90
i VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)- DENSITOMETRI PADA PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN CAIR OBAT HERBAL TERSTANDAR (OHT) KIRANTI ® SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Yunita Dwi Wulansari NIM : 078114113 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

  • Upload
    lamthu

  • View
    243

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

i

VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)-DENSITOMETRI PADA PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAMSEDIAAN CAIR OBAT HERBAL TERSTANDAR (OHT) KIRANTI®

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yunita Dwi Wulansari

NIM : 078114113

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2011

Page 2: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

ii

Page 3: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

iii

Page 4: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

iv

Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow.The important thing is not to stop questioning.

(Albert Einstein)

As long as we do our bestThere's no need to regret anythingAs long as we keep strugglingIn the end...we are the winner no matter(Anonim)

Karya ini kupersembahkan untuk yang tersayang,Mama, Papa, Kakak, dan Adikku,Teman-teman, sertaAlmamaterku

Page 5: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

v

Page 6: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

vi

Page 7: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

kasih, penyertaan, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul Validasi Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri

pada Penetapan Kadar Kurkumin Dalam Sediaan Cair Obat Herbal Terstandar

(OHT) Kiranti®. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm).

Selama perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak

mendapat bantuan dari berbagai pihak baik berupa bimbingan, dukungan,

semangat, kritik maupun saran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Ipang Djunarko, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma.

2. Christine Patramurti, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing sekaligus dosen

pembimbing akademik, atas bimbingan, masukan, perhatian, semangat, dan

motivasi yang diberikan baik selama perkuliahan, penelitian maupun

penyusunan skripsi ini.

3. Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen penguji atas segala arahan, masukan,

kritik, dan saran yang telah diberikan kepada penulis

4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji atas segala arahan, masukan,

kritik, dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

5. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. yang telah bersedia memberikan

senyawa standar yang berguna dalam penelitian.

Page 8: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

viii

6. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. atas pengetahuan dan diskusi yang telah diberikan

kepada penulis.

7. Mas Bimo, Mas Parlan, Mas Kunto, dan Mas Wagiran atas bantuannya selama

peneliti bekerja di laboratorium.

8. Segenap dosen dan karyawan atas segala ilmu dan pengalaman yang diberikan,

sehingga berguna dalam penyusunan skripsi ini.

9. Eliz dan Veny, sebagai rekan kerja penulis atas segala dukungan, kebersamaan,

bantuan, dan semangat yang diberikan baik selama penelitian maupun saat

penyusunan naskah skripsi.

10. Tere, Seno, Lilis, Upil, Lala, Pakdhe, K3n, Benny, dan Pace, sebagai

teman seperjuangan di Laboratorium Kimia Analisis Instrumental atas

semangat dan kebersamaannya

11. Lia, atas dukungan, semangat, bantuan, nasehat, kebersamaan, dan

pengalaman berharga, baik selama perkuliahan, penelitian, maupun

penyusunan skripsi.

12. Dinar, Anin, Fifi, dan Dika, atas dukungan dan bantuan yang diberikan

kepada penulis.

13. Yudi, Yemi, Veny, Lilis, dan Devina sebagai teman yang sering satu

kelompok atas pengetahuan dan pengalaman yang diberikan.

14. Mas Bayu, atas ilmu dan pengalaman yang telah dibagikan sehingga

sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

15. Teman-teman kos Pelangi yang pernah menjadi teman seperjuangan di

Yogyakarta.

Page 9: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

ix

16. Teman-teman BEMF 2009/2010 dan DPMF 2010/2011 atas kebersamaan

dan pengalamannya.

17. Teman-teman KKN kel 26 XL yang telah menjadi teman yang baik selama

1 bulan di Ngaran, Bantul.

18. Teman-teman FST 07 atas pengalaman, suka duka, kekompakan dan

kebersamaan yang pasti tak akan terlupakan.

19. Teman-teman angkatan 2007, atas pengalaman dan kebersamaannya

selama ini.

20. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis,

terimakasih atas bantuan yang diberikan selama ini sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membantu penulis dalam

perkembangan selanjutnya.

Penulis

Page 10: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………......

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………........

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA……………………….

PRAKATA......................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

DAFTAR TABEL .........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

INTISARI ......................................................................................................

ABSTRACT ....................................................................................................

BAB I PENGANTAR ...................................................................................

A. Latar Belakang .........................................................................................

1. Permasalahan.......................................................................................

2. Keaslian penelitian ............................................................................

3. Manfaat penelitian ............................................................................

B. Tujuan Penelitian .....................................................................................

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ..........................................................

A. Kurkumin.................................................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

x

xiv

xv

xvi

xvii

xviii

1

1

3

4

4

5

6

6

Page 11: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

xi

B. Sediaan Cair Oral.....................................................................................

C. Obat Herbal Terstandar...........................................................................

D. Kiranti.....................................................................................................

E. Kromatografi Lapis Tipis.......................................................................

1. Tinjauan umum..................................................................................

2. Sistem KLT.......................................................................................

F. Densitometri...........................................................................................

G. Validasi Metode.....................................................................................

1. Tinjauan umum..................................................................................

2. Parameter validasi..............................................................................

H. Landasan Teori........................................................................................

I. Hipotesis..................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................

A. Jenis Rancangan Penelitian.....................................................................

B. Variabel Penelitian..................................................................................

C. Definisi Operasional...............................................................................

D. Bahan Penelitian.....................................................................................

E. Alat Penelitian........................................................................................

F. Tata Cara Penelitian...............................................................................

1. Pembuatan pelarut (metanol pH 4)....................................................

2. Pembuatan fase gerak .......................................................................

3. Pembuatan larutan baku kurkumin ...................................................

4. Penetapan panjang gelombang maksimum .......................................

9

10

11

11

11

15

17

19

19

21

24

25

26

26

26

27

27

27

28

28

28

28

28

Page 12: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

xii

5. Pembuatan kurva baku dan pengamatan nilai Rf .............................

6. Penentuan recovery dan Coefficient of Variation .............................

7. Penentuan recovery dan Coefficient of Variation

dalam matriks sampel........................................................................

G. Analisis Hasil..........................................................................................

1. Selektivitas ........................................................................................

2. Linearitas...........................................................................................

3. Akurasi..............................................................................................

4. Presisi.................................................................................................

5. Range.................................................................................................

6. Akurasi pengukuran baku dalam matriks sampel .............................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................

A. Pembuatan metanol pH 4........................................................................

B. Pembuatan Fase gerak ...........................................................................

C. Pembuatan Larutan Baku ......................................................................

D. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum...........................................

E. Pengamatan Nilai Retardation Factor (Rf) dan

Pembuatan Kurva Baku Kurkumin........................................................

F. Validasi Metode Analisis.......................................................................

1. Selektivitas........................................................................................

2. Linearitas..........................................................................................

3. Akurasi............................................................................................

4. Presisi..............................................................................................

29

29

30

30

30

31

31

31

31

31

32

32

33

33

34

36

41

41

44

44

45

Page 13: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

xiii

5. Range..............................................................................................

G. Penentuan Akurasi dan Presisi Baku Kurkumin pada Sampel...............

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................

A. Kesimpulan............................................................................................

B. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

LAMPIRAN...............................................................................................

BIOGRAFI PENULIS...............................................................................

46

46

49

49

49

50

54

72

Page 14: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I.

Tabel II.

Tabel III.

Tabel IV.

Tabel V.

Tabel VI.

Tabel VII.

Tabel VIII.

Tabel IX.

Parameter analisis validasi metode………………………….....

Kriteria rentang recovery yang dapat diterima………………...

Kriteria CV yang dapat diterima……………………………....

Data replikasi kurva baku kurkumin…………………………..

Data replikasi kurva baku kurkumin dengan penyesuaian nilai

AUC……………………………………………………………

Perbandingan nilai Rf baku dan sampel, serta nilai resolusi…..

Data % recovery……………………………………………….

Data Coefficient of Variation (CV)……………………………

Recovery dan CV baku kurkumin dalam matriks sampel……..

21

22

22

39

40

43

45

45

48

Page 15: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar 7.

Gambar 8.

Gambar 9.

Gambar 10.

Gambar 11.

Gambar 12.

Gambar 13.

Gambar 14.

Gambar 15.

Gambar 16.

Gambar 17.

Gambar 18.

Struktur molekul kurkuminoid……………………………….

Tautomerisasi keto-enol kurkumin.............................................

Reaksi degradasi kurkumin…………………………………..

Produk fotodegradasi kurkumin...............................................

Logo Obat Herbal Terstandar………………………………...

Kiranti Sehat Datang Bulan…………………………………..

Gugus metilen aktif kurkumin………………………………..

Spektra baku kurkumin konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, dan

175 ppm…………………………………………………….....

Gugus kromofor dan auksokrom kurkumin..............................

Baku Kukumin 100 ppm...........................................................

Interaksi kurkumin dengan fase gerak………………………..

Interaksi hidrogen kurkumin dengan fase diam………….…...

Hubungan antara konsentrasi dengan AUC/100 (replikasi

III)…………………………………………………………….

Rf baku kurkumin konsentrasi 100 ppm………………………

Rf sampel replikasi I………………………………………….

Range konsentrasi kurkumin…………………………………..

Kromatogram sampel tanpa penambahan baku kurkumin…….

Kromatogram sampel dengan penambahan baku kurkumin…..

6

7

8

9

10

11

32

35

35

36

37

37

41

43

44

46

47

47

Page 16: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Lampiran 11.

Lampiran 12.

Lampiran 13.

Lampiran 14.

Pernyataan jaminan keaslian bahan kurkumin standar hasil

sintesis……………………………………………………..…

Data penimbangan bahan..…………………………………..

Kromatogram seri baku kurkumin replikasi III…………...…

Kromatogram validasi metode……………………………….

Contoh perhitungan kadar kurkumin………………………...

Persamaan kurva baku dan gambar kurva baku kurkumin…..

Nilai AUC dan contoh perhitungan recovery kurkumin……..

Contoh perhitungan CV kurkumin…………………………..

Kromatogram sampel tanpa penambahan baku kurkumin…...

Kromatogram sampel dengan penambahan baku kurkumin…

Contoh perhitungan resolusi…………………………………

Nilai AUC sampel dan sampel yang diadisi baku kurkumin...

Contoh perhitungan recovery baku kurkumin dalam sampel..

Perhitungan CV kadar baku kurkumin dalam sampel……….

55

56

56

58

63

64

65

66

66

68

69

70

70

71

Page 17: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

xvii

INTISARI

Kurkumin merupakan senyawa yang berasal dari bahan alamiah daritanaman obat golongan curcuma yang bermanfaat bagi kesehatan dan banyakdigunakan dalam berbagai sediaan obat tradisional. Salah satu sediaan obattradisional yang mengandung kurkumin adalah sediaan cair obat herbal terstandarmerk ‘Kiranti”. Penetapan kadar kurkumin dapat dilakukan dengan metode KLT-densitometri. Oleh karena itu perlu dilakukan validasi metode terlebih dahuluuntuk mengetahui metode yang digunakan dapat memberikan hasil yang dapatdipercaya.

Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental-deskriptif. Dalampenelitian ini kurkumin dan senyawa-senyawa lain dalam sampel dipisahkandengan metode KLT dengan fase diam silika gel G 60 dan fase gerak kloroform :asam asetat glasial (95:5), serta dengan jarak pengembangan sejauh 10 cm.Setelah pemisahan senyawa dengan metode KLT, kemudian dilakukan analisiskuantitatif dengan densitometer.

Parameter validasi yang diteliti adalah selektivitas, linearitas, akurasi,presisi, dan range. Hasil penelitian menunjukkan metode ini memiliki selektivitasdan linearitas yang baik pada konsentrasi 50-175 ppm (r=0,9999), nilai recoverydan CV berturut-turut untuk konsentrasi kurkumin 50 ppm; 100 ppm; dan 175ppm 98,95-101,10% dan 1,7%; 98,61-101,79% dan 0,7%; 100,18-103,83% dan0,9%. Berdasarkan hasil tersebut, maka metode KLT-densitometri ini memilikivaliditas yang baik untuk menetapkan kadar kurkumin dalam sampel.

Kata kunci : Kurkumin, KLT, densitometri, validasi metode, obat herbalterstandar

Page 18: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

xviii

ABSTRACT

Curcumin is compound which comes from plant that are beneficial tohealth and is widely used in various traditional medicinal. One of traditionalmedicine which used curcumin is liquid stock of Scientific Based HerbalMedicine Kiranti®. The determination of curcumin can be done with TLC-densitometry method. For that reason, it is important to get validation method firstto know the appropriate method can be used to get trustable result.

This research is noneksperimental-descriptive research. In this research,curcumin and other compounds in the sample are separated using TLC methodwith the stationary phase silica gel G 60 and a mobile phase of chloroform: glacialacetic acid (95:5), along with range development for 10 cm. Then quantitativeanalysis with densitometer can be done.

Validation parameter which observed were specificity, linearity, accuracy,precision, and range. The result showed that this method has good specificity andlinearity in the concentration 50-175 ppm (r=0,9999), recovery and CV valueconsecutively for the curcumin concentration 50 ppm, 100 ppm, and 175 ppmwere 98,95-101,10% and 1,7%; 98,61-101,79% and 0,7%; 100,18-103,83% and0,9%. With this result, it can be concluded that this TLC-densitometry method hasgood validity for quantitative analysis of curcumin in the sample.

Keywords: Curcumin, TLC, densitometry, validity method, scientific based herbalmedicine

Page 19: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung

meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Penggunaan obat-obatan

tradisional dipercaya oleh masyarakat memiliki efek samping yang relatif kecil

bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti

tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki efek samping yang merugikan,

bila tidak disertai dengan ketepatan dosis (Katno dan Pramono,2010).

Kebijakan Badan Pengawasan Obat dan Makanan mengenai obat herbal

adalah meningkatkan penjaminan keamanan obat herbal dengan mendorong

perkembangan obat herbal sampai ke tingkat fitofarmaka atau setidaknya obat

herbal terstandar (OHT). Perkembangan ini bertujuan untuk menjamin keamanan

obat herbal sehingga obat herbal dapat dimasukkan dalam pengobatan formal.

OHT adalah obat herbal yang menggunakan bahan baku yang telah

terstandar dan khasiatnya telah dibuktikan dengan uji praklinis. Standarisasi bahan

baku diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya

dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut (Hanani, 2010).

Salah satu senyawa yang berasal dari tanaman dan banyak digunakan

sebagai bahan obat atau campuran obat tradisional adalah kurkumin. Kurkumin

banyak terdapat pada tanaman Curcuma xanthorriza (temulawak) dan Curcuma

1

Page 20: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

2

domesticae Val. (kunyit). Dalam tanaman Curcuma domesticae, kurkumin

terdapat bersama dengan demetoksikurkumin dan bis-demetoksikurkumin, yang

dikenal dengan nama kurkuminoid. Kurkumin memiliki stabilitas yang rendah,

dimana kurkumin bersifat fotosensitif dan mudah terdegradasi dalam larutan. Oleh

karena itu, perlu penjaminan mutu terhadap produk yang memiliki kandungan

kurkumin karena dikhawatirkan kurkumin dalam produk terdegradasi selama

proses distribusi dan penyimpanannya.

Salah satu obat tradisional yang mengandung kurkumin sebagai komposisi

terbesarnya adalah sediaan cair OHT Kiranti®. Produk ini cukup banyak

digunakan oleh masyarakat. Bahan baku yang digunakan dalam produk ini adalah

simplisia. Standarisasi simplisia yang dilakukan meliputi: penetapan kadar

minyak atsiri, penetapan kadar air, kadar abu larut air, kadar abu yang tidak larut

air, kadar abu larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, susut

pengeringan, dan bahan organik asing (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan

Makanan, 1995a). Standarisasi yang dilakukan belum mencakup analisis kadar zat

aktif pada produk jadi. Oleh karena itu, penetapan kadar zat aktif dalam OHT

Kiranti® perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah zat aktif yang nantinya

mempengaruhi khasiat dari OHT tersebut.

Dalam sediaan ini selain terdapat kurkuminoid juga terdapat senyawa lain,

seperti golongan minyak atsiri. Oleh karena itu digunakan metode Kromatografi

Lapis Tipis (KLT)-densitometri untuk penetapan kadar kurkumin dalam sediaan

tersebut. Melalui metode KLT, kurkumin dapat dipisahkan dari senyawa

kurkuminoid lainnya serta senyawa lain yang terdapat dalam sampel, sehingga

Page 21: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

3

selanjutnya dapat ditetapkan kadarnya dengan metode densitometri. KLT cocok

untuk analisis obat di laboratorium farmasi, karena metodenya sederhana, cepat

dalam pemisahan, sensitif, kecepatan pemisahan tinggi, dan memerlukan jumlah

cuplikan yang sangat sedikit (Khopkar, 1990).

Penelitian ini merupakan rangkaian dalam penelitian penetapan kadar

kurkumin dengan metode KLT-Densitometri yang meliputi optimasi, validasi

metode, dan aplikasinya pada sediaan OHT yang beredar di pasaran. Dalam hal

ini peneliti mengambil bagian pada tahap validasi metode KLT-Densitometri

untuk penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT.

Metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan OHT ini menggunakan

sistem yang diperoleh dari hasil optimasi yang dilakukan pada rangkaian

penelitian ini. Suatu metode analisis harus divalidasi ketika suatu metode

menggunakan sistem baru yang belum divalidasi sebelumnya. Validasi ini

bertujuan untuk memberikan jaminan bahwa metode analisis dengan sistem yang

digunakan tersebut memenuhi parameter-parameter validasi yang meliputi

selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan range sehingga dapat memberikan

hasil analisis yang valid atau dapat dipercaya. Oleh karena itu, validasi metode

merupakan tahapan yang penting untuk dilakukan sebelum metode ini

diaplikasikan untuk analisis kadar kurkumin dalam OHT Kiranti®.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang maka diperoleh permasalahan sebagai berikut:

apakah penetapan kadar kurkumin pada sediaan cair OHT Kiranti® dengan metode

Page 22: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

4

KLT-Densitometri memenuhi parameter-parameter validasi yaitu selektivitas,

linearitas, akurasi, presisi, dan range?

2. Keaslian penelitian

Sejauh sepengetahuan penulis, penelitian validasi metode penetapan kadar

kurkumin dalam sediaan cair OHT Kiranti® dengan metode KLT-densitometri

belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai penetapan kadar

kurkumin dengan metode KLT yang pernah dilakukan yaitu, penetapan kadar

baku kurkumin (E-Merck) dengan metode KLT-densitometri dengan fase diam

silika gel GF 254 dan fase gerak kloroform:etanol:air suling (25:0,96:0,04)

(Martono, 1996), penetapan kadar kurkuminoid secara simultan dalam sampel

Curcuma menggunakan metode high performance thin layer chromatography

(HPTLC) (Gupta, Gupta, and Kumar, 1999), standarisasi mutu dengan HPTLC

terhadap adanya kurkuminoid dalam Curcuma longa L. (Paramasivam, Aktar,

Poi, Banerjee, and Bandyopahyay, 2008).

Penelitian yang dilakukan penulis, menggunakan sistem KLT dengan fase

gerak kloroform : asam asetat glasial (95:5). Sejauh sepengetahuan penulis sistem

KLT yang digunakan tersebut belum pernah digunakan dalam penelitian

sebelumnya.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmiah tentang penggunaan metode KLT-Densitometri pada penetapan

kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT.

Page 23: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

5

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan range metode

penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT Kiranti® secara KLT-

Densitometri.

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penetapan kadar

kurkumin dengan metode KLT-Densitometri memenuhi parameter-parameter

validasi yaitu selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan range sehingga dapat

digunakan untuk penetapan kadar kurkumin dalam sediaan cair OHT Kiranti®.

Page 24: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kurkumin

Kurkumin merupakan senyawa yang banyak terdapat dalam tanaman kunyit

(Curcuma longa L.) dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) (Tonnesen, 1989;

Van der Goot, 1997). Di alam kurkumin umumnya ditemukan bersama

demetoksikurkumin dan bis-demetoksikurkumin, yang dikenal dengan

kurkuminoid (Tonnesen dan Karlsen, 1985).

OO

OCH3 OCH3

OHHO

OO

OCH3

OHHO

OO

OHHO

Gambar 1. Struktur molekul kurkuminoid (Aggarwal, Bhatt, Ichikawa, Ahn, Sethi,Sandur, Natarajan, Seeram, dan Shishodia, 2006)

kurkumin

demetoksikurkumin

bis-demetoksikurkumin

6

Page 25: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

7

Kurkumin (1,7 – bis(4’hidroksi-3 metoksifenil)-1,6 heptadien, 3, 5-dion

(Jaruga, 1998; Pan, 1999) memiliki berat molekul 368,126 g/mol (Tonnesen and

Karlsen, 1983). Kurkumin tergolong senyawa diarilheptanoid dengan rumus

molekul C21O6H2O (Tonnesen and Karlsen, 1985). Strukturnya yang rigid dan

planar (adanya sistem konjugasi) membuat afinitas kurkumin terhadap lipid

bilayer menjadi besar, dan juga bertanggung jawab terhadap warna kuning yang

ada (Nakayama, 1997). Panjang gelombang 425 nm diketahui sebagai panjang

gelombang serapan maksimum kurkumin dimana menghasilkan sensitivitas

pengukuran paling baik (Paramasivam et al., 2008).

Kurkuminoid mempunyai aktivitas antiinflamasi (Kohli, Ali, Ansari, and

Raheman, 2005). Kurkuminoid menghambat senyawa eicosanoid seperti

prostaglandin, tromboksan dan prostasiklin dengan cara menghambat aktivitas

enzim cyclooxygenase (COX). Kurkuminoid juga menghambat pembentukan

senyawa leukotrien dengan menghambat aktivitas enzim lipooxygenase (LOX)

(Kohli et al., 2005). Dari tiga senyawa kurkuminoid, kurkumin mempunyai

aktivitas antiinflamasi yang paling kuat dibandingkan senyawa turunannya

(Agnam, Samhoedi, Timmerman, Venie, Sugiyanto, and Goot, 1995).

Kurkumin memiliki 2 bentuk tautomer, yaitu bentuk enol dan keto

(gambar 2). Dalam larutan, kurkumin terutama berada dalam bentuk enol.

Gambar 2.Tautomerisasi keto-enol kurkumin (Stankovic, 2004).

Bentuk keto Bentuk enol

OCH3OCH3 H3COH3CO

Page 26: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

8

Sifat kimia kurkuminoid yang menarik adalah sifat perubahan warna

akibat perubahan pH lingkungan. Dalam susana asam, kurkuminoid berwarna

kuning atau kuning jingga, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah

(Tonnesen and Karlsen, 1985).

Stabilitas kurkumin sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan. Dalam

larutan berair dengan pH basa, kurkumin mengalami reaksi degradasi pada gugus

metilen aktif pada senyawa tersebut. Degradasi ini terjadi bila kurkumin berada

dalam lingkungan pH 8,5 – 10,0 dalam waktu yang relatif lama, walaupun hal ini

tidak berarti bahwa dalam waktu yang relatif singkat tidak terjadi degradasi

kurkumin (Tonnesen and Karlsen, 1985). Kurkumin dapat mengalami degradasi

membentuk asam ferulat dan feruloilmetan. Feruloilmetan dapat terhidrolisis

menghasilkan vanillin dan aseton (Stankovic, 2004).

Gambar 3.Reaksi degradasi kurkumin (Stankovic, 2004).

feruloilmetan asam ferulat

vanilin aseton

Page 27: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

9

Instabilitas kurkumin juga dipengaruhi oleh adanya cahaya yang

menyebabkan terjadinya degradasi fotokimia senyawa tersebut (Van der Goot,

1997; Supardjan, dan Meiyanto, 2002) dan oleh sinar ultraviolet (Bermawie,

Rahardjo, Wahyuno, and Ma’mun, 2005).

Gambar 4.Poduk fotodegradasi kurkumin (Tonnesen and Greenhill, 1992).

B. Sediaan Cair Oral

Sediaan cair oral dapat berupa larutan, emulsi, atau suspensi. Larutan

merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih. Emulsi adalah dua

cairan yang tidak saling campur, dimana salah satu cairan terdistribusi dalam

bentuk droplet di dalam cairan lainnya. Sedangkan suspensi merupakan sistem

dispersi dimana partikel padat terdispersi dalam suatu pembawa (medium

dispersi) (Aulton, 1988).

Page 28: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

10

Sediaan cair oral obat tradisional memiliki beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi antara lain: keseragaman volume, angka lempeng total tidak lebih

dari 10, angka kapang khamir tidak lebih dari 10, mikroba patogen negatif,

aflatoksin lebih lebih dari 30 bagian per juta (bpj), bahan tambahan, wadah dan

penyimpanan, penandaan (Kementerian Kesehatan RI, 1994).

C. Obat Herbal Terstandar (OHT)

Merupakan sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan

khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan bahan bakunya telah distandarisasi.

OHT harus memenuhi kriteria: aman, klaim khasiat dibuktikan praklinik,dan telah

dilakukan standarisasi bahan baku yang digunakan dalam produk jadi (Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004).

Gambar 5. Logo obat herbal terstandar(Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004)

Bahan baku yang digunakan dalam produk jadi dapat berupa simplisia.

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat tradisional dan belum

mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang

dikeringkan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).

Standarisasi simplisia meliputi: penetapan kadar minyak atsiri, penetapan kadar abu,

penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar abu yang larut air,

penetapan kadar air, penetapan susut pengeringan, penetapan kadar sari yang larut

Page 29: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

11

dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan bahan organik

asing, dan penetapan kadar tanin (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan

Makanan, 1995a).

D. Kiranti®

Kiranti Sehat Datang Bulan® merupakan OHT yang memiliki indikasi

untuk mengatasi rasa nyeri, perasaan letih, bau badan tak sedap saat haid,

keputihan dan membuat tubuh tetap fit sekaligus segar (Anonim, 2010).

Gambar 6. Kiranti Sehat Datang Bulan® (Anonim, 2010).

Komposisi Kiranti Sehat Datang Bulan® terdiri dari: Curcumae

domesticae Rhizoma (30 g), Tamarindi Pulpa (6 g), Kaempferiae Rhizoma (3 g),

Arengae pinnata Fructose (3 g), Zingiberis Rhizoma (0,8 g), Paullinia cupana

(0,23 g), Cinnamomi Cortex (0,1 g) dan air (hingga 150 mL) (Anonim, 2010).

E. Kromatografi Lapis Tipis

1. Tinjauan Umum

Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh

suatu proses migrasi diferensial dinamis oleh sistem yang terdiri dari 2 fase atau

Page 30: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

12

lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu

dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya

perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau

kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi atau

ditetapkan dengan metode analitik (Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan,

1995b).

Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi di antara

dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase

gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya,

yang terelusi lebih awal atau lebih akhir. Umumya zat terlarut dibawa melalui media

pemisah oleh aliran pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam

dapat bertindak sebagai adsorben, seperti halnya adsorben alumina yang diaktifkan,

silika gel, dan resin penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga

partisi antara fase diam dan fase gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cairan

dalam suatu penyangga yang inert berfungsi sebagai fase diam (Direktorat Jenderal

Pengawas Obat dan Makanan, 1995b).

Kromatografi lapis tipis (KLT) bersama-sama dengan kromatografi kertas

dengan berbagai macam variasinya pada umumnya merupakan kromatografi planar.

KLT dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. Pada KLT, fase

diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar

yang didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium, atau pelat plastik. Meskipun

demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari

kromatografi kolom (Rohman, 2009).

Page 31: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

13

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanannya lebih mudah dan lebih

murah dibandingkan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang

digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih

sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat

melaksanakan setiap saat secara cepat (Rohman, 2009).

Pemilihan pelarut yang digunakan untuk senyawa yang akan dianalisis

dengan metode KLT, harus dapat melarutkan analit dengan sempurna, mudah

menguap, viskositas rendah, serta dapat membasahi lapisan penyerap (Sherma and

Fried, 1996).

Deteksi bercak pemisahan pada KLT dapat dilakukan dengan cara-cara

berikut:

a. menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan bereaksi

secara kimia dengan seluruh solut yang mengandung gugus fungsional tertentu

sehingga bercak menjadi berwarna. Kadang-kadang bercak dipanaskan terlebih

dahulu untuk mempercepat reaksi pembentukan warna dan intensitas warna

bercak

b. mengamati lempeng di bawah lampu ultraviolet dengan panjang gelombang 254

atau 366 nm untuk menampakkan solut sebagai bercak yang gelap atau bercak

yang berfluoresensi terang pada dasar yang berfluoresensi

c. menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu

dipanaskan untuk mengoksidasi solut-solut organik yang akan nampak sebagai

bercak hitam kecoklatan

d. memaparkan lempeng dengan uap iodium dalam chamber tertutup

Page 32: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

14

e. melakukan scanning pada permukaan lempeng dengan densitometer (Gandjar

dan Rohman, 2007).

Pada kromatografi planar, senyawa yang berbeda dalam campuran

sampel menempuh jarak yang berbeda sesuai dengan seberapa kuat mereka

berinteraksi dengan fase diam dibandingkan dengan fase gerak. Semakin polar

solut maka semakin tertahan kuat ke dalam adsorben polar (silika gel). Solut-solut

non polar tidak mempunyai afinitas atau mempunyai sedikit afinitas terhadap

adsorben polar, sementara solut-solut yang terpolarisasi memiliki afinitas yang

kecil terhadap adsorben polar disebabkan adanya interaksi dipol atau interaksi-

interaksi yang diinduksi oleh dipol. Solut-solut polar, terutama yang mampu

membentuk ikatan hidrogen, akan terikat kuat pada adsorben karenanya butuh

fase gerak yang cukup polar untuk mengelusinya. Berikut adalah urutan polaritas

solut-solut organik: alkana < alkena < aromatis < eter < ester < keton dan aldehid

< tiol < amin dan amida < alkohol < fenol < asam-asam organik (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Retardation factor (Rf) merupakan parameter karakteristik KLT. Harga

Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan

jarak tepi muka pelarut dari titik awal (Roth, 1994). Angka Rf berjangka antara

0,00 sampai 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal (Stahl, 1985).

Rf =

(Dean, 1995)

Harga Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga

standar. Pengukuran yang sering dipakai lainnya menggunakan pengertian Rx atau

Page 33: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

15

Rstd yang didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak yang digerakkan oleh

senyawa yang tidak diketahui dengan jarak yang digerakkan oleh senyawa standar

yang diketahui (Hardjono, 1983). Nilai Rx dapat dihitung:

Rx,a

(Dean, 1995).

Pengekoran noda kromatogram terjadi apabila proses pemisahan yang

terjadi tidak sempurna. Terlalu tingginya konsentrasi komponen yang ditentukan

juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kromatogram yang berekor.

Penyebab pengekoran yang lain adalah ketidakjenuhan chamber. Ketidaktepatan

pemilihan fase gerak terhadap jenis fase diam dan macam sampel yang dianalisis

juga merupakan penyebab pengekoran kromatogram yang lainnya (Mulja dan

Suharman, 1995).

2. Sistem KLT

a. Fase diam. Fase diam yang sering digunakan dalam KLT adalah

bahan penjerap (adsorben). Silika gel merupakan penjerap yang paling banyak

digunakan dalam KLT. Pada umumnya ditambah dengan bahan pengikat untuk

memberikan kekuatan perlekatan pada pendukungnya. Bahan pengikat yang

sering digunakan adalah gipsum, dan silika gel yang diberikan tambahan senyawa,

ini dikenal dengan istilah ”silika gel G”. Kadang-kadang untuk mempermudah

identifikasi diatambah zat yang berfluoresensi sehingga dikenal dengan istilah

silika gel GF. Bahan penjerap lain yang digunakan adalah alumina, selulosa,

sefadex, poliamida, kieselguhr, dan amilum (Harborne, 1973).

Page 34: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

16

Adanya air dari atmosfer yang diserap oleh permukaan silika gel mampu

mendeaktifkan permukaan silika gel karena air akan menutup sisi aktif silika gel.

Hal seperti ini dapat diatasi dengan memanaskan plat pada suhu 105ºC (Gandjar

dan Rohman, 2007).

b. Fase gerak. Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu

atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak di dalam fase diam yaitu lapisan

berpori karena ada gaya kapiler. Yang digunakan adalah pelarut bertingkat mutu

analitik dan bila diperlukan sistem pelarut multikomponen, maka harus berupa

suatu campuran sederhana mungkin terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl,

1985).

Pemilihan sistem pelarut untuk mencapai sistem pemisahan yang

diperlukan mungkin melibatkan beberapa percobaan, tetapi pilihan pelarut cukup

terbatas dengan pertimbangan interferensi respon detektor atau kerusakan yang

mungkin terjadi dari fase diam (Dean, 1995).

Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase

gerak:

1) fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT

merupakan teknik yang sensitif

2) daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut

terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan (Rohman, 2009).

Page 35: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

17

F. Densitometri

Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang mendasarkan

pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada

plat KLT. Densitometri lebih dititikberatkan untuk analisis kuantitatif analit-analit

dengan kadar kecil, yang mana diperlukan pemisahan terlebih dahulu dengan

KLT (Rohman, 2009).

KLT-densitometri merupakan salah satu dari metode analisa kuantitatif.

Penetapan kadar suatu senyawa dengan metode ini dilakukan dengan mengukur

kerapatan bercak senyawa yang dipisahkan dengan cara KLT. Pada umumnya

pengukuran kerapatan bercak tersebut dibandingkan dengan kerapatan bercak

senyawa standar yang dielusi bersama-sama (Hardjono, 1985).

Metode densitometri mempunyai cara kerja yang sederhana dan cepat.

Pada metode densitometri diperlukan adsorbens dan fase gerak yang murni. Untuk

memperoleh hasil yang baik umumnya digunakan adsorbens siap pakai yang telah

mengalami pra pencucian (Gritter, 1991).

Alat densitometri mempunyai sumber sinar yang bergerak di atas bercak

pemisahan pada lempeng kromatografi yang akan ditetapkan kadar komponennya.

Lempeng digerakkan menyusuri berkas sinar yang berasal dari sumber sinar

tersebut. Bercak yang kecil dan intensif akan menghasilkan suatu puncak kurva

absorbsi yang sempit dan tajam, sebaliknya bercak yang lebar akan menghasilkan

puncak kurva absorbsi yang melebar dan tumpul (Sudjadi, 1988).

Page 36: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

18

Teknik pengukuran dapat didasarkan atas pengukuran intensitas sinar

yang diserap (absorbansi), intensitas sinar yang dipantulkan (reflaktansi) atau

intensitas sinar yang difluoresensikan (fluoresensi) (Mintarsih, 1990).

Pada beberapa alat TLC scanner sudah dilengkapi alat pemroses data

atau mikro komputer, sehingga integrasi luas puncak atau tinggi puncak tersebut

dapat langsung direkam atau dicatat sebagai data sekaligus dengan

kromatogramnya dan dapat pula direkam dan dicatat langsung sebagai kadarnya,

melalui teknik pemrogaman tertentu. Penelusuran bercak dapat dilakukan secara

horizontal maupun vertikal (scanning horizontal atau scanning vertical).

Penelusuran bercak secara horisontal dapat dilakukan satu persatu, atau apabila

satu pelat bercak yang diperoleh segaris semua maka dapat dilakukan penelusuran

untuk semua bercak sekaligus. Sedangkan cara penelusuran vertikal, hanya dapat

dilakukan satu per satu. Pada penelusuran bercak horisontal dengan penelusuran

beberapa bercak sekaligus hanya dapat dilakukan apabila bercak-bercak tesrsebut

benar-benar berada dalam satu baris. Cara ini akan mengalami kesulitan jika

bercak yang sangat dekat dengan bercak yang akan ditetapkan, karena ada

kemungkinan bercak yang tidak diinginkan ikut tertetapkan (Mintarsih, 1990).

Penelusuran bercak akan mendapatkan hasil yang baik apabila dilakukan

pada panjang gelombang maksimum, karena perubahan konsentrasi pada bercak

sedikit saja sudah terdeteksi. Pengukuran dilakukan dengan menelusuri bercak

yang akan ditetapkan kadarnya pada kisaran panjang gelombang zat tersebut

(Mintarsih, 1990).

Page 37: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

19

Pelat yang digunakan untuk KLT pada densitometri sebaiknya digunakan

pelat buatan pabrik, karena pada pelat buatan sendiri fase diamnya kurang rata,

sehingga akan mempengaruhi hasil penelusuran dengan densitometri, yaitu berupa

puncak yang lebar dan kasar. Puncak yang lebar disebabkan kurang kompaknya

fase diam, puncak yang kasar disebabkan permukaan pelat kurang rata (Mintarsih,

1990).

Ada dua cara penetapan dengan alat densitometer. Pertama, setiap kali

penetapan ditotolkan sediaan baku dari senyawa yang bersangkutan dan dielusi

bersama dalam satu lempeng, kemudian Area Under Curve (AUC) sampel

dibandingkan dengan AUC zat baku. Yang kedua, dengan membuat kurva

hubungan antara jumlah zat baku dengan AUC. Kurva baku diperoleh dengan

membuat totolan zat baku pada pelat KLT dengan bermacam-macam konsentrasi

(minimal tiga macam konsentrasi). Bercak yang diperoleh dicari AUC dengan

densitometer. Dari kurva baku diperoleh persamaan : y = bx + a, dimana x adalah

banyaknya zat yang ditotolkan dan y adalah AUC (Supardjan, 1987).

G. Validasi Metode

1. Tinjauan Umum

Validasi metode menurut United States Pharmacopeia (USP) dilakukan

untuk menjamin bahwa metode analisis bersifat akurat, spesifik, dan reprodusibel

pada kisaran analit yang akan dianalisis. Secara singkat validasi merupakan aksi

konfirmasi bahwa metode analisis yang akan digunakan sesuai dengan tujuan

yang diinginkan (Rohman, 2009).

Page 38: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

20

Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa

parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis,

karenanya suatu metode harus divalidasi, ketika:

a. metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu

b. metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan, atau

karena munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode tersebut

harus direvisi

c. penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah

seiring dengan berjalannya waktu

d. metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, dikerjakan oleh analis

yang berbeda, atau dikerjakan dengan alat yang berbeda

e. untuk mendemonstrasikan kesetaraan antar 2 metode, seperti antara metode

baru dan metode baku (Swartz dan Krull, 1997).

Tujuan utama validasi metode adalah untuk menghasilkan hasil analisis

yang paling baik. Untuk memperoleh hasil tersebut, semua variabel yang terkait

dengan metode analisis harus dipertimbangkan seperti prosedur pengambilan

sampel, tahap penyiapan sampel, jenis penyerap yang digunakan pada

kromatografi, fase gerak, dan sistem deteksinya. Banyaknya parameter yang harus

divalidasi tergantung pada tujuan analisis (Adamovics, 1997).

Menurut The United States Pharmacopeia 30th tahun 2007, metode

analisis dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:

a. Kategori I. Mencakup prosedur analisis kuantitatif, untuk menetapkan kadar

komponen utama bahan obat atau zat aktif dalam sediaan farmasi.

Page 39: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

21

b. Kategori II. Mencakup prosedur analisis kualitatif dan kuantitatif yang

digunakan untuk menganalisis impurities dalam sediaan farmasi.

c. Kategori III. Mencakup prosedur analisis yang digunakan untuk menentukan

karakteristik penampilan suatu sediaan farmasi, misalnya disolusi dan

pelepasan obat.

d. Kategori IV (tes identifikasi)

Tabel I. Parameter analisis validasi metode(United States Pharmacopeial Convention, 2007)

2. Parameter Validasi

a. Akurasi. Akurasi atau kecermatan metode analisis adalah kedekatan

hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan metode tersebut dengan nilai

yang sebenarnya. Penentuan kecermatan metode analisis biasanya dinyatakan

dengan persen perolehan kembali terhadap sampel yang kadarnya telah diketahui

dengan pasti (Mulja dan Suharman, 1995).

Page 40: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

22

Tabel II. Kriteria rentang recovery yang dapat diterima(United States Pharmacopeial Convention, 2007)

Analit pada matriks sampel (%) Rentang recovery yangdiperoleh(%)

100 98-102>10 98-102>1 97-103

>0,1 95-1050,01 90-107

0,001 90-1070,0001 (1 ppm) 80-110

0,00001 (100 ppb) 80-1100,000001 (10 ppb) 60-115

0,00000001 (1 ppb) 40-120

b. Presisi. Presisi suatu metode analisis merupakan sejumlah pencaran

hasil yang diperoleh dari analisis berulang kali pada suatu sampel homogen.

Presisi umumnya dinyatakan dalam coefficient of variation (CV) atau koefisien

variasi (KV) (Mulja dan Hanwar, 2003).

Tabel III. Kriteria CV yang dapat diterima(United States Pharmacopeial Convention, 2007)Kadar analit CV(%)

≥ 1 % 2,5> 0,1 5

1 ppm 161 ppb 32

c. Linearitas. Linearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk

memperoleh hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi

analit pada kisaran yang diberikan. Linearitas suatu metode merupakan ukuran

seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan

konsentrasi (x) (Rohman, 2009). Persyaratan data linearitas yang bisa diterima

jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) > 0,999 (Yuwono and Indrayanto,

2005).

Page 41: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

23

d. Batas Deteksi (Limit of Detection atau LOD). Batas deteksi

didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat

dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. LOD merupakan batas uji

yang secara spesifik menyatakan apakah analit di atas atau di bawah nilai tertentu.

Sebagai contoh, batas deteksi merupakan banyaknya sampel yang menunjukkan

respon (S) 3 kali terhadap derau (N) atau LOD = 3 S/N (Swartz and Krull, 1997).

e. Batas Kuantifikasi (Limit of Quantification atau LOQ). Batas

kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang

dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi

operasional metode yang digunakan (Rohman, 2009). Batas kuantifikasi

didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat

ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi

operasional metode yang digunakan. Kadang-kadang rasio signal to noise 10:1

digunakan untuk menentukan LOQ (Rohman, 2009).

f. Selektivitas (Spesifisitas). Selektivitas atau spesifisitas merupakan

kemampuan suatu metode yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cernat

dan seksama dengan adanya kompoenen lain yang mungkin ada dalam matriks

sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan

metode terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa

cemaran, produk degradasi, senyawa sejenis, dan senyawa asing lain, kemudian

dibandingkan dengan hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan yang

ditambahkan tersebut (Harmita, 2004).

Page 42: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

24

Selektivitas pada metode kromatografi ditunjukkan melalui nilai resolusi

(Harmita, 2004). Dalam teknik pemisahan, daya pisah (resolusi) antara analit yang

dituju dengan pengganggu lainnya harus > 1,5 (Swartz and Krull, 1997).

g. Range (kisaran). Menurut ICH, kisaran suatu prosedur analisis adalah

interval antara konsentrasi (jumlah) analit pada level atas dan pada level bawah

dalam suatu sampel, yang mana dapat ditunjukkan bahwa prosedur analisis

mempunyai level akurasi, presisi, dan linearitas yang sesuai.

F. Landasan Teori

Kurkumin banyak terdapat dalam tanaman Curcuma longa dan Curcuma

xanthorrhiźa. Kurkumin di alam biasanya terdapat bersama bis-

demetoksikurkumin dan demetoksikurkumin, yang dikenal dengan nama

kurkuminoid. Kurkumin merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam

banyak obat tradisional. Salah satu kategori obat tradisional adalah obat herbal

terstandar, dimana obat tradisional ini telah melalui standarisasi bahan baku dan

uji praklinis.

Metode KLT dapat memisahkan beberapa campuran senyawa karena

adanya perbedaan interaksi antara senyawa-senyawa tersebut dengan fase diam

dan fase gerak yang digunakan. Bercak analit hasil pemisahan KLT dapat

dianalisis kuantitatif dengan metode densitometri.

Suatu metode dapat digunakan dalam penetapan kadar apabila metode

tersebut telah divalidasi. Parameter validasi meliputi selektivitas, akurasi, presisi,

Page 43: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

25

linearitas, dan range. Metode dikatakan valid apabila memenuhi persyaratan

parameter validasi.

G. Hipotesis

Metode KLT-densitometri pada penetapan kadar kurkumin dalam sampel

OHT Kiranti® memenuhi parameter-parameter validasi, yaitu selektivitas,

linearitas, akurasi, presisi, dan range yang baik.

Page 44: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat noneksperimental deskriptif karena

tidak terdapat manipulasi dan perlakuan terhadap subjek uji.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah sistem KLT yang telah dioptimasi, yaitu jenis dan

komposisi fase gerak.

2. Variabel tergantung adalah parameter validasi yaitu selektivitas, linearitas

akurasi, presisi, dan range.

3. Variabel pengacau terkendali adalah:

a. pelarut, untuk mengatasinya digunakan pelarut pro analisis yang memiliki

kemurnian tinggi.

b. pH pelarut, untuk mengatasinya dilakukan pengaturan pH pelarut, yaitu

pada pH 4.

c. cahaya, untuk mengatasinya pengerjaan dilakukan di ruangan dengan

intensitas cahaya yang terbatas serta dengan penggunaan alumunium foil.

26

Page 45: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

27

C. Definisi Operasional

1. Sistem KLT yang digunakan dalam penelitian adalah fase diam berupa silika

gel G 60 dan fase gerak berupa campuran kloroform dan asam asetat glasial

(95:5).

2. Kadar kurkumin dinyatakan dalam satuan part per million (ppm).

3. Parameter validasi yang digunakan adalah selektivitas, linearitas, akurasi,

presisi, dan range.

D. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku kurkumin

(hasil sintesis Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. yang telah dikonformasi

strukturnya dengan metode spektroskopi H-NMR dan Mass Spectra, serta

memiliki titik lebur 181,2-182,40C), metanol p.a. EMSURE® ACS, ISO, Reag.

Ph. Eur (E. Merck), kloroform p.a. EMSURE® ACS, ISO, Reag. Ph. Eur (E.

Merck), asam asetat glasial EMPARTA® ACS (E. Merck), plat KLT silika gel G

60 (E. Merck), dan sediaan cair OHT Kiranti®.

E. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat

densitometer (Camag TLC Scanner 3 CAT. No. 027.6485 SER. No.160602),

indikator pH, penyaring Millipore, mikropipet Scorex, neraca, neraca analitik

(Scaltec SBC 22 max 60/210 g; min 0,001 g; d=0,01/0,1mg; e=1mg),

ultrasonikator (Retsch tipe T460 no V935922013 Ey), vaccum (Gaast model

Page 46: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

28

DOA-P104-BN), dan alat-alat gelas yang umum digunakan dalam analisis

(Pyrex).

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan pelarut (metanol pH 4)

Dibuat campuran metanol dan asam asetat glasial dengan perbandingan

9:1.

2. Pembuatan fase gerak

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian menggunakan campuran

kloroform : asam asetat glasial (95:5). Fase gerak dibuat dalam labu ukur 100 mL

kemudian digojog.

3. Pembuatan larutan baku kurkumin

a. Pembuatan larutan stok kurkumin 1000 ppm. Sejumlah lebih kurang

10,0 mg baku kurkumin ditimbang seksama kemudian dilarutkan dalam metanol

pH 4 hingga volume tepat 10,0 mL.

b. Pembuatan seri larutan baku. Sebanyak 0,250 mL; 0,375 mL; 0,500

mL; 0,625 mL; 0,750 mL; dan 0,875 mL larutan stok kurkumin diambil dan

dimasukkan ke dalam labu ukur 5 ml kemudian diencerkan dengan metanol pH 4

hingga tanda, sehingga didapatkan konsentrasi 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm, 125

ppm, 150 ppm, dan 175 ppm.

4. Penetapan panjang gelombang maksimum

Seri larutan baku konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, dan 175 ppm masing-

masing ditotolkan dengan volume penotolan 3 µL pada plat KLT dengan fase

Page 47: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

29

diam silika gel G 60 dan setelah kering dikembangkan dalam bejana kromatografi

yang telah dijenuhi dengan fase gerak. Setelah mencapai jarak rambat 10 cm, plat

dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Plat hasil pengembangan kemudian

secepatnya discanning panjang gelombang serapan maksimumnya dengan

densitometer.

5. Pembuatan kurva baku dan pengamatan nilai Retardation Factor (Rf)

kurkumin

Seri larutan baku konsentrasi 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm, 125 ppm, 150

ppm, dan 175 ppm masing-masing ditotolkan dengan volume penotolan 3 µL

pada plat KLT dengan fase diam silika gel G 60 dan setelah kering dikembangkan

dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan fase gerak. Setelah

mencapai jarak rambat 10 cm, plat dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Plat

hasil pengembangan kemudian secepatnya diukur AUC dan tinggi peaknya

dengan densitometer. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali dan pilih persamaan

kurva baku yang paling baik. Selain itu dilihat pula nilai Rf dari masing-masing

seri baku kurkumin.

6. Penentuan recovery dan Coefficient of Variations (CV) baku

Seri larutan baku konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, dan 175 ppm diberi

perlakuan seperti pada poin F.5. Replikasi dilakukan sebanyak 5 kali. Selanjutnya

dihitung kadar terukur dengan menggunakan persamaan kurva baku yang telah

dibuat pada poin F.5. Berdasarkan data ini dapat ditentukan recovery dan CVnya.

Page 48: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

30

7. Penentuan recovery dan Coefficient of Variations (CV) baku dalam

matriks sampel

a. Pembuatan larutan sampel (LS). Sejumlah lebih kurang 15,0 mL

sampel ditambah metanol pH 4 hingga volume 25,0 mL. Larutan sampel

kemudian didegasing selama 15 menit dan disaring dengan kertas saring. Larutan

hasil penyaringan ditambah metanol pH 4 hingga volume 25,0 mL.

b. Pembuatan larutan sampel dengan penambahan baku kurkumin (LSK).

Sejumlah 0,125 mL larutan sampel kurkumin dimasukkan dalam labu takar 5 mL,

kemudian ditambahkan 4,5 mL LS dan ditambahkan metanol pH 4 hingga tanda.

Replikasi dilakukan sebanyak 5 kali.

c. Pengembangan dan pengukuran. LS dan LSK diberi perlakuan seperti

pada poin F.5. Setelah itu dihitung kadar baku kurkumin dalam sampel

menggunakan persamaan kurva baku yang telah dibuat pada poin F.5. Kadar baku

kurkumin dalam sampel adalah selisih kadar LSK dengan kadar LS. Selanjutnya

dihitung recovery dan CVnya.

G. Analisis Hasil

1. Selektivitas

Selektivitas ditentukan dengan membandingkan nilai Rf baku dan Rf

sampel. Selain itu selektivitas juga ditunjukkan dengan nilai resolusi ≥ 1,5.

Resolusi dapat dihitung dengan cara berikut:

Resolusi (Rs)

Page 49: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

31

2. Linearitas

Linearitas dilihat dari harga r (koefisien korelasi) hasil pengukuran seri

baku kurkumin. Suatu metode dapat dikatakan memiliki linearitas yang baik jika r

> 0,999.

3. Akurasi

Akurasi metode analisis dinyatakan dengan recovery yang dapat dihitung

dengan cara berikut:

4. Presisi

Presisi metode analisis dinyatakan dengan CV (koefisien variasi) yang

dapat dihitung dengan cara berikut:

5. Range

Range merupakan interval konsentrasi analit yang memenuhi persyaratan

linearitas, akurasi, dan presisi.

6. Akurasi pengukuran baku dalam matriks sampel

Nilai recovery baku kurkumin dalam matriks sampel dapat dihitung

dengan rumus berikut:

Recovery =

Page 50: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Metanol pH 4

Kurkumin merupakan senyawa yang tidak stabil dalam pH basa, karena

dapat terdegradasi pada gugus metilen aktifnya, sehingga terbentuk asam ferulat

dan feruloilmetan. Apabila kurkumin terdegradasi, maka kadar yang diperoleh

akan berkurang sehingga tidak dapat merepresentasikan kadar kurkumin yang

sebenarnya.

Gambar 7. Gugus metilen aktif kurkumin= gugus metilen aktif

Oleh karena itu, untuk menjaga stabilitas kurkumin selama pengerjaan, maka

digunakan metanol pH 4 sebagai pelarut. pH pelarut yang digunakan ini,

diperoleh berdasarkan hasil optimasi yang dilakukan pada rangkaian penelitian

ini. Metanol sendiri memiliki pH 5, sehingga untuk menurunkan pHnya hingga 4,

dilakukan penambahan asam asetat glasial sebanyak 1 bagian pada setiap 9 bagian

metanol.

32

Page 51: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

33

B. Pembuatan Fase Gerak

Pembuatan fase gerak pada penelitian ini menggunakan fase gerak yang

diperoleh dari hasil optimasi yang dilakukan pada rangkaian penelitian ini, yaitu

kloroform : asam asetat glasial (95:5). Pembuatan fase gerak dengan jenis dan

komposisi tersebut bertujuan agar didapatkan polaritas fase gerak yang sesuai

sehingga dapat memisahkan kurkumin dengan senyawa lain dalam sampel secara

optimal. Selain itu, pemilihan asam asetat glasial sebagai salah satu komposisi

fase gerak, juga bertujuan untuk memberikan suasana asam untuk menjaga

stabilitas kurkumin. Sistem kromatografi pada penelitian ini merupakan

kromatografi fase normal, karena fase gerak pada penelitian ini bersifat non polar,

sedangkan fase geraknya, yaitu silika gel bersifat polar.

C. Pembuatan Larutan Baku

Larutan baku kurkumin dibuat dengan melarutkan baku kurkumin

menggunakan pelarut metanol pH 4. Penelitian ini menggunakan 6 seri

konsentrasi baku kurkumin, yaitu 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm, 125 ppm, 150 ppm,

dan 175 ppm. Pemilihan seri konsentrasi ini disesuaikan dengan melihat respon

detektor terhadap sinyal (peak) yang dihasilkan, apabila sinyal yang dihasilkan

pada konsentrasi tertentu terlalu kecil, maka sinyal tersebut dapat terganggu oleh

noise yang dihasilkan alat, maka pemilihan konsentrasi harus melihat rasio

konsentrasi analit terhadap sinyal (respon detektor). Selain itu pemilihan seri

konsentrasi ini juga bertujuan agar respon analit yang terdapat dalam sampel

dapat masuk ke dalam respon seri larutan baku. Dengan demikian persamaan

Page 52: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

34

kurva baku yang diperoleh dapat digunakan untuk penetapan kadar analit dalam

sampel.

D. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum Kurkumin

Penetapan panjang gelombang maksimum kurkumin dilakukan agar

didapatkan panjang gelombang dimana kurkumin memberikan respon yang

maksimum, sehingga sensitivitas pengukurannya tinggi, serta memberikan hasil

yang reprodusibel pada pengulangan pengukuran. Oleh karena itu, dengan

pengukuran pada panjang gelombang maksimum, diharapkan dapat

meminimalkan kesalahan pada pengukuran.

Penetapan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan

menggunakan 3 seri konsentrasi, yaitu konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, dan 175

ppm. Penggunaan 3 seri konsentrasi ini bertujuan untuk melihat apakah pada

konsentrasi yang dianggap mewakili seluruh konsentrasi pada seri baku ini

dihasilkan spektrum serapan maksimum yang sama. Scanning panjang gelombang

maksimum kurkumin dilakukan pada panjang gelombang 400-500 nm, karena

panjang gelombang maksimum teoritis kurkumin adalah 425 nm. Dari hasil

scanning dengan densitometer, diperoleh panjang gelombang maksimum (λ maks)

ketiga seri konsentrasi pada 425 nm.

Page 53: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

35

Gambar 8. Spektra baku kurkumin konsentrasi 50ppm, 100 ppm, dan 175 ppm (λ maks=425 nm)

Kurkumin memiliki gugus kromofor yang panjang serta auksokrom,

sehingga dapat memberikan serapan pada panjang gelombang visibel.

Gambar 9. Gugus kromofor dan auksokrom pada kurkumin= kromofor= auksokrom

175 ppm

100 ppm

50 ppm

Page 54: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

36

E. Pengamatan nilai Retardation Factor (Rf) dan Pembuatan Kurva Baku

Kurkumin

Pengamatan nilai Rf merupakan parameter analisis kualitatif yang

nantinya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya analit dalam sampel.

Pengamatan nilai Rf menggunakan konsentrasi tengah seri larutan baku kurkumin,

yaitu 100 ppm. Dari hasil pengamatan, diperoleh nilai Rf baku kurkumin 0,52.

Gambar 10. Baku kurkumin 100 ppm (nilai Rf=0,52)

Nilai Rf kurkumin dari sistem KLT ini dipengaruhi oleh interaksi kurkumin

dengan fase gerak maupun fase diamnya. Interaksi kurkumin dengan fase diam

dan fase gerak dapat dilihat pada gambar 11 dan 12.

Page 55: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

37

OCH3

HO

O O

OCH3

OH

C Cl

Cl

Cl

C Cl

Cl

Cl

C Cl

Cl

Cl

C Cl

Cl

Cl

C

Cl

Cl

Cl

C Cl

Cl

Cl

C

O

O

H

H

H

H

HH

H

C Cl

Cl

Cl

H

H3C

Gambar 11. Interaksi kurkumin dengan fase gerak

O Si O

O

Si

O

O Si

O

O Si

O

O Si

O

O

Si Si Si Si Si OO

O

OOOO

O OH OH OH

OCH3

O

OCH3

O

Si

O

O

Si

Si

O

OH

O

Si OH

HHHH

H H

OO

Gambar 12. Interaksi hidrogen kurkumin dengan fase diam

Interaksi hidrogen

Interaksi dipol-dipol

Interaksi dipol-dipol

Interaksi dipol-dipol

Interaksidipol-dipol

Page 56: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

38

Pada gambar 11 dan 12 dapat dilihat bahwa interaksi kurkumin dengan

fase geraknya lebih dominan. Adanya interaksi hidrogen dan interaksi dipol-dipol

antara asam asetat glasial dengan kurkumin serta interaksi dipol-dipol kloroform

dengan kurkumin akan menyebabkan lepasnya interaksi hidrogen antara kurkumin

dengan permukaan silika gel. Hal ini akan menyebabkan kurkumin dapat terelusi

oleh fase gerak dan mencapai jarak rambat tertentu. Interaksi yang sesuai antara

kurkumin dengan fase diam dan fase gerak akan menghasilkan nilai Rf yang baik,

yaitu antara 0,2-0,8.

Selain dari analisis interaksi senyawa terhadap fase diam dan fase

geraknya. Nilai Rf suatu senyawa juga dapat dijelaskan dari polaritas senyawa

tersebut dan kesesuaiaannya terhadap polaritas dari fase gerak yang digunakan.

Fase gerak yang digunakan yaitu campuran antara kloroform dan asam asetat

glasial (95:5) dengan indeks polaritas campuran 4,205. Dari hasil percobaan

indeks polaritas ini memiliki kesesuaian polaritas dengan kurkumin, sehingga

kurkumin dapat terelusi oleh fase gerak dan mencapai jarak rambat tertentu.

Pembuatan kurva baku kurkumin dilakukan 3 replikasi. Hal ini bertujuan

untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi yang paling baik. Koefisien korelasi

menunjukkan korelasi hubungan antara konsentrasi dengan respon pengukuran,

baik itu Area Under Curve (AUC) atau tinggi peak. Respon yang menunjukkan

nilai korelasi yang paling baik terhadap konsentrasi akan digunakan dalam

pembuatan persamaan kurva baku.

Hasil pengukuran respon dari tiap kadar baku kurkumin pada tiga

replikasi dapat dilihat pada tabel IV.

Page 57: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

39

Tabel IV. Data replikasi kurva baku kurkuminBaku kurkumin

Replikasi I Replikasi II Replikasi IIISeribaku

(ppm)AUC

Tinggipeak

Seribaku

(ppm)AUC

Tinggipeak

Seribaku

(ppm)AUC

Tinggipeak

51,5 7009,9 183 49,5 6528,6 145,5 50 6600 149,677,25 9403,3 252,1 74,25 8785,8 211,9 75 8864,1 216,9103 11159,2 272,2 99 11108,2 253 100 11298,6 257,7128,75 13535,4 341,5 123,75 13577,8 330,9 125 13455,5 336,9154,5 15461,5 355,8 148,5 15698 358,6 150 15774,6 364,6180,25 18444 449,5 173,25 17818,8 449,5 175 18201,1 397,7

A 2509,4781

88,7867 A 2011,2267

57,0619

A 1965,0057

60,5876

B 86,2372 1,900 B 91,9564 2,0190 B 92,4502 2,0146r 0,9976 0,9821 r 0,9997 0,9890 r 0,9999 0,9886

Pada tabel IV dapat dilihat bahwa hubungan antara kadar dengan AUC

menunjukkan korelasi yang lebih baik dibandingkan hubungan antara kadar

dengan tinggi peak. Korelasi yang baik ini dilihat dari nilai r yang paling

mendekati 1. Oleh karena itu, respon pengukuran yang akan digunakan adalah

AUC.

Rata-rata sudut yang dibentuk dari hasil pembuatan kurva baku adalah

89,340C. Sudut ini hampir berdempet dengan sumbu y, sehingga dari segi

sensitivitas kurva baku ini kurang layak ditampilkan. Oleh karena itu, diperlukan

penyesuaian pada nilai AUC agar diperoleh sudut kemiringan yang mendekati

450. Faktor koreksi yang digunakan untuk penyesuaian nilai AUC adalah 100.

Nilai ini selanjutnya akan digunakan sebagai faktor koreksi AUC untuk setiap

perhitungan. Hasil penyesuaian nilai AUC ini dapat dilihat pada tabel V.

Page 58: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

40

Tabel V. Data replikasi kurva baku kurkumin dengan penyesuaian nilai AUCBaku kurkumin

Replikasi I Replikasi II Replikasi IIISeri baku

(ppm)AUC/100

Seri baku(ppm)

AUC/100Seri baku

(ppm)AUC/100

51,5 70,099 49,5 65,286 50 6677,25 94,033 74,25 87,858 75 88,641103 111,592 99 111,082 100 112,986128,75 135,354 123,75 135,778 125 134,555154,5 154,615 148,5 156,98 150 157,746180,25 184,44 173,25 178,188 175 182,011

A 25,0948 A 20,1123 A 19,6500B 0,8624 B 0,9196 B 0,9245r 0,9976 r 0,9997 r 0,9999

Kurva baku yang digunakan adalah kurva baku yang memiliki linearitas

yang baik. Linearitas menyatakan adanya hubungan respon pengukuran yang

secara langsung proporsional terhadap konsentrasi (jumlah) analit. Suatu kurva

baku memiliki linearitas yang baik apabila memiliki nilai r > 0,999 (Yuwono and

Indrayanto, 2005). Pada tabel V di atas dapat dilihat bahwa kurva baku replikasi II

dan III telah memenuhi persyaratan linearitas yang baik, namun yang dipilih

untuk digunakan pada perhitungan kadar selanjutnya adalah kurva baku replikasi

III, karena memiliki nilai r yang lebih mendekati 1. Kurva hubungan konsentrasi

kurkumin dengan AUC dapat dilihat pada gambar 13. Dengan demikian

persamaan kurva baku yang digunakan adalah y = 0,9245x + 19,6500, dengan r =

0,9999.

Page 59: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

41

Gambar 13. Hubungan antara konsentrasi kurkumin dengan AUC/100(replikasi III)

F. Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis dilakukan untuk membuktikan bahwa metode

analisis yang digunakan memenuhi persyaratan validitas sehingga memberikan

hasil analisis yang dapat dipercaya. Validasi dilakukan dengan 3 seri konsentrasi

sebanyak 5 replikasi. Konsentrasi yang digunakan merupakan konsentrasi rendah,

sedang, dan tinggi dari konsentrasi seri baku, yaitu 50 ppm, 100 ppm, dan 175

ppm. Pemilihan ketiga seri konsentrasi ini adalah untuk mewakili setiap

konsentrasi dari seri baku, yaitu 50 ppm sampai 175 ppm. Parameter yang

digunakan dalam penentuan validitas metode ini adalah selektivitas, linearitas,

akurasi, presisi, dan range.

1. Selektivitas

Selektivitas metode menggambarkan kemampuan suatu metode untuk

mengukur respon analit dalam sampel secara akurat diantara semua komponen

yang terdapat dalam matriks sampel. Metode yang memenuhi persyaratan

selektivitas, maka metode tersebut hanya mengukur kadar analit. Pengambilan

Page 60: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

42

analit dari matriks sampel, dilakukan dengan mengekstraksi sampel dengan

metanol pH 4. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan ultrasonikator.

Gelombang ultrasonik yang dihasilkan akan memberikan energi atau getaran yang

akan mendorong kurkumin keluar dari serbuk simplisia yang tersuspensi dalam

sampel, kemudian adanya metanol akan dapat menarik dan melarutkan kurkumin.

Hal ini disebabkan karena kurkumin memiliki kelarutan yang baik dalam metanol.

Namun banyak senyawa-senyawa dalam sampel yang juga memiliki kelarutan

yang baik dalam metanol, sehingga dapat ikut terekstraksi bersama kurkumin,

seperti demetoksikurkumin dan bis-demetoksikurkumin, serta minyak atsiri. Oleh

karena itu, selektivitas yang baik dari metode diperlukan untuk mengukur analit

secara akurat tanpa terganggu oleh senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam

sampel.

Penentuan selektivitas dari metode KLT-Densitometri ini dapat dilihat

dengan membandingkan nilai Rf baku dan Rf analit dalam sampel. Nilai Rf

merupakan parameter analisis kualitatif suatu senyawa dalam campuran pada

metode KLT, sehingga dapat digunakan sebagai parameter selektivitas. Parameter

lain dari selektivitas adalah resolusi, dimana suatu metode dikatakan memiliki

selektivitas yang baik apabila memiliki nilai resolusi > 1,5 (Swartz and Krull,

1997). Perbandingan nilai Rf antara baku dan analit dalam sampel serta nilai

resolusi dapat dilihat pada tabel VI.

Page 61: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

43

Tabel VI. Perbandingan nilai Rf baku dan sampel, serta nilai resolusi

Konsentrasi serilarutan baku

kurkumin (ppm)Rf baku

Replikasisampel

Rf sampel Resolusi

50 0,53 1 0,50 2,475 0,53 2 0,50 2,25100 0,52 3 0,50 2,4125 0,53 4 0,51 2,53150 0,53 5 0,54 2,57175 0,54

Rata-rata 0,53 0,51 2,43

Pada tabel VI dapat dilihat bahwa Rf baku dan analit dalam sampel

menunjukkan nilai yang identik, dimana nilai Rf rata-rata dari baku adalah 0,53

dan Rf rata-rata dari analit dalam sampel adalah 0,51. Dari gambar 14 dan 15

dapat dilihat nilai Rf yang identik antara baku dan sampel. Sedangkan untuk nilai

resolusi, pada gambar 15 dapat dilihat bahwa pada kromatogram sampel terdapat

3 peak dan nilai rata-rata resolusi antara peak nomor 3 dengan peak terdekat (peak

nomor 2) adalah 2,43. Berdasarkan nilai Rf dan resolusi yang diperoleh tersebut,

maka metode KLT-Densitometri ini dikatakan memenuhi parameter selektivitas

dalam menetapkan kadar kurkumin.

Gambar 14. Rf baku kurkumin konsentrasi 100 ppm = 0,52

Page 62: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

44

Gambar 15. Rf sampel replikasi 1 = 0,50

2. Linearitas

Linearitas suatu metode ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) dari

kurva baku, dimana nilai r ini menunjukkan korelasi hubungan antara konsentrasi

dengan respon pengukuran, dalam hal ini AUC. Suatu metode dikatakan memiliki

linearitas yang baik apabila nilai r > 0,999 (Yuwono and indrayanto, 2005).

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pembuatan kurva baku

diperoleh nilai r untuk replikasi II = 0,9997 dan replikasi III = 0,9999. Nilai r

yang kurva baku repliasi II dan III tersebut memenuhi persyaratan, sehingga dapat

dikatakan metode KLT-densitometri ini memiliki linearitas yang baik dalam

menetapkan kadar kurkumin.

3. Akurasi

Akurasi metode dalam suatu penelitian dinyatakan dengan nilai recovery.

Recovery merupakan persen perolehan kembali kadar terukur terhadap kadar

sebenarnya. Suatu metode dikatakan memiliki akurasi yang baik apabila nilai %

recoverynya antara 98-102% (Harmita, 2004).

Page 63: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

45

Tabel VII. Data % recovery

Recovery (%)Kadarkurkumin Replikasi I Replikasi II Replikasi III Replikasi IV Replikasi V50 ppm 101,10 100,11 99,00 100,75 98,95

100 ppm 101,64 100,77 101,79 100,10 98,61175 ppm 101,99 100,18 102,72 103,83 100,96

Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai recovery yang masuk pada

rentang 98-102% adalah konsentrasi level rendah hingga sedang. Pada level

konsentrasi tinggi (175 ppm), metode ini memiliki nilai recovery antara 100,18-

103,83%, nilai recovery yang diperoleh tidak memenuhi persyaratan akurasi yang

baik yaitu 98-102% (Harmita, 2004). Oleh karena itu, metode ini dikatakan

memiliki akurasi yang baik pada kadar 50 ppm dan 100 ppm, sehingga dapat

digunakan untuk menetapkan kadar kurkumin pada level tersebut.

4. Presisi

Presisi merupakan parameter yang menggambarkan kedekatan hasil

pengukuran satu dengan lainnya dalam kondisi analisis yang sama. Presisi

dinyatakan dengan nilai Coefficient of Variation (CV) atau Relative Standar

Deviation (RSD). Kriteria presisi yang baik yaitu nilai CV ≤ 2% (Harmita, 2004).

Tabel VIII. Data Coefficient of Variation (CV)

Kadar kurkumin (ppm) SD CV (%)

50 ppm 50,2883 0,8552 1,7100 ppm 100,5458 0,7125 0,7175 ppm 179,4245 1,5902 0,9

Dari hasil perhitungan data yang diperoleh, nilai CV pada konsentrasi 50

ppm, 100 ppm, dan 175 ppm kurang dari 2 %. Oleh karena itu, metode penetapan

kadar kurkumin ini dikatakan memiliki presisi yang baik, sehingga penetapan

Page 64: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

46

kadar kurkumin pada level konsentrasi tersebut menggunakan metode ini akan

memberikan kedekatan hasil pengukuran.

5. Range

Range merupakan interval antara konsentrasi analit pada level bawah dan

level atas dalam suatu sampel, yang masih memenuhi parameter linearitas,

akurasi, dan presisi.

Gambar 16. Range konsentrasi kurkumin

Pada gambar 16 dapat dilihat bahwa range konsentrasi metode ini adalah

50-100 ppm. Range ini menunjukkan area analisis yang memenuhi parameter

linearitas, akurasi, dan presisi.

G. Penentuan Akurasi dan Presisi Baku Kurkumin dalam Sampel

Penentuan akurasi dan presisi baku kurkumin dalam sampel dilakukan

dengan menambahkan baku kurkumin ke dalam matriks sampel. Namun sebelum

melihat akurasi dan presisi baku kurkumin dalam sampel, adisi baku kurkumin

pada sampel juga dilakukan untuk memastikan bahwa peak dengan nilai Rf yang

identik terhadap baku kurkumin memang merupakan peak senyawa kurkumin.

Linearitas dan presisi

akurasi

Page 65: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

47

Hal ini dapat diketahui dengan melihat apakah terjadi penambahan luas area pada

peak yang dimaksud ketika dilakukan penambahan baku ke dalam sampel.

Apabila luas area pada peak tersebut bertambah ketika baku kurkumin

ditambahkan maka dapat dipastikan bahwa peak tersebut merupakan peak

kurkumin. Berikut adalah gambar peak dari sampel tanpa penambahan baku dan

sampel yang ditambah baku:

Gambar 17. Kromatogram sampel tanpa penambahan baku kurkumin

Gambar 18. Kromatogram sampel dengan penambahan baku kurkumin

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terjadi penambahan luas area pada

peak yang memiliki nilai Rf identik terhadap baku kurkumin. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa peak tersebut merupakan kurkumin.

Page 66: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

48

Setelah dapat dipastikan bahwa peak dengan nilai Rf yang identik

tersebut merupakan kurkumin, maka dilakukan penentuan akurasi dan presisi

baku kurkumin dalam sampel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah metode

ini masih dapat mengukur respon baku kurkumin dalam matriks sampel secara

akurat dan seksama. Akurasi dan presisi baku yang ditambahkan dapat dilihat

pada tabel IX.

Tabel IX. Recovery dan CV baku kurkumin dalam matriks sampel

Replikasi Recovery (%) CV (%)

I 101,28

II 99,47

III 101,83

IV 96,99

V 103,55

2,5

Kadar baku yang ditambahkan pada sampel adalah 25 ppm, maka

menurut USP, nilai recovery yang dapat diterima yaitu 90-107% dan nilai

CV≤16%. Oleh karena itu, dari tabel IX dapat disimpulkan bahwa metode KLT-

Densitometri ini dapat mengukur analit dalam matriks sampel secara akurat dan

seksama.

Page 67: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Metode KLT-densitometri dengan instrumen Camag TLC Scanner 3

CAT. No. 027.6485 SER. No.160602, fase diam silika gel G 60, fase gerak

kloroform:asam asetat glasial (95:5), volume penotolan 3,0 μL, dan jarak

pengembangan 10 cm memiliki selektivitas dan linearitas yang baik akurasi yang

baik pada konsentrasi 50-100 ppm, presisi yang baik pada konsentrasi 50-175

ppm, serta range antara 50-100 ppm. Berdasarkan hasil tersebut, maka metode

KLT-densitometri ini memiliki validitas yang baik untuk menetapkan kadar

kurkumin dalam sampel OHT Kiranti®.

B. Saran

Perlu dilakukan penetapan kadar kurkumin pada sampel OHT Kiranti®

menggunakan metode ini.

Page 68: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

50

DAFTAR PUSTAKA

Adamovics, 1997, Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals,2nd Edition,Marcel Dekker, New York.

Aggarwal, B., Bhatt, D., Ichikawa, H., Ahn, K.S., Sethi, G., Sandur, S.K.,Natarajan, C., Seeram, N., and, Shishodia, S., 2006, Curcumin-Biologicaland medicinal Properties, 299-300, http://www.indsaff.com/10%20Curcumin%20biological.pdf , diakses tanggal 25 Oktober 2010.

Agnam, N., Samhoedi, H., Timmerman, H., Venie, U. A., Sugiyanto, Goot, H.,1995, The Relationship Between Structure And Inhibition Of LipoxygenaseActivity of Curcumin Derivatives In International Symposium On CurcuminPharmacochemistry ISCP, Yogyakarta.

Anonim, 2010, Kiranti Sehat Datang Bulan, http://diarykiranti.com/kiranti-funfact-sdb/, diakses tanggal 25 Oktober 2010.

Aulton, 1988, Pharmaceutics: The Science of Dossage Form Design, edisi II,Churchill Livingstone, New York, pp. 310,335.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2004, KeputusanKepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan PenandaanObat Bahan Alam indonesia, Badan Pengawas Obat dan MakananRepublik Indonesia, Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005, Pedoman CaraPembuatan Obat tradisional yang Baik, Badan Pengawas Obat danMakanan Republik Indonesia, Jakarta.

Bermawie, N., Rahardjo, M., Wahyuno, D., Ma’mun, 2005, Status Teknologi DanPanen Tanaman Kunyit Dan Temulawak Sebagai Penghasil Kurkumin, 85,96, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor.

Dean, J., 1995, Analytical Chemistry Handbook,Mc Graw-Hill Inc., USA,pp.4.98, 4.113.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995a, Materia MedikaIndonesia, edisi VI, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp.148-152.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995b, FarmakopeIndonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp.735-737.

Page 69: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

51

Drakeiron, 2008, Info Pentagamavunon-0, http://drakeiron.wordpress.com,diakses tanggal 25 Oktober 2010.

Gritter, J.R., Bobbit, J.M., dan Scharting, A.E., 1991, Pengantar Kromatografi,diterjemahkan oleh Kosasih Pamawinata, Edisi II, Penerbit ITB, Bandung.

Gandjar, G.I., dan Rohman, A, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, pp.362-363.

Gupta, A. P., Gupta, M. M., and Kumar, S., 1999, Simultaneous determination ofcurcuminoids in curcuma samples using high performance thin layerchromatography, http://203.190.147.121/bitstream/123456789/80/1/JJournal_Liquid_Chromatography_Related_Technologies_22_1561.pdf,diakses tanggal 15 Februari 2010.

Hanani, E., 2010, Standarisasi Simplisia dan Ekstrak Daun Handeuleum(Graptophyllum Pictum), Laporan Penelitian, Universitas Indonesia,Jakarta.

Harborne, 1973, Phtochemical methods, diterjemahkan oleh KosasihPadmawinata dan Iwang Soediro, Terbitan II, hal.10-11, Institut TeknologiBandung, Bandung.

Hardjono, 1983, Kromatografi, Laboratorium Analisa Kimia Fisika Pusat, UGM,Yogyakarta, pp.32-34.

Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan CaraPerhitungannya, Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok, pp.5-25.

Katno, dan Pramono, 2010, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat danObat Tradisional, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 1994, Keputusan Menteri Kesehatan RINomor:661/MENKES/VII/1994, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Khopkar, 1990, Concepts of Analytical Chemistry, diterjemahkan oleh SaptoRaharjo, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Kohli, K., Ali, J., Ansari, M. J., and Raheman, Z., 2005, Curcumin : A NaturalAnti- inflammatory Agent, 141 -142, In Indian Journal of Pharmacology,Jamie Hamdard University, New Delhi.

Martono, S., 1996, Penentuan kadar kurkumin secara kromatografi lapis tipis-densitometri, Buletin ISFI Yogyakarta, 2 (4), 11-21.

Page 70: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

52

Mintarsih, 1990, Penetapan Kadar Alkaloid Kininda dalam Akar, Batang, danDaun Chinchona Succirubra Pavon et Klotzsch dari Daerah KaliurangSecara Spektrodensitometri (TLC-Scanner),Skripsi, Universitas GadjahMada, Yogyakarta.

Mulja, H.M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga UniversityPress, Surabaya, pp.102.

Mulja, H.M dan Hanwar, 2003, Pinsip Cara Berlaboratorium yang Baik (GoodLaboratory Practice),Majalah Farmasi Airlangga, Vol.III, No.2, 71-76.

Nakayama, T., 1997, Affinities of Dietary Phenolic Antioxidants for LipidBilayers, in Shahidi, F., Ho, Chi-Tang. (Eds.), Phytochemicals andPhytopharmaceutical, 355-356, AOCS Press, USA.

Paramasivam, M., Aktar, W., Poi, R., Banerjee, H., Bandyopahyay, A., 2008,Occurrence of curcuminoids in Curcuma longa: A quality standardizationby HPTLC, http://www.banglajol.info/index.php/BJP/article/, diaksestanggal 15 Februari 2010

Rohman, 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta,pp.45, 47, 53, 217.

Roth, H.J., 1994, Pharmaceutical Analysis, diterjemahkan oleh Sarjono Kisman,Slamet Ibrahim, Cetakan 2, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Sari, L.O., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaatdan Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.III, No.1, 1-7.

Sherma, J., and, Fried B., 1996, Handbook of Thin Layer Chromatography, 2nd

Edition, Marcel Dekker, Inc., pp.20.

Stahl, 1985, Drugs Analysis by Chromatography and Microscopy, diterjemahkanoleh Kosasih Padmawinata, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Stankovic, I., 2004, Curcumin: Chemical and Technical Assestment,ftp://ftp.fao.org/es/esn/jecfa/cta/CTA_61_Curcumin.pdf, diakses tanggal 15Februari 2010.

Sudjadi, 1988, Metode Pemisahan, cetakan pertama, Penerbit Kanisius,Yogyakarta, pp.167-175.

Supardjan, A. M., Meiyanto, E., 2002, Efek Antiproliferatif Pentagamavunon – 0Terhadap Beberapa Sel Kanker, Laporan Penelitian, Lembaga PenelitianUniversitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Page 71: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

53

Swartz and Krull, 1997, Chromatographic Analysis of Pharmaceuticals, 2nd

Edition, Marcel Dekker, USA.

Tonnesen, H. H., 1989, Studies On Curcumin And Curcuminoids, Catalytic EffectOf Demethoxy And Bis-demethoxycurcumin On The Peroxydation OfLinoleic Acid By 15- Lipoxygenase, Internal Journal Pharmacy, Vol. XV,51, 179-181

Tonnesen, H. H. and Greenhill, J. V., 1992, Studies on curcuminandcurcuminoids.. Curcumin as a reducing agent and as a radicalscavenger, Int. J. Pharm., XXII87

Tonnesen, H. H., and Karlsen, 1983, Curcuminoid and It’s Compounds, JournalChromatography, Vol. 4, 259 -376.

Tonnesen, H.H., and Karlsen, 1985, Studies On Curcumin and CurcuminoidsAlkaline Degradation of Curcuming Z.Lebens, Unters, Forsch, 180 : 132-134.

United States Pharmacopeial Convention, 2007, The United States Pharmacopeia,30thedition, United States Pharmacopeial Convenction Inc., New York.

Van der Goot, H., 2002, The Chemistry and Qualitative Structure – ActivityRelationships Of Curcumin In Recent Development In CurcuminPharmacochemistry, Procedings of The International Symposium onCurcumin Pharmacochemistry, 1995, Edited By Suwijyo Pramono, AdityaMedia, Yogyakarta.

Yuwono, M. and Indrayanto, G., 2005, Validation of Chromatographic Methodsof Analysis, Profile of Drug Substances, Excipients, and RelatedMethodology, Elseiver Inc., 32, 243-259.

Page 72: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

54

LAMPIRAN

Page 73: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

55

Lampiran 1. Pernyataan Jaminan Keaslian Bahan Kurkumin Standar Hasil

Sintesis

Page 74: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

56

Lampiran 2. Data Penimbangan Bahan

1. Baku Kurkumin

Kurkumin (g) Replikasi I Replikasi II Replikasi IIIBerat kertas 13,966 15,001 14,785Berat kertas + zat 13,976 15,011 14,795Berat kertas + zat 13,9764 15,0112 14,7952Berat kertas + sisa 13,9661 15,0013 14,7852Berat zat 0,0103 0,0099 0,0100

2. Validasi Metode Kurkumin

ReplikasiKurkumin (g)

I II III IV VBerat kertas 14,675 14,253 13,728 14,852 15,227

Berat kertas +zat

14,685 14,263 13,738 14,862 15,237

Berat kertas +zat

14,6853 14,2633 13,7386 14,8622 15,2374

Berat kertas +sisa

14,6753 14,2531 13,7287 14,8523 15,2371

Berat zat 0,0100 0,0102 0,0099 0,0099 0,0103

3. Validasi Metode Kurkumin dalam Matriks Sampel

Kurkumin (g)Berat kertas 15,752Berat kertas + zat 15,762Berat kertas + zat 15,7623Berat kertas + sisa 15,7524Berat zat 0,0099

Lampiran 3. Kromatogram seri baku kurkumin replikasi III

1. Seri 1 (50 ppm)

Page 75: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

57

2. Seri 2 (75 ppm)

3. Seri 3 (100 ppm)

4. Seri 4 (125 ppm)

Page 76: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

58

5. Seri 5 (150 ppm)

6. Seri 6 (175 ppm)

Lampiran 4. Kromatogram validasi metode

1. Konsentrasi rendah (50 ppm)

Replikasi I

Page 77: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

59

Replikasi II

Replikasi III

Replikasi IV

Page 78: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

60

Replikasi V

2. Konsentrasi sedang (100 ppm)

Replikasi I

Replikasi II

Page 79: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

61

Replikasi III

Replikasi IV

Replikasi V

Page 80: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

62

3. Konsentrasi tinggi (175 ppm)

Replikasi I

Replikasi II

Replikasi III

Page 81: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

63

Replikasi IV

Replikasi V

Lampiran 5. Contoh perhitungan kadar kurkumin

1. Skema pembuatan

Timbang lebih kurang seksama 10,0 mg kurkumin

Larutkan dengan metanol pH 4 ad hingga 10,0 ml

Pipet 0,25 ml; 0,375 ml; 0,5 ml; 0,625 ml; 0,75 ml; dan 0,875 ml

Encerkan dengan metanol pH 4 ad hingga 5,0 ml

2. Perhitungan seri kadar kurkumin

Bobot kurkumin hasil penimbangan = 0,0103 g = 10,3 mg

Kadar stok kurkumin = 10,3 mg / 10 ml = 1030 mg / 1000 ml = 1030 ppm

Page 82: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

64

Kadar seri larutan baku kurkumin :

C1.V1 = C2.V2

1030 ppm x 0,25 ml = C2 x 5 ml

C2 = 51,5 ppm

Baku kurkuminReplikasi I Replikasi II Replikasi III

Seribaku(ppm)

AUCTinggipeak

Seribaku(ppm)

AUCTinggipeak

Seribaku(ppm)

AUCTinggipeak

51,5 7009,9 183 49,5 6528,6 145,5 50 6600 149,677,25 9403,3 252,1 74,25 8785,8 211,9 75 8864,1 216,9103 11159,2 272,2 99 11108,2 253 100 11298,6 257,7

128,75 13535,4 341,5 123,75 13577,8 330,9 125 13455,5 336,9154,5 15461,5 355,8 148,5 15698 358,6 150 15774,6 364,6180,25 18444 449,5 173,25 17818,8 449,5 175 18201,1 397,7

A2509,47

8188,786

7A

2011,2267

57,0619

A1965,00

5760,587

6B 86,2372 1,900 B 91,9564 2,0190 B 92,4502 2,0146r 0,9976 0,9821 r 0,9997 0,9890 r 0,9999 0,9886

Dilakukan penyesuaian nilai AUC agar nilai tan α mendekati 1

Baku kurkuminReplikasi I Replikasi II Replikasi III

Seri baku(ppm)

AUC/100Seri baku

(ppm)AUC/100

Seri baku(ppm)

AUC/100

51,5 70,099 49,5 65,286 50 6677,25 94,033 74,25 87,858 75 88,641103 111,592 99 111,082 100 112,986128,75 135,354 123,75 135,778 125 134,555154,5 154,615 148,5 156,98 150 157,746180,25 184,44 173,25 178,188 175 182,011

A 25,0948 A 20,1123 A 19,6500B 0,8624 B 0,9196 B 0,9245r 0,9976 r 0,9997 r 0,9999

Lampiran 6. Persamaan kurva baku dan gambar kurva baku kurkumin

1. Persamaan kurva baku yang digunakan adalah replikasi 3, yaitu :

y=0,9245x+19,6500

Page 83: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

65

2. Gambar kurva baku kurkumin

Lampiran 7. Nilai AUC dan contoh perhitungan recovery kurkumin

1. AUC kurkumin

AUC/100Kadarkurkumin Replikasi I Replikasi II Replikasi III Replikasi IV Replikasi V50 ppm 66,386 66,85 64,956 65,752 66,761100 ppm 112,693 118,79 112,817 112,087 113,547175 ppm 184,658 184,968 184,713 185,956 187,885

2. Contoh perhitungan recovery

Replikasi I

Perhitungan kadar teoritis

- Bobot kurkumin hasil penimbangan = 0,0100 g = 10 mg

- Kadar stok kurkumin = 10 mg/10 ml = 1000 mg/1000ml = 1000 ppm

C1.V1=C2.V2

Kadar rendah → 1000 ppm x 0,25 ml = C2 x 5 ml

C2 = 50 ppm

Kadar sedang → 1000 ppm x 0,5 ml = C2 x 5 ml

C2 = 100 ppm

Kadar tinggi → 1000 ppm x 0,875 ml = C2 x 5 ml

C2 = 175 ppm

Perhitungan kadar terukur

y = 0,9245x+19,6500

y = AUC / 100

Page 84: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

66

Kadar rendah → 66,386 = 0,9245x + 19,6500

x = 50,5527 ppm

Kadar sedang → 112,693 = 0,9245x + 19,6500

x = 100,6414 ppm

Kadar tinggi → 184,658 = 0,9245x + 19,6500

x = 178,4835 ppm

Perhitungan recovery

Recovery

Kadar rendah → = 101,10%

Kadar sedang → = 101,64%

Kadar tinggi → = 101,99%

Recovery (%)Kadarkurkumin Replikasi I Replikasi II Replikasi III Replikasi IV Replikasi V50 ppm 101,10 100,11 99,00 100,75 98,95100 ppm 101,64 100,77 101,79 100,10 98,61175 ppm 101,99 100,18 102,72 103,83 100,96

Lampiran 8. Contoh perhitungan CV kurkumin

Kadar kurkumin (ppm) SD CV (%)50 ppm 50,2883 0,8552 1,7100 ppm 100,5458 0,7125 0,7175 ppm 179,4245 1,5902 0,9

Lampiran 9. Kromatogram sampel tanpa penambahan baku

1. Replikasi I

Page 85: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

67

2. Replikasi II

3. Replikasi III

4. Replikasi IV

Page 86: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

68

5. Replikasi V

Lampiran 10. Kromatogram sampel dengan penambahan baku

1. Replikasi I

2. Replikasi II

Page 87: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

69

3. Replikasi III

4. Replikasi IV

5. Replikasi V

Page 88: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

70

Lampiran 11. Contoh perhitungan resolusi

Diketahui: Rf kurkumin = 0,50

Rf peak terdekat = 0,32

Perhitungan:

Resolusi (Rs)

=

= 2,4 (replikasi I)

Replikasi II→ 2,25

Replikasi III→ 2,4

Replikasi IV→ 2,53

Replikasi V→ 2,57

Lampiran 12. Nilai AUC sampel dan sampel yang diadisi baku kurkumin

AUC/100Replikasi

Sampel AdisiI 69,88 93,055II 68,795 91,556III 70,058 93,358IV 69,983 92,175V 68,567 92,261

Lampiran 13. Contoh perhitungan recoverybaku kurkumin dalam sampel

Perhitungan kadar teoritis

Bobot kurkumin = 0,0099 g = 9,9 mg

Kadar stok kurkumin = 9,9 mg/10 ml = 990 mg/1000 ml = 990 ppm

C1.V1 = C2.V2

990.0,125=C2.5

Page 89: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

71

C2= 24,75 ppm

Replikasi I

Perhitungan kadar baku + sampel terukur

y = 0,9245x + 19,65

93,055 = 0,9245x +19,65

x = 79,3997 ppm

Perhitungan kadar sampel terukur

y = 0,9245x + 19,65

69,88 = 0,9245x +19,65

x = 54,3321 ppm

Perhitungan kadar baku terukur

Kadar terukur baku = kadar (baku + sampel) terukur - kadar sampel terukur

= 79,3997 – 54,3321

= 25,0676 ppm

Perhitungan recovery kadar baku terukur

Recovery =

=

= 102,34 %

Lampiran 14. Tabel perhitungan CV kadar baku kurkumin dalam sampel

Replikasi (ppm) (ppm) SD CV (%)I 25,0676II 24,6197III 25,2028IV 24,0043V 25,629

24,9047 0,6189 2,5

Page 90: VALIDASI METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT ... · bila dibandingkan obat sintesis (Sari, 2006). Walaupun demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tradisional tidak memiliki

72

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul Validasi MetodeKromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri padaPenetapan Kadar Kurkumin dalam Sediaan Cair ObatHerbal Terstandar (OHT) Kiranti® ini bernama lengkapYunita Dwi Wulansari. Penulis dilahirkan di Surakartapada tanggal 10 Juni 1989 sebagai anak kedua dari tigabersaudara, dari pasangan Heru Handoyo dan Ika Yanti.Penulis telah menyelesaikan pendidikannya di SDMarsudirini Surakarta pada tahun 2001, di SMP PangudiLuhur Bintang Laut Surakarta pada tahun 2004, dan diSMA Negeri 3 Surakarta pada tahun 2007. Penuliskemudian melanjutkan pendidikannya di FakultasFarmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada

tahun 2007. Selama menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi UniversitasSanata Dharma penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi, antara lainpanitia pelepasan wisudawan/wisudawati 2008 (konseptor), panitia inisiasiFakultas Farmasi TITRASI 2008 (pendamping kelompok), panitia inisiasiFakultas Farmasi TITRASI 2009 (Steering Comitte), Badan Eksekutif MahasiswaFakultas (BEMF) Farmasi 2009/2010 (divisi organisasi), dan Dewan PerwakilanMahasiswa Fakultas 2010/2011 (wakil ketua). Di bidang akademik, penulispernah menjadi asisten dosen praktikum Spektroskopi, asisten dosen praktikumKromatografi, dan asisten dosen praktikum Kimia analisis. Selain itu, pada tahun2009 penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), yangberjudul Sediaan Celup Kulit Ari Kacang Tanah sebagai Minuman Kesehatanbagi Penderita Demam Berdarah Dengue, dimana program ini diselenggarakanoleh DIKTI.