Upload
buiduong
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
15
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Berdasae hasil pengujian, enkoder HT12E dan
dekoder HT12D telah dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana yang diharapkan. 2. Berdasar hasil pengujian, terlihat bahwa data yang
dikirim TLP434A dengan data yang diterima
RLP434A hampir sama, hal ini menunjukkan bahwa
TLP434A telah dapat mengirimkan data dan
RLP434A dapat menerima data sesuai dengan yang
diinginkan. Adanya sedikit perbedaan dikarenakan
adanya rugi-rugi derau. 3. Agar komunikasi dapat dilakukan, maka kondisi TE
harus “0” (diketanahkan) karena TE aktif low, bit
alamat antara HT12E dan HT12D harus sama, nilai
Rosc dari HT12D sekitar 50 kali dari Rosc HT12E. 4. Berdasar hasil pengujian, terlihat jika terdapat
ketidakcocokan bit alamat HT12E dan HT12D,
maka komunikasi tidak dapta dilakukan. Dengan
demikian dapat dimanfaatkan untuk menambah
keamanan data yang ditransmisikan.
5.2 Saran
1. Jika diinginkan untuk aplikasi yang membutuhkan
komunikasi jarak yang lebih jauh, dapat digunakan
TLP434 0,5 W yang memiliki daya pancar yang
lebih kuat daripada TLP434A.
2. TLP434 dan RLP434 dapat digunakan pada aplikasi
lain, seperti pada remote kontrol, pembuka garasi
otomatis, sistem alarm mobil dan lain - lain.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Coughlin, F. Robert, Penguat Operasional dan
Rangkaian Terpadu Linear, Diterjemahkan oleh
Herman Widodo S, Erlangga, Jakarta, 1994.
[2] Millman, Halkias, Elektronika Terpadu, Erlangga ,
Jakarta, 1997.
[3] Schwartz, Mischa, Transmisi Informasi, Modulasi
dan Bising, Erlangga, Jakarta, 1986.
[4] Sudjadi, Teori dan Aplikasi Mikrokontroler,
Aplikasi pada Mikrokontroler AT89C51, Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2005.
[5] Setiawan Rachmad, Mikrokontroler MCS-51, Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2006.
[6] Putra, Agfianto Eko, Belajar Mikrokontroler
AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi, Gaya Media,
Yogyakarta, 2002.
[7] Prasetia Ratna & Widodo, Edi Catur, Interfacing
Port Pararel dan Port Serial komputer dengan
Visual Basic 6.0, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004.
[8] …… http://www.nullmodem.com/DB-25.htm.
[9] Malvino, Paul Albert, Prinsip – Prinsip Elektronika
Jilid I, Diterjemahkan oleh Sahat Pakpahan,
Erlangga, Jakarta, 1996.
[10] Wasito, S, Vademekum Elektronika Edisi Kedua, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2001.
[11] Cooper, George, Modern Communications and
Spread Spectrum, McGraw Hill Book Company,
Singapore 1986.
[12] Erwin, Robert M, Pengantar Telekomunikasi, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta, 1986.
[13] …….http://www.electroniclab.com.
BIODATA PENULIS
Bambang Sugiyono, terlahir di kota
Semarang pada tanggal 21 Oktober
1985. Telah menjalani pendidikan
di Taman Kanak-Kanak Budi Luhur
Semarang, Sekolah Dasar Negeri
Kalibanteng Kidul 02, Sekolah
Dasar Negeri Lebdosari 02, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri
19 Semarang, Sekolah Menengah
Umum Negeri 3 Semarang. Dan
sekarang tengah menyelesaikan
pendidikan Strata Satu di Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang,
Indonesia.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I,
Achmad Hidayatno, ST, MT
NIP. 132 137 933
Dosen Pembimbing II,
Yuli Christiyono, ST, MT
NIP. 132 163 660
14
Berdasar pengujian diperoleh hasil sebagai
berikut : Tabel 8 Pengujian sistem keseluruhan
* kondisi 0 pada S1, SW1, SW2, SW3 adalah kondisi saat saklar
dihubungkan(ditekan), kondisi 1 adalah saat saklar terbuka (dilepas).
Berdasar Tabel 8 pada nomor 6 sampai 10
terlihat kondisi LED semuanya mati, hal ini disebabkan
karena kondisi SW2 dan SW3 yang berbeda. Maka dapat
disimpulkan bahwa jika bit alamat dari HT12E dan
HT12D berbeda, komunikasi tidak dapat terjadi karena
jika pada HT12D mendeteksi bit alamat yang tidak sesuai
dengan bit alamat yang dimilikinya, pengkodean berhenti
pada HT12D sehingga LED tidak menerima tegangan
atau mati. Sedangkan pada nomor 11 sampai 18 kondisi
LED semuanya juga mati, dengan nilai S1(TE) pada
kondisi “1”. Hal ini terjadi karena saklar TE merupakan
pengontrol apakah data yang telah dikodekan HT12E
akan ditransmisikan atau tidak dan TE bersifat aktif low,
sehingga aktif jika diberikan kondisi “0” atau saklar
dalam posisi diketanahkan. Dari pengujian yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa yang
mempengaruhi komunikasi ini dapat dilakukan adalah
kondisi TE harus “0”, bit alamat antara HT12E dan
HT12D harus sama, nilai Rosc dari HT12E sekitar 50
kali dari Rosc HT12D. Jarak antara pemancar dan
penerima tidak lebih dari 110 m.
Kondisi Kondisi LED No.
S1 SW1 SW2 SW3 1 2 3 4
1 0 0000 00000000 00000000 mati mati mati mati
2 0 0100 00000000 00000000 mati hidup mati mati
3 0 0011 00000000 00000000 mati mati hidup hidup
4 0 1011 00000000 00000000 hidup mati hidup hidup
5 0 1111 00000000 00000000 hidup hidup hidup hidup
6 0 0000 00000000 00000001 mati mati mati mati
7 0 0100 00000000 01000000 mati mati mati mati
8 0 0011 00000000 00000010 mati mati mati mati
9 0 1011 00000000 00000100 mati mati mati mati
10 0 1111 00000000 00001000 mati mati mati mati
11 1 0000 00000000 00000000 mati mati mati mati
12 1 0100 11111111 11111111 mati mati mati mati
13 1 0011 00001111 00001111 mati mati mati mati
14 1 0101 10101010 10101010 mati mati mati mati
15 1 1000 00000000 10101010 mati mati mati mati
16 1 1010 11111111 00001111 mati mati mati mati
17 1 1011 00001111 11111111 mati mati mati mati
18 1 1111 10101010 00000000 mati mati mati mati
13
Tabel 6 Pengukuran tegangan sebelum rangkaian transistor
Berdasar Tabel 6 terlihat bahwa nilai tegangan
paralel besarnya rata-rata 5 volt untuk data ‘1’,
sedangkan pada Tabel 6 besarnya merupakan pembagian
secara merata dari tegangan serialnya. Hal ini terjadi
karena transistor yang berfungsi sebagai penguat dengan
penguatan yang besarnya adalah sebagai berikut :
Av = Vo/Vi
Dengan Av adalah penguatan tegangan
Vo adalah tegangan masukan
Vi adalah tegangan keluaran
Maka untuk data urut ke-2 nilai Av
Av = Vo/Vi = 5/1,515 = 3,3 kali Tabel 7 Pengukuran penguatan tegangan
Berdasar Tabel 7 di atas terlihat pada data 0001
terjadi penguatan sebesar 3,30 kali, lalu saat data 0101
terjadi penguatan rata-rata 6,3 kali. Pada data 1101
penguatan rata-rata sebesar 9,1 kali dan data 1111
penguatan sebesar 11,8 kali. Maka dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak jumlah alat yang dikendalikan,
maka semakin besar penguatan yang dibutuhkan dan
penguatan dibatasi hingga level tegangan 5 volt.
4.8 Pengujian sistem keseluruhan
Pengujian sistem secara keseluruhan dilakukan
setelah masing-masing blok diuji terlebih dahulu. Berikut
ini adalah gambar pengujian sistem secara keseluruhan.
Gambar 34 Rangkaian Pemancar
Gambar 35 Rangkaian Penerima
Tegangan paralel (V)
No. Data
Tegang
-an
serial
(V) 1 2 3 4
1 0 0 0 0 1,447 0,0001 0 0 0
2 0 0 0 1 1,516 0 0 0 1,515
3 0 0 1 0 1,514 0 0 1,512 0
4 0 0 1 1 1,580 0 0,0001 0,787 0,790
5 0 1 0 0 1,516 0 1,516 0 0
6 0 1 0 1 1,584 0 0,791 0 0,790
7 0 1 1 0 1,580 0 0,788 0,789 0
8 0 1 1 1 1,650 0 0,562 0,551 0,540
9 1 0 0 0 1,500 1,499 0 0 0
10 1 0 0 1 1,583 0,786 0 0 0,791
11 1 0 1 0 1,585 0,793 0 0,789 0
12 1 0 1 1 1,652 0,550 0 0,550 0,550
13 1 1 0 0 1,583 0,790 0,788 0 0
14 1 1 0 1 1,650 0,550 0,552 0 0,554
15 1 1 1 0 1,652 0,550 0,552 0,551 0
16 1 1 1 1 1,700 0,420 0,421 0,425 0,430
Penguatan (kali) No
. Data
Tega
ngan
serial
(V)
1
1 0000 1,447 0 1 0000 1,447
2 0001 1,516 0 2 0001 1,516
3 0010 1,514 0 3 0010 1,514
4 0011 1,580 0 4 0011 1,580
5 0100 1,516 0 5 0100 1,516
6 0101 1,584 0 6 0101 1,584
7 0110 1,580 0 7 0110 1,580
8 0111 1,650 0 8 0111 1,650
9 1000 1,500 3,34 9 1000 1,500
10 1001 1,583 6,37 10 1001 1,583
11 1010 1,585 6,31 11 1010 1,585
12 1011 1,652 9,11 12 1011 1,652
13 1100 1,583 6,33 13 1100 1,583
14 1101 1,650 9,11 14 1101 1,650
15 1110 1,652 9,11 15 1110 1,652
16 1111 1,700 11,9 16 1111 1,700
12
cara yang lain. Pada kesempatan ini pengujian RLP434A
dilakukan seperti gambar di bawah ini:
CHA CHB
OSILOSKOP
Penerima KeluaranPemancar Sinyal Uji
Gambar 32 Pengujian RLP434A
Pada pengujian ini, RLP434A diuji dengan
beberapa variasi data masukan. Pertama, alamat HT12E
diatur pada kondisi yang sama yaitu 00000000 dan DIP
switch 4 bit yang terhubung dengan HT12E diberikan
masukan dengan urutan data biner 1 1 1 1, maka
seharusnya pada osiloskop juga terlihat urutan data biner
yang sama. Pada osiloskop dapat dilihat hasil seperti ini.
Gambar 33 Hasil pengujian RLP434A dengan masukan 1 1 1 1
Ternyata data yang diterima benar, dengan
demikian RLP434A dapat berfungsi dengan baik
4.5 Pengujian fungsi address dekoder
Pada enkoder HT12E dan dekoder HT12D
terdapat bit address yang berfungsi agar data yang
diterima merupakan data yang dikirim dari pasangan
enkoder dan dekoder yang diinginkan. Dengan demikian,
keamanan data terjamin dari adanya interferensi dari
pihak lain, sehingga data yang diterima dekoder adalah
data yang benar - benar dikirim dari enkoder yang
merupakan pasangan dekoder tersebut. Pengujian
dilakukan dengan mengamati gelombang hasil keluaran
pada HT12D dengan menggunakan osiloskop. Hasil
pengamatan osiloskop dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Hasil pengujian fungsi address data
HT12E HT12D No.
address data address data
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1
3 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0
4 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1
5 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0
6 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1
7 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0
8 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1
9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0
10 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0
11 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0
12 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0
13 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
14 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
15 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
Tabel 3 merupakan pengujian yang dilakukan
dengan variasi bit data dan address, pada pengujian ke-1
hingga ke-8, nilai bit address dari HT12E dan HT12D
sama. Data yang dikirim HT12E dan data yang diterima
HT12D juga sama. Pada pengujian ke-9 hingga ke-16,
nilai address antara HT12E dan HT12D tidak sama
sehingga data yang dikirim HT12E tidak dapat diterima
HT12D dan menunjukkan nilai awal data HT12D yaitu 0
0 0 0. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya
pengaruh terhadap ketidakcocokan address HT12E dan
HT12D, dengan demikian dapat dimanfaatkan
menambah keamanan data yang ditransmisikan.
4.6 Pengujian Jarak
Jarak pancar TLP434A mencapai 100 m, pada
pegujian yang dilakukan pada beberapa tempat, hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4 Pengujian jarak
Berdasar Tabel 4 diketahui bahwa jarak pancar
TLP mencapai sekitar 100 m, hal ini terjadi pada kondisi
yang tidak LOS (Line Of Sight). Jika dilakukan pada
kondisi LOS maka jarak pancar TLP434A dapat
mencapai hingga 130 m.
4.7 Pengujian pengaruh adanya penambahan
transistor
Adanya rangkaian transistor yang dipasang
setelah pin data pada HT12D mempunyai fungsi sebagai
saklar dan penguat tegangan. Hal ini dilakukan karena
pada proses perubahan dari serial ke paralel yang terjadi,
HT12D membagi tegangan serial sehingga perlu adanya
penguatan. Berikut ini data hasil pengukuran tegangan
setelah adanya rangkaian transistor : Tabel 5 Pengukuran tegangan setelah rangkaian transistor
No
. Letak pemancar Letak penerima
Perkiraa
n jarak
Kondisi data
yang diterima
1 Lab. KPS Lab. Kom. 5 m Sesuai
2 Lab. KPS Lab. Elka 6 m Sesuai
3 Lab. KPS Lab. Power 15 m Sesuai
4 Lab. KPS HME 20 m Sesuai
5 Lab. KPS Ruang B.202 5 m Sesuai
6 Lab. KPS Lab Power lt3 12 m Sesuai
7 Lab. KPS luar Pos parkir 108 m Sesuai
8 Pos parkir Lab. KPS 112 m Sesuai
Tegangan paralel (V)
No. Data
Tegang
-an
serial
(V) 1 2 3 4
1 0 0 0 0 1,447 0,0001 0 0 0
2 0 0 0 1 1,516 0 0 0 5
3 0 0 1 0 1,514 0,0001 0 5 0
4 0 0 1 1 1,580 0 0,0001 5 5
5 0 1 0 0 1,516 0 5 0,0001 0,0001
6 0 1 0 1 1,584 0,0002 5 0 5,02
7 0 1 1 0 1,580 0,0002 5 5 0
8 0 1 1 1 1,650 0 5 5 5
9 1 0 0 0 1,500 5 0 0 0
10 1 0 0 1 1,583 5,01 0 0 5
11 1 0 1 0 1,585 5 0 5 0
12 1 0 1 1 1,652 5,01 0 5 5
13 1 1 0 0 1,583 5 5 0 0
14 1 1 0 1 1,650 5 5 0 5,02
15 1 1 1 0 1,652 5,01 5 5 0
16 1 1 1 1 1,700 5 5,01 5 5
11
Tabel 2 Hasil pengujian HT12D
4.3 Pengujian TLP434A
Untuk mengetahui bahwa TLP434A dapat
mengirimkan data dengan baik, maka terlebih dahulu
harus dilakukan pengujian terhadapnya. Cara menguji
modul RF biasanya dapat dilakukan dengan memberikan
logika ‘1’ atau ‘0’ pada modul transmitter, kemudian
gelombang tersebut diterima oleh modul receiver dan
keluarannya juga ‘1’ atau ‘0’ sesuai dengan logika yang
dikirimkan. Pada modul-modul tertentu hal tersebut tidak
dapat dilakukan, karena adanya batas kecepatan minimal
di dalam pengiriman data.
Modul TLP434 tidak dapat diuji dengan cara
memberikan logika 1 atau 0 saja, tetapi harus diberikan
pulsa. Sumber pulsa dapat bermacam - macam antara
lain, dari Function generator, Timer, dan lain-lain.
CHA CHB
OSILOSKOP
Penerima KeluaranPemancar Sinyal Uji
Gambar 29 Pengujian TLP434A dengan RLP434 dan osiloskop
Pada pengujian ini, sinyal uji menggunakan
gelombang kotak dengan dua variasi, yaitu mengunakan
gelombang kotak keluaran HT12E dan yang kedua dari
function generator. Pada osiloskop terlihat gelombang
kotak yang dikirim seperti Gambar 30 dan Gambar 31
menunjukkan gelombang diterima.
(a)
(b)
Gambar 30 Sinyal uji (a)dari HT12E; (b)dari function generator
(a)
(b)
Gambar 31 Sinyal keluaran (a)dari HT12E; (b)dari function generator
Berdasar Gambar 30 dan Gambar 31 terlihat
bentuk gelombang hampir sama, hal ini menunjukkan
bahwa TLP434A telah dapat mengirimkan data sesuai
dengan yang diinginkan. Adanya sedikit perbedaan
dikarenakan adanya rugi-rugi derau.
4.4 Pengujian RLP434A
Sebenarnya pengujian RLP434A juga sudah
teruji seiring dengan pengujian TLP434A dengan
menggunakan osiloskop, namun untuk lebih
menyakinkan, maka dilakukan pengujian lagi dengan
No.
Masukan
HT12E
AD8-AD11
LED 1 LED 2 LED 3 LED 4
1 0 0 0 0 mati mati mati mati
2 0 0 0 1 mati mati mati hidup
3 0 0 1 0 mati mati hidup mati
4 0 0 1 1 mati mati hidup hidup
5 0 1 0 0 mati hidup mati mati
6 0 1 0 1 mati hidup mati hidup
7 0 1 1 0 mati hidup hidup mati
8 0 1 1 1 mati hidup hidup hidup
9 1 0 0 0 hidup mati mati mati
10 1 0 0 1 hidup mati mati hidup
11 1 0 1 0 hidup mati hidup mati
12 1 0 1 1 hidup mati hidup hidup
13 1 1 0 0 hidup hidup mati mati
14 1 1 0 1 hidup hidup mati hidup
15 1 1 1 0 hidup hidup hidup mati
16 1 1 1 1 hidup hidup hidup hidup
10
sampai dengan VDD atau pin dibiarkan terbuka untuk
mendapatkan kondisi high "1". Pin dihubungkan ke
ground untuk mendapatkan kondisi low "0" dan pada
pengujian ini digunakan DIP switch 4 bit yang
dihubungkan ke pin AD8, AD9, AD10, AD11 pada
HT12E sebagai masukan pengkondisi. Kemudian pada
pin DOUT pada HT12E ditinjau keluarannya dengan
menggunakan osiloskop, seperti ditunjukkan pada
gambar di bawah ini :
CHA CHB
OSILOSKOP
Keluaran HT12EDIP Swicth
Gambar 27 Pengujian HT12E
Pada saat DIP switch diatur pada kondisi high
"1" pada pin AD8 sampai dengan AD11 dan pin TE
diketanahkan untuk mendapatkan kondisi “0” karena TE
aktif low, pada osiloskop menunjukkan seperti Gambar
28 berikut :
(a)
(b)
Gambar 28 Alamat=00000000 data=1111 (a) informasi lengkap
(b) informasi tanpa periode pilot
Gambar 28 menunjukkan urutan data yang
dikirimkan mulai dari pertama, AD8 hingga AD11
menunjukkan kondisi masukan pada pin AD8 sampai
dengan AD11 pada kondisi low "1" sedangkan kondisi
alamat pada 00000000. Berdasar Gambar 28 dapat
disimpulkan bahwa dari kondisi masukan yang diberikan
pada DIP switch dengan keluaran HT12E telah sesuai,
maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
enkoder HT12E telah dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana yang diharapkan.
4.2 Pengujian dekoder HT12D
Setelah dilakukan pengujian terhadap enkoder
HT12E maka perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu
pada blok dekoder HT12D. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari kesalahan penerimaan data. Pengujian pada
dekoder ini dilakukan dengan cara memberi masukan
data pada pin AD8, AD9, AD10, AD11 pada HT12E
kemudian dilihat hasil keluaran dari HT12D. Data
masukan berupa tegangan atau pin dibiarkan terbuka
untuk mendapatkan kondisi high "1". Pin dihubungkan
ke ground untuk mendapatkan kondisi low "0" dan pada
pengujian ini digunakan DIP switch 4 bit yang
dihubungkan ke pin AD8, AD9, AD10, AD11 pada
HT12E sebagai masukan pengkondisi. Kemudian pada
pin DOUT pada HT12E langsung dihubungkan dengan pin
DIN pada HT12D, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1
di bawah ini.
Keluaran HT12EDIP Swicth HT12D
DIP Swicth
A0-A7
Gambar 4.5 Pengujian HT12D
Pada saat DIP switch diatur pada kondisi high
"1" pada pin A0 sampai dengan A7 pada LED
menunjukkan seperti Tabel 4.1 berikut :
Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian HT12D.
Pada hasil pengujian yang pertama (pada Tabel 4.1 no.1)
dapat dilihat kondisi masukan pada pin AD8 sampai
dengan AD11 adalah low (0). LED menunjukkan
keadaan mati semua, hal ini berarti data masukan
seharusnya 0 0 0 0, jadi data yang dikirim telah diterima
dengan benar. Pada tabel no.14 DIP switch dikondisikan
memberi masukan dengan urutan dari AD8 hingga AD11
adalah 1 1 0 1 dan terlihat pada tabel bahwa nyala LED
berurutan adalah hidup-hidup-mati-hidup, hal ini
menunjukkan kondisi LEDbila diubah ke biner adalah 1
1 0 1, dengan demikian urutan data yang dikirimkan
pertama mulai dari AD8 hingga AD11 telah diterima
dengan benar. Selanjutnya dapat diketahui bahwa
enkoder HT12D telah dapat berfungsi dengan baik
sebagaimana yang diharapkan dan ketepatan penerimaan
data 100 %, hal ini menunjukkan bahwa dekoder HT12D
merupakan pasangan yang tepat untuk enkoder HT12E.
9
akan tetap sama hingga data yang baru diterima.
Keluaran bit data merupakan data paralel 4 bit yang
nantinya akan digunakan untuk mengendalikan peralatan
listrik rumah.
Data paralel keluaran dari HT12D dapat
langsung dihubungkan ke plant, namun karena
perubahan dari data serial ke paralel terjadi pembagian
tegangan, maka diperlukan rangkaian transistor seperti
Gambar 24.
Gambar 24 Rangakaian transistor sebagai saklar
Dari rangkaian transistor kemudian data dikirim
ke plant dengan rangkaian seperti pada Gambar 25 yang
menggunakan sistem pemutus tegangan dengan transistor
yang digunakan sebagai saklar. Pada saat transistor
mencapai keadaan jenuh, arus akan mengalir dari basis
ke kolektor. Sebaliknya saat transistor mencapai keadaan
cut-off arus mengalir dari basis ke emitter.
Gambar 25 Rangkaian plant
Cara kerja rangkaian di atas adalah blok
penerima meneruskan perintah berupa tegangan 5 volt
atau tegangan 0 volt. Blok rangkaian transistor
mempunyai empat jalur data, empat jalur data ini
terhubung ke masing - masing terminal. Apabila keluaran
dari rangkaian transistor memberikan tegangan 5 volt
maka arus mengalir dari basis ke kolektor dan membuat
emiter dan kolektor menjadi hubung tutup sehingga
terdapat arus mengalir melewati saklar dan
menggerakkan saklar tersebut, menyebabkan saklar yang
mempunyai kondisi awal normally open menjadi close,
sehingga alat elektronik yang terhubung pada saklar
tersebut menjadi hidup.
Berikut ini diagram alir penerima :
mulai
Antena menerima
data terkirim
Plant menampilkan
hasil peralatan yang
difungsikan
Data diterima
RLP434A
RLP434A
mendemodulasi
data
HT12D
mengkodekan
data
Rangkaian transistor
menguatkan tegangan
Data dikirim
ke plant
Bit alamat sudah
sesuai ?
HT12D meninjau
bit alamat
ya
tidak
Plant menampilkan
hasil seperti kondisi
sebelumnya
Gambar 26 Diagram alir penerima
IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM
Setelah sistem nirkabel selesai dibuat
selanjutnya perlu dilakukan pengujian dan analisis untuk
membuktikan bahwa konsep - konsep telah diterapkan
dan sistem dapat berfungsi seperti yang diharapkan.
Pengujian dilakukan pada masing-masing blok yaitu
pengujian HT12E dan HT12D, pengujian pemancar
TLP434A dan bagian penerima RLP434A, jarak yang
dapat dijangkau, analisis fungsi bit alamat sebagai
keamanan, analisis fungsi transistor sebagai penguat.
4.1 Pengujian enkoder HT12E
Sebelum dilakukan pengujian terhadap modul
TLP434A perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu pada
blok enkoder HT12E. Hal ini perlu dilakukan untuk
menghindari adanya kesalahan dalam pengiriman data.
Pengujian blok ini adalah dengan cara memberi masukan
data pada pin AD8, AD9, AD10, AD11 pada HT12E.
Data masukan dapat berupa tegangan sebesar 0,8VDD
8
Gambar 20 Rangkaian blok penerima
3.3.1 RLP434A
Setelah data pancarkan oleh TLP434A, data
mengalami transmisi kemudian untuk memperoleh data
tersebut digunakan rangkaian penerima. RLP434A
merupakan pasangan TLP434A yang dapat digunakan
untuk menerima data yang dikirim TLP434A dan juga
sebagai demodulator digital ASK.
Data diterima oleh antena penerima diteruskan
ke RLP434A melewati pin 8 kemudian data yang
diterima diproses oleh RLP434A dan didemodulasikan
sehingga diperoleh data digital yang selanjutnya akan
dikirimkan ke HT12D untuk proses pendekodean data.
Keluaran RLP434A ini dapat berupa data digital ataupun
linier, namun pada aplikasi ini yang dibutuhkan adalah
keluaran data digital. Konfigurasi pin RLP434A
ditunjukkan Gambar 21.
Pin 1 : pertanahan
Pin 2 : keluaran data digital
Pin 3 : keluaran linier
Pin 4 : vcc
Pin 5 : vcc
1234 5678 Pin 6 : pertanahan
Pin 7 : pertanahan
Pin 8 : antena Gambar 21 RLP434A
Data keluaran dari RLP434A tersebut kemudian
dikirim ke dekoder 12 bit HT12D yang pada akhirnya
diperoleh keluaran data paralel 4 bit yang sebelumnya
dilatch oleh HT12D. selain itu data validasi / dari pin VT
di HT12D yang mengisyaratkan bahwa data yang
diterima sesuai dengan data yang sebelumnya telah
dikodekan oleh HT12E.
3.3.2 Dekoder 12 bit HT12D
HT12D merupakan dekoder yang merupakan
seri CMOS LSIs yang dapat dimanfaatkan untuk sistem
kendali jarak jauh. HT12D dapat mendekodekan
informasi 12 bit yang berisi 8 bit sebagai bit alamat dan 4
bit sebagai bit data.
Pada penerimaan dekoder mengisyaratkan 8 bit
pertama sebagai bit alamat dan 4 bit selanjutnya sebagai
bit data. Sinyal dari pin DIN mengaktifkan oscillator
pada saat mendekodekan bit alamat dan bit data yang
diterima. Dekoder akan meninjau bit alamat yang
diterima 3 kali berturut-turut. Jika kode bit alamat telah
sama dengan bit alamat HT12D, bit data didekodekan,
kemudian pin VT pada kondisi high dan hal ini berarti
data yang diterima sudah tepat.
Gambar 22 Blok Diagram HT12D
Jika kode bit alamat tidak sama, maka kondisi
keluaran tetap sama seperti halnya keluaran sebelumnya,
kemudian HT12D siap menerima data berikutnya dari
RLP434A, kemudian meninjau lagi bit alamat 3 kali
berturut - turut. Data yang baru ditandai dengan adanya
sinyal sinkronisasi, sehingga apabila diterima runtutan
data dengan sinyal sinkronisasi yang baru dari
sebelumnya maka data tersebut merupakan data baru
yang siap diolah dan dikodekan HT12D.
Berikut ini diagram alir dari proses yang terjadi
dalam HT12D :
Gambar 23 Diagram alir HT12D
Bit data yang keluar dari pin Dout sebelumnya
telah dilatch terlebih dahulu sehingga pada keluaran data
7
3.2.1 Enkoder 12 bit HT12E
HT12E mengkodekan informasi yang berisi 8
bit alamat dan 4 bit data. Setiap alamat atau data
masukan diatur dalam kondisi salah satu dari dua kondisi
logika (0 atau 1). Pada saat TE aktif low maka enkoder
ini memulai dengan mentransmisikan sekumpulan 4
word secara berulang. Peredaran ini akan berulang terus
selama TE terjaga pada kondisi low
Berikut ini timing diagram transmisi HT12E
seperti pada Gambar 11.
Gambar 15 Timing diagram transmisi HT12E
Gambar 16 Bentuk gelombang bit data/alamat HT12E
Gambar 16 menunjukkan bentuk gelombang bit
alamat atau data dengan tiap kondisi “1” atau “0”
memiliki periode gelombang 3 kali dari periode fosc.
Status bit alamat atau data dapat diatur high atau low.
Jika TE aktif low enkoder akan memindai dan kemudian
mentransmisikan keadaan dari 12 bit dari bit alamat dan
data secara serial. Pada saat pengiriman informasi, bit-bit
ini ditransmisikan dengan didahului bit untuk
sinkronisasi. Jika Te aktif high maka HT12E berada pada
kondisi standby dengan mengkonsumsi arus kurang dari
1 µA untuk supply sebesar 5 V.
Diagram alir HT12E adalah sebagai berikut :
Gambar 17 Diagram alir HT12E
3.2.2 TLP434A
Setelah data dikodekan oleh HT12E, data
dikirim ke TLP434A melalui pin 2 dari TLP434A.
Konfigurasi pin TLP434A ditunjukkan pada Gambar 18.
Pin 1 : pertanahan
Pin 2 : masukan data
Pin 3 : vcc
1 2 3 4 Pin 4 : antena Gambar 18 TLP434A
Data yang dikirim HT12E ke TLP434A
kemudian dimodulasi ASK dan dipancarkan dengan daya
pancar 14 dBm atau 25,12 mW. Hal ini dapat dilihat dari
kurva di bawah ini yang merupakan kurva hubungan
antara tegangan, arus dan daya pancar TLP434A. Karena
Vdd yang digunakan adalah 5 V, maka daya pancarnya
adalah sekitar 25 mW. Diagram alir Pemancar
Mulai
Data dari
komputer
Dikodekan
HT12E
Dimodulasi
ASK oleh
TLP434A
Dipancarkan
TLP434A
Diarahkan
antena
Ada perubahan data
dari komputer?
Tetap mengirim data
sebelumnya
Ya
Tidak
Gambar 19 Diagram alir pemancar
3.3 Penerima
Sistem penerima yang digunakan pada Tugas
Akhir ini merupakan perpaduan antara HT12D sebagai
dekoder dan modul RLP434A sebagai penerima dan
demodulator ASK (Amplitude Shift Keying). Rangkaian
blok penerima dapat dilihat pada Gambar 20.
6
Tabel 1 Pembagian frekuensi
III PERANCANGAN ALAT
Sistem Nirkabel yang digunakan terdiri dari 2
bagian utama, yaitu : Modul pemancar ASK dan modul
Penerima ASK. Modul pemancar ASK terdiri dari 3
bagian utama, yaitu : enkoder dan TLP434A sebagai
modulator sekaligus pemancar ASK dengan frekuensi
434 MHz. Modul penerima ASK terdiri dari dekoder dan
RLP434A sebagai demodulator sekaligus penerima ASK
434 MHz. adapun diagram untuk sistem nirkabel ini
ditunjukan oleh Gambar 3.1
Komputer Enkoder TLP434A
antena
(a)
(b)
Gambar 13 Blok Diagram Sistem Nirkabel (a).Bagian Pemancar
(b).Bagian Penerima
3.1 Komputer
3.1.1 Pengenalan Ucapan
Perancangan program pengenalan ucapan
sebagai pengaktif peralatan elektronik ini menggunakan
bahasa pemrograman Matlab 7.01. Program ini diawali
dengan perekaman dan penyimpanan basisdata terlebih
dahulu. Basisdata utama sendiri terdiri dari dua buah
basisdata yaitu basisdata angka dan basisdata perintah.
Perekaman basisdata utama dilakukan dengan bantuan
program Cool Edit Pro 2, untuk perekaman basisdata alat
dilakukan dengan menggunakan perintah matlab 7.01
secara langsung.
Parameter – parameter inilah yang nantinya
digunakan untuk membedakan satu kata dengan kata
yang lain. Parameter HMM didapatkan melalui lima
tahap, yaitu memasukkan runtun observasi hasil dari
proses ekstraksi ciri, memilih state, inisialisasi parameter
HMM, pelatihan HMM, pelatihan HMM digunakan
untuk mendapatkan parameter yang lebih baik, dan
penyimpanan parameter. Setelah itu dilakukan runtun
observasi, inisialisasi parameter HMM, dan pelatihan
parameter HMM. Setelah ucapan dikenali dan diperoleh
data, maka data tersebut dikirimkan ke pemancar
melewati port paralel.
3.1.2 Proses Pengiriman Data Melewati Port
Paralel
Proses pengiriman data dengan menggunakan
port paralel yang sebelumnya port paralel tersebut perlu
didaftarkan terlebih dahulu. Untuk mendaftarkan port
paralel yang sudah tersedia di belakang panel komputer,
menggunakan instruksi seperti di bawah ini : out = daqregister('parallel');
dio = digitalio('parallel','LPT1');
Data Acquisition Toolbox menyediakan akses ke
sistem cadangan melalui objek digital I/O. Dengan
perintah digitalio membuat objek Matlab yang
dapat mewakili sistem digital I/O. Langkah selanjutnya
menghubungkan line perangkat keras dengan objek
digital I/O. Menambahkan line dengan menggunakan
instruksi seperti di bawah ini : lines = addline(dio,0:7,'out');
Perintah tersebut bertujuan menentukan pin
operasi untuk mengirimkan data keluaran pada data pin 0
sampai data pin 7 pada port paralel yang telah terdaftar.
Setelah menentukan pin operasi, selanjutnya pin-pin
operasi tersebut diberikan logika 1/0 dengan perintah
putvalue, logika 1 dipakai untuk menghidupkan
peralatan elektronik dan logika 0 untuk mematikan
peralatan elektronik yang terpasang. Senarai program
pemberian logika pada tiap pin operasi adalah sebagai
berikut: putvalue(dio,[1 0 0 0 0 0 0 0]);
Setelah itu nilai-nilai tersebut akan disimpan
dalam file bernama perintah, pada saat akan
menghidupkan atau mematikan perangkat elektronik
yang terpasang mengacu pada kondisi pin operasi
terakhir yang tersimpan.
3.2 Pemancar
Sistem Pemancar yang digunakan pada Tugas
Akhir ini merupakan perpaduan antara HT12E sebagai
enkoder dan modul TLP434A sebagai modulator ASK
dan pemancar. Data yang diterima dari komputer
dikodekan oleh enkoder 12 bit HT12E kemudian dikirim
ke TLP434A untuk dimodulasikan secara digital dengan
teknik modulasi ASK (Amplitude Shift Keying) kemudian
dipancarkan. Rangkaian pemancar yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Gambar 14 Rangkaian blok Pemancar
Nama Frekuensi Panjang Gelombang
Very Low Frequency VLF < 30 KHz >10 km
Low Frequency LF 30 – 3000 KHz 1 – 10 km
Medium Frequency MF 300 – 3000 KHz 100 – 1000 km
High Frequency HF 3 – 30 MHz 10 – 100 m
Very High Frequency VHF 30 – 300 MHz 1 – 10 m
Ultra High Frequency UHF 300 – 3000 MHz 10 – 100 cm
Super High Frequency SHF 3 – 30 GHz 1 – 10 cm
Extremely High
Frequency
EHF 30 – 300 GHz 1 – 10 mm
5
Gambar 10 HT12E-18 DIP-A
HT12E merupakan enkoder yang merupakan
seri CMOS LSIs untuk sistem kendali jarak jauh. HT12E
dapat mengkodekan informasi yang berisi N jumlah bit
alamat dan 12-N bit data. Dalam Tugas Akhir ini
digunakan 8 bit sebagai bit alamat dan 4 bit sebagai bit
data. Setiap bit alamat atau data masukan dapat diatur
dalam kondisi salah satu dari dua kondisi logika. Pada
saat TE aktif low, maka enkoder ini memulai dengan
mentransmisikan sekumpulan 4 word secara berulang.
Peredaran ini akan berulang terus selama TE terjaga pada
kondisi low. Pada saat TE high, enkoder melengkapi
kumpulan terakhirnya dan berhenti.
2.6.2 Dekoder 12 bit HT12D
Gambar 11 HT12D-18 DIP-A
HT12D dapat mendekodekan informasi yang
berisi N jumlah bit alamat dan 12-N bit data dan dalam
Tugas Akhir ini digunakan 8 bit sebagai bit alamat dan 4
bit sebagai bit data.
Pada penerimaan dekoder mengisyaratkan N bit
pertama sebagai bit alamat dan 12 – N bit selanjutnya
sebagai bit data, dengan N adalah jumlah kode alamat.
Sinyal dari pin DIN mengaktifkan oscillator disaat
mendekodekan bit alamat dan bit data yang diterima.
Dekoder akan meninjau bit alamat yang diterima 3 kali
berturut-turut. Jika kode bit alamat sama dengan bit
alamat HT12D bit data didekodekan kemudian pin VT
pada kondisi high dan hal ini berarti data yang diterima
valid. Jika tidak sama maka kondisi keluaran tetap sama
seperti keluaran sebelumnya lalu menerima data lagi dari
RLP434A kemudian meninjau lagi bit alamat 3 kali
berturut-turut. Bit data yang keluar dari pin Dout
sebelumnya telah dilatch terlebih dahulu sehingga pada
keluaran data akan tetap sama hingga data yang baru
diterima.
2.7 Transistor[13]
Prinsip kerja transistor adalah arus bias basis -
emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor - emiter.
Ada tiga cara yang umum untuk memberi arus bias pada
transistor, yaitu rangkaian CE (Common Emitter), CC
(Common Collector) dan CB (Common Base). Dengan
menganalisa rangkaian CE akan dapat diketahui beberapa
parameter penting dan berguna terutama untuk memilih
transistor yang tepat untuk aplikasi tertentu.
Rangkaian CE adalah rangkaian yang paling
sering digunakan untuk berbagai aplikasi yang
mengunakan transistor. Dinamakan rangkaian CE, karena
titik ground atau titik tegangan 0 volt dihubungkan pada
titik emiter.
Gambar 12 Rangkaian CE
2.7.1 Daerah Aktif dan Daerah Jenuh
Daerah kerja transistor yang normal adalah pada
daerah aktif, dimana arus IC konstan terhadap berapapun
nilai VCE. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah
linear (linear region). Daerah jenuh adalah mulai dari
VCE = 0 volt sampai kira - kira 0,7 volt (transistor
silikon), dan 0,3 volt (transistor germanium) yaitu akibat
dari efek dioda kolektor - base yang mana tegangan VCE
belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran
elektron.
2.7.2 Daerah Cut – Off dan Daerah Breakdown Jika kemudian tegangan VCC dinaikkan perlahan
- lahan, sampai tegangan VCE tertentu tiba - tiba arus IC
mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja
transistor berada pada daerah cut - off yaitu dari keadaan
saturasi (OFF) lalu menjadi aktif (ON). Perubahan ini
dipakai pada sistem digital yang hanya mengenal angka
biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat direpresentasikan oleh
status transistor OFF dan ON. Transistor mengalami
breakdown jika tegangan VCE lebih dari yang ditentukan,
arus IC menaik dengan cepat sehingga transistor
mengalami dadal.
2.8 Line Of Sight Line of sight merupakan suatu cara perpindahan
gelombang elektromagnet pada satu garis pandang / garis
lurus. Gelombang didifraksikan, dipantulkan, atau
diserap oleh rintangan dan tidak dapat berpindah
melewati horizon(garis yang memisahkan permukaan
bumi dengan langit) atau belakang benda. Sinyal radio,
pada frekuensi rendah (di bawah 2 MHz) dapat
dipengaruhi oleh transmisi tanah sehingga terjadi difraksi
yang besar, yang membiarkan photon untuk mengikuti
lekukan tanah sepanjang garis lurus terpantul yang
banyak. Jadi mengaktifkan sinyal radio AM yang daerah
sekitarnya memiliki derau kecil dapat diterima dengan
baik setelah antena pemancar diturunkan di bawah
horizon.
4
Fungsi bit akhir adalah menyediakan waktu tunda
sebelum karakter yang selanjutnya dapat mulai
dikirimkan. Hal ini disebut transmisi asinkron mulai-
berhenti. Bit akhir juga dapat membantu dalam
pensinkronan kembali.
Pada pentransimian secara sinkron, clock
dipulihkan kembali sendiri - sendiri dari aliran data dan
tanpa menggunakan bit awal dan bit akhir. Hal ini
meningkatkan efisiensi transmisi pada kanal yang tepat,
yaitu bit yang dikirim merupakan data yang berguna dan
tidak merupakan suatu bingkai karakter. Transmisi
asinkron tidak mengirimkan data ketika alat transmisi
tidak mengirimkan data, sedangkan pada transmisi
sinkron harus mengirimkan karakter “pad” untuk
menjaga agar pemancar dan penerima tetap sinkron.
Karakter “pad” yang biasa digunakan adalah karakter
“SYN”, hal ini secara otomatis dilakukan oleh perangkat
transmisi.
2.4.3 Karakteristik Sinyal Port Paralel
Port paralel adalah port yang pada umumnya
digunakan sebagai port penghubung dengan printer. Port
paralel juga dapat digunakan untuk keperluan lain,
karena port paralel dapat digunakan untuk data in dan
data out. Port PC dan PS hanya beberapa bit yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan interfacing. Port DP
terdapat delapan bit yang dapat dimanfaatkan. Port PC
digunakan untuk baca atau tulis, PS adalah port yang
digunakan hanya untuk baca (read only), sedangkan port
DP digunakan untuk baca atau tulis. Gambar 7
menunjukkan konfigurasi port paralel DB-25 female
yang dapat ditemukan di belakang PC.
Gambar 7 Konfigurasi Port Paralel DB-25 female
2.5 Komunikasi Nirkabel
Komunikasi nirkabel merupakan suatu
komunikasi antara beberapa pihak dengan media
transmisi tanpa melalui kabel atau kawat. Sinyal
informasi (suara, data atau text) ditumpangkan pada
gelombang radio untuk disampaikan ke tempat tujuan.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya suatu pemancar dan
penerima.
2.5.1 TLP434A
TLP434A merupakan suatu modul pemancar
buatan Laipac Technology, Inc. yang di dalamnya
terkandung suatu rangkaian modulator digital ASK dan
rangkaian pemancar. TLP434A ini memiliki 4 pin antara
lain pin untuk ground, pin untuk data masukan, pin untuk
Vcc dan pin ke antena. TLP434A biasanya difungsikan
pada frekuensi 315 MHz, 418MHz, dan 433,92 MHz
dengan tegangan operasi antara 2 VDC hingga 12 VDC.
Berikut gambar dari TLP434A :
Gambar 8 TLP434A
2.5.2 RLP434A
RLP434A merupakan suatu modul buatan
Laipac Technology, Inc. yang di dalamnya terkandung
suatu rangkaian penerima dan demodulator digital ASK.
RLP434A ini memiliki 8 pin antara lain pin untuk
ground, pin data keluaran digital, pin data keluaran linier,
pin untuk Vcc dan pin dari antena. RLP434A biasanya
difungsikan pada frekuensi 315 MHz, 418 MHz, dan
433,92 MHz dengan tegangan operasi antara 3,3 VDC
hingga 6 VDC. Keluaran RLP434A ini dapat berupa data
digital ataupun linier, namun yang dibutuhkan keluaran
data yang digital. Berikut gambar dari RLP434A :
Gambar 9 RLP434A
Kinerja pada sistem komunikasi banyak
ditentukan oleh kemampuan bagian receiver (penerima)
dalam mengolah kembali sinyal yang diterima dari
transmitter (pengirim). Kemampuan penerima untuk
mengolah informasi yang terdapat pada gelombang
pembawa akan menentukan kualitas kemampuan sistem
komunikasi tersebut. Dari seluruh pesan (dalam hal ini
bit atau simbol) yang dikirim pemancar, beberapa bagian
diterjemahkan secara benar oleh penerima dan beberapa
bagian salah.
Bagian yang salah dalam satu satuan waktu
(detik) disebut sebagai persen kesalahan per detik atau
lebih dikenal sebagai bit error rate (BER). Besarnya
bagian yang salah dari seluruh bit yang diterima disebut
sebagai prosen error. Kemungkinan kesalahan yang
terjadi dari sejumlah bit yang dikirimkan lebih dikenal
sebagai probability of error (ada juga yang menyebut bit
error probability ) atau disingkat sebagai Pe. Nilai Pe ini
selanjutnya digunakan sebagai salah satu kriteria dari
kinerja sistem komunikasi digital. Semakin kecil nilai Pe,
maka semakin bagus kinerja yang dimiliki sistem
komunikasi tersebut.
2.6 Enkoder dan Dekoder
2.6.1 Enkoder 12 bit HT12E
3
Gambar 3 Demodulator MASK
Gambar 2 merupakan modulator MASK
sedangkan Gambar 3 merupakan demodulator ASK.
2.2 Tapis Pelewat Frekuensi Rendah (Low Pass
Filter / LPF) [1]
Dalam telekomunikasi, penyaringan (filtering)
sinyal - sinyal diperlukan untuk memisahkan sinyal yang
dikehendaki dari sinyal - sinyal yang lain. LPF berfungsi
untuk melewatkan frekuensi dibawah frekuensi potong
(fc, cut off) dan menahan frekuensi diatas frekuensi
potong. Tapis yang sering digunakan adalah tapis aktif,
karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
tapis pasif, yaitu: ada penguatan tegangan, impedansi
masukan tinggi, tanpa kumparan (L), serta dapat dibebani
dengan impedansi rendah.
(a) (b)
Gambar 4 (a) Tapis frekuensi rendah aktif. (b) respon keluaran
Pada frekuensi rendah, kapasitor menjadi
hubung buka dan rangkaian bekerja seperti penguat
inverting dengan penguatan tegangan 12 / RR− . Jika
frekuensi bertambah, reaktansi kapasitif berkurang
sehingga menyebabkan penguatan tegangan turun (drop
off). Jika frekuensi mendekati tak terhingga, kapasitor
menjadi seperti dihubung singkat dan penguatan
tegangan mendekati nol. Gambar 4(b) melukiskan respon
keluaran. Sinyal keluaran maksimum pada frekuensi
rendah.
2.3 Antena
Dalam suatu sistem radio, gelombang
elektromagnet merambat dari pemancar ke penerima
melalui ruang bebas, sehingga diperlukan antena pada
kedua ujung tersebut untuk keperluan penggandengan
(coupling) antara pemancar dan penerima ke hubungan
ruang bebas (space link). Pada rangkaian penerima,
antena berfungsi untuk menangkap pancaran gelombang
elektromagnet yang dihasilkan oleh pemancar. Antena
akan beroperasi efektif kalau dimensinya sama dengan
panjang gelombang isyarat yang hendak dipancarkan
atau diterima, sehingga dalam dunia telekomunikasi tidak
dipancarkan sinyal berfrekuensi rendah karena ukuran
antena menjadi tidak praktis.
Antena dua kutub ½ gelombang yang
direntangkan secara horisontal (dinamai juga antena
Hertz) dan antena ¼ gelombang vertikal (dinamai juga
antena Marconi). Untuk antena vertikal, daya yang
dipancarkan sama kuat ke atau dari segala arah, namun
untuk arah ke atau dari perpanjangan kawat antena,
pancaran atau penerimaannya adalah nol. Antena
horizontal memancarkan atau menerima gelombang tidak
sama kuat ke atau dari segala arah, namun untuk ke atau
dari arah perpanjangan kawat antena, pancaran atau
penerimannya adalah nol. Pengutuban horisontal (unsur -
unsur antenanya sejajar dengan permukaan bumi) sedikit
lebih menguntungkan daripada pengutuban vertikal, lebih
efektif dalam menghindari derau, karena kebanyakan
derau listrik buatan manusia adalah berpolarisasi vertikal.
Oleh karena itu, pengutuban horisontal diterapkan
terutama dalam komunikasi jarak jauh, sedangkan
pengutuban vertikal digunakan terutama dalam
komunikasi jarak dekat.
Panjang antena marconi (antena ¼ λ) adalah
f.λ=c . fp..................................................... (5)
dengan f = frekuensi (Hz)
λ = panjang gelombang (m)
fp= faktor pendekatan
c = kecepatan rambat gelombang elektromagnet
dalam ruang (3x108m/s)
Antena Vertikal
( tampak atas)
¼ ?
Gambar 5 Pola pancaran antena Marconi [9]
2.4 Komunikasi Data
2.4.1 Tata Cara Komunikasi Data Serial [4][5][6][7]
Komunikasi data secara serial dibagi menjadi
dua jenis yaitu secara sinkron dan asinkron. Komunikasi
data serial secara sinkron adalah komunikasi serial yang
pengiriman datanya berdasarkan detak (clock), yaitu
detak dikirimkan bersama - sama dengan data serial.
Komunikasi data serial secara asinkron adalah
komunikasi data serial yang pengiriman datanya
berdasarkan baudrate sehingga tidak memerlukan sinyal
detak untuk sinkronisasi, namun pengiriman data ini
harus diawali dengan start bit dan diakhiri dengan stop
bit seperti yang tampak pada Gambar 6.
Mark
Space
Bit
startData 7 bit Bit
paritas
Bit
stop
Satu karakter
Mark
Space
Bit
start
Data 7 bit
Bit
paritas
Bit
stop
Contoh : Karakter M = 1011001 (paritas genap)
1 0 1 1 0 0 1 0
Gambar 6 Transmisi serial asinkron [6]
2.4.2 UART (Universal Asynchronous Receiver /
Transmitter)
UART adalah suatu bentuk pemancar atau
penerima yang tidak sinkron, suatu perangkat yang
mentranslasikan data antara bentuk serial dan paralel.
Pada pengiriman asinkron, UART mengirim bit awal, bit
data yang panjangnya biasanya dari 5 sampai 8 bit, dan
bit akhir (biasanya juga ada bit paritas sebelum bit akhir).
2
II DASAR TEORI
2.1 Modulasi
Modulasi dapat diartikan dengan mengatur atau
menyetel. Dalam bidang telekomunikasi, modulasi
berarti mengatur suatu parameter dari suatu pembawa
(carrier) berfrekuensi tinggi dengan pertolongan sinyal
informasi yang berfrekuensi lebih rendah. Modulasi
amplitudo juga berarti suatu bentuk modulasi dengan
cara memvariasikan amplitudo sinyal pembawa secara
proposional berdasarkan frekuensi sinyal masukan,
dengan frekuensi sinyal pembawa tetap konstan. Tujuan
utama dari proses modulasi adalah untuk
mengefisiensikan dimensi antena, karena kebanyakan
sinyal - sinyal informasi yang dikirimkan mempunyai
orde kilohertz (kHz).
Radiasi elektromagnetis yang efisien
menggunakan dimensi antena yang besarnya sama
dengan panjang gelombang (λ) dari sinyal yang sedang
dipancarkan. Hubungan antara frekuensi (f) dan panjang
gelombang (λ) adalah:
f
c=λ ..................................................... (1)
Gelombang pembawa selalu berbentuk
sinusoida, perubahan antara tegangan dan waktu dari
gelombang dapat dinyatakan dengan Persamaan 2.2:
)sin(max θω += tEce c .......... (2)
Parameter - parameter yang dapat dimodulasi
adalah:
1. Ec maks untuk modulasi amplitudo (AM)
2. fc (atau ωc=2πfc) untuk modulasi frekuensi (FM)
3. θ untuk modulasi fasa (PM)
Pada modulasi amplitudo, proses modulasi
dilakukan dengan cara mengubah - ubah amplitudo
gelombang pembawa sinusoidal.
Sinyal yang memodulasi ditunjukkan oleh
Persamaan 2.3 :
tEme cm ωsinmax= ............................. (3)
2.1.1 Modulasi ASK (Amplitude Shift Keying) Pada sebuah situasi, sinyal baseband yang
ditransmisikan memiliki dua kemungkinan nilai
informasi yaitu antara nol (0) dan satu (1). Karena
kemungkinan nilai informasinya tersusun dari dua
keadaan tersebut, maka selanjutnya sistem ini dikenal
dengan ASK biner atau kadang lebih disukai dengan
menyebutnya sebagai BASK yang merupakan singkatan
dari binary amplitude shift keying.
Bentuk sinyal termodulasi dalam hal ini dapat
didekati dengan sebuah persamaan matematik:
v(t) = Vc/2 [1 + mvm(t)]cos(2ωct).............. (4)
dengan :
v(t) = sinyal termodulasi
Vc= amplitudo sinyal pembawa
vm = sinyal pemodulasi yang bernilai 1 atau 0
m = indek modulasi
ωc = 2µfc = frekuensi pembawa dalam nilai radian
Dihasilkan dua bentuk sinyal, dengan nilai vm(t)
= 0 atau 1 untuk mengirimkan nilai informasi biner nol
(0) atau satu (1). vm(t) bisa juga bernilai 1 atau –1,
sehingga dapat dipertimbangkan sebagai data bipolar
ternormalisasi. Indek modulasi (m) dapat bernilai 0< m <
1.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1 Bentuk gelombang ASK dengan indek modulasi (a) m = 0
(b) m = ½ (c) m = 1
2.1.2 M - ary ASK
Sistem binary ASK memiliki dua macam
amplitudo yang mungkin membawa informasi, yaitu high
untuk nilai informasi ‘1’ dan low untuk nilai informasi
‘0’. Hanya satu bit untuk setiap pengiriman sebuah
simbol. Untuk meningkatkan laju bit, dapat dilakukan
dengan cara mengirimkan lebih dari satu bit untuk setiap
simbol yang akan dikirimkan, sehingga tidak perlu
memperbesar lebar pita pada sistem komunikasi yang
digunakan. Karena tetap menggunakan teknik dasar ASK
dan setiap simbol tersusun lebih dari satu bit, teknik ini
dikenal sebagai M - ary ASK. Dengan M menyatakan
banyaknya kemungkinan amplitudo yang digunakan
untuk mewakili setiap informasi yang dikirimkan. Nilai
M ini berkaitan dengan jumlah bit/simbol yang
dikirimkan.
Gambar 2 Modulator MASK
1
IMPLEMENTASI SISTEM NIRKABEL MENGUNAKAN TLP434 DAN RLP434
PADA SISTEM PENGAKTIF PERANGKAT ELEKTRONIK
MENGGUNAKAN SUARA
Bambang Sugiyono (L2F 003 488)
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Semarang, Indonesia
Abstrak – Pengolahan sinyal digital sekarang diaplikasikan pada banyak bidang seperti biomedical, navigasi,
telekomunikasi, pengolahan suara dan musik, serta pengolahan video dan gambar. Pengenalan suara dapat
diimplementasikan pada sebuah sistem kelistrikan rumah, maka nantinya diharapkan sistem kelistrikan rumah akan
lebih mudah.
Dalam Tugas Akhir ini akan dibuat implementasi sistem nirkabel yang diterapkan pada pengolahan suara
untuk mengaktifkan sistem kelistrikan rumah. Pada program terdapat identifikasi suara pemilik rumah dan
keluarganya yang nantinya disimpan dalam database sebagai data uji. Teknik pengenalan ini sering disebut speech
identification. Metode yang akan digunakan dalam pengenalan suara ialah LPC (Linear Predictive Coding) sebagai
penghasil vektor ciri. LPC dapat dengan fleksibel dikombinasikan dengan HMM (Hidden Markov Model) yang
berfungsi sebagai pembanding pola. Data hasil pengenalan dikodekan HT12E dan ditransmisikan pemancar, kemudian
penerima menerima data, HT12D mendekodekan data tersebut. Data yang telah didekodekan berguna sebagai pengaktif
suatu plant,misal lampu, radio, kipas angin, dan sebagainya.
Pada pengujian diperoleh bahwa HT12E telah dapat digunakan untuk mengkodekan data dan HT12D
mendekodekan data. Pada pengujian, TLP434A telah dapat memodulasi data secara ASK (Amplitude Shift Keying) dan
memancarkan data tersebut. RLP434A dapat menerima data tersebut dan mendemodulasikan data yang diterima. Dari
pengujian diperoleh jarak komunikasi nirkabel yang dapat dilakukan sejauh 100 m. Pada pengujian, perbedaan bit
alamat pada HT12E dan HT12D menyebabkan komunikasi tidak dapat dilakukan.
I PENDAHULUAN Pengenalan suara telah menjadi suatu penelitian
yang dilakukan di beberapa Laboratorium Suara di
berbagai negara. Contoh nyata dari pendapat tersebut
ialah telah ditemukannya banyak metode yang dipakai
sebagai sarana pendekatan pemroses suara saat ini.
Beberapa metode yang banyak dipakai dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu Metode Analisis
Spektrum dan Pencocokkan Pola[1]
. Dua kelompok besar
tersebut masih terbagi ke dalam beberapa metode. Dalam
analisis spektrum terdapat metode Fast Fourier
Transform (FFT), Cepstral Analysis, dan Linear
Predictive Coding (LPC). Sedangkan pada metode
pencocokan pola dikenal Dynamic Time Warp (DTW)
dan Hidden Markov Model (HMM).
1.1 Latar Belakang
Saat ingin menyalakan kipas atau peralatan
elektronik rumah tangga lainnya, seseorang yang dalam
keadaan yang letih akan merasa membutuhkan orang lain
untuk mengerjakannya. Salah satu solusinya adalah
pengenalan suara yang diimplementasikan untuk
mengaktifkan peralatan elektronik rumah tangga.
Pengenalan suara digunakan metode Hidden Markov
Model (HMM) dengan ekstraksi ciri Linear Predictive
Coding (LPC). HT12E sebagai enkoder dan HT12D
sebagai dekoder. TLP434A memodulasi data dari
enkoder HT12E dan memancarkan data termodulasi.
RLP434 sebagai penerima dan pendemodulasi
ASK, kemudian dari RLP434A data dikirimkan ke
HT12D. Data dari HT12D digunakan relay sebagai
kondisi untuk mengaktifkan atau mematikan peralatan.
Sehingga diharapkan suatu saat dapat mempermudah
pengoperasian sistem kelistrikan rumah, misalkan untuk
menyalakan lampu, kipas angin, radio, dan sebagainya.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam Tugas Akhir ini adalah
mengimplementasikan sistem nirkabel dengan TLP434
dan RLP434 yang digunakan dalam pengaktifan sistem
kelistrikan rumah dengan deteksi suara.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam Tugas Akhir ini ada beberapa
pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Penelitian terlepas dari kondisi berderau.
2. Tidak membahas tentang pengenalan suara.
3. Pensinyalan TLP434 tidak dapat diketahui
karena frekuensinya tinggi.
4. Menggunakan komunikasi paralel untuk antar
muka dengan komputer.