3
Undang – Undang Republik Indonesia No 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal Pada undang – undang ini terdapat 68 pasal yang menyangkut produk halal dan penyelenggaraannya. Pada pasal 1 dijelaskan bahwa produk halal adalah produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam. Tujuan dari Jaminan Produk Halal berdasarkan pasal 3 adalah : a. memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan Produk Halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan Produk; dan b. meningkatkan nilai tambah bagi Pelaku Usaha untuk memproduksi dan menjual Produk Halal. Kelembagaan BPJH Penyelenggara dari Jaminan Produk Halal itu sendiri dilaksanakan oleh Menteri dan untuk melaksanakan penyelenggaraan JPH tersebut dibentuklah BPJH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal). BPJH dapat membentuk perwakilan di daerah untuk memperluas area kerjanya (Pasal 5 bagian kesatu) BPJH memiliki kewenangan berupa (Pasal 6) : a. merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH; b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria JPH; c. menerbitkan dan mencabut Sertifikat Halal dan Label Halal pada Produk; d. melakukan registrasi Sertifikat Halal pada Produk luar negeri; e. melakukan sosialisasi, edukasi, dan publikasi Produk Halal; f. melakukan akreditasi terhadap LPH; g. melakukan registrasi Auditor Halal; h. melakukan pengawasan terhadap JPH; i. melakukan pembinaan Auditor Halal; dan j. melakukan kerja sama dengan lembaga dalam dan luar negeri di bidang penyelenggaraan JPH.

Undang.docx

  • Upload
    putuuut

  • View
    216

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Undang Undang Republik Indonesia No 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal

Pada undang undang ini terdapat 68 pasal yang menyangkut produk halal dan penyelenggaraannya.Pada pasal 1 dijelaskan bahwa produk halal adalah produk yang telah dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam. Tujuan dari Jaminan Produk Halal berdasarkan pasal 3 adalah :a. memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan Produk Halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan Produk; dan b. meningkatkan nilai tambah bagi Pelaku Usaha untuk memproduksi dan menjual Produk Halal.

Kelembagaan BPJHPenyelenggara dari Jaminan Produk Halal itu sendiri dilaksanakan oleh Menteri dan untuk melaksanakan penyelenggaraan JPH tersebut dibentuklah BPJH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal). BPJH dapat membentuk perwakilan di daerah untuk memperluas area kerjanya (Pasal 5 bagian kesatu)BPJH memiliki kewenangan berupa (Pasal 6) :a. merumuskan dan menetapkan kebijakan JPH;b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria JPH; c. menerbitkan dan mencabut Sertifikat Halal dan Label Halal pada Produk; d. melakukan registrasi Sertifikat Halal pada Produk luar negeri; e. melakukan sosialisasi, edukasi, dan publikasi Produk Halal; f. melakukan akreditasi terhadap LPH; g. melakukan registrasi Auditor Halal; h. melakukan pengawasan terhadap JPH; i. melakukan pembinaan Auditor Halal; dan j. melakukan kerja sama dengan lembaga dalam dan luar negeri di bidang penyelenggaraan JPH.Dalam penyelenggaraannya, BPJH dapat bekerja sama dengan tiga lembaga/pemerintahan, yaitu:a. kementrian atau lembaga terkait (Pasal 8, kerja sama sesuai dengan tugas dan fungsi kementrian atau lembaga terkait)b. LPH (Pasal 9, kerja sama dilakukan untuk pemeriksaan dan pengujian produk)c. MUI (Pasal 10, kerjaa sama dilakukan dalam bentuk: sertifikasi auditor halal, penetapan kehalalan produk dan akreditasi LPH)

LPH (Lembaga Pemeriksa Halal)LPH bisa didirikan oleh pemerintah atau masarakat (Pasal 12). Untuk mendirikan, ada persyaratan yang harus dipenuhi (Pasal 13), yaitu:a. memiliki kantor sendiri dan perlengkapannyab. memiliki akreditasi dari BPJHmemiliki Auditor Halal paling sedikit 3 (tiga) orang, danc. memiliki laboratorium atau kesepakatan kerja sama dengan lembaga lain yang memiliki laboratorium.Apabila persyaratan telah dipenuhi, LPH bisa diajukan oleh lembaha keagamaan Islam berbadan hukum (Pasal 13). Auditor HalalAuditor Halal diangkat dan diberhentikan oleh LPH. Persyaratan auditor halal adalah (Pasal 14) :a. WNIb. islamc. berpendidikan paling rendah sarjana strata 1 (satu) di bidang pangan, kimia, biokimia, teknik industry, biologi atau farmasid. memahami dan memiliki wawasan luas mengenai kehalalan produk menurut syariat Islame. mendahulukan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi dan golonganf. memperoleh sertifikat dari MUI.Auditor Halal bertugas (Pasal 15) :a. memeriksa dan mengkaji Bahan yang digunakan; b. memeriksa dan mengkaji proses pengolahan Produk; c. memeriksa dan mengkaji sistem penyembelihan; d. meneliti lokasi Produk; e. meneliti peralatan, ruang produksi, dan penyimpanan; f. memeriksa pendistribusian dan penyajian Produk; g. memeriksa sistem jaminan halal Pelaku Usaha; dan h. melaporkan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian kepada LPH.

Produk HalalPada pasal 17 sampai 20 dijelaskan bahwa produk pangan halal meliputi hewan, tumbuhan, mikroba dan bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi atau proses rekayasa genetik. Hewan yang digunakan sebagai bahan pangan wajib disembelih sesuai dengan syariat dan memenuhi kaidah kesejahteraan hewan serta kesehatan masyarakat veteriner (Pasal 19). Sedangkan makanan seperi bangkai, darah, babi dan hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat merupakan haram. Pada mikroba dan bahan yang dihasilkan melalui proses kimiawi, proses biologi atau proses rekayasa genetik yang pada saat proses pembuatannya tercampur, terkandung atau terkontaminasi dengan baan yang diharamkan, maka produk tersebut haram.Lokasi, tempat dan alat PPH wajib dipisahkan dengan lokasi, tempat, alat penyembelihan dan pengolahan produk yang tidak halal. Lokasi, tempat dan alat PPH harus (Pasal 21): a. dijaga kebersihan dan higienitasnyab. bebas dari najisc. bebas dari bahan tidak halalJika peraturan tersebut dilanggar, maka aka nada peringatan tertulis atau denda administrative (Pasal 23).