View
220
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
blok 5
Citation preview
Gangguan pada Mekanisme Kerja Otot
Christin Jolanda Rahanra
102013250
Mahasiswa Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Alamat Korespondensi : [email protected]
___________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian
balita, membunuh lebih dari 1,5 Juta orang pertahun. Diare kondisinya dapat merupakan
gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makanan atau
kelebihanVitamin C dan biasanya disertai sakit perut,mual,dan demam.
Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa pada kenyataannya diare dapat
menyebabkan gangguan sistem ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi
penderita. Beberapa di antaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock
hipovolemia, gangguan berbagai organtubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat
menyebabkan kematian. Dengan demikian makalah ini akan membahas tentang
fisiologi,histiologi dan biokimia dari mekanisme kerja otot yang mengakibatkan terjadinya
diare.
Jenis-Jenis Otot
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ
tubuh. Setiap jenis jaringan otot memiliki struktur yang disesuaikan dengan peran
fisiologisnya. Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan berdasarkan ciri morfologi
dan fungsional, yaitu:
1. Otot polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga
bila diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos
berkontraksi secara refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos
dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran pencernaaan, dinding
pembuluh darah, saluran pernafasan.1
Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding organ berongga seperti kantung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah. serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral yang
terelongasi. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron sampai 0.5 mikron
pada uterus orang hamil. Kontraksinya kuat dan lamban.2
Miofilamen otot polos memiliki perbedaan dengan miofilamen otot rangka.
Filamen miosin tebal lebih panjnag dibandingkan filamen miosin tebal dalam otot
rangka. Filamen miosin tebal lebih panjang dibandingkan filamen miosin tebal dalam
otot rangka. Miofilamen aktin tipis tidak memiliki troponin dasn tropomiosin. Dapat
ditemukan miofilamen berukuran sedang. Miofilamen ini tidak terlibat dalam proses
kontraktil, tetapi dipercaya berfungsi sebagai kerangka kerja sitoskeletal untuk
menopang sel.2
’
Gambar 6. Otot polos3
2. Otot Lurik
Nama lainnya adalah jaringan otot rangka karena sebagian besar jenis otot ini
melekat pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah
pengaruh saraf sadar.
Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya
garis gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab
itu nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang.
Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi
sesuai dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk
menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras.1
Otot rangka adalah otot lurik, voluntir, dan melekat pada rangka. Serabut otot
sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris, dengan lebar berkisar 10 mikron
sampai 100 mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti, yang tersusun di bagian
perifer. Kontraksinya cepat dan kuat.
Gambar 7. Otot lurik3
Di sarkoplasmanya dipenuhi berkas-berkas filamen silindris panjang yang disebut
miofibril. Miofibril adalah unit kontraktif yang mengalami spesialisasi, volumenya
mencapai 80% volume serabut. Setiap miofibril silindris terdiri dari miofilamen tebal
dan miofilamen tipis. Miofilamen tebal terdiri terutama dari protein miosin. Miofilamen
tipis tersusun dari protein aktin. Dua protein tambahan pada filamen tipis adalah
tropomiosin dan troponin, melekat pada aktin.
Pemitaan ditentukan berdasarkan susunan miofilamen. Pita A yang lebih gelap,
terdiri dari susunan vertical miofilamen tebal yang berselang-seling dengan miofilamen
tipis. Pita I yang lebih terang, terbentuk dari miofilamen aktin tipis, yang memanjang
ke dua arah dari garis Z ke dalam susunan filamen tebal. Garis Z terbentuk dari protein
penunjang lain yang menahan miofilamen tebal tetap bersatu dalam susunan. Sarkomer
adalah jarak antara garis Z ke garis Z lainnya.2
Gambar 8. Sarkomer 4
3. Otot Jantung
Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung. Strukturnya
menyerupai otot lurik, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta
reaksi terhadap rangsang lambat. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke
luar jantung.1
Otot jantung adalah otot lurik, involunter, dan hanya ditemukan pada jantung,
serabut terelongasi dan membentuk cabang dengan satu nukleus sentral. Panjangnya
berkisar antara 85 mikron sampai 100 mikron dan diameternya 15 mikron. Diskus
terinterkalasi adalah sambungan kuat khusus pada sisi ujung yang bersentuhan dengan
sel-sel otot tetangga. Kontraksi otot jantung kuat dan berirama.
Miofilamen disusun dalam pola pemitaan reguler sehingga otot jantung berlurik.
Filamen aktin tipis mengandung troponin dan tropomiosin. Mekanisme aksi ion
kalsiumnya serupa dengan yang terjadinya di otot rangka. Otot jantung memiliki
tubulus-T dan reticuluk sarkoplasma yang terbentuk dengan baik. Otot ini berkontraksi
sesuai dengan mekanisme sliding filamen.
Tidak seperti otot rangka, sebagian ion kalsium yang dilepas untuk memicu
kontraksi berasal dari cairan ekstraseluler. Akibatnya, otot jantung menjadi sangat
sensitif terhadap ketidakseimbangan kalsium dalam cairan tubuh. Otot jantung adalah
otot miogenik dan dapat memicu potensial aksinya sendiri tanpa memerlukan stimulasi
saraf. Gap junction yang terletak pada diskus terinterkalasi saling menghubungkan sel-
sel otot jantung dan meningkatkan penyebaran depolarisasi ke seluruh jantung.2
Gambar 9. Otot jantung3
Mekanisme Kerja Otot
Bila suatu otot berkontraksi, salah satu ujungnya biasanya diam sedangkan ujung
lainnya bergerak kearah ujung yang diam tersebut. Ujung yang diam disebut origo,
sedangkan yang bergerak disebut insersi.5 Otot hanya bekerja melalui kegiatan kontraksi dan
kegiatan menarik.5 Otot tidak bisa mendorong, meskipun bisa berkontraksi tanpa memendek
sehingga mempertahankan sendi diam pada posisi tertentu. Bila kontraksi hilang, otot
menjadi lunak, tetapi tidak memanjang sampai ia tereggang oleh kontraksi otot yang
berlawanan kerjanya(otot antagonis).5
Mekanisme Kontraksi Otot Somatik
Gambar 2(Sumber: google.com/image/mekanisme kontraksi otot)
Pada saat ada rangsangan yang diterima di dendrit, rangsangan tersebut diteruskan
dalam bentuk neurotransmitter sepanjang akson ke ujung saraf dan disimpan di dalam
ventrikel. Dalam hal ini, neurotransmitter yang dimaksud berupa asetilkolin. Pada saat
rangsangan sampai di ujung saraf, akson neuron motorik akan membebaskan asetilkolin
sehingga asetilkolin akan berikatan dengan reseptor/saluran di motor end-plate.6
Sebagai respons dari pengikatan asetilkolin dengan reseptor maka terbentuk potensial
aksi yang kemudian disalurkan ke seluruh membran permukaan dan turun ke tubulus T sel
otot.5 Potensial aksi di tubulus T memicu pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasma.6
Ca2+ yang dilepaskan kemudian akan berikatan dengan troponin yang biasa disebut
dengan troponin C. Setelah itu, troponin C akan berikatan dengan tropomiosin dan aktin yang
kemudian akan berikatan dengan kepala miosin yang mengandung ATP. Karena adanya
saling tarik menarik antara aktin dan miosin, maka menyebabkan terjadi sliding atau
kontraksi. ATP lalu akan pecah menjadi ADP + P + energi. Kepala miosin lalu lepas, terjadi
relaksasi dan aktin yang telah berikatan dengan troponin C dan tropomiosin akan berikatan
lagi dengan kepala misosin lain yang masih mempunyai ATP.
Jika sudah tidak ada potensial aksi lokal, maka Ca2+ akan secara aktif diserap kembali
oleh retikulum sarkoplasma.7 Dengan Ca2+ tidak lagi terikat ke troponin, tropomiosin bergeser
kembali ke posisinya menutupi tempat pengikatan aktin; kontraksi berakhir dan aktin secara
pasif bergeser kembali ke posisi istirahatnya semula.6
Metabolisme Otot
Karena ATP yang tersimpan dalam otot biasanya akan habis setelah sepuluh kali
kontraksi, maka ATP harus dibentuk kembali untuk kelangsungan aktivitas otot melalui
sumber lain.
1. Kreatin Fosfat (CP)
Senyawa yang berenergi tinggi lainnya, merupakan sumber energi yang langsung
tersedia untuk memperbaharui ATP dari ADP (CP + ADP -> ATP + keratin)CP
memungkinkan kontraksi otot tetap berlangsung saat ATP tambahan dibentuk melalui
glukosa secara anaerob dan aerob. CP menyediakan energi untuk sekitar 100 kontraksi
dan harus disintesis ulang dengan cara memproduksi lebih banyak ATP. ATP tambahan
terbentuk dari metabolisme glukosa dan asam lemak melalui reaksi aerob dan anaerob.7
2. Reaksi Aerob
Saat aktivitas berlangsung, asam piruvat yang terbentuk melalui glikolisis
anaerob mengalir ke mitokondria sarkoplasma untuk masuk dalam siklus asam sitrat
untuk okisidasi.Jika ada oksigen, glukosa terurai dengan sempurna menjadi
karbondioksida, air, dan energi (ATP). Reaksi aerob berlangsung lambat tetapi efisien,
menghasilkan energi sampai 36 ATP per mol glukosa.7
3. Reaksi Anaerob
Otot dapat berkontraksi secara singkat tanpa memakai oksigen dengan
menggunakan ATP yang dihasilkan melalui glikolisis anaerob, langkah pertama dalam
respirasi selular. Glikolisis berlangsung dalam sarkoplasma, tidak memerlukan oksigen
dan melibatkan pengubahan satu molekul glukosa menjadi dua molekul asam piruvat.
Glikolisis anaerob berlangsung cepat tidak efisien karena hanya menghasilkan
dua molekul ATP per molekul glukosa. Glikolisis dapat memenuhi kebutuhan ATP
untuk kontraksi otot dalam waktu singkat jika persedian oksigen tidak mencukupi.
Pembentukan asam laktat dalam glikolisis anaerob. Tanpa oksigen, asam piruvat
diubah menjadi asam laktat. Jika aktivitas yang dilakukan sedang dan singkat,
persediaan oksigen yang ada menghalangi akumulasi asam laktat. Asam laktat berdifusi
ke luar otot yang dibawa ke hati untuk disintesis ulang menjadi glukosa.7
4. Oxygen Debt (Hutang Oksigen)
Saat terjadi aktivitas berat yang singkat, penguraian ATP berlangsung dengan
cepat sehingga simpanan energi anaerob menjadi cepat habis. Sistem respiratorik dan
pembuluh darah tidak dapat menghantar cukup oksigen ke otot untuk membentuk ATP
melalui reaksi aerob. Asam laktat berakumulasi, mengubah PH, dan menyebabkan
keletihan serta nyeri otot.Oksigen ekstra yang harus dihirup setelah aktivitas berat
disebut oxygen debt. Volume oksigen yang dihirup tetap berada di atas volume normal
sampai semua asam laktat dikeluarkan, baik dioksidasi ulang menjadi asam piruvat
dalam otot atau disintesis ulang menjadi glukosa dalam hati.7
Gangguan Pada Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
a.Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.Isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.7
b.Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.7
c.Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan,sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.7
Kesimpulan
Seorang perempuan berusia 35 tahun terkena diare disertai demam dan mual,dapat
disebabkan oleh gangguan osmotik,gangguan sekresi,dan gangguan motilitas dari otot pada
usus.Otot dibedakan menjadi tiga yaitu otot lurik,otot jantung,dan otot polos yang terdapat di
usus.Pada kasus ini,diare diakibatkan karena adanya gangguan metabolisme otot,dan
mekanisme kerja otot pada usus.
Daftar Pustaka
1. Junquiera LC, Tambayong J, Dany F. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi 10.
Jakarta: EGC; 2007. h. 181-200.
2. Martini LH. Fundamentals of anatomy & physiology. 7th ed. San Francisco: Pearson
Education. Inc; 2006. pg. 180-5.
3. Gambar 6, 7, dan 9 diunduh dari:
http://soalspensa.blogspot.com/2012/10/beda-otot-polos-lurik-dan-jantung.html
4. Gambar 8 diunduh dari:
http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Muskelfibrille_(Sarkomer).PNG
5. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC, 2011. Hal. 276-323.
6. Corwin, EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009.
7. Veldman J. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 2004. h. 119-28.