17
Kata Pengantar Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pilihan bagi perempuan dan bukan sebuah "kodrat" seperti yang sering dipersepsikan oleh sebagian masyarakat kita. setiap perempuan memiliki hak sepenuhnya untuk memilih, apakah ia akan mengabdikan pikiran, tenaga dan waktunya sebagai ibu rumah tangga ataukah menjalankan peran lainnya ditengah-tengah masyarakat. Diantara kedua pilihan tersebut itupun masih terdapat sebuah pilihan ketiga, yaitu menjadi ibu rumah tangga yang sekaligus berkarya di masyarakat, seperti menjadi aktivis sosial ataupun pengusaha. Mbok Berek adalah sosok perempuan yang memilih ketiga, yaitu menjadi ibu rumah tannga yang juga sekaligus menopang ekonomi keluarga dengan menjadi pengusaha ayam goreng. Melalui riwayat hidupnya yang dapat kita baca dalam buku ini, jelas bagi kita bahwa status dan profesi sebagai ibu rumah tangga tidak perlu menjadi penghalang bagi seorang perempuan untuk mengaktualisasikanpotensi diri yang dimilikinya. Sekapur Sirih Diharapkan, apa yang telah dirintis dan diperjuangkan oleh sosok wanita ibu rumah tangga biasa yang bernama Mbok Berek tetap melegenda dengan karya nyata yang bukan saja memberi keuntungan pribadi itu sendiri melainkan juga oleh ratusan keluarga yang dikaryakan di restoran Ayam Goreng Mbok Berek, dimana dengan sendirnya secara langsung maupun tidak langsung membantu pemerintah dalam hal ketenagakerjaan dan pariwisata. Sejarah Tangisan Seorang Anak Adalah Ronopawiro atau yang lebih dikenal dengan nama Djakiman, menyunting Nini Ronodikromo yang mempunyai panggilan kecil Nyi Rame. tinggal di Desa Candisari, Yogyakarta. Dari hasil perkawinannya, Nyi rame mempunyai anak putra-putri yaitu Samidjo Mangundimedjo, Saminten Pawirosudarsono, Sukinah Mulyodimejo, Tumirah Martohanggono, Saminun dan Suwarto. Diantara ke enam putra-putri Nyi Rame, ada salah satu diantaranya sangat rewel, suka menangis menjerit-jerit, yang istilah jawanya disebut berek-berek. Tangisan anak kecil yang berek-berek tersebut kelak bukan hanya akan merubah nama panggilan istri Ronopawiro dari Nyi Rame menjadi Mbok Berek, melainkan juga dapat mengubah nasib para keturunan Mbok Berek. Tepatnya tidak diketahui, kapan Nyi Rame menyandang nama Mbok Berek. dan entah karena siapa pula yang memulai panggilan sehari-hari Nyi Rame Menjadi Mbok Berek. Yang pasti dengan sebutan barunya itu, Nyi Rame sangat berlapang dada juga tak menjadikan berang sang suami, Ronopawiro. justru sebalinya, panggilan Mbok Berek untuk Nyi Rame yang mempunyai nama asli Nini Ronodikromo ini sangat disukainya. Karena pada kenyataannya memang Nyi Rame adalah seorang ibu yang mempunyai anak yang suka menangis berek-berek. Akhirnya Nyi Rame yang mempunyai nama asli Nini Ronodikromo menyandang nama baru yaitu Mbok Berek. Sebuah nama julukan untuknya karena anaknya yang sering menangis berek-

WIRAUSAHA MBOK BEREK.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Kata PengantarMenjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pilihan bagi perempuan dan bukan sebuah "kodrat" seperti yang sering dipersepsikan oleh sebagian masyarakat kita. setiap perempuan memiliki hak sepenuhnya untuk memilih, apakah ia akan mengabdikan pikiran, tenaga dan waktunya sebagai ibu rumah tangga ataukah menjalankan peran lainnya ditengah-tengah masyarakat. Diantara kedua pilihan tersebut itupun masih terdapat sebuah pilihan ketiga, yaitu menjadi ibu rumah tangga yang sekaligus berkarya di masyarakat, seperti menjadi aktivis sosial ataupun pengusaha.

Mbok Berek adalah sosok perempuan yang memilih ketiga, yaitu menjadi ibu rumah tannga yang juga sekaligus menopang ekonomi keluarga dengan menjadi pengusaha ayam goreng. Melalui riwayat hidupnya yang dapat kita baca dalam buku ini, jelas bagi kita bahwa status dan profesi sebagai ibu rumah tangga tidak perlu menjadi penghalang bagi seorang perempuan untuk mengaktualisasikanpotensi diri yang dimilikinya.

Sekapur SirihDiharapkan, apa yang telah dirintis dan diperjuangkan oleh sosok wanita ibu rumah tangga biasa yang bernama Mbok Berek tetap melegenda dengan karya nyata yang bukan saja memberi keuntungan pribadi itu sendiri melainkan juga oleh ratusan keluarga yang dikaryakan di restoran Ayam Goreng Mbok Berek, dimana dengan sendirnya secara langsung maupun tidak langsung membantu pemerintah dalam hal ketenagakerjaan dan pariwisata.

Sejarah Tangisan Seorang AnakAdalah Ronopawiro atau yang lebih dikenal dengan nama Djakiman, menyunting Nini Ronodikromo yang mempunyai panggilan kecil Nyi Rame. tinggal di Desa Candisari, Yogyakarta. Dari hasil perkawinannya, Nyi rame mempunyai anak putra-putri yaitu Samidjo Mangundimedjo, Saminten Pawirosudarsono, Sukinah Mulyodimejo, Tumirah Martohanggono, Saminun dan Suwarto.

Diantara ke enam putra-putri Nyi Rame, ada salah satu diantaranya sangat rewel, suka menangis menjerit-jerit, yang istilah jawanya disebut berek-berek. Tangisan anak kecil yang berek-berek tersebut kelak bukan hanya akan merubah nama panggilan istri Ronopawiro dari Nyi Rame menjadi Mbok Berek, melainkan juga dapat mengubah nasib para keturunan Mbok Berek.

Tepatnya tidak diketahui, kapan Nyi Rame menyandang nama Mbok Berek. dan entah karena siapa pula yang memulai panggilan sehari-hari Nyi Rame Menjadi Mbok Berek. Yang pasti dengan sebutan barunya itu, Nyi Rame sangat berlapang dada juga tak menjadikan berang sang suami, Ronopawiro. justru sebalinya, panggilan Mbok Berek untuk Nyi Rame yang mempunyai nama asli Nini Ronodikromo ini sangat disukainya. Karena pada kenyataannya memang Nyi Rame adalah seorang ibu yang mempunyai anak yang suka menangis berek-berek.

Akhirnya Nyi Rame yang mempunyai nama asli Nini Ronodikromo menyandang nama baru yaitu Mbok Berek. Sebuah nama julukan untuknya karena anaknya yang sering menangis berek-berek. Ternyata julukan barunya tersebut memberi kesan sangat familiar dan enak didengar. Sangat membantu Mbok Berek dalam berjualan ayam goreng. bahkan boleh dibilang "berek" yang berasal dari"tangisan anak" itu merupakan awal tangis bahagia bagi Mbok Berek. karena nama yang enak didengar tersebut kian waktu kian populer di setiap telinga pecinta ayam goreng. Bahkan kelak nama Mbok Berek akan menjadi sebuah inspirasi penerusnya untuk tetap hidup dengan menjadikan nama Mbok berek sebagai trade mark sebuah restoran ayam goreng khas Yogyakarta.

Saya Mulai Usaha dari NolWaktu remaja saya memang mendalami pendidikan keterampilan. Saya ikut kursus kecantikan dan menjahit. Dirumah saya membuka salon. Saya juga memberikan les kepada orang lain.

Waktu remaja sering membantu dan memperhatikan meracik bumbu ayam goreng di Yogyakarya. Saya juga ikut mempraktekannya. Apa saja jenis pekerjaan saya kerjakan.Saya tak pernah memilih pekerjaan.

Saya ingin menguasai semua bidang. Saya senang bekerja keras. Setelah menikah saya berada di Jakarta, tapi menganggur.Suami saya sarjana hukum bekerja di ekspedisi muatan kapal laut.

Perekonomian kami pas-pasan. Gaji bapak cukup untuk satu minggu saja. Gajinya hanya Rp. 15.000 per bulan, cukup untuk hidup senin-kamis.Kami tinggal dirumah saudara saya.

Karena tidak cukup uang belanja dari suami, saya berusaha bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Bermacam barang dagangan saya usahakan.Saya pernah mengkreditkan bahan batik, baju, perabotan rumah tangga dan lain-lain.

Uang untuk membeli barang-barang itu saya dapatkan dari gaji suami. Setiap awal bulan saya sudah belanja barang dagangan.

Setelah itu saya tagih. Usaha itu tidak berjalan lancar, setiap saya tagih, orang tidak selalu membayar.

Suatu ketika saya tidak punya uang sama sekali untuk makan. Terpaksa saya menjual beras ke tetangga.

Saya coba untuk berjualan ayam goreng Mbok Berek. Saya cicitnya. Orang-orang tidak percaya dan ada juga yang percaya.

Dari situ saya coba untuk berjualan ayam goreng dipasar cikini. Tempatnya kecil. saya tak punya modal. Saya mengutang dengan pedagang ayam.Dan bumbu minta ke tetangga.

Setiap hari saya hanya menggoreng tiga ekor ayam. Kadang laku kadang tidak. Kalau tidak laku saya bagikan kepada teman-teman dipasar,karena saya sudah dekat dengan mereka. Begitu sebaliknya, mereka juga memberikan saya sayur-sayuran atau tempe.karena sudah baik dengan sesama pedagang dipasar, maka kami saling memberi apa yang ada.

Bila suami saya menanyakan tentang barang dagangan. saya katakan saja laku semua, padahal tidak. sebab kalau diberitahu bahwa ayam yang tak laku itu diberikan kepada orang lain,maka dia akan tersinggung, karena ayam itu ngutang.

Saya berjualan dengan modal kejujuran. Saya membayar hutang yang lama dan mengutang yang baru lagi. Tapi kalau saya tidak punya uang saya katakan kepada pedagang itu tentang dagangan saya yang tidak laku. Tapi saya perlu lagi tambahan. Saya berprinsip harus jujur.Tak Pernah JeraSedikit demi sedikit saya punya modal dan membuka usaha ditempat lain. Semuanya saya kerjakan sendiri. Saya tak pernah jera bekerja, meski usaha jatuh bangun.Pernah membuka rumah makan di kawasan Jl. Pegangsaan Timur, terus di Jl. Tanjung karang. Tapi ditutup kena gusur.

Pada 1978 saya membuka lagi di Jl. Prof. Supomo yang dikontrak selama lima tahun. Disini usaha kami berkembang dan membuka lagi di Jl. Prof. Supomo No. 10, 14 dan 16 yang kini menjadi kantor pusat, sekaligus rumah saya.Profil Ratna Juwita UmiyasihTernyata desa Grogol tak hanya ada di Jakarta Barat, tapi juga di dekat lapangan terbang Adisucipto. Di wilayah pinggiran Yogyakarta itulah lahir bayi perempuan, 4 Juni 1944, panggilan sehari-harinya Umi.

Masa kanak-kanak usia pendidikan SMP dijalaninya tanpa halangan sedikitpun. Meski dilubuknya yang paling dalam, ada yang menganjal, yakni ingin mengetahui wajah perempuan yang melahirkanya. "Takdir menghendaki saya harus berpisah dengan ibu sejak bayi", Ungkapnya dengan mata berkaca-kaca. Tinggal bersama Bapak,serta kakek nenek (simbah kakung-putri. Mbah jawa) dari pihak Bapak, tentulah melipur hatinya. Sebab, di masa perang kemerdekaan mengusir penjajah Belanda itu, kenangnya, "Mbah Putri mendekap saya erat-erat setiap ada pertempuran, seperti jadi tameng peluru. Yang penting Umi selamat.

Yang menggembirakan juga mengharukan, karena waktu itu cucu semata wayang, ia menjadi rebutan antara orang tua pihak bapak dengan pihak ibu. "sampai saya remaja saya tinggal bersama pihak bapak, tapi saya tetap dekat dengan pihak ibu", kenangnya. bahkan ada semacam "perjanjian" yaitu jika Umi menikah maka pihak ibu yang berhak menyelengarakannya.

Surat pertamaLulus SMP tentu saja atas izin Nenek-yang telah mengontak anak perempunnya untuk menampung kehadiran cucu kesayangannya, "saya memberanikan diri kejakarta, mau cari pengalaman. Tinggal dirumah Tante, di jalan Talang Betutu," tutur Umi.

Pendidikan dilanjutkanya disekolah keputrian. dan untuk mengisi waktu luang, ia mengikuti kursus-kursus. Uniknya kursus tersebut dijalaninya tanpa membayar. Lho, bagaimana mungkin?Rupanya kehidupan jakarta secara langsung mengasah sense of business remaja putri - yang dari nama lengkapnya Ratna Juwita Umiyasih Rejeki, kayaknya dekat dengan "bakat dagang" jika bukan karena pernah dialami, makin sulit dipercaya, "saya ikut kursus biayanya Rp. 2000 untuk satu mata pelajaran. Besoknya saya buka kursus di garasi rumah dengan ongkos yang sama. Jumlah murid saya kan banyak jadi untung, Nah dari keuntungan itulah saya mengikuti pelajaran lain".

Hasilnya jelas, berbagai keterampilan wanita ia kuasai: merias rambut, tata kecantikan, jahit-menjahit, masak-memasak, dan lain-lain. "Yang juga penting, saya memperoleh ilmu dagang dari teman-teman kursus keturunan tionghoa. Diantaranya, cara menyimpan dan memutar uang," ungkapnya terus terang. "Tapi, yang jelek-jeleknya nggak saya ikutin lho." tambahnya seraya tertawa.

Masa itu, rupanya wanita yang mampu berkiprah dinamis-khususnya dibidang perdagangan-masih sedikit. Tanpa sangat berarti, selain kursus Umi juga jual-beli pakaian jadi. Caranya "Ngalap Nyaur, ambil barang bayar belakangan". ujarnya, ditawarkan secara kredit pembelinya para tetangga, lumayan laku.

Dengan kegiatan semacam itu, tak cuma bisa memberi uang jajan keponakan, juga kebutuhan sehari-hari terpenuhi, dan tabungannya terus bertambah. apalagi gaya hidup gadis remaja ini hemat, tidak pernah macam-macam alias neko-neko Rambutnya panjang, disisir ke belakang dan dikepang satu justru menambah daya tarik.

Seperti biasa dia menyetor uang sekaligus mengambil barang dagangan dirumah agen langgananya. karena hampir malam, si empunya rumah meminta tolong kepada adiknya -seorang jejaka, namanya Noorsalim- untuk mengantarkan Umi. "Mas Noor disuruh kakaknya untuk mengantar saya pulang, sejak itu getaran magnet mulai terasa hehehe," kenangnya merasa lucu, setelah itu. "Mas Noor pinjam buku, eh ketika dikembalikan ada surat didalamnya, aduh deg-deg-an rasanya saat pertama membuka surat dari laki-laki," tambahnya sambil tertawa lagi.

Beberapa lama saling mencocokan diri, akhirnya Umi dan Noor Salim sepakat mengarungi bahtera perkawinan. Dan, sesuai perjanjian, nenek dari pihak ibu yang menyelenggarakan pestanya, di Yogya. "Simbah cukup terpandang di desa kami, itu berkat usaha ayam goreng yang sudah dikenal dimana-mana. Tamu-tamunya datang begitu banyak, malahan dari keraton Yogya pun hadir." Ceritanya dengan mata berbinar, Ya kala itu nama Mbok Berek jaminan cita rasa khas ayam goreng di tlatah jawa tengah bahkan jakarta.

Di hari bersejarah itu Umi menerima kado pribadi dari simbahnya, yaitu resep mengolah ayam goreng, "itu hadiah istimewa buat saya, yang paling bermakna. Lagipula simbah berpesan, kalau hanya kebutuhan sehari-hari kamu bisa hidup dari menjual ayam goreng," kenangnya haru campur bungah.

Anak DigajiPasutri (pasangan suami-istri)muda ini kembali ke Jakarta menumpang dirumah salah seorang bibi di Rawamangun, "kami sepakat susah senang ditanggung bersama saya tidak suka menjadi istri yang cuma bisa ngomel dan menadahkan tangan saja". terang Umi. Dia seperti srikandi, memang trengginas. "Dengan gaji suami yang tidak seberapa". ungkapnya tanpa ingin merendahkan penghasilan ataupun mengurangi rasa syukur."Saya tetap dagang cara ngalap nyaur, dan coba jualan ayam goreng mulai dari 5 ekor ayam perhari."

Usaha itu berjalan lancar, laris. Tabungan keluarga kecil ini tak hanya uang, juga perhiasan, namun meninggalnya Simbah yang amat dicintainya membuat Umi limbung. Bersama anak-anaknya dia berangkat ke Yogya, dan sekitar sebulan terpuruk dalam kesedihan tabungannya habis.

Kembali ke Jakarta. "ibaratnya saya mulai dari nol" kenangnya tapi tekadnya untuk bangkit semakin besar. Kepekaan bisnis yang dimilikinya membuatnya mampu menghitung laba-rugi usaha dengan cepat. Penghasilan suami satu bulan dibelikan perlengkap rumah tangga yang kemudian di kreditkan pada tetangga, dengan cicilan Rp. 50 perhari, hasil putar otak dan putar modal itu dilanjutkan meski pindah rumah.

Pasutri dengan empat orang anak ini mengontrak rumah petak didaerah menteng dalam, "Digang sempit dekat kuburan. Lantainya semen, untuk mandi mesti ke sumur umum" ungkapnya. perkembangan usaha yang semakin besar itu. cabang usahanya terus bertambah, membuat umi dan suaminya memikirkan ihwal manajemen profesional dan memutuskan mendirikan PT. "Saya ingat ketika sama mbah memberikan petuah memakai baju ungu. Maka itu perusahaan ini diberi nama Weling Simbah Wulung, disingkat WSW," tuturnya senyum semringah.

Yang unik meski kini kehidupan keluarga sudah mampu menikmati penghasilan yang teramat memadai. Umi tetap memperingatkan putra-putrinya bahwa usaha tersebut dirintis susah payah dan dalam waktu lama, sehingga mesti dijaga. Untuk anak-anaknya. Umi mengatakan "Kami sudah membuat komitmen siapa yang ikut berkecimpung dapat gaji dan bonus, tapi kalau tidak ikut hanya dapat bonus."

Arahan yang profesional itu didukung oleh suaminya. Noorsalim SH. Putra Kiai dari Blora ini menyatakan, "Harta yang kami punya sebanyak apapun titipan Allah," karena itu tak lupa mereka membersihkannya dengan zakat dan sodakoh, "ada hak anak yatim didalamnya, jadi mesti memikirkan kepentingan mereka," tambahnya yakin. Alhamdulillah.

Bermula dari Petuah Kakek Berbaju UnguSuatu senja, Ny Rame menunggu warungnya yang terletak di Candisari Kalasan, Yogyakarta. Tiba-tiba muncul seorang kakek-kakek yang berpakaian serba wulung (ungu) masuk ke warungnya.Dahi orang tua itu berkeringat. Tak tega Ny Rame melihatnya, Istri Ronopawiro ini bermaksud mengambilkan segelas air putih pelepas dahaga. Namun sebelum masuk melangkah masuk, tiba-tiba laki-laki tua tersebut bertanya, "kamu jualan apa?""Jualan ayam goreng" jawab Ny Rame singkat. Tanpa diminta, tiba-tiba kakek tersebut memberi resep cara membuat ayam goreng yang sedap. Sebagai penjual ayam goreng, tentu Ny Rame memperhatikan petuah orang asing tersebut.

Setelah kakek asing itu selesai memberi resepnya, Ny Rame buru-buru ingin mengambilkan air putih. Ia pun pergi kedapur. Dengan air putih ditangan buru-buru pula ia kembali ke warungnya untuk menemui kakek yang berpakaian ala orang badui itu. Betapa kagetnya Ny Rame saat tiba di warung orang tua itu sudah lenyap.Sejak saat itu, Ny Rame --- yang kemudian dikenal dengan nama Mbok Berek --- mengingat-ingat resep yang diberikan kakek aneh itu.Nama Berek sendiri awalnya adalah nama julukan yang diberikan kepada Ny Rame karena anaknya sering menangis mberek-berek (nangis sambil teriak-teriak). Sementara petuah kakek berbaju ungu itu diabadikan dalam nama badan hukum yang menangani francise yang dijual oleh Ny Umi yakni PT Weling Simbah Wulung yang artinya petuah kakek berbaju ungu.

Beberapa saat sebelum Meninggal, Mbok Berek yang mempunyai 5 orang anak berpesan agar anak-cucunya meneruskan usahanya. "karena itu, semua anak cucu Mbok Berek berhak memakai nama Ayam Goreng Mbok Berek". ujar Ny Umi. Ny Umi sendiri merupakan cucu dari anak pertama Mbok Berek yang bernama Samijo Mangundimejo. "Jadi saya sendiri generasi keempat dari Mbok Berek. ujar Ny Umi seraya menambahkan saat ini terdapat sekitar 40 rumah makan "ayam goreng Mbok Berek" diseluruh indonesia.

Ayam Desa Populer di KotaRasanya ayam goreng racikan dalam negri kalau bersaing dengan ayam goreng impor sudah tidak jaman. Buktinya, ayam goreng desa ini, Kepopulerannya sampai ke mancanegaraDitengah berkembangnya bisnis ayam goreng impor, seperti KFC, Texas, CFC dan McDonald, ayam goreng dengan racikan negeri ini rupanya tetap digemari.

Buktinya ayam goreng tradisional Yogyakarta yang terkenal dengan slogan"Ayam desa masuk kota"ini makin merebak dengan menambah cabang barunya. Padahal usaha ayam goreng Mbok Berek ini berawal dari sebuah warung kecil, bermodalkan satu meja dan empat kursi, yang waktu itu belum bisa dibilang restoran. "saat itu kondisi keuangan kami memang belum cukup untuk membuat satu rumah makan yang besar. apalagi usaha itu sering mengalami jatuh bangun" ungkap Ny. Ratna Juwita Umiyatsih Rejeki yang dikenal sebagai Ny. umi tentang awal usahanya.

Toh, ayam goreng olahan pewaris langsung atau cucu tunggal dari anak sulung Mbah Berek Ronopawiro, seorang pengusaha restoran ayam goreng terkenal dari yogyakarta ini, tak kehilangan penggemar penyantap ayam goreng. Pasalnya, warung kecil yang sekarang telah berkembang menjadi restoran itu, kini hampir tak pernah sepi pengunjung.

Sadar kalau usahanya ini harus mendapat hak merek, pada 1972 Ny. Umi mendaftarkan hak merk dagangnya dengan nama "Mbok Berek" ini di Departemen Kehakiman RI. Bersamaan dengan itu, dibukalah cabang baru dibilangan daerah pegangsaan timur.

Untuk menjaga kerahasiaan bumbu-bumbu dan pengolahan ayam gorengnya, Mbah Berek Ronopawiro, hanya menurunkan bumbu warisan kepada putra-putrinya saja. dan sebagai cucu tunggal bumbu warisan ini sudah pasti jatuh ketangan Ny. Umi.

Dua tahun berselang setelah cabang baru berdiri, menyusul lagi satu cabang di Jl. Tanjung Karang, kemudian berturut-turut cabang lain didaerah cikini dan Jl. Prof. Supomo yang kini telah diperluas menjadi tiga kapling.

Kini, dari kedisiplinan dan kemandirian yang diperoleh dari pengalaman, Ny. Umi menerapkannya pada anak-anaknya. "Saya mengarahkan mereka untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab," begitu pengakuan ibu empat orang anak ini.

Meski begitu, berkembangnya rumah makan Mbok berek ini tidak lepas dari standar mutu bahan. Itu sebabnya, wanita yang pernah menjabat sebagai Bendahara II ikatan pengusaha wanita Indonesia ini, Mendirikan PT Weling Simbah Wulung, sebuah perusahaan pemasok bahan baku ayam kampung yang mendapat kuasa penuh dari Mbok Berek Ny. Umi untuk me-franchise-kan merek dagangnya.

Lalu, melihat besarnya peminat Franchise dan guna memberikan standar cita rasa khas, didirikan pula pabrik dicibitung, Jawa Barat untuk membuat bumbu-bumbu dalam bentuk padat yang siap diedarkan diseluruh restoran "Mbok Berek".

Kepopuleran ayam goreng yang berasal dari kampung ini, rupanya tak lepas dari pengamatan Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi, dan berhak mendapatkan penghargaan pada 1984. Kemudian setahun berikutnya menyusul penghargaan dari Perhimpunan Hotel dan restoran Indonesia.

Juga setidaknya, dalam waktu yang tak lama lagi telah disiapkan restoran-restoran "Mbok Berek" di Singapura, Filipina, dan Amerika Serikat. Dan meski berada jauh dari negri asal "ayam kampung masuk desa" ini, semua restoran itu didesain khas jawa, serta bumbu asli dari "Mbok Berek".

Belakangan ini, untk mengenang jasa nenek moyangnya, Ny. Umi merencanakan mendirikan sebuah museum peralatan masak kuno yang digunakan pada masa zaman Mbok Berek hingga modern. Dalam museum yang terletak di desa Candi Kalasan, Yogyakarta, tempat cikal bakal dan warung makan Mbok Berek yang pertama kali berdiri, juga akan disajikan kronologis usaha dan perkembangan usaha.

Mbok Berek, Ayam Kampung Masuk Kota

Beberapa tahun terakhir ini restoran ayam goreng makin marak. Baik dari asing ataupun lokal. Sebut saja CFC, KFC, Texas, dan Wendi's. sementara yang lokal ada ayam goreng Ny. Suharti, Nila Chandra, Ny. Tanzil, dan ayam goreng Mbok Berek.Salah satu restoran ayam goreng tradisional yang masih disukai adalah Mbok Berek. Masakan ayam khas Yogya ini telah berkembang ke berbagai kota.Ratna Djuwita Umiyatsih Rejeki (Ny. Umi), wanita kelahiran Jogja ini berhasil mengembangkan ayam goreng Mbok Berek di Jakarta. Bagaimana kiatnya bisa sukses. Wakil Direktur utama PT Weling Simbah Wulung ini menuturkan kepada Bisnis.Sebenarnya ayam goreng Mbok Berek sudah dikenal sejak jaman jepang di yogyakarta, tepatnya di desa Candi Sari, Kec. Kalasan. Penggemarnya pun banyak. Ciri khas masakannya yaitu satu ekor ayam kampung digoreng utuh pakai tepung yang dagingnya empuk.

Ayam goreng Mbok Berek itu kini saya kembangkan, baik dikelola sendiri maupun menggunakan sistem waralaba. Saya adalah cicit dari Mbok Berek. Saya mulai jualan tahun 1969. Waktu itu sudah menikah dan dikaruniai seorang anak.

Saat itu saya jualan ayam goreng untuk menambah pendapatan keluarga, karena gaji suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Rumah makan Mbok Berek yang di Yogya hingga kini masih ada. Dikelola oleh ibu saya, Ny. Nur Indarti.

Saya menggunakan ayam kampung. Saya tidak suka pakai ayam ras, karena cepat empuk kalau digoreng. padahal sebelum di goreng saya merebus ayam itu selama dua jam, agar bumbu dan kaldunya meresap kembali kedalam daging.

Untuk memberikan ciri khas dan memudahkan konsumen mengingat, saya menggunakan istilah ayam goreng masuk kota, karena masakan ini berasal dari daerah. Merek nya juga mendapatkan hak paten.

Dari modal nol, kini saya sudah memiliki beberapa restoran. Hanya kejujuran, keuletan dan ketabahan modal utama saya dalam menjalankan usaha.

Dengan banyaknya masakan ayam goreng dari luar negri, maka saya juga mengembangkan usaha seperti itu. Yakni menggunakan sistem waralaba.

Kini saya baru memiliki enam restoran yang dikelola langsung dan 10 restoran yang bekerjasama dengan pihak lain secara waralaba.

Restoran waralaba cabang pertama di Medan dioperasikan belum lama ini. Restoran itu diusahakan oleh trio anak muda asal daerah tersebut. Sebelumnya juga ada di Batam, Bandung dan Kelapa Gading.

Awal tahun ini kami juga akan mengoperasikan 30 cabang lagi yang tersebar di berbagai kota. Saya bercita-cita untuk membuka cabang diseluruh daerah. Bahkan dalam jangka panjang saya ingingo internasional. Biar sayadkatainorang-orang,koqcita-citanya muluk-mulukamat. Tapi tak apa-apa. saya bercita-cita setinggi langit. Tuhan yang akan menentukannya sampai atau tidak.

Untuk memenuhi kebutuhan permintaan restoran waralaba itu, saya mendirikan pabrik dikawasan indistri Cikarang. Di pabrik, kami membuat bumbu, sambal dan pengepakan ayam beku yang sudah dibumbui.

Dalam menghadapi persaingan ini saya mengutamakan mutu, kebersihan dan kecepatan.

Manajemen kunoSaya mengembangkan usaha ini dengan manajemen kuno.Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai,kiasan ini selalu saya ingat. untuk mengembangkan usaha saya selalu berpatokan uang usaha harus kembali untuk usaha, dan untuk mengembangkan usaha itu.

Karyawan juga menjadi pendukung utama saya. Menurut rencana saya akan memberikan beberapa rumah tipe 21 kepada karyawan yang terlama. Sekarang rumahnya masih dalam tahap pembangunan.

Dalam menjalankan usaha ini, saya, suami, anak dan menantu ikut bergabung sesuai bidang ilmu masing-masing. Suami saya bergabung setelah dia pensiun dari perusahaan asuransi. Sedangkan anak dan menantu juga sudah menamatkan perguruan tinggi. Saya bertugas mengontrol restoran yang dikembangkan dengan sistem waralaba ini.

Hemat dan Sederhana Selalu Saya TerapkanWaktu sengang biasanya saya gunakan untuk berkumpul dengan anak-anak. saya mengikuti mereka. kadang kami pergi jalan-jalan.

Hidup kami hemat. sampai sekarang saya hidup hemat dan tidak mau anak-anak tampil dengan mobil mewah. Sebab usaha kami sebagian menggunaka uang pinjaman.

Saya mendidik anak-anak agar tidak menggunakan barang-barang mewah. sehingga mereka sudah terbiasa memakai barang yang tidak bermerk.

Untuk melengkapi pakaian anak-anak yang harganya agak mahal, saya yang membelikan. Kadang-kadang sekali dalam setahun saya buatkan mereka baju, jas sebanyak tiga stel.

Begitu juga dengan makanan atau merayakan ulang tahun. Kami merayakanya sederhana saja. Msisalkan pergi makan bersama ke restoran. sedangkan kalau saya dan suami ulang tahun biasanya membua nasi tumpeng dan makan bersama karyawan.

Waktu DuluUntuk menghemat biaya saya berusaha mencari rumah kontrakan yang dekat dengan sekolah anak-anak, dan jauh dari pusat pertokoan dan perbelanjaan. tujuannya untuk mengirit agar anak sekolah tidak memerlukan ongkos dan saya juga dapat mengawasinya. Saya juga dapat berkomunikasi dengan guru mereka.

Saya juga tidak mau menyerahkan anak saya kepembantu. Semuanya saya kerjakan sendirian dan juga mendidik Pagi-pagi saya mengurus anak dan setelah itu baru saya mengerjakan dagangan. Saya berjualan dirumah. Kalau dagangan saya ramai, saya didepan, dan kalau sepi saya dibelakang mengurus anak. sehingga waktu saya tidak terbuang banyak.

Saya mempunyai empat orang anak, Tiga perempuan dan satu orang laki-laki. kami tinggal dirumah yang sekaligus kantor pusat dan restoran.

Saya kini bertugas mengontrol restoran yang memakai sistem waralaba. selain itu saya membuat bumbu. waktu malam sudah saya siapkan bumbu-bumbu yang akan digiling pada pagi esoknya. Jumlah yang dibuat sesuai denga order yang datang. Bumbu ini khusus untuk memasok restoran yang ada di jakarta.

Lain dengan yang ada dipabrik. Bumbunya tahan untuk berberapa lama. Membuat bumbu tidak hanya saya saja, tapi anak-anak juga bisa.

Saya tinggal bilang pada anak-anak kalau saya mau pergi keluar kota. Anak-anak sudah dapat dipercaya untuk membuat bumbu. menantu dipercaya menangani bidang pengembangan.

Penghargaan

Galeri Cabang

Jl. A Yani Blok A No. 1 Ruko Bekasi Mas, BekasiTelp (021) 8840086.

Jl. Solo - Yogya, Candisari, Kalasan YogyakartaTelp (0274) 496298

Jl. Ciputat Raya, Pondok Cabe Km 9 , Jakarta Selatan.Telp (021) 7490867

Jl. Pamulang Raya No. 1 - 2. Telp (021) 74700302

Jl. Raya Puncak-Tugu Selatan, Bogor.Telp (0251) 8257652

Jl. Metro Duta 5 &6, Pondok Indah, Jakarta Selatan.Telp (021) 7500808

Jl. Prof Dr. Supomo SH No.14. Jakarta Selatan.Telp (021) 8295366 - 8312921/19

Galeri Menu Masakan

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/0005-2%20nasi%20putih_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/0005-2%20nasi%20putih_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/0005-5%20Gado-gado_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/0005-5%20Gado-gado_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/0005-8%20Krecek_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/0005-8%20Krecek_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/0005-9%20Ikan_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/0005-9%20Ikan_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-11%20ayam_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-11%20ayam_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/syr%20lodeh%20mb2a.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/syr%20lodeh%20mb2a.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-19%20ati%20ampela%20revisi_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-19%20ati%20ampela%20revisi_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-23%20sayur%20asem%20revisi_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-23%20sayur%20asem%20revisi_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-24%20Soto_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-24%20Soto_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-28%20Gudeg_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-28%20Gudeg_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/lalap%20mb2a_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/lalap%20mb2a_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-32%20Tahu%20penyet_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-32%20Tahu%20penyet_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/ns%20rms%20mb2a_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/ns%20rms%20mb2a_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/47000001-Tempe%20penyet_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/47000001-Tempe%20penyet_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

Galeri Menu Masakan

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/0005-2_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/0005-2_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/0005-5_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/0005-5_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/0005-8_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/0005-8_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/0005-9_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/0005-9_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-11_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-11_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-17_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-17_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-19_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-19_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-23_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-23_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-24_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-24_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-28_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-28_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-27_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-27_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-32_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-32_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/9000-36_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/9000-36_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET

HYPERLINK "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/menu/47000001_resize.jpg"

INCLUDEPICTURE "http://www.mbokberek.com/main/fotogaleri/thumbnails/menu/47000001_resize.jpg" \* MERGEFORMATINET