31
DAFTAR ISI Daftar Isi 1 Skenario 2 Kata Sulit 3 Pertanyaan 3 Brainstorming 3 Hipotesa 4 Sasaran Belajar 5 Pembahasan LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Pernapasan 6 LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Sistem Pernapasan 11 LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi LO.3.1. Definisi Rhinitis Alergi 15 LO.3.2. Etiologi Rhinitis Alergi 15 LO.3.3. Epidemiologi Rhinitis Alergi 16 LO.3.4. Patofisiologi Rhinitis Alergi 16 LO.3.5. Manifestasi Klinis Rhinitis Alergi 17 LO.3.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding 18 1

Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skenario 1 blok Respirologi

Citation preview

Page 1: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

Skenario 2

Kata Sulit 3

Pertanyaan 3

Brainstorming 3

Hipotesa 4

Sasaran Belajar 5

Pembahasan

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Pernapasan 6

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Sistem Pernapasan 11

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi

LO.3.1. Definisi Rhinitis Alergi 15

LO.3.2. Etiologi Rhinitis Alergi 15

LO.3.3. Epidemiologi Rhinitis Alergi 16

LO.3.4. Patofisiologi Rhinitis Alergi 16

LO.3.5. Manifestasi Klinis Rhinitis Alergi 17

LO.3.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding 18

LO.3.7. Tatalaksana Rhinitis Alergi 19

LO.3.8. Komplikasi Rhinitis Alergi 20

LO.3.9. Prognosis Rhinitis Alergi 21

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Hubungan Berwudhu dengan Kesehatan 21

Daftar Pustaka 22

1

Page 2: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

SKENARIO

Pilek Pagi Hari

Seorang laki-laki, umur 20 tahun, selalu bersin-bersin di pagi hari, keluar ingus encer, gatal di hidung dan mata. Keluhan juga timbul bila udara berdebu. Keluhan seperti ini sudah diderita sejak usia 14 tahun. Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit serupa, kecuali penyakit asma pada ayah pasien. Pasien rajin sholat tahajud, sehingga dia bertanya adakah hubungan memasukkan air wudhu ke dalam hidung di malam hari dengan keluhannya ini? Pasien menanyakan ke dokter mengapa bisa terjadi demikian, dan apakah berbahaya apabila menderita keluhan seperti ini dalam jangka waktu yang lama.

2

Page 3: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

KATA SULIT

1. Asma : Peradangan pada bronkus karena terjadi pembengkakan dan penyempitan sehingga terjadi sesak napas.

2. Ingus : Mucus atau secret yang keluar dari hidung.3. Bersin : Rangsangan yang menyebabkan refleks karena iritasi hidung.

PERTANYAAN

1. Apa yang menyebabkan gatal di hidung dan mata?2. Apa penyebab asma?3. Apa yang menyebabkan bersin-bersin hanya terjadi pada pagi hari?4. Apa hubungan asma dengan diagnosis yang berdasarkan keluhan di atas?5. Mengapa udara berdebu dapat memicu terjadinya keluhan di atas?6. Apa diagnosis dari skenario tersebut?7. Mengapa bisa ada ingus dan mengapa ingusnya encer?8. Apakah berbahaya jika keluhan di atas diderita dalam waktu yang lama?9. Adakah hubungan riwayat keturunan dengan keluhan tersebut?10. Apakah komplikasi yang dapat dialami jika keluhan tidak segera diobati?11. Adakah hubungannya wudhu dengan keluhan pada skenario?

BRAINSTORMING

1. Karena terjadi reaksi hipersensitivitas, sehingga menyebabkan gatal. Selain itu, pada hidung dan mata terdapat lebih banyak mukosa sehingga bagian tersebut akan lebih sensitif.

2. Asma terjadi karena adanya peradangan pada bronkus akibat dari pembengkakan dan penyempitan sehingga terjadi sesak napas.

3. Karena udara yang dingin.4. Karena pemicu asma salah satunya bisa merupakan udara yang berdebu. Sedangkan

alergi terhadap debu dapat diturunkan.5. Karena debu juga termasuk allergen.6. Rhinitis alergi.7. Ingus yang dikeluarkan oleh hidung merupakan respon tubuh agar debu tidak masuk

ke dalam tubuh.8. Bisa berbahaya, karena apabila ingus yang dihasilkan tidak diobati dengan cepat,

maka ingus bisa menumpuk dan masuk ke bagian sinus paranasal, sehingga menyebabkan sinusitis.

9. Ada, karena riwayat alergi dapat diturunkan.10. Komplikasinya antara lain sinusitis, polip, dan asma bronchial.11. Pada dasarnya wudhu sendiri merupakan hal yang sangat baik karena dapat

membersihkan kotoran di tubuh kita termasuk hidung. Namun dalam skenario ini, mengambil air wudhu di malam hari dapat berhubungan dengan timbulnya keluhan, jika pasien memang memiliki alergi dingin.

3

Page 4: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

HIPOTESA

Berbagai macam allergen, contohnya debu dan suhu, dapat menyebabkan rhinitis alergi. Selain itu, rhinitis alergi juga dipengaruhi oleh riwayat keturunan alergi. Rhinitis alergi sendiri memiliki gejala seperti bersin, gatal yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas, dan adanya ingus encer yang merupakan respon tubuh untuk mengeluarkan allergen agar tidak masuk ke dalam tubuh. Jika tidak ditangani dengan baik, rhinitis dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, seperti sinusitis, polip, dan asma bronchial. Dalam pandangan Islam, wudhu dapat membersihkan kotoran pada tubuh termasuk debu pada hidung, namun juga dapat memperparah kondisi rhinitis alergi apabila wudhu dilakukan pada keadaan yang dingin.

4

Page 5: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

SASARAN BELAJAR

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Pernapasan

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Sistem Pernapasan

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi

LO.3.1. Definisi Rhinitis Alergi

LO.3.2. Etiologi Rhinitis Alergi

LO.3.3. Epidemiologi Rhinitis Alergi

LO.3.4. Patofisiologi Rhinitis Alergi

LO.3.5. Manifestasi Klinis Rhinitis Alergi

LO.3.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding

LO.3.7. Tatalaksana Rhinitis Alergi

LO.3.8. Komplikasi Rhinitis Alergi

LO.3.9. Prognosis Rhinitis Alergi

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Hubungan Berwudhu dengan Kesehatan

5

Page 6: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

PEMBAHASAN

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Pernapasan

ANATOMISistem pertukaran mengalami dua proses :a) Terjadinya pertukaran gas (O2 dan CO2) pada paru – paru yang disebut sebagai

“Pernapasan Luar”b) Sedangkan pertukaran gas (O2 dan CO2) dalam jaringan yang disebut sebagai

“Pernapasan Dalam”Pada proses respirasi pernapasan luar waktu menarik napas disebut proses inspirasi,

melalui lubang hidung udara masuk membawa O2, ditarik ke dalam paru– paru dan waktu mengeluarkan disebut proses ekspirasi, udara yang membawa CO2 didorong keluar paru– paru. Sistem saluran napas atas terdiri atas hidung, faring dan laring. Selanjutnya trakea , bronkus dan paru – paru dibagi menjadi sistem saluran napas bawah.

HidungOrgan hidung merupakan organ yang pertama berfungsi dalam saluran napas.

Dua buah nares anterior = apertura nasil anterior (lubang hidung) Vestibulum nasi, bagian hidung tempat muara nares anterior pada mukosa hidung.

Terdapat cilia yang berfungsi sebagai saringan udara.Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan disebut dengan cavum nasi, yaitu mulai dari nares anterior sampai ke nares posterior (choanae).Dilanjutkan kedaerah nasofaring. Cavum nasi (rongga hidung) berbentuk terowongan dari depan ke belakang. Sekat antara kedua rongga hidung dibatasi oleh dinding yang berasal dari tulang dan mukosa disebut septum nasi. Yang dibentuk oleh tulang – tulang :

Kartilago septi nasi Os. Vomer Lamina parpendicularis ethmoidalis

Dalam ilmu THT pemeriksaan hidung ada dua cara, yaitu memakai head lamp :a) Rhinoscopy Anterior, melihat secara langsung cavum nasi serta isinyab) Rhinoscopy Posterior, secara tidak langsung dari orofaring memakai kaca

Pada rhinoscopy anterior, dalam cavum nasi pada sisi lateral terdapat concha – concha nasalis yang terbentuk dari tulang tipis dan ditutupi mukosa yang dapat mengeluarkan lendir. Ada tiga buah concha nasalis :

Concha nasalis superior Concha nasalis media Concha nasalis inferior

6

Page 7: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Dan tiga buah saluran keluar cairan melalui hidung : Meatus nasalis anterior (antara concha nasalis superior dan media) Meatus nasalis media (antara concha nasalis media dan inferior) Meatus nasalis inferior (antara concha nasalis inferior dan dinding atas maxilla)

Sinus – sinus yang berhubungan dengan cavum nasi dikenal dengan Sinus Paranasal, antara lain :

Sinus sphenoidalis, mengeluarkan sekresinya melalui meatus superior Sinus frontalis, mengeluarkan sekresinya ke meatus media Sinus maxillaris, mengeluarkan sekresinya ke meatus media Sinus ethmoidalis, mengeluarkan sekresinya ke meatus superior dan media

Bila terdapat infeksi pada sinus dinamakan dengan sinusitis.Yang sering terjadi pada komplikasi penderita infeksi rongga hidung dan sakit gigi (rhinitis kronik), yaitu sinusitis maxillaries.Pada sudut mata medial terdapat hubungan hidung dan mata melalui duktus nasolakrimalis, tempat keluarnya air mata ke hidung melalui meatus inferior.Pada nasofaring terdapat hubungan antara hidung dengan rongga telinga melalui osteum pharyngeum tuba auditiva austachii (o.p.t.a), torus tubarius.

LaringDaerah yang dimulai dari aditus laryngis sampai batas bawah cartilage cricoid. Rangka

laring terbentuk oleh tulang dan tulang rawan ;o Os. Hyoid (1 buah)

- Terbentuk dari jaringan tulang seperti besi telapak kuda- Mempunyai dua buah cornu, yaitu cornu majus dan minus- Dapat diraba pada batas antara batas atas leher dengan pertengahan dagu- Berfungsi tempat perlekatan otot mulut dan cartilage thyroid

o Cartilago Thyroid (1 buah)- Terletak di bagian depan dan dapat diraba tonjolan yang dikenal dengan prominen’s

laryngis atau Adam’s apple sehari – hari disebut jakun dan lebih jelas pada laki – laki- Melekat ke atas dengan os hyoid dan ke bawah dengan cartilago cricoid, ke belakang

dengan arytenoid- Jaringan ikatnya adalah membrana thyrohyoid- Mempunyai cornu superior dan inferior- Pendarahan dari arteri thyroidea superior dan inferior

7

Page 8: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

o Cartilago Arytenoid (2 buah)- Terletak posterior dari lamina cartilago thyroid di atas dari cartilago cricoid- Mempunyai bentuk seperti burung penguin, ada cartilago cornuculata dan cuneiforme- Kedua arytenoid dihubungkan oleh musculus arytenoideus transversus

o Epiglottis (1 buah)- Tulang rawan berbentuk sendok- Melekat di antara kedua cartilago arytenoid- Berfungsi membuka dan menutup aditus laryngis- Berhubungan dengan cartilago arytenoid melalui musculus aryepiglotica- Pada waktu biasa epiglottis tebuka, tapi pada waktu menelan epiglottis menutup

aditus laryngis agar makanan tidak masuk ke larynx

o Cartilago Cricoid- Batas bawah cartilago thyroid (daerah larynx)- Berhungungan dengan thyroid dengan ligamentum cricothyroid dan musculus

cricothyroid medial lateral- Batas bawah adalah cincin pertama trachea- Berhubungan dengan cartilago arytenoid dengan otot musculus cricoarytenoideus

posterior dan lateral

HISTOLOGISistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi oksigen dan

mengeluarkan karbondioksida dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis.Fungsi ini disebut sebagai respirasi.Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah. Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:

1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis

2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.

Saluran pernapasan, secara umum Dibagi menjadi pars konduksi danPars respirasi

8

Page 9: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaituepitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.

Epitel respiratorik, Berupa epitel bertingkatSilindris bersilia denganSel goblet

Rongga hidungRongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis.Pada vestibulum di sekitar

nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung).Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya.Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak),  sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat.Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.Epitel olfaktori, khas pada konka superior

9

Page 10: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Sinus paranasalisTerdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid,

semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung.Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikitkelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum.Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung.

Faring

Faring terbagi menjadi 3, yaitu :

a. Nasofaring yang terletak di bawah dasar tengkorak (epitel bertingkat toraks bersilia dengan sel goblet).

b. Orofaring , belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah (epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk)

c. Laringofaring, belakang laring (epitel bervariasi)Epitel yang membatasi nasofaring bisa merupakan

epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet atau epitel berlapis gepeng. Di dalam lamina propria terdapat kelenjar, terutama kelenjar mukosa. Tapi dapat juga terdapat kelenjar serosa dan kelenjar campur.

Epiglotis

Bagian superior laring yang menonjol ke atas dari dinding laring

Bagian tengah epiglotis dibentuk oleh tulang rawan elastic

Epitel berlapis gepeng melapisi permukaan lingualis (anterior) dan sebagian permukaan laryngeal (posterior)

Basis epiglottis dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia

Kuncup kecap mungkin terdapat di epitel lingualis atau laryngeal

Larynx

Plica vocalis palsu, seperti di epiglottis bagian posterior, dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia

Di lamina propria terdapat kelenjar campuran seromukosa, pembuluh darah, nodulus limfoid, dan sel adipose

Ventrikulus, suatu lekukan dalam, memisahkan plica vocalis palsu dari plica vocalis sejati

Plica vocalis sejati dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk Ligamentum vocalis terletak di apeks plica vokalis sejati dan di dekatnya terdapat otot

rangka vocalis Laring ditunjang oleh tulang rawan hiallin tiroid dan tulang rawan cricoid Epitel di laring bagian bawah berubah kembali menjadi bertingkat semu silindris bersilia

LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Sistem Pernapasan

10

Page 11: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Pernapasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar yang mengandung O2 kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi yang keluar dari tubuh. Proses penghirupan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

Fungsi utama pernapasan: Menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel sel tubuh. Mengeluarkan CO2 sebagai hasil metabolisme sel secara terus menerus.

Fungsi tambahan pernapasan: Mengeluarkan air dan panas dari tubuh Proses berbicara, menyanyi dan vokalisasi Meningkatkan aliran balik vena Mengeluarkan, memodifikasikan, mengaktifkan dan menginaktifkan bahan yang

melewati sirkulasi pulmonal seperti prostaglandin

Fungsi saluran pernapasan: Pertahanan benda asing yang masuk saluran nafas.

Partikel ukuran lebih 10 um akan dihambat bulu bulu hidung. Partikel ukuran 2-10 um ditangkap oleh silia.Ciliary escalator mendorong keluar dgn kecepatan 16 mm/menit

Menurunkan suhu udara pernafasan sesuai dengan suhu tubuh oleh pembuluh darah pada mukosa hidung dan saluran udara.

Hidung sebagai organ penghidu. Melembabkan udara pernafasan

Hal ini bertujuan untuk mencegah mengeringnya permukaan membran alveoli. Fungsi ini dilakukan oleh mukus yg dihasilkan kel sebasea dan sel goblet pada mukosa hidung dan faring.

Proses pernapasan dibagi menjadi 2,yaitu:1. Pernapasan luar (eksternal)

Proses pertukaran O2 dan CO2 antar sel-sel tubuh dengan udara luar/pertukaran gas antara darah dan atmosfer.

2. Pernapasan dalam (internal) Pertukaran gas antara darah sirkulasi dengan sel jaringan. Tterjadi penggunaan O2 untuk proses metabolisme intrasel dalam mitokondria dan pembentukan CO2 serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya.

Secara fungsional (faal) saluran pernafasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Zona Konduksi

11

Page 12: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Zona konduksi berperan sebagai saluran tempat lewatnya udara pernapasan, serta membersihkan, melembabkan dan menyamakan suhu udara pernapasan dengan suhu tubuh. Disamping itu zona konduksi juga berperan pada proses pembentukan suara. Zona konduksi terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus, serta bronkioli terminalis.

Trakea dapat juga dijuluki sebagai eskalator-muko-siliaris karena silia pada trakea dapat mendorong benda asing yang terikat zat mucus ke arah faring yang kemudian dapat ditelan atau dikeluarkan. Silia dapat dirusak oleh bahan-bahan beracun yang terkandung dalam asap rokok.

Struktur bronki primer masih serupa dengan struktur trakea. Pada bagian akhir dari bronki, cincin tulang rawan yang utuh berubah menjadi lempengan-lempengan. Pada bronkioli terminalis struktur tulang rawan menghilang dan saluran udara pada daerah ini hanya dilingkari oleh otot polos. Struktur semacam ini menyebabkan bronkioli lebih rentan terhadap penyimpatan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Bronkioli mempunyai silia dan zat mucus.

Bahan-bahan debris di alveoli ditangkap oleh sel makrofag yang terdapat pada alveoli, kemudian dibawa oleh lapisan mukosa dan selanjutnya dibuang.

2. Zona Respiratorik Zona respiratorik terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas

antara udara dan darah terjadi di dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang masuk.

Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 bagian, yaitu :

1. Menarik napas (inspirasi) Inspirasi merupakan proses aktif, disini kontraksi otot-otot inspirasi akan meningkatkan

tekanan di dalam ruang antara paru-paru dan dinding dada (tekanan intraktorakal). Inspirasi terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut datar. Muskulus interkostalis kontraksi. Dengan demikian jarak antara sternum dan vertebrata semakin luas dan lebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, dengan demikian menarik paru-paru maka tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.

2. Menghembus napas (ekspirasi) Ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan konstraksi otot untuk

menurunkan intratorakal. Ekspirasi terjadi apabila pada suatu saat otot-otot akan kendur lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis.

Sistem respirasi bekerja melalui 3 tahapan yaitu :

1. Ventilasi

12

Page 13: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru. Perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma. Ventilasi dipengaruhi oleh :1. Kadar oksigen pada atmosfer 2. Kebersihan jalan nafas 3. Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru 4. Pusat pernafasan

Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.

2. Difusi Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada

kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial. Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut kapasitas difusi. Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit.

Difusi dipengaruhi oleh :1. Ketebalan membran respirasi 2. Koefisien difusi 3. Luas permukaan membran respirasi 4. Perbedaan tekanan parsial 5. Transportasi

3. Transportasi Transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan

karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Transportasi gas dipengaruhi oleh :1. Cardiac Output 2. Jumlah eritrosit 3. Aktivitas 4. Hematokrit darah 4. Regulasi

Mekanisme adaptasi sistem respirasi terhadap perubahan kebutuhan oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga homeostastis dengan mekanisme sebagai berikut :

13

Page 14: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu medula oblongata. Pusat nafas terdiri dari daerah berirama medulla (medulla rithmicity) dan pons. Daerah berirama medula terdiri dari area inspirasi dan ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan apneustic area. Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan meningkatkan irama respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit inspirasi.

Pengaturan respirasi dipengaruhi oleh :

1. Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola respirasi. 2. Zat-zat kimiawi: dalam tubuh terdapat kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan

konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis. 3. Gerakan: perubahan gerakan diterima oleh proprioseptor. 4. Refleks Heuring Breur: menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar optimal. 5. Faktor lain: tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran

napas.

Volume statis paru - paru

1. Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas pada saat istirahat. Volume tidal normal bagi 350-400 ml.

2. Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah menghembuskan nafas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai normalnya adalah 1200 ml.

3. Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat diekspirasi setelah inspirasi secara maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80% TLC). Besarnya adalah 4800 ml.

4. Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total udara yang dapat dimasukkan ke dalam paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC= VT + IRV + ERV + RV. Besarnya adalah 6000 ml.

5. Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yang tertinggal di paru-paru setelah ekspirasi volume tidak normal. FRC = ERV + RV. Besarnya berkisar 2400 ml.

6. Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi setelah ekspirasi normal. IC = VT + IRT. Nilai normalnya sekitar 3600 ml.

7. Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat diinspirasi secara paksa sesudah inspirasi volume tidak normal.

8. Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat diekspirasi secara paksa sesudah ekspirasi volume tidak normal.

LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi

LO.3.1. Definisi Rhinitis Alergi

14

Page 15: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Rhinitis adalah suatu inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung. Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. Rhinitis di kenal dengan istilah peradangan mukosa.

Klasifikasi Macamnya Gejala/contoh

Tradisional

Vasomotorik Neurogenik, neuropeptidaMedicamentosa Pemakaian obat

vasokonstriktor berulang dan dalam waktu lama

Struktural Hipertrofi chonca

WHO Iniative ARIA (2000) Intermitten < 4 mingguPersisten > 4 mingguRingan Tidak mengganggu tidur dan

aktivitas harianSedang atau Berat Mengganggu tidur dan

aktivitas harian

LO.3.2. Etiologi Rhinitis Alergi

Rinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rinitis alergi (Adams, Boies, Higler, 1997). Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak. Pada anak-anak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi. Beberapa pasien sensitif terhadap beberapa alergen. Alergen yang menyebabkan rinitis alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur. Rinitis alergi perenial (sepanjang tahun) diantaranya debu tungau, terdapat dua spesies utama tungau yaitu Dermatophagoides farinae dan Dermatophagoides pteronyssinus, jamur, binatang peliharaan seperti kecoa dan binatang pengerat. Faktor resiko untuk terpaparnya debu tungau biasanya karpet serta sprai tempat tidur, suhu yang tinggi, dan faktor kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan faktor resiko untuk untuk tumbuhnya jamur. Berbagai pemicu yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca.

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:

• Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.• Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang.

15

Page 16: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

• Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah.

• Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.

LO.3.3. Epidemiologi Rhinitis Alergi

Rinitis tersebar di seluruh dunia. Di daerah beriklim sedang, insidensi penyakit ini meningkat di musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Di daerah tropis, insidensi penyakit tinggi pada musim hujan. Sebagian besar orang, kecuali mereka yang tinggal di daerah dengan jumlah penduduk sedikit dan terisolasi, bisa terserang satu hingga 6 kali setiap tahunnya. Insidensi penyakit tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan akan menurun secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur.Rinitis merupakan salah satu penyakit paling umum yang terdapat di amerika Serikat, mempengaruhi lebih dari 50 juta orang. Keadaan ini sering berhubungan dengan kelainan pernapasan lainnya, seperti asma. Rhinitis memberikan pengaruh yang signifikan pada kualitas hidup. Pada beberapa kasus, dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti masalah pada sinus, masalah pada telinga, gangguan tidur, dan gangguan untuk belajar. Pada pasien dengan asma, rinitis yg tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi asmanya.

LO.3.4. Patofisiologi Rhinitis Alergi

Rinitis alergika terjadi bilamana suatu antigen terhadap mana sesorang pasien telah mengalami sensitisasi, merangsang reseptor neurokimia hidung salah satunya adalah reseptor histamin H1, dimana bila ia terangsang oleh histamin akan meningkatkan tahanan jalan nafas hidung, menyebabkan bersin, gatal dan rinore

Pada individu yang susceptibel, pemaparan terhadap protein asing(allergen) dapat menyebabkan sensitisasi alergi, yang menghasilkan IgE spesifik terhadap protein asing(allergen) tersebut. IgE spesifik tersebut akan mengaktifkan sel mast yang terdapat di mukosa nasal(mukosa hidung). Ketika protein yang spesifik(alergen) masuk ke hidung maka sel mast akan mengehasilkan mediator inflamasi seperti histamine,triptase,kimase, kinin dan heparin. Selanjutnya sel mast akan mensintesis sel mediator lain seperti leukotrien dan prostaglandin D2 mediator ini menyebabkan gejala rhinorrhea(kongesti hidung, bersin, keluar air mata). Mukosa yang meningkat menyebabkan eksudasi plasma, vasodilatasi menyebabkan tekanan dan komgesti, sensor saraf terstimulasi menyebabkan bersin. Semuanya terjadi dalam menit reaksi ini disebut fase reaksi awal(early phase response)

Setelah lebih dari 8 jam terjadi pemanggilan sel inflamasi lain ke mukosa seperti neutrofil, eosinophil, lymphocyte, dan makrofag dan inflamasi yang terus berjalan, fase ini disebut late phase response(gejala lanjutan) , gejala late phase response ini mirip dengan gejala early phase response. Gejala lanjutan ini dapat berlangsung dalam hitungan hari ataupun jam. efek sistemik akibat respon inflamasi adalah letih, malaise.

16

Page 17: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

LO.3.5. Manifestasi Klinis Rhinitis Alergi

Gejala pada Rhinitis Alergi dapat berupa: - Hidung tersumbat - Gatal pada mata dan juga hidung - Rhinorrhea- Bersin - bersin - Sakit kepala - Indera penciuman berkurang - Fatique- Mata merah - Rasa tidak enak - Sakit pada telinga- Pembengkakan pada mata

Tanda pada Rhinitis Alergi berupa : 

- Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran berupa edema mukosa hidung, concha berwarna merah gelap, merah tua atau dapat pula berwarna pucat. Permukaanya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid. 

- Rhinorrhea. Pada kasus Rhinitis Alergi cairan yang keluar dari hidung yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.

- Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorokan

- Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.        

- Pada penderita Rhinitis Alergi ditemukan rongga hidung sangat lapang, concha inferior dan media hipotrofi atau atrofi

- Adanya lipatan hidung dikarenakan penderita sering menggosok gosok hidungnya ketika merasa gatal

- Adanya pembengkakan pada konjungtiva palpebra dengan produksi air mata yang berlebihan

LO.3.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding

Anamnesis

17

Page 18: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Rhinitis alergi dapat ditegakan apabila 2 atau lebih gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus encer lebih dari satu jam, hidung tersumbat dan mata merah serta berair maka dinyatakan positif.

Pemeriksaan FisikPada muka di dapatkan garis Dennie-Morgan dan allergic shiner serta allergic crease yaitu berupa garis melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga bawah. Dengan rinoskopi ditemukan permukaan hidung basah, berwarna pucat atau livid dengan chonca edema dengan sekret yang encer dan banyak. Polip hidung dapat memperberat gejala hidung tersumbat. Dapat pula ditemukan konjungtivitis bilateral atau penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis media.Pemeriksaan Penunjang

- In-vitro:

SDT eosinofil normal atau meningkat. IgE sering kali menunjukan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit. Lebih bermakna dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent Assay Test)

- In-vivo:

Tes cukit kulit atau SET (Skin End-point Titration). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Derajatalergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. Untuk alergi makanan, diagnosis pastinya ditegakkan dengan diet eliminasi dan provokasi. Alergen ingestan secara tuntas lenyap dalam waktu 5 hari.

Diagnosis Banding

Rhinitis Vasomotor : suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal dan pajanan obat.Rhinitis Medikamentosa : suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang diakibatkan oleh pemakaian vasokonstriktor topikal dalam waktu lama dan berlebihan sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap.Rhinitis Simpleks : penyakit yang diakibatkan oleh virus. Biasanya adalah rhinovirus. Sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh.Rhinitis Hipertrofi :Hipertrofi chonca karena proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh bakteri primer atau sekunder.Rhinitis Atrofi : Infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi progresif pada mukosa dan tulang chonca.

LO.3.7. Tatalaksana Rhinitis Alergi

18

Page 19: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Tatalaksana dari rhinitis alergi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu terapi farmakologi dan terapi non-farmakologi. Terapi non-farmakologi contohnya:

1. Batasi paparan terhadap alergen.2. Kontrol debu dan tungau debu di dalam rumah.3. Gunakan pendingin ruangan (AC) atau pembersih udara dengan saringan partikulat

udara efisiensi tinggi (HEPA filter).4. Hindari karpet, furniture dengan kain pelapis, dan tirai berat yang dapat

mengumpulkan debu.5. Pindahkan “pengumpul debu” dari dalam kamar seperti mainan, gantungan dinding,

buku, perhiasan kecil, dan bunga palsu.6. Sapu dan vacuum satu atau dua kali seminggu untuk membuang alergen yang

terakumulasi.7. Cuci peralatan tidur, seperti sarung bantal dan sprei pada air hangat (54,4 C) setiap 2

minggu.8. Tutupi sprei, kasur, dan bantal dengan selubung tahan alergen yang dicuci secara

teratur.9. Simpan hewan peliharaan di luar rumah.10. Hindari merokok.11. Bila mengetahui alergi terhadap obat tertentu, beritahukan kepada keluarga terdekat,

dokter dan apoteker di mana anda membeli obat.

Sedangkan untuk terapi farmakologi yaitu sebagai berikut:

Antihistamin antagonis H-1 sebagai inti pertama pengobatan rhinitis alergi dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral. Dibagi menjadi 2 golongan, generasi-1 (klasik) dan generasi-2 (non-sedatif). Generasi H-1 bersifat hipofilik sehingga dapat menembus sawar darah otak dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. Dekongestan dipakai hanya untuk menghindari terjadinya rhinitis medikamentosa. Preparat kortikosteroid intranasal dipilih bila gejala trauma sumbatan hidung tidak kunjung membaik setelah diberi antihistamin. Antikolinergik topikal adalah ipratropium bromida, bermanfaat untuk mengatasi rinore karena aktifitas inhibisi reserptor kolinergik permukaan sel efektor.

Dekongestan, obat ini golongan simpatomimetik yang beraksi pada reseptor alfa-adregenik pada mukosa hidung untuk menyebabkan vasokonstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak dan memperbaiki pernafasan, contohnya pseudofedrin, efedrin sulfat dan fenilpropanolamin. Penggunaan agen topikal yang lama dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa, dimana hidung kembali tersumbat akibat vasodilatasi perifer. Dekongestan oral secara umum tidak dianjurkan karena efek klinisnya masih meragukan dan memiliki banyak efek samping. Dari keempat obat dekongestan yang banyak dipakai, fenilopropanolamin dan efedrin memiliki indeks terapi yang sempit. Keduanya dapat menyebabkan hipertensi pada dosis mendekati terapetiknya.

Kortikosteroid Nasal, merupakan obat yang paling efektif untuk mengatasi rhinitis alergi hingga saat ini. Efek utama steroid topikal pada mukosa hidung antara lain mengurangi

19

Page 20: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

inflamasi dengan memblok pelepasan mediator, menekan kemotaksis neutrofil, mengurangi edema intrasel, dan menghambat reaksi fase lambat yang diperantarai sel mast. Sedangkan efek sampingnya meliputi bersin, perih pada mukosa hidung, sakit kepala dan infeksi Candidia albicans.

Sodium Kromolin, bekerja dengan mencegah degranulasi sel mast dan pelepasan mediator, termasuk histamin. Efek sampingnya paling sering adalah iritasi lokal.

Ipratropium Bromida, bermanfaat pada rhintis alergi perennial atau rhinitis alergi yang persisten, obat ini memiliki sifat antisekretori jika digunakan secara lokal dan bermanfaat untuk mengurangi hidung berair. Efek sampingnya tingan, meliputi sakit kepala, epistaksis, dan hidung terasa kering.

OperatifTindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) bila konka hipertrofi berat dan tidak

dapat dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO325% atau troklor asetat.

ImunoterapiDesensitasi, hiposensitasi dan netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk

blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan pengobatan lain belum memuaskan.

LO.3.8. Komplikasi Rhinitis Alergi

1) Polip hidungPolip hidung yang memiliki tanda patognomonis: inspisited mucous glands, akumulasi sel-sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinofil dan limfosit T CD4+), hiperplasia epitel, hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa.

2) SinusitisSinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus para nasal. Terjadi

akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah (Durham, 2006).

Otitis media Gangguan tidur atau apnea Disfungsi tuba eustachi

LO.3.9. Prognosis Rhinitis Alergi

20

Page 21: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Secara umum baik. Penyakit rinitis alergi ini secara menyeluruh berkurang dengan bertambahnya usia, tetapi kemungkinan menderita asma bronchial meningkat .

Remisi spontan dapat terjadi sebanyak 15-25% selama jangka waktu 5-7 tahun, remisi untuk rinitis alergi musiman lebih besar frekuensinya dibandingkan dengan rhinitis alergi perennial.

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Hubungan Pernapasan dengan Agama

Ibnu Quddamah dalam Al-Mughni mendefinisikan Istinsyaq, ialah menarik (menghirup) air dengan nafas sampai kepada hidung bagian dalam. Sementara Istintsar adalah mengeluarkan air dari hidung bekas Istinsyaq tadi. Dalam tulisan ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Al-Iman di Yaman, terdapat bakteri bulat berantai di dalam hidung orang yang tidak pernah melakukan Istinsyaq.

Dalam sebuah hadits, Istinsyaq dan Istintsar baik sekali (sunnah) jika dilakukan dengan berlebihan. Inilah haditsnya:: : وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال عنه الله رضي صبرة بن لقيط عن

( صائما( تكون أن إال االستنشاق، في وبالغ األصابع، بين وخلل الوضوء، أسبغDari Laqith bin Shabirah –Allah meridhainya- berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: “Sempurnakan wudhu, bersihkan sela-sela jari jemari, dan berlebih-lebihlah dalam beristinsyaq, kecuali jika kamu sedang puasa.”

Prof. Dr. Syahathah dari bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Alexandria membuktikan dalam suatu penelitiannya bahwa Istinsyaq (menghirup air lewat hidung waktu wudhu) dapat membersihkan hidung dari kuman-kuman. Sementara Istintsar (mengeluarkan air yang dihirup lewat hidung) dapat mengeluarkan kuman tersebut sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi hidung. Dia juga menemukan bahwa melakukan wudhu yang benar mampu mencegah 17 macam penyakit serius, seperti penyakit mata, telinga, hidung, termasuk sinusitis, radang tenggorokan, batuk, penyakit paru-paru, penyakit jiwa dan penyakit kulit.

Saat berwudhu disunnahkan menghirup air ke dalam hidung (istinsyaq) dan mengeluarkannya (istinsyar) sebanyak tiga kali agar kebersihan dan kesehatan hidung terjaga. Hidung manusia terbebas dari kotoran selama 4-5 jam, kemudian hidung manusia menjadi kotor karena udara yang terhirup. Dengan istinsyaq dan istinsyar membuat hidung dalam keadaan sehat dan bersih.

Selain itu, penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Muhammad Salim membuktikan bahwa orang-orang yang tidak berwudhu lebih rentan terkena ISPA daripada orang-orang yang berwudhu. Dari penelitian didapatkan bahwa dengan menghirup air ke hidung sebanyak 3 kali dapat membersihkan mikroba yang menempel pada rongga hidung, sehingga hidung benar-benar bersih dari mikroba penyebab ISPA, radang paru-paru, demam rematik dan alergi rongga hidung.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Wrap Up Rhinitis Skenario 1

Assegaf, M. Ali Toha. (2009). 365 Tips Sehat ala Rasulullah. Jakarta: Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika).

Baratawidjaja, Kamen G, Iris Rengganis. (2010). Imunologi Dasar Edisi 9. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Dorland, W. A. N. (2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sheikh Javed. 2015. Allergic Rhinitis. Diakses dari: http://emedicine.medscape.com/article/134825-overview.

22