13

Click here to load reader

Veruka Vulgaris

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Veruka Vulgaris

BAB I

PENDAHULUAN

Veruka vulgaris sering dikenal sebagai common wart adalah proliferasi jinak dari kulit

dan mukosa yang disebabkan infeksi human papilloma virus (HPV). Penyakit veruka

mempunyai beberapa bentuk klinis yaitu veruka vulgaris, veruka plana juvenilis, veruka

plantaris, veruka akuminatum (kandiloma akuminatum).1 Kutil tidak bersifat kanker, namun

memiliki kemungkinan menular dari orang ke orang, dan dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh

lain pada orang yang sama.2

Veruka vulgaris dapat terjadi pada seluruh kelompok usia, namun insiden tertinggi terjadi

diantara anak-anak berumur 5-20 tahun dan hanya 15% terjadi setelah usia 35 tahun. Seseorang yang sering merendam tangannya di air, sering tergores (terjadi trauma) dan tukang daging memiliki insiden

yang lebih tinggi untuk terkena veruka vulgaris. Penyakit ini juga sering timbul pada pasien dengan

sistem imun yang turun.3

Ada 100 lebih genom dari human papilloma virus (HPV) dan yang menyebabkan veruka

vulgaris adalah HPV tipe-1, -2, -4, -27, -57, dan -63.3 Early genes yaitu E6 dan gen E7 pada virus

ini dapat menginaktivasi tumor suppressor genes pada manusia sehingga proliferasi sel ini terus

terjadi dan menghasilkan hiperplasia dari epitel kulit.2 Tempat predileksi veruka vulgaris

terutama terletak pada jari, tangan, lutut, siku atau lainnya pada situs trauma.3 Walaupun

demikian penyebaran dapat ke bagian yang lain dari tubuh termasuk mukosa mulut dan hidung.

Lesi dimulai dari papul kecil yang kemudian membesar, dan menjadi bentuk verukosa

dengan diameter beberapa milimeter sampai sentimeter. Kutil ini berbentuk bulat berwarna abu-

abu, besarnya lentikular atau kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa).

Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomena kobner). Veruka

vulgaris sebagian besar asimtomatik dan memiliki manifestasi klinis yang spesifik.1 Pemeriksaan

histopatologi dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis, dengan ditemukannya gambaran

berbatas jelas, tampak papilomatosis, hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, dan sel koilosit

pada pemeriksaan ini.4,6

Kami mengambil kasus veruka vulgaris sebagai laporan kasus karena banyak macam

terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi veruka vulgaris baik terapi bedah dan non bedah

namun belum ada yang terbukti 100% efektif. Selain itu ada yang menyebutkan bahwa veruka

1

Page 2: Veruka Vulgaris

vulgaris seringkali mengalami remisi spontan sehingga ada pendapat yang menggolongkan

veruka vulgaris sebagai penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan.3,4,5

BAB II2

Page 3: Veruka Vulgaris

KASUS

2.1 IDENTITAS

Nama Penderita : Nn. Yasinta

No.RM : 165327

Umur : 16 tahun

Alamat : perumahan leces permai F/78 Probolinggo

Tanggal pemeriksaan : 21-12-2012

Pekerjaan : Pelajar

Status : Belum menikah

2.2 ANAMNESA

Keluhan utama : Kutil di jari telunjuk tangan kanan

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan ada kutil di jari telunjuk sebelah kanan sejak sekitar 6

bulan yang lalu. Pasien mengatakan tidak merasa gatal ataupun nyeri. Pasien mengatakan

mulai menyadari adanya kutil pada saat ia menggosok-gosokkan jari telunjuk dan ibu

jarinya. Pasien menjelaskan awalnya muncul 1 kutil agak besar di jati telunjuk tangan

kanannya, kemudian sekitar 1 bulan yang lalu muncul beberapa bintil kecil disekitar kutil

yang agak besar tersebut. Karena merasa tidak nyaman, pasien sempat menggunting

bagian atas dr kutil yang agak besar. Pada saat digunting, menurut pasien tidak ada darah

yang keluar.

Riwayat penyakit dahulu :

Belum pernah seperti ini sebelumnya

Riwayat penyakit keluarga:

Keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti ini

Riwayat Pengobatan:

Tidak pernah diobati

2.3 PEMERIKSAAN KLINIS

3

Page 4: Veruka Vulgaris

Lokasi : jari telunjuk kanan

Distribusi : terlokalisir

Ruam : - nodul keabu-abuan batas tegas, ukuran 11-13mm, soliter dengan permukaan

kasar

- Papula keabu-abuan batas tegas, bentk bulat, ukuran 2-4mm, multiple

Gambar klinis

2.4 DIAGNOSA BANDING

1. Veruka vulgaris

2. pompolix

2.5 PEMERIKSAAN LAB

4

Page 5: Veruka Vulgaris

Tidak dilakukan

2.6 DIAGNOSA

Veruka vulgaris

2.7 TERAPI

Elektrokeuterisasi

2.8 SARAN

- Jangan menggaruk-garuk lesi

- Hindari gesekan-gesekan pada tangan

BAB III

5

Page 6: Veruka Vulgaris

PEMBAHASAN

Veruka vulgaris sering dikenal sebagai common wart adalah proliferasi jinak dari kulit

dan mukosa yang disebabkan infeksi human papilloma virus (HPV). Tidak bersifat kanker,

namun bisa menular dari orang ke orang, dari satu bagian tubuh ke tubuh yang lain pada orang

yang sama.1,2

Dari identitas pasien didapatkan bahwa Nn. Yasinta, pelajar, berusia 16 tahun.

Berdasarkan teori maka pasien termasuk golongan dewasa muda, dimana dilaporkan bahwa

insidensi veruka vulgaris biasanya terjadi pada perempuan. Biasanya terjadi pada usia dewasa

muda terutama antara usia 5-20 tahun dan hanya 15% terjadi setelah usia 35 tahun. Sebanyak

23% kasus mengalami penyembuhan spontan dalam waktu kurang dari 2 bulan, 30% kurang dari

3 bulan, 60-78% kurang dari 2 tahun dan 90% dalam waktu lebih dari 5 tahun.3

Dari anamnesis riwayat penyakit sekarang, pasien datang dengan keluhan bahwa terdapat

kutil di jari telunjuk tangan kanannya sejak sekitar 6 bulan yang lalu. Pasien mengatakan tidak

merasa gatal ataupun nyeri. Pasien menjelaskan awalnya muncul 1 kutil agak besar di jari

telunjuk tangan kanannya, kemudian sekitar 1 bulan yang lalu muncul beberapa bintil kecil

disekitar kutil yang agak besar tersebut. Dari riwayat penyakit sekarang ini dicurigai bahwa kutil

yang muncul pada jari pasien adalah veruka vulgaris. Dimana teori menyebutkan bahwa klinis

veruka vulgaris berupa lesi hiperkeratotik, papula atau nodul terutama pada ekstremitas bagian

ekstensor, jari, tangan. Kutil veruka vulgaris berbentuk bulat berwarna abu-abu.1,3

Seperti yang telah dijelaskan diatas, dari penjelasan pasien didapatkan bahwa dalam

beberapa waktu, kutil menjadi bertambah banyak dengan jarak yang berdekatan. Hal ini semakin

memperkuat dugaan diagnosa veruka vulgaris, yaitu bahwa induk kutil suatu saat bisa

menyebabkan timbulnya kutil-kutil baru (anak-anak kutil) dalam jumlah banyak.1

Kutil tidak bersifat kanker, namun memiliki kemungkinan menular dari orang ke orang,

dan dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lain pada orang yang sama.2 Penyebarannya melalui

kontak kulit maupun autoinokulasi. Seseorang yang sering merendam tangannya di air, sering

tergores (terjadi trauma) dan tukang daging memiliki insiden yang lebih tinggi untuk terkena

veruka vulgaris. Penyakit ini juga sering timbul pada pasien dengan sistem imun yang turun.3

6

Page 7: Veruka Vulgaris

Selain veruka vulgaris, ada penyakit lain yang mempunyai manifestasi klinis hampir

sama dengan veruka vulgaris, yaitu pompholix. Penyakit ini yang dijadikan sebagai diagnosa

banding dari veruka vulgaris.

Pembeda Veruka vulgaris Pompholix Kasus

Etiologi HPV 1, 2, 4, 27, 57,

63(1,2,3,4,5)

dermatitis vesikular

akut

Tidak didapatkan

adanya tanda

peradangan

Insidensi Biasanya pada usia 5-20

tahun.3

Biasanya pada

penderita atopi

Pasien berusia 16 tahun

Kelainan kulit Kutil berupa papula atau

nodul, hiperkeratotik, ,

berwarna abu-abu,

permukaan verukosa1,7

Gatal, Lesi simetris Nodul bulat, warna

abu-abu, dan

permukaan kasar

Lokasi Ekstremitas bagian

ekstensor seperti jari,

tangan, lutut, siku

Telapak tangan dan

telapak kaki

Jari telunjuk kanan

Lain-lain Dikenal induk kutil yang

akan menimbulkan anak-

anak kutil

Sembuh spontan dalam

waktu 2-3 minggu

Dari Perjalanan

penyakitnya muncul

kutil-kutil kecil

disekitar yang besar

Diagnosa kasus ini ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan perjalanan penyakit yaitu

pertama muncul kutil agak besar dengan permukaan kasar dan berwarna abu-abu, kemudian

muncul kutil-kutil baru dengan ukuran lebih kecil disekitarnya. Pada veruka vulgaris gambaran

klinis berupa bentukan papul dan nodul, berwarna abu-abu bisa soliter maupun multiple dengan

permukaan kasar (verukosa), hyperkeratosis. Serta dikenal induk kutil yang suatu saat

menimbulkan anak-anak kutil disekitarnya.1,4

Terapi pada veruka vulgaris disesuaikan dengan lokasi tubuh yang terkena, usia pasien,

7

Page 8: Veruka Vulgaris

status imun pasien, dan terapi sebelumnya. Tujuan dari terapi yaitu antara lain untuk

menghilangkan kutilnya, tidak terbentuk skar, untuk meningkatkan imunitas untuk mengurangi

kekambuhan.3

Secara umum penatalaksanaan veruka vulgaris bermacam-macam. Diantaranya yaitu

penggunaan asam salisilat dimana efek keratolitiknya membantu mengurangi ketebalan kutil.

Penggunaan glutaraldehida yang punya sifat virusidal juga bisa untuk pengobatan kutil, namun

dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. 5-fluorourasil topikal juga dapat digunakan untuk

terapi veruka vulgaris. Imiquimod, yaitu immunomodulation topikal dalam bentuk krim 5% juga

merupakan pengobatan untuk kutil. Intralesional bleomysin yakni suntikan ke dalam kutil itu

sendiri bisa digunakan untuk terapi veruka vulgaris. Ada juga krioterapi yang memiliki respon

sebanding dengan yang dicapai dengan asam salisilat. Elektrokauterisasi memiliki efektivitas

tinggi dalam menghancurkan jaringan yang terinfeksi HPV. Laser karbondioksida dimana luka

lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut, bila dibandingkan dengan

elektrokauterisasi.4,7,8

Penatalaksanaan untuk pasien ini yaitu elektrokauterisasi. Elektrokauterisasi ini

efektivitasnya tinggi dalam menghancurkan jaringan yang terinfeksi. Tehnik ini diawali dengan

anestesi lokal. Rasa sakit setelah operasi dapat diatasi dengan narkotik analgesik dan analgesik

topikal pada beberapa pasien sangat bermanfaat seperti lidocaine jelly. Kemudian dengan

kuretase (kerokan) untuk menghindari adanya sisa akar jaringan didalamnya.4

Prognosis pada pasien ini adalah baik, walaupun veruka vulgaris dapat berulang (bersifat

residif). Sebaiknya pasien harus bisa menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA

8

Page 9: Veruka Vulgaris

1. Handoko RP. Penyakit Virus.2007. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Badan Penerbit FKUI: hal. 110-118.

2. Androphy EJ, Lowy DR.2008. Warts. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest

BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi

Ketujuh. New York: McGraw-Hill.

3. James, William D., Timothy G. Berger, and Dirk M. Elston. Viral Disease: Papovarirus

Group in Andrew’s Diseases of The Skin Clinical Dermatology, 10th Ed. Saunders

Elsevier Inc. Canada; 2006, hal.403-412

4. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. 2009. Viral Infection of Skin and Mucosa. In: Wolff

K, Johnson RA, Suurmond D, editors. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical

Dermatology. Edisi Keenam. New York: McGraw-Hill.

5. Daily, Emmy SS dkk. 2005. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia:Sebuah Panduan

Bergambar. Jakart Pusat: PT Medical Multimedia Indonesia, hal 69.

6. Mariastutik, Dwi dkk.2009. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 2. Surabaya: Pusat

Penerbitan dan Percetakan Unair, hal. 20.

7. Shenefelt, Philip D. 2012. Non Genital Wart Treatment and Management. Cited 30

oktober 2012

8. Jobanputra, Kruti S. 2000. Imiquimod. Department of Dermatology K J Somaiya Medical

College and Hospital, Mumbai, India.

9