkes, 2000).

2.3.4 Parameter Ekstrak

1. Parameter Non spesifik Ekstrak ( Depkes RI, 2000).

a. Kadar Air

Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di

dalam bahan. Tujuannya adalah memberikan batasan maksimal

(rentang) tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Nilai

untuk kadar air sesuai dengan yang tertera dalam monografi

(Depkes, 2000).

b. Kadar Abu

Untuk penentuan kadar abu, bahan yang dipanaskan pada

temperatur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan

menguap sehingga hanya tersisa unsur mineral dan anorganik.

Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang kandungan

mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai

terbenttuknya ekstrak. Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang

tertera dalam monografi (Depkes, 2000).

Page 26: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Parameter Spesifik

Parameter spesifik dilakukan dengan uji parameter organoleptik

ekstrak dengan menggunakan pancaindera mendeskripsikan bentuk,

warna, bau dan rasa.

2.4 Freeze Drying

Freeze drying atau pengeringan beku merupakan proses pengeringan yang

pelarut atau media suspensinya dikristalkan dengan suhu rendah dan selanjutnya

tersublimasi dari padatan menjadi ke fase uap. Pengeringan beku lebih sering

menggunakan air sebagai pelarutnya. Pengeringan mengubah es atau air dalam

fase amorf menjadi uap. Langkah ini relatif lebih mudah untuk prose pemurnian.

Jika didalam produk mengandung dua komponen atau lebih suspensi. Proses

tersebut bisa terjadi sehingga perlu disederhanakan dalam model pembuatanya

agar lebih mudah dan dimengerti. Pengeringan mengubah es atau air dalam fasa

amorf menjadi uap. Hal tersebut dapat terjadi karena tenakan uap es yang rendah,

volume uap menjadi besar. Pengeringan bertujuan untuk menghasilkan subtansi

dengan stabilitas yang baik dan yang tidak berubah setelah rekonstitusi dengan

air, meskipun hal ini tergantung sangat tergantung juga pada langkah terakhir

yaitu prose pengemasan dan kondisi penyimpanan.

Dalam pengeringan beku memiliki beberapa keuntungan diantaranya:

a. pengeringan pada suhu rendah dapat mengurangi produk sensitif-panas.

b. Produk cair dapat secara akurat terdosiskan.

c. Kadar air dari produk akhir dapat dikontrol selama proses.

d. Produk kering dapat memiliki bentuk fisik yang menarik.

e. Produk obat dengan luas permukaan spesifik yang tinggi dengan cepat

dibentuk kembali (Oetjen & Haseley, 2004).

2.5 Inflamasi

2.5.1 Definisi Inflamasi

Inflamasi merupakan respon kompleks dalam jaringan vaskular yang

terjadi akibat adanya rangsangan eksogen dan endogen. Peradangan adalah respon

normal, perlindungan terhadap cedera jaringan yang disebabkan oleh trauma,

Page 27: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bahaya bahan kimia atau mikrobiologis yang merupakan pertahanan dari tubuh.

Peradangan terjadi untuk menonaktifkan atau menghancurkan organisme asing,

menghilangkan iritasi merupakan tahap pertama perbaikan jaringan. Proses

inflamasi biasanya dapat sembuh pada proses pengobatan, tetapi dapat juga

menjadi lebih buruk menjadi radang yang parah yang dapat berakibat fatal (Sen et

al, 2010).

Tanda-tanda dari peradangan adalah kemerahan, suhu tubuh meningkat,

bengkak, nyeri, dan hilangnya fungsi. Peradangan dipicu oleh berbagai macam zat

berbahaya, benda asing, racun, infeksi, radang, dingin, bahan kimia, patogen,

antibodi, nekrosis, tumpul, reaksi kekebalan tubuh dan luka fisik. Mediator

inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikin, neuropeptida, eikosanoid

(prostaglandin dan leukotrein B4, C4, D4, E4), oksida nitrat, oksidan biologis,

faktor mengaktifkan trombosit, faktor narkosis tumor, metabolit oksigen, protein

komplemen sitokin, faktor adhesi dan pencernaan yang memiliki peranan pentin

dalam patogenesis dari peradangan. Sel-sel seperti neutrofil, eosinofil, monosit,

limfosit, basofil, sel mast, fibroblas, jaringan ikat, makrofag juga terlibat dalam

patogenesis dari peradangan (Sen et al, 2010).

Peradangan atau inflamasi umumnya dibagi menjadi:

- Infalamasi akut : respon awal terhadap cedera jaringan, hal tersebut terjadi

melalui mediator respon inflamasi akut yang terlibat antara lain: histamin,

serotonin, bradikin, prostaglandin, leukotrin, dan pada umumnya didahului

oleh pembentukan respon imun. Respon imun terjadi ketikas sel yang

kompeten secara imunologis menjadi aktif sebagai respon terhadap organisme

atau zat antigenik asing yang dibebaskan selama respon peradangan akut atau

kronik. Dilain pihak, hasil akhir respon imun dapat bersifat merugikan jika

menyebabkan peradangan kronik, tanpa adanya resolusi dari poses cedera

yang mendasari.

- Inflamasi kronis melibatkan pelepasan sejumlah mediator yang tidak terlihat

jelas pada respon akut. Salah satu keadaan yang paling penting yang

meibatkan mediator-mediator ini adalah arthitis reumatoid; pada keadaan ini

terjadi peradangan kronik yang menyebabkan nyeri, serta penghancuran

Page 28: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tulang kartilago yang dapat menimbulkan cacat berat dan terjasi perubahan

sistemik yang dapat mengakibatkan pemendekan usia hidup (Katzung, 2010).

2.5.2 Mekanisme Inflamasi

Inflamasi terjadi dengan diawali adanya stimulus yang merusak jaringan,

mengakibatkan sel mast pecah dan terlepasnya mediator-mediator inflamasi.

Kemudian terjadi vasodilatasi dari seluruh pembuluh darah pada daerah inflamasi

sehingga aliran darah meningkat. Perubahan volume darah dalam kapiler dan

venula, yang menyebabkan sel-sel endotel pembuluh darah meregang dan

kemudian meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, protein plasma keluar

dari pembuluh darah lalu menimbulkan edema. Infiltrasi leukosit ke tempat

inflamasi, pada tingkat awal infiltrasi oleh neutrofil, selanjutnya infiltrasi oleh sel

monosit. Sel monosit akan berubah menjadi makrofag. Baik neutrofil maupun

mkrofag dapat melepaskan enzim lisosom unttuk membantu mencerna eksudat

radang. Bila tidak terjadi resolusi, maka dapat meningkat menjadi inflamasi

kronik (Underwood, 1999).

2.5.3 Obat Inflamasi

1. Obat Antiinflamasi Golongan Non Steroid (AINS)

Obat golongan AINS yang mempunyai khasiat sebagai analgetik,

antipiretik, serta antiinflamasi merupakan suatu kelompok obat yang

heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia.

Walaupun demikian, obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam

efek terapi maupun efek samping berdasarkan mekanisme kerjanya,

yaitu menghambat biosintesis prostaglandin (Wilmana, 2007).

AINS mengambat siklooksigenase (COX) sehingga konversi asam

arakidonat menjadi prostaglandin, prostasiklin, dan tromboksan yang

berperan dalam menimbulkan reaksi peradangan terganggu. Tetapi

antiinflamasi nonsteroid tidak menghambat biosintesis leukotrein yang

diketahui ikut berperan dalam proses inflamasi. Obat anti infalamasi

non steroid adalah indometasin, Na. Diklofenak, Fenilbutazon dan

Ibuprofen.(Wilmana, 2007).

Page 29: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Obat Antiinflamasi Golongan Steroid

Golongan obat anti antiinflamasi golongan steroida

(glukokortikoid) berhubungan dengan kemampuannya untuk

merangsang biosintesis protein lipomodulin yang dapat menghambat

kerja enzimatik fosfolipase, suatu enzim yang bertanggung jawab

terhadap pelepasan asam arakhidonat dan metabolitnya seperti

prostaglandin, leukotrin, prostasiklin, dan tromboksan. Gukokortikoid

dapat memblok jalur siklooksigenase dan lipoksigenase. Obat-obatan

golongan steroida adalah prednisolon, betametason, triamsolon,

hidrokortison dan sebagainya (Katzung, 2010).

2.5.4 Beberapa Metode Uji Antiinflamasi

1. Metode Pembentukan Edema Buatan

Salah satu teknik yang paling umum digunakan berdasarkan

kemampuan agen tersebut untuk menghambat produksi edema di kaki

belakang tikus setelah injeksi agen radang yang kemudian diukur

volume radang. Volume edema diukur sebelum dan sesudah pemberian

zat yang diuji. Beberapa iritan yang dipakai sebagai penginduksi

edema antara lain formalin, kaolin, ragi, dan dekstran. Iritan yang

umum digunakan dan memiliki kepekaan yang tinggi adalah karagen

(Vogel, 2002).

2. Metode Pembentukan Eritema

Metode ini berdasarkan pengamatan secara visual terhadap eritema

pada kulit hewan yang telah dicukur bulunya. Marmot secara kimiawi

dihilangkan bulunya dengan suspense barium sulfat, 20 menit

kemudian dibersihkan dengan air hangat. Hari esoknya senyawa uji

disuspensikan dan setengah dosisnya diberikan 30 menit sebelum

pemaparan UV. Setengahnya lagi setelah 2 menit berjalan pemaparan

UV. Eritema dibentuk akibat iritasi sinar UV berjarak 20 cm diatas

marmot. Eritema dinilai 2 dan 4 jam setelah pemaparan (Vogel, 2002).

Page 30: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Metode Iritasi dengan Panas

Metode ini berdasarkan pengukuran luas radang dan berat edema

yang terbentuk setelah diiritasi dengan panas. Mula-mula hewan diberi

zat warna tripan biru yang disuntik secara IV, dimana zat ini akan

berikatan dengan albumin plasma. Kemudian pada daerah penyuntikan

tersebut dirangsang dengan panas yang cukup tinggi. Panas

menyebabkan pembebasan histamine endrogen sehingga timbul

inflamasi. Zat warna akan keluar dari pembuluh darah yang mengalami

dilatasi bersama-sama dengan albumin plasma sehingga jaringan yang

meradang kelihatan berwarna. Penilaian derajat inflamasi diketahui

dengan mengukur luas radang akibat perembesan zat ke jaringan yang

meradang. Pengukuran juga dapat dilakukan dengan menimbang edema

yang terbentuk, dimana jaringan yang meradang dipotong kemudian

ditimbang (Vogel, 2002).

4. Metode Pembentukan Kantong Granuloma

Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang

terbentuk di dalam kantong granuloma. Mula-mula benda terbentuk

pellet yang terbuat dari kapas yang ditanam di bawah kulit abdomen

tikus menembus lapisan linia alba. Respon yang terjadi berupa gejala

iritasi, migrasi leukosit dan makrofag ke tempat radang yang

mengakibatkan kerusakan jaringan dan timbul granuloma (Vogel,

2002).

5. Metode Iritasi Pleura

Metode ini berdasarkan pengukuran volume eksudat yang

terbentuk karena iritasi dengan inductor radang. Adanya aktivitas obat

yang diuji ditandai dengan berkurangnya volume eksudat. Obat

diberikan secara oral. Satu jam kemudian disuntik dengan inductor

radang seperti formalin secara intra pleura. Setelah 24 jam, hewan

dibunuh dengan eter lalu rongga pleura dibuka dan volume eksudat

diukur (Vogel, 2002).

Page 31: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Metode Induksi Oxazolon Edema Telinga Mencit.

Pada percobaan ini tikus telinga tikus diinduksi 0.01 ml 2% larutan

oxazolon ke dalam telinga kanan. Inflamasi terjadi dalam 24 jam.

Kemudian hewan dikorbankan dibawah anastesi lalu dibuat preparat

dengan 8 mm dan perbedaan berat preparat menjadi indicator inflamasi

udem (Vogel, 2002).

2.6 Karagenan

Karagenan dikenal juga dengan nama carragenan, carragenin,

carraghenates, chondrus extrax dan irish moss extrak. (Sweetman, 2009).

Karagenan merupakan polisakarida hasil ekstraksi rumput laut dari family

Euchema, Chondrus, dan Gigartina. Bentuknya berupa serbuk berwarna putih

hingga kuning kecokelatan, ada yang berbentuk butiran kasar hingga serbuk halus,

tidak berbau, serta memberi rasa berlendir di lidah. Berdasarkan kandungan sulfat

dan potensi pembentukan gelnya, karagenan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu

lamda karagenan, Iota karagenan, dan Kappa karagenan. Ketiga karagenan ini

memiliki sifat larut dalam air bersuhu 80 OC (Rowe et al, 2009).

Penggunaan karagenan sebagai penginduksi radang memiliki beberapa

keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan

jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi

dibanding senyawa iritan lainnya (Siswanto dan Nurulita, 2005).

2.7 Asetosal

Gambar 2.1. Struktur Asetosal

Page 32: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rumus molekul : C9H8O4

Nama kimia : Asam Asetil Salisilat

Berat molekul : 180,16

Pemerian : Hablur, tidak berwarna, atau serbuk hablur putih;

tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa asam.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam

etanol, larut dalam kloroform, dan dalam eter

(Farmakope Indonesia, 1979).

Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin

merupakan salah satu senyawa yang secara luas digunakan, aspirin

digunakan sebagai obat analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi yang

sangat luas digunakan (Wilmana,1995).

2.7.1 Mekanisme Kerja Asam Asetil Salisilat

Asam asetil salisilat bekerja menghambat enzim siklooksigenase secara

ireversibel (prostagladin sintetase), yang mengkatalisis perubahan asam

arakidonat menjadi senyawa endoperoksida ; pada dosis yang tepat obat ini akan

menurunkan pembentukan prostagladin maupun tronboksan A2, tetapi tidak

leukotrien (Gunawan, 2008 ; Katzung, 1998).

2.7.2 Efek Samping Asam Asetil Salisilat

Terjadi gangguan pada lambung (gastritis), pendarahan saluran cerna,

muntah, tinusitus, penurunan pendengaran, vertigo, meningkatkan kadar asam urat

serum dan hepatitis ringan (Muatchler, 1991; Guawan, 2008; Katzung, 1998).

Page 33: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

18 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia,

Laboratorium Hewan (Animal house), dan Labolatorium Kimia Obat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Mulai dari bulan April sampai Juli 2013.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Neraca analitik

(wiggen hauser), blender, vacuum rotary evaporator, spatel, erlenmeyer, gelas

ukur, gelas becker, tabung reaksi, batang pengaduk, spatula, kaca arloji, pipet

tetes, almunium foil, lumpang dan satmfer, kertas saring, kapas, tisu gulung, lebel,

spuit injeksi suplantar dan peroral 1 mL dan 3 mL, stopwatch, timbangan hewan,

plestimometer, kandang tikus, sonde, sarung tangan, masker.

3.2.2 Bahan

Ekstrak n-heksan dari lumut hati Mastigophora diclados yang diperoleh

gunung slamet purwokerto. Bahan dalam uji antiinflamasi yaitu: n-heksan

(Bratako), kappa karagenan (Balitro bogor), Natrium Karboksimetilselulosa ( Na

CMC ), Etanol 70%, NaCl Fisiologis 0,9%, air raksa (Hg) (Bratako & Dwinika),

Asam asetil salisilat (Bratako), Aquadest, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff,

amonia encer, HCl, FeCl3 0,1%, kloroform, H2SO4 1 M, NaOH, pereaksi

Lieberman-Buchard, HCl pekat, Tikus jantan putih galur Sprague Dawley (SD).

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penyiapan Bahan dan Pembuatan Ekstrak Uji

Lumut hati Mastigophora diclaodos terlebih dahulu dipisahkan dari

pengotor yang menempel pada lumut, dan dibersihkan dengan air mengalir hingga

bersih, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di dalam ruangan

Page 34: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

selama 2 hari, setelah benar-benar kering dilakukan kembali sortasi kering untuk

memastikan lumut hati Mastigophora diclados bebas dari pengotor, kemudian

ditimbang dan dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk.

Sampel serbuk Mastigophora diclaodos sebanyak 2103 gram dimasukan

kedalam botol gelap 1 L, diekstraksi dengan metode maserasi bertingkat dengan

menggunakan pelarut non polar, semi polar, dan polar yaitu pelarut n-heksan, etil

asetat dan metanol sampai serbuk terendam oleh pelarut, disimpan di tempat yang

gelap dan sesekali digoyang-goyangkan. Pelarut diganti sampai diperoleh filtrat

yang bening, kemudian filtrat disaring, filtrat yang telah disaring, dipekatkan

menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental,

kemudian dihitung hasil % rendemen ekstrak dengan rumus:

3.3.2 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan dengan menguji adanya golongan senyawa

alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, tanin dan fenolik. Prosedur pengujiannya

adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi Golongan Alkaloid

Untuk mengidentifikasi alkaloid, ekstrak dilarutkan dengan etanol 96%

kemudian ditambahkan asam klorida encer 2N. Filtrat yang diperoleh

disaring kemudian diidentifikasi menggunakan pereaksi Mayer LP,

Bouchardat LP, Dragendorff LP. Pada penambahan Mayer LP, hasil

positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih atau

kuning. Hasil positif Dragendorff LP ditunjukan dengan terbentuknya

endapan berwarna merah bata. Penambahan Bouchardat LP

memberikan hasil positif jika terbentuk endapan coklat sampai hitam

(Ayoola et al, 2008)

b. Identifikasi Golongan Flavonoid

Tiga metode yang digunakan untuk menguji flavonoid. Pertama,

amonia encer (5 mL) ditambahkan ke sebagian filtrat encer dari ekstrak.

Kemudian asam sulfat pekat (1 mL) ditambahkan. Hilangnya warna

Page 35: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kuning menunjukan adanya flavonoid. Kedua, beberapa tetes larutan

aluminium 1% ditambahkan ke sebagian dari filtrat, terbentuknya

warna kuning menunjukan adanya flavonoid. Ketiga, sebagian dari

ekstrak dipanaskan dengan 10 mL etil asetat yang telah diuapkan

selama 3 menit. Campuran kemudian disaring dan 4 mL filtrat dikocok

dengan penambahan 1 mL larutan amonia encer, terbentuknya warna

kuning menunjukan adanya flavonoid. (Ayoola et al, 2008).

c. Identifikasi Golongan Saponin

Ekstrak ditambahkan 5 ml aquadest panas, didinginkan kemudian

dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Hasil positif ditunjukan dengan

terbentuknya buih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit

setinggi 1-10 cm dan pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih

tidak hilang (Ayoola et al, 2008).

d. Identifikasi golongan Terpenoid

Sejumlah 0,5 g ekstrak masing-masing ditambahkan dengan 2 mL

kloroform. Kemudian dengan hati-hati ditambahkan (3 mL) H2SO4

pekat sampai membentuk lapisan. Terbentuknya warna merah

kecoklatan pada permukaan menunjukan adanya terpenoid (Ayoola et

al, 2008).

e. Identifikasi Tanin

Sebanyak 0,5 g ekstrak dipanaskan dalam 10 ml air dalam tabung

reaksi dan kemudian disaring. Ditambahkan beberapa tetes FeCl3

0,1% dan diamati perubahan warna menjadi hijau kecoklatan atau biru

kehitaman. (Ayoola et al, 2008).

f. Identifikasi Fenolik

Sejumlah ekstrak ditambahkan 3-4 tetes larutan besi klorida,

terbentuknya warna biru-hitam menunjukan adanya fenolik (Tiwari et

al, 2011).

Page 36: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.4 Uji Aktivitas Antiinflamasi

3.4.1 Pengelompokan Hewan Uji

Jumah tikus yang digunakan sebanyak 30 ekor tikus putih jantan

Sprague Dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok, masing- masing terdiri dari

6 ekor tikus.

Tabel 3.1. Pembagian Kelompok Dosis

Kelompok Jumlah tikus Perlakuan

1 6 Kontrol negatif diberikan larutan Na CMC 0,5%

2 6 Kontrol positif, diberikan asetosal 125 mg/KgBB

dalam Na CMC 0,5%

3 6 Diberikan sediaan ekstrak n-heksan lumut hati

M.diclados dosis 5 mg/KgBB dalam Na CMC 0,5%

4 6 Diberikan sediaan ekstrak n-heksan lumut hati

M.diclados dosis 10 mg/KgBB dalam Na CMC 0,5%

5 6 Diberikan sediaan ekstrak n-heksan lumut hati

M.diclados dosis 50 mg/KgBB dalam Na CMC 0,5%

3.4.2 Penyiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan pada uji antiinflamasi ini adalah tikus jantan

putih strain Sprague Dawley (SD) yang diperoleh dari Model hewan UGM gamavet

yogyakarta yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 200-250 gram. Hewan uji

percobaan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 3 minggu agar dapat beradaptasi

dengan lingkungan.

3.5 Perencanaan Dosis dan Pembuatan Sediaan

3.5.1 Perhitungan Dosis Asam asetil salisilat

Dosis lazim asam asetil salisilat untuk manusia adalah 325-650 mg untuk

sekali pakai. Dosis analgetik adalah 500 mg sekali pakai. Dosis asam asetil

salisilat sebagai antiinflamasi 2-3 x dosis analgetik (Tjay & Rahardja, 2007).

Page 37: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Maka dosis untuk antiinflamasi (1000-1500) mg, sehingga dosis yang

dapat diberikan pada tikus (200 g) menggunakan rumus tabel konversi dosis

hewan (Reagan-Shaw, et al., 2007):

( )

( )

( )

Dari hasil perhitungan tersebut, pada penelitian uji aktivitas antiinflamasi ekstrak

n-heksan lumut Mastigophora diclados akan digunakan asetosal dengan dosis 25

mg/200 g atau 125 mg/KgBB.

3.5.2 Pembuatan Suspensi Asam asetil salisilat (Asetosal)

Untuk dosis 125 mg/KgBB

Timbang asam asetil salisilat (asetosal) sebanyak 625 mg, digerus perlahan,

kemudian ditambahkan 5 mL suspensi Na CMC 0,5 % diaduk sampai

homogen di dalam lumpang, kemudian dipindahkan dalam labu ukur 25 mL

kemudian ditambahkan sampai tanda batas pada labu ukur dengan suspensi Na

CMC 0,5 %.

3.5.3 Pembuatan Karagenan 1%

Karagenan ditimbang sebanyak 100 mg kemudian dilarutkan dalam 10 mL

NaCl fisiologis diaduk hingga homogen (Annis Hidayati, 2008).

3.5.4 Pembuatan Sediaan Ekstrak n-heksan lumut Mastigophora diclados

Dosis yang digunakan pada ekstrak n-heksan Mastigophora diclados

adalah 5 mg/KgBB, 10 mg/KgBB, dan 50 mg/KgBB. masing-masing dosis uji

dihitung sesuai dengan berat badan tikus, kemudian ekstrak kental lumut hati

Mastigophora diclados ditimbang dengan menggunakan kaca arloji, kemudian

Page 38: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dipindahkan ke dalam lumpang dan ditambahkan dengan suspensi Na CMC 0,5%

aduk hingga homogen. Sediaan diberikan secara oral pada masing-masing tikus.

3.6 Prosedur Pengujian Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak n-heksan Pada

Lumut M.diclados

1. Tikus dipuasakan kurang lebih selama 18 jam sebelum percobaan

dimulai (air minum tetap diberikan).

2. Tikus ditimbang dan dikelompokan secara acak yaitu: kelompok

kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok uji ekstrak

n-heksan lumut hati Mastigophora diclados dengan jumlah tikus

masing-masing kelompok 6 ekor tikus.

3. Kaki belakang tikus yang akan diinduksi, diberi tanda pada mata

kaki tikus dengan menggunakan spidol, agar pemasukan kaki

dalam air raksa setiap kali pengukuran selalu sama. kemudian

volume kaki tikus diukur dengan mencelupkan kaki tikus ke dalam

raksa dan dicatat sebagai volume awal (V0) .

4. Pada kelompok kontrol negatif, setiap tikus diberi Na CMC 0,5%

sesuai dengan dosis yang telah dihitung.

5. Pada kelompok kontrol positif, setiap tikus diberi suspensi obat

asetosal dalam Na CMC 0,5% sesuai dengan dosis yang telah

dihitung.

6. Pada masing-masing kelompok uji dosis diberi ekstrak n-heksan

lumut M. diclados dalam Na CMC 0,5% sesuai dosis yang telah

dihitung secara oral.

7. Setelah 1 jam diberikan sediaan uji, telapak kaki tikus disuntikan

dengan larutan karagenan 1 % sebanyak 0,2 mL secara intrakutan.

8. Setelah 1 jam, volume kaki tikus diukur dengan menggunakan alat

plestimometer hingga batas mata kaki lalu diukur setiap 1 jam

selama 6 jam pengamatan.

9. Ukur volume udem telapak kaki pada masing-masing telapak tikus.

10. Hitung persentase udem dan persentase inhibisi udem (Rustam et

al, 2007).

Page 39: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.6.1 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji kolmogorov smirnov untuk

melihat distrbusi data dan hasil data dengan uji levene untuk melihat homogenitas

data. Jika data terdistribusi normal dan homogenitas maka dilanjutkan dengan

pengujian uji analisis varian (ANOVA) satu arah dengan taraf kepercayaan 95 %

sehingga dapat diketahui perbedaan yang diperoleh bermakna atau tidak. Jika

terdapat perbedaan bermakna, maka dilanjutkan dengan uji nyata kecil (LSD)

(Satoso, 2008). Jika terdapat perbedaan bermakna, dilanjutkan dengan uji beda

nyata terkecil (LSD) dan setiap kelompok tikus dihitung presentasi penghambatan

udem rata-rata untuk setiap dosis zat uji dengan menggunakan rumus (Rustam et

al, 2010 ; Swathy et al, 2010):

Keterangan:

a = Volume udem kelompok kontrol negatif

b = Volume udem kelompok kelompok hewan uji

Keterangan :

Vt dan Vo adalah Volume udem telapak kaki tikus pada waktu t

dan volume awal kaki tikus (waktu nol)

Page 40: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

25 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Determinasi Tanaman

Tanaman lumut hati yang digunakan diperoleh dari Gunung Slamet

Purwokerto. Kemudian dilakukan determinasi di Herbarium Bogoriense, Bidang

Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor untuk mengetahui kebenaran tanaman

tersebut. Hasil determinasi tanaman lumut hati Mastigophora diclados

menunjukan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

tanaman lumut hati spesies Mastighopora diclados (Brid.) Nees.

4.1.2 Pembuatan Ekstrak

Tanaman lumut hati Mastigophora diclados diekstraksi dengan

menggunakan metode maserasi. Metode ini dipilih karena peralatan yang

digunakan sederhana, mudah dan dapat mencegah terjadinya degradasi pada

senyawa yang bersifat termolabil (Sarker, et al, 2006). Proses maserasi dilakukan

dengan menggunakan teknik maserasi bertingkat dengan pelarut yang memiliki

tingkat kepolaran yang berbeda yaitu n-heksan, etil asetat dan metanol. Teknik

maserasi bertingkat ini bertujuan untuk memaksimalkan proses ekstraksi dimana

senyawa akan terekstraksi berdasarkan tingkat kepolarannya.

Lumut hati Mastigophora diclados dibersihkan, kemudian dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan, dan dihaluskan dengan menggunakan blender

hingga memperoleh serbuk halus, pembuatan serbuk bertujuan untuk

meningkatkan luas permukaan sampel sehingga diharapkan pelarut lebih mudah

masuk ke dalam sel dan menagkap komponen aktif yang larut keluar dari dalam

sel (Sarker, et al, 2006). Simplisia lumut hati Mastigophora diclados yang

digunakan untuk maserasi sebanyak 2103 gram. Hasil maserasi dengan pelarut n-

heksan di pekatkan dengan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak

kental sebanyak 46 gram, dan rendemen yang dihasilkan sebesar 2,18%.

Page 41: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Karakteristik ekstrak dilakukan untuk mengetahui mutu dari ekstrak yang

akan digunakan sebagai bahan uji. Hasil karakteristik ekstrak dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.1. Tabel Karakteristik Ekstrak

No. Parameter Ekstrak n-heksan

1. Organoleptik :

a. Bentuk Gumpalan Kasar

b. Warna Hitam

c. Bau Jamu

2. Kadar air 0,048%

3. Kadar abu 0,636%

Pengujian kadar abu dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral

internal dan eksternal yang berasal dari proses awal hingga terbentuk ekstrak

(Depkes RI, 2000). Hasil kadar abu menunjukan bahwa jumlah kandungan

mineral Ekstrak Mastigophora diclados masih dibawah ambang batas dari

peraturan (Depkes RI, 1980) yaitu tidak lebih dari 14%.

4.1.3 Penapisan Fitokimia

Hasil penapisan fitokimia ekstrak n-heksan lumut hati Mastigophora

diclados yang diuji hanya diperoleh senyawa terpenoid. Penapisan fitokimia

bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat yang terkandung dalam jaringan

tanaman (Depkes RI, 1987), sehingga memungkinkan untuk mengetahui

senyawa yang berpotensi sebagai antiinflamasi. Hasil uji penapisan fitokimia

ekstrak n-heksan tanaman lumut hati Mastigophora diclados dapat dilihat pada

tabel berikut:

Page 42: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.2. Tabel Penapisan Fitokimia

No. Golongan Senyawa Hasil Penapisan

1. Alkaloid -

2. Flavonoid -

3. Saponin -

4. Tanin -

5. Steroid -

6. Terpenoid +

7. Fenol -

Ket: (+) memberikan reaksi positif, (-) memberikan reaksi negatif

4.1.4 Uji Antiinflamasi dengan Metode Pembuatan Udem Buatan

Metode pengujian antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan metoda

pembentukan udem buatan pada telapak kaki belakang tikus putih jantan yang

diinduksi dengan karagenan sebagai induktor udem. Metode ini dipilih karena

merupakan metode standar dalam penelitian uji antiinflamasi, dan sederhana

dalam pengerjaannya (Chakraborty et al., 2004).

Karagenan dipilih sebagai induktor udem karena memiliki kepekaan yang

tinggi dibandingkan dengan induktor lain pada metode pembentukan udem

buatan, selain itu pembentukan udem dengan karagenan tidak bersifat antigenik

dan tidak menimbulkan efek sistemik pada jaringan sekitar inflamasi

(Chakraborty et al., 2004). Karagenan akan menginduksi cedera sel sehingga sel

yang cedera melepaskan mediator yang mengawali proses inflamasi. Setelah

pelepasan mediator inflamasi, terjadi udem yang mampu bertahan selama 6 jam

dan berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam setelah injeksi. Pengukuran

daya antiinflamasi dilakukan dengan cara melihat kemampuan ekstrak n-heksan

lumut hati Mastigophora diclados dalam mengurangi pembengkakan telapak kaki

hewan percobaan akibat penyuntikan larutan karagenan 1%. Setelah disuntik

karagenan, hewan percobaan memperlihatkan adanya pembengkakan dan

kemerahan pada telapak kaki serta tidak dapat berjalan lincah seperti sebelum

diinjeksi. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 0,2 mL suspensi karagenan

1% pada telapak kaki tikus secara intrakutan (Rustam et al, 2007). Pengukuran

Page 43: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

volume udem dilakukan dengan menggunakan alat plestimometer dengan cara

mencelupkan telapak kaki kiri tikus hingga tanda batas pergelangan kaki tikus.

Hal yang perlu diperhatikan adalah volume air raksa harus sama pada setiap kali

pengukuran, tanda pada pergelangan kaki tikus harus jelas dan telapak kaki tikus

harus tercelup sempurna sampai tanda batas yang ditentukan dengan tujuan agar

mendapatkan data pengukuran yang konstan pada tiap waktu dan dalam kondisi

yang sama.

Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley

yang telah diaklimatisasi selama 3 minggu agar dapat memenuhi syarat berat

badan yaitu 200-250 gram serta dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan selama penelitian berlangsung. Pemilihan jenis kelamin tikus putih

jantan bertujuan agar hasil uji tidak dipengaruhi oleh hormon estrogen, karena

hormon ekstrogen lebih banyak terdapat pada tikus betina yang dapat

meningkatkan inflamasi melalui mediator kimia (bradikin) (Green, et al, 1999).

Tikus dikelompokan menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (1

mL/200g Na CMC 0,5%), dosis rendah (5 mg/kgBB) , dosis sedang (10

mg/KgBB) dan dosis tinggi (50 mg/KgBB). Penentuan variasi dosis untuk

percobaan diperoleh setelah dilakukan uji pendahuluan pada dosis 10 mg/KgBB,

100 mg/KgBB, dan dosis 1000 mg/KgBB. Dari hasil persen ihhibisi ketiga dosis

uji pendahuluan tersebut menunjukan bahwa dosis 10 mg/KgBB memiliki persen

inhibisi sebesar 66,63% pada jam ke-5, dosis 100 mg/KgBB memiliki persen

inhibisi sebesar 42,58 pada jam ke-5,dan dosis 1000 mg/KgBB memiliki persen

inhibisi sebesar 55,36% pada jam ke-5. Dari hasil persen inhibisi udem yang

diperoleh dari uji pendahuluan tersebut didapatkan dosis 10 mg/KgBB memiliki

persen inhibisi yang baik, maka untuk penentuan dosis uji dilakukan pengecilan

dosis yaitu menjadi dosis 5 mg/KgBB, 10 mg/KgBB dan 50 mg/KgBB untuk

melihat aktivitas antiinflamasi yang lebih optimal.

Kontrol positif sebagai pembanding digunakan asam asetil salisilat

(asetosal) dengan dosis 125 mg/KgBB dalam Na CMC 0,5%. Pemilihan asam

asetil salisilat (asetosal) pada penelitian ini dikarenakan asetosal merupakan obat

yang paling banyak digunakan sebagai analgetik, antipiretik dan antiinflamasi

dan digolongkan kedalam obat bebas, serta pada pemberian oral sebagian

Page 44: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

salisilat dapat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh dilambung, tetapi

sebagian besar di usus halus bagian atas. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2 jam

setelah pemberian, asetosal memiliki mekanisme kerja dengan menghambat

enzime sikloooksigenase secara ireversibel (prostaglandin sintetase), yang

mengkatalis perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin, prostasiklin dan

tromboksan yang berperan mengganggu timbulnya reaksi peradangan (Wilmana,

2007; Gunawan, 2008).

Pengukuran volume udem dilakukan setiap 1 jam selama 6 jam

pengamatan pada telapak kaki kiri tikus yang telah diinduksi dengan karegenan.

Setelah mendapatkan hasil pengukuran kemudian dapat dihitung nilai rata-rata

dan standar deviasi dari volume udem telapak kaki tikus.

4.1.5 Hasil Uji Antiinflamasi Ekstrak n-heksan Lumut Hati Mastigophora

diclados

Tabel 4.3 Tabel Rata-rata volume udem kaki tikus setelah diinduksi

karagenan pada masing-masing kelompok perlakuan selama 6 jam.

No Perlakuan

Rata-rata Volume Udem (ml) ± SD Selama 6 jam Pengamatan

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

1 Kontrol

negatif

0,024±

0,000

0,038±

0,000

0,041±

0,001

0,044±

0,002

0,042±

0,002

0,039±

0,001

0,037±

0,001

2 Kontrol

positif

0,029±

0,001

0,033±

0,001

0,037±

0,002

0,04±

0,002

0,039±

0,001

0,037±

0,001

0,036±

0,001

3 Dosis 5

mg/KgBB

0,027±

0,001

0,039±

0,002

0,04±

0,002

0,042±

0,002

0,041±

0,001

0,038±

0,002

0,037±

0,002

4 Dosis 10

mg/KgBB

0,028±

0,002

0,032±

0,002

0,035±

0,002

0,037±

0,001

0,036±

0,002

0,035±

0,001

0,034±

0,001

5 Dosis 50

mg/KgBB

0,028±

0,001

0,031±

0,002

0,033±

0,001

0,036±

0,002

0,035±

0,001

0,033±

0,001

0,033±

0,001

Page 45: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.1. Grafik hubungan rata-rata volume udem terhadap waktu

Hasil dari grafik rata-rata volume udem telapak kaki tikus setelah

diinduksi karagenan menunjukan kenaikan udem maksimal yang diperoleh pada

kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dosis 5 mg/KgBB, dosis 10 mg/KgBB

dan dosis 50 mg/KgBB terjadi pada jam ke-3, yang kemudian mengalami

penurunan pada jam keempat dan terus berangsung turun hingga jam keenam

pengamatan.

Dari hasil data volume udem telapak kaki tikus yang diperoleh tersebut,

kemudian dihitung dengan menggunakan rumus (% udem) untuk mendapatkan

persentase udem yang dihasilkan pada masing-masing tikus dari setiap kelompok

perlakuan. Menghitung persen volume udem dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui besar udem dalam (%) yang dihasilkan masing-masing tikus pada

setiap kelompok perlakuan. Hasil rata-rata persen volume udem telapak kaki tikus

yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:

0

0,005

0,01

0,015

0,02

0,025

0,03

0,035

0,04

0,045

0,05

jam 0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6

Volu

me

(mL

) u

dem

Waktu (T)

Rata-rata Volume Udem Telapak Kaki Tikus Setiap

Kelompok

kontrol negatif

kontrol positif

dosis 5

dosis 10

dosis 50

Page 46: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.4 Tabel Rata-rata persentase udem kaki tikus setelah diinduksi

karagenan pada masing-masing kelompok perlakuan selama 6 jam.

No Perlakuan

Rata-rata Persen Volume Udem (ml) ± SD Selama 6 jam

Pengamatan

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

1 Kontrol

negatif 0±0

58,33±

0,000

69,45±

4,302

84,72±

6,275

76,39±

6,271

62,5±

4,568

54,17±

4,563

2 Kontrol

positif 0±0

19,04±

3,687

31,27±

9,432

36,98±

8,228

34,6±

5,228

30,08±

6,633

25,4±

4,245

3 Dosis 5

mg/KgBB 0±0

44,5±

5,189

50,6±

5,659

55,58±

3,936

50,73±

4,294

42,12±

8,386

37,18±

8,561

4 Dosis 10

mg/KgBB 0±0

17,64±

3,718

22,33±

2,337

29,66±

6,613

26,25±

9,729

24,98±

7,342

21,47±

7,338

5 Dosis 50

mg/KgBB 0±0

10,47±

3,843

15,15±

3,105

24,44±

3,925

23,33±

4,108

18,73±

7,636

14,04±

4,679

Gambar 4.2. Grafik hubungan persen rata-rata udem terhadap waktu

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

jam 0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6

Per

sen

(%

) u

dem

Waktu (T)

Rata-rata Persen Udem Telapak Kaki Tikus Setiap Kelompok

kontrol negatif

kontrol positif

dosis 5

dosis 10

dosis 50

Page 47: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil grafik rata-rata persentase udem pada telapak kaki tikus setiap

kelompok menunjukan bahwa pada kelompok kontrol negatif pembentukan udem

terbesar terjadi pada jam ketiga dengan persentase 84,72% kemudian berangsur

turun pada jam keenam dengan persentase sebesar 54,17%. Pada kontrol positif

persentase udem tertinggi 36,27% pada jam ketiga dan mengalami penurunan

udem pada jam keenam dengan presentase sebesar 25,4%. Sedangkan pada

kelompok dosis 5 mg/KgBB persentase udem tertinggi terjadi pada jam ketiga

sebesar 55,58% kemudian presentase terendah yang dihasilkan sebesar 37,18%

pada jam keenam. Pada dosis 10 mg/KgBB menunjukan udem tertinggi terjadi

pada jam ketiga dengan persentase 29,66% dan berangsur mengalami penurunan

udem pada jam keenam dengan persentase 21,47% dan hal yang sama tejadi pada

dosis 50 mg/KgBB persentase udem tertinggi sebesar 24,44% pada jam ketiga dan

persentase udem terendah dengan persentase 14,04% pada jam keenam. Dari

presentase tersebut dapat diketahui bahwa pembentukan udem optimal yang

terjadi pada telapak kaki tikus setiap kelompok perlakuan terjadi pada jam ketiga

yang kemudian mengalami penurunan persentase udem pada jam keenam.

Hasil persentase volume udem yang diperoleh tersebut dihitung kembali

untuk mendapatkan persen inhibisi udem pada masing-masing tikus dari setiap

kelompok perlakuan. Menghitung persentase inhibisi udem bertujuan untuk

mengetahui besar persentasi kemampuan ekstrak lumut hati Mastigophora

diclados dapat menghambat udem pada telapak kaki tikus. Persentase inhibisi

udem telapak kaki tikus dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Page 48: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.5 Rata-rata persentase inhibisi udem kaki tikus setelah diinduksi

karagenan pada masing-masing kelompok perlakuan selama 6 jam.

Gambar 4.3 Grafik hubungan persen rata-rata inhibisi udem terhadap waktu

Hasil garfik diatas menunjukan bahwa inhibisi radang terbesar terjadi pada

jam pertama. Pada kelompok kontrol positif menunjukan kemampuan

menghambat udem terbesar mencapai 67,35% pada jam pertama dan kemampuan

mengambat udem terkecil sebesar 51,81% pada jam keempat. Sedangkan pada

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

jam 0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam 5 jam 6

Per

sen

(%

) in

hib

isi

Waktu (T)

Rata-rata Persen Inhibisi Udem

kontrol negatif

kontrol positif

dosis 5

dosis 10

dosis 50

No Perlakuan Rata-rata Persen Inhibisi Udem (ml) ± SD Selama 6 jam Pengamatan

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

1 Kontrol

negatif 0±0 0±0 0±0 0±0 0±0 0±0 0±0

2 Kontrol

positif 0±0

67,35±

6,321

54,44±

15,329

56,14±

10,033

51,81±

7,428

51,94±

9,939

53,2±

6,481

3 Dosis 5

mg/KgBB 0±0

23,7±

8,895

26,71±

10,632

34,2±

5,222

33,17±

8,534

32,89±

10,671

31,72±

13,279

4 Dosis 10

mg/KgBB 0±0

69,76±

6,374

67,69±

4,429

65,17±

6,380

66,05±

10,619

67,59±

7,394

60,07±

14,382

5 Dosis 50

mg/KgBB 0±0

82,04±

6,588

78,04±

5,174

71,19±

3,699

69,02±

7,650

69,9±

12,494

74,24±

7,750

Page 49: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dosis 10 mg/KgBB memperlihatkan kemampuan ekstrak n-heksan lumut

Mastigophora dicados menghambat udem terbesar terjadi pada jam pertama

dengan presentase sebesar 69,76% Dan penurunan kemampuan menghambat

udem terjadi pada jam keenam dengan presentase sebesar 60,07%. Pada dosis 50

mg/KgBB kemampuan ekstrak n-heksan lumut hati Mastigophora diclados

mengambat udem sebesar 82,04% pada jam pertama dan mengalami penurunan

daya hambat pada jam keempat dengan presentase sebesar 69,02%. Sedangkan

terjadi perbedaan pada dosis 5 mg/KgBB yang memiliki kemampuan

menghambat udem terendah terjadi pada jam pertama dengan presentase 23,7%

dan kemampuan terbesar terjadi pada jam ketiga dengan presentase 34,2%. Dari

hasil presentase tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dosis 50 mg/KgBB

memiliki kekampuan mengambat udem terbesar jika dibandingkan dengan kontrol

positif, yaitu sebesar 82,04% pada jam pertama.

Dari hasil data persen inhibisi ekstrak n-heksan Mastigophora diclados yang

diperoleh dalam uji antiinflamasi dianalisa secara analisis statistik dengan uji

ANOVA untuk mengetahui adanya perbedaan nyata atau tidaknya pada tiap

kelompok perlakuan. Uji statistik pertama dilakukan kolmogorof-smirnov untuk

melihat normal atau tidaknya udem pada telapak kaki tikus pada tiap kelompok

perlakuan, dari hasil uji diketahui bahwa pada jam ke-2, 3, 4, 5 dan 6 menunjukan

semua kelompok terdistribusi normal, kecuali pada jam ke-1 yang tidak

tedistribusi normal karena memiliki nilai sigifikansi (p≤0,05). Kemudian

dilanjutkan dengan uji homogenitas Leneve untuk melihat data persen inhibisi

udem pada telapak kaki tikus homogen atau tidaknya. Hasil uji menunjukan

bahwa pada jam ke-1, 2, 4, 5, dan 6 tidak terdistribusi homogen, terkecuali pada

jam ke-3 yang terdistribusi homogen, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji

ANOVA Karena syarat normalitas dan homogenitas sudah terpenuhi. Hasil uji

ANOVA menunjukan bahwa pada jam ke-3 memiliki perbedaa secara bermakna.

Sedangkan pada jam ke- 1, 2, 4, 5, dan 6 dilanjutkan dengan uji Kruskawallis,

hasil uji menunjukan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna. Selanjutnya

seluruh kelompok perlakuan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT)

dengan metode LSD. Hasil uji LSD menunjukan bahwa pada jam ke-1, kelompok

kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan seluruh kelomok perlakuan yaitu

Page 50: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada kelompok dosis 5 mg/KgBB, dosis 10 mg/KgBB dan dosis 50 mg/KgBB,

terkecuali pada kontrol positif yang tidak memiliki perbedaan secara bermakna

dengan dosis 10 mg/KgBB. pada jam ke-2 kontrol negatif berbeda secara

bermakna dengan kontrol positif dan seluruh kelompok uji dosis. Pada jam ke-3

kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol positif dan kelompok uji

dosis, terkecuali pada dosis 10 mg/KgBB tidak terdapat perbedaan secara

bermakna dengan dosis 50 mg/KgBB. Pada jam ke-4 kelompok kontrol negatif

memiliki perbedaan secara bermakna dengan kelompok kontrol postif dan seluruh

kelompok uji dosis, terkecuali pada dosis 10 mg/KgBB yang tidak terdapat

perbedaan secara bermakna dengan dosis 50 mg/KgBB. Pada jam ke-5 kelompok

kontrol negatif memiliki perbedaan secara bermakna dengan kelompok kontrol

postif dan seluruh kelompok uji dosis, terkecuali pada dosis 10 mg/KgBB yang

tidak terdapat perbedaan secara bermakna dengan dosis 50 mg/KgBB. Pada jam

ke-6 kelompok kontrol negatif memiliki perbedaan secara bermakna dengan

kelompok kontrol positif dan seluruh kelompok uji dosis, terkecuali pada

kelompok kontrol positif yang tidak memiliki perbedaan secara bermakna dengan

kelompok dosis 10 mg/KgBB.

Pada penelitian antiinflamasi ekstrak n-heksan Mastigophora diclados ini

waktu terbentuknya udem akibat dari induksi karagenan terdiri dari dua fase. Fase

pertama (early phase), yaitu 1-2 jam setelah injeksi karagenan, menyebabkan

trauma akibat radang yang ditimbulkan oleh karagenan. Trauma tersebut

disebabkan oleh pelepasan serotonin dan histamin ke tempat radang serta terjadi

peningkatan sintesis prostaglandin pada jaringan yang rusak. Sedangkan pada fase

kedua (late phase), 3 jam setelah diinjeksi karagenan, terjadi pelepasan

prostaglandin dan dimediasi oleh bradikinin, leukotrien, sel polimorfonuklear, dan

produksi prostaglandin oleh makrofag (Arunachalam, et al, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dimungkinkan kemampuan ekstrak n-

heksan Mastigophora diclados dalam menghambat udem terjadi pada fase

pertama (early phase), yaitu melalui penghambatan pelepasan mediator kimia

serotonin dan histamin ke tempat terjadinya radang pada waktu pengamatan jam

ke-1 sampai jam ke-2. Selain itu, juga penghambatan sintesis prostaglandin

dengan cara menghambat kerja siklooksigenase (COX) yang berfungsi merubah

Page 51: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

asam arakhidonat menjadi prostaglandin bila terjadi radang (Hasanah dkk, 2011).

penghambat antiinflamasi dimungkinkan juga berhubungan dengan kandungan

terpenoid yang dapat menghambat beberapa faktor transkripsi yang berperan

dalam pengaturan ekspresi gen yang terlibat dalam respon inflamasi (Heras et

al, 1999) serta adanya aktivitas sebagai antioksidan yang diketahui juga dari

penelitian sebelumnya bahwa lumut hati Mastigophora diclados memiliki

aktivitas sebagai antioksidan (komala et al, 2010) yang dapat bekerja

menghambat radikal bebas yang diketahui sebagai mediator dari berbagai

penyakit antara lain karsinogenesis, jantung koroner, inflamasi, diabetes, dan

penuaan (Ali et al, 2011). Dari hasil penelitian tersebut dimungkinkan lumut hati

Mastigophora diclados ekstrak n-heksan memiliki aktivitas antiinflamasi pada

dosis 5, 10, dan 50 mg/KgBB. Sedangkan hasil uji analisis statistik menujukan

bahwa kelompok dosis 10 mg/KgBB tidak berbeda bermakna dengan kontrol

positif sehingga dapat diasumsikan bahwa dosis 10 mg/KgBB mempunyai efek

yang hampir sama dengan kontrol positif atau memberikan efek yang lebih

baik.

Page 52: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian tersebut ddapat disimpulkan bahwa:

1. Ektrak n-heksan lumut hati Mastigophora diclados dengan dosis 5 mg/KgBB, 10

mg/KgBB, dan 50 mg/KgBB dapat menghambat udem pada telapak kaki tikus yang

diiduksi karagenan 1% secara signifikan dengan kontrol negatif, dan semua variasi

dosis uji memiliki perbedaan bermakna dengan kontrol positif, terkecuali pada dosis

10 mg/KgBB tidak berbeda bermakna dengan kontrol positif (Asetosal) pada taraf uji

0,05 (p≥0,05) pada jam pertama dan jam keenam.

2. Persentase inhibisi pada dosis 5, 10, 50 mg/KgBB sebesar 34,2%, 60,07% dan

82,04%, dosis 50 mg/KgBB memiliki persen inhibisi tertinggi tetapi hasil uji statisitik

menunjukan dosis 50 mg/KgBB berbeda bermakna dengan kontrol positif (Asetosal

125 mg/KgBB), sedangkan dosis 10 mg/KgBB tidak berbeda bermakna dengan

kontrol postitif (Asetosal 125 mg/KgBB), dengan demikian hasil persentase inhibisi

yang diperoleh tersebut menunjukan lumut Mastigophora diclados memiliki aktivitas

antiinflamasi pada telapak kaki tikus yang diinduksi karagenan 1% sebanyak 0,2 mL.

5.2 Saran

Perlu dilanjutkan pada penelitian selanjutnya untuk menguji aktivitas atau efek lain

dari tanaman lumut hati Mastigophora diclados, dan dapat melakukan uji aktivitas

antiinflamasi dengan menggunakan metode lainnya dalam pengujian atiinflamasi.

Page 53: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Arunachalam, G., Subramanian, N., Pazhani, G. P., Karunanithi, M.,

Ravichandran, V. 2009. Evaluation of Anti-inflammatory Activity of

Methanolic Extractof Solanum nigrum (Solanaceae). IJPS Summer

2009; 5(3): 151-156.

Asakawa, Y. 2000. Recent Advance in Phytocemistry of Bryophytes-

Acetogenins Terpenoid and Bis (bibenzil )s from Selected

Japans,Taiwanes,New Zeland, Argebtina and European Liverwort.

Phytocemistry 56(2001) 297-312. 31 agustus 2000.

Ali, M., et al., “Phytochemical screening, antioxidant and analgesic

activities of Croton argyratus ethanolic extracts” Journal of

Medicinal Plants Research Vol. 6 (21), pp. 3724-3731, 9 june, 2012.

Ansel, H. C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat,

terjemahan Farida Ibrahim. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Ayoola, GA., et al., “Phytochemical Screening and Antioxidan Activities of

Some Selected Medicinal Plants Used for Malaria Therapy in

Shouthwestrn Nigeria”, Tropical Journal of Pharmaceutical Research,

September 2008; 7 (3): 1019-1024.

Chakraborty, A., R.K.B. Devi, S. Rita, Kh. Sharatchandra, and Th. I.

Singh. 2004. Preliminary studies on anti-inflammatory and analgesic

activities of Spilanthes acmella in experimental animal models.

Indian Journal Pharmacology 36 (3) : 148-15

Crandall-Stotler B, Stotler RE, Long DG. (2008). Morphology and

classification of the Marchantiophyta. In Bryophyte Biology,

Goffinet B and Shaw AJ. (Eds). Cambridge University Press,

Cambridge, 1-54

Departemen Kesehatan RI.1979. Farmakope Indonesia edisi ketiga.

Jakarta

Departemen Kesehatan RI.2000.Parameter Standar Umum Ekstrak

Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan.hal:1-17

Page 54: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Endah, Purnamasari. 2013. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lumut

Hati Mastigophora diclados (Bird. ex Web.) Nees secara In Vivo,

Program studi farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Fajriani. 2008. Pemberian Obat-Obatan Anti Inflamasi Non Steroid

(AINS) pada Anak. Indonesia journal of Dentistry 2008; 15 (3): 200-

204. ISSN: 1693-9697

Gradstein & Culmsee. Bryophyte diversity on tree trunks in montane

forests of Central Sulawesi, Indonesia. Tropical Bryology 31: 95-105,

2010

Gard, Paul., 2001., Human Pharmacology, Chapter IX., 135. Taylor &

Francis., London, New York

Gunawan, S.G., Nafrialdi, R.S., & Elysabeth. 2008. Farmakologi dan

Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik

Fakultas Kedokteran UI

Heras, B., A. Navarro, M.J.D. Guerra, P. Bermejo, A. Castrillo, L. Bosca,

and A. Villar. 1999. Inhibition of NOS-2 expression in macrophages

through the inactivation of NF-KB by andalusol. British Journal of

Pharmacology 128: 605-612.

Hidayati, N.A., Listyawati, S., Setyawan, A.D. 2008. Kandungan Kimia

dan Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. pada Tikus

Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan Bioteknologi 5 (1): 10-17, Mei

2008, ISSN: 0216-6887

Immamudin, H., Jenie, U.A., Suryana, N., Damayanti, L., Supriadi,

H., dan Utomo, T. 2006. Koleksi Bryophyta Taman Lumut Krbun

Raya Cibodas Vol II No. 4.LIPI UPT Balai Konservasi Tumbuhan

Kebun Raya Cibodas

Ida, H., dan Gradstein, S.R . 2011. Liverworts and hornworts of Mt.

Slamet, Cebtral Java (indonesia). Hikobia 16: 61-66.

Katzung, G.B. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 6. Salemba

Medika. Jakarta

Page 55: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Komala, I., 2010. Phytochemical Studies on the Selected Indonesian,

Japanase & Tahitian Liverworth 2. Desertasi. Fakultas

pharmaceutical science, Tokushima Bunri University.

Komala, I., Ito, T., Nagashima, F. 2010. Cytotoxic,Rradical Scavenging,

and Antimicrobial Activities of Sesquiterpenoids from Tahitian

Liverworth Mastigophora diclados (Brid). Nees (Mastigophoracee).

J .Nat. Med (2010) 64:417-422.

Ludviczuk Agnieska And Asakawa Yoshinori. 2010. Chemosystematics

of Selected Liverwort Collected in Borneo. Tropical Bryology 31:

33-42, 2010 Faculty of Pharmaceutical Sciences, Tokushima Bunri

University, Yamashiro-cho;Tokushima 770-8514, Japan.

Lieber, C.S., and Leo, M.A. 1999. Alcohol, Vitamint A and β Carotene :

Adverse Interactions, Icluding hepatotoxicity and carcinogenicity.

The American Journal of Clinical Nutrition 69: 1071-1085.

Oetjen, Georg-Wilhem & Haseley, Peter. 2004. Frezz-Drying. From

Germany:WILEY-VCH Verlag Gmbh & Co.KgaA.

Reagan-Shaw, Shannon., Nihal, Minakshi., Ahmad, Nihal., 2007. Dose

Translation From Animal to Human Studies Revisited. Vol.22.The

FASEB Journal.

Rowe, Raymond C., Paul J Sheskey, & Marian E Quinn (ed). 2009.

Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth edition. London:

Pharmaceutical Press, 122-125.

Rustam, E., Atmasari, I., dan Yanwirasti. 2007. Efek Antiinflamasi

Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val.) Pada Tikus Putih

Jantan Galur Wistar, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi Vol. 12,

No. 2, 2007, halaman 112-115.

Swathy, B., lakshmi, S.M., & Kumar, A.S. Evaluation of analgesic and

anti-inflammatory Properties of chloris barbata (sw). International

Journal of Phytopharmacology, 1(2), 2010, 92-96.

Sen, S., et al,. Analgesic and Antiinflammantory herb: a Potential Source

of Modern Medicine. IJPSR, 2010; Vol. 1 (11): 32-44 ISSN: 0975-

8232.

Page 56: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36th Edition The Complete Drug

Reference. London: Pharmaceutical Press.

Sarker, S. D., Latif, Z., and Gray, A. L. 2006. Natural product isolation

second edition. Human Press. New Jersey.

Solikin, 2007, Potensi Jenis-jenis Herba Liar di Kebun Raya

Purwodadi sebagai Obat. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun

Raya purwodadi-LIPI.

Santoso, S.2008.panduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Siswanto, A., dan Nurulita N. A., 2005. Daya Antiinflamasi Infus Daun

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) pada Tikus Putih

(Rattus Norvegicus) Jantan, Prosiding Seminar Nasional TOI XXVII,

177-181, Batu 15-16 Maret 2005.

Tjay, Tan H., Kirana Rahardja. 2002. Obat-Obat Penting: Khasiat,

Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya, edisi 5. PT Elexmedia

Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta: 313.

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistemik Edisi 2. EGC.

Jakarta : 232-249.

Vogel. H.G., W. H, Vogel. 2002. Drug Discovery and Evaluation,

Pharmacological Assay.Springer. Verlag Berlin. Heidelberg.

Wilmana, P. F., dan Sulistia G.G. (2007). Analgesik-antipiretik, analgesik-

antiinflamasi non steroid dan obat pirai. Dalam Sulistia G. G. (ed).

2007. Farmakologi dan Terapi, ed. 5. Jakarta: Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universtas Indonesia, 230-246, 500-506.

Page 57: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Lumut Hati Mastigophora diclados

(Sumber : Koleksi Pribadi, Purwokerto/21 April 2012)

Page 58: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Determinasi Tanaman Lumut Hati Mastigophora diclados

Page 59: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Hasil Penapisan Fitokimia

Golongan

senyawa Hasil Pengamatan

Alkaloid Negatif

Setelah ditambahkan Bouchardat

Setelah ditambahkan Dragendorff

Setelah diberikan Mayer

Flavonoid

Negatif

Page 60: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saponin

Negatif

Sebelum dan sesudah

Tanin

Negatif

Terpenoid Positif

Fenol Negatif

Page 61: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Perlakuan Pada Tikus Galur Sprague Dawley

Penyondean pada tikus putih

galur Sprague Dawley

Penyuntikan karagenan 1%

sebanyak 0,2 ml

Pengukuran udem telapak kaki

tikus dengan menggunakan alat

plestimometer

Page 62: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Telapak kaki tikus sebelum diinduksi

karagenan

Udem telapak kaki tikus pada jam ke

6 setelah pemberian karagenan 0,2

ml 1% pada Kontrol (-)

Udem telapak kaki tikus pada jam ke

6 setelah pemberian karagenan 0,2

ml 1% pada dosis 50 mg/KgBB

Udem telapak kaki tikus pada jam ke

6 dengan pemberian asetosal

125 mg/KgBB

Page 63: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Parameter Ekstrak

Persen Rendemen Ekstrak

2,18 %

Kadar Air

Berat cawan Kosong (A) = 24,1865 g

Berat sampel = 1,0006 g

Berat cawan + sampel sebelum di oven (B) = 25,1925 g

Berat cawan + sampel sesudah di oven (C) = 25,1802 g

Kadar Abu

Berat Krus Kosong (A) = 24,164 g

Berat Sampel = 1,0052 g

Berat Krus + sampel sebelum di tanur (B) = 25,4216 g

Berat Krus + sampel sesudah di tanur (C) = 24,4228 g

Page 64: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Rumus Perhitungan dan Tabel Konversi Dosis Hewan (Shaw et

al., 2008)

Rumus perhitungan Dosis Hewan:

Human Equivalent Dose ( )

Tabel Konversi Dosis hewan ke HED berdasarkan BSA:

Spesies Bobot (kg) Luas

permukaan Faktor km

Manusia

Dewasa 60 1,6 37

Anak-anak 20 0,8 25

Baboon 12 0,6 20

Anjing 10 0,5 20

Monyet 3 0,24 12

Kelinci 1,8 0,15 12

Guinea pig 0,4 0,05 8

Tikus 0,15 0,025 6

Hamster 0,08 0,02 5

Mencit 0,02 0,007 3

Page 65: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Perhitungan Dosis Asam asetil salisilat

Maka dosis untuk anti inflamasi adalah (1000-1500) mg, sehingga dosis

yang diberikan pada tikus (200 g), menggunakan rumus tabel konversi

dosis hewan (Reagan-Shaw, et al., 2007):

( )

( )

( )

( )

( )

( )

pada penelitian akan digunakan asetosal dengan dosis 25 mg/200 g atau 125

mg/Kg dengan konsetrasi pada asetosal adalah sebagai berikut:

( ) ( ) ( )

( )

Page 66: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Perhitungan Dosis Setiap Pemberian Pada Tikus

Dosis yang digunakan dalam uji antiinflamasi ini dibagi menhjadi tiga dosis yaitu

dosis rendah 5 mg/KgBB, dosis sedang 10 mg/KgBB, dan dosis tinggi 50

mg/KgBB.

1. Konsentrasi setiap pemberian tikus

Keterangan : Pada pemberian sediian uji secara oral telah di sesuaikan

dengan berat badan tikus masing-masing.

Page 67: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Hasil Volume Udem Telapak Kaki Tikus Setelah Diinduksi

Karagenan Pada Masing-masing Perlakuan

Kel. Perlakuan Dosis Tikus Volume udem (ml) selama 6 jam pengamatan

0 1 2 3 4 5 6

1 Kontrol negatif 1ml/200 g Na CMC 1 0,024 0,038 0,04 0,046 0,044 0,038 0,036

2 0,024 0,038 0,04 0,044 0,044 0,04 0,038

3 0,024 0,038 0,042 0,046 0,04 0,038 0,036

4 0,024 0,038 0,04 0,042 0,042 0,038 0,036

5 0,024 0,038 0,042 0,044 0,042 0,04 0,038

6 0,024 0,038 0,04 0,044 0,042 0,04 0,038

2 Kontrol positif 125 mg/kg BB 1 0,028 0,032 0,04 0,04 0,038 0,038 0,036

2 0,028 0,034 0,04 0,042 0,04 0,038 0,036

3 0,03 0,034 0,036 0,038 0,038 0,036 0,036

4 0,03 0,034 0,038 0,04 0,04 0,038 0,036

5 0,028 0,032 0,036 0,038 0,038 0,036 0,036

6 0,03 0,034 0,038 0,04 0,04 0,038 0,038

3 Ekstrak

M.diclados

5 mg/kg BB 1 0,028 0,04 0,042 0,044 0,042 0,036 0,034

2 0,026 0,04 0,042 0,042 0,04 0,04 0,038

3 0,026 0,038 0,038 0,04 0,04 0,036 0,036

4 0,028 0,04 0,042 0,042 0,04 0,04 0,038

5 0,028 0,04 0,042 0,044 0,042 0,04 0,04

6 0,026 0,036 0,038 0,04 0,04 0,038 0,036

4 Ekstrak

M.diclados

10 mg/kg BB 1 0,026 0,03 0,034 0,036 0,036 0,036 0,034

2 0,028 0,034 0,038 0,038 0,038 0,036 0,036

3 0,028 0,034 0,034 0,036 0,034 0,034 0,034

4 0,03 0,036 0,038 0,036 0,034 0,036 0,034

5 0,028 0,032 0,034 0,036 0,036 0,034 0,034

6 0,03 0,034 0,036 0,038 0,036 0,036 0,034

5 Ekstrak

M.diclados

50 mg/kg BB 1 0,03 0,034 0,034 0,038 0,036 0,034 0,032

2 0,028 0,03 0,032 0,034 0,034 0,032 0,032

3 0,028 0,032 0,032 0,036 0,036 0,034 0,032

4 0,028 0,03 0,032 0,034 0,034 0,032 0,032

5 0,03 0,032 0,034 0,036 0,036 0,034 0,034

6 0,028 0,032 0,034 0,036 0,036 0,034 0,034

Page 68: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Hasil Persentase Udem Telapak Kaki Tikus Setelah Diinduksi

Karagenan Masing-masing Perlakuan

Kel. Perlakuan Dosis Tikus Persen udem selama 6 jam pengamatan

0 1 2 3 4 5 6

1 Kontrol negatif 1ml/200 g NaCMC 1 0 58,33 66,67 91,67 83,33 58,33 50

2 0 58,33 66,67 83,33 83,33 66,67 58,33

3 0 58,33 75 91,67 66,67 58,33 50

4 0 58,33 66,67 75 75 58,33 50

5 0 58,33 75 83,33 75 66,67 58,33

6 0 58,33 66,67 83,33 75 66,67 58,33

2 Kontrol positif 125 mg/kg BB 1 0 14,28 42,85 42,85 35,71 35,71 28,57

2 0 21,42 42,85 50 42,85 35,71 28,57

3 0 21,42 20 26,67 26,67 20 20

4 0 21,42 26,67 33,33 33,33 26,67 20

5 0 14,28 28,57 35,71 35,71 35,71 28,57

6 0 21,42 26,67 33,33 33,33 26,67 26,67

3 Ekstrak

M.diclados

5 mg/kg BB 1 0 42,85 50 57,14 50 28,57 21,42

2 0 53,84 61,53 61,53 53,84 53,84 46,15

3 0 46,15 46,15 53,84 53,84 38,46 38,46

4 0 42,85 50 50 42,85 42,85 35,71

5 0 42,85 50 57,14 50 42,85 42,85

6 0 38,46 46,15 53,84 53,84 46,15 38,46

4 Ekstrak

M.diclados

10 mg/kg BB 1 0 15,38 23,07 38,46 38,46 38,46 30,76

2 0 21,42 21,42 35,71 35,71 28,57 28,57

3 0 21,42 21,42 28,57 21,42 21,42 21,42

4 0 20 26,67 20 13,33 20 13,33

5 0 14,28 21,42 28,57 28,57 21,42 21,42

6 0 13,33 20 26,67 20 20 13,33

5 Ekstrak

M.diclados

50 mg/kg BB 1 0 13,33 13,33 26,67 20 13,33 6,67

2 0 7,14 14,28 21,42 21,42 14,28 14,28

3 0 14,28 14,28 28,57 28,57 28,57 14,28

4 0 7,14 14,28 21,42 21,42 14,28 14,28

5 0 6,67 13,33 20 20 13,33 13,33

6 0 14,28 21,42 28,57 28,57 28,57 21,42

Page 69: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Hasil Persentase Inhibisi Udem Telapak Kaki Tikus Setelah

Diinduksi Karagenan Pada Masing-masing Perlakuan

Kel. Perlakuan Dosis Tikus Persen inhibisi udem selama 6 jam pengamatan

0 1 2 3 4 5 6

1 Kontrol negatif 1ml/200 g Na CMC 1 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 0 0

2 Kontrol positif 125 mg/kg BB 1 0 75,51 35,72 53,25 38,77 38,77 42,86

2 0 63,27 35,72 39,99 48,57 46,43 51,02

3 0 63,27 73,33 70,9 59,99 65,71 60

4 0 63,27 59,99 55,56 55,56 54,27 60

5 0 75,51 61,9 57,14 52,38 46,44 51,02

6 0 63,27 59,99 60 55,56 59,99 54,27

3 Ekstrak

M.diclados

5 mg/kg BB 1 0 26,53 25 37,66 39,99 51,02 57,16

2 0 7,69 7,71 26,16 35,38 19,24 20,88

3 0 20,88 38,46 41,26 19,24 34,06 23,08

4 0 26,53 25 33,33 42,87 26,53 28,58

5 0 26,53 33,33 31,42 33,33 35,72 26,53

6 0 34,06 30,77 35,38 28,21 30,77 34,06

4 Ekstrak

M.diclados

10 mg/kg BB 1 0 73,63 65,39 58,04 53,84 53,84 38,48

2 0 63,27 67,87 57,14 57,14 65,71 51,02

3 0 63,27 71,44 68,83 67,87 67,87 57,16

4 0 65,71 59,99 73,33 82,23 73,33 73,34

5 0 75,51 71,44 65,71 61,9 71,44 63,27

6 0 77,14 70 67,99 73,33 73,33 77,14

5 Ekstrak

M.diclados

50 mg/kg BB 1 0 77,14 80 70,9 75,99 77,14 86,66

2 0 87,75 78,58 74,29 74,29 78,58 75,51

3 0 75,51 80,96 68,83 57,14 51,02 71,44

4 0 87,75 78,58 71,44 71,44 75,51 71,44

5 0 88,56 82,22 75,99 73,33 80 77,14

6 0 75,51 67,87 65,71 61,9 57,14 63,27

Page 70: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Perhitungan Persen Udem dan Inhibisi Udem Telapak Kaki

Tikus

a. Persen udem ekstrak lumut hati Mastigophora diclados pada dosis

50 mg/KgBB

1. Tikus pertama pada jam ke-2

2. Tikus kedua pada jam ke-2

14,28%

3. Tikus ketiga pada jam ke-2

14,28%

4. Tikus keempat pada jam ke-2

14,28%

Page 71: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Tikus kelima pada jam ke-2

13,33%

6. Tikus keenam pada jam ke-2

21,42%

Keterangan :

Vo = Volume telapak kaki tikus pada waktu nol

Vt = Volum telapak kaki tikus pada waktu t

b. Persen inhibisi udem ekstrak lumut hati Mastigophora diclados pada dosis

50 mg/KgBB

1. Tikus pertama pada jam ke-2

2. Tikus kedua pada jam ke-2

Page 72: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Tikus ketiga pada jam ke-2

4. Tikus keempat pada jam ke-2

5. Tikus kelima pada jam ke-2

6. Tikus keenam pada jam ke-2

Keterangan :

a = % udem pada kelompok hewan kontrol negatif

b = % udem pada kelompok hewan uji

Page 73: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Aklimatisasi Hewan Uji Antiinflamasi

Disiapkan 30 ekor tikus

putih jantan

Dikelompokkan secara acak

menjadi 5 kelompok

6 Ekor tikus Dosis 50 mg/Kg

Diaklimatisasi selama 3

minggu

6 Ekor tikus Kontrol Negatif

6 Ekor tikus Kontrol Positif

6 Ekor tikus Dosis 5 mg/Kg

6 Ekor tikus Dosis 10 mg/Kg

Page 74: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Alur Penelitian

Lumut hati

Mastigophora diclados

Simplisa lumut hati

Mastigophora diclados

Ekstraksi dengan

pelarut n-heksan

Ekstrak kental

Pengelompokan hewan uji

berdasarkan perlakuan

yang diberikan (kontrol

positif, kontrol negatif,

dosis rendah, dosis

sedang, dosis tinggi)

Diaklimatisasi

selama 3 minggu

Tikus Putih

Penapisan

fitokimia

Analisis Data

Uji aktivitas

antiinflamasi

Page 75: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Kental Mastigophora

diclados

Lumut hati Mastigophora diclados kering

Dicuci dengan air bersih

Diangin-anginkan di selama 2 hari

Sortasi kering

Lumut hati Mastigophora diclados diblender hingga menjadi serbuk

simplisia

Serbuk simplisia sebanyak 2103 g dimaserasi dengan n-heksan dan

sesekali digoyang-goyangkan. Pelarut diganti dan disaring dengan kertas

saring sampai diperoleh filtrat yang bening

Filtrat dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator,

Diperoleh ekstrak kental

Page 76: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Skema Kerja Uji Antiinflamasi

30 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok

Bobot badan masing-masing tikus ditimbang

Ukur volume awal telapak kaki belakang tikus

dengan alat plestimometer

Perlakuan tiap kelompok

Masing-Masing disuntikkan larutan karagenan 1% sebanyak 0,2 mL

Kontrol Negatif

diberikan larutan

Na CMC 0,5 %

per oral

Kontrol postif

diberikan

asetosal dalam

Na CMC 0,5%

per oral

Ektstrak

Mastigophora

diclados dosis

5 mg/Kg BB

dalam Na

CMC 0,5%

per oral

Ekstrak

Mastigophora

diclados dosis

10 mg/Kg BB

dalam Na

CMC 0,5%

per oral

Ekstrak

Mastigophora

diclados dosis

50 mg/Kg BB

dalam Na

CMC 0,5%

per oral

Ukur volume telapak kaki belakang tikus pada jam ke-1, 2, 3, 4, 5, & 6

Analisa data

Setelah 1 jam

Page 77: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Hasil Statistik Uji Efek Antiinflamasi Dengan Metode Udem

Buatan Pada Telapak Kaki Tikus.

1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Uji Homogenitas Leneve

terhadap persen inhibisi udem kaki tikus

a. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Tujuan : untuk melihat distribusi data persen inhibisi udem telapak

kaki tikus normal atau tidaknya

Hipotesis :

Ho : Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus terdistribusi normal

Ha : Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus tidak terdistribusi

normal

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ha ditolak.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Jam1 Jam2 Jam3 Jam4 jam5 jam6

N 30 30 30 30 30 30

Normal

Parametersa

Mean 48.5690 45.3753 45.0350 44.0083 44.4620 43.8443

Std.

Deviation 3.23819E1 3.01124E1 2.68185E1 2.68160E1 2.76726E1 2.78490E1

Most

Extreme

Differences

Absolute .275 .220 .175 .156 .146 .168

Positive .133 .134 .153 .150 .146 .142

Negative -.275 -.220 -.175 -.156 -.128 -.168

Kolmogorov-Smirnov Z 1.507 1.203 .956 .854 .799 .922

Asymp. Sig. (2-tailed) .021 .111 .320 .460 .545 .363

a. Test distribution is

Normal.

Keputusan : data persen inhibisi udem telapak kaki tikus pada jam ke 1 tidak

terdistribusi normal (p ≤ 0,05) dan pada jam ke 2,3,4,5 dan 6

terdistribusi normal (p ≥ 0,05)

b. Uji Homogenitas Leneve

Tujuan : untuk melihat data persen inhibisi udem telapak kaki tikus

homogen atau tidak

Hipotesis :

Ho : Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus bervariasi homogen

Page 78: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ha : Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus tidak bervariasi

homogen

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ha ditolak

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

jam1 5.368 4 25 .003

jam2 6.082 4 25 .001

jam3 2.137 4 25 .106

jam4 3.601 4 25 .019

jam5 4.143 4 25 .010

jam6 3.363 4 25 .025

Keputusan: data persen inhibisi udem telapak kaki tikus seluruh kelompok hewan

uji pada jam ke 3 terdistribusi homogen ( p ≥ 0,05) dan pada jam ke

1,2,4,5, dan 6 tidak terdistribusi homogen ( p ≤ 0,05)

Kesimpulan: data persen inhibisi udem telapak kaki tikus pada jam ke 3

dilanjutkan dengan menggunakan ANOVA karena syarat normalitas

dan homogenitas terpenuhi, sedangkan pada jam ke 1,2,4,5 dan 6

tidak dapat dilanjutkan menggunakan ANOVA karena syarat

normalitas dan homogenitas tidak terpenuhi, maka dilanjutkan

dengan uji Kruskal Wallis.

2. Uji ANOVA

Tujuan : untuk melihat data persen inhibisi udem telapak kaki tikus

terdapat perbedaan secara bermakna atau tidak antar kelompok.

Hipotesis:

Ho: Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus tidak berbeda secara

bermakna

Ha: Data persen udem telapak kaki tikus berbeda secara bermakna

Page 79: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ha ditolak

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

jam3 Between Groups 19961.640 4 4990.410 139.240 .000

Within Groups 896.010 25 35.840

Total 20857.650 29

Kesimpulan: data persen inhibisi udem telapak kaki tikus pada jam ke 3 berbeda

secara bermakna maka dilanjutkan dengan uji BNT menggunakan

metode LSD.

3. Uji Kruskal Wallis dan BNT (beda nyata terkecil) terhadap persen inhibisi

udem telapak kaki tikus

Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persen

inhibisi udem telapak kaki tikus.

Hipotesis :

Ho: Data persen inhibisi udem telapak kaki tikus tidak berbeda secara

bermakna

Ha : Ddata persen inhibisi udem telapak kaki tikus secara bermakna

Pengambilan Keputusan :

Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 , maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 , maka Ha ditolak.

Test Statisticsa,b

jam1 jam2 jam4 jam5 jam6

Chi-Square 25.995 25.926 25.437 24.385 24.073

Df 4 4 4 4 4

Asymp. Sig. .000 .000 .000 .000 .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Keputusan: pada data persen inhibisi udem telapak kaki tikus pada jam 1,2,4,5,

Page 80: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan 6 berbeda secara bermakna, maka dapat dilanjutkan dengan uji

BNT menggunakan metode LSD. Uji BNT merupakan uji lanjutan

yang dilakukkan apabila hasil pengujian menunjukan adanya

perbedaan nilai secara bermakna. Tujuannya adalah untuk

menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda

secara bermakna dengan kelompok lainnya.

4. Uji BNT (LSD) persen inhibisi udem telapak kaki tikus pada jam ke 1, 2, 3,

4, 5, dan 6.

Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan persen inhibisi udem telapak kaki

tikus yang bermakna.

Multiple Comparisons

LSD

Dependent

Variable (I) kelompok (J) kelompok

Mean

Difference (I-

J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

Jam1 Kontrol

negatif

Kontrol positif -67.35000* 3.67975 .000 -74.9286 -59.7714

Dosis 5 mg -23.70333* 3.67975 .000 -31.2819 -16.1247

Dosis 10 mg -69.75500* 3.67975 .000 -77.3336 -62.1764

Dosis 50 mg -82.03667* 3.67975 .000 -89.6153 -74.4581

Kontrol

positif

Kontrol negatif 67.35000* 3.67975 .000 59.7714 74.9286

Dosis 5 mg 43.64667* 3.67975 .000 36.0681 51.2253

Dosis 10 mg -2.40500 3.67975 .519 -9.9836 5.1736

Dosis 50 mg -14.68667* 3.67975 .001 -22.2653 -7.1081

Dosis 5 mg

Kontrol negatif 23.70333* 3.67975 .000 16.1247 31.2819

Kontrol positif -43.64667* 3.67975 .000 -51.2253 -36.0681

Dosis 10 mg -46.05167* 3.67975 .000 -53.6303 -38.4731

Dosis 50 mg -58.33333* 3.67975 .000 -65.9119 -50.7547

Dosis 10 mg Kontrol negatif 69.75500* 3.67975 .000 62.1764 77.3336

Kontrol positif 2.40500 3.67975 .519 -5.1736 9.9836

Dosis 5 mg 46.05167* 3.67975 .000 38.4731 53.6303

Page 81: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis 50 mg -12.28167* 3.67975 .003 -19.8603 -4.7031

Dosis 50 mg Kontrol negatif 82.03667* 3.67975 .000 74.4581 89.6153

Kontrol positif 14.68667* 3.67975 .001 7.1081 22.2653

Dosis 5 mg 58.33333* 3.67975 .000 50.7547 65.9119

Dosis 10 mg 12.28167* 3.67975 .003 4.7031 19.8603

Jam2 Kontrol

negatif

Kontrol positif -54.44167* 5.12785 .000 -65.0027 -43.8807

Dosis 5 mg -26.71167* 5.12785 .000 -37.2727 -16.1507

Dosis 10 mg -67.68833* 5.12785 .000 -78.2493 -57.1273

Dosis 50 mg -78.03500* 5.12785 .000 -88.5960 -67.4740

Kontrol

positif

Kontrol negatif 54.44167* 5.12785 .000 43.8807 65.0027

Dosis 5 mg 27.73000* 5.12785 .000 17.1690 38.2910

Dosis 10 mg -13.24667* 5.12785 .016 -23.8077 -2.6857

Dosis 50 mg -23.59333* 5.12785 .000 -34.1543 -13.0323

Dosis 5 mg Kontrol negatif 26.71167* 5.12785 .000 16.1507 37.2727

Kontrol positif -27.73000* 5.12785 .000 -38.2910 -17.1690

Dosis 10 mg -40.97667* 5.12785 .000 -51.5377 -30.4157

Dosis 50 mg -51.32333* 5.12785 .000 -61.8843 -40.7623

Dosis 10 mg Kontrol negatif 67.68833* 5.12785 .000 57.1273 78.2493

Kontrol positif 13.24667* 5.12785 .016 2.6857 23.8077

Dosis 5 mg 40.97667* 5.12785 .000 30.4157 51.5377

Dosis 50 mg -10.34667 5.12785 .054 -20.9077 .2143

Dosis 50 mg Kontrol negatif 78.03500* 5.12785 .000 67.4740 88.5960

Kontrol positif 23.59333* 5.12785 .000 13.0323 34.1543

Dosis 5 mg 51.32333* 5.12785 .000 40.7623 61.8843

Dosis 10 mg 10.34667 5.12785 .054 -.2143 20.9077

Jam3 Kontrol

negatif

Kontrol positif -54.60667* 3.45641 .000 -61.7253 -47.4880

Dosis 5 mg -34.20167* 3.45641 .000 -41.3203 -27.0830

Dosis 10 mg -65.17333* 3.45641 .000 -72.2920 -58.0547

Dosis 50 mg -71.19333* 3.45641 .000 -78.3120 -64.0747

Kontrol

positif

Kontrol negatif 54.60667* 3.45641 .000 47.4880 61.7253

Dosis 5 mg 20.40500* 3.45641 .000 13.2864 27.5236

Dosis 10 mg -10.56667* 3.45641 .005 -17.6853 -3.4480

Dosis 50 mg -16.58667* 3.45641 .000 -23.7053 -9.4680

Page 82: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis 5 mg Kontrol negatif 34.20167* 3.45641 .000 27.0830 41.3203

Kontrol positif -20.40500* 3.45641 .000 -27.5236 -13.2864

Dosis 10 mg -30.97167* 3.45641 .000 -38.0903 -23.8530

Dosis 50 mg -36.99167* 3.45641 .000 -44.1103 -29.8730

Dosis 10 mg Kontrol negatif 65.17333* 3.45641 .000 58.0547 72.2920

Kontrol positif 10.56667* 3.45641 .005 3.4480 17.6853

Dosis 5 mg 30.97167* 3.45641 .000 23.8530 38.0903

Dosis 50 mg -6.02000 3.45641 .094 -13.1386 1.0986

Dosis 50 mg Kontrol negatif 71.19333* 3.45641 .000 64.0747 78.3120

Kontrol positif 16.58667* 3.45641 .000 9.4680 23.7053

Dosis 5 mg 36.99167* 3.45641 .000 29.8730 44.1103

Dosis 10 mg 6.02000 3.45641 .094 -1.0986 13.1386

Jam4 Kontrol

negatif

Kontrol positif -51.80500* 4.46687 .000 -61.0047 -42.6053

Dosis 5 mg -33.17000* 4.46687 .000 -42.3697 -23.9703

Dosis 10 mg -66.05167* 4.46687 .000 -75.2514 -56.8520

Dosis 50 mg -69.01500* 4.46687 .000 -78.2147 -59.8153

Kontrol

positif

Kontrol negatif 51.80500* 4.46687 .000 42.6053 61.0047

Dosis 5 mg 18.63500* 4.46687 .000 9.4353 27.8347

Dosis 10 mg -14.24667* 4.46687 .004 -23.4464 -5.0470

Dosis 50 mg -17.21000* 4.46687 .001 -26.4097 -8.0103

Dosis 5 mg Kontrol negatif 33.17000* 4.46687 .000 23.9703 42.3697

Kontrol positif -18.63500* 4.46687 .000 -27.8347 -9.4353

Dosis 10 mg -32.88167* 4.46687 .000 -42.0814 -23.6820

Dosis 50 mg -35.84500* 4.46687 .000 -45.0447 -26.6453

Dosis 10 mg Kontrol negatif 66.05167* 4.46687 .000 56.8520 75.2514

Kontrol positif 14.24667* 4.46687 .004 5.0470 23.4464

Dosis 5 mg 32.88167* 4.46687 .000 23.6820 42.0814

Dosis 50 mg -2.96333 4.46687 .513 -12.1630 6.2364

Dosis 50 mg Kontrol negatif 69.01500* 4.46687 .000 59.8153 78.2147

Kontrol positif 17.21000* 4.46687 .001 8.0103 26.4097

Dosis 5 mg 35.84500* 4.46687 .000 26.6453 45.0447

Dosis 10 mg 2.96333 4.46687 .513 -6.2364 12.1630

Jam5 Kontrol Kontrol positif -51.93500* 5.31307 .000 -62.8775 -40.9925

Page 83: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

negatif Dosis 5 mg -32.89000* 5.31307 .000 -43.8325 -21.9475

Dosis 10 mg -67.58667* 5.31307 .000 -78.5291 -56.6442

Dosis 50 mg -69.89833* 5.31307 .000 -80.8408 -58.9559

Kontrol

positif

Kontrol negatif 51.93500* 5.31307 .000 40.9925 62.8775

Dosis 5 mg 19.04500* 5.31307 .001 8.1025 29.9875

Dosis 10 mg -15.65167* 5.31307 .007 -26.5941 -4.7092

Dosis 50 mg -17.96333* 5.31307 .002 -28.9058 -7.0209

Dosis 5 mg Kontrol negatif 32.89000* 5.31307 .000 21.9475 43.8325

Kontrol positif -19.04500* 5.31307 .001 -29.9875 -8.1025

Dosis 10 mg -34.69667* 5.31307 .000 -45.6391 -23.7542

Dosis 50 mg -37.00833* 5.31307 .000 -47.9508 -26.0659

Dosis 10 mg Kontrol negatif 67.58667* 5.31307 .000 56.6442 78.5291

Kontrol positif 15.65167* 5.31307 .007 4.7092 26.5941

Dosis 5 mg 34.69667* 5.31307 .000 23.7542 45.6391

Dosis 50 mg -2.31167 5.31307 .667 -13.2541 8.6308

Dosis 50 mg Kontrol negatif 69.89833* 5.31307 .000 58.9559 80.8408

Kontrol positif 17.96333* 5.31307 .002 7.0209 28.9058

Dosis 5 mg 37.00833* 5.31307 .000 26.0659 47.9508

Dosis 10 mg 2.31167 5.31307 .667 -8.6308 13.2541

Jam6 Kontrol

negatif

Kontrol positif -53.19500* 5.68763 .000 -64.9089 -41.4811

Dosis 5 mg -31.71500* 5.68763 .000 -43.4289 -20.0011

Dosis 10 mg -60.06833* 5.68763 .000 -71.7822 -48.3544

Dosis 50 mg -74.24333* 5.68763 .000 -85.9572 -62.5294

Kontrol

positif

Kontrol negatif 53.19500* 5.68763 .000 41.4811 64.9089

Dosis 5 mg 21.48000* 5.68763 .001 9.7661 33.1939

Dosis 10 mg -6.87333 5.68763 .238 -18.5872 4.8406

Dosis 50 mg -21.04833* 5.68763 .001 -32.7622 -9.3344

Dosis 5 mg Kontrol negatif 31.71500* 5.68763 .000 20.0011 43.4289

Kontrol positif -21.48000* 5.68763 .001 -33.1939 -9.7661

Dosis 10 mg -28.35333* 5.68763 .000 -40.0672 -16.6394

Dosis 50 mg -42.52833* 5.68763 .000 -54.2422 -30.8144

Dosis 10 mg Kontrol negatif 60.06833* 5.68763 .000 48.3544 71.7822

Kontrol positif 6.87333 5.68763 .238 -4.8406 18.5872

Page 84: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dosis 5 mg 28.35333* 5.68763 .000 16.6394 40.0672

Dosis 10 mg -14.17500* 5.68763 .020 -25.8889 -2.4611

Dosis 50 mg Kontrol negatif 74.24333* 5.68763 .000 62.5294 85.9572

Kontrol positif 21.04833* 5.68763 .001 9.3344 32.7622

Dosis 5 mg 42.52833* 5.68763 .000 30.8144 54.2422

Dosis 10 mg 14.17500* 5.68763 .020 2.4611 25.8889

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kreterangan : tanda * menunjukan data berbeda secara bermakna

Kesimpulan :

a. Jam ke-1

1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kelompok

kontrol positif dan seluruh kelompok uji dosis 5, 10, 50 mg/Kg pada

taraf uji 0,05 (ρ≤0,05).

2. Kelompok kontrol positif berbeda secara bermakna dengan seluruh

kelompok dosis uji terkecuali dengan kelompok dosis 10 mg/Kgtidak

terdapat perbedaan secara bermakna pada taraf uji 0,05

b. Jam ke-2

1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol

positif dan seluruh kelompok dosis uji 5, 10, 50 mg/Kg pada taraf uji

(ρ≤0,05).

2. Dosis 10 mg/Kg tidak berbeda bermakna dengan dosis 50 mg/Kg.

c. Jam ke-3

1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol

positif dan seluruh kelompok dosis uji 5, 10, 50 mg/Kg pada taraf uji

0,05 (ρ≤0,05).

2. Dosis 10 mg/Kg tidak berbeda bermakna dengan dosis 50 mg/Kg.

Page 85: UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK n-heksan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24139/1/MIGI... · 60,07% dan dosis 5 mg/KgBB sebesar 34,2%. Hasil uji ANOVA menunjukkan

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Jam ke-4

1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol

positif dan seluruh kelompok dosis uji 5,10, 50 mg/Kg.

2. Dosis 10 mg/Kg tidak berbeda bermakna dengan dosis 50 mg/Kg.

e. Jam ke-5

1. Kelompok kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol

positif dan seluruh kelompok dosis uji 5,10, 50 mg/Kg.

2. Dosis 10 mg/Kg tidak berbeda bermakna dengan dosis 50 mg/Kg.

f. Jam ke-6

1. Kelompok kontrol negatif berbeda secra bermakna dengan kontrol

positif dan kelompok dosis uji 5, 50 mg/Kg.

2. Kelompok kontrol positif berbeda bermakna dengan seluruh kelompok

dosis uji 5, 50 mg/Kg terkecuali dengan kelompok dosis 10 mg/Kg

tidak terdapat perbedaaan secara bermakna pada taraf uji 0,05.

3. Kelompok dosis 5 mg/Kg berbeda secara bermakna dengan kontrol

positif dan seluruh kelompok dosis uji 10, 50 mg/Kg pada taraf uji

0,05 (ρ≤0,05).

4. Dosis 10 mg/Kg tidak berbeda bermakna dengan kontrol postif.

5. Dosis 50 mg/Kg berbeda bermakna dengan kelompok kkontrol negatif,

kelompok kontrol positif dan seluruh kelompok dosis uji 5, 10 mg/Kg.