45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dan perubahan sosial, keduanya saling bertautan satu dengan yang lain. Keduanya saling mempengaruhi, sehingga berdampak luas di masyarakat. Pendidikan adalah lembaga yang dapat dijadikan sebagai agen pembaharu/perubahan sosial dan sekaligus menentukan arah perubahan sosial yang disebut dengan pembangunan masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat setiap kalinya dapat direncanakan dengan arah perubahan yang ingin dicapai. Namun perubahan sosial juga dapat terjadi setiap saat tanpa harus direncanakan terlebih dahulu disebabkan pengaruh budaya luar. Pendidikan sejak dulu sampai sekarang merupakan hal terpenting dalam hidup manusia. Pendidikan memberikan kemajuan pemikiran umat manusia, sehingga taraf hidup mereka meningkat. Dalam perkembangannya dari zaman ke zaman pendidikan berubah menjadi suatu sistem. Suatu sistem pendidikan yang tersusun secara sistematis diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan 1

widyaucit.files.wordpress.com€¦  · Web viewDalam perkembangannya dari zaman ke zaman pendidikan berubah menjadi suatu sistem. Suatu sistem pendidikan yang tersusun secara sistematis

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dan perubahan sosial, keduanya saling bertautan satu dengan yang

lain. Keduanya saling mempengaruhi, sehingga berdampak luas di masyarakat.

Pendidikan adalah lembaga yang dapat dijadikan sebagai agen

pembaharu/perubahan sosial dan sekaligus menentukan arah perubahan sosial

yang disebut dengan pembangunan masyarakat. Sedangkan perubahan sosial yang

terjadi dalam masyarakat setiap kalinya dapat direncanakan dengan arah

perubahan yang ingin dicapai. Namun perubahan sosial juga dapat terjadi setiap

saat tanpa harus direncanakan terlebih dahulu disebabkan pengaruh budaya luar.

Pendidikan sejak dulu sampai sekarang merupakan hal terpenting dalam hidup

manusia. Pendidikan memberikan kemajuan pemikiran umat manusia, sehingga

taraf hidup mereka meningkat. Dalam perkembangannya dari zaman ke zaman

pendidikan berubah menjadi suatu sistem. Suatu sistem pendidikan yang tersusun

secara sistematis diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun

2003 tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 ayat 1, yang

menjelaskan bahwa pendidikan dilaksanakan melalui 3 jalur yaitu pendidikan

formal, nonformal, dan informal. Ketiga jalur pendidikan ini satu sama lain saling

berkait dan membutuhkan untuk melakukan perubahan sosial yang terjadi di

masyarakat kelak. Selain ketiga jalur tersebut anak-anak Indonesia wajib

menempuh pendidikan “wajib belajar 9 tahun”, sebagai program pemerintah

dalam meningkatkan SDM masyarakat Indonesia.

Pendidikan mempengaruhi masyarakat yang pada akhirnya terjadi perubahan

sosial. Perubahan sosial sebagai bentuk inovasi yang berkaiatan dengan seluruh

aspek kehidupan manusia yang bertujuan meningkatkan kemakmuran. Bermacam

konsep perubahan sosial disodorkan para ahli dalam menganalisis fenomena

tersebut yaitu, konsep kemajuan sosial, konsep sosialistik, konsep perubahan

1

siklus, teori sejarah, teori pertikularistik, teori sosiologi serta sosiologi dan

perubahan sosial.

Di masa depan pendidikan dalam prespektif perubahan sosial banyak

dikonsepkan oleh sebagian ahli, pendidikan adalah sebagai proses yang dapat

mengubah perilaku individu dalam konteks teori perubahan sosial akan

mempunyai dampak terjadinya perubahan baik pada tingkat individu sebagai agen

maupun tingkat kelembagaan yang mampu mengubah struktur sosial yang ada di

masyarakat. Diharapakan pendidikan dalam perubahan sosial dapat

menghasilakan generasi yang kritis serta solusif dalam menghadapi permasalahan

sebagai bagian perubahan sosial masyarakat dewasa ini dan selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah pengertian pendidikan?

2. Apakah pengertian perubahan sosial?

3. Apa sajakah konsep-konsep dari perubahan sosial?

4. Bagaimana pendidikan dalam prespektif perubahan sosial?

5. Mengapa pendidikan berkaitan dengan perubahan sosial?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalh adalah

untuk mendeskripsikan hal-hal berikut:

1. Pengertian pendidikan.

2. Pengartian perubahan sosial.

3. Macam-macam konsep perubahan sosial.

4. Pendidikan dalam prespektif perubahan sosial.

5. Pendidikan dan Perubahan Sosial.

2

BAB II

PENDIDIKAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah upaya yang sadar dilakuakan untuk meningkatkan

kemampuan individu agar dapat menentukan kehidupan secara mandiri. Definisi

pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai pola pikir dan paradigma yang dianut,

karena dengan paradigma tersebut seseorang akan mengikuti teori dan menerapkan

dalam kehidupan keseharian. Contohnya antara penganut paradigma “positivisme”

dan “subjektivis”. Paradigma “positivisme” mengembangkan teori pendidikan

behavioris yang menekankan bahwa perilaku manusia dapat diatur dan dikendalikan

dengan menberikan pelatihan. Paradigma “subjektivis” mengembangkan teori

humanisnya agar para peserta didik dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan

potensi yang dimilikinya.

Pendidikan dalam pengertian modern diartikan sebagai proses formal dan

direncanakan dimana warisan kebudayaan dan norma-norma sebuah masyarakat

ditransmisikan dari generasi ke generasi, dan melalui tranmisi warisan itu

dikembangkan melalui penemuan ilmiah. Sedangkan pendidikan dalam pengertian

konvesional dipahami dengan memberikan meteri-materi kebudayaan dimaksudkan

agar pengetahuan anak tentang budaya manusia bertambah, jika kegiatan tersebut

dilanjutkan kepada usaha membentuk/membimbing kepribadian anak.

Definisi pendidikan diartikan menurut paham atau aliaran yang mereka anut.

Analisis terhadap sistem pendidikan dapat dilakuakn dari in-put, proses, out-put dan

out-come. In-put sangat menetukan proses pendidikan, dan proses akan menentukan

out-put pendidikan. Out-come berpengaruh terhadap perubahan sosial yang akan

terjadi. Pendidkan memiliki andil besar dalam kehidupan manusia, oleh sebab itu

berikut ini fungsi pendidikan yang berhungan dengan perubahan sosial di masyarakat,

yaitu:

3

1. Fungsi pendidikan sebagai perubahan sosial.

Pada fungsi ini pendidikan berperan sebagai pencetak penemu-penemu baru

dengan hasil temuan mereka akan mempengaruhi kebudayaan masyarakat

sehingga mengakibatkan perubahan sosial yang cukup menyeluruh.

Contohnya, penemuan komputer, rice cooker, pesawat terbang, televisi, listrik

generator, diessel dan sebagainya.

2. Fungsi memindahkan nilai-nilai budaya (trasformasi kebudayaan).

Pendidikan dapat dirumuskan sebagai proses kegiatan yang direncanakan

untuk memindahkan pengetahuan, sikap, nilai-nilai, serta kemampuan-

kemapuan mental lainnya dari satu generasi ke generasi lebih muda, seperti

proses interaksi guru dan murid di kelas dan sekolah ataupun di kelompok-

kelompok warga belajar serta keluarga.

3. Fungsi mengembangkan dan memantapkan hubungan-hubungan sosial.

Fungsi ini membentuk peserta didik lebih mengetahui, memahami dan

mengerti kelompok-kelompok sosial yang ada di lingkungan sosial mereka.

Dalam proses ini yang lebih berperan adalah pendidikan nonformal dan

informal, tetapi pendidikan formal juga mempengaruhi sebagai wadah pengembangan

secara akademis. Wajarlah kesempatan pendidikan terbuka lebar untuk mendukung

keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini berarti memperbaiki citra masyarakat

dari lingkungan primitif menuju ke masyarakat yang modern dan berpandangan luas

terhadap dunianya. Pendidikan membawa masyarakat ke arah perubahan yang

menuju keperbaikan.

1. Pendididkan sebagai suatu sistem

Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 11 ayat 1, yang menjelaskan bahwa pendidikan

dilaksanakan melalui 3 jalur yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal,

dan pendidikan informal dimana ketiga jalur tersebut saling melengkapi dan

memperkaya. Pendidikan sebagai suatu sistem yang terorganisir dengan baik

serta memiliki proses tersendiri. Proses pendidikan adalah proses pemberian

4

stimulasi pada seseorang secara di sengaja untuk mendorong terjadinya proses

perkembangan manusiawi ke tingkat yang lebih baik. Sistem pendidikan di

Indonesia terbagi atas tiga jalur dengan masing-masing jalur memiliki sistem

tersendiri, yaitu:

a) Pendidikan formal adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan melalui

sistem persekolahan yang memiliki ciri-ciri antara lain terstruktur secara

mapan, kurikulum diatur secara nasional, memiliki jenjang yang mengikat,

memiliki aturan yang ketat dalam prosedur penerimaan murid baru

(rekrutmen warga belajar), memiliki tata tertib yang ketat dalam proses

belajarnya. Pendidikan persekolahan sebagai satuan pendidikan formal

dimulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar sampai perguruan tinggi

merupakan jenjang yang mengikat karena masing-masing jenjang di

bawahnya merupakan persyaratan jejang selanjutnya. Yehudi cohen

mengemukakan bahwa:

“sekolah pada jaman kuno muncul sebagai instrumen politik untuk

mencapai tujuan-tujuan politik. Sekolah yaitu suatu institusi yang

disediakan untuk pembelajaran dengan personil yang terspesilisasi,

struktur fisik, yang permanen, peralatan khusus (di mana buku-buku

teks merupakan bagian penting), sarana-sarana pembelajaran formal

dan stereotip, sebuah kurikulum dan tujuan-tujuan khusus yang

didefinisikan secara optimal.1

George Kneller menganggap bahwa munculnya sekolah memiliki

kaitan dengan kompleksitas organisasi sosial dan lembaga-lembaga sosial.

Semakin meningkatnya kompleksitas masyarakat, tranmisi keterampilan

dan pengetahuan secara spesilissasi dari generasi ke generasi yang tidak

dapat dipisahkan dari pendidikan tradisional, sehingga agen spesialisasi

yang menjalankan fungsi-fungsi tersebut adalah guru. Oleh karena itu

sekolah disebut sebagai salah satu agen pembaharu (agent of change) pada 1 ............, Difusi Inovasi, hal 98

5

perubahan sosial.

b) Pendidikan nonformal adalah lembaga pendidikan di luar sistem

persekolahan merupakan jalur penyelenggaraan pendidikan yang berbeda

dengan pendidikan persekolahan. Pendidikan nonformal menurut Coombs

(1973) adalah aktivitas pendidikan yang terorgasir di luar sistem

pendidikan persekolahan baik yang dilaksanakan secara serempak atau

terpisah untuk melayani tujuan dan kebutuhan belajar peserta didik. Dalam

UU RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

pasal 1 ayat 12, dijelaskan bahwa pendidikan nonformal adalah jalur

pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang. Lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 26 ayat 1

bahwa penyelenggaraan pendidikan nonformal berfungsi sebagai

pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat. Berikut ini penjelasan dari pasal

26 ayat 1, yaitu:

1) Pengganti memiliki makna bahwa seseorang yang tidak dapat

menempuh pendidikan formal karena berbagai hal dapat menempuh

jalur pendidikan nonformal dan akan memperoleh penghargaan yang

sama dengan pendidikan formal setelah dilakukan penilaian sesuai

dengan atuaran yang mengacu pada standar nasional pendidikan.2

2) Pelengkap mempunyai makna bahwa pendidikan sepanjang hayat

berlaku kepada setiap warga negara, untuk selalu melengkapi

pendidikan nonformal sebelumnya.

3) Penambah bermakna seseorang yang sudah memperoleh pendidikan

tertentu dapat menmbah pendidikan dengan berbagai jenis yang ada

dalam jalur pendidikan nonformal.

4) Pengganti bermakna pendidikan tersebut menggantikan program

pendidikan formal pada jenjang tertentu yang tidak dapat diselesasikan 2 UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 26 ayat 6.

6

oleh peserta didik karena berbagai hal.bentuk sajian program untuk

peserta didik yaitu: a) Program paket A (setara dengan pendidikan

sekolah dasar); b) Program paket B (setara dengan pendididkan SLTP);

c) Program paket C (setara dengan pendidikan SLTA).

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik

dengan menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional

sebagai bekal kehidupan mereka kelak dan mampu serta siap

menghadapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat

dari fenomena-fenomena yang mereka lakukan dan terjadi tanpa

perencanaan dahulu.

Tipe ideal pendidikan formal dan nonformal.

a. berdasarkan tujuan; (1) umum dan jangka panjang, spesifik dan

jangka pendek; (2) Credential-based, Non Credential-based.

b. Berdasarkan waktu: (1) putaran waktu yang panjang, putaran waktu

yang pendek; (2) waktu penyiapan, waktu pengulangan; (3) penuh

waktu, paruh waktu.

c. Berdasarkan isi (content): (1.) masukan terstandar dan terpusat,

keluaran terpusat dan individual; (2) bersifat akademiker sifat

praktis; (3) peserta ditentukan oleh persyaratan penerimaan,

persyaratan penerimaan ditentukan oleh peserta.

d. Sistem penyampaian: (1) Berdasarkan lembaga, berdasarkan

lingkungan; (2) terisolasi, berhubungan dengan masyarakat; (3)

diatur secara ketat, diatur secara lentur; (4) berorientasi pada guru,

berorientasi pada peserta; (5) narasumber terproggram secara

intensif, narasumber berbeda di masyarakat.

e. Kontrol: (1) terkontrol secara eksternal, terkontrol secara mandiri;

(2) dikontrol secara hierarkis, dikontrol secara demokratis.

c) Pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh

7

keluarga dan berbagai satuan yang ada di masyarakat sesuai dengan

kebutuhan belajar masyarakat. Pendidikan informal memiliki ciri lebih

fleksibel dibanding jalur pendidikan formal dan pendidikan nonformal.

Contohnya; pendidikan dalam keluarga dapat menyelenggarakan

pendidikan sendiri di dalam keluarganya sesuai kebutuhan belajar yang

dirumuskan dalam keluarga tersebut berdasarkan filosofi dan pendangan

hidupnya. Pendidikan informal dalam UU RI No. 20 Th 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 13 dikemukakan bahwa

Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Sedangkan pada pasal 27 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan informal

adalah pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk

kegiatan belajar secara mandiri.

Jadi pendidikan informal adalah proses pendidikan yang

diselenggarakan dalam keluarga atau pendidikan yang terselenggara di

dalam lingkungan masyarakat baik disengaja dalam proses belajar atau

berjalan dalam proses alami tanpa disengaja untuk belajar.

Karakteristik pendidikan informal antara lain tidak terancang, tidak

terorganisir, tujuan tidak dinyatakan secara eksplisit namun proses

pendidikan tetap berjalan sesuai dengan pola budaya dan falsafah hidup

yang dianut dalam keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat tempat

mereka berada. Pendidikan informal berbeda dengan pendidikan formal

dan nonformal dilihat dari aspek tujuan, isi, waktu penyelenggaraan, sistem

penyelenggaraan, dan sistem pengawasannya.

1) Dari sudut tujuan, pendidikan informal tidak secara eksplisit tujuan

disampaikan kepada warga belajar namun tersirat bahwa tujuan

pendidikan memang dicanangkan secara komprehensif pada saat unit

keluarga ingin membentuk norma keluarga.

2) Dari sudut isi (content) atau materi bahan ajar, pendidikan informal

mempunyai acuan normatif yang dikembangkan dari falsafah hidup

8

keluarga yang umumnya berisi pola-pola budaya, nilai hidup yang ingin

disampaikan kepada anak-anak mereka sebagai peserta didiknya.

Disamping itu juga terdapat materi pembelajaran yang bersifat praktis

sebagai bekal hidup setelah dewasa.

3) Dari sudut waktu penyelenggaraan, pendidikan informal sangat fleksibel

dan tidak terikat oleh waktu.

4) Dari sudut sistem penyelenggaraan, pendidikan informal terlaksana

tanpa sistem, karena komponen sistem tidak secara eksplisit dinyatakan

dalam bentuk komponen sistem, misalnya seorang fasilitator dalam

proses pembelajaran pendidikan informal tidak terdapat kualifikasi

secara jelas sebagai seorang fasilitator.

5) Dari segi sistem pengawasan, pendidikan informal tidak memiliki

lembaga yang bertanggung jawab atas terselenggaranya proses

pendidikan tersebut. Pengawasan pendidikan dalam keluarga sangat

tergantung pada tingkat keketatan atau kedisiplinan dalam keluarga

tersebut.

Kekuatan Pendidikan Dasar untuk melihat betapa pentingnya pendidikan

dasar sebagaimana diuraikan oleh UNESCO akan diuraikan beberapa butir yang

terkait secara langsung terhadap kesejahteraan manusia dalam berbangsa dan

bernegara. Butir tersebut adalah sebagai berikut:

1). Pertumbuhan Ekonomi (Ekonomic Growth)

2). Produktivitas Pertanian (Agricultuzal Productivity)

3). Kematian Bayi (Infant Mortality)

4). Pertumbuhan Pendudukan (Population Growth)

B. Pengertian Perubahan Sosial

9

Setiap inovasi merupakan pemanfaatan unsur-unsur budaya yang tidak dapat

dipungkiri dan pelanggaran terhadap aspek-aspek status quo budaya. Sejarah

mencatat bahwa yang diinginkan bukan sekedar perubahan tetapi lebih pada

stabilitas. Masyarakat berusaha memelihara kontinyuitas kehidupan sosial, baik

dalam keadaan stabil maupun dalam proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah

perubahan untuk mencapai ketentraman sosial yang stabil. Stabilitas tidak hanya pada

kondisi sosial yang ideal, tetapi juga pada kodisi normal.

Menurut Zaltman dan Duncan menyimpulkan bahwa perubahan sosial adalah

pembelajaran kembali individu atau kelompok sebagai reaksi terhadap adanya

tuntutan aktivitas dalam situasi yang baru, yang menghasilkan perubahan baik, dalam

bentuk dan atau fungsi sistem sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi

perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial3. Setiap masyarakat senantiasa

berada dalam proses sosial. Dengan adanya perubahan sosial merupakan gejala yang

melekat di masyarakat yang dapat diketahui dengan membandingkan keadaan

masyarakat pada masa lampau.

Laju kecepatan perubahan sosial tidak sama antara satu masyarakat dengan

yang lainnya. Misalnya antara masyarakat desa dengan masyarakat kota. Masyarakat

yang terisolasi mempunyai laju perubahan yang lambat, sehingga disebut masyarakat

statis. Sedangkan masyarakat yang terbuka hubungannya dengan masyarakat luas

menalami perubahan yang cepat, sering pula disebut masyarakat dinamis. Perubahan

sosial akan merubah struktur dan fungsi dari unsur-unsur sosial dalam masyarakat.

Dengan demikian, perubahan sosial dalam masyarakat mengandung pengertian

ketidak sesuaian diantara unsur-unsur sosial yang saling berbeda dalam masyarakat

sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi

masyarakat yang bersangkutan.4Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

3 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 207.4Hery Noer Aly dan Munzier S., Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani,

2003, h. 192-193.

10

a. Pandangan intelektual yang berubah

b. Industri dan produknya (teknologi)

c. Orientasi demokrasi dan praktiknya.

Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya

kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan

IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-

kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif

terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila

terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.5

Para pakar sosiologi telah mengumpulkan dan menganalisis berbagai studi

mengenai perubahan sosial (sosial changes). Dari berbagai studi tersebut dapat

digolongkan penelaahan perubahan sosial tersebut berputar kepada enam persoalan

pokok, yaitu:

a. Apakah sebenarnya yang berubah? Pertanyaan ini tertuju kepada

struktur sosial yang mengalami berbagai perubahan. Struktur sosial

misalnya keluarga. Lembaga-lembaga sosial, lembaga-lembaga

keagamaan, lembaga-lembaga politik dan bermacam-macam jenis

lembaga yang ada di dalam suatu masyarakat. Perubahan tersebut ada

yang lambat ada pula yang berjalan dengan cepat.

b. Bagaimana hal tersebut itu berubah? Perubahan sosial tersebut

tentunya mengambil berbagai bentuk perubahan sesuai dengan kondisi

dimana perubahan terjadi.

c. Apa tujuan perubahan itu? Sudah tentu perubahan sosial yang terjadi

bukanlah suatu perubahan yang otomatis dan mekanistis, tetapi tentunya

mempunyai suatu tujuan.

d. Seberapa cepat perubahan itu? Perubahan sosial ada yang secara

revolusioner, mungkin ada yang berjalan secara bertahap. Perubahan

5 www. id.wikipedia.org diakses 10 April 2012.

11

secara bertahap pun berjenis-jenis, ada yang cepat ada yang lambat.

e. Mengapa terjadi perubahan? Seperti yang telah kita lihat dalam

pertanyaan nomor 3, perubahan sosial selalu mempunyai tujuan. Oleh

sebab itu, tentunya ada sebab-sebab mengapa terjadi perubahan.

f. faktor-faktor apa saja yang berperan di dalam perubahan tersebut?

Suatu perubahan sosial mengenai kehidupan bersama manusia tentunya

mempunyai berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri,

tetapi merupakan suatu jaringan dari berbagai faktor yang telah

menyababkan perubahan sosial tersebut. Pertanyaan 2,3, dan 4

memerlukan tinjauan histories. 6

Struktur sosial merupakan bentuk jalinan diantara unsur-unsur sosial yang

pokok dalam masyarakat yang menunjukkan pada bentuk seluruh jaringan pada

hubungan antar individu dalam masyarakat dimana terjalin interaksi dan komunikasi

sosial. Sedangkan sistem sosial menunjukkan pada bagaimana hubungan antar unsur-

unsur sosial dalam masyarakat sehingga membentuk suatu kebulatan (totalitas) yang

berfungsi. Ada sejumlah teori tentang evolusi, yang dapat digolongkan ke dalam

beberapa katagori:7

1. Unilinear Theories of Evolution

2. Universal Theory of Evolution

3. Multilined Theorities of Evolution

Sistem pendidikan yang maju, sikap menghargai pendapat/ karya milik orang

lain, orientasi masa depan, penduduk yang heterogen, serta sistem pelapisan

masyarakat yang terbuka. Hal-hal tersebut merupakan faktor pendorong dalam

perubahan sosial. Dalam pembahasan ini yang sangat mempengaruhi perubahan

sosial yang terjadi di masyarakat dewasa ini adalah orientasi kehidupan ke masa

6 H.A.R. Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia., hal. 3-4.7 Ibid., h. 209.

12

depan sehingga memajukan sistem pendidikan agar dapat mencetak penemuan-

penemuan baru yang akhirnya mampu menggeser tatanan yang berlaku di masyarakat

C. Macam-macam Konsep Perubahan Sosial

1. Konsep Kemajuan Sosial

Reformasi pada abad ke 16 menghasilkan perubahan di bidang religi dan

organisasi yang menimbulkan banyak perubahan. Condorent memberikan gambaran

bahwa masyarakat dapat meningkatkan hubungan sosial dan mengembangkan

teknologi, walaupun pihak kerajaan berusaha menentangnya. Dia berpendapat bahwa

pada abad ke 18 perubahan memang diinginkan, sedangkan pada abad 19 perubahan

selain diinginkan juga tidak teratur. Hal ini merupkan hasil pemikiran intelektulisme

Perancis dan Inggris. Pada abad 18 Condorent memberikan gambaran bahwa

masyarakat dapat meningkatkan interaksi sosial seperti mengembangkan teknologi.

Sedangkan pada abad ke 19 perubahan berdasarkan asumsi yang dikemukakan oleh

Saint Simon dengan gagasan sosialis dan mengalami modifikasi dan diterjemahkan

dengan tindakan setelah revolusi Rusia. Gagasan kemajuan sosial, menimbulkan

keretakan yang tajam dengan pemikiran sosialis yang banyak dianut pada

pertengahan abad ke 19 yang dikenal sebagai inovasi ideologi. Hal tersebut terkait

dengan gagasan tradisional yang dipropagandakan pihak gereja bahwa kehidupan di

dunia adalah penderitaan setelah menerima hukuman Tuhan diturunkan dari surga.

Sedangkan gagasan kemajuan sosial berbeda bahwa kehidupan manusia ditemukan

oleh manusia sendiri. Manusia membentuk masyarakat dan berusaha memenuhi

kebutuhan mereka sendiri. Gagasan kemajuan menyangkut banyak aspek, seperti

rencana politik dan kehidupan yang lebih baik. Berikut ini merupakan beberapa

konsep mengenai kemajuan sosial:

a. Evolusionisme

Gagasan memungkinkan masyarakat untuk berkembang melalui upaya yang

hati-hati dalam satu bentuk atau yang lain dan mencakup berbagai segmen

masyarakat seperti yang kita temukan saat ini. Comte sebagai “bapak”

13

sosiologi melengkapi konsep kemajuan sosial bahwa setiap masyarakat harus

berkembang dari tahap teologi sampai tahap ilmiah. Pada tahap akhir, yakni

tahap ilmih, kontrol rasional pada manusia menjadi mungkin. Masyarakat

barat setelah mengenal sosiologi dapat mencapai tingkat pemikiran ilmiah,

sehingga dapat menyusun sistem pengembangan kehidupan sosial.

b. Neo Evolusionisme

Ide tentang perubahan sosial sebagai sesuatu yang normal dan tidak dapat

dielakkan perubahan dari buruk ke baik dan dari baik ke lebih baik merupakan

warisan intelektual yang tak dapat dihilangkan oleh ahli sosiologi modern.

Lester F. Ward memadukan positivisme Comte dengan Darwinisme dan

kepercayaan tradisional Amerika pada keuntungan sosial pendidikan sekolah

luar negeri untuk menghasilkan konsep kemajuan sosial. Ward percaya bahwa

aplikasi ilmu pengetahuan terjadi melalui tingkah laku yang rasional pada

anggota masyarakat, sehingga dia dianggap sebagai bapak teori pendidikan.

Ward adalah satu-satunya ahli sosiologi Amerika yang terkenal membuat

konsep evolusioner sebagai perhatian utamanya. Perubahan sosial di Inggris

diberi sentuhan para ilmuan sosial pada abad ke 20 dengan tokoh-tokohnya

Graham Wallas, Leonard Hobhouse dan Morris Ginsburg. Mereka percaya

bahwa perubahan sosial tidak dpat terelakkan dan mereka berpendapat bahwa

arah perubahan sosial adalah bentuk organisasi yang sederhana sangat

berbeda, tetapi pda saat yang sama sangat terpadu yang menjadi karakteristik

masyarakat modern.

2. Konsep Sosialistik Mengenai Perubahan

Evolusionisme cenderung mendominasi pikiran sosial abad 19 sampai abad

ini; tetapi hal tersebut sering kali digabungkan dengan konsep kemajuan melalui

tindakan sosial yang rasional untuk membenarkan suatu bentuk program reformasi.

3. Teori Perubahan Siklus

Evolusionis termasuk Marx menampilkan fakta-fakta yang dipilih dari

perkembangan sejarah atau untuk membedakan antara masyarakat primitif dengan

14

masyarakat barat yang kontemporer. Tingkat perubahan sosial sangat berbeda dari

masyarakat ke masyarakat yang lain, dari waktu ke waktu dalam masyarakat tertentu.

Demikian juga arah perubahan yang terjadi juga berbeda-beda.

4. Teori Sejarah

Antitesis terhadap teori bahwa perubahan sosial menuju ke arah

kesempurnaan adalah kuno dan menimbulkan ide bahwa perubahan sosial tidak

menuju kesempurnaan tetapi menuju kepunahan. Muncul dan menurunnya peradaban

dimasa lalu dapat disamakan dengan siklus hidup, manusia lahir, tumbuh dewasa, tua

dan mati. Teori dapat didiskreditkan oleh berbagai bukti yang mendasarinya, karena

catatan sejarah mengindikasikan bahwa peradaban naik turun, tetapi dengan cara

yang tidak konsisten, memiliki banyak tempat dan bagian dalam setiap peradaban.

Bacaan penutup dari catatan sejarah memberi kesan tidak adanya banyak siklus

sejarah, tetapi siklus dalam siklus dimana masing-masing siklus masih ada siklus-

siklus masih ada siklus-siklus yang lebih kecil.

5. Teori Partikularistik dari Perubahan Sosial

Mereka menggambarkan bahaya dalam analisis perubahan sosial, yaitu

menerapkan konsep sebab dan akibat yang sederhana yang secara ilmiah tidak dapat

dipertahankan.

a. Difusionisme

Dalam beberapa periode sejarah suatu masyarakat mempertahankan suatu

bentuk dominasi budaya terhadap banyak budaya lain, biasanya dengan

memberikan ide baru, alat dan bentuk organisasi. G.Elliot Smith

menyimpulkan bahwa penemuan masyarakat Mesir pada tahun 3000 SM

merupakan penyebab perubahan sosial di berbagai masyarakat dunia, bahwa

apa yang ditemukan masyarakat Mesir tersebar (diffused) ke masyarakat lain

dan oleh mereka.

b. Determinisme Geografis

Terdapat kepercayaan bahwa masyarakat yang hidup di belahan utara

memiliki karakter keras dan kuat dan sebaliknya di belahan selatan memiliki

15

karakteristik yang tenang, cenderung agak malas. Hasilnya adalah teori

inklusif mengenai determinisme geografis.

c. Determinisme Biologis

Inti dari determinisme biologis adalah asumsi bahwa masyarakat dunia dibagi

menjadi ras-ras, kelompok-kelompok yang berbeda secara biologis, bahwa ras

memiliki kemampuan yang berbeda untuk mengembangkan dan memelihara

kehidupan sosial, dan bahwa bentuk dan kualitas kehidupan sosial, dan bahwa

bentuk dan kualitas kehidupan sosial yang mengarahkan masyarakat

merupakan indikator dari kualitas rasial masyarakat itu. Perubahan dalam

habitat biologis, dan berlaku juga untuk perubahan habitat fisik, bukan

penyebab perubahan sosial.

6. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial

Pada permulaan abad ini pembentukan sistem interpretasi perubahan sosial

berlaku dan kegagalan para filosof sosial untuk menghasilkan konsep ilmiah yang

dapat dilaksanakan sebagian bertanggung jawab atas ketertinggalan pendekatan

historis untuk perubahan sosial dan studi sosiologi tentang perubahan itu sendiri.

a. Asimilasi

Asimilasi adalah mengembangkan sikap-sikap yang sama, walaupun kadang-

kang bersifat emosional bertujuan mencapai kesatuan atau paling sedikit

mencapai integrasi dalam organisasi sehingga dua kelompok yang

berasimilasi akan menghilangkan perbedaan diantara mereka. Seseorang yang

berasimilasi terhadap suatu kelompok tidak akan membedakan dirinya dengan

para anggota kelompok tersebut. Proses yang dilalui para imigran di Amerika

untuk mengambil alih adat, cara, nilai dan sebagainya dari masyarakat

Amerika disebut asimilasi. Hal ini secara sosiologis sejajar dengan studi

akulturasi masyarakat primitif dan petani kedalam teknik, nilai dan

sebagainya dari kehidupan perindustrian.

b. Ekologi sosial

16

Para ahli ekologi sosial menerapkan konsep ekologi pada studi tentang

hubungan spasial berbagai kelas dalam populasi perkotaan, masing-masing

kelas di anggap setara dengan spesies tanaman atau hewan. Gagal mengetahui

bahwa perubahan sosial merupakan fenomena yang kompleks dan tidak pasti

yang tidak dapat dijelaskan dari segi yang setara dengan ilmu fisika atau

biologi.

c. Ketertinggalan sosial

Dengan kemajuan teknologi terjadi gangguan pada tatanan sosial yang ada,

sehingga menimbulkan ketegangan antara teknik baru dengan berbagai aspek

organisasional dari sistem sosial. Hasilnya adalah ketertinggalan sosial, yaitu

ketidak seimbangan antara teknologi baru dengan organisasi sosial yang lama.

Inti dari teori Ogburn adalah ide bahwa perubahan pertama kali terjadi dalam

teknologi bahan.

d. Akselerasi budaya

Hart menyimpulkan bahwa perubahan sosial bersifat linear dan akseleratif

(cepat), dan bahwa arah perubahan menuju peningkatan efisiensi dan

efektivitas. Kesalahan dasar Hart adalah menggunakan kriteria kuantitatif

sebagai indikator tingkat perubahan dalam struktur masyarakat. Dengan data

kuantitatif dia menarik kesimpulan sifat dari elemen masyarakat, tidak hanya

sifat tentang karakteristik teknologi tetapi juga karakteristik ideologi dan

organisasi.

7. Sosiologi dan perubahan sosial.

Para sosiolog Amerika mengatakan bahwa kekuatan yang membuat perubahan

social semuanya berada pada masa sekarang, sehingga melalui studi masa kini, segala

sesuatunya akan diketahui masa lalu dan masa depan. Evolusionis abad 19 berasumsi

bahwa perubahan social terjadi melalui proses yang di bangun masyarakat secara

melekat. Berbeda dengan para soaiolog abad 20 yang menganggap penemuan sebagai

bukti masyarakat menghasilkan inovasi dan muncul sebagai produk sosial.

Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat bersifat asosial; perubahan bukan

17

merupakan produk mayarakat atau konsekuensi dari hokum kehidupan universal dan

tidak berbeda. Perubahan social tidak setara dengan perubahan yang terjadi pada

organisme hidup. Perubahan terjadi dalam masyarakat jauh lebih setara dengan

pelanggaran proses organic yang normal. Kekuatan yang membuat perubahan sosial

bersifat abnormal, pelanggaran proses normal di mana sistem sosial diteruskan dari

generasi ke generasi berikutnya.

D. Pendidikan dalam Perspektif Perubahan Sosial

Pendidikan sebagai suatu proses yang mengubah perilaku individu dalam

konteks teori perubahan sosial akan mempunyai dampak terjadinya perubahan baik

pada tingkat individu sebagai agen maupun tingkat kelembagaan yang mampu

mengubah struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Pendidikan dapat

menimbulkan perubahan dalam masyarakat dan sebaliknya, jika masyarakat

mengalami perubahan, secara tidak langsung sitem pendidikan juga mengalami

perubahan.

Arah pembangunan dibidang pendidikan sangat ditentukan oleh tuntutan

masyarakat sesuai dengan kebudayaan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah,

pemerintah daerah memegang peranan penting karena daerah mempunyai

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan

perundang undangan yang berlaku. Terdapat beberapa faktor terjadinya tuntutan

penerapan desentralisasi pendidikan (NCREL, 1995), antara lain sebagai berikut:

1. Tuntutan orang tua, kelompok masyarakat, para legislator, bisnis dan

perhimpunan guru untuk turut serta mengotrol sekolah dan penilaian

pendidikan.

2. Adanya anggapan bahwa struktur pendidikan yang terpusat tidak dapat

bekerja dengan baik dalam meningkatkan partisipasi siswa.

3. Ketidakmampuan birokrasi yang ada untuk merespon secara efektif kebutuhan

sekolah setempat dan masyarakat yang beragam.

18

4. Penampilan fisik sekolah dinilai tidak memenuhi tunututan baru dari

masyarakat.

5. Tumbuhnya persaingan dalam memperoleh bantuan pendanaan dari

privatisasi.

Disamping beberapa faktor tersebut, terdapat beberapa faktor yang lain

tentang desentarlisasi pendidikan di Indonesia. Beberapa faktor tersebut menurut

Sutopo (2004) antara lain sebagai berikut:

1. Terjadinya tuntutan reformasi di segala bidang termasuk bidang pendidikan

2. Kurangnya persaingan antar daerah dalam memajukan pendidikan karena

tuntutan nasional yang seragam.

3. Tuntutan masyarakat untuk mandiri sesuai dengan kemampuan daerah untuk

menyelenggarakan dan memajukan bidang pendidikan.

4. Ketidaksesuaian tuntutan nasional dengan potensi sumber daya yang dimiliki

daerah.

5. Adanya ketergantungan pemerintah daerah ke pemerintah pusat.

6. Kurangnya kreatifitas daerah, sekolah dan personil penyelenggara dan lain-

lainnya.

7. Kurangnya kemandirian lembaga pengelola dan pelaksana pendidikan karena

besarnya ketergantungan terhadap pemerintah.

Berdasarkan tuntutan desentralisasi tersebut, maka sistem pendidikan juga

mengalami perubahan dan demikian pula implementasinya, semua daerah merasa

mempunyai kepentingan untuk mengembangkan daerahnya melalui pendidikan.

Pemerintah daerah berusaha untuk menemukan potensi yang ada di daerahnya dan

dikembangkan sedemikian rupa menjadi paket-paket pendidikan yang kental dengan

karakteristik kedaerahannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan potensi daerah,

pengajaran tidak lagi menggunakan pola-pola pengajaran terpusat pada guru tetapi

terpusat pada murid berdasarkan potensi masing-masing.

Dalam UU RI NO 20 Tahun 2003 pada pasal 1,2,3, dalam ayat-ayat tersebut

dapat diartikan bahwa penyelenggara pendidikan berkembang sesuai dengan

19

perkembangan daerah masing-masing, baik dalam hal pendanaan, manajemen,

kurikulum dan system evaluasinya. Pendidikan Berbasis Masyarakat dimaknai sesuai

dengan pemahaman masing-masing daerah berdasarkan kondisi social ekonomi.

Owens (1996) mengemukakan bebebrapa asumsi penting yang dapat dijadikan

landasan PBM. Beberapa asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan harus dipandang sebagi suatu bentuk keberlanjutan sejak usia

prasekolah hingga melalui proses pendidikan sepanjang hayat.

b. Belajar adalah apa yang kita lakukan untuk kita sendiri. Oleh sebab itu si

pembelajar harus sadar keterlibatannya dalam proses pembelajaran.

c. Pekerjaan di masa mendatang tidak hanya memerlukan latar belakang

pendidikan yang lebih tinggi namun juga memerlukan latar belakang yang

berbeda termasuk di dalamnya yang mampu membelajarkan cara belajar

kritis, membangun sebuah tim, serta kemampuan untuk menerapkan ilmu

pengetahuan.

d. Orang dewasa perlu terlibat dalam urusan masyarakat serta memberikan

perhatian seimbang kepada pekerjaan, keluarga dan masyarakat.

e. Masalah-masalah yang dapat di atasi sekolah. Oleh karena itu keterlibatan

keluarga, dunia kerja, masyarakat serta pihak-pihak lain yng terkait menjadi

sangat penting.

Adanya resistensi dari guru, sekolah dan masyarakat terhadap perubahan-

perubahan sebagaimana tersebut di atas harus diakui keberadaanya sehingga

memerlukan bantuan agar resistensi dapat dikelola dengan baik oleh para pemimpin

dunia pendidikan untuk mencapai visi pendidikan abad 21.

E. Pendidikan dan Perubahan Sosial

20

Pertama, perubahan sosial ditinjau dari pendidikan tradisional, pedagogik

tradisional memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu dari struktur sosial

dan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Lembaga pendidikan seperti sekolah, perlu

disiapkan agar lembaga tersebut dapat berfungsi sesuai dengan perubahan sosial yang

terjadi. Apabila lembaga sekolah tidak dapat mengikuti perubahan sosial maka dia

kehilangan fungsinya dan kemungkinan besar dia di tinggalkan masyarakat.8

Sebagai lembaga sosial, proses belajar di sekolah disesuaikan dengan fungsi

dan peran lembaga pendidikan. Fungsi sekolah ialah mentransmisikan nilai-nilai yang

hidup di masyarakat kebudayaan pada saat itu. Dalam pedagogik tradisional, tempat

individu adalah sebagai objek perubahan sosial. Dalam perencanaan pendidikan kita

mengenal empat pendekatan: (1) social demand approach (pendekatan kebutuhan

sosial); (2) man power approach (pendekatan ketenagakerjaan); (3) cost and benefit

(pendekatan untung-rugi); (4) cost effectiveness (evektivitas)9. Pendekatan ini

mencoba memberikan alternatif pendidikan agar sesuai dengan perubahan sosial.

Kedua, perubahan sosial ditinjau dari pedagogik modern (pedagogik

transformatif). Titik tolak dari pedagogik transformatif adalah “individu yang

menjadi”. Hal ini berarti seorang individu hanya dapt berkembang di dalam

interaksinya dengan tatanan kehidupan sosial budaya dimana dia hidup. Adanya suatu

pengakuan peran aktif partisipatif dari individu yang menjadi dalam tatanan

kehidupan sosial dan budayanya. Pandangan pedagogik transformatif terhadap

individu bukanlah sebagai suatu entity yang telah jadi, tetapi yang sedang menjadi.

Individu mempunyai peran emansipatif di dalam kehidupan sosial budaya, temasuk

melalui proses pendidikan dalam lingkungan keluarga (batih) dan sekolah.dalam

peran tersebut individu bukan hanya sebagai objek dari perubahan sosial, tetapi

berperan sebagai faktor dari pengubah dan pengarah dari perubahan sosial10 atau

sebagai agen perubahan (the agent of social change).

8 H.A.R. Tilaar. Perubahan Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,2002,) h. 5. 9 Abdullah Idi. 2002. Sosiologi Pendidikan, op.cit., h. 220.10 Ibid., h. 6

21

Peran guru hanya sebagai pendorong dan motivator, kita ingat filosofi Ki

Hajar Dewantara yang berbunyi: Tut Wuri Handayani artinya dari belakang

memberikan dorongan dan arahan. Guru perlu menjadi fasilitator agar dorongan dan

bimbingan dapat terwujud dalam perubahan prilaku peserta didik.11

Sebagai antisipasi perubahan sosial yang senantiasa dinamis dan mondial,

diupayakan suatu persiapan generasi masa depan yang dapat hidup sesuai dengan

zamannya. Karena itu dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, diperlukan standar nasional pendidikan di

seluruh wilayah NKRI. Setidaknya terdapat delapan standar nasional pendidikan:

standar isi; standar proses; standar kompetensi lulusan; standar pendidik dan tenaga

kependidikan; standar saran dan prasarana; standar pengelolaan; standar pembiayaan;

dan standar penilaian pendidikan.12

Dengan melihat nilai-nilai perubahan yang terangkum dalam fungsi

pendidikan nasional, dapat dipahami bahwa pendidikan nasional memiliki muatan

nilai sebagai pendorong terjadi perubahan sosial, khususnya pengembangan

potensi/kompetensi peserta didik sebagai salah satu bagian dari masyarakat.

Keberadaan pendidikan sebagai faktor perubahan sosial, guru memiliki peran

strategis dalam mewujudkan anak didik agar siap dalam menghadapi perubahan

sosial yang diharapkan. Pendidikan sebagai suatu proses sosial dan terdapat berbagai

jenis masyarakat, suatu kriteria untuk mengkritisi dan membangun pendidikan

berimplikasi pada suatu masyarakat yang ideal. Terdapat dua hal penting dalam

mengukur suatu bentuk masyarakat yang dikatakan ideal adalah sejauh mana

keinginan (interest) dari suatu kelompok dapat diperoleh semua anggota masyarakat

tersebut dan pemenuhan serta kebebasan dalam berinteraksi, berkomunikasi dengan

kelompok masyarakat di mana suatu perubahan sosial tanpa mengakibatkan

11 Ella Yulaelawati. Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori, dan Aplikasi. (Bandung: Pakar Ray, 2004), h. 2.12 Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, terutama Bab I Pasal 1 dan Bab II Pasal 2. Penjelasan lebih lanjut tentang Standar Nasional Pendidikan.

22

ketidakteraturan (disorder). Dalam teks klasik, John Dewey (2006), The Democratic

Conseption in Education, dalam Hugh Lauder et.al. (eds.) (2006) diungkapkan:

An undesirable society, in other words, is one which internally and externally

sets up barriers to free intercourse and communication of experience. A society which

makes provision for participation in its good of all its member on equal terms and

which secures flexible readjustment of its institutions through interaction which gives

individuals as personal interest in social relationships and control, and the habits of

mind which secure social changes without introducing disorder.13

Post-modernisme global telah membawa dua krisis sekaligus: a crisis in

rationality dan pluralisasi budaya yang secara fundamental menempatkan tujuan

pendidikan berubah sebagai a unified ‘project’. Pendidikan dalam waktu tidak lama

lagi, akan mengontrol atau dikontrol, dimana fungsi pendidikan berubah sebagai

suatu instrumen penyiapan reproduksi budaya atau sebagai insrtumen rekayasa oleh

sosial skala besar dengan penempatan progresif dari standar universal sisitem

pendidikan dengan menggunakan belajar jaringan internet (network), sekolah

bersentuhan pada tindakan mengedepankan rasionalitas, disiplin pengetahuan,

sosialisasi tereduksi untuk pengembangan dan sertivikasi kompetensi individu.

Sejumlah tujuan pendidikan dibatasi untuk memenuhi berbagai persyaratan ekonomi

di bawah sejumlah kondisi kompetisi global.14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan dan perubahan sosial merupakan dua hal yang tidak bisa

dipisahkan dan sangat berkaitan antara satu dengan yang lain. Pendidikan sebagai

lembaga yang dapat dijadikan sebagai agen perubahan sosial dan menentukan arah 13 Hugh Lauder, et al. (Eds), Education, Globalization & Social Change, Oxford University Press, 2006, p. 100.14 Andy Green, “Education, Globalization, and the Nation States”, in Hugh Lauder, et.al.(eds), Education, Globalization & Social Change, Oxford University Press, UK, 2006, p. 193.

23

perubahan sosial yang disebut dengan pembangunan masyarakat. Perubahan sosial

yang terjadi dalam masyarakat dapat dirancang sesuai dengan arah perubahan, tetapi

perubahan juga terjadi setiap saat tanpa dirancang karena pengaruh budaya dari luar.

Analisis terhadap sistem pendidikan dapat dilakukan dari input, output dan outcome,

input sangat menentukan proses pendidikan dan proses akan menentukan output

pendidikan. Outcome berpengaruh terhadap perubahan sosial yang terjadi.

Pendidikan dapat menimbulkan perubahan dalam masyarakat dan sebaliknya

jika masyarakat mengalami perubahan, secara tidak langsung sistem pendidikan juga

mengalami perubahan. Perubahan sosial dan pendidikan saling mempengaruhi satu

sama lain yang pada akhirnya masyarakat yang akan mengontrolnya,meyempurnakan

dan menolaknya agar keseimbangan yang ada tetap terjaga. Perspektif pendidikan

dalam perubahan sosial harus dipekirkan sungguh-sungguh kerena pendidikan ke

depan akan menjadi perancang dalam perubahan sistem sosial yang tertata di

masyarakat saat ini.

B. Saran

Sebagai calon pendidik kita harus mempunyai kesadaran bahwa pendidikan

dan perubahan social memiliki kaitan yang sangat kuat. Pendidikan dapat

menimbulkan perubahan dalam masyarakat dan sebaliknya.

Pendidikan dasar pada hakikatnya merupakan pendidikan yang memberikan

kesanggupan pada peserta didik bagi perkembangan kehidupanya baik untuk pribadi

maupun masyarakat. Oleh karena itu setiap warga negara harus diberi kesempatan

yang seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan dasar (wajib belajar 9 tahun).

DAFTAR PUSTAKA

Coffey, Amanda. 2001. Education and Social Change. USA: Open University Press.

Green, Andy. 2006. Education, Globalization, and the Nation States, in Lauder, Hugh

et.al.(eds), Education, Globalization & Social Change. 2006. UK: Oxford

University Press.

24

Noer Aly, Hery dan S. Munzier. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska

Agung Insani.

Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Lauder, Hugh. 2006. Education, Globalization & Social Change. UK: Oxford

University Press.

Mbulu, Joseph dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Malang: Laboratorium Teknologi

Pendidikan.

Muhadjir, Noeng. 1981. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Sarasin

Mundzir, H.S dan Sanapiah Faisal Saleh. 2006. Sosiologi Pendidikan. Malang: FIP

Universitas Negeri Malang.

Pabbdja, Sardin dan R. Tillar. 1979. Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat.

Jakarta:PT. RoraKarya.

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan, terutama Bab I Pasal 1 dan Bab II Pasal 2. Penjelasan

lebih lanjut tentang Standar Nasional Pendidikan.

Tilaar. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Winataputra, Udin S. dkk. 2004. Materi dan Pembelajaran IPS Sekolah Dasar.

Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wuradji.1988. Sosiologi Pendididkan: sebuah pendekatan Soio-Antro. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Tinggi.

www. id.wikipedia.org. diakses 10 April 2012

Yulaela, Wati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Pakar Ray.

25

Pertanyaan diskusi:

Q : Saefullah, berikan penjelasan mengenai teori evolusi?

A : Teori evolusi pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses

yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang

26

harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-

macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa

kategori, yaitu unilinear theories of evolution, universal theories of evolution,

dan multilined theories of evolution.

a. Unilinear Theories of Evolution

Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaan-

nya akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu

dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna.

Pelopor teori ini antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.

b. Universal Theories of Evolution

Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui

tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu

garis evolusi tertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah

bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen

menjadi kelompok yang heterogen.

c. Multilined Theories of Evolution

Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkemban-

gan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian ten-

tang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem perta-

nian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.

Q : Sastria Dewantara, mengapa teori partikularistik merupakan bagian dari

perubahan sosial?

A : Karena teori partikularistik menggambarkan bahaya dalam analisis perubahan

sosial, yaitu menerapkan konsep sebab dan akibat yang sederhana yang secara

ilmiah tidak dapat dipertahankan.

27

Q : Rudini Irawan, apakah yang mendominasi, pendidikan yang merubah

sosial atau sebaliknya?

A : Pada dasarnya, pendidikan dan perubahan sosial merupakan dua hal yang tidak

bisa dipisahkan dan sangat berkaitan antara satu dengan yang lain. Namun

kenyataannya dewasa ini perubahan sosial yang cenderung mendominasi

dibandingkan dengan pendidikan. Oleh karena itu, sistem pendidikan kini

dirancang sesuai dengan perubahan sosial yang ada di masyarakat. Perubahan

sosial dan pendidikan saling mempengaruhi satu sama lain yang pada

akhirnya masyarakat yang akan mengontrolnya, meyempurnakan dan

menolaknya agar keseimbangan yang ada tetap terjaga. Perspektif pendidikan

modern dalam perubahan sosial harus dipikirkan sungguh-sungguh kerena

pendidikan ke depan akan menjadi perancang dalam perubahan sistem sosial

yang tertata di masyarakat saat ini. Pendidikan sebagai lembaga yang dapat

dijadikan sebagai agen perubahan sosial dan menentukan arah perubahan

sosial yang disebut dengan pembangunan masyarakat. Perubahan sosial yang

terjadi dalam masyarakat dapat dirancang sesuai dengan arah perubahan,

tetapi perubahan juga terjadi setiap saat tanpa dirancang karena pengaruh

budaya dari luar. Analisis terhadap sistem pendidikan dapat dilakukan dari

input, output dan outcome, input sangat menentukan proses pendidikan dan

proses akan menentukan output pendidikan. Outcome berpengaruh terhadap

perubahan sosial yang terjadi.

28