41
Blok Sistem Gatrointestinal PERUT KEMBUNG Wrap Up Skenario 3 KELOMPOK B-1 Ketua : Tri Rizky Nugraha 1102010280 Sekretaris : Teffi Widya Jani 1102010278 Anggota 1. Nabil Hariz 1102010196 2. Rahayu Kartika Utami 1102010226 3. Rizka Utami 1102010251 4. Muhammad Iskandar 1102010183 5. Muhammad Siddik 1102008349 1

Wrap Up Skenario 3 Ileus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

git

Citation preview

Blok Sistem GatrointestinalPERUT KEMBUNG

Wrap Up Skenario 3

KELOMPOK B-1

Ketua : Tri Rizky Nugraha 1102010280

Sekretaris : Teffi Widya Jani 1102010278

Anggota

1. Nabil Hariz 11020101962. Rahayu Kartika Utami 11020102263. Rizka Utami 11020102514. Muhammad Iskandar 11020101835. Muhammad Siddik 1102008349

Fakultas Kedokteran

Universitas YARSI

Jakarta

2011/2012

1

Perut Kembung

Tn. M, 42 tahun, datang berobat ke poliklinik Bedah RS YARSI dengan keluhan perut kembung sejak 1 hari yang lalu, disertai dengan muntah, nyeri perut, tidak bisa buang angin dan tidak bisa buang air besar.

Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan tonus spincter ani baik, ampula kolaps, serta ditemukan feses, lendir dan darah.

Dokter memutuskan untuk merawat Tn. M untuk dilakukan pemeriksaan radiologi abdomen dan direncanakan untuk melakukan tindakan operasi. Setelah didiskusikan dengan keluarganya Tn. M tidak menolak tindakan operasi karena tindakan bertentangan dengan ajaran islam.

2

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis dan Mikroskopis Sal.Cerna Bagian Bawah

MAKROSKOPIS

Intestinum Tenue

Duodenum (usus duabelas jari; duodenos = duabelas kali) Panjang duodenum 12 jari atau 25 cm, melengkung seperti huruf C sehingga dapat

dibedakan:1. Pars superior duodeni2. Pars descendens duodeni3. Pars inferior duodeni, dapat dibedakan :a) pars horizontalisb) pars ascendens.

Jejunum : usus kosong; jejunus = kosong Diameter jejenum cenderung lebiih besar darpada ileum Mesenterium jejenum cenderung lebih tebal dari pada ileum.

Ileum : usus berkelok-kelok; ilien = memutar. Panjangnya sekitar 6 meter Dalam intestinum ileum terdapat kumpulan noduli solitarii sehingga terbentuk

laminae disebut noduli agregat atau plaques payeri, disini tidak ada villi dan letaknya berhadapan dengan alat penggantung ileum.

Selain duodenum, 2/5 proximal usus intestinum tenue merupakan jejenum, 3/5 distal sisanya merupakan ileum.

Arteriae : berasal dari cabang A. mesenterica superior, cabang-cabangnya membentuk anyaman yaitu arcade jejunalis dan ilei. A. ileocolica menuju bagian bawah ileum.

Vena : senama dengan arterinya

Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari N X dari plexus mesentericus superior.

Intestinum Crassum

Intestinum crassum (crassum = tebal), dibagi dalam colon dan intestinum rectum. Lapisan intestinum crassum dari luar ke dalam

o Tunica serosa : terdiri dari mesotelium dan jaringan pengikat tipiso Tunica muskularis : stratum longitudinale dan circulareo Tunica mukosa

Satu pita (taenia) terbentuk dari stratum longitudinale yang terbagi jadi 3 :o Taenia iberao Taenia mesocolicao Taenia omentalis

Colon dapat dibagi dalam :1. Colon ascenden, terletak disebelah kanan, naik dari caudal ke cranial, dimulai dari

caecum(usus buntu). Pada ujung caecum mermuara bangunan kecil berupa pipa menyerupai cacing disebut processus (appendix) vermiformis (processus = lanjutan; appendix = alat tambahan; vermiformis = berbentuk cacing).

3

2. Colon transversum, berjalan dari kiri ke kanan3. Colon descenden, bejalan dari cranial ke kaudal4. Colon sigmoideum,berbentuk seperti huruf S5. Caecum

o Sepeti kantong dengan ujung buntu menonjol ke bawaho Terletak pada ileaca dextrao Dibagian bawah terdapat junctura ileocolica tempat bermuaranya ileumo Panjang sekitar 6 cmo Pada sisi medial bawah caecum terdapat appendix vermiformis dengan panjang 8-

13 cm. Pada orang mati dapat ditemukan beberapa type : Post caecalis (65%), terletak di belakang caecum. Descending = pelvic type (31%), terletak di bawah ileum Subcaecalis (2,6%), terletak di bawah caecum Ante ilei (1,0%), terletak di depan ileum Post ilei (0,4%), terletak di belakang ileum. Letak di regio iliaca dextra

4

MIKROSKOPIS

USUS HALUS- Sepanjang 6 – 8 M, dari sphincter pyloricum sampai ke ileo-coecal valve usus besar

- Kontak lama dengan makanan, terjadi proses pencernaan dan resorbsi

- Dinding terdiri dari 4 lapisan, sesuai pola saluran cerna

- Usus halus halus relatif panjang rata-rata 5 m

- Terdiri dari 3 segmen :1. Duodenum2. Jejunum3. Ileum

- Usus halus berfungsi:a. Mengangkut bahan makanan (chyme) dari lambung ke usus besarb. Menyelesaikan pencernaan dengan sekret enzim yang berasal dari dinding dan

kelenjar pelengkapnyac. Menyerap hasil akhir pencernaan ke dalam pembuluh darah dan limf pada

dindingnyad. Mensekresi hormon-hormon tertentu.

Tunica Mucosa- Bangunan – bangunan khusus pada mukosa

Plika sirkularis kerckringi Merupakan lipatan permanen yang berjalan spiral atau melingkar terdiri

atas seluruh tebal mukosa dengan submukosa di bagian tengahnya. Tiap lipatan dapat melingkari 2/3 atau lebih lumen usus, tetapi jarang

melingkari seluruh lumen usus. Berkembang secara maksimal pada akhir duodenum dan pada bagian

proksimal jejunum, setelah itu berkurang dan menghilang pada setengah bagian distal ileum.

Vilus dan Kriptus Lieberkuhn Vilus, merupakan tonjolankecil mirip jari atau daun pada membran

mukosa Panjangnya 0,5 – 1,5 mm da hanya terdapat pada usus kecil Kontraksi sel-sel otot polos di tengah vili menyebabkan vili dapat

mengkerut dan memendek, jadi membantu aliran limf. Pada umumnya vili memendek bila usus mengembang. Kriptus Lieberkuhn, bangunan-bangunan berbentuk tabung bermuara di

antara dasar vili. Susunan kriptus tidak serapat kelenjar-kelenjar lambung, ruang-ruang di

antaranya terisi oleh jaringan ikat lamina propria.

5

Villus intestinal

Kriptus lieberkuhn

Mikrovili Masing-masing mikrovili diliputi oleh membran plasma, yang lapisan

luarnya dilengkapi dengan jala filamen halus yang memberi gambaran “kabur”.

Selubung filamen ini mengisi ruang –ruang antar mikrovili dan ujung-ujungnya , membentuk suatu lapisan permukaan yang tidak terputus-putus, mengandung glikoprotein, dan tahan terhadap bahan proteolitik dan mukolitik.

6

- Epitel mukosa usus merupakan epitel silindris, tetapi berbeda dengan epitel permukaan lambung, oleh karena terdapat lebih dari satu jenis sel.

Sel silindris ( sel absorptif)o Terletak di atas lamina basalo Intinya lonjong dan terletak di bagian basal selo Tiap sel mempunyai batas yang bergaris (“striated border”) atau

berbentuk sikat (“brush border”) yang terdiri atas mikrovili berjajar dan berhimpitan.

o Lapisan glikoprotein dibentuk oleh sel-sel silindris dan mengandung enzim-enzi, pencernaan seperti disakarida dan dipeptidase yang memecah gula dan peptida

o Sel silindris juga membentuk enzim fosfatase alkali dan enterokinase yang terdapat pada lapisan permukaan.

Sel gobleto Tersebar di antara sel-sel silindriso Jumlahnya bertambah dari duodenum sampai ujung ileum.o Pada umumnya dasar sel ramping berwarna gelap dan berisi inti.o Puncaknya mengembung berbentuk khusus karena kumparan butir-

butir sekret mukus.o Seperti sel silindris, sel goblet bermigrasi dari kriptus ke viluso Kemudian semakin banyak butir sekret yang ditimbun, bentuk selnya

makin menyerupai piala, dan dilepaskan diujung vilus.

Sel enteroendokrino Mengeluarkan peptida pengatur aktif yang berhubungan dengan

sekresi lambung, motilitas intestinal, sekresi pankreas, dan kontraksi kandung empedu.

o Tersebar diantara sel-sel absortif dan sel goblet:

Sel gastrinintestinal Þpada vili dan kriptus Sel penghasil somastatin (sel D) Þ sepanjang usus halus

7

Sel penghasil cholecystokinine (sel I) Þ crypti duodenum dan jejunum

Sel penghasil enteroglucagon/glycentine (sel L) Þ pada mucosa jejunum dan ileum

Sel enterochromaffin sel EC1) Þ sepanjang mukosa usus halus , penghasil serotonin dan substan P

Sel KÞ paling sering terlihat pada crypti duodenum dan jejunum, mengahsilkan gastric inhibitory peptide.

Sel panetho Ditemukan hanya pada dasar

cryptus usus haluso Berbentuk piramid dengan dasar lebar dan puncak sempit

o Sel paneth menghasilkan lisozim suatu enzim yang mencerna dinding

sel bakteri tertentu , dan agaknya berkemampuan memfagositosis bakteri tertentu.

o Walaupun fungsinya belum diketahui dengan pasti, ia mungkin

mengatur flora mikrobial usus.o Sel paneth dewasa mengandung banyak granula dan terletak di dasar

kriptuso Sel yang kurang dewasa terletak agak tinggi pada kriptus

o Pergantian sel paneth lebih lambat (30-40 hari) dibanding dengan sel

silindris atau sel goblet

- Lamina propria terdapat diantara kelenjar intestinal dan di tengah vilus. Digambarkan sebagai jaringan ikat longgar yang menjurus ke arah limfoid. Di dalam jala serat retikulin terdapat sel retikular primitif denga inti besar,

lonjong, dan pucat, limfosit, makrofag dan sel plasma. Terdapat pula sejumlah besar folikel solietr atau noduli limfatisi yang

menyendiri, jumlahnya semakin banyak pada bagian distal usus. Membentuk agregrat besar terdiri dari 20 atau lebih lympho nodulus disebut

plaque payeri.

8

Dari sudut pandang imunologik, lamina propria adalah penting dengan sel limfosit dan makrofag sebagai sawar antara tubuh dan antigen, mikroorganisme dan bahan asing lainnya yang selalu ada di dalam lumen usus.

Tunica Submukosa - Kelenjar submukosa duodenum (Brunner) terdiri atas sel kubis tinggi dengan inti

gelap, gepeng, terletak di basal sel dan sitoplasmanya jernih bervakuola.- Kelenjar Brunner menghasilkan mukus basa

- Sekret asam lambung dapat menyebabkan erosi pada mukosa duodenum, dan sekresi kelenjar submukosa mencegah hal tersebut dengan mukusnya.

- Sifat alkalinya diduga disebabkan oleh kapasitas bufer bikarbonat.

- Sel kelenjar Brunner mengandung urogastrone, suatu peptida yang menghambat sekresi asam hidroklorida di dalam lambung.

Tunica Muskularis E xterna

- Tebal, dalam sirkular. Luar longitudinalTunica Serosa- Digantung oleh mesenterium (mesotel), kecuali pada bagian retroperitoneal

duodenum yang ditutupi adventisia

Diantara keduanya sering terdapat ganglion parasympatik, plexus myentericus Auerbach, motor inervasi perisraltik USUS BESAR

- Panjangnya 180 cm

- Terdiri dari : Sekum Þ berhubungan dengan ileum melalui katup ileosekal

9

Apendiks Þ suatu divertikulum kecil dari sekum Kolon Þ mulai dari sekum dan dibagi dalam bagian ascenden, transversa dan

descenden Rektum Þ saluran anus

- Fungsi usus besar : Absorpsi cairan Mensekresi mukus pelumasan menjadi lebih penting karena cairan

diabsorpsi dan feses menjadi lebih keras sehingga kemungkinan merusak mukosa menjai lebih besar.

Pencernaan yang dilakukan oleh enzim yang ada di dalam makanan. Pembusukan oleh bakteri yang selalu ada di dalam usus besar.

- Usus besar tidak mempunyai plika dan vili

- Epitel permukaan tampak lebih rata daripada yanga ada di usus kecil

- Sel goblet jumlahnya lebih banyak.

- Batas ileosekal o Terjadi perubahan mendadak pada mukosa, yaitu membentuk lipatn anterior

dan posterior menjadi dua daun katup.o Terdiri dari mukosa dan submukosa yang diperkuat oleh massa otot polos

melingkar

- Apendiks Panjangnya 25 cm Dalam potongan melintang, lumennya sempit dan biasanya dengan batas

yang tidak teratur. Vili tidak ada dan kelenjar intestinal jumlahnya sedikit dan panjang tidak

teratur Epitel permukaan tersusun dari sel silindris dengan “striated border” dan sel

gobletnya sedikit, Di dalam kriptus terdapat sedikit sel paneth, dan banyak sel enteroendokrin. Apendiks seringkali sebagai tempat peradangan akut dan kronis, sehingga

sukar mendapatkan apendiks yang normal. Biasanya terdapat eosinofil dan neutrofil dalam lamina propria dan submukosa.

Dalam jumlah banyak eosinofil dan neutrofil berturut-turut menunjukkan adanya infeksi menahun dan infeksi akut.

- Sekum, kolon dan rektum Kelenjar intestinal lebih dalam pada usus besar dari pada usus kecil dan

letaknya lebih berhimpitan. Di kolon dalamnya 0,5 mm, sedangkan di rektu mencapai 0,75 mm.

Sel goblet jumlahnya banyak dan sel enteroendokrinkadangkala terdapat di bawah di dalam kelenjar.

Sel paneth tidak ada

10

Lamina propria di antara kelenjar sama dengan yang ada di usus halus, dan mengandung noduli limfatisi yang letaknya tersebar meluas di submukosa.

Pada sekum dan kolon, lapisan muskularis longitudinal tidak merupakan lapisan yang utuh tetapi membentuk 3 pta memanjang, sebagai taeniae coli.

Pada rektum lapisan longitudinal ini kembali menjadi lapisan yang utuh. Tunika serosa, pada permukaan yang tidak melekat di dinding abdomen

pagian posterior, membentuk tonjolan-tonjolan kecil terdiri atas jaringan lemak yaitu apendiks epiploika

- Batas rektum anus Disini membran mukosa membentuk lipatan-liptan memanjang disebut

“Kolumna Rektalis Morgagni”. Epitel silindris tiba-tiba berubah menjadi epitel berlapis gepeng yang meluas

sedikit ke bawah sebagai daerah peralihan antara epitel usus dan kulit. Pada anus, epitelnya mengandung lapisan tanduk dan dibawahnya terdapat

kelenjar tubulosa bercabang disebut “kelenjar sirkumanal” Pada bagian bawah rektum, dan pada saluran anus, lapisan dalam muskularis

menebal, sebagai sfingter ani internum Mengelilingi saluran anus adalah berkas-berkas otot lurik, yang membentuk

sfingter ani eksternum.(Leeson,1996; Junqueira,2007)

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Faal Gerakan Usus

Intestinum tenue

Pada usus halus terdapat metode motiitas utama yaitu mencampur dan mendorong perlahan kimus dari lambung yang disebut Segmentasi dan metode penyapu bersih yang disebut Kompeks Motilitas Migratif

1. Proses SegmentasiKimus mulai memasuki intestinehormon gastrin (refleks gastroileum) & aktifitas saraf ekstrinsik (parasimpatis) menghasilkan irama listrik dasar (BER) Kontraksi berbentuk cincin di sepanjang usus halus segmen yang berkontraksi melemas dalam jeda singkat daerah yang sebelumnya melemas sekarang berkontraksi memicu kontraksi dua arah kedepan dan belakang (propulsif) terjadi proses pencampuran (kimus + getah pencernaan) dan memajankan kimus ke permukaan absorbtif usus

Kontraksi Segmentasi makin ke distal semakin menurun hal ini disebabkan untuk mencegah kembalinnya sejumlah besar kimus ke belakang . Contoh : duodenum kontraksi segmentasinya 12xmenit sedangkan di ileum terminal 9x/menit.

2. Proses Kompleks Motilitas Migratif Terjadi diantara waktu makan yang merupakan geombang-gelombang peristaltik

repetitif lambat yang berjalan ke arah distal usus. Berfungsi untuk menyapu sisa makanan+debris mukosa +bakteri ke arah kolon

11

Memerlukan waktu 100-150 menit

Isi usus membutuhkan waktu 3-5 jam untuk melintasi seluruh panjang usus halus Metode propulsi pada usus halus yang lama meningkatkan penyerapan dan pencernaan

Intestinum Crassum Dalam normal colon menerima sekitar 500 mL kimus dari usus halus per hari Gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak propulsif Kontraksi Haustra : metode motilitas utama di colon

o Prinsipnya sama dengan proses segmentasi usus halus tetapi jauh lebih jarang dan bersifat nonpropulsif

o Refleks gastroileum Kimus dari usus halus (mengandung residu yang tidak dicerna eg: selulosa,sisa cairan) kolon mengekstraksi H2O dan garam di isi lumen Refleks gastrokolon (gastrin lambung + saraf otonom ekstrinsik) kontraksi haustra (mengaduk kolon dengan gerakan maju mundur) feses terdorong sampai 1/3 – 3/4 panjang kolon

Refleks defekasifeses di rektum peregangan rektum reseptor regang refleks defekasi sfingter ani internus melemas (involunter) colon dan sigmoid berkontraksi rasa ingin buang air sfingter ani eksternus melemas (volunter) disertai dengan gerakan mengejan (kontraksi otot abdomen + ekspirasi paksa peningkatan tekanan intra abdomen feses keluar

o Karena gerakannya lambat memungkinkan bakteri menumpuk dan tumbuh di colon

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Ileus

DefinisiIleus adalah gangguan pasase usus akibat adanya tanda obstruksi di lumen usus atau oleh gangguan peristaltik.Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagaian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup

Etiologi

1. Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen

2. Intusepsi (invaginasi): Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anak-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.

Gbr Intusepsi intestinal

12

3. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya

Gbr Menunjukan bentuk normal intestin (atas warna pink) dan intestin yang mengalami volvulus (bawah warna ungu)Tindakan bedah, infeksi dan bahkan endometriosis sering menyebabkan peradangan peritoneum loka atau generalisata (peritonitis). Pada penyembuhan dapat terjadi perlekatan antara segmen usus atau dinding abdomen dan tempat operasi.

4. Hernia :Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen atau defek di dinding rongga peritoneum yang memungkinkan terbentukkan tonjolan peritoneum mirip kantong yang dilapisi serosa

5. Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus.

6. Inkarserasi (terperangkap) massa visera yang meningkat di dalam hernia sehingga massa tersebut terperangkap akibat adanya stasis dan edema secara permanen.

7. Strangulasi gangguan lebih lanjut dimana pasokan darah dan drainase menyebabkan infark segmen yang terperangkapGbr strangulasi intestinal

Fa k tor Predisposisi Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang disebabakan disfungsi umum kelenjar eksokrin pancreas. Keadaan ini menyebabakan berkurangnya enzim pancreas yang mengalir ke lumen usus halus sehingga issi usus halus menjadi kental dan menyumbat lumen usus. Gambaran radiologist yang ditemukan ialah pelebaran usus dan tampak bayangan udra yang granular diantara mekonium yang kental tersebut.

Obstruksi mekanik, menurut lokalisasinya dibagi menjadi : 1. Obstruksi mekanik rendah

13

Obstruksi mulai dari caecum sampai anorektal. Obstruksi ini paling banyak disebabkan oleh tumor ganas, penyebab lainnya adalah :

- Volvulus- Scibala- Paralise colon distal (pseudoparalise)

2. Obstruksi mekanik tinggiMenurut letaknya dapat dibedakan menjadi :

a. Obstruksi diatas pylorus, dapat disebabkan :- Stenosis pylorus- Strictur- Obstruksi oleh karena keganasan- Bezoar

Pada obstruksi ini gejalanya yang menonjol adalah : muntah-muntah dimana muntahannya dapat dirasakan seperti asam lambung, serangan rasa nyeri lebih sering, distensi abdomen agak kurang.

b. Obstruksi dibawah pylorus. Obstruksi terjadi mulai dari pylorus sampai ileocaecal junction, obstruksi ini sering ditemukan pada :

- Adhesion (perlengketan)- Hernia interna- Volvulus- Gumpalan Ascaris

Pada obstruksi ini muntahannya faeculent (feces) warna kuning seperti tinja. Serangan nyeri perut agak jarang, tetapi perut lebih distensi.

Klasifikasi

Ada dua tipe obstruksi yaitu :1. Mekanis (Ileus Obstruktif)

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.

14

2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.

Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok (Bailey,2002): a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu. b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi. c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.

Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat & Jong, 2005; Sabiston,1995) :

1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya pembuluh darah.2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren. 3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar suatu gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.

Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua (Stone, 2004): 1. Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum 2. Ileus obstruktif usus besar

Patofisiologi

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. 12

Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus dapat dilihat pada Gambar-2.1. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari10, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia. 12

15

Etiologi1 penyumbatan intestinal penyempitan lumen usus pasase lumen usus terganggu

Bagian proksimal3 obstrusi tersumbat Pengumpulan isi lumen2

Distensi4

Tekanan intralumen sekresi kelenjar pencernaan aliran air dan Na+

Iskemik akumulasi cairan dan gas -Dehidrasi terus bertambah - Hipotensi

Kehilangan cairan ke seluruh bagian obstruksiPeritoneum menyumbat

Nekrosis

hiperperistaltik

Permabilitas - Kolik abdomen - Muntah

Kehilangan cairan dan elektrolit

16

- Perfusi jaringan - Asidosis metabolit - Syok hipovolumik

Obstruksi Mekanik Simple.Pada obstruksi simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi udema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan kematian. 4

Obstruksi Strangulata.Pada obstruksi strangulata, kematian jaringan usus umumnya dihubungkan dengan hernia inkarserata, volvulus, intussusepsi, dan oklusi vaskuler. Strangulasi biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemia yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udema dan nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi.

1. Etiologi 2. Pengumpulan isi lumen usus oleh gas dan cairan3. Hanya di bagian proksimal karena ingesti makanan, cairan, akumulasi gas yang

menumpuk pada bagian proksimal4. Bagian proksimal dinding dari lumen usus yang mengalammi distensi, sementara

yang distal kolaps, fungsi normal sekresi dan absorpsi terganggu fungsinya dan dinding usus menjadi edema

Manifestasi klinis1. Obstruksi sederhana

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen.1,2,10.Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.  Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.10

2. Obstruksi disertai proses strangulasiGejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan

nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat

17

hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002; Sabiston, 1995) 1. Nyeri abdomen 2. Muntah 3. Distensi 4. Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).

Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada (Winslet, 2002; Sabiston, 1995):

1. Lokasi obstruksi 2. Lamanya obstruksi 3. Penyebabnya 4. Ada atau tidaknya iskemia usus

DIAGNOSISAnamnesisGejala Utama: 13

§ Nyeri-Koliko Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilikuso Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.

§ Muntaho Stenosis Pilorus : Encer dan asamo Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauano Obstruksi kolon : onset muntah lama.

§ Perut Kembung (distensi)§ Konstipasi

o Tidak ada defekasio Tidak ada flatus

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat

18

gerakan peristaltik usus (Gambar 2.4) yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik (Sabiston, 1995; Sabara, 2007)

2. Palpasi Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal (Sabiston, 1995; Sabara, 2007).

3. Auskultasi Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata (Sabiston, 1995).

Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektum dan pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta tidak adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika darah makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalam rektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesi intrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995). Apabila isi rektum menyemprot; penyakit Hirdchprung (Anonym, 2007).

4. Radiologi Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus obstruktif serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat. Adanya gelung usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada film tegak sangat menggambarkan ileus obstruksi sebagai diagnosis. Dalam ileus obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis kompeten, maka distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran penting (Sabiston, 1995). Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus (Anoym, 2007).

19

5. Laboratorium Leukositosis, dengan pergeseran ke kiri, biasanya terjadi bila terdapat strangulasi, tetapi hitung darah putih yang normal tidak menyampingkan strangulasi. Peningkatan amilase serum kadang-kadang ditemukan pada semua bentuk ileus obstruktif, khususnya jenis strangulasi (Harrison’s, 2001)

6. Pemeriksaan colok dubur· Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease· Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma· Feses yang mengeras : skibala· Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi· Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi· Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

Diagnosis BandingIleus dapat disebabkan oleh adanya proses dalam intraabdominal dan retroperitoneal, termasuk iskemik usus, kolik ureter, fraktur pelvis dan setelah operasi abdomen. Jika terjadi ileus paralitik, nyeri biasanya tidak terlalu berat dan lebih konstan.Obstipasi dan distensi abdomen menunjukkan adanya obstruksi usus besar. Muntah jarang terjadi dan nyeri tidak bersifat kolik. Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan adanya hasil foto roentgen yang menunjukkan adanya obstruksi dilatasi kolon bagian proksimal.Obstruksi usus halus dapat dikacaukan dengan gastroenteritis akut, apendisitis akut dan pankreatitis akut. Obstruksi strangulasi mempunyai keluhan yang mirip dengan pankreatitis akut, enteritis iskemik atau penyumbatan vaskular mesenterika yang berhubungan dengan trombosis vena. Ileus obstruksi harus dibedakan dengan ileus paralitik.

20

Penatalaksanaan dan pencegahan

a) Pre-operatifDasar pengobatan obstruksi usus meliputi :

1. Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai pencapaian tingkat normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan laboratoriumberurutan.

2. Dekompressi tractus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen dengan tujuan untuk dekompressi lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus, dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan,sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intalumen.3. Pemberian antibiotika untuk pencegahan pertumbuhan bakteri berlebihan bersama dengan produk endotoksin dan eksotoksin.

b) OperatifTergantung dari etiologi masing-masing :

• AdhesiPada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali.

• Hernia inkarserataDapat dilakukan Herniotomi untuk membebaskan usus dari jepitan.

•NeoplasmaOperasi berupa pengangkatan tumor. Pada tumor jinak pasase usus harus dipulihkan kembali, sedangkan pada tumor ganas sedapat mungkin dilakukan reseksi radikal.

•AskariasisJika terdapat obstruksi lengkap, atau jika pengobatan konservatif tidak berhasil dapat dilakukan operasi dengan jalan enterotomi untuk mengeluarkan cacing, tapi apabila usus sudah robek, atau mengalami ganggren dilakukan reseksi bagian usus yang bersangkutan.

•Carsinoma ColonOperasi dengan jalan reseksi luas pada lesi dan limfatik regionalnya. Apabila obstruksi mekanik jelas terjadi, maka diperlukan persiapan Colostomi atau Sekostomi.

• DivertikelReseksi bagian colon yang mengandung divertikel dapat dikerjakan secara elektif setelah divertikulitis menyembuh. Dapat dianjurkan untuk menempatkan colostomy serendah mungkin, lebih disukai dalam colon desendens, atau colon sigmoideum. Untuk memungkinkan evaluasi melalui colostomy dan mencegah peradangan lebih lanjut pada tempat abses.Reseksi sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartman dengan colostomy sementara. Cara ini, dipilih untuk menghindari resiko tinggi gangguan penyembuhan luka anastomosis yang dibuat primer dilingkungan radang. Prosedur Hartman jauh lebih aman karena anastomosis baru dikerjakan setelah rongga perut dan lapangan bedah bebas kontaminasi dan radang.

21

•VolvulusPada volvulus sekum dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang terpelintir dengan melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga berefek fiksasi terhadap sekum dengan cara adhesi. Jika sekum dapat hidup dan tidak terdistensi tegang, maka detorsi dan fiksasi sekum di qudran bawah bisa dicapai.Pada volvulus sigmoid jika tidak terdapat strangulasi, dapat dilakukan reposisi sigmoidoskopi. Cara ini sering meniadakan volvulus dini yang diikuti oleh keluarnya flatus. Reposisi sigmoidodkopi yang berhasil pada volvulus dapat dicapai sekitar 80% pasien. Jika strangulasi ditemukan saat laparatomi, maka reseksi gelung sigmoideum yang gangrenous yang disertai dengan colostomi double barrel atau coloctomi ujung bersama penutup tunggal rectum (kantong Hartman) harus dilakukan.•IntusussepsiSebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan terlebih dahulu dengan reduksi barium enema, jika tidak ada tanda obstruksi lanjut atau perforasi usus halus.Bila reduksi dengan enema tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan operasi berupa eksplorai abdomen melalui suatu insisi transversal pada quadran kanan bawah. Intusussepsi tersebut kemudian direduksi dengan kompressi retrograde dari intusussepsi secara hati-hati. Reseksi usus diindikasikan bila usus tersebut tidak dapat direduksi atau usus tersebut ganggren.

PENATALAKSANAAN ILEUS OBSTRUKTIFTerapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif. Operasi dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan keseluruhan pasien (Sabiston, 1995).Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab ileus obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan (Sabiston, 1995; Sabara, 2007) Dekompresi pipa bagi traktus gastrointestinal diindikasikan untuk duaalasan (Sabiston, 1995; Sabara, 2007):

1. Untuk dekompres lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus.2. Membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan,sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intralumen dan kemungkinan ancaman vaskular.

Pipa yang digunakan untuk tujuan demikian dibagi dalam dua kelompok (Sabiston, 1995) :1. Pendek, hanya untuk lambung.2. Panjang, untuk intubasi keseluruhan usus halus.

Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatom (Sabara, 2007).Pemberian antibiotika spektrum lebar di dalam gelung usus yang terkena obstruksi strangulasi terbukti meningkatkan kelangsungan hidup. Tetapi, karena tidak selalu mudah membedakan antara ileus obstruksi strangulata dan sederhana, maka antibiotika harus diberikan pada semua pasien ileus obstruksi (Sabiston,1995) Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila (Sabara, 2007) :

1. Strangulasi

22

2. Obstruksi lengkap3. Hernia inkarserata4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter)

Tindakan yang terlibat dalam terapi bedahnya masuk kedalam beberapa kategori mencakup (Sabiston, 1995) ;

1. Lisis pita lekat atau reposisi hernia2. Pintas usus3. Reseksi dengan anastomosis4. Diversi stoma dengan atau tanap resksi.

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik (Sabara, 2007)PENATALAKSANAANA.Terapiumum1.Istirahat

Dirawat di ruangan gawat darurat Segera pasang sonde lambung (NGT) Selang rectal Pasang kateter

2.Diet Pasien puasa Nutrisi perenteral total sampai ada bising usus atau mulai flatus

3.MedikamentosaObat pertama :

Prostigmin 3 x 1 sampai IV untuk memacu mobilitas usus Antibiotik

Obat alternative : -http://www.infokedokteran.com

Bagaimana terapi/pengobatan ileus obstruktif yang diberikan secara farmakologis?

Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.Apa yang perlu diperhatikan dalam resusitasi pada pasien dengan ileus obstruktif?Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda-tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.

OBAT ANTIEMETIK• Antagonis reseptor H1• Antagonis reseptor muskarinik• Antagonis reseptor dopamin• Antagonis reseptor serotonin

23

• Cannabinoid• SteroidAntagonis reseptor H1• Cinnarizine, cyclizine, dimenhydrinate, promethazine• Tidak dapat digunakan utk mual-muntah krn rangsangan pada CTZ• Efektif utk mabuk kendaraan dan mual-muntah krn rangsangan pada lambung• Diberikan sebelum timbul gejala mual-muntah• Puncak antiemetik : 4 jam, bertahan selama 24 jam• KI : wanita hamil trimester I (kec. Promethazine)Antagonis reseptor muskarinik• Hyoscine• Untuk mual-muntah krn gangguan labirin dan rangsangan lokal di lambung• Tidak dapat digunakan utk mual muntah krn rangsangan pada CTZ• Puncak antiemetik : 1-2 jam• ES : drowsiness, mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin

Antagonis reseptor dopamin• Metoklopramid• Domperidone • Phenothiazine

Metoklopramid• Bekerja di CTZ• P.o., T1/2 4 jam, ekskresi via urine• ES : krn blokade reseptor dopamin di SSP →gangguan pergerakan pada anak2 dan dewasa muda, mengantuk, fatigue/lemah• Stimulasi release prolaktin → galaktore dan gangguan menstruasi• Efek pada motilitas usus → diareDomperidone• Antagonis reseptor D2• Antiemetik untuk vomitting postoperatif dan akibat kemoterapi kanker• ES : diarePhenothiazine• Neuroleptik : chlorpromazine, prochlorperazine, trifluoperazine → dpt sebagai antiemetik• Triethylperazine → hny sbg antiemetik• Dapat digunakan utk vomitting krn rangsangan pada CTZ• Tidak efektif utk muntah krn rangsangan di lambung• Cara kerja → antagonis reseptor D2 di CTZ, menghambat reseptor histamin dan muskarinik• Pemberian p.o., rektal, atau parenteralAntagonis serotonin• Serotonin (5-hidroksitriptamin) a direlease oleh CNS atau lambung a transmitter emesis• Antagonis serotonin : ondansetron, granisetron• Sangat baik utk terapi mual-muntah akibat obat sitotoksik• Pemberian p.o, injeksi IV pelan, infus• T1/2 5 jam• ES : sakit kepala, gangguan GITCannabinoid• Nabilone → derivat cannabinol sintetik →menurunkan muntah krn rangsangan pada CTZ• Pemberian : p.o, absorpsi baik• T1/2 120 menit, ekskresi via urine dan feses

24

• ES : jarang, a. l. drowsiness, dizziness, mulut kering, perubahanmood, hipotensi postural, halusinasi, dan reaksi psikotik

Steroid• Dosis tinggi, dpt digunakan sendiri atau kombinasi dgn obat lain• Glukokortikoid → deksametason dan metilprednisolon• Mekanisme kerja → blm diketahui• Sinergisme dg ondansetron

MOTILITAS GIT1. MENINGKATKAN PERGERAKAN :• PENCAHAR• TANPA EFEK PENCAHARPENCAHAR• BULK LAXATIVE → meningkatkan volume residu padat yg tidak diabsorpsi• OSMOTIC LAXATIVE → meningkatkan jumlah air• FAECAL SOFTENER →mengubah konsistensi faeces• STIMULANT PURGATIVE →meningkatkan motilitas dan sekresi

Bulk Laxative• Metilselulose, sterculia, agar, bran, ispaghula husk• Polimer polisakarida a tidak dapat dipecah• Mekanisme kerja a menahan air di lumen usus merangsang peristaltis a beberapa hari• ES : ringanOsmotic Laxative• Pencahar salin dan laktulosa → cairan yg absorpsinya jelek → meningkatkan volume cairan di lumen bowel→ mempercepat transfer makanan ke usus halus →massa yg sangat besar masuk kolon → distensi →ekspulsi faeces• Pencahar salin → garam MgSO4 dan Mg(OH)2• Laktulosa → disakarida semisintetik fruktosa dan galaktosa → bakteri di kolon → fermentasi → asam laktat dan asam asetat → osmotik laksatif• Efek baru timbul 1 – 2 hariFaecal Softener• Docusate sodium• Menghasilkan feses yg lebih lumak• Efek stimulan laksatif lemahStimulant Purgative• Bisacodyl, sodium picosulfat, preparat senna• Meningkatkan peristaltis dengan cara stimulasi mukosa usus• ES : kram abdomen, jangka panjang → atonia colon• Bisacodyl → p.o. atau suppositoria → efek laksan 15-30 menit• Sodium picosulfat → p.o.• Preparat senna → dosis tunggal → efek laksan dalam 8 jam

OBAT YG MENINGKATKAN MOTILITAS GIT

DOMPERIDONE

25

• Antagonis reseptor D2 a antiemetik• Memblok adrenoreseptor a-1 dan menurunkan efek relaksannya a menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah a meningkatkan motilitas GIT• Tidak menstimulasi sekresi asam lambung• Digunakan untuk gangguan pengosongan lambung dan refluks esofagitis kronis• ES : hiperprolaktinemiaMETOKLOPRAMID• Efek sentral → antiemetik• Efek lokal → percepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresi asam lambung• Efeknya kecil pada motilitas usus bag. bawah• Digunakan untuk refluks gastroesofagus dan gangguan pengosongan lambung• Tidak dapat digunakan untuk ileus paralitikCISAPRIDE• Menstimulasi release ACh pada pleksus myenterik di GIT bag. atas• Digunakan utk refluks esofagitis dan gangguan pengosongan lambung• Tidak mempunyai efek antiemetik• ES : diare, kram abdomen, takikardi (jarang)www.fk.uwks.ac.id/elib/.../TRAKTUS%20GASTROINTESTINAL

PrognosisObstruksi yang tak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian sekitar 5%. Kebanyakan yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi yang disertai dengan strangulasi mempunyai angka kematian 8%. Kalau operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala yang bersangkutan.

Komplikasi

Peritonitis septikemiaSyok hipovolemiaPerforasi ususganguan elektrolitpnemonia aspirasi dari proses muntah sepsis nekrosis usus perfusi usus

26

LI.4. Memahami dan Menjelaskan Hukum Operasi Menurut Islam

Perlakuan operasi menurut syariat hukumnya mubah yang bertujuan untuk kemaslatan hidup disamping memberikan dorongan hidup dan lepas dari najis,dampak negatif pada tubuh dan ancaman kematian serta merubah sunnatullah.

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pernah mengutarakan masalah berobat, sebagaimana dalam beberapa hadits. Di antaranya, 1. Dari Jabir Bin Abdullah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat tepat dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah ‘azza wa jalla.” (HR. Muslim) 2. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)3. Dari Usamah bin Syarik radhiallahu’anhu, bahwa beliau berkata, “Aku pernah di sisi Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam lalu datanglah serombongan orang arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat? .” Beliau menjawab, “Iya, wahai para hamba Allah berobatlah. Sebab Allah ‘azza wa jalla tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya, “ Penyakit apa itu? .” Beliau menjawab, “Penyakit ketuaan.” (HR. Ahmad, Al Bukhari dalam Al-Adabul Mufrod, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’us Shahih mimma Laisa fish Shahihain 4/486) 4. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Juga Al-Bushiri menshahihkannya dalam kitab Zawaidnya. Lihat Takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad 4/12-13) 

27

DAFTAR PUSTAKA

Cormack D.H. Introduction to Histology. Philadelphia, J.B. Lippincott Company, 1984:299-303

Gandasoebrata R . 2010 . Penuntun Laboratorium Klinik.Cetakan keenambelas . Jakarta : Dian Rakyat

Ganong W.F. 2008. Buku Ajar FIsiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC sherwood

Gunawan ,SG.(2007).Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Departement Farmakologi dan Terapeutik FKUI

Guyton, Hall. 2006. Text Book of Medical Physiology 11th edition. Philadelphia: Elsevier Soundres

Hamami, AH., Pieter, J., Riwanto, I., Tjambolang, T., dan Ahmadsyah, I. Usus Halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal: 615-681.

http://emedicine.medscape.com/article/980685-medication#showall

http://www.mayoclinic.com/health/glomerulonephritis/DS00503/DSECTION=tests-and-diagnosis

Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology. 10th edition, Washington, Lange, 2003: 316-23

Kumar V,et al. 2008. Patologi Anatomi : Robbins edisi 7 vol 2. Jakarta

Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. 1996. Buku Ajar Histologi. Ed 5. Jakarta : EGC.

Levine, B.A., and Aust, J.B. Kelainan Bedah Usus Halus. Dalam Buku Ajar Bedah Sabiston’s essentials surgery. Editor: Sabiston, D.C. Alih bahasa: Andrianto, P., dan I.S., Timan. Editor bahasa: Oswari, J. Jakarta: EGC, 1992.

28

Murray,RK et al (2003). Biokimia Harper edisi 25.Jakarta.EGC

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 1995. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Sherwood Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke sel. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001

Snell,RS.(2006).Anatomi Klinik untuk Mahasiswa kedokteran edisi 6. Jakarta.EGC

29