17
UPAYA MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI SEMESTER I SDN 1 JUNGKARE, KARANGANOM, KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Oleh: ISMAIL A54B090029 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

UPAYA MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR …eprints.ums.ac.id/21555/21/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdfStrategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi ... dan wawancara

Embed Size (px)

Citation preview

UPAYA MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH PADA

PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI SEMESTER I

SDN 1 JUNGKARE, KARANGANOM, KLATEN

TAHUN AJARAN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

ISMAIL

A54B090029

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

ii

NASKAH PUBLIKASI

UPAYA MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH PADA

PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI SEMESTER I

SDN 1 JUNGKARE, KARANGANOM, KLATEN

TAHUN AJARAN 2012/2013

Telah disetujui oleh

iii

ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAKE A MATCH PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VI SEMESTER I

SDN 1 JUNGKARE, KARANGANOM, KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013

Ismail, A54D090029, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2012

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Jungkare Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 dalam menghitung luas segi banyak dengan pembelajaran yang menggunakan metode make a match atau mencari pasangan.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi Penelitian Tindakan Kelas dengan langkah-langkah menyusun perencanaan pelaksanaan tindakan, melakukan observasi, melaksanakan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, test, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah interaktif deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktifitas dan hasil belajar siswa meningkat, pada siklus I diperoleh rata-rata nilai aktifitas pada siklus I yaitu 64,6%, hasil postes pada siklus I yaitu 67,90. Pada Siklus II diperoleh rata-rata nilai aktifitas siswa yaitu 73,8%, hasil pada siklus II yaitu 74,61. Pada siklus III diperoleh rata-rata nilai aktifitas siswa yaitu 90,7%, hasil postes pada siklus III yaitu 89,23. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode make a match atau mencari pasangan itu dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika, serta hasil belajar pada siswa kelas VI SDN 1 Jungkare, Karanganom, Klaten dengan memberi penguatan dan memberi kesempatan siswa lebih berpartisipasi dalam pembelajaran.

Kata kunci: aktifitas, hasil belajar, Make a match, matematika

1

Pendahuluan

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang membutuhkan usaha dan

dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi

kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan bangsa ini,

karena dari sanalah generasi muda harapan bangsa sebagai generasi penerus

dibentuk.

Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang

yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti

modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat

pada permasalahan klasik yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini setelah

dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai

yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali.

Siswa yang mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus tentunya akan

menghasilkan atau menguasai yang berbeda pula dalam sebuah kelas atau

kelompok bahkan perlakuan individual sekaligus dengan diberikanya perlakuan

dan perhatian yang lebih baik dalam belajar di sekolah maupun di rumah, tentunya

akan lebih baik pula penguasaan kertramilan atau konsep terhadap mata pelajaran-

mata pelajaran yang dipelajarinya.

Dengan make a match secara rutin dan terorganisir dengan baik paling

tidak akan mampu mengkondisikan dalam bentuk motivasi ekstrinsik bagi siswa

itu sendiri. Moh. Uzer (1996: 29) menjelaskan “Motivasi ekstrinsik timbul sebagai

akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan

orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan

sesuatu atau belajar, misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh orang tua

untuk mendapatkan peringkat pertama.”

Demikian halnya dengan guru memberikan tugas dengan harapan baik itu

dirasa memaksa bagi siswa atau itu karena disuruh sebagai tugas dengan perasaan

terpaksa, yang jelas mengkondisikan siswa harus belajar. Dengan pola demikian

tentunya anak yang lebih banyak belajar di rumah akan lebih baik misalnya dalam

mata pelajaran yang dikerjakan.

2

Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang

Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai saat ini masih jauh dan

apa yang kita harapkan. Betapa kita masih ingat dengan hangat akan standarisasi

Ujian Akhir Sekolah (UAS) dengan nilai masing-masing mata pelajaran 4,51

dikeluhkan oleh semua para pendidik bahkan oleh orang-orang tua siswa sendiri,

karena anak atau siswanya tidak dapat lulus. Melihat kondisi rendahnya prestasi

atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah

pemberian tugas kepada siswa. Dengan pemberian pekerjaan rumah kepada siswa

diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi

pengulangan dan penguatan terhadap materi yang diberikan di sekolah dengan

harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat dirumuskan

suatu permasalahan yaitu sebagai berikut " Apakah dengan menggunakan metode

make a match dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika bagi

siswa kelas VI Semester I diSekolah Dasar Negeri 1 Jungkare, Karanganom

Klaten?".

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan umum penelitian ini

adalah diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk

meningkatkan prestasi belajar di sekolah, sedangkan tujuan khusus penelitian ini

adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui metode

make a match pada siswa kelas VI Semester I Sekolah Dasar Negeri 1 Jungkare,

Karanganom, Klaten.

Landasan Teori

Menurut Johnson dan Myklebust di dalam Mulyono Abdurrahman (2006 :

226) menyebutkan bahwa matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi

praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan,

sedangkan fungsi teoritinya memudahkan berpikir.

Menurut Herman Hudojo (2008:11) dalam bukunya mengajar belajar

matematika bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat

khas kalau dibandingkan dengan disiplin yang lain. Oleh karena itu kegiatan

3

belajar matematika seyogyanya tidak disamakan begitu saja dengan ilmu yang

lain. Karena peserta didik itupun berbeda-beda kemampuannya, maka kegiatan

belajar mengajar harus diatur sekaligus memperhatikan kemampuan yang belajar.

Berdasarkan berbagai pendapat tentang matematika dapat disimpulkan

bahwa definisi tradisional yang menyatakan matematika sebagai ilmu tentang

kuantitas (the science of quantity) atau ilmu tentang elemen diskrit dan berlanjut

(the science of discite and continou) telah ditanggalkan, menurut Runes di dalam

Mulyono Abdurrahman (2006:228). Sehingga sekarang ini matematika lebih

ditekankan pada metode daripada pokok persoalan matematika itu sendiri.

Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha,

mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau

kegiatan (Fajri dan Senja dalam Hartanto, 2011: 1). Dalam mengkategorikan

keaktifan, dapat ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan dapat digolongkan menjadi

keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani

meliputi (1) keaktifan indera yaitu pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-

lain; (2) keaktifan akal; serta (3) keaktifan ingatan. Keaktifan juga termasuk

dalam sumber pembelajaran yang merupakan kombinasi antara suatu teknik

dengan sumber lain (Mulyasa dalam Hartanto, 2011: 1).

Menurut Sudjana (2010: 61), keaktifan siswa dalam mengikuti proses

belajar mengajar dapat dilihat dalam (1) turut serta dalam melaksanakan tugas

belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain

atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4)

berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan

masalah; (5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (6)

menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh; (7) melatih diri dalam

memecahkan soal atau masalah yang sejenis; serta (8) kesempatan menggunakan

atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau

persoalan yang dihadapinya.

Muhibin Syah dalam Samino dan Saring Marsudi (2011:21). Mengatakan,

belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan llingkungan yang

4

melibatkan proses kognitif. Ki RBS Fudyartanto dalam Samino dan Saring

Marsudi (2011:21), menyatakan belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang

dipelajari, penguasaan tersebut dapat berupa memahami, merasakan dapat

melakukan sesuatu.

Ruseffendi (1991: 125) mendefinisikan metode make a match adalah

adanya tugas dan adanya pertanggungjawaban dari yang diberi tugas. Sedangkan

NCTM (1991: 56) menguraikan bahwa tugas matematika atau mathematical task

adalah suatu proyek, pertanyaan, masalah pengkonstruksian, penerapan dan

latihan yang diberikan kepada siswa.

Model pembelajaran Make a match atau mencari pasangan dikembangkan

oleh Lorna Curran (1994: 105). Langkah-langkah penerapan model pembelajaran

Make a match adalah sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.Setiap siswa

mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 4. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi

poin 5. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 6. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi

pelajaran. Setelah dimodifikasi langkah-langkah model pembelajaran Make a match

menjadi sebagai berikut:

1). Untuk kelas dengan jumlah siswa tertentu guru menyiapkan beberapa set kartu

masing-masing terdiri dari sebagian kartu soal dan sebagian kartu jawaban

yang masing-masing berbeda warna, sebagian lembar berisi daftar soal beserta

jawaban sebagai alat bantu untuk menghafal materi ajar yang harus dikuasai

siswa dan beberapa lembar daftar skor untuk menuliskan skor poin siswa

dalam satu kelompok.

2). Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota masing-masing

sebagian siswa dari jumlah yang ada, kemudian guru menjelaskan teknik

permainannya.

5

3). Setiap kelompok mendapatkan satu set kartu yang berisi beberapa kartu soal

dan kartu jawaban.

4). Pembelajaran / permainan dimulai dengan membagi kartu soal kepada semua

anggota kelompok sehingga masing-masing anggota/siswa mendapat sebagian

kartu soal, kemudian siswa mencari jawaban atas kartu soal yang dipegangnya

di daftar soal dan jawaban yang telah dibagikan kemudian menghafalnya.

Sedangkan kartu sejumlah siswa berisi jawaban diletakkan diatas meja /

ditengah-tengah kelompok dalam keadaan tertutup.

5). Salah satu siswa memulai, boleh diundi lebih dulu untuk menentukan siapa

yang pertama mengambil kartu jawaban, kemudian mencocokan dengan kartu

soal yang dipegangnya. Jika cocok maka siswa tersebut telah mendapatkan

satu poin dan meletakkan pasangan kartu soal dan kartu jawaban tersebut

dipinggir atau dipisahkan. Jika tidak cocok maka kartu jawaban tersebut

diletakkan ditengah kelompok dalam keadaan terbuka sehingga semua

anggota kelompok bisa melihatnya, jika cocok dengan kartu soal yang

dipegang, ketika gilirannya tiba siswa tersebut bisa mengambilnya dan

menjadikan poin bagi siswa tersebut.Begitu seterusnya sampai kesepuluh

kartu soal yang dipegangnya mendapatkan pasangannya.Dengan demikian

satu sesi permainan telah selesai kemudian kartu dikocok dan kembali kartu

soal dibagikan sehingga anggota kelompok dimungkinkan mendapatkan soal

yang berbeda dengan sesi sebelumnya sedangkan kartu jawaban diletakkan

ditengah-tengah kelompok, begitu seterusnya sampai kurang lebih 75% waktu

tatap muka.

6). Untuk mengukur daya serap pada proses pembelajaran / permainan, sisa waktu

tatap muka yang kurang lebih 25% digunakan untuk satu atau dua sesi

permainan tanpa melihat daftar soal dan jawaban. Pada sesi ini daftar soal

beserta jawabannya hanya digunakan untuk mengoreksi pasangan-pasangan

kartu yang dikumpulkan oleh masing-masing anggota kelompok untuk

menentukan jumlah skor poin yang dihasilkan.Jika skornya tinggi berarti daya

serapnya tinggi, sebaliknya jika skornya rendah berarti daya serapnya rendah.

6

Dalam proses pengajaran matematika, semua upaya yang dilakukan oleh

guru dalam melaksanakan kegiatan pengajarannya merupakan rangkaian proses

yang menentukan pencapaian hasil pengajaran, termasuk pemilihan metode yang

tepat untuk setiap pertemuan. Matematika sebagai bagian dari ilmu yang ada,

merupakan ilmu yang sarat dengan fakta sehingga pengajarannya menuntut

kemampuan pengetahuan dari guru, disamping keterampilan pengajaran lainnya.

Pada penerapan metode make a match, diperoleh bahwa metode make a

matchdapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan

mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih

menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses

pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari

pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari

pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa,

“Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong

royong dan kerja sama kelompok.”

Pada pembelajaran matematika secara konvensional guru menyajikan

pembelajaran hanya dengan metode ceramah dan tanya jawab serta mencongak.

Dalam hal ini siswa kurang aktif dan kurang merasa memahami pembelajaran

karena hanya menerima dari guru dan kurang memiliki peran.

Dalam kegiatan pembelajaran dengan melalui tekhnik pemberian tugas

pekerjaan rumah, siswa berperan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

yakni siswa mampu mengerjakan secara berkelompok ataupun sendiri dengan

diberi panduan atau bimbingan dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Hal ini diterapkan dalam mata pelajaran matematika, karena siswa akan

berkesan dalam kemampuan secara individu maupun kelompok serta interaksi

orangtua terhadap hasil pekerjaannya. Dengan demikian hasil belajar yang

diperoleh siswa akan meningkat.

Dari kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka berfikir

sebagai berikut :

7

Gambar. Kerangka berpikir

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir diatas, maka dalam

penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Dengan

menggunakan metode make a matchdapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas VI Semester 1 SDN 1

Jungkare Karanganom, Klaten”

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 1

Jungkare Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten. Dengan beberapa

pertimbangan dan alasan peneliti menentukan menggunakan waktu penelitian

selama 4 bulan yaitu Juli s/d Oktober Waktu dari perencanaan sampai penelitian

laporan hasil penelitian tersebut pada semester 1 Tahun pelajaran 2012/2013.

(Siklus I, Siklus II dan Siklus III).

Hasil pembelajaran matematika menggunakan proses konvensional

Melakukan tindakan berupa penggunaan Metode make a match dalam pelajaran matematika

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Keaktifan dan inovasi siswa meningkat dan pembelajaran matematika lebih menyenangkan.

Hasil belajar matematika masih kurang optimal

Perbaikan proses pembelajaran yang melibatkan inovasi semua siswa

Hasil belajar matematika masih kurang optimal

8

Subyek penelitian adalah Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Jungkare

Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten tahun ajaran 2012/2013 sejumlah

siswa 13 orang terdiri 8 laki-laki dan 7 perempuan. Jenis penelitian yang

digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Langkah-langkah prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat

reflektif. Tindakan dengan pola pengkajian “siklus atau daur ulang”. Berdasarkan

pendapat Suharsimi Arikunto dalam Retno Winarni (2009: 68) langkah-langkah

penelitian tindakan kelas berlangsung secara berulang-ulang terdiri 4 tahapan

yaitu :

a. Perencanaan: Langkah ini diwujudkan dengan penyusunan skenario

pembelajaran matematika materi sifat-sifat bangun ruang dengan

menggunakan metode make a match, perencanaan dilakukan dengan

memperhatikan hasil identifikasi permasalahan yang telah dilakukan serta

mempersiapkan perangkat yang diperlukan.

b. Tindakan: Langkah ini diwujudkan dengan melaksanakan skenario

pembelajaran yang telah disusun.

c. Pengamatan: Observasi dilaksanakan saat pembelajaran matematika dengan

materi sifat-sifat bangun ruang berlangsung. Saat siswa sedang melaksanakan

kerja kelompok untuk memperoleh data yang dilaksanakan dengan mengisi

lembar pengamat yang telah disediakan peneliti. Interpretasi dilakukan usai

pembelajaran antara peneliti dan kolaborator.

d. Refleksi: Analisis dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Dari hasil analisis

dilakukan refleksi untuk menentukan siklus berikutnya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain menggunakan

tes, observasi langsung, dokumentasi dan wawancara. Penelitian ini

menggunakan triangulasi data menggunakan berbagai sumber data seperti

dokumen, arsip hasil wawancara juga dengan mewawancarai dari 1 subyek yang

dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

Data-data yang telah berhasil dikumpulkan dalam sebuah penelitian harus

terbukti kebenarannya atau kevaliditasnya.Untuk menjamin kualitas sebuah data

9

dalam suatu penelitian bisa menggunakan suatu tekhnik yang dinamakan dengan

trianggulasi data.

Dalam proses analisis data ini ada beberapa tahapan yang membentuk

siklus. Miles dan Huberman dalam Iskandar (2008: 75) menyatakan bahwa

tahapan atau langkah-langkah dalam analisis data, adalah sebagai berikut: (1)

Reduksi data; (2) Display (penyajian data); (3) Mengambil kesimpulan kemudian

diverifikasi.

Indikator kinerja dalam penelitian ini yaitu apabila 80 % dari jumlah siswa

dalam mengerjakan soal mendapat nilai > 61.

Pembahasan Hasil Penelitian

Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika

melalui metode make a match atau mencari pasangan dapat dilihat dari rata-rata

hasil belajar siswa sebagai berikut:

Tabel Data Hasil Peningkatan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

Aktivitas Siklus I Siklus II Siklus III

Mendengarkan penjelasan guru 9 siswa (69,2%)

10 siswa (76,9%)

11 siswa (84,6%)

Mengajukan pertanyaan 7 siswa (53,8%)

8 siswa (61,5%)

12 siswa (92,3%)

Menanggapi pertanyaan yang diajukan guru atau siswa lain

8 siswa (61,5%)

10 siswa (76,9%)

12 siswa (92,3%)

Mengemukakan ide/gagasan 8 siswa (61,5%)

9 siswa (69,2%)

11 siswa (84,6%)

Menyelesaikan tugas atau menjawab soal 10 siswa (76,9%)

11 siswa (84,6%)

13 siswa (100%)

Rata-rata 64,6% 73,8% 90,7%

10

Tabel 8 Daftar nilai Postes Siswa Kelas VI SDN 1 Jungkare Dalam Pembelajaran Matematika

Nilai No Nama

Siklus I Siklus II Siklus III

1 Efendi Nugroho 66,6 70 80

2 Pungky Setyani 75,0 80 100

3 Muhammad Sidik 58,3 60 90

4 Retno Wulandari 66,6 70 80

5 Tegar Aldi Nugroho 66,6 80 100

6 Prayoga Ali Santoso 75,0 90 100

7 Ratih Kusuma Dewi 83,3 90 90

8 Ikhsan S 66,6 70 100

9 Aldi Tri Kurniawan 75,0 90 80

10 Rian Firmansiah 58,3 60 100

11 Dinda Dewi Y 66,6 80 70

12 Nur Vita Sari Putri 66,6 70 80

13 Ardiansyah 58,3 60 70

Jumlah 882,8 970 1160

Rata-rata 67,90 74,61 89,23

Dalam pemikiran secara keseluruhan dari hasil tindakan siklus I sampai siklus

III dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang menggunakan metode make a

match atau mencari pasangan (Make a match) dengan dilakukan bimbingan secara

penuh guru dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam penguasaan

menghitung luas segi banyak bangun persegi, persegi panjang, dan lingkaran pada

pembelajaran matematika kelas VI SDN 1 Jungkare.

Pembahasan yang diuraikan disini lebih banyak berdasarkan pengamatan

yang diteruskan dengan kegiatan refleksi. Kegiatan hasil refleksi pada siklus I,

dihasilkan antara lain: pembelajaran kurang kondusif karena siswa kurang aktif dan

masih ada beberapa siswa yang membuat kegaduhan/ ramai sendiri dan sulit

dikendalikan, siswa belum dapat meniawab pertanyaan guru dengan benar. Perhatian

siswa masih kurang terhadap kegiatan belajar. Sikap menghargai teman yang sedang

11

menjawab juga masih kurang dan saat menjawab pertanyaan banyak siswa yang rasa

percaya dirinya kurang. Siswa terlihat tidak konsentrasi saat pembelajaran hanya

beberapa siswa yang belajar dengan baik yang mampumenjawab pertanyaan guru.

Siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu bimbingan dan

penjelasan dari guru juga kurang dalam memahami konsep matematika, kurang

melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dalam penggunaan media

pembelajaran. Dalam mengikuti pembelajaran dengan metode make a match atau

mencari pasangan pada siklus I siswa masih kurang berminat.

Untuk hasil tindakan siklus II berjalan lebih baik dibandingkan dengan

tindakan siklus I. Dalam mengikuti pembelajaran siswa mulai cukup berminat.

Hal ini diperlihatkan dengan sebagian besar siswa sudah dapat mengikuti kegiatan

dengan baik sesuai penjelasan guru tentang materi bangun ruang bangun persegi,

persegi panjang dan lingkaran. Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat.

Hal ini dibuktikan dengan siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru, tetapi juga

ada siswa yang belum dapat menjawab pertanyaan guru dengan benar. Guru perlu

memberikan contoh soal kepada siswa agar lebih jelas lagi. Dalam kegiatan

pembelajaran aktivitas siswa cukup baik, siswa berani bertanya kepada guru

ketika belum jelas dengan mengacungkan jari. Siswa sudah dapat memahami

pembelajaran melalui metode make a match atau mencari pasangan. Hal ini

terjadi karena siswa semakin tertarik dan termotivasi untuk dapat menunjukkan

kemampuannya dalam menghitung luas segi banyakpersegi, persegi panjang dan

lingkaran.

Pembelajaran tindakan kelas siklus III jauh lebih baik dibandingkan

dengan tindakan kelas siklus I dan II. Peneliti sudah bertindak sebagai fasilitator

dan memberikan bimbingan kepada siswa secara menyeluruh. Secara keseluruhan

siswa menyambut baik terhadap penerapan pembelajaran denganmetode make a

match atau mencari pasangan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dari

aspek kognitif. Siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode make a match

atau mencari pasangan sangat berminat. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas belajar

matematika bagi siswa semakin meningkat, siswa sudah paham dengan penjelasan

guru tentang materi bangun ruang bangun persegi, persegi panjang dan lingkaran. Hal

12

ini dibuktikan dengan siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan benar.

Dalam kegiatan pembelajaran aktivitas siswa sudah baik, siswa berani bertanya

kepada guru ketika belum jelas dengan mengacungkan jari. Hal ini terjadi karena

siswa semakin tertarik dan termotivasi untuk dapat menunjukan kemampuannya

dalam menemukan pasangannya. Siswa semakin kreatif dalam membuat bangun

ruang bangun persegi, persegi panjang dan lingkaran dari berbagai macam-macam

bentuk jaring-jaring bangun persegi, persegi panjang dan lingkaran yang bermacam-

macam. Keterlibatan siswa dalam penggunaan media pembelajaran juga semakin

meningkat sehingga siswa sangat senang dan tertarik mengikuti pembelajaran

matematika. Aktivitas siswa meningkat dilihat dari sebelum dilakukan tindakan

sampai tindakan siklus III.

Penelitian dengan menggunakan metode make a match atau mencari pasangan

menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar baik dari aspek kognitif maupun

dari aspek afektif. Pembelajaran ini melibatkan seluruh siswa untuk aktif dalam

mengikuti proses belajar. Metode ini merupakan kolaborasi antara peneliti dengan

guru mata pelajaran matematika. Dalam hal ini tindakan kelas dilaksanakan dengan

tahapan melakukan survei dan observasi terlebih dahulu, kemudian membuat rencana

tindakan dengan berpedoman pada silabus dan rencana pembelajaran yang telah

dibuat. Saat melaksanakan tindakan, kolaborasi antara guru kelas VI dengan

peneliti sangat diperlukan, peneliti berperan sebagai guru untuk menerangkan

penggunaan metode make a match atau mencari pasangan dan mengamati

kesibukan siswa selama pembelajaran dari aspek afektif. Selanjutnya dapat

merefleksikan aktivitas yang telah dilakukan, menganalisisnya untuk

mendapatkan kebaikan dan kekurangannya sehingga diharapkan agar untuk

pembelajaran selanjutnya dapat lebih baik dan meningkatkan kualitasnnya.

Dalam pembelajaran, siswa terlibat aktif dengan kegiatan berdiskusi,

menjawab pertanyaan dan mengemukakan ide, gagasan yang dilakukan secara

berkelompok. Selama pelaksanakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan 3

siklus terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Dari hasil pembahasan diatas, hipotesis yang menyatakan bahwa "Ada

Peningkatan aktifitas belajar matematika pada siswa kelas VI SDN 1 Jungkare

13

melalui metode make a match atau mencari pasangan (Make a match)Tahun

Ajaran 2012/2013" dapat diterima kebenarannya.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah aktifitas dan

hasil belajar siswa meningkat, pada siklus I diperoleh rata-rata nilai aktifitas pada

siklus I yaitu 64,6%, hasil postes pada siklus I yaitu 67,90. Pada Siklus II

diperoleh rata-rata nilai aktifitas siswa yaitu 73,8%, hasil pada siklus II yaitu

74,61. Pada siklus III diperoleh rata-rata nilai aktifitas siswa yaitu 90,7%, hasil

postes pada siklus III yaitu 89,23. Data hasil penelitian ini diketahui bahwa

pembelajaran dengan menggunakan metode make a match atau mencari pasangan

itu dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika,

serta hasil belajar pada siswa kelas VI SDN 1 Jungkare, Karanganom, Klaten

dengan memberi penguatan dan memberi kesempatan siswa lebih berpartisipasi

dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang perlu disampaikan

sebagai berikut:

1. Kepada guru hendaknya membiasakan diri menerapkan pembelajaran aktif

yang dapat menjadikan siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar

sehingga menunjang proses pembelajaran yang diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Kepada pihak sekolah agar memberikan sarana dan prasarana dalam proses

pembelajaran yang lebih mendukung untuk mencapai hasil belajar siswa yang

lebih baik.

3. Metode make a match atau mencari pasangan dapat digunakan untuk

pembelajaran matematika dan mata pelajaran yang lain.

4. Penggunaan metode make a match atau mencari pasangan dengan alat peraga

menjadikan siswa lebih aktif dan semangat belajar.

14

Daftar Pustaka

Curran, Lorna. 1994. Language Arts and Cooperative Learning Lesson For Little Ones. San Juan Capistrano: Kagan Cooperative Learning.

Hartanto, Supri. 2011. “Keaktifan Belajar”. Artikel. Diakses dari http://makalahmu.wordpress.com/2011/08/24/keaktifa-belajar/, diakses pada tanggal 17 September 2012.

Herman Hudojo. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Malang: IKIP.

Iskandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jambi: Gunung Persada Press.

Mulyono Abdurrahman. 2006. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ruseffendi, E.T. 1991. Penelitian Pendidikan dan Hasil Belajar Siswa Khusunya dalam Pengajaran Matematika. Bandung: Draft (Diktat).

Samino dan Saring Marsudi. 2011. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Fairus Media.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Usman Uzer, Moh. 1996. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Winarni, Retno. 2004. Kemampuan Mahasiswa Dalam Meresepsi Puisi Indonesia Modern. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.