Upload
trandat
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI MELESTARIKAN LINGKUNGAN DAN PENGETAHUAN TENTANG DAUR ULANG SAMPAH MENJADI KOMPOS MELALUI MODEL KOOPERATIF
NUMBERED HEADS TOGETHER (PTK Pada Siswa Kelas V SDN 2 Kedunglengkong Tahun 2013/2014)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Minat Utama PKLH
Oleh:
PIPIT RETNO ARIYATI
S821302003
PROGRAM PASCASARJANA KEPENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : “UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI
MELESTARIKAN LINGKUNGAN DAN PENGETAHUAN
TENTANG DAUR ULANG SAMPAH MENJADI KOMPOS
MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEADS
TOGETHER (PTK Pada Siswa Kelas V SDN 2 Kedunglengkong Tahun
2013/2014)”. ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat serta
tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara terlulis digunakan
sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta
daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam
karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan (Permendiknas No.17 Tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau seluruh isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS
sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan
tesis ini, maka Prodi PKLH PPS-UNS berhak mempublikasikannya pada
jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi PKLH PPs-UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini,maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Juli 2014
Yang membuat pernyataan
Pipit Retno Ariyati
S821302003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudaha”, (Q.S. Al-Insyirah : 5)
“Lihatlah mereka yang lebih tidak beruntung daripada dirimu sehingga
kau tidak mungkin tidak berpuas diri atas keberuntungan yang diberikan Alloh kepadamu.” (Nabi Muhammad SAW)
“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru
yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik” (Evelyn Underhill)
“Tak ada yang bisa mengambil kesuksesan di masa depan kecuali diri kita
sendiri” (Me)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Teriringi syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
“Bapak dan Ibuku yang aku cintai, ( Drs. Sunarno dan Sri Sawarmi )”
Kaulah inspirasiku, karena setiap mengingatmu membuatku meneteskan air
mata.
Terima kasih yang tak henti.
“Adikku Nuning Oktaviana yang selalu menyemangatiku”
~Almamaterku tercinta PKLH PASCASARJANA UNS~
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat-Nya, penulis memperoleh kekuatan dan kesabaran sehingga dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul“Upaya Meningkatkan Motivasi Melestarikan
Lingkungan Dan Pengetahuan Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos
Melalui Model Kooperatif Numbered Heads Together (PTK Pada Siswa Kelas V
Sdn 2 Kedunglengkong Tahun 2013/2014)”. Tesis ini merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai Derajat Magister Program Studi
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Pada penulisan tesis ini, penulis banyak mengalami hambatan dan rintangan.
Namun, hambatan dan rintangan itu dapat diatasi berkat bimbingan, semangat,
motivasi,dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menggunakan segala fasilitas yang ada di lingkungan kampus.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggunakan segala
fasilitas yang ada di lingkungan kampus.
3. Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si selaku Ketua Program Studi PKLH dan
sekaligus pembimbing tesis yang telah memberikan bimbingan, saran, dan
motivasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Dr. Peduk Rintayati, M.Pd selaku dosen pembimbing I, yang sudah
memberikan bimbingan, saran,masukan dan motivasi sehingga tesis ini bisa
terselesaikan dengan baik.
5. Tim penguji tesis yang telah memberikan bimbingan, dan memberikan
masukan-masukan sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh dosen Program Studi PKLH Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman
yang sangat berguna bagi peneliti.
7. Ibu Sugiyarti, S.Pd, selaku Kepala SD N 2 Kedunglengkong yang telah
memberikan ijin penelitian kepada penulis untuk mengadakan penelitian di
sekolahnya.
8. Bp. Sukri, S.Pd, selaku guru kelas V SD N 2 Kedunglengkong dan kolaborator
yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini dari awal hingga akhir.
Semoga doa, bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan semua pihak
yang penulis sebutkan di atas kepada penulis mendapat pahala yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.. Penulis berharap semoga tesis ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca amin.
Surakarta, Juli 2014
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pipit Retno Ariyati, S821302003. “Upaya Meningkatkan Motivasi Melestarikan Lingkungan Dan Pengetahuan Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos Melalui Model Kooperatif NHT (PTK Pada Siswa Kelas V Sdn 2 Kedunglengkong Tahun 2013/2014)”. Tesis.Pembimbing I: Dr. Peduk Rintayati, M.Pd, Pembimbing II: Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si, Program Studi Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan motivasi melestaikan lingkungan dan meningkatkan pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos melalui model pembelajaran kooperatif NHT pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun 2013/2014.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1) observasi, 2) wawancara, 3)tes, 4)dokumentasi, dan 5) angket. Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik product Moment.
Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa:. (1) terdapat peningkatan motivasi melestarikan lingkungan melalui model pembelajaran NHT pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun 2013/2014 yaitu pada siklus I tingkat motivasi siswa dengan rata-rata sebesar 80,4 dan pada siklus II tingkat motivasi siswa dengan rata-rata sebesar 92,4; (2) terdapat peningkatan pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos melalui model pembelajaran NHT pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun 2013/2014 yaitu pada siklus pertama rata-rata nilai tes sebesar 69,75, sedangkan pada siklus kedua rata-rata nilai sebesar 77,7.
Kata Kunci: Motivasi, Pengetahuan daur ulang sampah, Penelitian Tindakan
kelas dan Model pembelajaran Kooprratif NHT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pipit Retno Ariyati, S821302003. “Effort to Improve Motivation to Preserve Environment and Knowledge of Recycling Garbage into Compost through the Cooperative Learning Model of the NHT Type (A Classroom Action Research to the Students in Grade V of State Primary School 2 of Kedunglengkong in Academic Year 2013/2014”. Thesis. Principal Advisor: Dr. Peduk Rintayati, M.Pd, Co-advisor: Prof. Dr. Chatarina. Muryani, M.Si, The Graduate Program in Population and Environmental Education, Sebelas Maret University Surakarta
ABSTRACT
The objective of this research is to improve motivation to preserve environment and knowledge of recycling garbage into compost through the cooperative learning model of the NHT type of the students in Grade V of State Primary School 2 of in Academic Year 2013/2014.
This research used the classroom action research. The data of the research were gathered through: (1) observation, (2) in-depth interview, (3) test, (4) documentation, and questionnaire. They were validated by using Spearman Product Moment test.
The results of research show that: 1) There is an improvement in the motivation to preserve environment through the cooperative learning model of the NHT type of the students in Grade V of State Primary School 2 of Kedunglengkong in Academic Year 2013/2014. In Cycle I, the students’ average score of motivation is 80.4, and Cycle II it becomes 92.4. 2) There is an improvement in the knowledge of recycling garbage into compost through the cooperative learning model of the NHT type of the students in Grade V of State Primary School 2 of Kedunglengkong in Academic Year 2013/2014. In Cycle I, the students’ average score of test of knowledge of recycling garbage into compost is 69.75, and Cycle II it becomes 77.7.
Keywords: Motivation, knowledge of recycling garbage, classroom action
research, cooperative learning model of the NHT type
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN. .................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT.................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masala ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori ............................................................................. 8
1. Motivasi Melestarikan Lingkungan ..................................... 8
a. Pengertian Motivasi ...................................................... 8
b. Fungsi Motivasi ............................................................ 9
c. Jenis Motivasi ............................................................... 11
d. Sifat Motivasi ............................................................... 11
e. Motivasi Melestarikan Lingkungan ............................... 12
2. Pengetahuan Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Pengertian Pengetahuan ................................................ 13
b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ...................... 15
c. Daur Ulang Sampah ...................................................... 16
d. Kompos ........................................................................ 20
3. Model Pembelajaran Kooperatif NHT ................................. 23
a. Pengertian Model .......................................................... 23
b. Pengertian Pembelajaran ............................................... 23
c. Model Pembekajaran Kooperatif ................................... 25
d. Model Pembelajaran Kooperatif NHT ........................... 30
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 32
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 33
D. Hipotesis Tindakan ................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian...................................................................... 35
B. Subjek Penelitian ...................................................................... 35
C. Data dan Sumber Data .............................................................. 35
D. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 36
E. Uji Coba Instrumen .................................................................. 38
1. Uji Validitas Instrumen ....................................................... 38
2. Uji Realibilitas Instrumen ................................................... 39
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 40
G. Indikator Kinerja ...................................................................... 41
H. Prosedur Penelitian ................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 47
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................ 47
2. Deskripsi Sebelum Tindakan .............................................. 47
3. Deskripsi Tindakan Siklus I ................................................ 50
4. Deskripsi Siklus II .............................................................. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Antar Siklus ........................................................................ 71
B. Pembahasan.............................................................................. 73
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 76
B. Implikasi .................................................................................. 77
C. Saran ........................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 81
LAMPIRAN ................................................................................................ 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kisi-Kisi Motivasi Melestarikan Lingkungan..................................... 37
3.2 Bobot Skor Angket Motivasi Siswa ................................................... 38
3.3 Kriteria Skor Aktivitas Guru .............................................................. 40
3.4 Kriteria Skor Aktivitas Siswa ............................................................ 41
3.5 Kriteria Skor Penggunaan Model Pembelajaran ................................. 41
3.6 Indikator Ketercapaian Peningkatan Pengetahuan Siswa .................... 42
3.7 Indikator Ketercapaian Peningkatan Motivasi Siswa ......................... 42
4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi Siswa Prasiklus .......................... 48
4.2 Distribusi Frekuensi Tes Prasiklus ..................................................... 49
4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Angket Motivasi Pada Siklus I .................. 50
4.4 Perkembangan Nilai Prasiklus dan Siklus I ........................................ 51
4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus I .............................................. 57
4.6 Perkembangan Nilai Prasiklus dan Siklus I ........................................ 58
4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Angket Motivasi Pada Siklus II ................ 60
4.8 Perkembangan Nilai Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ......................... 61
4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus II ............................................. 68
4.10 Perkembangan Nilai Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ......................... 69
4.11 Nilai Rata-Rata dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Pretes, Siklus I
dan Siklus II ........................................................................................ 71
4.12 Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru Dan Aktivitas Siswa
Selama Pembelajaran Tiap Siklus ....................................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Alur kerangka berpikir ....................................................................... 34
3.1 Tahapan Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 42
3.2 Model Penelitian Tindakan Kelas ...................................................... 43
4.1 Diagaram Batang Nilai Motivasi Siswa Prasiklus .............................. 48
4.2 Diagaram Batang Hasil Nilai Tes Pada Prasiklus ............................... 49
4.3 Diagram Batang Motivasi Melestarikan lingkungan Siklus 1 ............. 50
4.4 Diagram Batang Antara Pengembangan Prasiklus Dan Siklus I ......... 51
4.5 Diagram Batang Hasil Tes Siklus 1 ................................................... 57
4.6 Perkembangan Nilai Penguasaan Konsep Pretes dan Siklus I ............. 59
4.7 Diagram Batang Motivasi Melestarikan lingkungan Siklus II............. 60
4.8 Diagram Batang Perkembangan Psasiklus, Siklus I Dan Siklus II ...... 61
4.9 Diagram Batang Hasil Tes Siklus II ................................................... 68
4.10 Perkembangan Nilai Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ......................... 70
4.11 Diagram Batang Peningkatan Nilai Rata-Rata Pengetahuan Tentang Daur
Ulang Sampah Menjadi Kompos Setiap Siklus .................................. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadwal Penelitian ................................................................................. 84
2. Observasi awal..................................................................................... 85
3. Hasil wawancara guru sebelum penelitian ............................................ 87
4. Hasil wawancara siswa sebelum penelitia ............................................ 89
5. Kisi-kisi motivasi melestarikan lingkungan .......................................... 91
6. Angket motivasi melestarikan lingkungan ............................................ 92
7. Nilai motivasi prasiklus ....................................................................... 94
8. Nilai tes prasiklus ................................................................................ 95
9. Silabus ................................................................................................ 96
10. RPP siklus I ......................................................................................... 98
11. Nilai angket motivasi Siklus I .............................................................. 104
12. Nilai tes siklus I ................................................................................... 105
13. RPP Siklus II ...................................................................................... 106
14. Nilai angket motivasi siklus II .............................................................. 112
15. Nilai tes siklus 2 .................................................................................. 113
16. Lembar observasi guru (APKG) ........................................................... 114
17. Pedoman observasi guru ...................................................................... 115
18. Rekapitulasi observasi guru ................................................................ 119
19. Lembar observasi siswa ....................................................................... 120
20. Pedoman observasi siswa ..................................................................... 121
21. Rekapitulasi observasi siswa ................................................................ 125
22. Lembar pengamatan penggunaan model NHT ...................................... 126
23. Pedoman pengamatan penggunaan model NHT ................................... 127
24. Rekapitulasi pengamatan penggunaan model NHT .............................. 129
25. Buku ajar ............................................................................................. 130
26. Uji coba validitas dan reliabilitas insrumen .......................................... 139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27. Dokumentasi ........................................................................................ 140
28. Surat Ijin penelitian .............................................................................. 144
29. Surat Keputusan Dekan ........................................................................ 145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS menyatakan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan di sekolah dasar adalah tahapan awal untuk melanjutkan
belajar di jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu pendidikan di sekolah dasar
dilihat belum menunjukkan indikasi ke arah pembelajaran mandiri yang mampu
menyadarkan peserta didik. Pada dasarnya siswa belajar di sekolah dasar sebagai
modal awal dalam pergaulan di masyarakat untuk itu guru sekolah dasar
diharapkan mampu mengunakan berbagai sumber belajar lingkungan sekitar
dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan
berhasil dengan baik.
Sekolah merupakan salah satu lembaga formal pendidikan yang berfungsi
untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anak, Sekolah merupakan
tempat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk bertahan
hidup di kemudian hari. Pemahaman dan pengenalan mendetail mengenai
lingkungan dapat diperoleh anak melalui pendidikan di sekolah.
Pendidikan di Indonesia telah berulang kali mengalami perubahan seiring
dengan kemajuan zaman. Meningkatnya kualitas pendidikan dapat dilihat dari
banyaknya sumber daya manusia yang berkualitas itu sendiri. Pada era globalisasi
ini, sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama agar
suatu bangsa dapat berkompetisi dan bijaksana dalam mengelola sumber daya
alam. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
wawasan, keterampilan, dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata
pelajaran IPA.
Dalam pembelajaran IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang
disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan manusia. Hingga saat ini, pembelajaran di Indonesia
masih di dominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam
menyampaikan materi dan seringkali mengabaikan kemampuan awal siswa.
Setelah diadakan pengamatan di SDN 2 Kedunglengkong, bahwa
pelaksanaan pembelajaran IPA di SD tersebut masih bersifat konvensional yaitu :
1. Guru menjelaskan secara mendetail dengan ceramah berulang-ulang; 2. Siswa
hanya mencatat dan menghafalkan konsep; 3. Pembelajaran tidak disertai dengan
penggunaan media yang menarik, dan 4. Strategi/model pembelajaran yang
digunakan belum inovatif (cenderung konvensional). Pembelajaran yang demikian
menyebabkan siswa menjadi pasif dan mudah mengalami kejenuhan dalam
belajar. Kejenuhan tersebut menyebabkan rendahnya pengetahuan yang dimiliki
siswa.
Berdasarkan nilai ulangan harian siswa kelas V SD N 2
Kedunglengkong, menunjukkan bahwa nilai ulangan IPA sebesar 31,25% siswa
mencapai KKM ≥ 70, atau sebanyak 5 siswa dari jumlah keseluruhan 16 siswa.
Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Beberapa solusi alternatif agar nilai pengetahuan IPA terutama pengetahuan
tentang daur ulang sampah mejadi kompos dengan baik antara menggunakan
media yang menarik bagi siswa dan juga pemilihan strategi/model pembelajaran
yang tepat.
Pengetahuan tentang lingkungan perlu diberikan sejak dini agar dapat
memberikan pemahaman yang mendalam akan pentingnya lingkungan bagi
manusia sehingga dapat menghasilkan warga Negara yang mempunyai perilaku
yang bertanggungjawab terhadap lingkungannya dan menumbuhkan rasa
kesadaran lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sekolah sebagai tempat belajar perlu memiliki lingkungan yang bersih dan
sehat agar tercipta suasana belajar yang nyaman. Kita bisa membayangkan apabila
sekolah kita kotor dan tidak sehat, tentu sangat mengganggu kegiatan belajar
mengajar. Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat tidak hanya di dalam kelas
tetapi juga diluar kelas, seperti di halaman. Halaman sekolah selain di tata
keindahannya, juga perlu memperhatikan persyaratan kesehatan. Halaman sekolah
yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi semua warga sekolah.
Sekolah yang berbudaya lingkungan sebagai salah satu wadah peningkatan
pengetahuan dan kemampuan siswa memiliki peran penting dalam menyumbang
perubahan yang terjadi dalam keluarga. Bagaimana menghargai air bersih,
memahami pentingnya penghijauan, memanfaatkan fasilitas sanitasi secara tepat
serta mengelola sampah menjadi pupuk tidak terpisahkan dalam upaya
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Sebagai komponen terkecil dalam
masyarakat perubahan yang terjadi dalam keluarga akan memberi pengaruh pada
masyarakatnya.
Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan manusia yang berwujud
padat, baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai
maupun tidak terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi, sehingga dibuang ke
lingkungan (Apriadji: 2005). Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu
menghasilkan bahan buangan, karena tidak ada proses konversi yang memiliki
efisiensi 100%. Sebagian besar bahan buangan yang dihasilkan oleh organisme
yang ada di alam ini bersifat organik (memiliki ikatan CHO yang merupakan
bagian dari tubuh makhluk hidup). Sampah yang berasal dari aktivitas manusia
yang dapat bersifat organik maupun anorganik. Contoh sampah organik adalah:
sisa-sisa bahan makanan, kertas, kayu dan bambu. Sedangkan sampah anorganik
(hasil dari proses pabrik) misalnya: logam dan gelas.
Ditinjau dari kepentingan kelestarian lingkungan, sampah yang bersifat
organik tidak begitu bermasalah karena dengan mudah dapat dirombak oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mikrobia menjadi bahan yang mudah menyatu kembali dengan alam. Sebaliknya
sampah anorganik sukar terombak dan menjadi bahan pencemar.
Pencemaran lingkungan umumnya berasal dari sampah pada suatu tempat
penampungan atau pembuangan. Perombakan sampah organik dalam suasana
anaerob (miskin oksigen) akan menimbulkan bau tak sedap. Makin tinggi
kandungan protein dalam sampah, makin tak sedap bau yang ditimbulkan.
Dampak lain karena timbunan sampah dalam jumlah besar adalah lingkungan
yang kotor dan pemandangan yang kumuh.
Timbunan sampah menjadi sarang bagi vektor dan penyakit. Tikus, lalat,
nyamuk akan berkembang biak dengan pesat. Ruang yang ada dicelah-celah
sampah dapat berupa ban, kaleng bekas, kardus, dan lain-lain merupakan hunian
yang ideal bagi tikus. Lalat pada umumnya berkembangbiak pada sampah
organik, terutama pada sampah yang banyak mengandung protein, seperti sisa
makanan. Suasana yang lembab dan hangat sangat cocok untuk habitat nyamuk.
Sampah organik menyediakan sumber makanan yang melimpah bagi mereka.
Sekolah sebagai tempat berkumpulnya banyak orang dapat menjadi
penghasil sampah terbesar selain pasar, rumah tangga, industri dan perkantoran.
(Apriadji : 2005) Secara umum sampah dapat dipisahkan menjadi:
1. Sampah organik/mudah busuk berasal dari: sisa makanan, sisa sayuran dan
kulit buah-buahan, sisa ikan dan daging, sampah kebun (rumput, daun dan
ranting).
2. Sampah anorganik/tidak mudah busuk berupa : kertas, kain, kaca, logam, dan
tanah.
Sampah yang dihasilkan sekolah kebanyakkan adalah jenis sampah kering
dan hanya sedikit sampah basah. Sampah kering yang dihasilkan kebanyakkan
berupa kertas, plastik dan sedikit logam. Sedangkan sampah basah berasal dari
guguran daun pohon, sisa makanan dan daun pisang pembungkus makanan.
Di lingkungan sekolah, pengelolaan sampah membutuhkan yang perhatian
serius. Dengan komposisi sebagian besar penghuninya adalah anak-anak (warga
belajar) tidak menutup kemungkinan pengelolaannya pun belum optimal. Namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
juga bisa dipakai sebagai media pembelajaran bagi siswa-siswinya. Salah satu
parameter sekolah yang baik adalah berwawasan lingkungan.
Sampah basah bisa diolah menjadi kompos, prosesnya mudah dan
sederhana. Anak usia sekolah SD hingga SLTA bisa mengerjakan sendiri.
Pembuatan kompos dengan sampah basah di sekolah bisa menjadi media
pembelajaran untuk anak didik. Setidaknya anak akan belajar tentang Ilmu
Pengetahuan Alam. Anak juga akan belajar menghargai lingkungan. Mereka akan
belajar bagaimana sampah itu bisa bermanfaat bagi manusia bukan hanya sebagai
sesuatu yang kotor dan menjijikkan. Kompos yang dihasilkan dapat digunakan
untuk memupuk tanaman yang ada atau sebagi bahan campuran media tanam
dalam pot.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka akan diadakan penelitian
dengan judul “Meningkatkan Motivasi Melestarikan Lingkungan Dan
Pengetahuan Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos Melalui Model
Kooperatif Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas V (PTK SDN 2
Kedunglengkong Tahun 2014)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif NHT dapat
meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan pada siswa kelas V SD N 2
Kedunglengkong tahun 2013/1014?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif NHT dapat
meningkatkan pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos pada
siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun 2013/1014?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Tujuan penelitian
1. Meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan melalui model kooperatif
NHT pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun 2013/2014.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos
melalui model kooperatif NHT pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong
tahun 2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
contoh penerapan model pembelajaran kooperatif NHT untuk meningkatkan
motivasi melestarikan lingkungan dan pengetahuan tentang daur ulang sampah
menjadi kompos pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun
2013/1014. Hasil penelitian juga dapat digunakan sebagai acuan untuk
penelitian lebih lanjut mengenai penerapan strategi dan media yang lebih
inovatif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Siswa
1. Meningkatnya pengetahuan siswa tentang daur ulang sampah
2. Meningkatnya motivasi siswa melestarikan lingkungan
b. Bagi Guru
1. Meningkatnya kemampuan guru dalam penerapan penggunaan model
pembelajaran Kooperatif NHT.
2. Berkembangnya model pembelajaran kooperatif NHT dalam
pembelajaran.
3. Memberikan pengalaman, wawasan, dan keterampilan dalam memilih
dan merancang strategi dan atau media pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan pengetahuan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Meningkatnya kreatifitas guru untuk menciptakan kondisi belajar yang
menarik, menyenangkan, dan berkualitas.
c. Bagi Sekolah
1. Memberikan sumbangan yang positif dalam rangka perbaikan
pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.
2. Meningkatnya kinerja sekolah dengan optimalnya kinerja guru.
3. Terwujudnya pembelajaran efektif di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Motivasi Melestarikan Lingkungan
a. Pengertian Motivasi
Motif sering kali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau
tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif
tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan
motivasi (niat).
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Sedangkan motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar. Menurut teori yang dikemukakan oleh
David Mc Cleland dalam Sondang P Siagian (2004 : 167-168) bahwa
pemahaman motivasi akan semakin mendalam jika didasarkan pada
kebutuhan Need for Achievement (nAch). Seseorang yang ingin dipandang
berhasil dalam belajar akan mempunyai dorongan yang kuat untuk secara
bertanggung jawab sehingga menghasilkan prestasi yang telah ditargetkan.
Motivasi menurut Hamzah (2006:8) merupakan dorongan dan kekuatan
dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin
dicapainya. Sedangkan yang dimaksud tujuan tertentu adalah sesuatu yang
berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena
seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.
Menurut W.S Winkel (1996:151) motivasi merupakan dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan
tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berbeda dengan pendapat W.S Winkel, menurut Sardiman (2007:102)
motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya penggerak
yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Slavin dalam Mieke Purba (2009:14)
mengartikan motivasi adalah apa yang diinginkan dari apa yang dilakukan,
apa yang diperoleh dari apa yang dilakukan, dan kapan melakukan hal itu.
Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan
tertentu. Siswa akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang
tinggi.
Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara
mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental,
kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di
dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu
dalam belajar.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
dorongan atau kekuatan mental yang berupa keinginan seseorang untuk
berbuat atau melakukan kegiatan sebagai perubahan tingkah laku untuk
mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
b. Fungsi Motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan
aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi
motivasi:
1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai
pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik
ambil dalam rangka belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis
melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan
yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan
psikofisik.
3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai
motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan
mana perbuatan yang diabaikan.
Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :
1) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya
motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan
ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai
mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi.
2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai
3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka siswa
akan belajar dengan baik dan prestasi belajar akan optimal.
c. Jenis Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan
mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif
dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani
manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku
terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan
dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu
dan sebagainya.
2) Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan
dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen
penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder
dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian
prestasi belajar.
d. Sifat Motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam
diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:90).
1) Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri
tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa
mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia termotivasi untuk
mengetahi isi atau bahan berupa pengetahuan yang ia dapatkan.
2) Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan
yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar,
contoh: Ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut
mendapatkan hukuman.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa
dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat
menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan
belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam
Dimyati dan Mudjiono, 2002:91).
e. Melestarikan
Melestarikan dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari,
yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. A.W. Widjaja
(1986) mengartikan melestarikan sebagai kegiatan atau yang dilakukan
secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu
yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis,
luwes, dan selektif. (Ranjabar, 2006:115)
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan
melestarikan adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama-lamanya
tidak berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu,
guna mewujudkan tujuan tertentu di aspek stabilisasi manusia, serta
kegiatan pencerminan dinamika seseorang.
f. Lingkungan Lingkungan adalah kawasan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan
yang mempengaruhi perkembangan kehidupan baik langsung maupun
tidak langsung.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan mempunyai arti penting bagi manusia,
dengan lingkungan fisik manusia dapat menggunakannya untuk memenuhi
kebutuhan materilnya, dengan lingkungan biologi manusia dapat memenuhi
kebutuhan jasmaninya, dan dengan lingkungan sosial manusia dapat
memenuhi kebutuhan spiritualnya. Lingkungan dipandang sebagai tempat
beradanya manusia dalam melakukan segala aktivitas kesehariannya.
Kepedulian dan kesadaran warga sekolah terhadap lingkungan sekolah
merupakan salah satu bentuk implementasi dari kecerdasan rasional dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
spiritual. Kecerdasan rasional diarahkan pada upaya-upaya warga sekolah
menjaga (kebersihan, keseimbangan, dan kelestarian) lingkungan sekolah
sehingga tidak memberi dampak buruk bagi warga sekolah maupun
lingkungan itu sendiri. Manusia memiliki ikatan dengan alam yang sifatnya
religius yang artinya manusia harus mensyukuri segala sesuatu yang
dihasilkan oleh lingkungan untuk menunjang kehidupannya dengan cara
melindungi, melestarikan dan menjaga alam tersebut agar hubungan alam
dan manusia dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya.
g. Motivasi Melestarikan Lingkungan
Melestarikan lingkungan adalah upaya untuk melindungi kemampuan
lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang
ditimbulkan suatu kegiatan. Serta menjaga kestabilan lingkungan untuk
menjadi tempat hidup Manusia, hewan dan Tumbuhan.
Alam dapat dijadikan sebagai ispirator dan sumber keindahan yang
dapat membuat kehidupan menjadi lebih bermakna. Alam merupakan
syariat bagi manusia dalam bertahan terhadap berbagai bencana. Alam
adalah rumah tempat tinggal makhluk hidup, disana pula manusia
berlindung dari segala ancaman dan bencana, dan apabila alam tidak dijaga
maka makhluk hidup tidak dapat menghindar dari bencana.
Alam menghidupi manusia, artinya alam menyediakan segala sesuatu
yang dibutuhkan manusia agar dapat tetap bertahan hidup berupa sumber
daya alam. Ada saatnya jika eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan
akan menyebabkan sumber daya tersebut habis, maka gunakanlah sumber
daya alam seperlunya.
Alam menjadi sumber material genetik. Keanekaragaman flora maupun
fauna di bumi ini sangat bervariasi jenisnya, maka tugas manusia untuk
menjaga keanekaragaman tersebut dengan cara tidak memburu binatang
yang tingkat regenerasinya rendah, kalau perlu dibuatkan suatu penangkaran
khusus untuk melestarikannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Alam penting bagi IPTEK, pendidikan dan pengajaran. Kemajuan
teknologi saat ini tidak lepas dari alam. Setiap komponen kemajuan
dipengaruhi oleh alam. Apabila alam sudah tidak dapat menyediakan
sumber daya alam, bukan tidak mungkin jika kedepannya manusia akan
mengalami kemunduran kualitas hidup.
Dengan adanya motivasi tersebut, maka sudah saatnya untuk anda agar
mengubah sikap anda untuk mencintai, melestarikan, dan menjaga alam
tempat tinggal kita ini.
2. Pengetahuan Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos
a. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003: 20), pengetahuan (knowledge) adalah hasil
tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa,
dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang
untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti
jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu
reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan
(Notoatmodjo, 2003: 20).
Menurut Arikunto (2006 : 19), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori,
yaitu:
1) Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari
seluruh petanyaan
2) Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan
3) Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Notoatmodjo (2003:21) pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengatahuan yang paling rendah
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,
dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo,
2003:23).
b. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara
lain :
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula
pengetahuanya (Hendra AW, 2008:25).
2) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu (Notoadmojo, 2003:25 ).
3) Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun
(Hendra AW, 2008:26). Selain itu Abu Ahmadi (2001: 26) dalam Hendra AW
(2008:27) juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah
satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan
bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
4) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio
atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang (Hendra AW, 2008).
c. Daur Ulang Sampah
1) Pengertian Daur Ulang Sampah
Apriadji (2005:7) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu
yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan
industri), tetapi bukan yang biologis.
Sampah ini bisa dimanfaatkan secara langsung atau harus mengalami
proses terlebih dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Sampah ini banyak
dijumpai sebagai bahan pengemas produk. Di negara industri, pengemas
produk yang mudah didaur ulang menjadi salah satu faktor dalam
meningkatkan nilai saing produk tersebut di pasaran.
Daur ulang mempunyai pengertian sebagai proses menjadikan bahan
bekas atau sampah menjadi menjadi bahan baru yang dapat digunakan
kembali. Dengan proses daur ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang
berguna sehingga bermanfaat untuk mengurangi penggunaan bahan baku
yang baru. Manfaat lainnya adalah menghemat energi, mengurangi polusi,
mengurangi kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca dari pada pada proses
pembuat barang baru.
Daur ulang yang merupakan bagian ketiga adalam proses hierarki
sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle) dan dapat dilakukan pada sampah
kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, maupun barang elektronik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Pengomposan
secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk
dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu
sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik
memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam
mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat
dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai
upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga
produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari
pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan
kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali
tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai
pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi
penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang
mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan,
sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.
2) Proses atau Tahapan Daur Ulang.
Berikut ini merupakan tahap-tahap dari kegiatan daur ulang yang dapat
sobat lakukan:
a) Mengumpulkan; yakni mencari barang-barang yang telah di buang
seperti kertas, botol air mineral, dus susu, kaleng dan lain-lainya.
b) Memilah; yakni mengelompokkan sampah yang telah dikumpulkan
berdasarkan jenisnya, seperti kaca, kertas, dan plastik.
c) Menggunakan Kembali; Setelah dipilah, carilah barang yang masih bisa
digunakan kembali secara langsung. Bersihkan terlebih dahulu sebelum
digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Mengirim; Kirim sampah yang telah dipilah ke tempat daur ulang
sampah, atau menunggu pengumpul barang bekas keliling yang akan
dengan senang hati membeli barang tersebut.
e) Lakukan Daur Ulang Sendiri; Jika mempunyai waktu dan ketrampilan
kenapa tidak melakukan proses daur ulang sendiri. Dengan kreatifitas
berbagai sampah yang telah terkumpul dan dipilah dapat disulap menjadi
barang-barang baru yang bermanfaat.
3) Manfaat Daur Ulang
Daur ulang adalah proses mengambil kembali material mentah untuk
digunakan kembali. Melakukan daur ulang berarti lebih memilih melakukan
proses pengumpulan dan penggunaan kembali material-material daripada
membuangnya atau membuatnya menjadi sampah. Kegiatan mendaur ulang
limbah ini adalah kegiatan yang sangat baik, mengingat bahwa slam pun
melakukannya secara alamiah. Benda-benda yang terbuat dari berbagai
macam logam sampai kaca, dari kertas koran bekas sampai sendok plastik
dapat didaur ulang. Pada intinya, proses daur ulang mengambil kembali
material asal dan menggunakannya kembali untuk membuat produk-produk
baru.
Secara umum, menggunakan material hasil daur ulang untuk membuat
produk-produk yang baru membutuhkan biaya clan energi yang lebih sedikit
dibandingkan menggunakan material yang baru. Daur ulang juga dapat
mengurangi polusi, yaitu dengan meminimalkan jumlah polusi yang
dihasilkan selama proses manufaktori. Selain itu, daur ulang mengurangi
lugs lahan yang diperlukan untuk tempat buangan sampah dengan
mengurangi volume sampah yang dibuang.
Ada banyak sekali alasan mengapa daur ulang limbah harus dilakukan.
Berikut adalah alasan-alasan mengapa daur ulang dilakukan.
a) Konservasi sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Daur ulang ikut membantu mengkonservasi sumber daya alam dengan
mengurangi kebutuhan akan material baru. Sebagai contoh, jika kita,
mendaur ulang kertas maka secara otomatis kita akan mengurangi
penebangan potion yang akan dipakai dalam pembuatan kertas. Oleh
karena itu, dengan melakukan daur ulang berarti kita telah ikut
membantu upaya konservasi alam.
b) Konservasi energy
Daur ulang menyelamatkan energi dengan cars mengurangi kebutuhan
akan material baru yang biasanya membutuhkan lebih banyak energi
dibandingkan dengan melakukan proses daur ulang. Misalnya, dalam
mendaur ulang kertas dibutuhkan energi kurang dari 75% dibandingkan
dengan memproduksi produk-produk baru. Penghematan energi secara
signifikan juga dihasilkan dari proses daur ulang pads logam dan kaca.
c) Pengurangan polusi
Daur ulang mengurangi polusi karena daur ulang menghasilkan produk
baru yang lebih sedikit menghasilkan polusi. Banyak ilmuwan yang
memperkirakan bahwa CFC membahayakan lapisan ozon di atmosfer.
Dengan menggunakan plastik daur ulang untuk produk-produk tersebut,
dapat mengurangi bahaya yang disebabkan oleh CFC.
d) Konservasi lahan
Dengan melakukan daur ulang terhadap berbagai macam material, akan
mengurangi sampah yang harus dibuang. Ketika sampah yang harus
dibuang semakin berkurang, semakin sedikit pula lahan yang
diperlukan untuk menumpuk sampah. Dengan demikian, kegiatan daur
ulang dapat berperan juga dalam konsrvasi lahan.
f) Alasan ekonomi
Untuk jangka panjang, daur ulang tidak selalu mendatangkan
keuntungan finansial atau mengurangi biaya operasional. Akan tetapi,
konsekuensi ekonomi dari daur ulang ini sangat positif untuk jangka
panjang. Daur ulang akan menyelamatkan uang yang akan dipakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk penyediaan lahan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan
produktif lainnya. Selain itu, daur ulang juga mengurangi jumlah
penyakit yang berhubungan dengan polusi.
d. Kompos
1) Pengertian Kompos
Pengertian Kompos dan Proses Pengomposan Kompos adalah hasil
penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.
Menurut Mark Risse (706-542-9067) “Composting is the natural process of
decomposition and recycling of organic material into a humus rich soil
amendment known as compost. For any business or institution producing
food waste, this organic material can be easily decomposed into high
quality compost”. Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana
bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami
tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
2) Manfaat Kompos
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang
bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos.
Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari
tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman
menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos
juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk
dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat,
lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
a) Aspek Ekonomi :
(1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
(2) Mengurangi volume/ukuran limbah
(3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
b) Aspek Lingkungan :
(1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
(2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
c) Aspek bagi tanah/tanaman :
(1) Meningkatkan kesuburan tanah
(2) Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
(3) Meningkatkan kapasitas serap air tanah
(4) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
(5) Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen)
(6) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
(7) Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
(8) Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
3) Cara membuat kompos
Pemanfaatan sampah menjadi kompos akan bisa menghemat banyak
sumber daya. Sumber daya yang selama ini hanya digunakan untuk
membuat lingkungan bersih. Sudah saatnya sumber daya itu dirubah
sehingga menghasilkan nilai tambah. Berikut cara membuat kompos:
Bahan-bahan yang dibutuhkan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Limbah organik/sampah dipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm
sebanyak 100 kg
b) Dedak sebanyak 5 kg
c) Sekam/Arang sekam/serbuk gergaji(kalau ada)sebanyak 10-20 kg
d) Gula pasir (± 200 gram dilarutkan dalam 1 liter air) atau (gula merah ±
25- gram dilarutkan dalam 1 liter air) atau (cairan molase ±400 ml
dilarutkan dalam 1 liter air (40%) sebanyak 5 sendok makan)
e) Cairan EM4 (biang), diambil sebanyak 5 sendok makan
f) Air bersih secukupnya (kurang lebih 3 ember)
Cara pembuatan
a) Campurkan dan aduk secara merata bahan-bahan sampah/limbah, dedak
dan arang sekam
b) Larutkan EM 4 dan gula atau tetes tebu ke dalam ember yang telah
disediakan dan aduk secara merata
c) Siramkan larutan EM 4 sambil diaduk-aduk hingga campuran bahan
organik basah secara merata (bila adonan dikepal dengan tangan,air
tidak menetes dan bila kepalan dilepas adonan akan mekar/kadar air ±
30%)
Adonan tadi kita gundukan di atas lantai (kering) kemudian tutup dengan
karung goni atau karung beras selama 3-5 hari
a) Pada hari kedua dan ketiga kompos biasanya mengeluarkan panas yang
cukup tinggi lagi, sehingga setiap harinya harus dibolak balik
dan.dibiarkan sampai 10 menit samapai panasnya berkurang, kemudian
gundukan ditutup kembali seperti semula
b) Pada hari ke-4 kompos telah matang,(fermentasi), sehingga panas tidak
tinggi lagi. Apabila dibuka nampak ditumbuhi jamur berwarna putih dan
bila dipegang terasa hangat. Kompos ini sudah bisa digunakan tetapi
belum hancur sehingga bentuk dan ukuran masih seperti bahan baku.
Untuk menjadikan kompos halus harus menunngu selama 21 hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Selama Proses penghancuran gundukan kompos diaduk setiap satu
minggu sekali.
c) Bila kompos yang sudah jadi akan kita simpan atau dikemas, sebelum
dimasukan ke dalam kantung pelastik/karung,kompos tadi dikeringkan
dulu atau dikeringkan terlebih dahulu (bukan di jemur)
3. Model Pembelajaran Kooperatif NHT
a. Pengertian Model
Model mempunyai beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli.
Menurut Anitah (2009: 45), “model adalah suatu kerangka berpikir yang
dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu”. Pengertian lain dikemukakan oleh Meyer dalam
Trianto (2012:21) bahwa, “model dimaknakan sebagai suatu objek atau
konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal”. Di sisi lain
Mils dalam Suprijono (2010: 45) berpendapat bahwa, “model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”
Dari beberapa pengertian model tersebut dapat disimpulkan bahwa
model adalah suatu konsep untuk merepresentasikan suatu hal dalam
melaksanakan kegiatan yang membuat orang lain mencoba bertindak
berdasarkan model itu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
b. Pengertian Pembelajaran
Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian model
pembelajaran. Suprijono (2010: 46) berpendapat bahwa, “model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Di samping itu,
pendapat lain dikemukakan oleh Aunurrahman (2009: 146) yang
mendefinisikan “model pembelajaran sebagai perangkat rencana atau pola
yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang
melaksanakan aktivitas pembelajaran”.
Winataputra dalam Sugiyanto (2009: 3). juga berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran.
Dengan mengunakan model pembelajaran guru dapat membantu
siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir dan cara
mengekspresikan diri mereka sendiri, selain itu guru mengajarkan
bagaimana mereka belajar. Sebagaimana pendapat Joice dan Weil dalam
Trianto (2010: 51). yang menyatakan, “models of teaching are really models
of learning. as we help student acquire information, ideas, skills, value,
ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching
them how to learn”.
Dari beberapa pendapat tentang model pembelajaran, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran merupakan suatu pedoman perencanaan
pembelajaran yang membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan,
nilai, cara berpikir dan cara mengekspresikan diri mereka sendiri untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan juga pengelolaan kelas.
Pembelajaran mempunyai suatu tujuan seperti disebutkan Aunurrahman
(2009: 34) bahwa tujuan pembelajaran yaitu “untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal”. Demikian juga Isjoni (2010: 14) yang
mengungkapkan bahwa, “tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi
dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik”. Pada proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran, komunikasi yang baik antara guru dan siswa sangat
diharapkan. Dalam berkomunikasi antara siswa dengan guru maupun siswa
dengan siswa yang lain, perlu dilandasi sikap saling menghormati dan
menghargai setiap pendapat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Siswa
harus mampu mengenal dirinya sendiri untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki. Guru perlu memberikan dorongan dan motivasi
kepada siswa, agar kelebihan yang dimiliki siswa dapat terus berkembang
dan berupaya mencari cara untuk mengatasi kelemahan siswa.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran yang termasuk dalam teori
konstruktivistik adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni
(2010:14), “pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda”. Sugiyanto (2009: 37) berpendapat, “pembelajaran
kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
Menurut Slavin (2005: 8), “inti dari pembelajaran kooperatif yaitu para
siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat
orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru”. Selain itu Artst
dan Newman dalam Trianto (2012: 56) menyatakan bahwa “dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan
tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama”. Dari berbagai
pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang mana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil dengan tingkat kemampuan berbeda bekerja sama memecahkan suatu
permasalahan untuk mencapai tujuan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Isjoni (2010: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
digunakan dalam membuat laporan penelitian pada pelajaran IPA dan IPS.
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif cocok digunakan dalam materi
pelajaran yang luas, karena dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat
bekerja sama dengan siswa lain dalam memecahkan masalah, sehingga
pembelajaran menjadi tidak membosankan.
Inti dari pembelajaran ini adalah untuk memotivasi siswa agar belajar
bekerja sama dalam kelompok yaitu berani mengemukakan pendapatnya,
menghargai pendapat orang lain dan berlapang dada apabila pendapatnya
kurang disetujui oleh kelompok. Dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif, akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang
dianggap sulit dan menumbuhkan sikap aktif dalam pembelajaran sehingga
akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ada beberapa unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut
Lungdren yaitu: a) para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau berenang bersama; b) para siswa harus memiliki tanggung
jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain
tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang
dihadapi; c) para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama; d) para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab
diantara para anggota kelompok; e) para siswa memberikan suatu evaluasi
atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;
f) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar, dan g) setiap siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif (Isjoni, 2010: 16-17).
2) Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam Lie mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
yang maksimal, lima elemen model pembelajaran gotong royong harus
diterapkan.
a) Saling Ketergantungan Positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri. Aronson menyarankan jumlah anggota
kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini
ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu
berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi
mereka mengenai seluruh bagian. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri
dan nilai kelompok. nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap
anggota.
b) Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Masing-
masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri
agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Siswa yang tidak
melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-
rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas
agar tidak menghambat yang lainnya.
c) Tatap Muka
Setiap anggota kelompok harus bertatap muka dan berdiskusi untuk
menyatukan hasil pemikiran mereka karena hasil pemikiran beberapa kepala
lebih kaya daripada satu kepala saja. Tujuannya untuk menghargai setiap
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-
masing.
d) Komunikasi Antar Anggota
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka. Pengajar perlu memberi tahu cara
menyanggah suatu pendapat dengan kata-kata yang bijaksana dan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyinggung perasaan orang lain. Proses komunikasi ini akan sangat
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e) Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Format evaluasi bisa
bermacam-macam bergantung pada tingkat pendidikan siswa (2005: 23).
3) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ibrahim, et al. dalam Isjoni (2010:24) merangkum tiga tujuan
pembelajaran kooperatif, yaitu:
a) Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan memperbaiki prestasi belajar siswa.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini
menunjukkan melalui model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
nilai siswa, perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar dan
dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
b) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Pembelajaran kooperatif memberi peluang siswa dari berbagai latar
belakang untuk bekerja sama saling bergantung satu sama lain. Guru
bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan sosial siswa, karena
itu perbedaan-perbedaan yang ada di dalam kelas diusahakan tidak menjadi
penghambat dalam mewujudkan interaksi sosial yang efektif diantara siswa.
c) Pengembangan Keterampilan Sosial
Salah satu cara guru dalam mengembangkan nilai solidaritas yaitu
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas. Pembelajaran
kooperatif mengajarkan siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterampilan ini penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat,
bangsa, dan negara, karena masalah-masalah sosial yang dihadapi bangsa ini
semakin kompleks.
4) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa keunggulan dan kelemahan dalam menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Sugiyanto (2009 24) mengungkapkan beberapa
keunggulan menggunakan model pembelajaran kooperatif, yaitu: a)
meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social; b) memungkinkan para
siswa saling belajar mengenali sikap, keterampilan, informasi, perilaku
sosial, dan pandangan-pandangan; c) memudahkan siswa melakukan
penyesuaian social; d) memungkinkan terbentuk dan berkembangan nilai-
nilai sosial dan komitmen; e) menghilangkan sifat mementingkan diri
sendiri atau egois; f) membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga
dewasa, g) berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan; h)
meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia; i) meningkatkan
kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif; j)
meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik, dan k) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang
perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama, dan orientasi tugas.
Kelemahan pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2010: 25)
bersumber pada dua faktor, yaitu:
a) Faktor dari dalam (intern): (1) guru harus mempersiapkan pembelajaran
secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga,
pemikiran dan waktu; (2) agar proses pembelajaran berjalan dengan
lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai; (3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan (4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain pasif.
b) Faktor dari luar (ekstern): berhubungan dengan kebijakan pemerintah
yaitu semakin pudarnya kurikulum pembelajaran sejarah, selain itu
pelaksanaan tes yang terpusat sehingga proses pembelajaran di kelas
cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan perolehan ujian.
Sebenarnya apabila guru telah berperan baik kelemahan yang
ditemukan dalam pembelajaran kooperatif dapat diatasi.
d. Model Pembelajaran Kooperatif NHT
Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe dari
pembelajaran kooperatif. Metode dalam pembelajaran kooperatif ini
dikembangkan oleh Spencer Kagan. Model pembelajaran kooperatif tipe
NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe NHT melibatkan banyak siswa dalam
mempelajari suatu bahan ajar dan untuk memeriksa tingkat pemahaman siswa
terhadap isi pelajaran. Seperti yang dikemukakan Arends bahwa, “Numbered
heads together is an approach developed by Spencer Kagan to involve more
students in the review of materials covered in a lesson and to check their
understanding of a lesson’s content” (1997: 122-123).
Lie (2005: 60) menyebutkan langkah-langkah pada model pembelajaran
kooperatif tipe NHT yaitu: 1) siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa
dalam setiap kelompok mendapatkan nomor; 2) guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya; 3) kelompok memutuskan
jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota
kelompok mengetahui jawaban ini, dan 4) guru memanggil salah satu nomor.
Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe
NHT menurut Ibrahim dalam Herdian (2009:34) yaitu: 1) Hasil belajar
akademik stuktural; bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-
tugas akademik; 2) Pengakuan adanya keragaman; bertujuan agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, dan 3)
Pengembangan keterampilan sosial; bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide
atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menuntut siswa untuk
bekerja sama memecahkan suatu masalah dalam kelompok. Semua anggota
kelompok harus mengetahui jawaban yang telah didiskusikan. Ketika guru
memberikan suatu pertanyaan, salah satu siswa yang disebut nomor
kepalanya harus menjawab. Seperti dikemukakan oleh Yahya dan Huie
bahwa:
The Numbered Heads Together is cooperative learning structure that is used for the purposes of intergroup cooperation and individual accountability. Using this structure, when a question is posed for the group to answer, only one member in the group will answer and he/she will not know ahead of time that he/she will be picked by the teacher. Therefore, the group will have to make sure that every member in the group knows the material well (2002:3). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dari pembelajaran
tradisional, misalnya pada pelajaran IPS dan IPA. Seperti yang disebutkan
oleh Haydon(2010:1) , dkk yang menyatakan bahwa, “Numbered Heads
Together, a cooperative learning strategy, is more effective than traditional
teacher-led instruction in academic areas such as social studies and science”.
Setiap model pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT
diantaranya: 1) setiap siswa siap semua dalam menjawab pertanyaan; 2) tidak
membeda-bedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang; 3)
dalam diskusi siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang mampu;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) terjadinya interaksi antar siswa dalam berdiskusi memilih jawaban yang
paling tepat; 5) dengan berpikir bersama siswa mudah mengingat pelajaran,
dan 6) siswa dapat mengeluarkan pendapat, bertanya dan mengembangkan
pengetahuan yang dimilikinya.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
diantaranya: 1) kemungkinan proses diskusi didominasi oleh siswa yang
pandai sehingga siswa yang kurang pandai merasa minder; 2) siswa yang
kurang hanya menyalin pekerjaan siswa yang pandai; 3) guru tidak dapat
mengetahui kemampuan siswa secara individu; 4) membutuhkan waktu yang
relatif lama; 5) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru,
dan 6) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Dari beberapa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT,
sebenarnya dapat diatasi dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas,
menyampaikan tujuan, menjelaskan tata cara pembelajaran dan memberi
pengarahan kepada tim. Dengan pengorganisasian yang baik, pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan tipe NHT akan berlangsung sesuai tujuan.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai
dengan subtansi yang diteliti. Menurut peneliti, ada beberapa penelitian yang
dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
I Made Bayu Dirgantara yang berjudul “Pengetahuan Mendaur Ulang
Sampah Rumah Tangga Dan Niat Mendaur Ulang Sampah”. Dalam penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa pengetahuan mendaur ulang sampah rumah
tangga pada partisipan terbentuk dari informasi yang masuk kepada individu
melalui stimulus yang diberikan sehingga individu mendapatkan pemahaman
yang lebih lengkap mengenai manfaat daur ulang sampah rumah tangga
sehingga meningkatkan niat individu untuk mendaur ulang sampah rumah
tangganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ade Hima Mastutoh yang berjudul “Meningkatkan Pengetahuan Tentang
Kesehatan Lingkungan Dan Motivasi Hidup Sehat Dengan Perilaku Siswa
Dalam Memelihara Kesehatan Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya”. Dalam penelitian tersebut dapat
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan da motivasi hidup
sehat dengan perilaku memelihara lingkungan sekolah.
Siti Chaeriyah yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Depok Pada
Materi Bangun Segiempat”. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan soal matematika.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas dapat peneliti simpulkan
bahwa dalam penggunaan metode dan media pembelajaran sesuai dapat
meningkatkan keberhasilan belajar peserta didik. Sehubungan dengan ini ,
peneliti perlu Meningkatkan Motivasi Melestarikan Lingkungan dan
Pengetahuan Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos Melalui Model
Kooperatif Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas V SD N 2
Kedunglengkong.
C. Kerangka Berpikir
Pengetahuan daur ulang sampah menjadi kompos pada siswa kelas V SD
Negeri Kedunglengkong 2 masih tergolong rendah, sehingga perlu adanya solusi
untuk mengatasi masalah tersebut. Melalui model kooperatif NHT mampu
meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan dan pengetahuan tentang daur
ulang sampah menjadi kompos.
Secara skematis kerangka berpikir melestarikan lingkungan dapat
digambarkan seperti pada Gambar 2.1 sebagai berikut :
Kondisi Awal
Guru belum menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan masih menggunakan metode ceramah
Siklus I 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Pengetahuan daur ulang sampah rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Secara skematis kerangka berpikir pengetahuan tentang daur ulang sampah
menjadi kompos dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.1, sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru menggunakan model pembelajran kooperatif NHT
Siklus II 1. Perencanaan 2. Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Melalui model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru belum menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan masih menggunakan metode ceramah
Guru menggunakan model pembelajran kooperatif NHT
Siklus II 5. Perencanaan 6. Tindakan 7. Observasi 8. Refleksi
Siklus I 5. Perencanaan 6. Tindakan 7. Observasi 8. Refleksi
Pengetahuan daur ulang sampah rendah
Melalui model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan pengetahuan daur ulang sampah mejadi kompos
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam
penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pengaruh
kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar dapat
meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan pada siswa kelas V SD N 2
Kedunglengkong tahun 2013/2014.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pengaruh
kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar dapat
meningkatkan pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos
pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun 2013/2014.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 2 Kedunglengkongtahun
2014. Tempat penelitian ini dipilih karena di sekolah tersebut belum pernah
digunakan sebagai objek penelitian yang sama atau sejenis, sehingga penelitian
ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar bagi sekolah tersebut.
2. Jadwal penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu tahap persiapan
hingga pelaporan hasil penelitian yang dilakukan selama 7 bulan, yakni mulai
bulan Desember 2014 sampai Juli 2014. Adapun rincian jadwal penelitian ada
pada lampiran 1 hal 82.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 2
Kedunglengkongtahun 2014 yang berjumlah 16 siswa, yang terdiri dari 8 laki-
laki, 8 perempuan.
C. Sumber Data
Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber data atau
informasi ini dikumpulkan dari data kualitatif yang diperoleh dari berbagai
sumber. Sumber data tersebut meliputi :
1. Informan atau nara sumber, yaitu siswa.
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran dan situasi
lain yang mendukung.
3. Observasi terhadap peristiwa atau kejadian belajar mengajar di kelas V SD
Negeri 2 Kedunglengkong tahun 2013/2014.
4. Dokumen atau arsip, yang berupa silabus, RPP, hasil belajar siswa, dan
buku penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga sumber data yang
dapat dimanfaatkan, maka pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1. Observasi
Metode observasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi partisipan. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian ini, peneliti
terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Peneliti berperan
sebagai pelaskana. Observasi ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa
pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
2. Tes
Tes diberikan untuk mengukur kemampuan belajar siswa setelah diberikan
tindakan. Tes yang diberikan berupa tes tulis yang berkaitan dengan informasi
yang didengar dan dilihat oleh siswa pada setiap siklus.
3. Kajian Dokumen
Kajian dilakukan terhadap arsip yang ada yaitu, kurikulum, RPP yang
disusun peneliti materi pembelajaran, serta hasil penilaian yang diberikan guru.
Pengkajian meliputi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, penggunaan
metode pembelajaran serta media yang digunakan.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mencatat atau merekam setiap kegiatan
pembelajaran pada setiap siklus. Dokumentasi ini dilakukan dengan memotret
kegiatan pembelajaran yang akan dan sedang berlangsung.
5. Angket
Pengertian angket menurut Suharsimi Arikunto (1998:140) “sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. Angket
dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui motivasi siswa. Alas an
digunakannya angket sebagai pengumpulan data adalah sebagi berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Dapat dibuat terstandar, sehingga bagi semua subjek bias diberikan
pertanyaan yang sama.
b. Dapat dibagikan kepada objek yang sedang diteliti secara serentak
c. Waktu yang dibutuhkan sangat efisien dan tidak lama.
Untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan aspek yang akan diukur maka
disusun kisi-kisi angket motivasi melestarikan lingkungan dapat dilihat pada
Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Motivasi Melestarikan Lingkungan
Konsep dasar Indikator
Nomor soal
Positif negatif
Motivasi melestarikan
lingkungan adalah suatu
bentuk kekuatan yang
dimiliki siswa yang dapat
mendorong siswa untuk
melakukan kegiatan
melestarikan lingkungan.
Motivasi ini akan muncul
apabila pada diri siswa
terdapat beberapa
keinginan diantaranya
adalah :
1. Keinginan untuk
menjaga lingkungan
1,3,5,7,9 2,4,6,8,10
2. Keinginan untuk
bisa melestarikan
lingkungan
11,13,15,17,
19
12,14,16,18
,20
3. Rasa percaya diri
dan usaha untuk
hidup bersih dan
sehat
21,23,25,27,
29
22,24,26,28
,30
Pernyataan-pernyataan motivasi siswa yang digunakan dalam angket ini
dibedakan menjadi dua yaitu pertanyaan positif dan negative. Pertanyaan
negative dimaksudkan adalah pertanyaan yang melemahkan motivasi siswa
terhadap kegiatan sehari-hari. Sedangkan pertanyaan positif adalah pertanyaan
yang mendukung motivasi siswa dalam kegiatan sehari-hari. Pertanyaan positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan negative diklasifikasikan kedalam empat kelas yaitu sangat tinggi, tinggi,
rendah dan sangat rendah.
Masing-masing jawaban pertanyaan akan diikuti oleh lima kemungkinan
jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah.
Seterusnya jawaban tersebut diberi bobot skor dapat dilihat pada tabel 3.2
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Bobot Skor Angket Motivasi Siswa
No Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif Skor
1 Selalu 5 Selalu 1 2 Sering 4 Sering 2 3 Kadang-kadang 3 Kadang-kadang 3 4 Jarang 2 Jarang 4 5 Tidak pernah 1 Tidak pernah 5
E. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrument dibagikan kepada siswa, instrument harus diuji coba
dahulu untuk mengetahui apakah instrument valid dan reliable atau tidak.
Penulis melakukan uji coba instrument pada SD N 2 Kedunglengkong.
Instrument motivasi melestarikan lingkungan dapat dilihat pada lampiran 27
halaman 137.
1. Uji Validitas instrument
Untuk menguji validitas instrument penulis menggunakan Teknik Korelasi
Product Moment dari Pearson dengan menggunakan rumus:
N . XY - ( X) ( Y) = (N . X2 - ( X)2)(N . Y2 - ( Y)2)
Keterangan :
RXY : Koefisien Product Moment
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
N : Banyaknya Subyek
X : Nilai atau Skor Tiap Butir Item
Y : Nilai atau Skor Keseluruhan Item
Kriteria :
Sangat Tinggi : 0.8 s/d 1
Tinggi : 0.6 s/d 0.8
Cukup : 0.4 s/d 0.6
Rendah : 0.2 s/d 0.4
Sangat Rendah : 0.0 s/d 0.2
Analisis validitas instrumen motivasi melestarikan lingkungan siswa
sebanyak 30 pernyataan setelah diuji cobakan ternyata hasilnya 24 pernyataan
valid dan 6 pernyataan tidak valid yaitu nomor 6,10,18,24,26 dan 29. Hal ini
bisa dilihat pada lampiran 27 halaman 137.
2. Uji Realibilitas Instrumen.
Pengujian realibilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik
KR-21 dengan rumus sebagai berikut :
= (
ଵ) (
ெ (ெ)୬ୗ ୲
)
Keterangan :
Rii : reliabilitas yang dicari
M : Mean atau rerata skor total
n : banyaknya item
S2t : Varian total
Setelah dilakukan uji realibilitas terhadap instrumen motivasi, sebanyak 30
pernyataan hasil realibilitasnya sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat pada lampiran
27 halaman 137.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang telah
dikumpulkan, yaitu metode deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis.
metode deskriptif komparatif berkaitan dengan data kuantitatif yang digunakan
untuk membandingkan hasil antar siklus. Membandingkan hasil sebelum
penelitian dengan akhir setiap siklus, yaitu membandingkan peningkatan
motivasi melestarikan lingkungan dan pengetahuan tentang daur ulang sampah
pada saat sebelum diberikan tindakan, akhir siklus I, akhir siklus II.
Untuk menentukan keberhasilan penerapan model kooperatif NHT
digunakan analisis statistik deskriptif dengan menjumlahkan skor setiap
indikator dan kemudian skor tersebut dikualifikasikan dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria motivasi melestarikan lingkungan
Dalam uji validitas dapat diambil kesimpulan bahwa hanya ada 24
instrumen yang valid untuk dibirikan kepada siswa. Kriteria motivasi
melestarikan lingkungan dibagi menjadi 3 skala yaitu rendah, sedang dan
tinggi. Dari ketiga skala tersebut dapat dilihat penentuan skala menurut skor
sebagai berikut:
Skor maksimal motivasi yaitu 5 x 24 = 120
Skor minimal motivasi yaitu 1 x 24 = 24
Interval antara skor yaitu ଽଷ
= 32
Dari keterangan diatas dapat dibuat table kriteria skala skor motivasi
melestarikan lingkungan pada Tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kriteria Skala Skor Motivasi Lingkungan
Skala Skor Motivasi Kategori
24 – 56 Rendah
57 – 89 Sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90 – 120 Tinggi
2. Kriteria Skor Pengetahuan Daur Ulang Sampah
Kriteria skor pengetahuan daur ulang sampah ditentukan dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Kriteria tersebut dibagi menjadi 2
skala yaitu tuntas dan tidak tuntas. Dari kedua skala tersebut dapat dilihat
penentuan skala menurut skor sebagai berikut:
Skor soal benar yaitu 5 x 20 = 100
Skor soal salah yaitu 5 x 5 = 25
Skor soal tidak dijawab yaitu 5 x 0= 0
Interval antar skor yaitu ଵଵ
= 10
Dari keriteria tersebut dapat dibuat skala skor pengetahuan daur ulang
sampah pada Tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kriteria Skor Pengetahuan Daur Ulang Sampah
No Skala Skor Kriteria 1 ≤ 70 Tidak Tuntas 2 ≥ 70 Tuntas
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah upaya meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan dan pengetahuan
daur ulang sampah menjadi kompos melalui model pembelajaran kooperatif
NHT pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong. Indikator pencapaian yang
diharapkan yaitu, pada siklus I siswa mencapai KKM (70) dengan nilai minimal
70 sebanyak 70%, sedangkan motivasi melestarikan lingkungan pada siklus I
tingkat motivasi tinggi dengan jumlah siswa sebanyak 11 siswa atau 70%, siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II siswa yang mencapai KKM dengan nilai minimal 70 sebanyak 85% dan
motivasi melestarikan lingkungan pada siklus II tingkat motivasi tinggi dengan
jumlah siswa sebanyak 14 siswa atau 80%, indikator ketercapaian dapat dilihat
pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 sebagai berikut:
Tabel 3.5. Indikator Ketercapaian Peningkatan Pengetahuan Daur
Ulang Sampah
Siklus yang dilakukan Target pencapaian setiap siklus
Nilai Prosentase Siklus I 70 70% Siklus II 70 85%
Tabel 3.7. Indikator Ketercapaian Peningkatan Motivasi Melestarikan
Lingkungan
Siklus yang dilakukan Target pencapaian setiap siklus
Tingkat Motivasi Tinggi Jumlah siswa Siklus I 70% 11 Siklus II 85% 14
H. Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Banyaknya
siklus yang direncanakan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu
planning, action, observing, danreflection. Keempat tahapan tersebut dapat
dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut: Sarwiji Suwandi (2010:28):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 3.1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas
Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2 sebagai
berikut:
Gambar 3.2. Model PTK (Suharsimi Arikunto, dkk (2011:16) )
1. Siklus I
a. Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menentukan pokok bahasan, yaitu daur ulang sampah menjadi kompos
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Refleksi
Refleksi Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Siklus II
Perencanaan
Pengamatan
Siklus I
Perencanaan
?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
4) Menetapkan indikator ketercapaian yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran.
b. Tindakan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan, yaitu :
1) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang sampah
2) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang proses Daur ualng sampah.
3) Guru membantu meningkatkan pengetahuan siswa tentang daur ulang
sampah dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT.
4) Siswa dibentuk menjadi kelompok, sesuai dengan model pembelajaran yang
digunakan yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT, kemudian siswa diberi
penugasan untuk mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) mengenai materi
yang disampaikan dengan bantuan penggunaan media audio visual.
5) Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan pengetahuan siswa
c. Pengamatan atau Observasi
Melakukan pengamatan/observasi terhadap guru, siswa, melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengamatan aktivitas siswa (meliputi aspek
afektif dan psikomotor). Selain itu, guru juga melakukan pengamatan atau
observasi terhadap hasil tes pengetahuan siswa di setiap akhir pembelajaran.
Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang disiapkan peneliti.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
kaitannya dengan indikator kinerja. Peneliti menganalisis pemahaman konsep
siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi saat pembelajaran. Berdasarkan hasil
tindakan pada siklus I diketahui bahwa ketuntasan klasikal yang dicapai
sebesar 50% atau 8 siswa mencapai KKM dari jumlah keseluruhan 16 siswa.
Hal ini berarti indikator kinerja belum tercapai, sehingga dapat dikatakan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT belum berhasil meningkatkan
pengetahuan siswa tentang daur ulang sampah menjadi kompos. Oleh karena
itu, penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan pembelajaran
dan penyempurnaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang didasarkan
pada hasil refleksi pada siklus I. Rencana perbaikan pada siklus II ini
dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah atau perbaikan pada Siklus II.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
4) Menetapkan indikator ketercapaian yang dilaksanakan dalam proses
pembelajaran.
b. Tindakan
Pada dasarnya tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini hampir
sama dengan siklus I, yakni pembelajaran dengan menggunakan media audio
visual melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Perbedaannya hanya
pada proses pembelajaran dan soal instrumennya. Pelaksanaan tindakan siklus
II ini terbagi dalam 2 x pertemuan dengan materi yang sama, yakni pertemuan
pertama mempelajari tentang proses Daur ualng sampah dan pertemuan kedua
mempelajari tentang kegunaan kompos dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu :
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif NHT yang disempurnakan dan Siswa dibentuk menjadi
kelompok berpasangan, sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT, kemudian siswa diberi penugasan untuk mengerjakan lembar kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa (LKS) mengenai materi yang disampaikan dengan bantuan
penggunaan media audio visual yang telah diperbaiki.
3) Diskusi kelompok dengan penggunaan pembelajaran NHT.
4) Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep
peserta didik.
c. Pengamatan/Observasi
Melakukan pengamatan/observasi terhadap guru, siswa, dan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengamatan aktivitas
siswa meliputi aspek afektif dan psikomotor. Selain itu, guru juga melakukan
pengamatan atau observasi terhadap pengetahuan siswa di setiap akhir
pembelajaran. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang
disiapkan peneliti.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap semua hasil
evaluasi data kaitannya dengan indikator kinerja siklus 1. Berdasarkan hasil
analisis tindakan pada siklus II bahwa ketuntasan klasikal yang dicapai sebesar
sebanyak 14 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa indikator kinerja telah tercapai
yang sebesar 87,5%, sehingga dapat diketahui bahwa pengetahuan siswa
tentang daur ulang sampah menjadi kompos melalui model pembelajaran
kooperatif tipe NHT tersebut telah berhasil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N 2 Kedunglengkong Kecamatan Simo,
kabupaten Boyolali. SD N 2 Kedunglengkong berdiri pada tahun 1982 dan
berstatus Negeri. Saat ini SD N 2 Kedunglengkong dipimpin oleh seorang
Kepala Sekolah yaitu Ibu Sugiyarti, S.Pd. SD. SD N 2 Kedunglengkong
berlokasikan di dukuh Kemel RT 09/RW 03. Luas bangunan ± 437ଶ.
Bangunan yang ada diantaranya adalah 1 ruang kepala sekolah dan ruang
guru, 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, masjid, 1 ruang UKS, gudang,
dapur, tempat parkir, dan kamar mandi guru dan siswa. SD N 2
Kedunglengkong juga memiliki halaman yang luas yang digunakan untuk
sarana kegiatan pembelajaran penjaskes dan kegiatan ekstrakurikuler.
Data personil ketenagaan SD N 2 Kedunglengkong terdiri dari Kepala
Sekolah, 5 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru kelas, 1 guru bahasa Inggris, 3
guru wiyata bakti (WB) dan 1 penjaga sekolah. Pada Tahun Pelajaran
2013/2014 jumlah siswa SD Negeri 2 Talakbroto sebanyak 105 orang, yang
terdiri dari kelas I sebanyak 20 anak, kelas II sebanyak 18 anak, kelas III
sebanyak 17 anak, kelas IV sebanyak 17 anak, kelas V sebayak 16 anak, dan
kelas VI sebanyak 17 anak.
2. Deskripsi Sebelum Tindakan
a. Kondisi awal Motivasi Melestarikan Lingkungan PraSiklus
Kondisi awal pra siklus untuk soal motivasi melestarikan lingkungan
diadakan perlakuan, peneliti ingin mengetahui hasil tes motivasi
melestarikan lingkungan. Sebelum memasuki siklus pertama, peneliti
mengadakan tes pra siklus dengan tujuan mengetahui seberapa tinggi tingkat
motivasi siswa. Tes ini dilakukan dengan cara siswa menjawab instrumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
motivasi melestarikan lingkungan yang terdapat dalam angket motivasi
siswa. Hasil angket motivasi melestarikan lingkungan pada prasiklus
terdapat pada lampiran 7 hal 92.
Berdasarkan hasil angket motivasi siswa tentang melesterikan
lingkungan pada prasiklus dapat dilihat pada Table 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Tinggkat Motivasi Melestarikan
Lingkung Prasiklus
Skala Skor Frekuensi Persentase % Kriteria
24 – 56 6 37,5 Rendah
57 – 89 7 43,75 Sedang
90 – 120 3 18,75 Tinggi
Jumlah 16 100 -
Rata-rata klasikal = 70
Berdasarkan data diatas dapat di buat diagram batang pada Gambar 4.1
sebagai berikut:
Gambar 4.1. Diagram Batang Tingkat Motivasi Melestarikan Lingkungan
Prasiklus
6
7
3
0
1
2
3
4
5
6
7
8
24-56 57-89 90-120
Frek
uens
i
Interval Nilai
Nilai Motivasi Prasiklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bedasarkan hasil tes angket motivasi siswa dapat diambil kesimpulan rata-
rata nilai motivasi siswa pada prasiklus adalah interval kriteria tertinggi kisaran 90
– 120 ada 3 siswa dan nilai terendah ada pada interval 24 – 56 ada 6 siswa dan
interval kriteria sedang kisaran 57 – 89 ada 7 siswa. Nilai motivasi diharapkan
mencapai KKM yaitu 70, tetapi dari table diatas rata-rata pada prasiklus adalah
64,8 di bawah KKM yang telah ditetapkan maka akan dilanjutkan pada siklus
pertama.
b. Kondisi awal hasil tes pengetahuan pada Prasiklus
Siklus pertama dilakukan setelah peneliti mengadakan tes prasiklus,
dimana siswa belum pernah diadakan tindakan. Tes ini digunakan untuk
membedakan seberapa besar perbedaan antara sebelum diadakan tindakan
dan sesudah diadakan tindakan. Berdasarkan data sebaran hasil tes
Prasiklus siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong pada pengetahuan
tentang daur ulang sampah menjadi kompos( lampiran 8 hal 93) dapat
dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
Table 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Daur Ulang Sampah
Menjadi Kompos Pada Prasiklus
Interval Frekuensi Presentase % Keterangan
40 – 49 4 25 Tidak tuntas
50 – 59 4 25 Tidak tuntas
60 – 69 3 18,75 Tidak tuntas
70 – 79 4 25 Tuntas
80 – 89 1 6,25 Tuntas
Jumlah 16 100 -
Ketidak tuntasan = (11:16) x 100%= 68,75%
Ketuntasan klasikal = (5:16) x 100% = 31,25%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rata –rata kelas = 60,3
Berdasarkan data diatas dapat dibuat diagaram batang pada Gambar 4.2
sebagai berikut :
Gambar 4.2. Diagaram Batang Hasil Nilai Pengetahuan Daur Ulang Sampah
Menjadi Kompos Pada Prasiklus
Berdasarkan data table diatas nilai rata-rata hasil tes prasiklus adalah 60,3
dibawah KKM yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70 dan siswa belum ada yang
tuntas. Karena hasil tes prasiklus belum memenuhi KKM maka akan dilanjutkan
dengan siklus berikutnya.
3. Deskripsi Tindakan Siklus I
a. Hasil angkat Motivasi Siswa
Hasil tes angket motivasi pada siklus pertama (lampiran11 hal 102)
dapat dibuat distribusi frekuensi pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Angket Motivasi Melestarikan
Lingkungan Pada Siklus I
4 4
3
4
1
00,5
11,5
22,5
33,5
44,5
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89
Frek
uens
i
Interval
Nilai Tes Prasiklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Interval Frekuensi Presentase % Keterangan
24 – 56 3 18,75 Rendah
57 – 89 5 31,25 Sedang
90 – 120 8 50 Tinggi
Jumlah 16 100 -
Rata –rata klasikal = 80,4
Berdasarkan data table di atas dapat dibuat diagram batang pada mbar 4.3
sbagai berikut:
Gambar 4.3. Diagram Batang Motivasi Melestarikan lingkungan
Siklus 1
Bedasarkan hasil angket tingkat motivasi pada siklus pertama dapat diperoleh
hasil sebagai berikut siswa yang mendapat nilai dengan rentan 24 – 56 ada 3
siswa, nilai dengan rentan 57 – 89 ada 5 siswa dan interval antara 90 – 120 ada 8
siswa. Berdasarkan diagram batang diatas dapat disimpulkan rata-rata klasikal
peningkatan tingkat motivasi antara prasiklus dan siklus pertama sebesar 10,4
dari 70 - 80,4. Dari data diatas dapat dibuat data pengembangan antar siklus pada
Tabel 4.4 sebagai berikut:
3
5
8
0
2
4
6
8
10
24-56 57-89 90-120
Frek
uens
i
Interval
Nilai Angket Motivasi Siklus 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4. Perkembangan Motivasi Melestarikan Lingkungan Prasiklus
dan Siklus I
Skala Skor Kriteria Prasiklus Siklus I
24 – 56 Rendah 6 3
57 – 89 Sedang 7 5
90 – 120 Tinggi 3 8
Dari Table 4.4 dapat dibuat diagram batang pada Gambar 4.4 sebagai berikut:
Gambar 4.4. Diagram Batang Pengembangan Motivasi Melestarikan
Lingkungan Prasiklus Dan Siklus I
b. Hasil Tindakan siklus 1
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada tanggal 20 Maret
2014 di ruang kantor guru SD N 2 Kedunglengkomg. Peneliti dan guru
kelas V mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada
penelitian ini. Dari hasil diskusi diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan
tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuan denga alokasi waktu
tiap pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada tanggal 27 Maret 2014 dan 29
Maret 2014 dapat dilihat dalam lampiran 5 dan lampiran 8. Adapun
deskripsi prencanaan siklus I adalah sebagai berikut:
6
3
7
5
3
8
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Prasiklus Siklus I
Rendah Sedang Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Peneliti dan
guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dan setiap
pertemuannya RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring,
materi pelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, penilaian .
b) Menyusun Lembar Kerja siswa (LKPD) dan lembar evaluasi yang
dapat dilihat pada RPP.
c) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti bagan
pemerintahan pusat, dapat dilihat pada lampiran dokumentasi.
d) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran
18 dan lampiran 21
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif NHT dengan menggunakan media audio visual.
Peneliti disini bertindak sebagai pengajar dan guru kelas V SD N 2
Kedunglengkong sebagai observer atau pengamat.
a) Pertemuan Pertama
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2014.Materi
yang dipelajari pada pertemuan tersebut, eksekutif, yaitu sumber daya
alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Adapun
langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama-sama kemudian dilanjutkan
presensi kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas. Ketika apersepsi
selesai guru menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada pertemuan tersebut. Siswa menyimak tujuan
pembelajaran yang disampaikan. Sejak kegiatan pendahuluan media audio
visual sudah digunakan untuk menyampaikan materi yang akan dibahas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru menjelaskan tentang
perbedaan sampah organik/anorganik dan menampilkan video animasi
yang menjelaskan tentang daur ulang sampah.
Kegiatan inti dilakukan sesuai dengan model pembelajaran yang
digunakan, yaitu guru membagi peseta didik menjadi 4 kelompok secara
heterogen, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa dan memiliki nama
kelompok, dalam kelompok setiap 1 siswa memiliki momor yang ada di
kepala, dimana dalam kelompok semua bekerja aktif, karena guru akan
menunjuk salah satu siswa sesuai nomor yang dimiliki maka dari itu sisw
diharapkan bekerjasama dengan baik dan memahami apa yang
didiskusikan setiap kelompok. Setiap kelompok diberi tugas
mendiskusikan tentang pengetahuan tentang sampah organik dan
anorganik dan contoh daur ulangnya. Setelah selesai guru menunjuk
nomor pada setiap kelompok dan yang yang mendapat nomor maju
kedepan dan menyampaikan hasil diskusi maka diharapkan semua siswa
dapat bekerja sama dengan baik.
Kegiatan akhir Siswa dengan dibimbing guru menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal tes individu
yang diberikan guru. Siswa menyimak pemaparan materi pembelajaran
yang dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, yakni cara mendaur ulang
sampah menjadi kompos dan praktiknya.
b) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2014. Pada
pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan melanjutkan materi
yang telah lalu, yaitu pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi
kompos. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada
pertemuan kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus I sama halnya dengan
pertemuan pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir
tetapi perbedaanya dalam kegiatn inti guru melakukan kegiatan diluar
ruangan. Kegiatan awal dimulai dengan guru membuka pelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ucapan salam, dilanjutkan denganguru mengkondisikan kelas dan
memeriksa kesiapan siswa. Guru melakukan apersepsi tentang materi yang
lalu dengan tanya jawab tentang materi yang lalu. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan inti dilakukan diluar ruangan, sebelum melakukan kegiatan
diluar, guru menjelaskan terlebih dahulu tentang materi yang akan
diajarkan. Guru menjelaskan dengan menampilkan sebuah tayangan yang
berbentuk video yang berisi tentang cara mendaur ulang sampah menjadi
pupuk kompos. Seperti pertemuan sebelumnya siswa dibentuk menjadi 4
kelompok terdiri dari 4 siswa yang masing-masing memiliki nomor kepala.
Dalam penjelasan guru siswa menyimak dan mencatat apa yang
dibutuhkan nanti, setelah selesai menjelaskan guru dan siswa pergi keluar
ruangan untuk langsung mempraktikkan cara mendur ulang sampah
menjadi kompos. Guru mempraktikkan bagaimana membuatnya dari
memperkenalkan bahan sampai mempraktikkya bersama-sama, setiap
kelolpok mencatat semua kegiatan tersebut. Siswa diminta guru
mempraktinya perkelompok sehingga siswa akan lebih tahu dan paham.
Setelah selesai mempraktikkan giri dan siswa kembali kekelas dan
mendiskusikannya dengan guru apa saja yang belum dipahami. Siswa
bersama guru mengevaluasi hasil diskusi dan guru memberi umpan balik
positif kepada siswa.
Kegiatan akhir di siklus I ini dipergunakan untuk mengevaluasi secara
individu apakah siswa sudah paham atau belum tentang materi yang sudah
dipelajari. Guru melakukan evaluasi dengan membagikan soal dan lembar
jawab kepada siswa. Setelah selesai, Guru mengumpulkan hasil pekerjaan
siswa, dan melakukan refleksi pada siswa serta memberi tindak lanjut
dengan mengingatkan siswa supaya rajin belajar dan meningkatkan
aktivitas dalam belajar. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan
salam.
3) Tahap pengamatan/ observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengamatan tindakan dilakukan oleh observer pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti dengan
menggunakan media kooperatif tipe NHT. Pengamatan ini difokuskan
pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan
guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi
aktivitas guru, aktivitas siswa dan dokumentasi. Observasi inidilakukan
untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta
untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran yang dilaksanakan
menghasilkan perubahan pada pengetahuan siswa tentang daur ulang
sampah menjadi kompos.
Dalam pengamatan ini, peneliti meminta bantuan guru kelas yang
bertindak sebagai observer dan teman sejawat untuk mengambil gambar
foto. Observer sebagai partisipan pasif berada di bangku paling belakang
untuk mengamati jalannya pembelajaran melalui pedoman observasi yang
telah dibuat. Pengamatan tidak hanya ditujukan pada kegiatan atau
partisipasi dalam prosespembelajaran, namun juga pada aspek tindakan
guru dalam melaksanakanpembelajaran termasuk suasana kelas pada
setiap pertemuan.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPA dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan
pertama, suasana kelas belum tertib karena ada beberapa siswa yang masih
di luar kelas meskipun jam pelajaran sudah mulai. Pada saat
berlangsungnya pembelajaran belum berjalan begitu maksimal karena
siswa bingung dengan model pembelajaran yang digunakan guru dalam
pembelajaran. Dan dalam guru mengajukan pertanyaan siswa masih
terlihat ragu-ragu.pada saat diskusi siswa masih belum mengerti masih
membutuhkan bimbingan dari guru. Pada pertemuan kedua keadaan kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sudah lebih baik dari pertemuan pertama. Siswa sudah mulai disiplin dan
sudah mulai mengerti tentang model pembelajaran NHT yang digunakan.
Dalam penjelasan guru siswa sudah lebih berani menjawab walaupun
masih ada yang malu-malu. Pada proses diskusi siswa sudah bisa mandiri
tanpa bantuan guru dan saat ada kelompok yang maju membacakan hasil
diskusinya juga masih banyak siswa yang tidak memperhatikan, dan juga
baru sedikit sekali siswa yang berani menungkapkan pendapat di depan
kelas untuk mengajukan pertanyaan juga tampak kebanyakan siswa masih
terlihat malu-malu.
Selain mengamati aktivitas siswa, observer juga mengamati aktivitas
guru dalam pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pada saat persiapan pembelajaran guru sudah baik mempersiapakan
alat dan dan bahan ajar yang akan disamapaikan
b) Dalam membuka pelajaran sudah sangat baik guru sudah melakukan
absensi dan menyampaikan tujuan pembelajaran akan tetapi guru
belum memberikan motivasi yang bisa membuat siswa lebih semangat
dalam pembelajaran.
c) Kejelasan dan sistematika dalam menyampikan materi sudah baik,
guru agak terlihat gugup sehingga penguasaan materi yang
disampikan pada siswa belum begitu maksimal.
d) Ketepatan dalam menggunakan strategi pembelajaran sudah baik
e) Ketepatan dan daya tarik model pembelajaran sudah baik,
f) Guru sudah sudah sangat baik dalam menunjukan hubungan antar
pribadi yang kondusif dengan berkata yang baik dan sopan pada
siswa.
g) Guru sudah bisa untuk membuat siswa aktif, banyak siswa yang
bertanya ataupun mengajukan pendapat.
h) Guru sudah memantau siswa dalam belajar dan diskusi kelompok
i) Guru sudah mengadakan penilaian proses dan hasil belajar dengan
cukup baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
j) Penggunaan bahasa sudah baik akan tetapi karena suasana yang gaduh
jadi suara guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa.
k) Guru sudah sangat baik menutup pelajaran dengan cukup baik.
Rata-rata observasi guru dalam pembelajaran mendapatkan nilai
cukup. Selain observasi guru dan siswa diatas dapat dilihat hasil nilai
penegetahuan siswa dari hasil evaluasi siklus I dan hasil diskusi pada
pertemuan 1 dan pertemuan 2, kedua nilai itu dijumlah dan di rata-rata
sehingga jadi nilai siklus I. Dari hasil siklus 1 (lampiran 12 hal 103) dapat
dibuat daftar distribusi frekuensi pada Tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Pengetahuan Daur Ulang
Sampah Menjadi Kompos Siklus I
Interval Frekuensi Presentase % Keterangan
50 – 59 3 18,75 Tidak tuntas
60 – 69 5 31,25 Tidak tuntas
70 – 79 5 31,25 Tuntas
80 – 89 3 18,75 Tuntas
Jumlah 16 100 -
Ketidaktuntasan = (8:16) x 100% =50%
Ketuntasan klasikal = (8:16) x 100% = 50%
Rata –rata kelas = 69,75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, dapat dibuat diagram batang pada
Gambar 4.5 sebagai berikut :
Gambar 4.5. Diagram Batang Hasil Tes Pengetahuan Daur Ulang
Sampah Menjadi Kompos Siklus 1
Bedasarkan hasil angket motivasi pada siklus pertama dapat diperoleh
hasil sebagai berikut siswa yang mendapat nilai dengan rentan 50 – 59
dengan nilai terendah 53 dan nilai dengan rentan 80 – 89 dengan nilai
tertinggi 87, interval antara 60-69 ada 5 siswa dan interval antara 70 – 79
ada 5 siswa. Berdasarkan diagram batang diatas dapat disimpulkan
peningkatan nilai pengetahuan siswa antara prasiklus dan siklus pertama
sebesar 9,25 dari 60,5 - 69,75 tetapi masih dibawah KKM yaitu 70, jadi
masih akan dilanjutkan dengan siklus yang kedua
4) Refleksi
Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut:
a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran IPA. Hasil evaluasi rata–rata
siswa pada siklus I yaitu 69,75.
3
5 5
3
0
1
2
3
4
5
6
50-59 60-69 70-79 80-89
Frek
uens
i
Interval Nilai
Nilai Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Berdasarkan hasil evaluasi IPA pada siklus I siswa yang memperoleh
nilai < 70 (KKM) ada 8 siswa atau 50% dan siswa yang memperoleh
nilai ≥ 70 (KKM) yaitu 8 siswa atau 8%. Data hasil perkembangan
nilai siswa yang diambil dari tabel diatas dapat dibuat tabel
perkembangan nilai siswa dan dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai
berikut:
Tabel 4.6. Perkembangan Nilai Pengetahuan Daur Ulang Sampah
Menjadi Kompos Prasiklus dan Siklus I
Keterangan Prasiklus Siklus I
Nilai Terendah 40 53
Nilai tertinggi 80 86
Rata- rata nilai 60,5 69,75
Ketuntasan Klasikal 31,25% 50%
Dari Tabel 4.6 dapat digambarkan dalam grafik 4.6 sebagai berikut:
40
53
8087
60,569,75
31,25% 50.%0
20
40
60
80
100
Pra Siklus Siklus I
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Nilai Ketuntasan Klasikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Grafik 4.6. Perkembangan Nilai Pengetahuan Daur Ulang Sampah
Menjadi Kompos Prasiklus dan Siklus I
c) Meskipun terjadi peningkatan dalam nilai pengetahuan tentang daur
ulang sampah menjadi kompos, akan tetapi terdapat beberapa
kekurangan dalam pembelajaran yang perlu dicari solusinya.
Permasalahan tersebut antara lain:
(1) Dianalisis dari observasi aktivitas siswa masih kurang, siswa masih
ragu dalam mengajukan pendapat, menjawab pertanyaan dan masih
ramai sendiri
(2) Dianalisis dari observasi guru pada saat pembelajaran yaitu dalam
menggunakan model pembelajaran sudah baik akan tetapi siswa
masih kebingungan atau belum pahan dengan model yang
digunakan guru.
(3) Dianalisis dari penggunaan model pembelajaran NHT masih ada
beberapa yang harus diperbaiki, yaitu dalam pembentukan
kelompok, pengaturan tempat duduk dan nomor kepala.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari
kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yaitu perbaikan
mode pembelajaran kooperatif NHT dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang dilakukan
pada siklus I dikatakan berhasil. Namun, hasil yang diperoleh belum
mencapai hasil yang maksimal dan masih banyak ditemukan kekurangan
pada pelaksanaan tindakan siklus I. Oleh karena itu peneliti melakukan
perbaikan pada siklus selanjutnya, yaitu siklus II.
4. Deskripsi Siklus II
a. Hasil angket motivasi siklus II
Hasil tes angket motivasi pada siklus kedua (lampiran 14 hal 110) dapat
dibuat distribusi frekuensi angket motivasi pada Tabel 4.7 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Angket Motivasi Melestarikan
Lingkungan Pada Siklus II
Interval Frekuensi Presentase % Keterangan
24 – 56 0 0 Rendah
57 – 89 3 18,75 Sedang
90 – 120 13 81,25 Tinggi
Jumlah 16 100
Rata-rata klasikal = 92,4
Berdasarkan data Tabel 4.7 di atas dapat dibuat diagram batang pada
Gambar 4.7 sebagai berikut :
Gambar 4.7. Diagram Batang Motivasi Melestarikan Lingkungan Siklus II
Bedasarkan hasil angket tingkat motivasi pada siklus kedua dapat
diperoleh hasil sebagai berikut rentan 24-56 ada 0 siswa, rentan 57 – 89 ada
3 siswa dan interval antara 90 – 120 ada 13 siswa. Berdasarkan diagram
batang diatas dapat disimpulkan rata-rata kalsikal peningkatan tingkat
0
3
13
02468
101214
24-56 57-89 90-120
Frek
uens
i
Interval
Nilai Angket Motivasi Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
motivasi antara siklus I dan siklus II sebesar 12 dari 80,4 - 92,4. Dapat dibuat
table pengembangan pada Tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8. Perkembangan Motivasi melesterikan Lingkungan
Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Skala Skor Kategori Prasiklus Siklus I Siklus II
24 – 56 Rendah 6 3 0
57 – 89 Sedang 7 8 3
90 – 120 Tinggi 3 5 13
Dari Tabel 4.8 diatas dapat dibuat diagram batang pada Gambar 4.8
sebagai berikut:
Gambar 4.8. Diagram Batang Perkembangan Melestarikan Lingkungan
Psasiklus, Siklus I Dan Siklus II
b. Hasil tindakan siklus II
1) Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT pada siklus I diketahui sudah menunjukkan adanya
6
3
0
78
33
9
13
0
2
4
6
8
10
12
14
Prasiklus Siklus I Siklus II
Rendah Sedang Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peningkatan pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos pada
siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun pelajaran 2013/2014 tetapi
belum maksimal. Hal ini ditunjukkan masih ada 8 siswa yang tidak tuntas
dalam pembelajaran IPA mengenai pengetahuan tentang daur ulang sampah
menjadi kompos. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
guru dalam melaksanakan tinadakan pada siklus II ini sebagai upaya untuk
mengatasi berbagai kekurangan yang ada, yakni sebagai berikut:
a) Perbaikkan strategi pembelajaran dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif NHT, antara lain (1) pembentukan kelompok
lebih diperjelas; (2) aturan main dalam diskusi maupun permainan yang
tegas agar siswa bisa lebih disiplin dab bertanggung jawab, dan (3)
pemberian riward atau penguatan pada siswa yang mampu
berpartisipasi aktif.
Mengingat hasil analisis terhadap unjuk kerja siswa pada siklus I,
sebagian besar siswa masih belum memperhatikan penjelasan guru selama
proses pembelajaran. Meskipun demikian pembelajaran IPA pada siklus I
dikatakan sudah cukup berhasil. Peneliti melakukan langkah-langkah
perencanaan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti dan
guru kelas menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit dan setiap
pertemuannya RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring,
materi pelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, penilaian .
b) Menyusun Lembar Kerja siswa (LKPD) dan lembar evaluasi yang
dapat dilihat pada RPP.
c) Menyiapkan alat peraga yang mendukung pembelajaran seperti bagan
pemerintahan pusat, dapat dilihat pada lampiran dokumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Membuat lembar observasi guru dan siswa dapat dilihat pada lampiran
dan lampiran
2) Tahap Pelaksanaan / Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ini, peneliti yang berkolaborasi dengan
guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe. Peneliti disini
masih bertindak sebagai pengajar dan guru sebagai observer atau
pengamat.
a) Pertemuan Pertama
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada tanggal 15 April 2014. Pada
pertemuan itu siswa mempelajari tentang sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui dan pengolahan sampah.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama-sama kemudian
dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Sebagai apersepsi dalam
pembelajaran guru bertanya jawab dengan siswa untuk mengingat
kembali tentang sumber daya alam dan bagaimana mengolah sumberdaya
alam dengan baik. Kemudian, guru menjelaskan kepada siswa tentang
tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan tersebut.
Sama dengan siklus I, pada siklus II sejak awal kegiatan pendahuluan
sudah dimulai dengan media audio visual untuk menyampaikan materi
yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode yang
disesuaikan dengan media dan model pembelajaran NHT yang
diterapkan, yaitu dengan menggunakan metode ceramah bervariasi,
Tanya jawab, diskusi dan penugasan. Dalam kegiatan inti siswa
menyimak materi yang disampaikan guru menggunakan media audio
visual. Setelah selesai menjelaskan, guru memberikan pertanyaan kepada
siswa tentang materi yang baru saja dibahas. Dalam menyampaikan
materi guru juga menampilkan video yang berupa film dokumenter. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menampilkan video secara berulang agar siswa lebih mengerti.
Selanjutnya siswa dibagi menjadi 4 kelompok dngan menggunakan
sistem undian untuk melakukan diskusi kelompok. Siswa diminta
mendiskusikan bagaimana pengolahan sumber daya alam yang baik.
Setelah selesai berdiskusi, guru menunjuk salah satu anak dalam setian
kelompok sesuai nomor kepala yang ditunjuk guru. Siswa yang ditunjuk
guru maju kedepan dan menyampaikan hasil diskusi dengan
kelompoknya. Setelah diskusi selesai guru bersama siswa mengevaluasi
hasil diskusi dari masing-masing kelompok. Kemuadian guru
memberikan umpan balik yang positif kepada siswa.
Pada kegiatan akhir guru membimbing siswa menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilakukan.Siswa mengerjakan sial atau tes
individu. Siswa menyimak penjelasan dari guru tentang materi
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, yaitu
perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan Jepang. Guru menutup
pembelajaran dengan mengucap salam penutup.
b) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 17 April 2014. Pada
pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan melanjutkan
materi yangtelah lalu, yaitu tentang pengolahan sampah menjadi kompos.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan
kedua dalam pelaksanaan tindakan siklus II sama halnya dengan
pertemuan pertama yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal dimulai dengan guru membuka pelajaran dengan salam,
dilanjutkan dengan guru mengkondisikan kelas dan memeriksa kesiapan
siswa. Guru melakukan apersepsi tentang materi yang lalu dengan tanya
jawab tentang materi yang lalu. Setelah itu guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang dilaksanakan dalam pertemuan tersebut.
Kegiatan inti diawali dilakukan dengan menggunakan metode yang
sama dengan pertemuan ke-1 yaitu menggunakan metode ceramah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bervariasi, Tanya jawab, diskusi diluar kelas. Dalam kegiatan inti siswa
menyimak penjelasan dari guru tentang bagai mana mendaur ulang
sampah yang baik baik sampah organic dan sampah anorganik, dalam
penjelasannya guru menyampaikan dengan menampilkan sebuat video
yang berisi tentang macam-macam daur ulang sampah. Setelah selesai
menjelaskan, guru membentuk kelompok secara heterogen menjadi 4
kelompok yang beranggotakan 4 orang siswa. Dalam pertemuan kali ini
guru mengajak siswa belajar diluar ruangan karena dimana guru dan
siswa akam memperaktekkan bagaimana mendaur ulang sampah menjadi
kompos. Dalam proses pembuatan kompos guru menjelaskan secara urut
dan siswa menyimak, memperhatikan dan mencatatnya. Dalam
pembuatan kompos memberikan kesemptan kepada siswa selalu aktif,
siswa mempraktikkan cara pembuatan kompos sesuai urutan yang telah
dijelaskan oleh guru, guru mengamati setiap kelompok, setelah selesai
siwwa kembali ke kelas. Setelah di dalam ruangan guru bertanya jawab
tentang kesulitan siswa dalam pembuatan kompos. Setelah diskusi selesai
guru bersama siswa mengevaluasi hasil diskusi dari masing-masing
kelompok. Kemuadian guru memberikan umpan balik yang positif
kepada siswa.
Kegiatan akhir di siklus II ini dipergunakan untuk mengevaluasi
secara individu apakah siswa sudah menguasai atau belum tentang materi
yang sudah dipelajari. Guru melakukan evaluasi pembelajaran dengan
membagikan soal dan lembar jawab kepada siswa. Setelah selesai, Guru
mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, dan melakukan refleksi pada siswa
serta memberi tindak lanjut dengan mengingatkan siswa supaya rajin
belajar dan meningkatkan aktivitas dalam belajar. Guru menutup
pelajaran dengan mengucapkan salam.
3) Tahap pengamatan/ observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengamatan atau observasi di siklus II ini dilakukan dengan teknik
dan pedoman yang sama dengan pengamatan atau observasi pada siklus
I, pengamatan tindakan dilakukan oleh observer pada saatberlangsungnya
kegiatan pembelajaran IPA tentang pengetahuan mendaur ulang sampah
menjadi kompos. Pengamatan ini difokuskan pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran yaitu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa, selama
proses pembelajaran berlangsung yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat bantuberupa lembar observasi aktivitas guru, aktivitas
siswa dan dokumentasi. Observasi ini digunakan sebagai dasar tahap
refleksi siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi selama pembelajaran
berlangsung, diperoleh gambaran tentang aktivitas siswa dalam
pembelajaran dengan rincian sebagai berikut: Pada pertemuan pertama,
suasana kelas sudah cukup tertib siswa antusias dan semangat sebelum
pembelajaran dimulai. Saat pembelajaran berlangsung siswa sudah
menyimak dengan baik, sudah berani mengajukan pendapat dan dalam
menjawab pertanyaan antusias siswa juga sudah menunjukkan aktif,
pada saat siswa sudah bersikap tanggung jawab dn disiplin.
Pada pertemuan kedua keadaan kelas sudah lebih baik dari
pertemuan pertama.Kegiatan pembelajaran hampir sama pada pertemuan
1 siklus II, dari keseluruhan siswa sudah tampak aktif, baik dalam
mengajukan pendapat, menjawab pertanyaan maupun pada saat diskusi
berlangsung.
Selain mengamati aktivitas siswa, observer juga mengamati aktivitas
guru dalam pembelajaran. Dari aktivitas guru dalam pembelajaran dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Pada saat persiapan pembelajaran guru sudah baik mempersiapakan
alat dan dan bahan ajar yang akan disamapaikan
b) Dalam membuka pelajaran sudah baik guru sudah melakukan
absensi dan menyampaikan tujuan pembelajaran akan tetapi guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belum memberikan motivasi yang bisa membuat siswa lebih
semangat dalam pembelajaran.
c) Kejelasan dan sistematika dalam menyampikan materi sudah baik,
guru sudah tidak terlihat gugup sehingga penguasaan materi yang
disampikan pada siswa sudah baik.
d) Ketepatan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif
NHT sudah baik.
e) Ketepatan dan daya tarik model pembelajaran cukup baik,
f) Guru sudah baik dalam menunjukan hubungan antar pribadi yang
kondusif dengan berkata yang baik dan sopan pada siswa.
g) Guru cukup bisa untuk membuat siswa aktif karena masih banyak
siswa yang bertanya ataupun mengajukan pendapat.
h) Guru sudah memantau siswa dalam belajar dan diskusi kelompok
i) Guru sudah mengadakan penilaian proses dan hasil belajar dengan
cukup baik
j) Penggunaan bahasa sudah baik akan tetapi karena suasana yang
gaduh jadi suara guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa.
k) Guru sudah menutup pelajaran dengan cukup baik.
Rata-rata observasi guru dalam pembelajaran mendapatkan nilai
baik. Selain observasi guru dan siswa diatas dapat dilihat hasil nilai
penguasaan konsep siswa dari hasil evaluasi siklus II dan hasil diskusi
pada pertemuan 1 dan pertemuan 2, ketiga nilai itu dijumlah dan di rata-
rata sehingga jadi nilai siklus II. Hasil tes siswa pada siklus kedua
(lampiran 15 hal 111) dapat dibuat distribusi frekuensi pada Tabel 4.9
sebagai berikut:
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Pengetahuan Daur Ulang
Sampah Menjadi Kompos Siklus II
Interval Frekuensi Presentase % Keterangan
60 – 69 2 12,5 Tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70 – 79 7 43,75 Tuntas
80 – 89 6 37,5 Tuntas
90 – 99 1 6,25 Tuntas
Jumlah 16 100 -
Ketidaktuntasan = (2:16) x 100% =12,5%
Ketuntasan klasikal = (14:16) x 100% = 87,5%
Rata –rata kelas = 77,7
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dapat dibuat diagram batang pada
Gambar 4.9 sebagai berikut :
Gambar 4.9. Diagram Batang Hasil Tes Pengetahuan Daur Ulang
Sampah Menjadi Kompos Siklus 1I
Bedasarkan hasil angket motivasi pada siklus pertama dapat diperoleh
hasil sebagai berikut siswa yang mendapat nilai dengan rentan 60-69
dengan nilai terendah 64 dan nilai dengan rentan 90-99 dengan nilai
tertinggi 90, interval antara 70-79 ada 7 siswa dan interval 80-89 ada 6
siswa. Berdasarkan diagram batang diatas dapat disimpulkan nilai rata-rata
2
76
1
012345678
60-69 70-79 80-89 90-99
Frek
uens
i
Interval Nilai
Nilai Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tes siswa pada siklus kedua adalah 77,7. Peningkatan nilai pengetahuan
siswa antara siklus I dan siklus II sebesar 7,95 dari 69,75-77,7. Dengan
perolehan nilai rata-rata sudah diatas KKM yaitu 70 maka peneliti
menindak lanjuti sampai pada siklus II.
4) Refleksi
Analisis hasil tindakan siklus II direfleksi sesuai dengan proses
pembelajaran yang dilakukan. Data yang diperoleh melalui observasi
dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi
sebagai berikut:
a) Seluruh siswa mengikuti pembelajaran IPA. Hasil evaluasi rata–rata
IPA siswa pada siklus II yaitu 77,5.
b) Berdasarkan hasil evaluasi IPA pada siklus II siswa yang memperoleh
nilai <70 (KKM) ada 2 anak atau 12,5 % dan siswa yang memperoleh
nilai ≥70 (KKM) yaitu 14 siswa atau 87,5%. Data hasil perkembangan
nilai siswa yang berisi nilai siswa pada siklus I dan siklus II dapat
dibuat tabel perkembangan siswa dan dapat dilihat pada Tabel 4.10
sebagai berikut:
Tabel 4.10. Perkembangan Pengetahuan Daur Ulang Sampah
Menjadi Kompos Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Keterangan Prasiklus Sikus I Siklus II
Nilai Terendah 40 53 64
Nilai Tertinggi 80 86 90
Rata-Rata Klasikal 60,5 69,75 77,7
Ketuntasan Klasikal 31,25% 50% 87,5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari Tabel 4.10 dapat digambarkan dalam grafik 4.10. sebagai berikut:
Grafik 4.10. Perkembangan Pengetahuan Daur Ulang Sampah
Menjadi Kompos Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
c) Nilai terendah yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu 40 pada siklus
II naik 53 dan pada siswa yang sama yang mendapat nilai terendah itu.
Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 86 pada
siklus II naik menjadi 90.
d) Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada siklus I
sebesar 69,75 pada siklus II naik menjadi 77,7.
e) Untuk ketuntasan belajar siswa pada siklus I adalah 50% dan pada
siklus II 87,5% setelah dilakukan refleksi terdapat 2 siswa yang tidak
tuntas (nilai ulangan dibawah 70), namun secara keseluruhan sudah
meningkat bila dilihat dari prosentase ketuntasan siswa pada siklus II.
Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan melihat hasil evaluasi yang
diperoleh pada masing-masing pertemuan, maka pembelajaran IPA tentang
pengetahuan daur ulang sampah menjadi kompos menggunakan model
pembelajarn kooperatif NHT pada siklus II sudah berhasil karena sudah
mencapai target pencapaian sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus
40
53
64
8086 90
60,569,75
77,7
31,25% 50% 87,50%0
102030405060708090
100
prasiklus siklus I siklus II
nilai terendah nilai tertinggi rara-rata nilai ketuntasan klasikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan
pengetahuan daur ulang sampah menjadi kompos siswa kelas V SD N 2
Kedunglengkong Tahun ajaran 2013/2014.
5. Antar Siklus
Dengan melihat hasil penelitian di atas, dapat dijelaskan perhitungan rata-
rata nilai motivasi dan evaluasi mata pelajaran IPA tentang pengetahuan
mendaur ulang sampah menjadi kompos siswa kelas V SD N 2
Kedunglengkong, Simo , Boyolali. Peningkatan terlihat dari Pretes dan setelah
tindakan yaitu siklus I dan siklus II yang masing-masing terdiri dari 2
pertemuan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai berikut:
Tabel 4.11. Nilai Rata-Rata dan Prosentase Ketuntasan Klasikal Pretes,
Siklus I, dan Siklus II
Kriteria
Ketuntasan
Minimal
(KKM)
Nilai Rata-Rata Prosentase (%)
Pra
Siklus
Siklus
I
Siklus
II
Pra
Siklus
Siklus
I
Siklus
II
70 60,5 69,75 77,7 31,25 50 87,5
Dari Tabel 4.11 diatas dapat dibuat diagram batang pada Gambar 4.11
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 4.11 Diagram Batang Peningkatan Nilai Rata-Rata Pengetahuan
Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos Setiap Siklus
Berdasarkan perhitungan nilai rata-rata pada tabel 7 dan Grafik 5 di atas,
siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (KKM) menunjukkan adanya peningkatan.
Pretes nilai rata-rata hanya mencapai 60,3 dengan prosentase ketuntasan
klasikal 31,25%, pada siklus I bisa meningkat menjadi 69,75 dengan
prosentase ketuntasan klasikal 50% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi
77,7 dengan prosentase ketuntasan klasikal 87,5%. Hal ini merefleksikan
bahwa pengggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pelajaran
IPA kelas V dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya
peningkatan.
Selain dari hasil tes, hasil observasi terhadap kinerja guru dan siswa secara
klasikal juga mengalami peningkatan. Secara jelas, berikut adalah hasil nilai
observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada Tabel 4.12 sebagai berikut (lampiran 18 hal 117 dan
lampiran 21 hal 123).
Tabel 4.12. Nilai Rata-Rata Hasil Observasi Kinerja Guru Dan Aktivitas
Siswa Selama Pembelajaran Tiap Siklus
Observasi Kinerja Guru Observasi Aktivitas Siswa
60,5
31,25
69,75
50
77,787,5
0
20
40
60
80
100
Nilai rata-rata Prosentase %
Prasiklus Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
3,18 ( cukup ) 3,59 ( baik ) 2,9 ( cukup ) 3,5 ( baik )
Dari Tabel 4.12 di atas terlihat bahwa kinerja guru pada siklus I hanya
mendapat nilai 3,18 yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 3,59.
Sedangkan aktivitas siswa yang semula hanya 2,9 meningkat menjadi 3,5. Hal
ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa selama
pembelajaran IPA berlangsung pada siklus I dan siklus II. Dari tabel 8 terlihat
adanya peningkatan pada kinerja guru dan aktivitas siswa. Walaupun
peningkatannya tidak terlalu drastis, peneliti yakin jika penelitian ini
dilaksanakan dalam jangka waktu yang cukup lama secara terus menerus akan
memperlihatkan hasil yang signifikan. Mengingat bahwa dalam penelitian ini,
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan hanya empat kali pertemuan.
B. PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini ditemukan hambatan-hambatan pada masing-masing
siklus yang berbeda-beda, diantaranya: hambatan yang dijumpai pada siklus I
yaitu daya tarik model pembelajaran masih kurang, materi yang masih masih
banyak atau tidak langsung pada poin-poinnya, sehingga membuat siswa cepat
bosan dan kurang maksimal dalam menyerap materi. Siswa sudah bosan
menjadi tidak memperhatikan dan kurang disiplin. Upaya untuk mengatasi
hambatan yang ada pada siklus I yang disempurnakan pada siklus II yaitu
perbaikan model pembelajaran antara lain: (a) ceramah bervariasi diselingi
dengan video, tetapi tetap di sesuaikan dengan materi; (b) ditambah
menggunakan permainan yang menarik siswa, dan (c) tampilan materi yang
lebih ringkas tanpa mengurangi inti dari materi. Selain itu, juga dilakukan
perbaikan strategi pembelajaran dalam penggunaan media yaitu pemberian
reward atau penguatan bagi siswa yang mampu berpartisipasi aktif.
Pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berarti. Dengan dilakukan perbaikan-perbaikan tersebut ternyata bisa
mengatasi kendala yang terjadi pada siklus I dan dapat meningkatkan nilai
pengetahuan siswa. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru
kelas (lihat lampiran 3 hal 85) pengetahuan siswa sebelum menggunakan
model pembelajaran NHT sudah cukup baik, tetapi siswa yang tuntas hanya
31,25%. Hal itu dikarenakan guru belum menggunakan model pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang maksimal dalam
pengetahuan materi yang diajarkan. Selain itu ketuntasan belajar meningkat,
motivasi melestarikan lingkungan yang dimiliki siswa semakin meningkat,
contohnya siswa sudah mulai tertib membuang sampah ditempat sampah. Hal
ini dikarenakan penggunaan model pembelajaran NHT yang digunakan dapat
mengingkatkan aktivitas belajar siswa, menarik motivasi belajar siswa dan
memeberikan kemudahan untuk menguasai materi karena penyajiannya yang
menarik dan menyenangkan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan dan pengetahuan tentang daur
ulang sampah menjadi kompos pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong,
Simo, Boyolali yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Hal ini terjadi karena penggunaan model pembelajaran NHT dapat
menjadikan pembelajaran IPA tentang pengetahuan daur ulang sampah
menjadi kompos menjadi lebih menyenangkan sehingga dapat memotivasi siwa
dan pengetahuan siswa meningkat. Jadi pembelajaran dengan penggunaan
model pembelajaran NHT dapat meningkatkan motivasi melestarikan
lingkungan dan pengetahuan mendaur ulang sampah menjadi kompos pada
siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun 2013/2014.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V SIMPULAN , IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan
motivasi melestarikan lingkungan melalui model kooperatif Numbered Heads
Together pada siswa kelas V SD Negeri 2 Kedunglengkong tahun
2013/2014. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya
tingkat motivasi tinggi siswa pada setiap siklusnya, yaitu pada tindakan
prasiklus rata-rata tingkat motivasi siswa sebesar 70, pada siklus I tingkat
motivasi siswa sebesar 80,4 dan pada siklus II tingkat motivasi siswa sebesar
92,4. Tingkat motivasi tinggi siswa pada prasiklus sebanyak 3 siswa atau
18,75%. Pada siklus I sebanyak 8 siswa atau 50%. Sedangkan pada siklus II
sebanyak 13 siswa atau 81,25%. Hal ini menunjukkan peningkatan dari
prasiklus kesiklus I sebesar 10,4%, peningkatan dari siklus I kesiklus II
sebesar 12%, dan peningkatan ketuntasan dari prasiklus sampai siklus II
sebesar 22%. Dengan demikian, secara klasikal pembelajaran telah mencapai
ketuntasan belajar yang ditargetkan.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan
Pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos melalui model
kooperatif numbered heads together pada siswa kelas V SD Negeri 2
Kedunglengkong tahun ajaran 2013/2014. Peningkatan tersebut dapat
dibuktikan dengan meningkatnya pengetahuan tentang daur ulang sampah
menjadi kompos pada setiap siklusnya, yaitu pada tindakan prasiklus rata-rata
pengetahuan tentang daur ulang siswa sebesar 60,3, pada siklus I pengetahuan
tentang daur ulang siswa sebesar 69,75 dan pada siklus pengetahuan tentang
daur ulang siswa sebesar 77,7. Pengetahuan tentang daur ulang sampah
menjadi kompos pada prasiklus sebanyak 5 siswa atau 31,25%. Pada siklus I
sebanyak 8 siswa atau 50%. Sedangkan pada siklus II sebanyak 13 siswa atau
81,25%. Hal ini menunjukkan peningkatan dari prasiklus kesiklus I sebesar
18,75%, peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 31,25%, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peningkatan ketuntasan dari prasiklus sampai siklus II sebesar 50%. Dengan
demikian, secara klasikal pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar
yang ditargetkan.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka implikasi yang didapa tdari
penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif NHT dapat meningkatkan motivasi
melestarikan lingkungan dan pengetahuan tentang daur ulang sampah
menjadi komopos pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong. Hasil
penelitian tersebut dapat ditinjau dari hal-hal berikut:
Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model
pembelajaran yang tepat agar siswa mampu memahami pengetahuan dalam
pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajara koopertif NHT dapat meningkatkan motivasi dan pengetahuan
tentang daur ulang sampah menjadi kompos, karena penggunaan model
pembelajaran koopertif NHT dalam pembelajaran memungkinkan terjadinya
interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, suasana
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, dan aktivitas belajar siswa
dapat ditingkatkan.
Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi dan penguatan positif
pada siswa juga sangat penting. Pemberian motivasi dapat merangsang
antusiasme belajar siswa, sehingga pesertadidik mempunyai keinginan untuk
belajar dan aktif dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang proses
pembelajaran. Motivasi dapat ditanamkan pada diri siswa dengan
memberikan latihan-latihan, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam proses pembelajaran dan memberikan penguatan yang positif terhadap
keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk memilih model
pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran sehubungan dengan tujuan yang harus dicapai oleh siswa SD N
2 Kedunglengkong.
Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah sejenis yang pada
umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi
dalam pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran koopertif NHT
sebisa mungkin harus bias di atasi. Oleh karena itu,semua aspek baik dari
guru maupun siswa harus diperhatikan agar mendukung keberhasilan suatu
pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan hasil dari simpulan dan implikasi di atas maka dapat diberikan saran saran sebagai berikut : 1. Saran Bagi Guru
a. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif NHT dalam
pembelajaran IPA. Guru juga harus mampu untuk mencari dan
menerapkan model-model yang lain yang lebih inovatif lagi untuk dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran IPA khususnya pada kompetensi
dasar sejarah terbentuknya bumi.
b. Guru harus bisa memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah dimiliki
dan disediakan oleh sekolah untuk dapat digunakan sebagai media dalam
proses pembelajara IPA, seperti LCD.
c. Guru harus mampu dan selalu untuk memotivasi siswa dengan cara
memberikan penghargaan (reward) berupa pujian, tepuk tangan, atau
hadiah barang kepada siswa yang mampu melaksanakan tugas dengan baik
sehingga menambah semangat belajar siswa. Guru juga harus selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memberikan perhatian, semangat, bimbingan kepada siswa yang masih
tertinggal.
d. Guru disarankan untuk dapat selalu memberitahukan SK, KD, indikator,
tujuan penilaian yang akan dilakukan sehingga siswa mengetahui apa uang
harus mereka kerjakan pada saat proses pembelajaran nantinya.
e. Guru juga disarankan untuk dapat selalu melaksanakan kegiatan refleksi
agar segera diketahui kekurangan dan kelebihan dalam kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan sehingga dapat dilakukan perbaikan
pada pertemuan berikutnya.
2. Saran Bagi Siswa
a. Siswa disarankan untuk berlatih membuat NHT untuk kompetensi dasar
yang lain dalam pelajaran IPA, dengan harapan siswa akan lebih banyak
membaca dan mengembangkan pemahaman serta mempermudah dalam
proses pemahaman materi pelajaran IPA.
b. Siswa perlu belajar lebih giat lagi dan lebih banyak untuk mencari
referensi di internet dan media massa terkait dengan informasi informasi
yang terbaru tentang IPA, agar supaya wawasan siswa tentang IPA lebih
luas dan tidak tertinggal informasi informasi yang terbaru.
3. Saran Bagi Peneliti Lain
Karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, penelitian ini tentunya masih
banyak terdapat kekurangan kekurangan dan kekeliruan kekeliruan yang
sangat perlu untuk disempurnakan lagi. Oleh karena itu kepada peneliti lain
disarankan untuk dapat menyempurnakan dan melakukan penelitian lanjut
yang sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press. Apriadji, Wied Harry.2005. Memproses Sampah. Jakarta: penebar swadaya. Arends, R.I. (1997), Classroom Structure and Management. Newyork: McGraw
Hill Companies, Inc. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. Aunurrahman (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Darsono, Max. dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press. Dimyati.mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Djamarah, Syaiful Bahri .2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. (2003). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah. 2006. Teori Motivasi Dan Pengukurannya. Jakarta : PT Bumi Aksara. Haydon, Maheady, & Hunter (2010). Effect Of Nimbered Heads Together on the
Daily Quiz Scores and On-Task Behavior of Students with Disabilities. Diperoleh 10 Mei 2013, dari link.springer.com/content/pdf/ 10.1007%2Fs10864-010-9108-3
Hendra, AW. 2008. Konsep Pengetahuan. Yogyakarta.: Mitra Cendikia Press Huda, M. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni (2010). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Lie, A. (2005). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Nasution, Noehi.1993.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Depdikbud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman,A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:Grafindo. Siagian, P. Sondang.2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta Slavin,R.E (2008). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Terj. Samosir, M.
Jakarta: Indeks Sugiyanto. (2009). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13. Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suwandi S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah.
Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Suwarno & Hotimah. (2009). Serba Tahu Tentang SAINS Ilmu Pengetahuan
Alam. Yogyakarta: Tugu Publiser. Tim Penulis PS. 2011. Penanganan Dan Pengelolaan Sampah. Jakarta: Penebar
Swadaya. Trianto (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara W.S Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grafindo. Yahya, N. & Huie K. (2002). Reaching English Language Learner trough
Cooperative Learning. The Internet Tesl Journal Vol.VIII No.3. Diperoleh 30 April 2013 dari http://itesrj.org/
http://nasih.wordpress.com/2011/05/15/pengelolaan-sampah-yang-ramah-
lingkungan-di-sekolah-2/ http://uciataripgsdipab.blogspot.com/2012/12/praktikum-plh-untuk-sd-daur-
ulang.html http://ipakita-sains.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-limbah-dan-daur-ulang.html
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user