37
ODS Pterigium Bilateral + Katarac Abdul Gafur Zulkarnain 10542 0059 09 Pembimbing dr Purnamanita Syawal SpM

Untuk presentasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kdllju

Citation preview

ODS Pterigium Bilateral + Katarac

ODS Pterigium Bilateral + KataracAbdul Gafur Zulkarnain10542 0059 09Pembimbingdr Purnamanita Syawal SpMCase ReportIDENTITAS PASIENNama: Ny. SHR Daeng TeneJanis Kelamin : PerempuanUmur: 54 tahunAgama: IslamSuku/Bangsa : Makassar/IndonesiaPekerjaan: PetaniAlamat: Pallantikang No. Register: 386678Tanggal Pemeriksaan : 27 Desember 2014Rumah Sakit: Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten GowaPemeriksa : dr. Yuyun Rahayu Gobel, SpM, M.KesKeluhan Utama : Selaput pada mata kiri dan kananAnamnesis Terpimpin : dirasakan 2 tahun terakhir. Dialami secara perlahan-lahan. Awalnya tumbuh pada bagian pinggir mata, lama kelamaan melebar sampai kebagian mata hitam. Pasien merasa seperti ada benda asing yang menutupi matanya. Pasien juga merasa penglihatannya kabur. Rasa mengganjal (+), air mata berlebih (-), kotoran mata berlebih (-), rasa gatal (+), rasa silau (-), penglihatan kabur (+), riwayat pasien sering terpapar sinar matahari dan debu (+), Riwayat penggunaan kacamata (-)Riwayat Penyakit Terdahulu :Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat diabetes melitus (-) riwayat hipertensi (-), riwayat alergi (-)Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat sebelumnya.Riwayat Penyakit Keluarga dan sosialTidak ada riwayat penyakit yang sama pada keluarga pasien.

OD

OSODOSPalpebraEdema (-)Edema (-)Silia Normal, sekret (-) Normal, sekret (-)Apparatuslakrimalislakrimasi (-)lakrimasi (-)KonjungtivaHiperemis (-), Tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex melewati limbus dan belum mencapai pupil.Hiperemis(-), Tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex melewati limbus dan mencapai pupil.Bola mata NormalNormalKorneaJernihJernihBilik MataDepanNormalNormalIrisCoklat, Kripte (+)Coklat, kripte (+)PupilBulat, SentralBulat, SentralLensaKeruhKeruhMekanisme muscular Ke segala arah Ke segala arahPalpasiODOSTensi OkulerTnTnNyeri tekan (-)(-)Massa tumor (-)(-)Glandula preaurikulerTidak ada pembesaranTidak ada pembesaranTonometri Tidak dilakukan pemeriksaanVisus VOD - 2/60 tidak dapat dikoreksi VOS - 2/60 tidak dapat dikoreksiCampus Visual Tidak dilakukan PemeriksaanColor sense Tidak dilakukan pemeriksaan Diafanoskopi Tidak dilakukan pemeriksaan

Penyinaran ObliqNo. PemeriksaanODOS1.Konjungtiva Hiperemis (-) tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apkes melewati limbus dan belum mencapai pupilHiperemis (-) Tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex melewati limbus dan mencapai pupil2.Kornea Jernih Jernih 3.Bilik mata depanNormal Normal 4.Iris Coklat, kripte (+)Coklat, kripte (+)5.Pupil Isokor, Bulat, sentral, RC(+)Isokor,Bulat, sentral, RC(+)6.Lensa KeruhKeruhSlitlampSLOD : konjungtiva hiperemis (-), tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apeks melewati limbus dan belum mencapai pupil, kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa keruh.SLOS : konjungtiva hiperemis (-) Tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex melewati limbus dan mencapai pupil, kornea jernih, BMD kesan normal, Iris coklat, kripte (+), pupil bulat sentral RC (+), lensa keruh.

Pemeriksaan LabGDS : 111

Seorang perempuan berumur 54 tahun datang ke poliklinik mata rumah sakit Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa dengan keluhan utama Selaput pada mata kiri dan kanan. dirasakan 2 tahun terakhir. Dialami secara perlahan-lahan. Awalnya tumbuh pada bagian pinggir mata, lama kelamaan melebar sampai kebagian mata hitam. Pasien merasa penglihatannya kabur. Kedua mata pasien juga terasa gatal. Riwayat pasien sering terpapar sinar matahari dan debu. Pada pemeriksaan oftalmologi OD didapatkan visus menurun, tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex melewati limbus dan belum mencapai pupil. Lensa Keruh. Pada OS didapatkan visus menurun, Tampak selaput berbentuk segitiga dibagian nasal dengan apex melewati limbus dan mencapai pupil. Lensa Keruh. Pada pemeriksaan palpasi tidak ditemukan kelainan. Pada Pemeriksaan visus VOD 2/60 dan VOS 2/60 tidak dapat dikoreksi

Diagnosis KerjaOD Pterygium Stadium II dan KatarakOS Pterygium Stadium III dan katarakDiagnosis BandingPseudopterygiumPinguekulaTerapiNon medikamentosaKurangi pajanan debu, sinar matahari dengan menggunakan kacamata.MedikamentosaTidak diberikanBedahRencana ODS Eksisi pterygium tanngal 31-12-2014.PrognosisQuo ad vitam bonam

PTERIGIUMMenurut American Academy Of Opthalmology, Pterygium adalah poliferasi jaringan subconjunctiva berupa granulasi fibrovaskuler dari (sebelah) nasal konjungtiva bulbar yang berkembang menuju kornea hingga akhirnya menutupi permukaannya.1Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sclera (konjungtiva bulbaris).

Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA.Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,merupakan lapis jaringan yang menutup bolamata bagian depan. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah

Kornea memiliki ketebelan 0,5 mm dan terdiri dari1. Epitel, suatu lapisan skuamosa anterior yang menebal diperifer pada limbus di mana lapisan ini bersinambung dengan konjungtiva. Limbus mengandung sel germinativum atau sel stem.2. stroma dari serabut kolagen, substansi dasar, dan fibroblast yang menjadi dasar kornea. Bentuk serabut kolagen yang regular dan diameternya yang kecil menyeb abkan transparansi kornea.3. Endotel suatu lapisan tunggal dari sel yang tidak mengalami regenerasi yang secara aktif memompa ion dan air dari stroma untuk mengontrol hidrasi dan transparansi kornea.

epidemiologiPterigium merupakan kelainan mata yang umum dibanyak bagian dunia, dengan prevalensi yang dilaporkan berkisar antara 0,3%-29%. Studi epidemiologis menemukan adanya asosiasi terhadap paparan sinar matahari yang kronis, dengan meningkatnya prevalensi geografis dalam peri-khatulistiwa garis lintang 37 utara dan selatan khatulistiwaetiologiEtiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Pterygium diduga merupakan fenomena iritatif akibat sinar UV, pengeringan dan lingkungan angin yang banyak. Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan pterygium antara lain uap kimia, asap, dan debuPatomekanismeKonjugtiva bulbi selalu berhubungan dengan dunia luar. Kontak dengan ultraviolet,debu,kekeringan terjadinya penebalan dan pertumbuhan konjungtiva bulbi yang menjalar ke korneapterigium di tandai dengan degenerasi elastotik kolagen dan proliferasi fibrovaskular, dengan permukaan yang menutupi epitheliumEfek merusak dari sinar UV menyebabkan penurunan sel induk limbal pada kornea, yakni menyebabkan terjadinya insufisiensi limbal. Hal ini mengaktifkan faktor pertumbuhan jaringan yang menginduksi angiogenesis dan proliferasi selGejala klinisGejala klinis pterygium pada tahap awal biasanya ringan bahkan sering tanpa keluhan sama sekali (asimptomatik). Beberapa keluhan sering dialami pasien antara lain9Mata sering berair dan tampak merahMerasa seperti ada benda asingTimbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh pertumbuhan pterigium tersebut, biasanya astigmatisme with the rule ataupun astigmatisme irregular sehingga mengganggu penglihatan.Pada pterigium yang lanjut (derajat 3 dan 4) dapat menutupi pupil dan aksis visual sehingga tajam penglihatan menurun.

Penyakit ini muncul sebagai lipatan segitiga konjungtiva yang mencapai kornea, biasanya di sisi nasal. tetapi juga dapat terjadi di sisi temporalBody, bagian segitiga yang meninggi pada pterygium dengan dasarnya ke arah kantusApex (head), bagian atas pterygiumCap, bagian belakang pterygium

Berdasarkan stadium pterigium dibagai ke dalam 4 stadium yaitu:Stadium 1: Invasi minimum, pertumbuhan lapisan yang transparan dan tipis, pertumbuhan pembuluh darah yang tipis hanya terbatas pada limbus kornea.Stadium 2: Lapisan tebal, pembuluh darah profunda tidak kelihatan dan menginvasi kornea tapi belum mencapai pupil.Stadium 3: Lapisan tebal seperti daging yang menutupi pupil, vaskularisasi yang jelas.Stadium 4: Pertumbuhan telah melewati pupil.

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, pterigium dibagi menjadi 2 yaitu:Pterigium progresif: Tebal dan vaskular dengan beberapa infiltrat di kornea di depan kepala pterigium (disebut cap dari pterigium).Pterigium regresif: Tipis, atrofi, sedikit vaskular. Akhirnya menjadi bentuk membran, tetapi tidak pernah hilang.

DDPinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angina panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal. Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Pseudopterigium sering ditemukan pada proses penyembuhan ulkus kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea.

Penatalaksanaan Non medikamentosaKarena kejadian pterigium berkaitan dengan aktivitas lingkungan, penanganan pterigium asimptomatik dapat diobati dengan kacamata sinar UV-blockking. Anjurkan pasien untuk menghindari daerah berasap atau berdebu sebisa mungkin.9MedikamentosaUntuk pterigium derajat 1-2 yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali sehari selama 5-7 hari. Diperhatikan juga bahwa penggunaan kortikosteroid tidak dibenarkan pada penderita dengan tekanan intraocular yang tinggi atau mengalami kelainan pada kornea.9Bedah

Indikasi operasi9Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih dari 3 mm dari limbus. Pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil.Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair,dan silau karena astigmatismus.Kosmetik, terutama untuk penderita wanita.

Teknik Bare Selera Teknik Autograft KonjungtivaCangkok Membran Amnion

X. Komplikasi1. Komplikasi dari pterigium meliputi sebagai berikut.4Gangguan penglihatan/mata kemerahanIritasiGangguan pergerakan bola mataTimbul jaringan parut kronik dari konjungtiva dan korneaDry Eye Syndrome2. Komplikasi post operatif bias sebagai berikut4InfeksiUlkus korneGraft Conjungtiva yang terbukaDiplopiaAdanya jaringan parut dikorenaYang paling sering dari komplikasi bedah pterigium adalah kekambuhan. pencegahanPada penduduk didaerah tropic yang bekerja diluar rumah seperti nelayan, petani yang banyak kontak dengan debu dan sinar UV dianjurkan memakai kacamata pelindung sinar matahari.13

PrognosisPterigium adalah suatu neoplasma yang benigna. Umumnya prognosis baik. Kekambuhan dapat dicegah dengan kombinasi operasi dan sitotastik tetes mata atau bedah radiasi. Eksisi pada pterigium pada penglihatan dan kosmetik adalah baik. DAFTAR PUSTAKA

Ardalam Aminlariani, MD, Ravi Singh, MD, and David Liang, MD. Management Of Pterygium.(Online). 2012 (cited 2014 Desember 25). Available from: http://www.aao.org/publications/201011/pearls.cfmVoughan & abury. Oftalmologi umum, paul riordan eva, Jhon P. Whitcher edisi 17 Jakarta : EGC, 2009 hal 26James B, Chew C, Brown A. 2012. Lecture Note On Ophtalmology edisi 9. Jakarta : Erlangga.Caldwell, M. Pterygium. (online). 2011 (cited 2014 Desember 25). Available from : www.eyewiki.aao.org-pterygium. Jerome P Fisher, Pterygium (online). 2009 (cited 2014 desember 25) available from : http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overview. Khurana KA. Diseases of the Conjunctiva. In:, Khurana KA, editors. Comprehensive Ophthalmology 4th ed. New Delhi: New Age International. 2007. p. 51 - 82.Ang KPL, Chua LLJ, Dan HTD. Current concepts and techniques in pterigium treatment. Curr Opin Ophthalmol. 2006;18: 3083. Laszuarni.Prevalensi Pterigium di Kabupaten Langkat. Updated : 2009. Available from: URL: repository.usu.ac.id.Accessed 25 Desember, 2014.Anonim. Pterygium (online). 2014 (cited Desember 25). Available from : http://www.iovs.org/content/32/10/local/back-matter.pdf Lang KG, Lang EG. Conjunctiva. In:, Lang KG, Gareis O, Lang EG, Recker D, Wagner P, editors. Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas 2nd ed. New York: Thieme Stuttgart. 2006. p. 67 - 72.Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2012. hal:2-6, 116 117.Maula Rifada, Jurnal Perbandingan Derajat Hiperemis Pascabedah Pterigium Inflamasi antara Teknik Lem Fibrin Otologus dan Teknik Jahitan.