8
UJI WIDAL DASAR TEORI Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum. Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan waktu inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah enddemis (import). Walaupun begitu, menurut suatu penelitian yang mengukur kemampuan Uji Tabung Widal menggunakan antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang bermakna

UJI WIDAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

widal

Citation preview

Page 1: UJI WIDAL

UJI WIDAL

DASAR TEORI

Prinsip pemeriksaan adalah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur

dengan suspense antigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi

aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen yang digunakan pada tes widal ini

berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan

jalan mengencerkan serum, maka kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih

menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.

Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/

peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan waktu

inkubasi semalam karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya

membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan dalam prosedur penapisan.

Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes

ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti uji widal

yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis (local)

memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada bila dipakai antigen yang

berasal dari strain kuman asal luar daerah enddemis (import). Walaupun begitu, menurut suatu

penelitian yang mengukur kemampuan Uji Tabung Widal menggunakan antigen import dan

antigen local, terdapat korelasi yang bermakna antara antigen local dengan antigen S.typhi O dan

H import, sehingga bisa dipertimbangkan antigen import untuk dipakai di laboratorium yang

tidak dapat memproduksi antigen sendiri untuk membantu menegakkan diagnosis Demam tifoid.

Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter

penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :

Antigen O

Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman. Struktur

kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100°C selama 2–5

jam, alkohol dan asam yang encer.

Antigen H

Page 2: UJI WIDAL

Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi dan

berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki

beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60°C dan pada

pemberian alkohol atau asam.

Antigen Vi

Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman dari

fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu

60°C, dengan pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya

karier.

Outer Membrane Protein (OMP)

Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar membran

sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP

ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan protein nonporin. Porin merupakan komponen

utama OMP, terdiri atas protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang

berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan

denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A, protein a dan

lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan

jelas.

Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana

penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran untuk

menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang mempengaruhi kenaikan titer.

Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai dengan titer yanglebih tinggi,

yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan.

Dengan alas an ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi,

cukup pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.

Titer widal biasanya angka kelipatan   : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.

·           Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).

Page 3: UJI WIDAL

·           Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada,

maka dinyatakan (+).

·           Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasiendengan

gejala klinis khas.

Interprestasi tes widal harus memperhatikan beberapa factor yaitu sensitivitas, stadium

penyakit; factor penderita seperti status imunitas dan status gizi yang dapat mempengaruhi

pembentukan antibody; gambaran imunologis dari masyarakat setempat (daerah endemis atau

non-endemis); factor antigen; teknik serta reagen yang digunakan.

Tes Widal mempunyai sensitivitas dan spesifisitas moderat (± 70%), dapat negative palsu

pada 30% kasus demam tifoid dengan kultur positif.

Tes Widal negative palsu dapat terjadi pada:

1. Carrier tifoid

2. Jumlah bakteri hanya sedikit sehingga tidak cukup memicu produksi antibody pada

host.

3. Pasien sudah mendapatkan terapi antibiotika sebelumnya

Tes Widal positif palsu dapat terjadi pada:

1. Imunisasi dengan antigen Salmonella

2. Reaksi silang dengan Salmonella non tifoid

3. Infeksi malaria, dengue atau infeksi enterobacteriaceae lain

Cara kerja reaksi widal (untuk mendeteksi titer Salmonella typhii):

Digunakan dua macam seri pengenceran untuk penetapan titer antibodi dalam serum dalam

praktikum ini, yaitu:

1. Pengenceran 1 : 80, dibuat dengan cara memipet serum 20 μL ditambah dengan 1 tetes (40

μL) reagen S. typhii H. Apabila terjadi aglutinasi dihitung titer antibodinya. Perhitungan

per titer antibodi adalah 20 x 1/1600 = 1/80.

2. Pengenceran 1 : 160, dibuat dengan cara memipet serum 10 μL ditambah dengan 1 tetes

(40 μL) reagen S. typhii H. Apabila terjadi aglutinasi dihitung titer antibodinya.

Perhitungan per titer antibodi adalah 10 x 1/1600 = 1/160

Page 4: UJI WIDAL

VII.          PRA ANALITIK

A.    Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus

Perisapan sampel : Serum

B.     ALAT

-          Batang pengaduk

-          Mikropipet (40ul, 20ul, 10ul, 5ul)

-          Tabung sentrifuge

-          Tip kuning

-          Sentrifuge

C.    BAHAN

-          Alkohol 70% dan kapas

-          Reagen widal/Tydal

-          Spoit 3 ml

VIII.        Prosedur Kerja

1.      Disiapkan slide yang kering dan bersih dengan 4(empat) lingkaran

2.      Dengan mikropipet dimasukkan reagen Tydal dengan volume 40ul ke dalam lingkaran-

lingkaran tadi.

3.      Selanjutnya dimasukkan serum denag tingkat titer 1/80 degan volume sampel 20ul.

4.      Di campur dan di goyang

5.      Apabila hasil (+) aglutinasi, dilanjutkan lagi dengan tingkatan titer selanjutnya yaitu 1/160 dan

1/320

6.      Di campur dan di goyang.

7.      Catat dan laporkan hasil

Catatan : pemeriksaan tidak boleh dilakukan dengan waktu lebih dari 1 menit, karena apabila lebih dapat

menimbulkan hasil positif palsu.

≠ Aglutinasi

20 µl serum ditambah 40 µl Antigen Ringan

Aglutinasi

(1/80) Jumlah antibodi

Page 5: UJI WIDAL

≠ Aglutinasi

1.      10 µl serum ditambah 40 µl Antigen Sedang

Aglutinasi

(1/160)

≠ Aglutinasi

2.      5 µl serum ditambah 40 µl Antigen Berat

Aglutinasi

(1/320)

IX.             Interpretasi Hasil

No Type Salmonella sp Antigen O Antigen H Antigen AH Antigen BH

1

2

3

4

S.typhi O

S.typhi H

S.paratyphi AH

S.paratyphi BH

Aglutinasi

-

-

-

-

Aglutinasi

-

-

-

-

Aglutinasi

-

-

-

-

Aglutinasi

Titer O yang tinggi : (≥160) atau kenaikan titer yang tinggi menunjukan infeksi akut

Titer H yang tinggi : (≥160) Menunjukan pernah di faksinasi/ pernah terjadi infeksi

Untuk perolehan titer 1/80 :

-Pernah mengalami Typoid : Normal

-Belum pernah Typoid : pemriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu 5-7 hari

-Pernah mengalami Typoid : pemriksaan dilakukan lagi dalam jangka waktu 5-7 hari

-Belum pernah Typoid : (+) Typoid

-Pernah mengalami Typoid : (+) Typoid

-Belum pernah Typoid : (+) Typoid