32
KOLERELASI GURU DAN MURID KAJIAN TEMATIK AL-QUR’AN DAN AL-HADITS MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah “Studi Al-Qur’an dan Al Hadits Tematik” Dosen Pengampu Dr. H. M. Saad Ibrahim, M.A Disusun Oleh MAS’UD NIM; 0

pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

KOLERELASI GURU DAN MURIDKAJIAN TEMATIK AL-QUR’AN DAN AL-HADITS

MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah

“Studi Al-Qur’an dan Al Hadits Tematik”

Dosen Pengampu Dr. H. M. Saad Ibrahim, M.A

Disusun Oleh MAS’UD

NIM;

PROGRAM STUDI DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2015

0

Page 2: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Membicarakan masalah pendidikan tidak terlepas dari dasar pijakan

yang melandasinya, bahwasanya di dalam UU No.20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Untuk mencapai tujuan tersebut maka ada proses pembelajaran yang berlangsung baik secara formal di sekolah maupun madrasah, informal dalam keluarga ataupun nonformal dalam masyarakat. Pendidikan pada dasarnya berintikan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun demikian, dalam proses interaksi guru-murid tersebut sering dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sering menimbulkan ketidak-harmonisan hubungan antara guru dan murid, yang nantinya akan menjadi penyebab kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Faktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga ikut mewarnai perilaku interaksi guru dan murid dalam proses pembelajaran. Dengan adanya pemaparan contoh-contoh perilaku buruk yang didapatkan murid melalui gadget yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun, secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku mereka. Untuk itu dalam makalah ini akan dipaparkan tentang relasi guru dan murid dalam kajian tematik Al-Qur’an dan Al-Hadits sehingga bisa dipakai sebagai pijakan dalam proses pendidikan yang akan tetap bertahan walau diterpa perkembangan teknologi yang begitu gencar ataupun pengaruh lainnya.

B. Fokus Masalah Makalah ini akan memaparkan tentang : 1. Pengertian guru2. Pengertian murid3. Relasi guru dan murid

C. Tujuan dan Manfaat Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan dan menganalisa tentang pengertian guru.2. Mendeskripsikan dan menganalisa tentang pengertian murid.3. Mendeskripsikan dan menganalisa tentang pola elasi guru dan murid. Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah khazaah keilmuan tentang relasi guru dan murid berdasarkan kajian tematik Al-Qur’an dan Al-Hadits sehingga bisa dipakai sebagai pijakan berperilaku dalam interaksi antara guru dan murid dalam proses pembelajaran.

D. Landasan Filosofis 1 UU No. 3 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

1

Page 3: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

Sebelum menguraikan tentang pembahasan relasi guru dan murid perlu dipaparkan landasan filosofis adanya keterkaitan antara guru dan murid sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, sebagai berikut. 1. Guru dan murid adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang terdiri dari

jasad dan jiwa yang menerima potensi ketuhanan sejak mereka ada di rahim ibunya, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an Surat (QS): 7 (al-a’raf): 1722.

“Dan ketika Tuhanmu mengeluarkan dari putra-putra Adam dari punggung mereka keturunan mereka dan Dia mempersaksikan mereka atas diri mereka ‘Bukankah Aku Tuhan kamu?’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini”.

Dalam tafsir Al-Misbah3 dijelaskan bahwa ayat tersebut mengandung perjanjian: “Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari putra-putra Adam masing-masing dari punggung, yakni sulbi orang tua mereka kemudian meletakkannya di rahim ibu-ibu mereka sampai akhirnya menjadikannya keturunan mereka manusia sempurna, dan Dia, yakni Allah mempersaksikan mereka putra-putra Adam itu atas diri mereka sendiri, yakni meminta pengakuan mereka masing-masing melalui potensi yang dianugerahkan Allah kepada mereka, yakni akal mereka, juga melalui penghamparan bukti keesaanNya di alam raya dan pengutusan para para Nabi seraya berfirman: “Bukankah Aku Tuhan Pemelihara kamu dan yang selalu berbuat baik kepada kamu?” Mereka menjawab: “Betul! Kami menyaksikan bahwa Engkau adalah Tuhan kami dan menyaksikan pula bahwa Engkau Maha Esa”.

Setelah mengambil dan menjadikan masing-masing mandiri, Allah mempersaksikan mereka tentang keesaan-Nya melalui potensi yang mereka miliki serta bukti-bukti keesaanNya melalui potensi yang mereka miliki serta bukti-bukti keesaan yang Dia hamparkan. Selanjutnya karena kata mengambil dikaitkan dengan putra-putri keturunan Adam as maka itu berarti masing-masing mereka, orang per orang secara berdiri sendiri telah diambil kesaksiannya menyangkut keesaan Allah SWT dan mengakuinya sehingga setiap orang pada hakikatnya memiliki pengetahuan serta fitrah yang mengandung pengakuan akan keesaan itu. Ini sejalan dengan sabda Rasul SAW: “Setiap anak yang dilahirkan, dalam keadan firah/kesucia, hanya saja kedua orang tuanya yang menjadikan ia Yahudi, atau Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari).

Setiap orang memiliki fitrah itu, walau sering kali-karena kesibukan dan dosa-dosa suatu fitrahnya begitu lemah atau tidak terdengar lagi. Karena itu kalau ada orang yang mengingkari wujud dan

2 Departemen Agama RI. 2007. Al-Qur’an Terjemah Per-Kata. Jakarta: Syaamil Internasional, hlm. 173.

3 M. Quraish Shihab. 2006. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, cet VI, Vol 5. Jakarta: Lentera Hati, hlm. 304-306.

2

Page 4: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

keesaan Allah maka pengingkaran tersebut bersifat sementara. Dalam arti bahwa pada akhirnya sebelum ruhnya berpisah dengan jasadnya ia akan mengakuiNya. Memang, kebutuhan manusia dan pemenuhannya bertingkat-tingkat, ada yang harus dipenuhi segera, seperti kebutuhan kepada udara, ada yang dapat ditangguhkan beberapa saat, seperti kebutuhan minuman, makanan, dan seks. Kebutuhan yang paling lama dapat ditangguhkan adalah kebutuhan tentang keyakinan akan wujud dan keesaan Allah.

2. Manusia merupakan makhluk sosial yang keberadaannya memerlukan orang lain. Dia tidak bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya (fitrah) bila tidak bersosialisasi dengan manusia lain dan alam sekitarnya. Dalam hal ini potensi lain yang sejalan dengan tema makalah ini adalah potensi didik-mendidik.4 Potensi ini sering diungkapkan Al-Qur’an yang dikaitkan dengan waktu penciptaan, yang mana Allah mengajari Adam tentang nama-nama, mengajari manusia dengan pena, dan proses pendidikan, yang mana Allah telah mengajari manusia Al-Qur’an dan al-bayan, sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah (2): 31 dan Al-‘Alaq (96): 3-4.

Artinya : Dan dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, seraya berfirman: “Sebutkan kepadaKu nama semua (benda) ini jika kamu yang benar!”

Dalam tafsir Al-Maragi5 dijelaskan bahwa Allah SWT telah mengajari Nabi Adam berbagai nama makhluk yang telah diciptakanNya. Kemudian Allah memberinya ilham untuk mengetahui eksistensi nama-nama tersebut. Juga keistimewaan-keistimewaan, ciri-ciri khas dan istilah-istilah yang dipakai. Di dalam memberikan ilmu ini, tidak ada bedanya antara diberikan sekaligus dengan diberikan secara bertahap. Hal ini karena Allah Maha Kuasa untuk berbuat segalanya. Sekalipun istilah yang digunakan di dalam Al-Qur’an adalah ‘allama (pengertiannya adalah memberikan ilmu secara bertahap).

Di dalam pengajaran Adam kepada para Malaikat terkandung tujuan memuliakan kedudukan Adam dan terpilihnya Adam sebagai khalifah. Dengan demikian, para malaikat tidak lagi merasa tinggi diri. Sekaligus merupakan penunjukan ilmu Allah yang hanya dianugerahkan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Para malaikat dituntut menyebutkan nama-nama tersebut, tetapi mereka tidak akan mungkin mampu mengatakannya. Hal ini karena mereka sama sekali memegang tampuk khalifah, mengatur kehidupannya, menata peraturan-peraturannya dan menegakkan keadilan salaam di dunia ini diperlukan pengetahuan khusus yang membidangi kekhalifahan, di samping adanya bakat untuk tujuan di bidang ini.

4 MH. Salim & S. Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 101.

5 Ahmad Mustofa Al-Maragi. 1992. Terjemah Tafsir Al-Maragi juz 1.2, dan Semarang: CV. Toha Putra, hlm.139.

3

Page 5: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.

Penjelasan tafsir Al-Maragi6 atas ayat-ayat tersebut sebagai berikut.

Iqra’ (kerjakanlah apa yang Aku perintahkan, yaitu membaca). Perintah ini diulang-ulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Berulang-ulangnya perintah Ilahi berpengertian sama dengan berulang-ulangnya membaca. Dengan demikian maka membaca itu merupakan bakat Nabi SAW.

Kemudian Allah menyingkirkan halangan yang dikemukakan Muhammad SAW kepada Malaikat Jibril, yaitu tatkala malaikat berkata kepadanya, “Bacalah” kemudian Muhammad menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. Artinya saya ini buta huruf-tidak bisa membaca dan menulis. Untuk itu Allah berfirman “Tuhanmu Maha Pemurah kepada orang yang memohon pemberian-Nya. bagiNya amat mudah menganugerahkan kepandaian membaca kepadamu-berkat kemurahanNya.

Kemudian Allah menambahkan ketentraman hati Nabi SAW atas bakat yang baru ia miliki. Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya saling berjauhan. Dan ia takubahnya lisan yang bicara. Qalam atau pena adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Oleh sebab itu Zat yang Maha Pencipta benda mati bisa menjadikan dirimu (Muhammad) bisa membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran. Apalagi engkau adalah manusia yang sempurna.

3. Guru dan murid menyandang atribut-atribut Allah SWT yang termaktub dalam beberapa sifat-sifat (asmaul husna) di dalam keberlangsungan relasi antara keduanya dalam proses pendidikan, antara lain: a. Guru hendaknya memiliki beberapa sifat yang antara lain: ar rahman

(pengasih), ar rahim (penyayang), al ‘alim (memiliki ilmu), al mu’min (memberi keamanan), al muiz (memuliakan), al ‘adl (adil), al lathif (lembut), as syakur (menghargai), as sami’ (mendengar), al karim (mulia), ar raqib (mengawasi), al waduud (mengasihi), al hamid (terpuji), al waliy (melindungi), al afuw (memaafkan), ar rauf (mengasuh), al hadi (memberi petunjuk), an nafi’(memberi manfaat), ash shabur (sabar). Itulah beberapa sifat Allah yang bisa diteladani oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing, pengarah, dan pendidik dalam melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing, pengarah, dan pendidik dalam proses pembelajaran dengan mengoptimalkan fitrah yang meridnya sehingga bisa berkembang secara maksimal.

b. Murid hendaknya memiliki beberapa sifat, antara lain: ar rahman (pengasih), ar rahim (penyayang), al quddus (suci), al lathif (lembut),

6 Ahmad Mustafa Al-Maragi. 1992. Terjemah Tafsir Al-Maragi Juz 1, 2, dan Semarang CV. Toha Putra, hlm. 347-348.

4

Page 6: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

as syakur (menghargai), as sami’ (mendengar), al karim (mulia), al waduud (mengasihi), al hamid (terpuji), al afuw (memaafkan), an nafi’ (memberi manfaat), al waarits (mewarisi), ar rasyid (pandai), ash shabur (sabar). Dalam berinteraksi dengan guru (pendidik), seorang murid yang memiliki potensi (fitrah) suci akan bisa berkembang secara maksimal jika mengikuti pembelajaran dengan baik dengan mengikuti bimbingan dan arahan dari pendidik sehingga sifat-sifat Allah yang ada pada dirinya akan bisa berkembang secara baik pula.

Dari ketiga landasan filosofis tersebut maka guru dan murid sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang telah membawa potensi (fitrah) tersebut akan bisa melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi sesuai peran masing-masing. Di mana dalam kehidupan di dunia akan terjalin sebuah relasi (hubungan) yang saling terkait antara guru sebagai pengantar (penyampai) ilmu kepada murid sebagai makhluk yang selalu berproses untuk memaksimalkan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah SWT. Selanjutnya dengan memahami sifat-sifat Allah yang tercermin dalam diri guru dan murid maka proses pendidikan yang tercantum dalam relasi antara keduanya akan bisa berjalan dengan baik.

5

Page 7: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

BAB IIONTOLOGI RELASI GURU DAN MURID

A. Pengertian Guru Ditinjau dari segi bahasa, kata guru berasal dari bahasa Indonesia

berarti orang yang pekerjaannya mengajar7 dan menurut ahli bahasa Belanda J.E.C Gericke dan T. Roorda yang dikutip oleh Ir. Pudjawiyatna, menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa Sanskerta, yang artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat dan juga berarti pengajar.8 Sedangkan dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan guru, kata teacher berarti guru, pengajar9 kata educator berarti pendidik, ahli mendidik10 dan tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar di rumah, memberi les (pelajaran).11 Dalam pandangan masyarakat Jawa, guru dapat dilacak melalui akronim gu dan ru. Gu diartikan dapat digugu (dianut) dan ru berarti bisa ditiru (dijadikan teladan).12

Selanjutnya dalam konteks pendidikan Islam banyak sekali kata yang mengacu pada pengertian guru, seperti kata yang lazim dan sering digunakan antara lain murabbi, muallim, dan muaddib. Imam Al-Ghozali dalam menunjuk pendidik sering menggunakan kata al-Mu’allim (guru), al-Mudarris (pengajar), al-Mu’addib (pendidik), dan al-Walid (orang tua).13 Akan tetapi Hujjatul Islam tidak menjelaskan secara spesifik pengertian dan definisi pendidik atau guru. Hanyakata-kata tersebut di atas sering digunakan dalam kitab-kitabnya. Ketiga kata tersebut memiliki penggunaan sesuai dengan peristilahan pendidikan dalam konteks pendidikan Islam. Di samping itu guru kadang disebut melalui gelarnya seperti al-ustadz dan as-syaikh.14

Dalam hal ini dibahas secara luas oleh Abuddin Nata, yakni kata al-alim (jamaknya ulama) atau muallim, yang berarti orang yang mengetahui dan kata ini banyak dipakai oleh ulama atau ahli pendidikan untuk menunjuk pada arti guru. Al-Mudarris yang berarti orang yang mengajar (orang yang memberi pelajaran). Namun secara umum kata al-mu’allim lebih banyak digunakan dari pada al-Mudarris. Dan kata al-Muaddib yang merujuk pada guru yang secara khusus mengajar di istana. Sedangkan ustadz untuk menunjuk kepada arti guru yang khusus mengajar di bidang pengetahuan

7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. II cet. IX. Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 330.

8 Pudjawiyatna, dalam Hadi Supeno. 1995. Potret Guru. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hlm. 26.

9 John M. Echols dan Hasan Shadily. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Cet. XX. Jakarta: PT. Gramedia, hlm. 581.

10 John M. Echols dan Hasan Shadily. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Cet. XX. Jakarta: PT. Gramedia, hlm. 207.

11 John M. Echols dan Hasan Shadily. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Cet. XX. Jakarta: PT. Gramedia, hlm. 608.

12 Pudjawiyatna, dalam Hadi Supeno. 1995. Potret Guru. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hlm. 26.

13 Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghozali. Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 5014 Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Tri Genda Karya, hlm. 167.

6

Page 8: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

agama Islam. Selain itu terdapat pula istilah syaikh yang digunakan untuk merujuk pada guru dalam bidang tashawuf.15

Menurut pandangan para pakar pendidikan Islam sangat bervariasi dalam memberikan pengertian istilah guru. Menurut Ahmad Tafsir, bahwa pendidik dalam Islam sama dengan teori di barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik baik potensi kognitif, afektif maupun potensi psikomotorik.16

Sedangkan Zakiah Darajat, lebih memilih kata guru sebagai pendidik profesional, sebab secara implicit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggungjawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.17

Akan tetapi istilah guru untuk masa sekarang sudah mendapat arti yang lebih luas dalam masyarakat dalam arti di atas, yakni semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kependidikan kepada seseorang atau sekelompok orang dapat disebut sebagai guru, misalnya guru silat, guru mengetik, guru menjahit, bahkan guru mencopet.18

Menurut Hadari Nawawi bahwa guru adalah orang yang mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah (kelas). Secara lebih khusus lagi, ia mengatakan bahwa guru berarti orang yang bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Artinya, guru tidak hanya memberi materi di depan kelas, tetapi juga harus aktif dan berjiwa kreatif dalam mengarahkan perkembangan murid.19

Guru menurut paradigma baru ini bukan hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator proses belajar mengajar yaitu realisasi atau aktualisasi potensi-potensi manusia agar dapat mengimbangi kelemahan pokok yang dimilikinya.20 Sehingga hal ini berarti bahwa pekerjaan guru tidak dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan yang mudah dilakukan oleh sembarang orang melainkan orang yang benar-benar memiliki wewenang secara akademi, kompeten secara operasional dan profesional.

Berkaitan dengan profesionalisme Nabi telah mengajarkan untuk mengamanatkan suatu urusan kepada orang yang benar-benar ahli di bidangnya, sebab jika pemegang amanat bukan orang yang ahli bisa dipastikan hasil tidak tercapai dengan baik, bahkan akan mengakibatkan kerusakan, atau kegagalan total. Hal ini menunjukkan dengan jelas pentingnya profesionalisme dalam bekerja, seperti halnya dalam pekerjaan seorang guru. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:

15 Abuddin Nata. 2001. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru Murid (Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 41-42.

16 Ahmad Tafsir. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 74

17 Zakiyah Darajat. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet. IV. Hlm. 3718 Ngalim Purwanto. 2000. Ilmu Pendidikan Islam Teoritis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, cet. XIII. Hlm. 139.19 Hadari Nawawi, 1992. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga

Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Hlm. 123. 20 Hasan Langgulung. 1988. Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21, cet. I. Jakarta: Pustaka Al-

Husna, hlm. 86.

7

Page 9: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

“Dari Abi Hurairah, dia berkata: ketika Rasulullah di suatu majlis sedang berbicara dengan suatu kaum datanglah seorang badui dan berkata: “kapankah kiamat itu?” Rasulullah SAW terus berbicara, lalu sebagian kaum berkata: “beliau mendengar apa yang dikatakan olehnya, namun benci terhadap apa yang dikatakannya itu”. Dan sebagian mereka berkata: “Namun beliau tidak mendengarnya”. Sampai ketika beliau selesai berbicara maka beliau bersabda: “Dimanakah gerangan orang yang bertanya tentang kiamat?”. Ia berkata: “Hai saya wahai Rasulullah”, Beliau bersabda: “Apabila amanat itu disia-siakan, maka nantikanlah kiamat”. Ia berkata: “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Beliau bersabda “Apabila perkara (urusan) di serahkan kepada selain ahlinya maka nantikanlah kiamat (kehancuran)”.21

Dengan demikian tersirat dengan jelas bahwauntuk menyandang predikat sebagai seorang guru tidaklah mudah, sebab predikat seorang guru hanya dapat dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar memiliki wewenang secara mutlak. Kemutlakan tersebut ditandai dengan keprofesionalan dengan ciri-ciri sebagaimana di atas, yang mana hal ini terdapat kesesuaian dengan hadits Nabi SAW, bahwa setiap segala urusan yang diserahkan pada orang yang tidak mampu secara maksimal, diantaranya masalah pendidikan maka sudah secara otomatis tujuan pendidikan tidak akan tercapai, karena guru sebagai pembawa arah pendidikan tidak mumpuni dalam mengantarkan murid menjadi insan berkualitas baik bagi lingkungan sesamanya maupun di hadapan sang Khaliq.

Dari beberapa definisi pendidik (guru) di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik (murid) dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

B. Pengertian Murid (Peserta Didik) Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut murid, seperti

siswa, peserta didik, pelajar, mahasiswa, dan sebagainya. Istilah siswa, murid, dan pelajar, umumnya digunakan untuk menyatakan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Sedangkan bagi peserta didik pada tingkat pendidikan tinggi atau akademi, disebut mahasiswa. Sedangkan istilah santri digunakan untuk mengatakan peserta didik yang menuntut ilmu di pondok pesantren.22

Dalam term Islam, seorang peserta didik dikenal dengan istilah thalib. Kata thalib berasal dari akar kata thalaba-yathlubu yang berarti mencari atau menuntut. Dengan demikian, seorang peserta didik adalah orang thalib yang

21 Ahmad Sunarto, 1991. Tarjamah Shahih Bukhari Juz I. semarang: CV. As-Syifa, hlm. 56. 22 Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 664 &

955.

8

Page 10: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

selalu merasa gelisah untuk mencari dan menemukan ilmu di manapun dan kapanpun.23

Di samping kata murid dijumpai istilah lain yang sering digunakan dalam bahasa Arab, yaitu tilmidz yang berarti murid atau pelajar, jamaknya talamidz24 kata ini lebih merujuk pada murid yang belajar di madrasah. Hujjatul Islam imam Al-Ghazali sering menggunakan kata al-shobiy (kanak-kanak), al-muta’allim (pelajar), tholibul ilmi (penuntut ilmu pengetahuan), dan juga al-walad (anak), seperti salah satu judul kitabnya yaitu Ayyuhal Walad.25

Peserta didik dalam pendidikan Islam menurut Muhaimin dan Mujib, adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun psikologis untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui lembaga pendidikan.26 Definisi tersebut memberikan arti bahwa peserta didik belum dewasa yang memerlukan orang lain untuk menjadi dewasa. Anak kandung adalah anak didik dalam keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, anak-anak penduduk adalah peserta didik masyarakat sekitarnya, dan anak-anak ummat beragama menjadi peserta didik ruhaniawan agama.

Adapun yang dimaksud dengan peserta didik dalam pengertian umumnya adalah setiap orang atau sekelompok orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB I pasal 1 ayat 4, dinyatakan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.27

Dari berbagai pengertian dan berbagai istilah di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan orang-orang yang sedang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, maupun arahan dari orang lain untuk mengembangkan potensi diri (fitrah) secara konsisten melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga tercapai tujuan yang optimal sebagai manusia dewasa yang bertanggungjawab dengan derajat keluhuran yang mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Untuk menentukan jenis peserta didik maka tidak dapat terlepas dari jenis-jenis atau bentuk-bentuk pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Pendidikan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal. Sedangkan pendidikan luar sekolah mengambil bentuk pendidikan informal dan pendidikan nonformal.

C. Pengertian Relasi Guru dan Murid Relasi murid dan guru merupakan hubungan interaksi antara guru dan

murid dalam proses pendidikanbaik interaksi fisikeldan non fisikel(ematerial)

23 MH. Salim & S. Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 166.

24 Muhammad Yunus. Tt. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hida Karya Agung, hlm. 79. 25 Zainuddin, dkk. Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghozali. Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 6426 Muhaimin & Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Kajian Filosofis dan Kerangka

Dasar Operasionalnya. Bandung: Tridenda Karya, hlm. 137. 27 UU. No. 3 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat 4.

9

Page 11: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

. Untuk mencapai interaksi belajar mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru dan murid sehingga terpadunya dua kegiatan, yakni kegiatan mengajar dan kegiatan belajar yang berdaya guna dalam mencapai tujuan pengajaran

Dalam Q.S Al Najm ayat 3-4, يوحي هوالاوحي ان هوي عن ينطق وماDan tiadalah yang diucapkannya itu(Al qur’an)menurut kemauan

hawanafsunya(3)Ucapannya itutiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan(kepadanya) Q.S AL Najm 3-4

Ilmu manusia dengan sendirinya bersifat nisbi ,yang kebenaranhakikinya tergantung pada kesesuaian dengan ilmu Allah..Kenisbian ilmu manusia itu dapat di terangkan melalui tiga.pertama kterbataan

Keterbatasan perangkat penangkap pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada manusia (Q.S. al Nahl( 16) 78). Indra,akal,dan ruh yang dimiliki manusia adalah media yang terbatas baik secara kuantitas maupun kualitas

Kedua keterbatasaan kawasan yang dapat di tangkap perangkat tesebut,mengingat manusia hanya dapat menangkap yang sifatnya materiAtau diandaikan bermateri atau yang menyangkut alam semesta. ketiga Kenyataan bahwa ilmu yang di peroleh dan ditampung oleh manusiaJuga terbatas di banding ilmu tuhan.28

Peserta didik biasanya akan lebih mudah menerima pelajaran kalau mereka dikondisikan dalam situasi nyaman dan merasa dihargai layaknya di rumah sendiri. Pendidik ataupun pelatih harus pandai mendekati peserta didiknya dan menciptakan situasi yang menyenangkan sebelum pembelajaran dimulai, juga harus bisa membuat mereka tetap bersikap santun.

Trust (kepercayaan) adalah unsur paling penting yang harus ada dalam hubungan pendidik dengan peserta didik. Jika peserta didik tidak memiliki kepercayaan yang bulat dan mendalam kepada pendidik/pelatihnya, maka sebaik apa pun kemampuan menguasai materi, tidak akan berpengaruh banyak pada keberhasilan pendidikan. Peserta didik mungkin menguasai materi pelajaran dengan baik, tetapi ia tidak berhasil membangun jiwanya.29

Dalam mendidik dan melatih umat, Mohammad Natsir sebagai seorang maestro ternyata kunci keberhasilannya dalam mendidik umat dan melatih mereka, ia menampakkan hubungan yang harmonis dengan mereka, akrab tapi tegas. Bahkan di waktu luang, ia datang berkunjung ke rumah-rumah mereka, dan sering datang bersilaturrahim ke rumah-rumah orang tua mereka.30

Tuntutan terhadap pendidik agar membangun hubungan dengan peserta didik dan berupaya menyenangkan hati mereka dalam mengikuti pembelajaran, semakin menjadi issu dalam dunia pendidikan dan pelatihan.

28 Maksum DR H Madrasah sejara dan pekembangan Jakarta;Logos Ilmu,199929 http://majalah hidayahtullah. com.30 Ajib Rosidi. 1990. M. Natsir Sebuah Biografi. Jakarta: PT. Gimukti Pasaka. Hlm. 80.

10

Page 12: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

Sebab menurut Seto, bilamana suasana menyenangkan telah tercipta, maka peserta didik akan lebih semangat dalam menerima pelajaran.31

Adanya rasa kasih sayang dari pendidik kepada peserta didik tentunya bukanlah sesuatu yang aneh terutama dalam pendidikan Islam, sebab para pakar pendidikan Islam sebelumnya selalu mewanti-wanti terhadap seseorang yang akan bertugas sebagai pendidik. Ibn Qayyim umpamanya sangat ketat dalam mensyaratkan dan memilih seseorang yang akan mengemban tugas sebagai murabbyi, ia harus memiliki persyaratan berikut.

1. Kasih sayang kepada yang kecil dan selalu menghibur mereka, menganggap mereka sebagai anaknya dan menjadikan dirinya sebagai bapaknya;

2. Merealisasikan wasiat Rasul SAW mengenai perintah agar selalu memperhatikan anak didiknya;

3. Peran dan tugas seorang murabbiy tidak hanya terbatas pada mentransfer ilmu kepada anak didiknya dan tidak pula merasa cukup hanya dengan mengembangkan sisi ilmiah belaka dengan memberikan teori-teori keilmuan, tetapi di samping tugas yang demikian, dia juga bertanggungjawab untuk mengawasi amaliah anak didiknya dan akhlak mereka di majlis ilmunya;

4. Kasih sayang dan kelembutan seorang murabbiy kepada anak didiknya, namun tidak berarti menghalanginya untuk memberi hukuman kepada mereka jika memang hukuman itu diperlukan.32

Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa relasi guru dan murid merupakan pola hubungan antara guru dan murid dalam proses pendidikan yang dilaksanakan dengan harmonis dan sinergis antara keduanya. Dalam hal ini diperlukan pemahaman tentang posisi dan tanggungjawab yang diemban oleh kedua pihak yang dilakukan dengan memenuhi beberapa kriteria antara lain: bagaikan peran orang tua dan anak, pendidikan dilaksanakan dengan suasana menyenangkan, adanya trust, dan kasih sayang sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik.

الكتبة وعلمه وادبه اسمه يحسن ان والده علي ولد حقاذاادرك يزوجه وان طيبا الا يرزقه لا وان والرماية وسباحة

( الحاكم( رواه Artinya; Kuwajjiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi

nama yang baik,mendidik(sopan santun) mengajari mennulis dan membaca

,renang,dan memanah memberi rizki yang halal dan menikah kan jika Mendapat jodoh(kufu) HR Hakim

31 Seto Mulyadi. 2009. Guru Harus Bisa Menyenangkan Murid. Padang: Harian Haluan, hlm. 13. 32 Hasan bin Ali Al-Hajazy. 2001. Manhaj Tarbiyah Ibn Qayyim, terj. Muzaidi Hasbullah.

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, hlm. 304-305.

11

Page 13: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

12

Page 14: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

BAB IIIEPISTEMOLOGI RELASI GURU DAN MURID

A. Karakter Ideal Guru dalam Islam استاذا تكون ان قبلاما انتكون

Artinya; sebelum kamu menjadi guru jadilah seorang ibu.Seorang pendidik (guru) pada hakikatnya bukan hanya sebagai profesi

atau pekerjaan yang menghasilkan uang atau sesuatu yang dibutuhkan bagi kehidupannya, melainkan ia mengajar karena panggilan agama, yaitu upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengharapkan keridhaanNya, menghidupkan agamaNya, mengembangkan seruanNya, dan menggantikan peran Rasulullah SAW dalam memperbaiki umat.

Adapun kepribadian pendidik hendaknya memenuhi beberapa kriteria sebagaimana Ibnu Jamaah dalam Salim dan Kurniawan33 menyatakan bahwa seorang pendidik harus seorang yang berkepribadian agamis, yaitu memelihara dan menegakkan syariat Islam, termasuk pula terhadap hal-hal yang disunnatkan dan menegakkan syariat Islam, termasuk pula terhadap hal-hal yang disunnatkan menurut syariat, baik ucapan, maupun perbuatan, seperti membaca Al-Qur’an, mengingat Allah SWT baik dengan hati maupun lisan dan menjaga keagungan Nabi ketika disebutkan namanya. Ia harus bergaul dengan manusia dengan akhlak yang terpuji, menjaga lahir batin, manis muka, mampu mengendalikan amarah, berguna, lembut, dan berbuat baik serta mencegah yang munkar.

Sedangkan menurut ‘Athiyah seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat tertentu agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, yaitu: 1) memiliki sifat zuhud, 2) bersih tubuhnya dari dosa besar, sifat riya’ (mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan dan lain-lain sifat yang tercela, 3) ikhlas dalam pekerjaan, 4) bersikap pemaaf terhadap muridnya, sanggup menahan diri, lapang dada, sabar, berkepribadian, dan mempunyai harga diri, 5) mencintai peserta didiknya seperti anaknya sendiri, 6) harus mengetahui tabiat, pembawaan, adat, kebiasaan, rasa dan pemikiran anak didik agar tidak keliru dalam mendidik, 7) pendidik harus menguasai mata pelajaran yang akan diberikan.

Dari uraian tersebut dapatdisimpulkan bahwa tugas seorang guru itu berat tetapi mulia di sisi Allah SWT. Untuk itu seorang pendidik harus memiliki empat syarat: 1) syarat keagamaan, yaitu patuh dan tunduk melaksanakan syariat Islam dengan sebaik-baiknya, 2) senantiasa berakhlak mulia, 3) senantiasa meningkatkan kemampuan ilmiahnya sehingga benar-benar ahli di bidangnya, 4) mampu berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat pada umumnya.

B. Karakter Ideal Peserta Didik (Murid) Sebagaimana dalam paparan sebelumnya bahwa dalam proses

pendidikan diperlukan sifat-sifat (karakter) yang harus dimiliki oleh seorang

33 MH. Salim & S. Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, hlm. 147-149.

13

Page 15: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

pendidik. Selanjutnya untuk mencapai tujuan keharmonisan hubungan antara guru dan murid maka perlu juga untuk mengenal sifat-sifat (karakter) yang dimiliki oleh murid, sebagaimana disampaikan Al-Ghazali dalam kitabnya Ayyuhal Walad,34 yang dapat diringkas sebagai berikut: 1) Murid hendaknya menjauhkan diri dari perbuatan keji, munkar dan maksiat. 2) Murid hendaknya senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan menyucikan jiwa dan melaksanakan ibadah. 3) Hendaknya memusatkan konsentrasinya terhadap ilmu yang sedang dikaji. 4) Janganlah menyombongkan diri, jangan menentang guru, 5) Tidak melibatkan diri dalam perdebatan tentang segala ilmu sebelum mengkaji dan memperkukuh pandangan dasar ilmu-ilmu itu. 6) Tidak meninggalkan satu mata pelajaranpun dari ilmu pengetahuan teruji yang sedang dipelajari sampai tuntas. 7) Fokus pada ilmu yang paling penting.

Selanjutnya Al-Ghazali menetapkan empat akhlak peserta didik, yaitu: 1) memuliakan pendidiknya dan bersikap rendah hati, 2) merasa satu bangun dengan peserta didik lainnya, sehingga dapat menyayangi dan tolong menolong. 3) Menjauhkan diri dari mempelajari satu ilmu saja, tetapi mempelajari berbagai ilmu dan dapat mencapai tujuan dari masing-masing ilmu tersebut.

C. Pola Relasi Guru dan Murid Kajian ini akan didasarkan kepada suatu perspektif bahwa Nabi SAW

dalam hal ini sebagai contoh guru sempurna. Oleh karena itu, interaksinya dengan para sahabat menjadi fokus pembahasan ini. Secara lebih rinci, bagaimana Nabi memberlakukan para sahabat sebagai muridnya, mendidik mereka, berbicara kepada mereka, menyayangi mereka dan menjalin persahabatan dengan mereka akan dipaparkan dalam makalah ini.seperti sabda nabi Muhammad SAW

لايرحم يرحم لا منArtinya;Barang siapa tidak mempunyai rasa belaskasihan niscaya Tidak dibelaskasihani.35

Ada beberapa hal penting yang bisa diteladani berkaitan dengan hubungan guru-murid sebagai berikut.1. Menjadikan diri guru sebagai suri tauladan yang baik kepada murid.

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Anak memandang pendidik sebagai figure terbaik, yang tindak-tanduk guru akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.

Menurut Nasih Ulwan36, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik-buruknya anak. Ia menambahkan: Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si

34 MH. Salim & S. Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, hlm. 178-181.

35 Bokhori kitabul adab 553836 Abdullah Nasih Ulwan. 1999. Terjemahan oleh Jamaluddin Mirri: Pendidikan Anak dalam

Islam. Jakarta: Pustaka Amani.

14

Page 16: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya, jika pendidik adalah seorang pembohong, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina, maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina.

Allah SWT telah mengajarkan dan Dia adalah peletak metode samawi yang tiada taranya bahwa Rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah samawi kepada umat manusia, adalah seorang pendidik yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral, maupun intelektual.

Allah berfirman dalam surat al-Ahz في كان لقد ل لكم الاية حسنة اسوة لله رسول

Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

Dalam tafsir Al-Misbah,37 kata uswah berarti teladan. Pakar tafsir Az-Zamakhsyari mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapatpada rasul yaitu: kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua, dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patut diteladani.

Allah meletakkan pada diri Nabi yang mulia suatu bentuk yang sempurna bagi metode pendidikan yang Islami, agar menjadi gambaran yang hidup dan abadi bagi generasi-generasi umat selanjutnya dalam kesempurnaan akhlak dan universalitas keagungan pribadinya.

2. Berbicara kepada murid dengan lembut dan wajah tersenyum بسط dan mengucapkan salam kepadanya seperti الوجه yang di contohkan oleh

3. Rosulullah dalam tafsir Munirصبيان علي مر انه عنه الله رضي مالك ابن انس حدثنيوسلم عليه الله صلي النبي كان وقال عليهم فسلم

البخاري اخرجه يفعلهArtinya;Anas bin malik r.a berjalan di depan anak-anak maka ia memBeri salam pada mereka ,lalu berkata Adalah Nabi saw biasa berbuat demikian(Bukhari,Muslim)38

4.

Nabi mengajarkan supaya memilih kata-kata yang santun ketika berbicara kepada siapa pun, apalagi kepada murid-murid yang mendengarkan penyampaian ilmu dari seorang guru. Kata-kata yang indah menyentuh kalbu justru akan membekas lama dalam hati murid, dan

37 M. Quraish Shihab. 2007. Tafsir Al-Misbah vol 11. Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 242. 38 Tafsir ibnu katsir

15

Page 17: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

akan membimbingnya dengan efektif. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Sesungguhnya di antara kalian ada yang mengucapkan kata-kata (baik) yang diridhai Allah dan tidak tahu kadar derajat kemuliaan kata-kata itu.

ابي عمروحدثني بن محمد عن عبدة هذاد ثنا حدالمزني الحرث بن بلال سمعت ل قا جدي عن

يقول وسلم عليه الله صلي الله رسول صاحبيقول وسلم عليه الله صلي لله ا رسول سمعت

ما لله ا رضوان من بالكلمة ليتكلم احدكم انالي رضوانه بها له لله ا فيكتب تبلغت ان يظنمن ت بلكلما ليتكلم احدكم وان يالقاه يوم

فيكتب بلغت ما تبلغت ان يظن ما الله سحطه يلقا يوم الي سخطه بها عليه الله

Maka dengan kata-kata tersebut, Allah melimpahkan ridhaNya kepada orang itu hingga hari perjumpaan nanti (Hari kiamat). Dan sesungguhnya di antara kalian ada yang mengucapkan kata-kata (buruk) yang dimurkai Allah, dan dia tidak tahu kadar derajat kehinaan kata-kata itu. Maka dengan kata-kata tersebut Allah menetapkan murkaNya kepada orang tersebut hingga perjumpaan nanti (Hari Kiamat).

5. Menunjukkan sikap lemah lembut dan kasih sayang kepada murid. Guru harus menunjukkan dirinya sebagai orang yang selalu

memperhatikan dan mengupayakan kebaikan untuk para murid tanpa pamrih. Tidak membeda-bedakan mereka, meskipun latar belakang mereka sangat beragam. Kasih sayang guru tidak saja kepada murid yang patuh dan hormat, tetapi juga kepada murid yang nakal. Guru dalam konteks kasih sayang ini tidak akan pernah merasakan terhina dan rendah diri di hadapan guru.

Sifat mengutamakan orang lain dalam kasih sayang ini adalah sifat Rasulullah SAW. Allahpun menyebut beliau sebagai ‘ala khuluqin adzim, yakni berada di atas akhlak yang luhur atau agung.

6. Sikap memuliakan, menghormati dan tawadhu’ kepada guru : Sebagai murid, maka guru harus diperlakukan lebih dari orang pada

umumnya. Hal ini karena para guru sesungguhnya pewaris para Nabi. Para guru yang mengajarkan kebaikan kepada manusia didoadakan oleh Allah dan para penghuni langit dan bumi. Para guru mewariskan kepada para muridnya ilmu, yang membuat murid mencapai pribadi utama.

Murid, baik laki-laki maupun perempuan wajib memandang sang guru dengan pandangan penuh hormat, memuliakan, dan tawadhu’. Khalifah dan Quthub mengatakan :

Sungguh ke-tawadhu’-anmu kepadanya adalah keagungan dan kemuliaan yang ada pada dirimu. Oleh karena itu, hak seorang guru

16

Page 18: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

terhadap diri kita adalah mendapat penghormatan, didengarkan, tidak meninggikan suara di atas suaranya, dan tidak merendahkannya. Begitu juga, wajib bagi kita untuk mematuhi nasihat-nasihatnya dan merengkuh ridhanya

7.Guru sebagai orang tua bagi murid ان استاذا انتكون قبلاما تكونابا تكون ان استاذا انتكون قبل

Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam sebagai pemegang amanah mendidik dan mengajar, yang memiliki dua peran sekaligus, yaitu peran transfer of knowledge dan transfer of value. Misi ilmu pengetahuan (IQ) meniscayakan pendidik untuk menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masa depan sehingga sebagai generasi yang hidup hari ini dan untuk esok hari yang terkait dengan hari kemarin, peserta didik akan siap

enghadapinya karena sudah dibekali ilmu pengetahuan oleh pendidik. Sedangkan dalam hal pewarisan nilai (value), seorang pendidik diharuskan untuk memberkan bekal mental, moral serta spiritual kepada peserta didik (aspek EQ dan SQ) secara bersama-sama. 39 dari kedua peran tersebut akan bisa berjalan dengan maksimal jika guru memposisikan dirinya sebagai orang tua bagi muridnya, sehingga akan berfungsi pula dalam mendidik murid tidak sekedar hanya menyimpan ilmu tanpada ada penanaman nilai-nilai moral.

39 MH. Salim & S. Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, hlm. 161-162.

17

Page 19: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

BAB IVAKSIOLOGI RELASI GURU DAN MURID

Pendidikan Islam mempunyai tujuan untuk terbentuknya kepribadian yang utama berdasarkan pada nilai-nilai dan ukuran ajaran Islam dan dinilai bahwa setiap upaya yang menuju kepada proses pencairan ilmu dikategorikan sebagai upaya perjuangan di jalan Allah.40 Dalam hal ini salah satu komponen yang ikut berperan tercapainya tujuan pendidikan itu adalah adanya relasi guru dan murid yang harmonis. Di mana masing-masing pihak bisa memposisikan dirinya sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai landasan pendidikan Islam.

Secara praktis proses pendidikan Islam tersebut terkait dengan kebutuhan dan tabiat manusia yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: jasad, ruh, dan akal41. Oleh karena itu tujuan pendidikan Islam secara umum harus dibangun berdasarkan tiga komponen tersebut, yang masing-masing harus dijaga keseimbangannya. Di sinilah peran relasi antara guru dan murid akan tampak dalam proses pencapaian tiga komponen tujuan pendidikan tersebut. 1. Pendidikan jasmani (al-tarbiyah al-jismiyah) والجسم علم بسطة

Keberadaan manusia sebagai khalifah yang akan berinteraksi dengan lingkungannya maka keunggulan fisik harus diperhitungkan, yaitu kegagahan dan keperkasaan. Fisik memang bukan tujuan utama, akan tetapi ia sangat berpengaruh dalam proses pendidikan. Bahkan Allah lebih menyukai orang mukmin yang mempunyai keimanan yang kuat dan fisik yang kuat dari pada orang mukmin yang kuat imannya tapi lemah fisiknya. Sebagaimana Rasulullah bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah” (HR. Muslim)

Pendidikan jasmani merupakan usaha untuk menumbuhkan, menguatkan, dan memelihara jasmani dengan baik. Ada suara sarana untuk membantu pendidikan jasmani yaitu 1) sarana pendidikan jasmani yang bersifat aktif, meliputi makanan sehat, udara segar, olahraga; 2) sarana pendidikan yang bersifat pasif, seperti kondisi ruang kelas yang sehat, kondusif, jumlah murid yang tidak terlalu banyak, dll.

2. Pendidikan akal (al-tarbiyah al-aqliyah)Pendidikan akal (al-tarbiyah al-aqliyah) adalah peningkatan pemikiran

akal dan latihan secara teratur untuk berpikir benar. Pendidikan intelektual akan mampu memperbaiki pemikiran tentang ragam pengaruh dan realitas secara cepat dan benar. Beberapa cara untuk mencapai keberhasilan pendidikan intelektual: a) melatih perasaan untuk meningkatkan kecermatannya; b) melatih untuk mengamati sesuatu yang bermanfaat dunia akhirat, 3) melatih daya intuisi sebagai sarana penting bagi daya cipta, d) membiasakan berpikir sistematis.

40 MH. Salim & S. Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 116.

41 MH. Salim & S. Kurniawan. 2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 117-121.

18

Page 20: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

3. Pendidikan akhlak (al-tarbiyah al-khuluqiyah)Akhlak mempunyai kedudukan sangat penting dalam ajaran Islam

untuk mencapai keridhaan Allah. Pembentukan akhlak mulia merupakan tujuan utama yang harus disuritauladankan oleh guru pada anak didik. Tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang yang bermoral, jiwa bersih, cita-cita benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui kewajiban, menghormati hak manusia, dapat membedakan baik buruk, memilih fadhilah karena cinta fadhilah, menghindari perbuatan tercela, dan mengingat Tuhan.

Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

الاخلاق مكريم لاتمم يعثت انما“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak” (HR

Bukhari). Ciri-ciri pendidikan akhlak: a) beriman dan bertakwa kepada Allah, b) berakal sehat, c) mempunyai kematangan kepribadian, berbudi luhur, jujur, amanah, berani, percaya diri, semangat kebangsaan dan rasa setiakawan sosial, d) mempunyai ketrampilan belajar, bekerja, dan beramal saleh, disiplin, bekerja keras, mandiri, kreatif dan inovatif, sehat jasmani dan rohani.

Dari uraian di atas secara aksiologi relasi antara guru dan murid bisa dimasukkan dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengoptimalkan ketiga komponen tersebut dengan pendekatan student centered, di mana guru bisa memposisikan sebagai seorang guru sekaligus sebagai motivator, fasilitator, konselor, evaluator yang secara bersama-sama murid melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan untuk mengoptimalkan potensi anak didik agar bisa berkembang secara maksimal.

19

Page 21: pesantrentibbilqulub.com · Web viewFaktor eksternal yang juga mempengaruhi kegagalan pendidikan di era terkini adalah adanya pengaruh teknologi yang begitu cepat melesat sehingga

BAB VPENUTUPAN

Kesimpulan 1. Landasan filosofis kolerasi guru dan murid bermula dari keberadaan guru

dan murid sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang membawa potensi (fitrah) ketuhanan alam diri masing-masing. Dimana dalam kehidupan di dunia akan terjalin sebuah relasi (hubungan) yang saling terkait antara guru sebagai pengantar (penyampai) ilmu kepada murid sebagai makhluk yang selalu berproses untuk memaksimalkan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah SWT. Selanjutnya dengan memahami sifat-sifat Allah yang tercermin dalam diri guru dan murid maka proses pendidikan yang tercermin dalam relasi antara keduanya akan bisa berjalan dengan baik.

2. Pengertian pendidik adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan bimbingan kepada peserta didik (murid) dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial, dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.

3. Pengertian peserta didik merupakan orang-orang yang sedang memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, maupun arahan dari orang lain untuk mengembangkan potensi diri (fitrah) secara konsisten melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sehingga tercapai tujuan yang optimal sebagai manusia dewasa yang bertanggung jawab dengan derajat keluhuran yang mampu menjalankan fungsinya sebagai khalifah di bumi.

4. Pengertian relasi guru dan murid merupakan pola hubungan antara guru dan murid dalam proses pendidikan yang dilaksanakan dengan harmonis dan sinergis antara keduanya. Dalam hal ini diperlukan pemahaman tentang posisi dan tanggung jawab yang diemban oleh kedua pihak yang dilakukan dengan memenuhi beberapa kriteria antara lain: bagaikan peran orang tua dan anak, pendidikan dilaksanakan dengan suasana menyenangkan, adanya trust, dan kasih sayang sehingga tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik.

5. Secara epistemologi ada beberapa hal penting yang bisa diteladani berkaitan dengan hubungan guru murid sebagai berikut. a. Menjadikan diri guru sebagai suri tauladan yang baik kepada murid.b. Berbicara kepada murid dengan lembut dan wajah senyumc. Menunjukkan sikap lemah lembut dan kasih sayang kepada murid. d. Sikap memuliakan, menghormati dan tawadhu’ kepada guru. e. Guru sebagai orang tua bagi murid.

6. Secara aksiologi relasi antara guru dan murid bisa dimasukkan dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengoptimalkan ketiga komponen tersebut dengan pendekatan student centered, di mana guru bisa memposisikan sebagai seorang guru sekaligus sebagai motivator, fasilitator, konselor, evaluator yang secara bersama-sama murid melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan untuk mengoptimalkan potensi anak didik agar bisa berkembang secara maksimal.

Wallahu a’lam bi al-shawab

20