16
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pepaya (Carica papaya L.) Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu dan bergizi yang tinggi Prihatman (2000) dalam Astuti (2009). Nama daerah: Pente (Aceh), Pertek (Gayo), Pastela (Batak), Embetik (Karo), Botik (Batak Toba), Bala (Nias), Sikailo (Mentawai), Kates (Palembang), Kalikih (Minangkabau), Gedang (Lampung), Gedang (Sunda), Kates (Jawa Tengah), Kates (Madura), Gedang (Bali), Kustela (Banjar), Bua medung (Dayak Busang), Buah dong (Dayak Kenya), Kates (Sasak), Kampaya (Bima), Kala jawa (Sumbawa), Padu (Flores), Papaya (Gurontalo), Papaya (Buol), Kaliki (Baree), Papaya (Manado), Unti jawa (Makasar), Kaliki riaure (Bugis), Papai (Buru), Papaya (Halmahera), Papae (Ambon), Palaki (Seram), Kapaya (Tidore), Tapaya (Ternate), Ihwarwerah (Sarmi), Siberiani (Windesi) Depkes (2000) dalam Astuti (2009). Pepaya berasal dari Amerika Tengah. Tanaman buah menahun ini tumbuh pada tanah lembab yang subur dan tidak tergenang air, dapat ditemukan di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Sesungguhnya tanaman pepaya merupakan semak yang berbentuk pohon, bergetah, tumbuh tegak, tinggi 2,5-10 meter, batangnya bulat berongga, tangkai di bagian atas kadang dapat bercabang. Pada kulit batang terdapat tanda bekas tangkai daun yang telah lepas Dalimartha dan Hembing (1994) dalam Soranta (2009). Daun berkumpul di ujung batang dan ujung percabangan, tangkainya bulat silindris, berongga, panjang 25-100 cm. Helaian daun bulat telur dengan diameter 25-75 cm, berbagi menjari, ujung runcing, pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan bawah. Cuping- cuping daun berlekuk sampai berbagi tidak beraturan, tulang cuping daun

Unimed Undergraduate 22805 File 6_ Bab II

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PDF

Citation preview

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pepaya (Carica papaya L.)

Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun sub

tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah dataran dan

pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja bermutu

dan bergizi yang tinggi Prihatman (2000) dalam Astuti (2009). Nama daerah:

Pente (Aceh), Pertek (Gayo), Pastela (Batak), Embetik (Karo), Botik (Batak

Toba), Bala (Nias), Sikailo (Mentawai), Kates (Palembang), Kalikih

(Minangkabau), Gedang (Lampung), Gedang (Sunda), Kates (Jawa Tengah),

Kates (Madura), Gedang (Bali), Kustela (Banjar), Bua medung (Dayak Busang),

Buah dong (Dayak Kenya), Kates (Sasak), Kampaya (Bima), Kala jawa

(Sumbawa), Padu (Flores), Papaya (Gurontalo), Papaya (Buol), Kaliki (Baree),

Papaya (Manado), Unti jawa (Makasar), Kaliki riaure (Bugis), Papai (Buru),

Papaya (Halmahera), Papae (Ambon), Palaki (Seram), Kapaya (Tidore), Tapaya

(Ternate), Ihwarwerah (Sarmi), Siberiani (Windesi) Depkes (2000) dalam Astuti

(2009).

Pepaya berasal dari Amerika Tengah. Tanaman buah menahun ini tumbuh

pada tanah lembab yang subur dan tidak tergenang air, dapat ditemukan di dataran

rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Sesungguhnya tanaman pepaya merupakan

semak yang berbentuk pohon, bergetah, tumbuh tegak, tinggi 2,5-10 meter,

batangnya bulat berongga, tangkai di bagian atas kadang dapat bercabang. Pada

kulit batang terdapat tanda bekas tangkai daun yang telah lepas Dalimartha dan

Hembing (1994) dalam Soranta (2009). Daun berkumpul di ujung batang dan

ujung percabangan, tangkainya bulat silindris, berongga, panjang 25-100 cm.

Helaian daun bulat telur dengan diameter 25-75 cm, berbagi menjari, ujung

runcing, pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau tua, permukaan

bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan bawah. Cuping-

cuping daun berlekuk sampai berbagi tidak beraturan, tulang cuping daun

5

menyirip. Bunga jantan berkumpul dalam tandan, mahkota berbentuk terompet,

warnanya putih kekuningan. Buahnya buah buni yang bisa bermacam-macam

bentuk, warna, ataupun rasa daging buahnya. Bijinya banyak dan berwarna hitam.

Tanaman ini dapat berbuah sepanjang tahun dimulai pada umur 6-7 bulan dan

mulai berkurang setelah berumur 4 tahun Dalimartha dan Hembing (1994) dalam

Soranta (2009).

2.1.1. Klasifikasi Buah pepaya (Carica papaya L.)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Cistales

Suku : Caricacea

Marga : Carica

Jenis : Carica papaya L. (Hembing, 2008)

2.1.2. Biji Pepaya

Biji pepaya yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari buah pepaya

daerah Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan Komplek

Adam Malik Kota Madya Medan, Sumatera Utara. Secara umum tanaman pepaya

memiliki ciri-ciri yang sama dengan tanaman pepaya yang hidup di daerah lain.

Biji pepaya yang diambil dari buah pepaya didaerah ini memiliki bentuk buah

agak panjang dan lonjong, ukurannya bervariasi, dari yang kecil, sedang sampai

besar. Banyaknya biji tergantung dari besar kecilnya buah. Permukaan biji agak

keriput dan dibungkus oleh kulit ari yang bersifat seperti agar atau transparan,

kotiledon putih, rasa biji pedas atau tajam dengan aroma yang khas. Kandungan

kimia yang terdapat dalam biji pepaya adalah: 25% atau lebih lemak campuran,

26,2% lemak, 24,3% protein, 17% serat, 15,5% karbohidrat, 8,8% abu dan 8,2%

air (Kalie, 2008).

6

Gambar 2.1. Buah pepaya (Anonim1, 2010)

2.1.3. Kandungan biji pepaya

2.1.3.1. Tanin

Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari

senyawa fenolik. Istilah tanin pertama sekali diaplikasikan pada tahun 1796 oleh

Seguil dalam Fitri (2009). Tanin terdiri dari sekelompok zat – zat kompleks yang

terdapat secara meluas dalam dunia tumbuh – tumbuhan, antara lain terdapat pada

bagian kulit kayu, batang, daun dan buah – buahan. Ada beberapa jenis tumbuh –

tumbuhan atau tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain : tanaman

pinang, tanaman akasia, gabus, bakau, pinus, pepaya dan gambir Risnasari (2001)

dalam Fitri (2009).

Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam

golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak dijumpai pada tumbuhan. Tanin

dahulu digunakan untuk menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat

mengikat protein. Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid dan glatin.Tanin

secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat

molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan

protein. Selain itu tanin juga dapat mengendapkan protein, alkaloid, dan glatin.

Tanin juga dapat membentuk logam secara stabil, sehingga jika manusia

kebanyakan mengkonsumsi makan yang memiliki tanin maka Fe pada darah akan

berkurang sehingga menyebabkan anemia (Anonim2, 2010).

7

2.1.3.2. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder, kemungkinan

keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis sehingga

daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid (Sjahid, 2008).

Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak reaksi

oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid bertindak sebagai

penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida dengan demikian

melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Aktivitas

antioksidannya dapat menjelaskan mengapa flavonoid tertentu merupakan

komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati

gangguan fungsi hati flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol alam

Harbone (1987) dalam Sjahid (2008). Flavonoid merupakan senyawa polar karena

mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu gula, sehingga

akan larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton,

dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air. Adanya gula yang terikat pada

flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air dan

dengan demikian campuran pelarut dengan air merupakan pelarut yang lebih baik

untuk glikosida dalam Harbone (1987) dalam Sjahid (2008).

Flavonoid merupakan antioksidan yang dapat menangkap radikal

bebas. Flavonoid menghentikan tahap awal reaksi dengan membebaskan satu

atom hydrogen dari gugus hidroksilnya yang kemudian berikatan dengan satu

radikal bebas. Dengan ikatan ini maka akan menstabilkan radikal peroksi yang

membuat aktivasi energi berkurang, dan selanjutnya akan menghambat atau

menghalangi reaksi oksidasi dari kolesterol Low density Lipoprotein (LDL)

(Mutiah dkk., 2011).

2.1.3.3. Saponin

Saponin merupakaan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul

tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan

beberapa bakteri. Saponin larut dalam air tetapi tidak larut dalam eter. Saponin

dapat mengganggu penyerapan mineral dan vitamin dalam tubuh. Saponin dapat

8

menekan konsentrasi Fe hati melalui penyerapan Fe yang tidak sempurna dengan

membentuk kompleks Saponin-Fe. Saponin mampu menurunkan konsentrasi

kolesterol serum darah dengan mengikat dan mencegah absorbsi kolesterol karena

interaksi saponin dan kolesterol merupakan kompleks yang tidak larut. Absorbsi

kolesterol yang rendah menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah dan

memaksa meningkatnya metabolisme kolesterol dalam hati. Saponin juga dapat

menguras kolesterol darah dengan membatasi penyerapan kembali dan

meningkatkan ekskresi. Namun perlu diperhatikan bahwa penurunan konsentrasi

kolesterol serum darah hanya dapat terjadi jika terjadi hiperkolesterol (Aswin,

2008).

Berdasarkan struktur kimianya, saponin dikelompokkan menjadi tiga kelas

utama yaitu kelas streroid, kelas steroid alkaloid, dan kelas triterpenoid. Sifat yang

khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air, beracun bagi

binatang berdarah dingin, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak sel darah

merah), tidak beracun bagi binatang berdarah panas. Saponin yang terkandung

dalam tanaman pepaya (Carica papaya L.) banyak ditemukan pada bagian

bijinya. Saponin yang ada dalam biji pepaya, bermanfaat untuk menurunkan

aktifitas kolesterol serum seperti aksi resin, yaitu dengan mengurangi sirkulasi

enterohepatik asam empedu. Melalui penghambatan reaksi oksidasi kolesterol

LDL ini maka dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Dengan kandungan-

kandungan tersebut, biji pepaya mempunyai efek hipolipidemia dan anti oksidan

dalam darah (Mutiah dkk., 2011).

2.2. Kolesterol

Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan dan berupa seperti lilin

(wax) yang diproduksi oleh tubuh kita, terutama di dalam hati (Heslet, 2007).

Kolesterol merupakan suatu kombinasi dari asam lemak dan alkohol yang

ditemukan didalam semua jaringan tubuh, khususnya dalam hepar, darah dan

otak. Kolesterol adalah salah satu sterol yang penting dan terdapat banyak di

alam. Dari semua proses kolesterol dapat dilihat bahwa gugus hidroksil yang

9

terdapat pada atom C nomor 3 mempunyai posisi β, oleh karena dihubungkan

dengan garis penuh. Struktur kolesterol dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur Kolesterol (Marks, 2001).

Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktur semua sel

dan merupakan utama sel otak dan sel saraf. Kolesterol di dalam tubuh terutama

diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya diperoleh dari

karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis bergabung pada

kebutuhan tubuh dalam jumlah yang diperoleh dari makanan. Kolesterol dalam

konsentrasi tinggi terdapat dalam jaringan kelenjar dan di dalam hati. Kolesterol

merupakan bahan antara pembentukan jumlah steroid penting, seperti asam

empedu, asam kolat, hormon-hormon adrenal korteks, estrogen, androgen, dan

progesteron (Heslet, 2007).

Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam lipoprotein plasma, yang

bisa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai

panjang sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis dalam banyak jaringan dari

Asetil-KoA dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh lewat empedu (Muray dan

Graner, 2000). Kolesterol di dalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu disatu

titik diperlukan dan disisi lain dapat membahayakan, tergantung berapa banyak di

dalam tubuh dan di bagian mana kolesterol di hasilkan oleh hati dan merupakan

beberapa komponen lemak yang terdapat di dalam darah manusia. Tubuh perlu

membina sel-sel membran, sebagai lapisan perlindungan pada sel saraf, serta

untuk menghasilkan vitamin D dan beberapa hormon (Muray dan Graner 2000).

10

Lebih dari separuh jumlah kolesterol dalam tubuh berasal dari sintesis sekitar

(700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari sementara usus

sekitar 10% lainnya. Makanan yang banyak mengandung kolesterol yaitu antara

lain, daging ayam, margarine, kuning telur, dan makanan gorengan-gorengan

(Muray, 2000).

Daging sebagai bahan makanan sangat jarang dihubungkan dengan kasus

alergi makanan, karena daging merupakan sumber protein yang baik untuk tubuh.

Daging kambing termasuk dalam kelompok sumber protein hewani. Kebutuhan

konsumsinya termasuk dalam asupan protein sehari-hari, tidak dapat dihitung

secara terpisah. Daging kambing mangandung suatu grup lemak yang dikenal

dengan nama asam linoleik atau linoleat yang meningkatkan kadar koleserol,

sehingga memperburuk kadar kolesterol bagi penderita kolesterol tinggi,

sedangkan bagi penderita darah tinggi, daging kambing mengandung kadar

mineral, natrium, dan kalium yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging

lainnya, dan dapat mengganggu kerja jantung. Menghindari makanan daging

terutama daging kambing sebab daging kambing mengandung sumber protein,

vitamin B komplek, dan juga mineral, seperti besi, fosfor, kalsium, dan kalium.

Selain itu di balik kelezatan seratus gram daging kambing, ternyata menyimpan

kandungan energi sebanyak 200 kalori dengan 22 gram protein, dan 10 gram

lemak (Heslet, 2007).

Kolesterol dapat larut dalam pelarut, misalnya eter, kloroform, benzena

dan alkohol panas. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol

mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak

berbau, dan mempunyai titik lebur 150-1510C. Endapan kolesterol apabila

terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh

darah karena dinding pembuluh darah menjadi makin tebal. Hal ini

mengakibatkan juga berkurangnya elastisitas atau kelenturan pembuluh darah.

Dengan penyempitan pembuluh darah dan berkurangnya kelenturan pembuluh

darah, maka aliran darah terganggu dan untuk mengatasi gangguan ini jantung

harus memompa darah lebih keras. Hal ini berarti jantung harus bekerja lebih

keras dari pada biasanya (Deviana, 2010).

11

Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut

HDL (High Density lipoprotein) untuk dibawa kehati yang selanjutnya akan

diuraikan lalu dibuang kedalam kantung empedu sebagai asam (cairan) empedu.

LDL mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia akan

mengembang di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL adalah Apo-

B (apolipoprotein-B). LDL dianggap sebagi lemak yang jahat karena dapat

menyebabkan penempelan kolesterol dari dinding pembuluh darah dengan

mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL adalah

Apo-A (apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan lemak lebih sedikit dan

mempunyai kepadatan tinggi atau lebih berat (Muray dkk., 2000).

Kolesterol tidak sepenuhnya merupakan racun dalam tubuh, karena

kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur

proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi bisa

menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang akhirnya akan berdampak pada

penyakit jantung koroner. Terdapat korelasi yang jelas antara penyakit

aterosklerosis arteria koroner dengan kadar kolesterol total dalam darah, yang

terutama mencerminkan kandungan kolesterol pada LDL (Kolesterol LDL).

Terdapat pula korelasi negatif yang lebih kuat antara penyakit aterosklerosis

arteria koroner dengan kandungan kolesterol pada fraksi HDL. Orang yang kadar

LDL-nya tinggi lebih mudah menderita penyakit jantung. Kolesterol darah yang

tinggi merupakan kondisi yang sangat perlu diperhatikan, karena dapat

mengakibatkan serangan aterosklerosis dan jantung koroner bahkan di Amerika

dinyatakan sebagai pembunuh nomor satu. Kadar kolesterol tinggi, dapat

diturunkan dengan pemberian obat penurun kadar koleterol yaitu probukol yang

menghambat sintesis kolesterol secara langsung. Namun demikian, masih harus

dibuktikan apakah dalam jangka panjang obat-obatan di atas dapat mengurangi

angka kejadian penyakit kardiovaskuler (Deviana, 2010).

2.2.1. Pengangkutan Kolesterol

Menurut Muchtadi dkk., (1993), kolesterol diangkut oleh darah dalam

bentuk terikat dalam lipoprotein plasma. Lipoprotein plasma meliputi:

12

1. Kilomikron

Pada jenis lipoprotein ini kandungan lemaknya tinggi, densitas rendah

komposisi trigliserida tinggi, dan membawa sedikit protein. Kilomikron dibentuk

dari triasilgliserol, kolesterol, protein dan berbagai lipid yang berasal dari

makanan yang masuk ke usus halus. Pada peredaran kilomikron, triasilgliserol

dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menghasilkan residu yang kaya

kolesterol disebut sisa kilomikron dan dibawa ke hati.

2. Very Low Desity Lipoprotein (VLDL)

VLDL merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya sangat rendah.

Jenis lipoprotein ini memiliki kandungan lipid tinggi. Kira-kira 20% kolesterol

terbuat dari lemak endogenus di hati. Di dalam tubuh senyawa ini difungsikan

sebagai pengangkut trigliserida dari hati ke seluruh jaringan tubuh. Sisa kolesterol

yang tidak diekskresikan dalam empedu akan bersatu dengan VLDL sehingga 20

menjadi LDL. Dengan bantuan enzim lipoprotein lipase, VLDL diubah menjadi

IDL dan selanjutnya menjadi LDL.

3. Low Density Lipoprotein (LDL)

LDL merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya rendah.

Lipoprotein ini membawa lemak dan mengandung kolesterol yang sangat tinggi,

dibuat dari lemak endogenus di hati. LDL ini diperlukan tubuh untuk mengangkut

kolesterol dari hati ke seluruh jaringan tubuh. LDL berinteraksi dengan reseptor

pada membran sel membentuk kompleks LDL-reseptor. Kompleks LDL-reseptor

masuk ke dalam sel melalui proses yang khas, yaitu dengan pengangkutan aktif

atau dengan endositosis. LDL merupakan kolesterol jahat karena memiliki sifat

aterogenik (mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah dan

mengurangi pembentukan reseptor LDL). Hal ini akan menyebabkan terjadinya

kenaikan kadar kolesterol-LDL. Kelebihan kolesterol dalam pembuluh darah akan

dikembalikan oleh HDL ke hati dan mengeluarkannya bersama empedu (Heslet,

2007).

4. Intermediate density lipoprotein (IDL) merupakan lipoprotein berdensitas

sedang.

5. High density lipoprotein (HDL)

13

HDL merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya tinggi.

Membawa lemak total rendah, protein tinggi, dan dibuat dari lemak endogenus di

hati. Kandungan kolesterol HDL lebih rendah dari LDL dan fungsinya sebagai

pembuangan kolesterol maka HDL ini sering disebut kolesterol baik, 21 HDL ini

digunakan untuk mengangkut kolesterol berlebihan dari seluruh jaringan tubuh

untuk dibawa ke hati. Dengan demikian, HDL merupakan lipoprotein pembersih

kelebihan kolesterol dalam jaringan. Kalau kadar HDL dalam darah cukup tinggi,

terjadinya proses pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah pun dapat

dicegah. Kolesterol yang diangkut ke hati terutama berupa kolesterol yang akan

dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan empedu dan hormon. Kandungan

HDL dikatakan rendah jika kurang dari 35 mg% pada pria dan kurang dari 42

mg% pada wanita. HDL dalam plasma darah akan mengikat kolesterol bebas

maupun ester kolesterol dan mengangkutnya kembali ke hati. Selanjutnya,

kolesterol yang terikat akan mengalami perombakan menjadi cadangan kolesterol

untuk sintesis VLDL. Tingginya kadar HDL dalam darah akan mempercepat

proses pengangkutan kolesterol ke hati, sehingga mengurangi kemungkinan

terjadinya penimbunan kolesterol dalam pembuluh darah. Oksidasi kolesterol dan

trigliserida menyebabkan pembentukan radikal bebas yang diketahui merusak sel-

sel endotel (Kenastino, 2008).

2.2.2. Akibat Kelebihan Kolesterol

Kolesterol tidak sepenuhnya merupakan racun dalam tubuh, karena

kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur

proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi bisa

menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang akhirnya akan berdampak pada

penyakit jantung koroner. Terdapat korelasi yang jelas antara penyakit

aterosklerosis arteria koroner dengan kadar kolesterol total dalam darah, yang

terutama mencerminkan kandungan kolesterol pada LDL (Low Density

Lipoprotein). Terdapat pula korelasi negatif yang lebih kuat antara penyakit

aterosklerosis arteria koroner dengan kandungan kolesterol pada fraksi HDL.

Orang yang kadar LDL-nya tinggi lebih mudah menderita penyakit jantung,

14

sedangkan yang kadar HDL-nya tinggi jarang menderita penyakit tersebut.

Kolesterol darah yang tinggi merupakan kondisi yang sangat perlu diperhatikan,

karena dapat mengakibatkan serangan aterosklerosis dan jantung koroner bahkan

di Amerika dinyatakan sebagai pembunuh nomor satu (Stamler, 1992).

Kolesterol yang berlebih dapat menimbulkan kerusakan di jaringan yang

berkaitan dengan penyakit-penyakit tertentu seperti aterosklerosis, hipertensi, dan

diabetes melitus. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi, kolesterol

mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak

berbau dan mempunyai titik didih 150-1510C. Kerusakan ditimbulkan akibat

adanya endapan kolesterol dalam pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan

pembuluh darah karena dinding pembuluh darah menjadi tebal. Akibat

penyempitan pembuluh darah maka elastisitas pembuluh darah berkurang

sehingga aliran darah terganggu dan jantung harus memompa darah lebih kuat

dari biasanya. Sejauh ini tindakan preventif yang paling penting terhadap

perkembangan aterosklerosis adalah dengan mengonsumsi lemak tidak jenuh

dengan kadar kolesterol yang rendah (Irianto, 2004).

Kolesterol oksida mampu menyebabkan timbulnya luka pada lapisan

endothelium dan mendorong terbentuknya plaque. Kolesterol oksida juga

diketahui bersifat atherogenik, angiotoksik, mutagenik dan menghambat

biosintesa kolesterol. Kerusakan atau luka pada sel-sel endotelium ini

menstimulasi timbulnya plaque, penebalan dinding pembuluh darah dan

penyempitan penampang pembuluh darah (Yuniastuti, 2008).

2.2.3. Metabolisme Kolesterol

Kolesterol terkemas dalam kilomikron di usus dan dalam lipoprotein

berdensitas sangat rendah (VLDL) di hati. Kolesterol diangkat lewat darah dalam

partikel-partikel lipoprotein yang juga dengan mengangkut triasigliserol.

Kolesterol yang mengalir dalam darah bentuk lipoprotein, berfungsi sebagai

komponen stabilisasi membran sel dan sebagai prekursor garam empedu serta

hormon steroid prekursor kolesterol diubah menjadi ubikoinon dolikol, dan di

kulit menjadi kolekalsiferol yaitu bentuk aktif Vitamin D. Kolesterol yang di

15

peroleh dari makanan atau disintesa menjadi jalur yang terdapat pada hampir

semua sel tubuh terutama di sel hati dan usus (Marks, 2001).

2.2.4. Hati

Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di bagian

teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Fungsi dasar

hati dapat dibagi menjadi 1) fungsi faskular untuk menyimpan dan menyaring

darah 2) fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem

metabolisme tubuh dan 3) fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk

empedu yang mengalir melalui saluran pencernaan (Guyton, 1997). Salah satu

dari berbagai fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu. Empedu melakukan

beberapa fungsi penting yang berperan dalam pencernaan dan absorpsi lemak.

Lemak dapat dicerna bukan karena enzim tapi asam empedu yang berperan dalam

proses emulsifikasi sehingga partikel-partikel lemak yang besar menjadi kecil,

kemudian hasil emulsifikasi ini dapat dicerna dengan bantuan enzim lipase yang

disekresikan dalam getah pankreas. Selanjutnya asam empedu membantu

transport dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju dan melalui

membran mukosa intentinal. Adanya serat mengakibatkan asam empedu diikat

dan tidak kembali lagi ke hati sehingga lemak dan kolesterol akan dibuang

bersama feses. Kandungan kolestrol dalam darah berkisar 200-220 mg/dL,

meningkatnya kadar kolestrol dalam darah dapat menyempitkan pembuluh darah

di jantung, sehingga terjadi gangguan jantung koroner. Pengobatan yang sering

dilakukan adalah melebarkan pembuluh darah seperti, memasang ring atau

melakukan operasi (Almatsier, 2001).

2.3. Metode CHOD-PAP

Prinsip: kolesterol dan ester-esternya dibebaskan dari lipoorotein oleh

detergen. Kolesterol esterase menghidrolisa ester-ester tersebut dan H2 O2

dibentuk dari kolesterol dalam proses oksidasi enzimatik oleh kolesterol

oksidasi. H2 O2 bereaksi dengan 4-aminoantipyrine dan phenol dengan

16

katalisator peroksidase membentuk quinonimine yang berwarna. Absorbance

warna ini sebanding dengan kolesterol dalam sampel.

Penentuan konsentrasi kolesterol (Metode CHOD-PAP; Trinder, 1969).

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 10 µl sampel serum darah dan 1000 µl

reagen. Semua bahan dicampur dengan baik lalu diinkubasi pada suhu 37 0C

selama 10 menit. Serapan larutan dibaca pada panjang gelombang 500 nm

menggunakan Microlab 200. Sebagai blanko digunakan 1000 µl reagen.

Pengukuran suatu seri larutan standar kolesterol menggunakan 10 µl larutan

kolesterol (berbagai konsentrasi) dan 1000 reagen.

Prosedur pengukuran kolesterol adalah sebagai berikut:

Metode : Kolorimetrik, titik akhir, reaksi meningkat, CHOD-PAP

Panjang gelombang : 500 nm, 546 nm Hg

Suhu : 20-25 C – 37 C

Sampel : Serum, heparinized atau EDTA-plasma

Linearitas : Sampai 800 mg / dl (Hitachi 911)

Sensitivitas : Batas bawah deteksi adalah 3 mg / dl

Standar ( harus dipesan secara terpisah)

Konsentrasi : 200 mg / dl

2.3.1. Komposisi reagen

Tabel 2.1. Komposisi Reagen kit Kolesterol

Komponen Konsentrasi Akhir

Buffer baik, pH 6,7 50 mmol/L

Phenol 5 mmol/L

4- aminoantippyrine 0,3 mmol/L

Cholesterol Esterase ≥ 200 U/L

Cholesterol Oxidase ≥ 50 U/L

Perokxidase ≥ 3 U/L

17

2.3.2. Prinsip pengujian

Kolesterol Ester + H2O CHE> kolesterol + asam lemak

Kolesterol + O2 CHE> Kolesterol -3-one + 4H2O

2H2O2 + Phenol + 4 aminoantippyrine POD> Quinonimine 4 H2O

*intensitas warrna pink / merah sebanding dengan konsentasi kolesterol dalam

sampel kedalam kuvet dimasukkan

Tabel 2.2. Prinsip pengujian

Pipet ke tabung tes Blanko Std./Cal Sampel

Reagent 1000 µl 1000 µl 1000 µl

Sampel, Std./Cal - 10 µl 10 µl

Air destilasi 10 µl

Dicampur dengan baik kemudian diinkubasi selama 10 menit pada 370C

atau selama 20 menit pada 20-25 0C. Mengukur absorban dan C.std./kal.

(Wagner, 2006)

2.4. Ciri-ciri Umum Mencit

Mencit adalah hewan pengerat (Rodensia) yang cepat berkembang biak,

mudah dipelihara dalam jumlah banyak, sifat anatomis dan fisiologisnya

terkarakterisasi dengan baik. Mencit (Mus musculus) hidup dalam daerah yang

cukup luas. Penyebarannya mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas. Mencit

paling banyak digunakan di laboratorium untuk berbagai penelitian (Mallole,M.,

1989).

Ukuran tubuh mencit demikian kecil, selain itu mencit mempunyai

kecenderungan tidur dan istirahat di ujung kandang yang gelap. Sifat anatomis

mencit antara lain : susunan gigi : seri 1/1, tidak ada taring, tidak ada premolar,

gerahamnya 3/3. Terdapat 2 pasang mammae di bagian dada dan 2 pasang

mammae di daerah inguinal. Data biologis mencit (Mus musculus) dapat dilihat

pada Tabel 2.3.

18

Tabel 2.3. Data biologis mencit (Mus musculus L.)

Kriteria Nilai

Berat badan dewasa

- jantan 20 – 40 g

- betina 25 – 45 g

Berat lahir 0,5 – 1,5 g

Temperatur tubuh 36,6 – 38 oC

Harapan hidup 1,5 – 3 tahun

Konsumsi makanan 15g/100g/hari

Konsumsi air minum 15ml/100g/hari

Mulai dikawinkan

- jantan 50 hari

- betina 50 – 60 hari

Siklus birahi 4 – 5 hari

Lama hamil 19 – 21 hari

Jumlah anak perkelahiran 10 – 12 ekor

Umur sapih 21 – 28 hari

Produksi anak 8/bulan

Penggunaan oksigen 1,63 – 2,17/g/jam

Detak jantung 325 – 780 / menit

Volume darah 76 – 80 ml/kg BB

Tekanan darah 113 – 147/81 – 106 mmHg

Butir darah merah 7,0 12,5 x 10m mm

3

Hematokrit 39 – 49 %

Hemaglobin 10,2 – 16,6 mg/dl

Glukosa dalam darah 62 – 175 mg/dl

Kolesterol serum 26,0 – 82,4 mg/100ml

Sumber : Pramono dan Malole (1989).

2.3.1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus L.)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Rusidae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus L.

19

2.4. Hipotesis

2.4.1. Hipotesis Penelitian

a. Hipotesis penelitian nihil (Ho) :

1. Tepung biji pepaya tidak dapat menurunkan kolesterol darah

mencit.

b. Hipotesis alternatif (Ha) :

1. Tepung biji pepaya dapat menurunkan kolesterol darah mencit.

2.4.2. Hipotesis Statistik

a) Hipotesis nihil (Ho)

X A0 = X A1

b) Hipotesis alternatif (Ha)

X A0 ≠ X A1