66
RISI'T.TE(NOLOCI DA:V PT\D UNIVERSIT^S UD\YAN^ UPT PERPUSTAKAAN Td9o!dlall].!\t!U,ro97 SURAT Xtr] trR,{NCAN rqrur1k4 uni e^ft lrir ! r,Frj,{ rqu!$fl {kii(rDrsouigBii rir{an$li (\

YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

RISI'T.TE(NOLOCI DA:V PT\DUNIVERSIT^S UD\YAN^

UPT PERPUSTAKAAN

Td9o!dlall].!\t!U,ro97

SURAT Xtr] trR,{NCAN

rqrur1k4 uni e^ft lrir ! r,Frj,{

rqu!$fl {kii(rDrsouigBii

rir{an$li (\

Page 2: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

I(IiNIE\TERIAN RISI,1'. TEI(NOLOC I D^N PtrNDIDIKA\TINGCII]NI YtrRSITAS UDAY4NA

UPT' PIRPTiSTAK-AAN

]!rq!loi])]oJ?]rnlosr]70,U]

Kr^3{turu0r!!irr !hil

Page 3: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA DENPASAR,

KABUPATEN BADUNG, DAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR

(TPA) SUWUNG BALI

Oleh:

Dr.Drs.Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc

PUSAT STUDI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA

2017

Page 4: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

i

KATA PENGANTAR

Salah satu permasalahan yang sedang dihadapi Bali saat ini adalah masalah

pengelolaan sampah. Secara kasat mata, dapat dengan mudah dilihat adanya masalah

yang belum terselesaikan pada pengelolaan persampahan di Bali. Kondisi Tempat

Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Suwung yang sangat menyedihkan karena

sampah terlihat menggunung seperti sudah lama ditumpuk begitu saja tanpa

pengolahan yang semestinya. Masyarakat bisa dengan mudah melihat kondisi TPA

Suwung karena adanya akses jalan tol di sebelah Barat lokasi TPA. Sampah di

beberapa lahan kosong atau di aliran sungai masih terlihat menumpuk dalam waktu

yang lama.

Analisis karakteristik sampah yang dikumpulkan dari beberapa lokasi Tempat

pembuangan Sementara Sampah di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung serta TPA

Suwung dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik sampah, serta kandungan

kimia penyusunannya. Penelitian ini penting dilakukan untuk memahami sifat dan

jenis unsur penyusun sampah yang ada di lingkungan. Dengan mengetahui sifat dan

karakteristik sampah tersebut, dapat dilakukan pengolahan sampah yang paling tepat

agar persoalan sampah di Provinsi Bali dapat dikendalikan.

Denpasar, 8 Agustus 2017

Peneliti,

Dr.Drs.Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc

Page 5: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

ABSTRAK

ii

iii

iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

1

3

3

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah 5

2.2 Sumber Sampah 5

2.3 Penggolongan Sampah 6

2.4 Pengelolaan Sampah 11

2.5 Pengolahan Sampah Untuk Energy (Waste To Energy) 25

2.6 Pengolahan Sampah Secara Pirolisa dan Gasifikasi 28

2.7 Proses Termal dengan Gasifikasi Plasma 29

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 33

3.2 Tempat Penelitian 34

3.3 Prosedur Penelitian 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Karakteristik Sampel 36

4.2 Analisis Hasil Penelitian 47

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 52

5.2 Saran 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 6: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Komposisi Fisik Sampah Kota Denpasar 36

Tabel 4.2 Komposisi Fisik Sampah di Kabupaten Badung 37

Tabel 4.3 Komposisi Fisik Sampah di TPA Suwung 38

Tabel 4.4 Analisis Industri Sampah di Kota Denpasar 39

Tabel 4.5 Analisis Industri Sampah di Kabupaten Badung 40

Tabel 4.6 Analisis Industri Sampah di TPA Sampah 41

Tabel 4.7 Analisis Unsur Sampah di Kota Denpasar 42

Tabel 4.8 Analisis Unsur Sampah di Kabupaten Badung 43

Tabel 4.9 Analisis Unsur Sampah di TPA Suwung 44

Tabel 4.10 Analisis Nilai Kalor Sampah di Kota Denpasar 45

Tabel 4.11 Analisis Nilai kalor Sampah di Kabupaten Badung 46

Tabel 4.12 Analisis Nilai Kalor Sampah di TPA Suwung 46

Page 7: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Sampah Dapur,Kertas dan Plastik 47

Gambar 4.2 Sampah tekstil,Kayu dan Debu 48

Gambar 4.3 Kandungan Uap Air,Abu, dan Bahan Mudah Menguap 49

Gambar 4.4 Komposisi Unsur Kimia 50

Gambar 4.5 Kandungan Air 51

Page 8: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

Analisis Karakteristik Sampah di Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Suwung Bali

Oleh: Ketut Gede Dharma Putra

Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan LPPM Universitas Udayana Bali

Email. [email protected]

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang karakteristik sampah di Kota Denpasar,

Kabupaten Badung dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah di Suwung Bali.

Total 15 Sampel sampah di ambil untuk mewakili ketiga lokasi. Sampel dari Kota

Denpasar diambil 4 (empat) buah; Kabupaten Badung diambil 4 (empat) sampel, dan

7 (tujuh) sampel diambil dari TPA Suwung. Analisis sampel menggunakan metode

standar analisis dilakukan dengan acuan CJ/T 313-2009 Standard of the Town

Construction Industry of Peoples Republic of China dan SNI 19-3964-1995 tentang

Spesifikasi Sampah Perkotaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik sampah di Kota Denpasar

pada umumnya mengandung paling banyak kandungan sampah dari dapur dengan

besaran rata-rata 67,4 %. Komposisi terbesar adalah residu material dapur diiukuti

dengan sampah plastik dan kertas. Kandungan air sampah di Kota Denpasar berkisar

antara 22,50% s.d. 30,50 %. Sedangkan kandungan unsur terbesar adalah karbon

sebesar rata-rata 31,3%. Karakteristik sampah di Kabupaten Badung lebih banyak

mengandung sampah berbahan kayu dan bambu daripada daerah lainnya. Hal ini

kemungkinan karena sampah yang terbuang berasal dari aktivitas pemotongan kayu

atau sampah bangunan. Kandungan air sampah di Kabupaten Badung berkisar antara

27,50% s.d. 28,50 %. Sedangkan kandungan unsur terbesar adalah karbon sebesar

rata-rata 33,5%. Karakteristik sampah di TPA Suwung paling banyak mengadung

kadar air. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sampah yang diletakan pada areal

yang terbuka dan lebih lama berada di lokasi tersebut dibandingkan dengan sampah

lainnya.Kandungan unsur karbon paling besar daripada unsur lainnya yakni rata-rata

22,90 %.

Disarankan agar sampah di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan TPA Suwung

segera diolah untuk mengurangi dampak negatif bagi masyarakat. Pengolahan sampah

untuk energi dimungkinkan dengan memeprhatikan kadar air pada sampah yang masih

relatif tinggi.

Kata Kunci: karakteristik sampah, residu , kadar air.

Page 9: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pulau Bali yang terkenal karena keindahan alam dan kekayaan tradisi kesenian

dan religinya, saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan. Salah satu

permasalahan tersebut adalah meningkatnya kerusakan dan pencemaran lingkungan

hidup. Pencemaran air dan udara semakin parah, rusaknya berbagai prasarana yang

diakibatkan bebannya melebihi daya tampung, dan dinas kebersihan kota kewalahan

menangani sampah yang bertumpuk-tumpuk ditempat pembuangan yang sudah lama

penuh (Picard,2006:277). Fenomena kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup di

Bali diperkirakan menimbulkan dampak negatif terhadap pencitraan Bali sebagai

destinasi wisata yang bersih, asri, lestari dan indah berbasis tradisi setempat

(Dermaga, Edisi 105-2007:20).

Salah satu permasalahan yang sedang dihadapi Bali saat ini adalah masalah

pengelolaan sampah. Secara kasat mata, dapat dengan mudah dilihat adanya masalah

yang belum terselesaikan pada pengelolaan persampahan di Bali. Kondisi Tempat

pemrosesan Akhir (TPA) Suwung yang sangat menyedihkan karena sampah terlihat

menggunung seperti sudah lama ditumpuk begitu saja tanpa pengolahan yang

semestinya. Masyarakat bisa dengan mudah melihat kondisi TPA Suwung karena

adanya akses jalan tol di sebelah Barat lokasi TPA. Sampah di beberapa lahan kosong

atau di aliran sungai masih terlihat menumpuk dalam waktu yang lama.

Menurut Soemarwotto (2001:9), kesadaran masyarakat di Amerika dan Eropa

terhadap pentingnya mengendalikan masalah pencemaran lingkungan telah dimulai

Page 10: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

2

sejak tahun 1950-an, akibat adanya dampak negatif limbah dan sampah yang tidak

diolah dengan baik. Selain itu, publikasi yang besar-besaran di media tentang bahaya

sampah dan limbah yang tidak diolah dengan baik makin mengukuhkan tekad

masyarakat dunia untuk mengendalikannya.

Menurut Palar (1993:100, pencemaran lingkungan hidup diakibatkan oleh limbah

dan sampah tanpa pengolahan. Beberapa peristiwa pencemaran lingkungan hidup

yang berdampak luas diantaranya, sampah dan limbah mengandung PCB

(polychlorinated biphenyls) di Sungai Kalamazoo, Amerika Serikat, pada tahun 1952,

menyebabkan musnahnya kehidupan di aliran sungai tersebut. Perilaku petugas

pabrik Chisso Corporation di Jepang yang membuang limbah/sampah mengandung

logam merkuri tahun 1955, berakibat fatal berupa penyakit cacat mental dan

kerusakan syaraf permanen penduduk di sekitar Teluk Minamata yang mengkonsumsi

ikan dan kerang yang tercemar. Kejadian lainnya terjadi di Irak tahun 1961; di

Pakistan tahun 1963; di Guatemala tahun 1966 yang mengakibatkan ribuan penduduk

menderita penyakit cacat mental dan kerusakan syaraf permanen hingga kematian

(Fardiaz,1992:54). Beberapa kasus pencemaran lingkungan hidup lainnya, semakin

banyak mendapat sorotan media hingga saat ini.

Adanya perkembangan penduduk dan meningkatnya konsumsi masyarakat di

Pulau Bali berhubungan dengan semakin besarnya sampah yang dihasilkan. Persoalan

sampah di Bali mulai dirasakan dampaknya setelah adanya berbagai pemberitaan

di media cetak maupun elektronik yang menguraikan berbagai permasalahan sampah

seperti banyaknya sampah yang menumpuk di lahan-lahan kosong, masalah banjir

akibat got yang tersumbat sampah hingga permasalahan Tempat Pemrosesan Akhir

(TPA) Sampah di hampir semua kota/kabupaten di Bali yang mengalami masalah.

Page 11: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

3

Timbulan sampah di Bali yang paling banyak mendapat perhatian adalah di

lokasi TPA Suwung, di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Hal ini disebabkan

karena Kota Denpasar merupakan pusat pemerintahan di Bali yang memiliki sarana

dan prasarana yang memadai. Sedangkan Kabupaten Badung dikenal sebagai daerah

tujuan wisata utama di Bali dengan sarana dan prasarana pariwisata yang banyak dan

bervariasi. Sedangkan TPA Suwung merupakan TPA yang menjadi tempat

pemrosesan akhir dari Kota Denpasar dan sebagian Kabupaten Badung.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana karakteristik sampah yang ada di Kota Denpasar

1.2.2.Bagaimana karakteristik sampah yang ada di Kabupaten Badung

1.2.3.Bagaimana karakteristik sampah yang ada di TPA Suwung.

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk

1.3.1 Meneliti tentang karakteristik sampah yang ada di Kota Denpasar

1.3.2. Meneliti tentang karakteristik sampah yang ada di Kabupaten Badung

1.3.3. Meneliti tentang karakteristik sampah yang ada di TPA Suwung.

Page 12: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

4

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

karakteristik sampah di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan TPA Suwung.

Diharapkan informasi tersebut dapat digunakan untuk program pembangunan yang

dapat mengurangi dampak negatif sampah di Provinsi Bali.

Page 13: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sampah

Berdasarkan Undang Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ,

sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam

yang berbentuk padat. Pengelolaan sampah harus dilakukan secara sistematis,

menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan

sampah. Pengelolaan bukan hanya menyangkut aspek teknis, tetapi mencakup juga

aspek non teknis, seperti bagaimana mengorganisir, bagaimana membiayai dan

bagaimana melibatkan masyarakat penghasil limbah agar ikut berpartisipasi secara

aktif atau pasif dalam aktivitas penanganan tersebut.

2.2. Sumber Sampah

Sumber sampah adalah berasal dari kegiatan orang atau kelompok orang atau

badan hukum yang menghasilkan timbulan sampah. Sampah berasal dari kegiatan

penghasil sampah seperti pasar, rumah tangga, pertokoan (kegiatan

komersial/perdaganan), penyapuan jalan, taman, atau tempat umum lainnya, dan

kegiatan lain seperti dari industri dengan limbah yang sejenis sampah. Sampah yang

dihasilkan manusia sehari-hari kemungkinan mengandung limbah berbahaya, seperti

sisa batere, sisa oli/minyak rem mobil, sisa bekas pemusnah nyamuk, sisa biosida

tanaman, dsb.

Berdasarkan sumbernya sampah dibedakan sebagai : Sampah rumah tangga,

Sampah sejenis sampah rumah tangga, dan Sampah spesifik. Sampah rumah tangga

Page 14: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

6

adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak

termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah

sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,

fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya . Sampah spesifik adalah

sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; sampah yang mengandung

limbah bahan berbahaya dan beracun; Sampah yang timbul akibat bencana; puing

bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau,

sampah yang timbul secara tidak periodik

Banyaknya sampah diukur berdasarkan satuan berat yaitu kilogram per orang

perhari (Kg/o/h) atau kilogram per meter-persegi bangunan perhari atau (Kg/m2/h)

atau kilogram per tempat tidur perhari (Kg/bed/h), dsb. Satuan volume sampah diukur

dengan liter/orang/hari (L/o/h), liter per meter-persegi bangunan per hari (L/m2/h),

liter per tempat tidur perhari (L/bed/h), dsb. Kota-kota di Indonesia umumnya

menggunakan satuan volume.

2.3. Penggolongan Sampah

Penggolongan sampah pada umumnya memiliki kesamaan di beberapa daerah

di dunia. Jenis sampah atau yang dianggap sejenis sampah, dikelompokkan

berdasarkan sumbernya seperti:

- Pemukiman: biasanya berupa rumah atau apartemen. Jenis sampah yang

ditimbulkan antara lain sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, kulit,

sampah kebun, kayu, kaca, logam, barang bekas rumah tangga, limbah

berbahaya dan sebagainya.

Page 15: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

7

- Daerah komersial: yang meliputi pertokoan, rumah makan, pasar, perkantoran,

hotel, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain kertas, kardus,

plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya dan beracun, dan

sebagainya. Institusi: yaitu sekolah, rumah sakit, penjara, pusat pemerintahan,

dan lan-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan sama dengan jenis sampah pada

daerah komersial.

- Konstruksi dan pembongkaran bangunan: meliputi pembuatan konstruksi baru,

perbaikan jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain kayu,

baja, beton, debu, dan lain-lain.

- Fasilitas umum: seperti penyapuan jalan, taman, pantai, tempat rekreasi, dan

lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain rubbish, sampah taman,

ranting, daun, dan sebagainya .

- Pengolah limbah domestik seperti Instalasi pengolahan air minum, Instalasi

pengolahan air buangan, dan insinerator. Jenis sampah yang ditimbulkan antara

lain lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya.

- Kawasan Industri: jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa proses

produksi, buangan non industri, dan sebagainya .

- Pertanian: jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk, sisa

pertanian.

Penggolongan sampah tersebut di atas lebih lanjut dapat dikelompokkan

berdasarkan cara penanganan dan pengolahannya yang meliputi:

- Komponen mudah membusuk (putrescible): sampah rumah tangga, sayuran,

buah-buahan, kotoran binatang, bangkai, dan lain-lain

Page 16: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

8

- Komponen bervolume besar dan mudah terbakar (bulky combustible): kayu,

kertas, kain plastik, karet, kulit dan lain-lain

- Komponen bervolume besar dan sulit terbakar (bulky noncombustible): logam,

mineral, dan lain-lain

- Komponen bervolume kecil dan mudah terbakar (small combustible)

- Komponen bervolume kecil dan sulit terbakar (small noncombustible)

- Wadah bekas: botol, drum dan lain-lain

- Tabung bertekanan/gas

- Serbuk dan abu: organik (misal pestisida), logam metalik, non metalik, bahan

amunisi dsb

- Lumpur, baik organik maupun non organik

- Puing bangunan

- Kendaraan tak terpakai

- Sampah radioaktif.

Pembagian yang lain sampah dari negara industri antara lain berupa:

- Sampah organik mudah busuk (garbage): sampah sisa dapur, sisa makanan,

sampah sisa sayur, dan kulit buah-buahan

- Sampah organik tak rnembusuk (rubbish): mudah terbakar (combustible)

seperti kertas, karton, plastik, dsb dan tidak mudah terbakar (non-combustible)

seperti logam, kaleng, gelas

- Sarnpah sisa abu pembakaran penghangat rumah (ashes)

- Sarnpah bangkal binatang (dead animal): bangkai tikus, ikan, anjing, dan

binatang ternak

Page 17: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

9

- Sampah sapuan jalan (street sweeping): sisa-sisa pembungkus dan sisa

makanan, kertas, daun

- Sampah buangan sisa konstruksi (demolition waste), dsb

Sampah yang berasal dari pemukiman/tempat tinggal dan daerah komersial,

selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat berkategori B3. Sampah

organik bersifat biodegradable sehingga mudah terdekomposisi, sedangkan sampah

anorganik bersifat non-biodegradable sehingga sulit terdekomposisi. Bagian organik

sebagian besar terdiri atas sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kulit,

kayu, dan sampah kebun. Bagian anorganik sebagian besar terdiri dari kaca, tembikar,

logam, dan debu. Sampah yang mudah terdekomposisi, terutama dalam cuaca yang

panas, biasanya dalam proses dekomposisinya akan menimbulkan bau dan

mendatangkan lalat.

Pada suatu kegiatan dapat dihasilkan jenis sampah yang sama, sehingga komponen

penyusunnya juga akan sama. Misalnya sampah yang hanya terdiri atas kertas, logam,

atau daun-daunan saja. Apabila tidak tercampur dengan bahan-bahan lain, maka

sebagian besar komponennya adalah seragam. Karena itu berdasarkan komposisinya,

sampah dibedakan menjadi dua macam :

- Sampah yang seragam. Sampah dari kegiatan industri pada umumnya termasuk

dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas kertas, karton

dan masih dapat digolongkan dalam golongan sampah yang seragam

- Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal dari

pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.

Page 18: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

10

Bila dilihat dari status permukiman, sampah biasanya dapat dibedakan menjadi:

- Sampah kota (municipal solid waste), yaitu sampah yang terkumpul di

perkotaan.

- Sampah perdesaan (rural waste), yaitu sampah yang dihasilkan di perdesaan.

Sampah dari rumah tinggal: merupakan sampah yang dihasilkan dari kegiatan

atau lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan istilah sampah domestik.

Dari kelompok sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa sisa makanan, plastik,

kertas, karton / dos, kain, kayu, kaca, daun, logam, dan kadang-kadang sampah

berukuran besar seperti dahan pohon. Praktis tidak terdapat sampah yang biasa

dijumpai di negara industri, seperti mebel, TV bekas, kasur dll. Kelompok ini dapat

meliputi rumah tinggal yang ditempati oleh sebuah keluarga, atau sekelompok rumah

yang berada dalam suatu kawasan permukiman, maupun unit rumah tinggal yang

berupa rumah susun. Dari rumah tinggal juga dapat dihasilkan sampah golongan B3

(bahan berbahaya dan beracun), seperti misalnya baterei, lampu TL, sisa obat-obatan,

oli bekas, dll.

Sampah dari daerah komersial: sumber sampah dari kelompok ini berasal dari

pertokoan, pusat perdagangan, pasar, hotel, perkantoran, dll. Dari sumber ini

umumnya dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca, logam, dan juga sisa

makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak dihasilkan sisa sayur, buah, makanan

yang mudah membusuk. Secara umum sampah dari sumber ini adalah mirip dengan

sampah domestik tetapi dengan komposisi yang berbeda.

Page 19: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

11

Sampah dari perkantoran / institusi: sumber sampah dari kelompok ini meliputi

perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, dll. Dari sumber ini

potensial dihasilkan sampah seperti halnya dari daerah komersial non pasar.

Sampah dari jalan / taman dan tempat umum: sumber sampah dari kelompok ini

dapat berupa jalan kota, taman, tempat parkir, tempat rekreasi, saluran darinase kota,

dll. Dari daerah ini umumnya dihasilkan sampah berupa daun / dahan pohon, pasir /

lumpur, sampah umum seperti plastik, kertas, dan lain lain.

Sampah dari industri dan rumah sakit yang sejenis sampah kota: kegiatan umum

dalam lingkungan industri dan rumah sakit tetap menghasilkan sampah sejenis

sampah domestik, seperti sisa makanan, kertas, plastik, dll. Yang perlu mendapat

perhatian adalah, bagaimana agar sampah yang tidak sejenis sampah kota tersebut

tidak masuk dalam sistem pengelolaan sampah kota.

2.4. Pengelolaan Sampah

Berdasarkan Undang Undang Nomor 18 Tahuan 2008 tentang Pengelolaan

Sampah, terdapat 2 kelompok utama pengelolaan sampah, yaitu:

a. Pengurangan sampah (waste minimization), yang terdiri dari pembatasan

terjadinya sampah (R1), guna-ulang (R2) dan daur-ulang (R3)

b. Penanganan sampah (waste handling), yang terdiri dari:

− Pemilahan: dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai

dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah

Page 20: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

12

− Pengumpulan: dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat

pengolahan sampah terpadu

− Pengangkutan: dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari

tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan

sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir

− Pengolahan: dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah

sampah

− Pemrosesan akhir sampah: dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau

residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

UU-18/2008 ini menekankan bahwa prioritas utama yang harus dilakukan oleh

semua pihak adalah bagaimana agar mengurangi sampah semaksimal mungkin.

Bagian sampah atau residu dari kegiatan pengurangan sampah yang masih tersisa

selanjutnya dilakukan pengolahan (treatment) maupun pengurugan (landfilling).

Pengurangan sampah melalui 3R menurut UU-18/2008 meliputi:

− Pembatasan (reduce): mengupayakan agar limbah yang dihasilkan

sesedikit mungkin

− Guna-ulang (reuse): bila limbah akhirnya terbentuk, maka upayakan

memanfaatkan limbah tersebut secara langsung

− Daur-ulang (recycle): residu atau limbah yang tersisa atau tidak dapat

dimanfaatkan secara langsung, kemudian diproses atau diolah untuk dapat

dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku maupun sebagai sumber enersi

Page 21: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

13

Ketiga pendekatan tersebut merupakan dasar utama dalam pengelolaan sampah,

yang mempunyai sasaran utama minimasi limbah yang harus dikelola dengan berbagai

upaya agar limbah yang akan dilepas ke lingkungan, baik melaui tahapan pengolahan

maupun melalui tahan pengurugan terlebih dahulu, akan menjadi sesedikit mungkin

dan dengan tingkat bahaya sesedikit mungkin. Gagasan yang lebih radikal adalah

melalui konsep kegiatan tanpa limbah (zero waste). Secara teoritis, gagasan ini dapat

dilakukan, tetapi secara praktis sampai saat ini belum pernah dapat direalisir. Oleh

karenanya, gagasan ini lebih ditonjolkan sebagi semangat dalam pengendalian

pencemaran limbah, yaitu agar semua kegiatan manusia handaknya berupaya untuk

meminimalkan terbentuknya limbah atau meminimalkan tingkat bahaya dari limbah,

bahkan kalau muingkin meniadakan.

Konsep pembatasan (reduce) jumlah sampah yang akan terbentuk dapat

dilakukan antara lain melalui:

− Efisiensi penggunaan sumber daya alam

− Rancangan produk yang mengarah pada penggunaan bahan atau proses

yang lebih sedikit menghasilkan sampah, dan sampahnya mudah untuk

diguna-ulang dan didaur-ulnag

− Menggunakan bahan yang berasal dari hasil daur-ulang limbah

− Mengurangi penggunaan bahan berbahaya

− Menggunakan eco-labeling

Konsep guna-ulang (reuse) mengandung pengertian bukan saja mengupayakan

penggunaan residu atau sampah terbentuk secara langsung, tetapi juga upaya yang

sebetulnya biasa diterapkan sehari-hari di Indonesia, yaitu memperbaiki barang ynag

Page 22: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

14

rusak agar dapat dimanfaatkan kembali. Bagi prosdusen, memproduksi produk yang

mempunyai masa-layan panjang sangat diharapkan. Konsep daur-ulang (recycle)

mengandung pengertian pemanfaatan semaksimal mungkin residu melalui proses, baik

sebagai bahan baku untuk produk sejenis seperti asalnya, atau sebagai bahan baku

untuk produk yang berbeda, atau memanfaatkan enersi yang dihasilkan dari proses

recycling tersebut.

Beberapa hal yang diatur dalam UU-18/2008 terkait dengan upaya minimasi

(pembatasan) timbulan sampah adalah:

a. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan:

− menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka

waktu tertentu

− memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan

− memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan −

memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang −

memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

b. Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi

yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang,

dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

c. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan

bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

Page 23: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

15

d. Pemerintah memberikan:

− insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah

− disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah

Ketentuan tersebut di atas masih perlu diatur lebih lanjut dalam bentuk Peraturan

Pemerintah agar dapat dilaksanakan secara baik dan tepat sasaran. Sebagai

pembanding, Jepang membagi stakeholders utama dalam pengelolaan sampah yang

berbasis 3R dalam 5 kelompok, yang masing-masing mempunyai peran utama dalam

membatasi sampah yang akan dihasilkan, yaitu :

a. Masyarakat penghasil sampah:

− Memahami dampak akibat sampah yang dihasilkan

− Mempertimbangkan ulang pola hidupnya

− Memilih barang dan pelayanan yang berwawasan lingkungan

− Berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sampah, misalnya pemilahan sampah

− Berpartsipasi dalam pengembangan pengelolaan sampah berbasis 3R

b. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM):

− Mempromosikan kegiatan-kegiatan positif 3R dalam level masyarakat

− Mempromosikan peningkatan kesadaran

− Menyiapkan-melakukan training dan sosialisasi

− Memantau upaya-upaya yang dilakukan oleh kegiatan bisnis dan pemerintah

− Memberikan masukan kebijakan yang sesuai

Page 24: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

16

c. Pihak Swasta:

− Menyiapkan barang dan jasa yang berwawasan lingkungan

− Melaksanakan kegiatan ’take-back’, guna-ulang dan daur-ulang terhadap produk

bekas-nya

− Mengelola limbah secara berwawasan lingkungan

− Mengembangkan sistem pengelolaan lingkungan

− Memberi informasi yang jujur kepada konsumen melalui label dan laporan

d. Pemerintah Daerah:

− Memastikan diterapkannya peraturan dan panduan

− Menyiapkan rencana tindak

− Mendorong ’green purchasing’, dan peningkatan pemahaman masyarakat

− Menjamin masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan

− Bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan 3R dan fihak bisnis

− Bertindak sebagai koordinator lokal dalam pengembangan masyarakat berwawasan

daur-bahan

− Menyedian ruang dan kesempatan untuk saling bertukar barang-bekas dan informasi

antar stakeholders

− Promosi kerjasama internasional

Page 25: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

17

e. Pemerintah Pusat:

− Mengembangkan sistem, termasuk aspek legal yang dibutuhkan

− Memberikan subsidi dan pengaturan pajak untuk fasilitas, penelitian dan

pengembangan untuk membangun masyarakat yang berwawasan daur-bahan

− Memberikan dorongan dan infoirmasi bagi warga dan LSM yang akan melaksanakan

kegiatan secara sukarela

− Menyiapakan dasar yang dibutuhkan bagi kegiatan seluruh stakeholders

− Mempromosikan kerjasama dan dialog internasional terkait dengan kegiatan 3R

2.4. Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah

Di Eropa dan USA, sekitar 30 % sampah kota merupakan bahan pengemas

(packaging). Diestimasi pula bahwa sepertiga dari seluruh produk plastik adalah untuk

penggunaan jangka pendek, yaitu sebagai pengemas produk. Pengemas untuk

makanan merupakan residu yang paling banyak dijumpai di tingkat konsumen.

Beberapa negara industri telah menerapkan program kemasan yang ramah lingkungan,

yang mensyaratkan penggunaan kemasan yang kandungan terdaur-ulangnya

maksimum, tidak mengandung bahan berbahaya, serta volume/massanya yang

sesedikit mungkin.

Terdapat berbagai tingkat fungsi pengemasan, yaitu :

− Produk yang tanpa pengemas sama sekali

− Pengemas level-1 (primary packaging): pengemas yang kontak langsung

dengan produk

Page 26: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

18

− Pengemas level-2 (secondary packaging): pengemas suplementar dari

primary packaging

− Pengemas level-3 (tertiary packaging): pengemas yang dibutuhkan untuk

pengiriman.

Beberapa jenis produk kadang membutuhkan kemasan yang komplek, terdiri

dari beragam komponen dengan pengemasan yang berbeda karena mempunyai fungsi

yang berbeda. Dengan mengurangi pengemas ini, maka akan mengurangi sampah

yang harus ditangani serta akan mengurangi biaya pengangkutan. Namun dermikian,

tidak semua pengemas otomatis akan menghasilkan limbah yang harus ditangani,

karena beberapa di antaranya berupa kemasan yang dapat dipakai berulang-ulang,

seperti botol minuman.

Pengemas yang diinginkan adalah yang mudah dipisahkan satu dengan lain.

Pengemas yang sulit dipisah misalnya bahan polyethylene yang dilapis karton,

disatukan dengan lem secara kuat dan sebagainya, yang sulit untuk dipisahkan satu

dengan lainnya. Dengan demikian dalam konsep reduksi sampah, tingkatan pengemas

yang diinginkan adalah :

− Tanpa packaging

− Minimal packaging

− Consumable, returnable, reusable packaging

− Recyclable packaging

Page 27: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

19

Bahan buangan berbentuk padat, seperti kertas, logam, plastik adalah bahan yang

biasa didaur-ulang. Bahan ini bisa saja didaur-pakai secara langsung atau harus

mengalami proses terlebih dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Bahan buangan ini

banyak dijumpai, biasanya merupakan bahan pengemas produk. Bahan inilah yang

pada tingkat konsumen kadang menimbulkan permasalahan, khususnya dalam

pengelolaan sampah kota. Di negara industri, pengemas yang mudah didaur-ulang

akan menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan nilai saing produk tersebut di

pasar.

UU-18/2008 menggaris bawahi bahwa pengurangan sampah dilakukan sebelum

sampah tersebut terbentuk, misalnya melalui penghematan penggunaan bahan.

Kewajiban pengurangan sampah ditujukan bukan saja bagi konsumen, tetapi juga

ditujukan pada produsen produk. Di Indonesia, upaya mereduksi sampah masih belum

mendapat perhatian yang baik karena dianggap rumit dan tidak menunjukkan hasil

yang nyata dalam waktu singkat. Upaya mereduksi sampah sebetulnya akan

menimbulkan manfaat jangka panjang seperti:

− Mengurangi biaya pengelolaan dan investasi.

− Mengurangi potensi pencemaran air dan tanah.

− Memperpanjang usia TPA.

−Mengurangi kebutuhan sarana sistem kebersihan.

− Menghemat pemakaian sumber daya alam.

Page 28: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

20

Salah satu upaya sederhana, namun sangat sulit dibiasakan di Indonesia

khususnya pada masyarakat urban, adalah pembatasan adanya sampah sebelum barang

yang kita gunakan menjadi sampah, melalui penggunaan bahan berulang-ulang,

seperti penggunaan kantong plastik yang secara ’manja’ disediakan secara berlimpah

bila kita berbelanja di toko. Membawa kantong sendiri adalah salah satu upaya yang

sangat dianjurkan agar timbulan sampah dapat dikurangi. Di Jepang, terdapat seni

membuat kantong dari kain biasa untuk membawa barang keperluan sehari-hari

termasuk barang yang dibeli dari toko atau pasar, yaitu Furoshiki (Gambar 3.2). Kain

tersebut sebelum digunakan, biasanya dilipat secara rapi, dan disimpan dalam tas

tangan yang digunakan sehari-hari. Jepang termasuk negara dengan kebijakan

Pemerintahnya yang sangat mendorong upaya 3R, termasuk upaya pembatasan

limbah, bukan saja terhadap penghasil sampah rumah tangga, juga terhadap kegiatan

industri dan pengusaha lainnya.

Terkait dengan pengemas produk yang dibahas di atas, maka peran produsen

yang menggunakan pengemas untuk memasarkan produknya menjadi mata rantai awal

yang diatur oleh UU tersebut. Dikenal konsep Extended Producer Responsibility

(EPR), yaitu strategi yang dirancang dengan menginternalkan biaya lingkungan ke

dalam biaya produksi sebuah produk, tidak terbatas pada produk utamanya, tetapi

termasuk pula pengemas dari produk utama tersebut. Dengan demikian biaya

lingkungan, seperti biaya penangan residu atau limbah yang muncul akibat

penggunaan produk tersebut menjadi bagian dari komponen harga produk yang

dipasarkan tersebut. Disamping mendorong produsen untuk menerapkan EPR, di

beberapa negara maju, peran dan tanggung jawab produsen dimasukkan dalam

pengelolaan limbah secara menyeluruh yang dikenal sebagai internalisasi biaya

Page 29: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

21

lingkungan dalam biaya produk. Dengan demikian, biaya penanganan limbah dan

dampaknya sudah termasuk di dalamnya.

Dalam usaha mengelola limbah atau sampah secara baik, ada beberapa

pendekatan teknologi, di antaranya penanganan pendahuluan. Penanganan

pendahuluan umumnya dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur-

ulang yang lebih baik dan memudahkan penanganan yang akan dilakukan. Penanganan

pendahuluan yang umum dilakukan saat ini adalah pengelompokan limbah sesuai

jenisnya, pengurangan volume dan pengurangan ukuran. Usaha penanganan

pendahuluan ini dilakukan dengan tujuan memudahkan dan mengefektifkan

pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur-ulang. Dalam pengelolaan

sampah, upaya daur-ulang akan berhasil baik bila dilakukan pemilahan dan pemisahan

komponen sampah mulai dari sumber sampai ke proses akhirnya.

Upaya pemilahan sangat dianjurkan dan hendaknya diprioritaskan sehingga

termasuk yang paling penting didahulukan. Persoalannya adalah bagaimana

meningkatkan keterlibatan masyarakat. Pemilahan yang dianjurkan adalah pola

pemilahan yang dilakukan mulai dari level sumber atau asal sampah itu muncul,

karena sampah tersebut masih murni dalam pengertian masih memiliki sifat awal yaitu

belum tercampur atau terkontaminasi dengan sampah lainnya.

Terminologi daur-ulang di Indonesia sudah cukup lama digunakan, namun

selama ini pengertiannya bukan hanya identik dengan recycle, tapi digunakan juga

untuk menjelaskan aktivitas lain, seperti reuse dsb. Jadi terminologi ’daur-ulang’ di

Indonesia biasanya digunakan untuk seluruh upaya pemanfaatan kembali. Sebelum

terminologi 3R menjadi acuan umum dalam penanganan sampah dikenal beragam

Page 30: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

22

terminologi yang menggunakan ”R”, seperti recovery, reduce, reuse, recycle,

refurbishment, repair, sampai kepada rethinking dan masih banyak lagi.

- Reduce: upaya mengurangi terbentuknya limbah, termasuk penghematan atau

pemilihan bahan yang dapat mengurangi kuantitas limbah serta sifat bahaya

dari limbah

- Recovery: upaya untuk memberikan nilai kembali limbah yang terbuang,

sehingga bisa dimanfaatkan kembali dalam berbagai bentuk, melalui upaya

pengumpulan dan pemisahan yang baik.

- Reuse: upaya yang dilakukan bila limbah tersebut dimanfaatkan kembali tanpa

mengalami proses atau tanpa transformasi baru, misalnya botol minuman

kembali menjadi botol minuman

- Recycle: misalnya botol minuman dilebur namun tetap dijadikan produk yang

berbasis pada gelas. Bisa saja terjadi bahwa kualitas produk yang baru sudah

mengalami penurunan dibanding produk asalnya. Kosa kata inilah yang paling

sering digunakan. Mungkin dalam bahasa Indonesia kosa kata yang sepadan

adalah daur-ulang.

- Reclamation: bila limbah tersebut dikembalikan menjadi bahan baku baru,

seolah-olah sumber daya alam yang baru. Limbah tersebut diproses terlebih

dahulu, sehingga dapat menjadi input baru dari suatu kegiatan produksi, dan

dihasilkan produk yang mungkin berbeda dibanding produk asalnya.

Daur-ulang limbah tidak selalu harus diartikan bahwa upaya ini adalah yang

paling baik, sehingga harus selalu dilaksanakan. Pilihan daur-ulang hendaknya disertai

alasan yang rasional seperti bagaimana aspek biaya, enersi, dan kualitas produk yang

dihasilkan. Dari sudut permasalahan sampah di suatu kota atau daerah, maka harus

Page 31: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

23

dilihat bahwa sekian ratus atau ribu ton sampah harus ditangani setiap tahun, sebagian

besar penanganannya hanya dengan pengurugan sederhana, dan hanya sebagian kecil

saja yang didaur-ulang atau dikompos. Daur-ulang akan merupakan salah satu solusi

bersama solusi yang lain yang perlu dipertimbangkan.

Secara sederhana, daur-ulang adalah upaya untuk mendapatkan sesuatu yang

berharga dari sampah, seperti kertas koran diproses agar tinta-nya disingkirkan

(deink), atau repulping yang akan dihasilkan bahan kertas baru. Dikenal terminologi

lain, seperti reuse, direct recycling, indirect recycling:

− Reuse: contoh botol minuman, dipakai ber-ulang dari produsen minuman

ke konsumen setelah melalui proses pencucian dan pengisian minuman.

Reuse adalah opsi yang paling diinginkan, karena enersi dan biaya yang

dibutuhkan paling sedikit

− Direct recycling: contoh botol minuman, suatu ketika botol tersebut setelah

tiba di produsen minuman dianggap kurang layak untuk diteruskan, lalu

botol tersebut dikirim ke pabrik pembuat botol untuk dilebur untuk

dijadikan bahan pembuat botol baru. Biaya yang dibutuhkan akan lebih

tinggi dibandingkan reuse. Bila bahan cullet (bahan kaca) ini ternyata lebih

mahal dibandingkan biaya dari bahan baku murni, misalnya karena adanya

biaya pengangkutan, maka opsi ini jelas kurang menguntungkan untuk

diteruskan. Bahan yang diproses dengan cara ini kemungkinan mengalami

degradasi dari segi kualitas, misalnya kertas atau plastik. Serat kertas yang

diproses berulang-ulang akan mengalami penurunan kualitas, ukurannya

akan tambah lama tambah memendek. Jadi aspek biaya dan kualitas perlu

Page 32: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

24

menjadi perhatian utama pada saat memutuskan apakah perlu dilakukan

direct recycling.

− Indirect recycling: misalnya botol minuman di atas, ternyata dari sudut

kualitas bahan kurang baik, sudah pecah dan bercampur dengan gelas

warna lain yang, serta pengotor lain. Untuk memisahkan dibutuhkan upaya

yang mengakibatkan biayanya menjadi mahal. Maka pemanfaatan lanjut

adalah, bahan ini digunakan sebagai campuran bahan pelapais dasar

pembuatan jalan. Plastik yang ternyata tidak dapat digunakan sebagai

bahan baku pembuatan wadah yang baik, akan mengalami penurunan

derajat, misalnya digunakan untuk bahan baku barang yang tidak

membutuhkan persyaratan estetika (warna, dsb) atau sifat-sifat lain. Atau

dimanfaatkan sebagai sumber enersi (a) memproduksi gas bahan bakar

dalam prirolisis atau (b) bahan bakar langsung dalam pabrik semen dalam

eco-cement. Proses indirect recycling ini dinilai mempunyai level yang

terendah, Biasanya, bila sebuah bahan telah mengalami proses indirect

recycling, akan sulit dan mahal biayanya bila hendak didaur-ulang kembali,

apalagi bila hendak dikembalikan pada posisi sebagai raw-material aslinya.

Penanganan akhir dari bahan yang demikian adalah biasanya landfilling

atau insinerasi. Jadi sebetulnya landfilling atau insinerasi adalah digunakan

sebagai upaya menangani limbah yang telah tidak mempunyai nilai lagi

untuk didaur-ulang.

Page 33: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

25

2.5. Pengeolahan Sampah untuk Energi ( Waste To Energy /WTE)

Sistem Waste-to-Energy (WTE) membakar sampah kota non-B3 untuk

menghasilkan listrik dan/atau uap air, dan sekaligus mensteril dan mengurangi volume

sampah yang dibutuhkan untuk landfill. Pemerintah Amerika Serikat menggunakan

sistem untuk memproses sekitar 95.000 ton sampah perhari atau 35 juta ton per tahun,

yang merupakan 17% dari total sampah yang dihasilkan, dan menghasilkan sekitar

2.500 MW listrik. Di Eropa, fasilitas WTE memproses sekitar 56 juta ton per-tahun.

Denmark memproses lebih dari 80% sampahnya dengan WTE, sedang di Jepang lebih

dari 60%. WTE dianggap sebagai alternatif sumber enersi terbarukan dan US-EPA

menyimpulkan bahwa WTE dinilai menghasilkan listrik dengan dampak lingkungan

terendah dibandingkan pembangkit listrik dari sumber yang lain.

WTE saat ini bukan lagi sekedar membakar mix-waste tanpa pemilahan, tetapi

sistem WTE melalui refused-derived-fuel (FDR), dimana sampah dipilah, dirajang,

dan dibuat pelet (briket) bahan bakar. Di Jepang misalnya, mereka melarang sampah

berbahan PVC, atau bahan plastik mengandung chloride lainnya masuk ke sistem

pembakaran. Sistem WTE yang sekarang banyak digunakan dianggap perlu

ditingkatkan, misalnya dengan sistem pelelehan (melting) pada temperatur yang lebih

tinggi yang memungkinkan abu direduksi menjadi elemen-elemen pembentuknya,

yang selanjutnya dapat direcovery. Reduksi panas yang akan diemisikan ke luar

cerobong juga dirancang berlangsung secara sangat cepat, karena dianggap penurunan

panas yang biasa akan berpotensi kembali terbentuknya dioxin.

Page 34: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

26

WTE bekerja layaknya pembangkit listrik biasa, yang membedakannnya adalah

bahan bakarnya adalah sampah, bukan solar, batu-bara atau gas. Prinsip WTE adalah

sejalan dengan pembangkit listrik tenaga batubara (coal fire power plant), yaitu:

− Bahan bakar dibakar, menghasilkan panas

− Panas terbentuk menguapkan air

− Uap dengan tekanan tinggi memutar sudu (blade) generator turbin untuk

menghasilkan listrik

− Listrik yang dihasilkan digunakan untuk berbagai keperluan

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Pemerintah USA, sejak tahun 2000

fasilitas WTE sudah disesuaikan dengan standar pengendalian pencemaran dari Clean

Air Act Section 129, dengan peralatan kontrol standar, yaitu:

− Baghouse: bekerja layaknya vacuum cleaner raksasa, dengan fabric filter

bag yang membersihkan udara dari asap dan logam berat

− Scrubber: menyemprotkan bubur kapur dan air ke dalam uap panas, yang

menetralkan gas asam, dan meningkatkan penangkapan merkuri pada udara

yang ke luar

− Selective non-catalytic reduction: mengkonversi NOx, penyebab kabut

asap (smog), menjadi nitrogen, dengan menyemprotkan ammonia atau urea

ke dalam tungku panas

− Sistem carbon injection: menyemprotkan karbon aktif ke dalam exhaust

gas untuk menjerab (sorbsi) logam berat ldan sekaligus mengontrol emisi

organik lain seperti dioxin

Page 35: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

27

− Abu hasil pembakatan, sekitar 10% volume, sesuai uji pelindian di USA

leaching test aman untuk digunakan kembali dan diurug, atau sebagai

bahan penutup landfill, karena mempunyai sifat seperti mortar yang

mengeras bila telah dipakai.

− Sejumlah WTE dirancang/dioperasikan sebagai co-generation, yang

memanfaatkan juga uap sebagai pemanas, sehingga sistem ini dianggap

lebih unggul dibandingkan pembangkit listrik tradisional.

Sistem WTE tergantung pada sumber enersi terbarukan, yaitusampah yang tidak

dapat didaur-ulang atau yang non-B3. Di negara industri dimana sampahnya banyak

mengandung kertas dan plastik, serta sistem pengumpulan yang tertutup sehingga

kadar air sampah lebih kecil, diperkirakan sekitar 1 ton sampah mempunyai nilai panas

sekitar 0,5 ton batubara, sehingga paling banyak menghasilkan listrik setara 0,5 ton

batu-bara. US-EPA telah mengembangkan web-site Clean Energy untuk informasi

perbandingan dampak beragam sumber enersi terhadap lingkungan, yaitu sumber gas

alam, batu-bara, minyak, enersi nuklir, sampah kota, hydroelectricity, dan non-

hydroelectricity-renewable energy.

Sampah dianggap sebagai sumber enersi terbarukan, yang terdiri dari sisa

makanan, kertas, dan kayu, termasuk bahan non-renewable yang berasal dari bahan

bakar fosil seperti plastik dan karet. Namun sampah bukanlan bahan bakar, sehingga

enersi yang dapat digunakan tidak bisa disamakan dengan sumber enersi biasa seperti

minyak bumi dan batu-bara. Pada pembangkit listrik, sampah di-unloaded dari truk,

dicacah, atau diproses agar memudahkan penanganannya, lalu dipasok pada boiler

untuk menghasilkan uap, yang dapat memutar turbin uap yang menghasilkan listrik.

Di USA instalasi pembangkit listrik diatur oleh peraturan Federal dan Negara bagian,

Page 36: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

28

dan beragam variasi dampak yang dapat ditimbulkan. Walaupun sampah termasuk

sumber enersi terbarukan, tetapi kehadirannya banyak menimbulkan kontroversi,

karena emisi pencemar yang dihasilkan.

Pembakaran sampah akan menghasilkan NOx dan SOx serta sejumlah pencemar

lain, seperti senyawa merkuri dan dioxin. WTE sampah akan menghasilkan CO2,

sumber utama green-house gas (GHG). Terdapat 2 pendapat yang berbeda dalam hal

GHG ini, yaitu:

− Diabaikan karena dianggap bagian dari siklus karbon bumi (earth’s natural

carbon cycle)

− Diperhitungkan, karena pembakaran sampah juga menghasilkan CO2 yang

dianggap bukan bagian dari earth’s atmosphere untuk jangka panjang.

Disamping itu, komponen sampah juga mengandung bahan yang berasal

dari sumber enersi fosil.

Variasi komposisi sampah menaikkan perhatian terhadap pembakaran sampah

kota, karena dapat mengandung batere, ban-bekas, dan bahan toksik lain yang

terkandung dalam sampah kota. Oleh karenanya, sejumlah variasi teknologi

pengendali pencemaran udara ketat diterapkan pada WTE sampah kota di negara-

negara Jepang, Eropa di USA.

2.6. Pengolahan Sampah Secara Pirolisa dan Gasifikasi

Di luar proses pembakaran sampah dengan insinerator, maka proses lain yang

banyak digunakan dalam konversi biomas secara termal adalah pirolisis dan gasifikasi,

yaitu proses destruksi menggunakan panas tanpa kehadiran oksigen, atau sedikit

Page 37: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

29

oksigen. Proses ini bertujuan mengkonversi biomas padat menjadi gas, cair (tar) dan

padat (arang):

− Pirolisis: berlangsung tanpa kehadiran oksigen sama-sekali, menggunakan

sumber enersi dari luar untuk menggerakan reaksi pirolisa yang bersifat

endotermis

− Gasifikasi bersifat self sustaining, menggunakan udara atau oksigen yang

terbatas untuk pembakaran sebagian dari biomas

Sebagian besar meteri organik secara termal tidak stabil, sehingga dapat

dipanaskan tanpa kehadiran oksigen dan akan menghasilkan gas, liquid, padat. Produk

yang dihasilkan adalah tergantung pada panas yang berlangsung dalam reactor.

− Gas/uap: mengandung hidrogen, metan, CO CO2, dan beraneka ragam gas,

yang tergantung dari karakteristik biomasnya

− Bagian cair: mengandung tar atau oil stream yang mengandung asam

asetat, aseton, metanol, dan hidrokarbon kompleks, yang dapat digunakan

sebagai bahan bakar

− Arang (char) yang berupa karbon murni, disertai materi-materi solid lain

dari biomas asal.

2.7. Proses Termal dengan Gasifikasi Plasma

Filosofi Zero-Waste (Tanpa-Limbah), yaitu daur-ulang seluruh bahan kembali

ke alam atau ke pasar sebagai unsur ekonomi, dengan penekanan pada perlindungan

kesehatan manusia dan alam, tampaknya mendekati produk yang dihasilkan melalui

proses gasifikasi plasma. Teknologi plasma merupakan teknologi yang telah mapan.

Industri baja sejak lama menggunakan teknologi ini untuk melelehkan baja. Plasma

Page 38: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

30

adalah gas yang terionisasi dalam udara super-panas. Sebuah busur (torch) plasma

memanaskan udara secara reguler. Temperatur di dalam busur sampai mencapai

14.000 oC. Akibatnya, temperatur di luar yang berkontak dengan bahan yang akan

didestruksi akan mempunyai temperatur sampai 4.400 oC. Sumber enersi dari busur

adalah listrik. Udara super panas ini akan secara termal mendegradasi material yang

kontak dengannya. Gasifikasi plasma menggunakan sumber panas dari luar untuk

menggasifikasi material. Temperatur yang sangat tinggi tersebut kemudian perlu

diturunkan sampai 300oC atau kurang sesuai dengan standar yang berlaku. Dengan

demikian akan terjadi penurunan sensible heat, yang akan menghasilkan uap

bertekanan tinggi yang kemudian dapat diumpankan pada turbin uap untuk

menghasilkan enersi listrik.

Sampah diumpankan ke transformer termal yang dikenal sebagai reaktor atau

plasma gasifier. Busur (torches) plasma yang terletak di dasar reaktor akan

menghasilkan panas, dengan suhu berkisar antara 2.750 - 4.400 oC (5.000 – 8.000oF),

bandingkan dengan WTE modern yang baik, yang hanya bekerja dengan temperatur

paling tinggi 1.200 oC. Karena prosesnya destruksi total secara termal, maka tidak

dibutuhkan pemilahan atau pre-treatment sampah terlebih dahulu, kecuali pemotongan

untuk menyesuaiakan dengan kebutuhan reactor, seperti kulkas, AC dsb. Barang-

barang elektrik-elektronik tersebut merupakan hal yang biasa dijumpai dalam rantai

pengelolaan sampah di negara maju, walaupun mereka sudah menerapkan upaya daur-

ulang dengan teknologi canggih. Freon pada AC harus dikeluarkan terlebih dahulu.

Limbah medical biasanya diolah terpisah dari sampah.

Teknologi ini dapat memproses segala jenis bahan, tidak membutuhkan

pemilahan dan tidak terpengaruh oleh kadar air bahan yang dimasukkan. Temperatur

Page 39: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

31

tinggi dari busur plasma, akan melelehkan seluruh bahan anorganik yang ada. Tanah

kaca dsb akan leleh menjadi unsur-unsur membentuk vitrified (molten) glass. Unsur-

unsur logam juga leleh dan membentuk unsure-unsur logam, yang dapat dipisahkan

dari residu berbentuk gelas. Hampir seluruh karbon yang terkandung dari material

yang diolah akan dikonversi menjadi bahan bakar gas. Produk tar dan arang tidak

terjadi, karena semuanya dikonversi menjadi gas. Tidak terbentuk furan atau dioxin.

Sebagian besar partikulat dikembalikan kembali ke proses, sehingga dapat bergabung

menjadi vitrified glass. Praktis tidak ada abu seperti dalam proses insinerasi/WTE,

sehingga tidak butuh lagi landfill, kecuali untuk bahan dasar yang belum mempunyai

nilai ekonomi. Gas keluar dari cerobong juga akan menjadi bersih karena tidak

dihasilkan partikulat atau fly ash. Gas buang yang dihasilkan lebih bersih dibanding

proses gasifikasi biasa, dan hanya mengandung sangat sedikit elemen-elemen dalam

partikulat. Elemen-elemen pencemar udara yang masih tersisa seperti HCl, sulfur tetap

perlu ditangani sebagaimana layaknya seperti dalam proses WTE.

Perbedaan dasar teknologi gasifikasi plasma dengan gasifikasi biasa adalah

pada temperatur yang digunakan untuk mendestruksi material. Gasifikasi biasa bekerja

pada rentang temperatur 370 – 815 oC. Gasifikasi merupakan partial combustor

dimana hanya sebagian karbon yang di-”bakar” untuk mendukung reaksi, karena

temperatur rendah tidak akan dapat menguraikan seluruhnya. Produk yang dihasilkan

tidak sebersih gasifikasi plasma. Permasalahan utama gasifikasi adalah timbulnya tar

yang sulit dikeluarkan dari reaktor. Adanya arang sebagai residu membutuhkan

landfill. Selain itu, sampah harus cukup kering, berukuran yang relatif homogen.

Seperti halnya pirolisis dan gasifikasi, pada gasifikasi plasma material organik

tidak terbakar seperti di WTE, tetapi langsung ditransformasi menjadi gas sebagai CO,

Page 40: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

32

H2, nitrogen dan uap air, yang sebagian masih mengandung enersi. Gas ini merupakan

sumber enersi lain, selain panas yang dihasilkan. Bila mengadung komponen khlor,

maka elemen ini dengan cepat akan bereaksi dengan H+ membentuk HCl.

Page 41: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Peralatan Penelitian

3.1.1. Bahan Penelitian

Bahan penelitian adalah sampah yang berasal dari wilayah Kota Denpasar,

Kabupaten Badung dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Suwung. Total 15 Sampel

sampah di ambil untuk mewakili ketiga lokasi. Sampel dari Kota Denpasar diambil

4 (empat) buah; Kabupaten Badung diambil 4 (empat) sampel, dan 7 (tujuh) sampel

diambil dari TPA Suwung.

3.1.2. Peralatan Penelitian

1). Peralatan Pengambilan Sampel

Peralatan yang dipergunakan dalam pengambilan sampel penelitian meliputi:

Dua buah kendaraan Pick Up untuk pengangkutan.

Plastik Waterproff ( plastic film 5x5 m) untuk tempat sampel.

Plastik press ukuran 5x5 m.

Sarung tangan untuk pengambil sampel sampah.

Storage Box ukuran medium ( 60 cm x 45 cm).

Timbangan ukuran 250 kg dan 25 kg.

Pembungkus Plastik Vacuum ( 80 cm x 60 cm).

Pompa Vacum.

Pembungkus sampah plastik besar (100 cm x 80 cm).

Sepatu hujan.

Page 42: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

34

Kertas label.

2). Peralatan Analisis.

Peralatan analisis yang digunakan meliputi:

Timbangan Analitik.

Timbangan ukuran 25 kg.

Reagen untuk analisis Karbon, Hidrogen,Oksigen,Nitrogen,Sulfur, dan Klor.

Desikator.

Open

Peralatan gelas.

Spectrophotometer.

3.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Analisis Kualitas Lingkungan KSL-

FMIPA Universitas Udayana.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Penyiapan Bahan Penelitian

Sampah diambil dari loaksi yang dipilih dengan diupayakan agar sifatnya

mewakili sampah yang berada di lokasi TPS. Selanjutnya sampah diambil dan

dimasukan kedalam pembungkusnya. Sampah dibungkus dalam plastik yang

divacuum untuk mengurangi resiko dekomposisi. Sampah disimpan dalam plastik box

yang diisi dengan pendingin nitrogen untuk di bawa ke laboratorium.

Page 43: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

35

3.3.2. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk beberapa jenis analisis yaitu:

1). Komposisi fisik sampah.

Komposisi sampah dianalisis untuk mengetahui kandungan sampah dapur, kertas,

plastik/karet, tekstil, kayu/bambu, debu/tanah, pecahan batu/keramik,

kaca,logam,dan campuran lainnya.

2). Analisis Industri.

Sampel dianalisis kandungan debu, bahan mudah terbakar, dan campuran karbon.

3). Analisis Unsur.

Sampel dianalisis dengan reagen kimia untuk mengetahui kandungan karbon (C),

hidrogen(H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), dan klor (Cl). Reagen yang

digunakan adalah Reagen Lammotte,USA.

4). Analisis Nilai Kalor.

Kandungan air sampel dianalisis dengan penguapan di dalam oven pada suhu 100 oC.

Beratnya diukur hingga berat konstan.

3.3.3. Standar Analisis

Standar analisis dilakukan dengan acuan CJ/T 313-2009 Standard of the Town

Construction Industry of Peoples Republic of China dan SNI 19-3964-1995 tentang

Spesifikasi Sampah Perkotaan.

Page 44: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Karakteristik Sampel

4.1.1.Analisis Komposisi Fisik

1). Sampah di Kota Denpasar.

Berdasarkan hasil analisis fisik sampah yang diambil di Kota Denpasar, dapat

ditampilkan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Komposisi Fisik Sampah di Kota Denpasar

No Kandungan Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV

% % % %

1 Residu

Material Dari

Dapur

++++ 63.20 ++++ 66.80 ++++ 68.20 ++++ 71.30

2 Kertas + 8.80 + 9.50 ++ 17.80 + 8.40

3 Plastik dan

Karet

++ 22.80 ++ 18.40 ++ 18.50 ++ 14.40

4 Tekstil/Kain + 1.20 + 1.20 + 3.60 + 2.30

5 Kayu dan

Bambu

+ 2.50 + 2.80 + 1.20 + 1.80

6 Debu dan

Tanah

+ 1.50 + 1.30 + 1.60 + 1.80

7 Keramik 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

8 Gelas/Kaca 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

9 Logam 0 0.00 0 0.00 + 1.40 0 0.00

10 Lainnya 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Keterangan:

0 = Tidak ada

+ = Sangat Sedikit, < 10 %

++ = Sedikit, <10 % s.d. 30 %

+++ = Sedang, < 30 % s.d. < 60 %

++++ = Banyak, < 60 % s.d. < 80 %

+++++ = Sangat Banyak, < 80 % s.d. 99 %

++++++ = Semuanya, 100 %

Page 45: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

37

2).Sampah di Kabupaten Badung

Berdasarkan analisis fisik sampah yang diambil dari Kabupaten Badung, dapat

ditampilkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Komposisi Fisik Sampah di Kabupaten Badung

No Kandungan Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV

% % % %

1 Residu

Material Dari

Dapur

++++ 61.50 ++++ 62.60 ++++ 64.50 ++++ 66.20

2 Kertas + 7.20 + 8.40 + 9.50 + 8.60

3 Plastik dan

Karet

++ 18.20 ++ 11.30 ++ 12.20 ++ 11.40

4 Tekstil/Kain + 3.80 + 4.10 + 3.80 + 6.40

5 Kayu dan

Bambu

+ 6.80 + 7.30 + 5.40 + 3.80

6 Debu dan

Tanah

+ 0.50 + 1.30 + 1.40 + 2.20

7 Keramik + 0.40 + 0.80 0 0.00 0 0.00

8 Gelas/Kaca + 0.20 + 1.80 0 0.00 + 1.40

9 Logam + 1.40 + 2.40 + 3.20 0 0.00

10 Lainnya 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Keterangan:

0 = Tidak ada

+ = Sangat Sedikit, < 10 %

++ = Sedikit, <10 % s.d. 30 %

+++ = Sedang, < 30 % s.d. < 60 %

++++ = Banyak, < 60 % s.d. < 80 %

+++++ = Sangat Banyak, < 80 % s.d. 99 %

++++++ = Semuanya, 100 %

Page 46: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

38

3). Sampah di TPA Suwung.

Berdasarkan analisis fisik sampah yang diambil di TPA Suwung, dapat ditampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Komposisi Fisik Sampah di TPA Suwung

No Kandungan Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV Sampel V Sampel VI Sampel VII

% % % % % % %

1 Residu Material Dari Dapur ++ 58.40 ++ 56.90 ++ 46.40 ++ 56.60 ++ 55.70 ++ 46.30 ++ 50.40 2 Kertas + 4.60 + 7.90 + 8.40 + 4.70 + 3.80 + 5.90 + 7.20 3 Plastik dan Karet ++ 15.80 ++ 16.40 ++ 22.20 ++ 21.80 ++ 18.20 ++ 23.60 ++ 19.20 4 Tekstil/Kain + 3.40 + 2.80 + 6.20 + 5.80 + 4.80 + 5.20 + 3.80 5 Kayu dan Bambu + 3.20 + 6.10 + 5.80 + 2.40 + 2.30 + 7.90 + 6.90 6 Debu dan Tanah + 4.80 + 5.20 + 6.20 + 4.40 + 6.20 + 7.20 + 3.40 7 Keramik + 2.50 + 0.00 + 2.40 + 1.50 + 1.60 + 2.30 + 1.50 8 Gelas/Kaca + 4.50 + 3.20 + 1.20 + 1.20 + 3.20 + 1.20 + 2.20 9 Logam + 2.80 + 1.50 + 1.20 + 1.60 + 4.20 + 0.40 + 5.40 10 Lainnya 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Keterangan:

0 = Tidak ada

+ = Sangat Sedikit, < 10 %

++ = Sedikit, <10 % s.d. 30 %

+++ = Sedang, < 30 % s.d. < 60 %

++++ = Banyak, < 60 % s.d. < 80 %

+++++ = Sangat Banyak, < 80 % s.d. 99 %

++++++ = Semuanya, 100 %

Page 47: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

39

4.1.2. Analisis Industri

1). Analisis Industri Sampah di Kota Denpasar

Analisis industri sampah di Kota Denpasar dilakukan dengan mengukur

kondisi sampel sampah yang sudah mengalami dekomposisi sementara. Berdasarkan

pengamatan visual dan pengukuran organoleptik, didapatkan kondisi analisis industri

sampah di Kota Denpasar seperti pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Analisis Industri Sampah di Kota Denpasar

No Kandungan Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV

% % % %

1 Uap Air +++ 30.50 +++ 28.80 +++ 22.50 +++ 26.90 2 Debu + 5.50 + 6.30 + 4.80 + 5.20 3 Zat

Mudah

Menguap

+ 6.40 + 7.40 + 7.20 + 6.20

4 Campuran

Karbon

+++ 33.80 +++ 30.20 +++ 32.70 +++ 28.50

5 Lainnya ++ 23.80 ++ 27.30 ++ 32.80 ++ 33.20

Keterangan:

0 = Tidak ada

+ = Sangat Sedikit, < 10 %

++ = Sedikit, <10 % s.d. 30 %

+++ = Sedang, < 30 % s.d. < 60 %

++++ = Banyak, < 60 % s.d. < 80 %

+++++ = Sangat Banyak, < 80 % s.d. 99 %

++++++ = Semuanya, 100 %

Page 48: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

40

2). Analisis Industri Sampah di Kabupaten Badung

Analisis industri sampah di Kabupaten Badung dilakukan dengan mengukur

kondisi sampel sampah yang sudah mengalami dekomposisi sementara. Berdasarkan

pengamatan visual dan pengukuran organoleptik, didapatkan kondisi analisis industri

sampah di Kabupaten Badung seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Analisis Industri Sampah di Kabupaten Badung

No Kandungan Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV

% % % %

1 Uap Air ++ 28.20 ++ 27.50 ++ 28.50 ++ 27.70

2 Debu + 6.80 + 5.40 + 5.20 + 4.80

3 Zat

Mudah

Menguap

+ 5.80 + 6.80 + 5.90 + 7.40

4 Campuran

Karbon

+++ 38.40 +++ 32.20 +++ 36.20 ++ 27.20

5 Lainnya ++ 20.80 ++ 28.10 ++ 24.20 +++ 32.90

Keterangan:

0 = Tidak ada

+ = Sangat Sedikit, < 10 %

++ = Sedikit, <10 % s.d. 30 %

+++ = Sedang, < 30 % s.d. < 60 %

++++ = Banyak, < 60 % s.d. < 80 %

+++++ = Sangat Banyak, < 80 % s.d. 99 %

++++++ = Semuanya, 100 %

Page 49: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

41

3). Analisis Industri Sampah di TPA Suwung

Analisis industri sampah di TPA Suwung dilakukan dengan mengukur kondisi sampel sampah yang sudah mengalami dekomposisi

sementara. Berdasarkan pengamatan visual dan pengukuran organoleptik, didapatkan kondisi analisis industri sampah di TPA Suwung

seperti pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Analisis Industri Sampah di TPA Suwung

No Kandungan Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV Sampel V Sampel VI Sampel VII

% % % % % % %

1 Uap Air +++ 32.80 +++ 35.80 +++ 32.50 +++ 38.30 +++ 35.10 +++ 32.90 +++ 38.20

2 Debu + 8.30 + 9.20 + 7.90 + 6.80 + 7.60 + 8.40 + 6.20

3 Zat

Mudah Menguap

++ 11.30 ++ 10.20 ++ 10.40 + 9.90 ++ 11.20 ++ 12.30 ++ 12.80

4 Campuran Karbon ++ 22.70 ++ 21.60 ++ 23.50 ++ 22.80 ++ 24.90 ++ 22.20 ++ 22.60

5 Lainnya ++ 24.90 ++ 23.20 ++ 25.70 ++ 22.20 ++ 21.20 ++ 24.20 ++ 20.20

Keterangan:

0 = Tidak ada

+ = Sangat Sedikit, < 10 %

++ = Sedikit, <10 % s.d. 30 %

+++ = Sedang, < 30 % s.d. < 60 %

++++ = Banyak, < 60 % s.d. < 80 %

+++++ = Sangat Banyak, < 80 % s.d. 99 %

+++++ = Semuanya, 100 %

Page 50: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

42

4.1.3. Analisis Unsur

1). Analisis Unsur Sampah di Kota Denpasar.

Analisis unsur sampah di Kota Denpasar dilakukan untuk mengetahui kandungan

unsur karbon(C), unsur hidrogen (H), unsur oksigen (O), unsur nitrogen (N), unsur

sulfur (S), dan unsur klor (Cl) di dalam sampel sampah. Analisis dilakukan dengan

menggunakan Reagen Lammotte,USA. Hasil analisis ditampilkan dalam Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Analisis Unsur Sampah di Kota Denpasar

No Kandungan Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV

% % % %

1 Karbon (C) +++ 33.80 +++ 30.20 +++ 32.70 ++ 28.50 2 Hidrogen (H) + 6.70 + 7.40 + 6.90 + 8.20 3 Oksigen (O) ++ 22.50 ++ 21.60 ++ 23.50 ++ 20.50 4 Nitrogen (N) + 2.80 + 3.20 + 4.10 + 3.20 5 Sulfur (S) + 0.50 + 0.80 + 0.60 + 0.70 6 Klor (Cl) ++ 10.50 ++ 11.40 ++ 10.50 ++ 11.50 7 Lainnya ++ 23.20 ++ 25.40 ++ 21.70 ++ 27.40

Keterangan:

0 = Tidak ada

+ = Sangat Sedikit, < 10 %

++ = Sedikit, <10 % s.d. 30 %

+++ = Sedang, < 30 % s.d. < 60 %

++++ = Banyak, < 60 % s.d. < 80 %

+++++ = Sangat Banyak, < 80 % s.d. 99 %

++++++ = Semuanya, 100 %

Page 51: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

43

2). Analisis Unsur Sampah di Kabupaten Badung.

Analisis unsur sampah di Kabupaten Badung dilakukan untuk mengetahui

kandungan unsur karbon(C), unsur hidrogen (H), unsur oksigen (O), unsur nitrogen

(N), unsur sulfur (S), dan unsur klor (Cl) yang terdapat dalam sampel sampah. Analisis

dilakukan dengan menggunakan Reagen Lammotte,USA. Hasil analisis ditampilkan

dalam Tabel 4.8 .

Tabel 4.8 . Analisis Unsur Sampah di Kabupaten Badung.

No Kandungan Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV

% % % %

1 Karbon (C) +++ 38.40 +++ 32.20 +++ 36.20 +++ 27.20 2 Hidrogen (H) + 5.50 + 6.20 + 5.80 + 6.90 3 Oksigen (O) ++ 21.60 ++ 20.50 ++ 21.40 ++ 22.50 4 Nitrogen (N) + 1.70 + 1.80 + 2.40 + 2.10 5 Sulfur (S) + 0.70 + 0.80 + 0.60 + 0.80 6 Klor (Cl) ++ 11.20 ++ 10.50 ++ 11.10 ++ 12.10 7 Lainnya ++ 20.90 ++ 28.00 ++ 22.50 ++ 28.40

Keterangan:

0 = Tidak ada

+ = Sangat Sedikit, < 10 %

++ = Sedikit, <10 % s.d. 30 %

+++ = Sedang, < 30 % s.d. < 60 %

++++ = Banyak, < 60 % s.d. < 80 %

+++++ = Sangat Banyak, < 80 % s.d. 99 %

++++++ = Semuanya, 100 %

Page 52: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

44

3). Analisis Unsur Sampah di TPA Suwung

Analisis unsur sampah di TPA Suwung dilakukan untuk mengetahui kandungan unsur karbon©, unsur hidrogen (H), unsur oksigen

(O), unsur nitrogen (N), unsur sulfur (S), dan unsur klor (Cl) yang terdapat dalam sampel sampah. Analisis dilakukan dengan menggunakan

Reagen Lammotte,USA. Hasil analisis ditampilkan dalam Tabel 4.9 .

Tabel 4.9 . Analisis Unsur Sampah di TPA Suwung

No Kandungan Sampel I Sampel II Sampel III Sampel IV Sampel V Sampel VI Sampel VII

% % % % % % %

1 Karbon (C) ++ 22.70 ++ 21.60 ++ 23.50 ++ 22.80 ++ 24.90 ++ 22.20 ++ 22.60 2 Hidrogen (H) + 5.80 + 5.80 + 5.50 + 6.20 + 5.70 + 6.40 + 6.80 3 Oksigen (O) ++ 18.20 ++ 17.40 ++ 18.50 ++ 17.90 ++ 15.80 ++ 15.60 ++ 14.70 4 Nitrogen (N) + 9.80 ++ 10.80 ++ 10.30 + 9.90 ++ 10.90 ++ 11.50 ++ 11.40 5 Sulfur (S) + 0.90 + 0.90 + 0.80 + 0.80 + 0.70 + 0.70 + 0.80 6 Klor (Cl) ++ 12.60 ++ 12.80 ++ 11.80 ++ 12.50 ++ 11.50 ++ 12.20 ++ 12.40 7 Lainnya +++ 30.00 +++ 30.70 +++ 29.60 +++ 29.90 +++ 30.50 +++ 31.40 +++ 31.30

Keterangan:

0 = Tidak ada

+ = Sangat Sedikit, < 10 %

++ = Sedikit, <10 % s.d. 30 %

+++ = Sedang, < 30 % s.d. < 60 %

++++ = Banyak, < 60 % s.d. < 80 %

+++++ = Sangat Banyak, < 80 % s.d. 99 %

+++++ = Semuanya, 100 %

Page 53: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

45

4.1.4. Analisis Nilai Kalor

1). Analisis Nilai Kalor Sampah di Kota Denpasar.

Analisis nilai kalor sampah di Kota Denpasar dilakukan untuk mengetahui

perubahan kalor yang terjadi pada sampah dalam kondisi basah maupun kering.

Analisis dilakukan dengan memanaskan sampel di dalam oven pada suhu 105 oC dan

mengukur perubahan berat yang terjadi untuk mengetahui kondisi hilangnya kadar air

pada sampel. Hasil analisis ditampilkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Analisis Nilai Kalor Sampah di Kota Denpasar

No Sampel Kandungan Air (%) Kalor (kJ/kg)

1 Sampel I 30.50 N/A

2 Sampel II 28.80 N/A

3 Sampel III 22.50 N/A

4 Sampel IV 26.90 N/A

2). Analisis Nilai Kalor Sampah di Kabupaten Badung

Analisis nilai kalor sampah di Kabupaten Badung dilakukan untuk mengetahui

perubahan kalor yang terjadi pada sampah dalam kondisi basah maupun kering.

Analisis dilakukan dengan memanaskan sampel di dalam oven pada suhu 105 oC dan

mengukur perubahan berat yang terjadi untuk mengetahui kondisi hilangnya kadar air

pada sampel. Hasil analisis ditampilkan pada Tabel 4.11.

Page 54: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

46

Tabel 4.11. Analisis Nilai Kalor Sampah di Kabupaten Badung

No Sampel Kandungan Air Kalor (kJ/kg

1 Sampel I 28.20 N/A

2 Sampel II 27.50 N/A

3 Sampel III 28.50 N/A

4 Sampel IV 27.70 N/A

3). Analisis Nilai Kalor Sampah di TPA Suwung

Analisis nilai kalor sampah di TPA Suwung dilakukan untuk mengetahui

perubahan kalor yang terjadi pada sampah dalam kondisi basah maupun kering.

Analisis dilakukan dengan memanaskan sampel di dalam oven pada suhu 105 oC dan

mengukur perubahan berat yang terjadi untuk mengetahui kondisi hilangnya kadar air

pada sampel. Hasil analisis ditampilkan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Analisis Nilai Kalor Sampah di TPA Suwung

No Sampel Kandungan Air (%) Kalor (kJ/kg)

1 Sampel I 32.80 N/A

2 Sampel II 35.80 N/A

3 Sampel III 32.50 N/A

4 Sampel IV 38.30 N/A

5 Sampel V 35.10 N/A

6 Sampel VI 32.90 N/A

7 Sampel VII 38.20 N/A

Page 55: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

47

4.2. Analisis Hasil Penelitian

4.2.1. Komposisi Fisik Sampah.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap karakteristik sampah di Kota Denpasar,

Kabupaten Badung dan TPA Suwung dapat dilihat bahwa sebagian besar sampah

yang dibuang berasal dari kegiatan domestik (rumah tangga). Bahan yang paling

banyak terbuang adalah berasal dari aktivitas di dapur. Sampah yang berasal dari Kota

Denpasar merupakan yang terbesar masih mengandung residu material dapur. Hal ini

bisa dilihat dari masih banyaknya residu material dapur yang terdapat dalam sampel

seperti terlihat pada Gambar.4.1.

Gambar 4.1. Sampah Dapur,Kertas dan Plastik

0

10

20

30

40

50

60

70

80

%

Lokasi Sampel

Residu Material Dari Dapur Kertas Plastik dan Karet

Page 56: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

48

Berdasarkan komposisi sampah pada Gambar 4.1, dapat dilihat bahwa

sebagian besar sampah mengandung residu material dapur, kemudian plastik dan

bahan karet serta yang ketiga adalah kertas. Residu material dapur sebagian besar

merupakan sampah organik yang sebenarnya dapat dimanfaatkan kembali sebagai

bahan pupuk. Sedangkan sampah plastik yang ditemukan di dalam sampel pada

umumnya merupakan sampah untuk bahan pemper/popok yang sudah tercampur

dengan urine maupun tinja. Sedangkan sampah kertas sebagian besar sudah hancur

dan bercampur dengan bahan lainnya.

Komposisi fisik sampah lainnya berupa serpihan kain yang berasal dari kain

perca maupun sobekan kain dari pakaian bekas. Sedangkan sampah dari kayu maupun

bambu pada umumnya dalam bentuk yang sudah hancur/keropos atau dalam potongan

kecil. Sampah jenis ini paling banyak terdapat pada sampel yang berasal dari TPA

Suwung dan kabupaten Badung, seperti dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Sampah Tekstil,Kayu dan Debu

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

%

Lokasi Sampel

Tekstil/Kain Kayu dan Bambu Debu dan Tanah

Page 57: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

49

4.2.2. Analisis Industri

Berdasarkan analisis industri, sampah di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan

TPA Suwung masih bersifat basah. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya

kandungan uap air pada sampah yang dianalisis. Kondisi tersebut akan memerlukan

waktu yang lebih lama untuk membakar sampah yang ada. Namun, kandungan air

dalam sampah tersebut dapat memeudahkan terjadinya proses dekomposisi. Gambaran

kandungan uap air dalam sampel dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Kandungan Uap Air, Abu dan Bahan Mudah Menguap

4.2.3.Analisis Unsur

Berdasarkan analisis terhadap kandungan unsur kimia yang umumnya terdapat di

dalam sampah di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan TPA Suwung dapat dilihat

bahwa sampah yang berasal dari Kota Denpasar mengandung kadar karbon yang

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

%

Lokasi Sampel

Uap Air Abu Volatile

Page 58: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

50

paling besar. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 4.4. Unsur karbon (C) merupakan yang

terbanyak terdapat dalam sampah yang di analisis. Kabupaten Badung memiliki

sampah dengan kandungan karbon tertinggi disusul oleh Kota Denpasar dan TPA

Suwung.

Gambar 4.4. Komposisi Unsur Kimia

4.2.4.Analisis Kandungan Air

Berdasarkan analisis terhadap kandungan air yang terdapat dalam sampah di

Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan TPA Suwung dapat dilihat bahwa sampah

yang berasal dari TPA Suwung mengandung air yang paling besar. Hal ini bisa

dilihat pada Gambar 4.5. Besarnya kandungan air dalam sampah di TPA Suwung

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

DPS1 DPS2 DPS3 DPS4 BDG1 BDG2 BDG3 BDG4 TPA1 TPA2 TPA3 TPA4 TPA5 TPA6 TPA7

%

Lokasi Sampel

Karbon(C) Hidrogen(H) Oksigen (O) Nitrogen(N) Sulfur (S) Chlor(Cl)

Page 59: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

51

kemungkinan karena kondisi TPA yang terbuka dan sampah yang diambil berada di

lokasi tersebut dalam waktu yang lebih lama daripada sampah lainnya.

Gambar 4.5. Kandungan Air

30.528.8

22.5

26.9 28.2 27.5 28.5 27.7

32.835.8

32.5

38.335.1

32.9

38.2

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

%

Lokasi Sampel

Page 60: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

52

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap karakteristik sampah di Kota Denpasar,

Kabupaten Badung dan TPA Suwung dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1) Karakteristik sampah di Kota Denpasar pada umumnya mengandung paling

banyak kandungan sampah dari dapur dengan besaran rata-rata 67,4 %.

Komposisi terbesar adalah residu material dapur diiukuti dengan sampah

plastik dan kertas. Kandungan air sampah di Kota Denpasar berkisar antara

22,50% s.d. 30,50 %. Sedangkan kandungan unsur terbesar adalah karbon

sebesar rata-rata 31,3%.

2) Karakteristik sampah di Kabupaten Badung lebih banyak mengandung

sampah berbahan kayu dan bambu daripada daerah lainnya. Hal ini

kemungkinan karena sampah yang terbuang berasal dari aktivitas pemotongan

kayu atau sampah bangunan. Kandungan air sampah di Kabupaten Badung

berkisar antara 27,50% s.d. 28,50 %. Sedangkan kandungan unsur terbesar

adalah karbon sebesar rata-rata 33,5%.

3) Karakteristik sampah di TPA Suwung paling banyak mengadung kadar air.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sampah yang diletakan pada areal yang

terbuka dan lebih lama berada di lokasi tersebut dibandingkan dengan sampah

lainnya.Kandungan unsur karbon paling besar daripada unsur lainnya yakni

rata-rata 22,90 %.

Page 61: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

53

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan penelitian, dapat disarankan beberapa hal diantaranya:

1. Komposisi bahan penyusun sampah yang diambil di Kota Denpasar,

Kabupaten Badung dan TPA Suwung pada umumnya paling banyak

mengandung sampah organik. Oleh karena itu, disarankan agar sistem

pengolahan sampah bisa menyesuaikan dengan komposisi kandungan bahan

organik tersebut.

2. Masalah sampah di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan TPA Suwung

sudah sangat memprihatinkan, sehingga perlu segera dilakukan langkah

pengelolaan agar tidak menimbulkan bencana yang lebih besar.

3. Sistem pengolahan sampah untuk energi (Waste to Energy) dengan

memanfaatkan sampah yang ada di TPA Suwung perlu memperhatikan

tingginya kandungan air pada sampah di tempat tersebut.

Page 62: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Alloway, B.J. 1994. Chemical Principles of Environmental Pollution. London:

Blackie Academic & Professional.

Bappenas. 2007. Kiat Kerja Sanitasi di Kawasan Kumuh Petikan Hasil Studi

Sanitasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Perkotaaan. Jakarta:

Indonesian Sanitation Sector Development Program, Bank Dunia.

Barnett,V., Hagan O.A. 1997. Setting Environmental Standards. London:

Chapman & Hall.

CJ/T 313-2009, Standard of the Town Construction Industry of Peoples Republic

of China

Damhuri,E.,Padmi,T.,2011,Pengelolaan Sampah, Institut Teknologi Bandung.

Dermaga. 2007. Edisi 105: Master Plan Pelabuhan Benoa Bali. Surabaya: PT

Pelindo III.

Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali. 1999. Pengelolaan Persampahan di Bali

dan Kemungkinan Untuk Kerjasama Swasta-Pemerintah. Denpasar:

Bali Urban Infrastruktur Project (BUIP).

Hodges,L. 1973. Environmental Pollution. New York: Holt, Rinehart and

Winston.

International Network for Partnership and Sustainable Development. /INPSD.

2007. Persepsi Masyarakat di Kawasan Sanur,Kuta dan Nusa Dua

terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan. Laporan Survey.

Denpasar: Yayasan Pembangunan Bali Berkelanjutan.

SNI 19-3964-1995, Spesifikasi Sampah Perkotaan.

Palar,H. 1993. Pencemaran & Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta.

Page 63: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

HASIL PENGUKURAN Nomor : 05 /KSL - FMIPA/VIII/2017

Asal Sampel : Kota Denpasar, Kabupaten Badung, TPA Suwung

Jenis Pengukuran : Karakteristik Sampah

Tanggal : 25 Juli 2017

Surveyor : Ir. Nyoman Surayasa,M.Si

No Kandungan Satuan Sampel di Kota Denpasar Sampel di Kabupaten Badung Sampel di TPA Suwung

I II III IV I II III IV I II III IV V VI VII

I. Komposisi Fisik

1 Residu Material Dari Dapur % 63.20 66.80 68.20 71.30 61.50 62.60 64.50 66.20 58.40 56.90 46.40 56.60 55.70 46.30 50.40

2 Kertas % 8.80 9.50 17.80 8.40 7.20 8.40 9.50 8.60 4.60 7.90 8.40 4.70 3.80 5.90 7.20

3 Plastik dan Karet % 22.80 18.40 18.50 14.40 18.20 11.30 12.20 11.40 15.80 16.40 22.20 21.80 18.20 23.60 19.20

4 Tekstil/Kain % 1.20 1.20 3.60 2.30 3.80 4.10 3.80 6.40 3.40 2.80 6.20 5.80 4.80 5.20 3.80

5 Kayu dan Bambu % 2.50 2.80 1.20 1.80 6.80 7.30 5.40 3.80 3.20 6.10 5.80 2.40 2.30 7.90 6.90

6 Debu dan Tanah % 1.50 1.30 1.60 1.80 0.50 1.30 1.40 2.20 4.80 5.20 6.20 4.40 6.20 7.20 3.40

7 Keramik % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.40 0.80 0.00 0.00 2.50 0.00 2.40 1.50 1.60 2.30 1.50

8 Gelas/Kaca % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 1.80 0.00 1.40 4.50 3.20 1.20 1.20 3.20 1.20 2.20

9 Logam % 0.00 0.00 1.40 0.00 1.40 2.40 3.20 0.00 2.80 1.50 1.20 1.60 4.20 0.40 5.40

II Analisis Industri

10 Uap Air % 30.50 28.80 22.50 26.90 28.20 27.50 28.50 27.70 32.80 35.80 32.50 38.30 35.10 32.90 38.20

11 Abu % 5.50 6.30 4.80 5.20 6.80 5.40 5.20 4.80 8.30 9.20 7.90 6.80 7.60 8.40 6.20

12 Zat Mudah menguap % 6.40 7.40 7.20 6.20 5.80 6.80 5.90 7.40 11.30 10.20 10.40 9.90 11.20 12.30 12.80

III Analisis Unsur

13 Unsur Karbon(C) % 33.80 30.20 32.70 28.50 38.40 32.20 36.20 27.20 22.70 21.60 23.50 22.80 24.90 22.20 22.60

14 Hidrogen(H) % 6.70 7.40 6.90 8.20 5.50 6.20 5.80 6.90 5.80 5.80 5.50 6.20 5.70 6.40 6.80

15 Oksigen (O) % 22.50 21.60 23.50 20.50 21.60 20.50 21.40 22.50 18.20 17.40 18.50 17.90 15.80 15.60 14.70

16 Nitrogen(N) % 2.80 3.20 4.10 3.20 1.70 1.80 2.40 2.10 9.80 10.80 10.30 9.90 10.90 11.50 11.40

17 Sulfur (S) % 0.50 0.80 0.60 0.70 0.70 0.80 0.60 0.80 0.90 0.90 0.80 0.80 0.70 0.70 0.80

18 Chlor(Cl) % 10.50 11.40 10.50 11.50 11.20 10.50 11.10 12.10 12.60 12.80 11.80 12.50 11.50 12.20 12.40

19 Kandungan Air % 30.50 28.80 22.50 26.90 28.20 27.50 28.50 27.70 32.80 35.80 32.50 38.30 35.10 32.90 38.20

LABORATORIUM ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN KELOMPOK STUDI LINGKUNGAN

FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA Kampus Bukit Jimbaran , Gedung FGTelp. 0361-425452, 08123970922 Fax. 0361-467712

Bukit Jimbaran, 8 Agustus 2017

Ketua,

Dr. Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc

NIP 196010071986011001

Page 64: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

Lampiran:

Data Sampel Penelitian

No Lokasi Pengambilan Sampel Berat Sampel

(Kg)

Waktu

Pengambilan

I Kota Denpasar

1 TPS Tohpati 1 5,5 21 Juli 2017

2 TPS Tohpati 2 5,9 21 Juli 2017

3 TPS Sidakarya 1 5,5 21 Juli 2017

4 TPS Sidakarya 2 5,9 21 Juli 2017

II Kabupaten Badung

1 TPS Tuban 1 5,4 21 Juli 2017

2 TPS Tuban 2 5,8 21 Juli 2017

3 TPS Badung 1 (Truk Sampah) 9,6 21 Juli 2017

4 TPS Badung 2 (Truk Sampah) 8,8 21 Juli 2017

III TPA Suwung

1 TPA Suwung 1 10 21 Juli 2017

2 TPA Suwung 2 7,8 21 Juli 2017

3 TPA Suwung 3 7,4 21 Juli 2017

4 TPA Suwung 4 9,5 21 Juli 2017

5 TPA Suwung 5 6,3 21 Juli 2017

6 TPA Suwung 6 5,4 21 Juli 2017

7 TPA Suwung 7 6,1 21 Juli 2017

Keterangan:

Sampel di bungkus dengan pelatik sampah kemudian di masukan ke dalam bungkus

plastik press. Kemudian semua sampel dimasukan kedalam kontainer yang diisi

dengan pendingin ( nitrogen cair) untuk di bawa ke laboratorium.

Page 65: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

1

Lampiran:

Foto Kegiatan Analisis

Page 66: YAN^ UPT PERPUSTAKAAN - erepo.unud.ac.id

2