Zulhilmy Fah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    DINAMIKA PERKEMBANGAN ISLAM DI JEPANG ABAD KE 20

    Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

    Oleh Zulhilmy

    NIM: 104022000826

    JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FALKUTAS ADAB DAN HUMANIORA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1429 H./2008 M.

  • 2

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Ciputat, 30 Mei 2008

    Zulhilmy

  • 3

    DINAMIKA PERKEMBANGAN ISLAM DI JEPANG ABAD KE 20

    Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

    Oleh Zulhilmy

    NIM: 104022000826

    Di Bawah Bimbingan

    Drs. Parlindungan Siregar, M. Ag. NIP: 150 268 588

    JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FALKUTAS ADAB DAN HUMANIORA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA 1429 H./2008 M.

  • 4

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi berjudul DINAMIKA PERKEMBANGAN ISLAM DI

    JEPANG ABAD KE 20 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Falkutas Adab

    dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Juni 2008.

    Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

    Humaniora (S.Hum) pada Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam.

    Jakarta, 13 Juni 2008

    Sidang Munaqasyah

    Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

    Drs. M. Maruf Misbah, M.A. Usep Abdul Matin, M.A., M.A.

    NIP: 150 247 010 NIP: 150 288 304

    Anggota,

    Penguji Pembimbing

    Drs. Tarmizi Idris Drs. Parlindungan Siregar, M.Ag.

    NIP: 150 244 616 NIP: 150 268 588

  • 5

    ABSTRAK

    Zulhilmy Dinamika Perkembangan Islam di Jepang Abad ke 20 Interaksi antara Jepang dengan Islam memiliki suatu kaitan dengan teori pertukaran Peter M. Blau (1918-1997) yaitu dari mikro ke makro, ia mengatakan bahwa interaksi sosial mula-mula terjadi di dalam kelompok sosial. Individu tertarik pada satu kelompok tertentu karena merasa bahwa saling berhubungan menawarkan hadiah lebih banyak daripada yang ditawarkan kelompok lain. Karena tertarik pada satu kelompok tertentu, mereka ingin diterima. Untuk dapat diterima, mereka harus menawarkan hadiah kepada anggota kelompok yang lain. Hadiah ini termasuk pemberian kesan kepada anggota kelompok dengan menunjukkan bahwa anggota yang bergabung dengan orang baru akan mendapat keuntungan. Hubungan dengan anggota kelompok akan menjadi kuat karena pendatang baru megesankan kelompokketika anggota menerima hadiah yang mereka harapkan. Upaya pendatang baru untuk mengesankan anggota kelompok umumnya menimbulkan persatuan kelompok, tetapi persaingan, dan akhirnya diferensiasi sosial, akan terjadi ketika terlalu banyak orang yang mencoba saling memberikan kesan dengan kemampuan mereka menawarkan hadiah.

    Hali ini dapat terlihat dengan lambatnya Islam masuk ke Jepang. Karena adanya kebijakan mengasingkan diri sekitar selama 200 (dua ratus) tahun, mulai pertengahan abad ke 17 (tujuh belas), sehingga tidak ada kontak antara Jepang dengan Islam. Barulah pada zaman Meiji (Restosasi Meiji) tahun 1875, literatur-literatur mengenai Islam yang berasal dari Eropa atau Cina mulai diterjemahkan dan masuk ke Jepang. Selain itu, bangsa Jepang mengenal Islam lewat datangnya bangsa Turki. Bermula dari peristiwa yang terjadi pada tahun 1890, saat sebuah kapal Turki karam di perairan Jepang. Kapal tersebut bernama Ertoghrul. Peristiwa ini menjadi pencetus dikirimkannya utusan pemerintah Turki ke Jepang pada tahun 1891. Setelah peristiwa tersebut, yaitu sekitar tahun 1900-an, untuk pertama kalinya untuk pertama kalinya warga muslim Jepang pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah hajji. Sejak itu, Islam mulai dikenal secara luas. Dengan adanya Pedoman Shinto dan konstitusi Jepang pasal 20, kebebasan beragama di Jepang mulai tumbuh, agama-agama yang ada di Jepang mendirikan berbagai organisasi atau lembaga keagamaan yang umumnya identik dengan tempat-tempat suci untuk beribadah dan tempat-tempat pertemuan bagi para pemeluknya, yang tersebar diseluruh pelosok Negara. Begitu halnya dengan agama Islam, telah banyak mendirikan masjid dan organisasi. Perkembangan penyebaran Islam di Jepang memang begitu lamban, namun Islam memiliki peranan dalam perjalanan sejarah Jepang, khususnya ketika Jepang mengadakan invasi ke Negara-negara di Asia. Dalam bidang ilmu pengetahuan, banyak dari kalangan intelektual Jepang tertarik akan Islam dan Dunia Islam sehingga banyak tulisan-tulisan tentang Islam dari mereka. Dalam bidang kesehatan pun, umat Islam memberikan peranan dengan didirikannya sebuah klinik Islam.

  • 6

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Timur Jauh, maka

    persentuhan atau hubungan Islam dengan masyarakat Jepang bisa dikatakan relatif

    baru. Sebelum masa Meiji atau kurang lebih dari 250 tahun Jepang melakukan

    isolasi dirinya dari Negara lain, dan pada masa kekaisaran Tokugawa lahirlah

    politik isolasi1 untuk kepentingan kaisar sendiri. Politik ini dilaksanakan karena

    banyaknya misionaris Kristen yang datang menyebarkan agama Kristen, dengan

    berkembangnya agama Kristen akan menjadi mimpi buruk bagi kaisar, maka

    kaisar mengambil langkah untuk tidak berhubungan dengan Negara asing dan

    selama ia berkuasa agama Kristen dilarang dan semua orang asing dilarang masuk

    ke Jepang, kecuali dengan pedagang-pedagang Belanda yang dinilai

    menguntungkan. Hal ini dilakukan hanya di satu tempat yaitu di pulau Dejima,

    Nagasaki. Setelah kekuasaan kekaisaran Tokugawa berakhir pada tahun 1867 dan

    digantikan dengan kekaisaran Meiji, maka Jepang telah membuka dirinya untuk

    melakukan interaksi dengan negara lain2. Dengan cara ini Jepang dalam beberapa

    dekade dapat menjajarkan dirinya dengan negara-negara Barat. Dan dengan

    keterbukaan Jepang ini, Islam dapat berinteraksi dengan Jepang.

    1 Politik isolasi disebut juga dengan sakoku yang berarti Negara tertutup.

    2 Keterbukaan Jepang dalam melakukan interaksi dengan Negara lain disebut juga dengan

    kaikoku yang berarti membuka diri. Peristiwa keterbukaan Jepang ini dikenal dengan istilah Restorasi Meiji atau modernisasi Jepang.

  • 7

    Perkenalan masyarakat Jepang dengan Islam di mulai pada akhir abad ke-

    19, yaitu dengan dilakukannya penerjemahan tentang sejarah kehidupan nabi

    Muhammad SAW ke dalam bahasa Jepang dan Islam mendapat tempat dalam

    kalangan intelektual (pada tahun 1877). Hubungan lebih lanjut terjalin pada tahun

    1890, yaitu ketika Turki Usmani mengirim sebuah kapal yang bergelar

    Ertughrul ke Jepang dengan tujuan melakukan hubungan diplomatik dan untuk

    memperkenalkan orang Muslim dengan orang Jepang.3

    Pada saat perang dunia pertama pecah, terjadi penyebaran dan

    perkembangan Islam di Jepang melalui komunitas Muslim di Asia Tengah,

    mereka datang ke Jepang untuk mengungsi. Dari para pendatang tersebut maka

    banyak dari rakyat Jepang memeluk agama Islam karena kesan dari perilaku yang

    mereka kerjakan. Dan mereka membuat masjid pertama kali di daerah Kobe pada

    tahun 1935. Dan kemudian pada tahun 1938 dibangunlah masjid Tokyo, pada saat

    ini terdapat beberapa asosiasi muslim yang mengumpulkan komunitas di kota-

    kota seperti Tokyo, Kyoto, Kobe, Naruta, Tokoshima, Sendai, Nagoya dan

    Kamizawa. 4

    Kemudian dilanjutkan pada masa perang dunia kedua, di tengah-tengah

    politk ekspansi Jepang, timbul minat tinggi di kalangan bangsa Jepang terhadap

    rakyat Asia. Dikarenakan banyaknya orang Islam di wilayah Asia, maka timbullah

    kebutuhan untuk melakukan penelitian terhadap Islam. Dibentuklah berbagai

    lembaga penelitian, organisasi-organisasi maupun perkumpulan-perkumpulan

    kajian Islam, bahkan berbagai majalah dan buku yang berkaitan dengan hal

    tersebut diterbitkan. Adapun organisasi-organisasi dan penerbitan-penerbitan

    3 Wikipedia Bahasa Melayu.

    4 M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

    2005), h. 226.

  • 8

    mengenai Islam adalah Isuramu Bunka Kenkyu-sho (Islamic Culture Institute)

    menerbitkan Isuramu Bunka (Islamic Culture), Kaikyo-ken Kenkyu-sho (Muslim

    World Research Institute) menerbitkan Kaikyo-ken (Muslim World), Dai-Nippon

    Kaikyo Kyokai (Great Japan Islamic Association) menerbitkan Kaikyo Sekai

    (Muslim World), Tokyo Isuramu Kyodan (Tokyo Islamic Congress) dan Ministry

    of Foreign Affairs (Goverment of Japan) menerbitkan Kaikyo Jijo (Islamic

    News).5

    Walaupun hal tersebut dilaksanakan, pemerintah Jepang tetap memandang

    Islam sebagai agama Tuhan Yang Maha Esanya orang Arab dan tidak sesuai

    dengan azaz militer Jepang yang menganut dan menjalankan kepercayaan Zen 6

    serta Shintoisme yang memuja banyak Dewa. Oleh karena itu dakwah Islam tetap

    tidak diperbolehkan oleh penguasa Jepang pada masa itu.

    Seiring terjadinya harga minyak dunia yang meroket pada tahun 1973,

    negara-negara Arab selaku penghasil minyak dunia telah menarik minat

    perekonomian Jepang. Dari sinilah mulai kembali persentuhan antara Jepang

    dengan Islam yang menjadi agama mayoritas di negara-negara Arab.

    Sebelum terjadinya oil shock, terdapat organisasi Islam pertama yang

    didirikan yaitu The Japan Muslim Association pada tahun 1952. Tujuannya adalah

    untuk menyebarkan Islam di Jepang. Selain mendirikan organisasi Islam, dakwah

    Islam dilakukan melalui penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Jepang (antara

    tahun 1920-1970). Pada tahun 1974, Prof. Dr. Syauki Futaki memeluk agama

    Islam dan kemudian mendirikan Kongres Islam Jepang yang bermarkas di Royal

    5 Abu Bakar Morimoto, Islam in Japan: Its Past, Present and Future (Jepang: Islamic

    Center Japan, 1980), h. 10. 6 Sayidiman Suryohadiprojo, Belajar dari Jepang: Manusia dan Masyarakat Jepang

    dalam Perjuangan Hidup (Jakarta: UI Press, 1987), h. 49.

  • 9

    klinik, Shinjuku, Tokyo. Organisasi ini telah banyak mengislamkan orang jepang

    secara individual maupun massal. Selain mengislamkan orang Jepang, organisasi

    ini juga melakukan penerjemahan al-Quran kedalam bahasa Jepang.7

    Walaupun umat Islam di Jepang adalah minoritas namun terdapat

    peningkatan jumlah yang signifikan hingga sekarang ini. Mereka yang masuk

    memeluk agama Islam, kebanyakan dari hasil perkawinan dengan para pendatang

    yang beragama Islam. Selain itu, banyaknya mahasiswa Jepang yang belajar di

    universitas di negara-negara Arab, banyak juga siswa di universitas di Jepang

    yang membentuk komunitas diskusi formal skala kecil untuk membicarakan soal

    agama.

    Dengan berkembangnya jumlah pemeluk agama Islam, maka timbullah

    persoalan baru yaitu yang berkaitan dengan pendidikan. Sampai saat ini tidak

    didapatkan sekolah khusus Muslim di Jepang. Anak-anak Muslim belajar agama

    hanya di Islamic Center atau masjid-masjid besar saja. Faktor dana adalah kendala

    dalam mendirikan sekolah Islam.8

    Selain persoalan pendidikan terdapat persoalan lain yaitu hilangnya

    tausiyah keagamaan dari para ulama dan berkurangnya imam masjid. Sebelumnya

    Muslim Jepang banyak menerima siraman agama dan nasehat-nasehat keagamaan

    yang disampaikan oleh para ulama dari berbagai lembaga Islam terkemuka. Serta

    terbatasnya jumlah masjid yang ada di Jepang. Kemudian, tidak ada satupun

    seorang mufti yang bisa memberikan fatwa-fatwa untuk kehidupan umat Islam di

    Jepang. Dan terbatasnya toko-toko makanan yang menjual makanan halal.

    7 Ajip Rosidi, Mengenal Jepang (Jakarta: Pusat Kebudayaan Jepang Jakarta, The Japan

    Fondation, 1981). 8 http://www.islamcenter.or.jp.

  • 10

    Pada abad ke 20, Islam telah berkembang di Jepang, terbukti dengan

    banyaknya organisasi keislaman bermunculan pada abad ini, salah satunya adalah

    Japan Muslim Association, organisasi pertama orang asli Jepang yang pertama

    didirikan, yang kemudian bermunculan oraganisasi lain seperti International

    Islamic Center, Islamic Center Japan, Islamic Culture Society-Japan, Japan

    Islamic Congress dan sebagainya. Melalui organisasi-organisasi inilah dakwah

    Islam di Jepang dilakukan.

    Dengan penjelasan tentang dinamika perkembangan Islam di atas dan

    dengan minimnya tulisan-tulisan mengenai sejarah umat Islam di Jepang,

    membuat penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah (skripsi) dengan judul

    DINAMIKA PERKEMBANGAN ISLAM DI JEPANG ABAD KE 20

    B. Batasan dan Rumusan masalah

    Jepang merupakan suatu wilayah yang penduduknya bebas menjalankan

    kehidupan beragama yang mereka anut, walaupun demikian agama Budha

    merupakan agama yang terbesar penganutnya. Sedangkan Islam merupakan

    agama minoritas di negara tersebut.9 Oleh karena itu, pemahaman tentang sosial-

    budaya lebih diarahkan pada permasalahannya mengenai tradisi, adat istiadat serta

    keberagamaan di wilayah tersebut.

    1. Bagaimana kehidupan sosial keagamaan di Jepang?

    2. Bagaimana awal kedatangan dan perkembangan Islam di Jepang?

    3. Bagaimana peranan dan posisi kedudukan umat Islam di Jepang?

    9 Syahbuddin Mangandalaram, Mengenal Dari Dekat : Jepang Negara Matahari Terbit

    (Bandung: Remaja Karya, 1986), h. 55.

  • 11

    4. Siapakah tokoh-tokoh Muslim yang telah berjasa atas berkembangnya agama

    Islam di Jepang?

    C. Arti Penting Penelitian

    Sejarah tentang perkembangan Islam (agama minoritas) di negara

    Matahari Terbit (Jepang) menarik untuk ditulis, mengingat kebanyakan tulisan-

    tulisan hanya membahas aspek tertentu dari negara Matahari Terbit (Jepang) dan

    hanya sedikit yang membahas agama Islam (agama minoritas) ataupun kehidupan

    umat Islam di Negara tersebut. Dengan demikian tulisan-tulisan yang berkenaan

    dengan objek tersebut amatlah minim.

    Kajian mengenai Islam di Jepang yang terdapat dalam bahan kepustakaan

    hanya membahas sejarah masuknya Islam di Jepang hingga berkembangnya Islam

    secara kronologi dan hanya bersifat deskriptif, seperti yang terdapat dalam karya

    Abu Bakar Morimoto, Islam in Japan : Its Past, Present and Future. Buku ini

    membahas sejarah masuknya Islam ke Jepang sampai Islam memiliki komunitas

    tersendiri di Jepang dengan berbagai organisasinya. Namun dalam uraiannya

    belum membahas bagaimana hubungan antara masyarakat Jepang dengan

    masyarakat Muslim Jepang atau antara pemerintah dengan masyarakat Muslim.

    Buku yang diterbitkan oleh The Japan Fondation, Yang masing-masing

    judulnya adalah The Harmony of Japanese Traditional Values and Islamic

    Values, Islamic Perspective and Japanese Society dan The Indonesian Moslem

    Perspective on Japan. Judul pertama hanya membahas hubungan antara nilai-nilai

    tradisional Jepang dengan nilai-nilai Islam, judul kedua hanya membahas Jepang

  • 12

    dan hubungannya dengan Islam. Sedangkan judul yang terakhir hanya membahas

    Muslim Indonesia yang berada di Jepang.

    Karya-karya lainnya hanya sepintas membahas Islam di Jepang, seperti

    karya Lukman Harun yang berjudul Potret Dunia Islam, karya Arifin Bey yang

    berjudul Peranan Jepang dalam Pasca Abad Amerika dan karya Harry J. Benda

    yang berjudul Bulan Sabit dan Matahari Terbit : Islam Indonesia pada Masa

    Pendudukan Jepang.

    Dari tinjauan kepustakaan tersebut, maka begitu penting skripsi yang

    berjudul Dinamika Perkembangan Islam di Jepang Abad Ke 20 ini ditulis. Karena

    skripsi ini membahas Islam di Jepang, dari awal masuknya Islam di Jepang

    sampai berkembangnya Islam di Jepang yang dibatasi pada abad ke 20. Selain itu

    juga membahas bagaimana Islam bisa berkembang di Jepang dan apa tantangan

    umat Islam di Jepang dalam berdakwah di Jepang, hubungan antara pemerintah

    dengan umat Islam di Jepang dan Dunia Islam, hubungan masyarakat Jepang

    dengan umat Islam di Jepang.

    D. Metode Penelitian

    Dalam melakukan penelitian ini, untuk mencari data, digunakan beberapa

    metode penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian sejarah. Untuk

    mencapai penulisan sejarah, maka upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek

    yang diteliti itu ditempuh melalui metode sejarah. Pengumpulan data atau sumber

    sebagai langkah pertama kali, dilangsungkan dengan metode penggunaan bahan

    dokumen.10 Adapun sumber-sumber yang didapatkan adalah berbentuk buku

    10 Kuntowijiyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta : Bentang, 1995), h. 94-97.

  • 13

    maupun artikel yang terdapat dalam jurnal atau majalah. Sumber-sumber tersebut

    dikumpulkan melalui library research (studi kepustakaan), dengan mengunjungi

    beberapa perpustakaan di Jakarta yaitu Perpustakaan Pusat UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Falkutas Adab dan Humaniora UIN,

    Perpustakaan FIB UI, Perpustakaan Nasional Jakarta dan Perpustakaan Japan

    Fondation, Perpustakaan Kedutaan Besar Jepang, Pusat Penelitian Jepang (PPJ) di

    Universitas Nasional, Pusat Studi Jepang (PSJ) di Universitas Indonesia.

    Sumber-sumber yang telah terkumpul dianalisa melalui pendekatan sejarah

    sosial, yaitu pendekatan terhadap setiap gejala sejarah yang memanifestasikan

    kehidupan sosial suatu komunitas atau kelompok, yang mencakup berbagai aspek

    kehidupan manusia.11 Dalam pendekatan sejarah sosial terdapat dua model dalam

    perubahan sosial. Pertama, model evolusi sejarah, umpamanya, (1) perubahan

    birokrasi : tradisional, kolonial dan nasional ; (2) perubahan kelas : kelas atas,

    kelas menengah dan kelas bawah ; (3) perubahan lokasi : desa, kota dan

    metropolitan ; (4) perubahan pendidikan : pesantren, madrasah dan sekolah.

    Kedua, model kekuatan sejarah, umpamanya, (1) agama dan modernisasi ; (2)

    agama dan penetrasi agama lain ; (3) agama dan pribadi kreatif ; (4) agama dan

    masyarakat pasca industrial.12

    Dari penjelasan diatas maka penulis yang mengambil judul Dinamika

    Perkembangan Islam di Jepang Abad ke 20, tentu saja dalam penelitiannya

    memerlukan seperangkat teori ataupun konsep dari sosiologi untuk dapat

    mengkaji peristiwa-peristiwa sejarah yang berkenaan dengan perkembangan Islam

    11 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah (Jakarta :

    Gramedia, 1993), h.50. 12

    Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta : Tiara Wacana , 2003), h.166.

  • 14

    di Jepang yang dipengaruhi oleh para pendatang dan penduduk setempat yang

    memeluk agama Islam

    Setelah sumber-sumber tersebut terkumpul, kemudian menguji keaslian

    dan kesahihannya melalui kritik ekstern dan intern. Setelah langkah diatas

    dilakukan maka langkah selanjutnya adalah mesistensikan fakta-fakta yang

    diperoleh melalui eksplanasi sejarah. Dan terakhir adalah penulisan sejarah

    dengan memperhatikan aspek kronologis.

    E. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

    sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab pendahuluan ini menguraikan beberapa hal pokok yang

    membahas tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan

    masalah, arti penting penelitian, metode penelitian dan sistematika

    penulisan.

    BAB II KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN JEPANG

    Bab kedua dipaparkan pokok bahasan menyangkut letak geografis

    Jepang dan pengaruhnya, kehidupan sosial keagamaan di Jepang,

    sikap pemerintahan Jepang terhadap agama-agama yang ada di

    Jepang.

  • 15

    BAB III AWAL KEDATANGAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI

    JEPANG

    Bab tiga ini membahas tentang awal persentuhan antara Islam dan

    Jepang secara individual maupun kelompok (Pemerintahan Jepang)

    dan perkembangan Islam di Jepang

    BAB IV PERANAN UMAT ISLAM DI JEPANG

    Dalam bab ini penulis akan memaparkan kontribusi umat Islam di

    bidang sosial politik, pendidikan dan kesehatan.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Bagian akhir merupakan kesimpulan atas keseluruhan pembahasan

    tulisan ini, yang diharapkan dapat memberikan suatu kaitan atau

    hubungan dari uraian pada bab-bab sebelumnya, yang kemudian

    menjadi suatu rumusan yang bermakna.

  • 16

    BAB II

    Kehidupan Sosial dan Keagamaan Jepang

    A. Letak Geografis Jepang dan Pengaruhnya

    Jepang terdiri dari gugusan pulau-pulau yang terletak di lepas pantai timur

    benua Asia, terdiri dari empat pulau utama dari utara ke selatan yaitu Kyushu,

    Shikoku, Honshu dan Hokkaido serta ribuan pulau kecil yang berdekatan.

    Kepulauan ini terbentang berupa lengkungan dari utara (garis bujur utara 45o33)

    ke selatan (garis bujur utara 20o25), panjangnya adalah 3.800 kilometer

    sedangkan luas totalnya adalah 337.748 kilometer persegi

  • 17

    13. Ini berarti 4% dari luas Amerika Serikat dan satu setengah kali luas Kerajaan

    Inggris. Jepang menempati kurang dari 0,3% dari total luas daratan bumi.14

    Topografi Jepang pada umumnya bergunung-gunung. Pegunungan

    menduduki 71% dari luas daratan nasional sedangkan dataran dan celung meliputi

    sisanya. Rangkaian panjang pegunungan melintasi bagian tengah dari kepulauan

    sempit yang panjang ini dan membaginya menjadi dua yaitu sisi Pasifik dan sisi

    Laut Jepang. Pada umumnya, sungai-sungai pendek dan mengalir cepat.

    Kepulauan ini tersiram oleh arus Jepang dan Tsushima yang hangat serta arus

    Kurile yang dingin. Sebagai negeri yang kaya akan gunung, Jepang memiliki

    sekitar 10% dari gunung-gunung api dunia yang masih aktif. Gunungnya yang

    tertinggi yaitu Gunung Fuji adalah gunung api yang sudah tidak aktif lagi dan

    memiliki ketinggian 3.776 m.15

    Jepang terletak di dalam zona gunung berapi yaitu di atas Lingkaran Api

    Pasifik. Ini menyebabkan Jepang sering mengalami gempa bumi berkekuatan

    rendah dan kadang kala merasakan letusan gunung berapi. Gempa bumi yang

    membinasakan juga dirasakan beberapa kali dalam satu abad. Gempa bumi ini

    sering menyebabkan tsunami. Gempa bumi yang terbaru adalah gempa bumi

    besar Hanshin yang terjadi pada tahun 1995. Disebabkan oleh keadaan

    geografisnya, terdapat banyak sumber mata air panas di Jepang dan kebanyakan

    dijadikan daerah tujuan wisata.

    13 Sebelum Jepang terjun dalam Perang Dunia II, wilayahnya lebih luas dari batas-batas

    wilayahnya sekarang. Waktu itu di utara, Jepang memiliki separuh dari kepulauan Sachalin. Pulau Taiwan juga merupakan milik Jepang yang diperolehnya melalui perang dengan Cina pada tahun 1894-1895. Selain itu ada pula pulau-pulau di Pasifik dan beberapa bagian dari daratan Cina serta seluruh Korea yang diperolehnya pada tahun 1894.

    14 Syahbuddin, Mengenal Dari Dekat, h. 6.

    15 Syahbuddin, Mengenal Dari , h 10.

  • 18

    Selain gempa bumi, karena letak geografisnya, Jepang setiap tahun

    mengalami serangan angin taufan kuat yang disebut taifu16. Kepulauan Ryukyu

    dan pulau Kyushu setiap tahun antara bulan Juni dan Oktober selalu waspada

    terhadap kedatangan taifu yang terjadi di Samudera Pasifik bagian barat. Serangan

    Taifu itu tidak hanya terjadi sekali dalam setahun tetapi juga terjadi berturut-turut.

    Kedatangan taifu mengakibatkan ombak besar di lautan dan hujan yang sangat

    lebat di daerah pegunungan. Hal ini menimbulkan kerusakan di daerah pantai dan

    banjir serta tanah longsor di daratan maupun di daerah pegunungan. Namun

    demikian, taifu memberikan manfaat yaitu menambah persediaan air yang datang

    melalui hujan lebat di pegunungan. Air ini penting bagi para petani untuk

    produksi pertaniannya dan juga penting untuk perindustrian yang pada umumnya

    menggunakan banyak air di pabrik-pabrik.17

    Ibukota Jepang adalah Tokyo yang terletak pada garis bujur utara 35o41,

    yakni garis bujur yang hampir sama dengan Teheran, Athena dan Los Angeles.

    Cuaca pada umumnya termasuk dalam zona angin musim yang sedang, kecuali

    bagian Hokkaido di sebelah utara dan pulau-pulau sebelah selatan Kepulauan

    Amami di selatan. Temperatur rata-rata adalah 22,4oC di Naha, Okinawa dan

    6,3oC di Wakkanai, Hokkaido. Curah hujan berlimpah, berkisar dari 1.000 hingga

    2.500 milimeter per tahun.18

    Karena terletak di zona sedang, maka Jepang mempunyai perubahan

    musim yang jelas batasnya. Dalam musim panas angin tenggara bertiup melintasi

    kepulauan Jepang dari Pasifik, sementara dalam musim dingin angin barat laut

    menyapu melintasi kepulauan ini dari benua Asia. Angin-angin musim ini,

    16 Taifu adalah angin keras dengan kecepatan sekitar 30 meter/detik.

    17 Sayyidiman, Belajar dari ..., h. 8.

    18 Jepang: Sebuah Pedoman Saku (Jakarta: Kedutaan Besar Jepang, 1984), h. 5.

  • 19

    bersama dengan keadaan topografikal seperti pegunungan-pegunungan,

    merupakan faktor-faktor utama yang mempengaruhi cuaca Jepang.

    Di sisi Pasifik musim panas pada umumnya berhujan sedangkan musim

    dinginnya berlangsung lama dan jelas, dengan angin kering. Di sisi laut Jepang

    hujan turun dalam musim panas dan musim dingin bersalju. Cuaca sekitar Laut

    Pedalaman Seto hangat, dengan sedikit hujan. Tokyo rata-rata pertahun disinari

    matahari sebanyak 1.942 jam.

    Bentuk geografik Jepang sebagai kepulauan yang memanjang dari timur-

    laut ke barat-daya di wilayah Pasifik barat, mempunyai akibat yang penting

    terhadap perkembangan perekonomian Jepang. Pantai yang panjang dan

    menghadap ke Samudera Pasifik memungkinkan adanya banyak pelabuhan di

    sepanjang pantai itu, karena lautannya cukup dalam. Hal ini menyebabkan

    industeri Jepang dapat dibangun di sepanjang pantai timur dan sekeliling laut

    pedalaman, sehingga mempermudah angkutan bahan mentah dan sumber energi

    (khususnya minyak).19

    B. Keadaan Sosial Keagamaan Masyarakat Jepang

    Menurut Dr. Hisanori Kato20 masyarakat Jepang memiliki agama, ini

    terbukti dengan kepercayaan mereka tehadap amakudari (rahmat yang turun dari

    surga), yaitu kepercayaan kuat bahwa sebagai suatu bangsa mereka selamanya

    akan survive. Selain itu bangsa Jepang juga memiliki kepercayaan agama Shinto

    yang bersumber dari alam, yang percaya adanya kekuatan magis pada gunung,

    19 Sayyidiman, Belajar dari ..., h. 7.

    20 Dr. Hisanori Kato adalah seorang dosen tamu pada Universitas Nasional di Jakarta. Ia

    mendapatkan gelar M.A. dan Ph.D dari Universitas Sydney. Selain mengajar sebagai dosen, ia juga melakukan penelitian tentang hubungan antara agama dan masyarakat di Asia Tenggara.

  • 20

    batu-batuan, air terjun, termasuk fenomena alam, selain itu juga menghormati

    leluhur. Pada dasarnya ajaran Shinto tidak menganut nilai absolut dalam

    kepercayaannya, sehingga memberi kemungkinan untuk berbaur dan menerima

    nilai lain (asing) yang masuk ke Jepang. 21

    Kehidupan keagamaan di Jepang merupakan hal yang menarik. Agama

    Jepang asli adalah Shinto yang artinya jalannya para dewa. Tetapi kemudian

    masuk agama Budha melalui Cina dan Korea pada pertengahan abad ke enam.

    Sekarang orang Jepang pada umumnya tidak ada yang hanya beragama Shinto

    atau Budha saja, melainkan menganut kedua-duanya. Bahkan sering ditambah lagi

    dengan agama Kristen terutama sejak selesainya Perang Dunia II. Umpamanya

    saja, perkawinan dilakukan dalam agama Shinto, tetapi kemudian ada upacara

    seperti Kristen22, sedangkan kalau orang meninggal upacara dilakukan menurut

    agama Budha. Di rumah-rumah, terutama di daerah pedesaan, terdapat altar

    Shinto dan Budha bersama-sama. Orang yang pergi ke kuil Shinto dan Budha,

    mungkin juga ke Gereja.23

    Penjelasan di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa warga Jepang

    tidak terlalu peduli terhadap agama. Namun lain halnya dengan Wahyu

    Prasetiyawan24, ia berpendapat bahwa yang terpenting dalam hidup orang Jepang

    adalah niat dan perbuatan baik. Bagi mereka, formalitas tidak terlalu penting

    (misalnya pergi ke Kuil ataupun tempat ibadah yang lain), karena menurut mereka

    tidak ada gunanya kita pergi ke tempat ibadah namun kelakuan kita jelek. Yang

    21 Abdul Irsan, Budaya dan Perilaku Budaya Politik Jepang di Asia (Jakarta: Grafindo,

    2007), h. 62. 22

    Agama Kristen masuk ke Jepang pada tahun 1549 dibawa oleh para pastor Jesuit Spanyol dan disiarkan sampai akhirnya dilarang secara resmi pada tahun 1589.

    23 Sayyidiman, Belajar dari ..., h. 196.

    24 Wahyu Prasetiyawan adalah alumnus Falkutas Dakwah IAIN Jakarta yang telah meraih

    gelar Doktor bidang ekonomi dari Universitas Kyoto.

  • 21

    terpenting adalah baik terhadap tetangga, rekan kerja dan baik dalam hubungan

    sosial secara keseluruhan.25

    Agama Budha mempengaruhi sifat orang Jepang hingga sekarang dalam

    hal kerajinan bekerja, disamping faktor-faktor lain yang menunjang sifat ini.

    Dalam ajaran Budha, sebagaimana yang diinterprestasikan orang Jepang, orang

    dapat mencapai kesempurnaan dengan melalui kesadaran spiritual yang dapat

    dicapai melalui meditasi, tetapi juga dengan bekerja keras dan sungguh-sungguh

    dalam masing-masing kewajiban. Sikap seperti itu belum tentu terdapat pada

    bangsa-bangsa lain penganut agama Budha.26

    Diantara agama-agama yang ada di Jepang, yang paling berpengaruh

    dalam kehidupan keagamaan orang Jepang adalah Shinto dan Budha. Terdapat

    istilah Shinbutsu Shuugo, yaitu fenomena khas yang terdapat dalam kehidupan

    keagamaan bangsa Jepang. Istilah tersebut dapat ditafsirkan sebagai keadaan dan

    pemikiran hasil dari persentuhan, penyatuan antara Budha dan Shinto. Shinbutsu

    Shuugo merupakan hasil perpaduan dari Shingi Shinko (kepercayaan tentang

    dewa-dewa yang ada di langit dan bumi) yang dianut oleh bangsa Jepang sejak

    zaman primitif, dengan agama Budha yang masuk ke Jepang melalui Cina dan

    Korea.27

    Apabila dibandingkan antara Shinto dengan Budha di Jepang, maka diakui

    oleh orang Jepang sendiri bahwa agama Budha telah memperdalam dan

    memperhalus Shinto. Shinto adalah suatu kepercayaan yang merasakan bahwa

    25 Wahyu Prasetiyawan, Menunggang Tradisi, Jepang Raih Modernisasi, artikel diakses

    pada 15 Mei 2006 dari http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1045. 26

    Sayyidiman, Belajar dari ..., h. 197. 27

    Rizki Musthafa A, Pemikiran Penyatuan Dalam Kehidupan Beragama Di Jepang, artikel ini diakses pada 18 April 2007 dari http://www.sinarharapan.co.id/.

  • 22

    alam dunia ini didiami oleh banyak kami, yaitu dewa-dewa, kekuatan ghaib dan

    kekuatan lain yang berhubungan dengan alam atau orang-orang yang memiliki

    kekuatan khas (kharisma). Sehubungan dengan itu, tiap-tiap kuil Shinto (jinja)

    menghormati kami tertentu. Shinto mengandung kepercayaan bahwa kepulauan

    dan bangsa Jepang bersumber pada Dewi Matahari Amaterasu Omikami yang

    merupakan leluhur Tenno Heika.28

    Dari penjelasan diatas maka Shinto merupakan agama asli Jepang, tetapi

    dengan masuknya agama Budha maka kedua agama tersebut bercampur. Budha

    pun dianggap manifestasi dari kami29. Orang Jepang pergi ke Jinja (kuil Shinto)

    dan juga ke Tera (kuil Budha). Mungkin hal itu dapat kita samakan dengan

    keadaan Indonesia, khususnya di pulau Jawa, yaitu penganut agama Islam yang

    monotheis, juga mengakui adanya kekuatan-kekuatan ghaib dalam alam semesta

    dan timbullah apa yang dinamakan Islam Abangan.30

    Secara faktual, Budha dan Shinto merupakan agama penduduk Jepang, ini

    dilihat dari banyaknya kuil tempat mereka beribadah di berbagai sudut kota.

    Namun mereka sudah bercampur baur. Di Kyoto misalnya, terdapat beberapa kuil

    Shinto yang dipengaruhi oleh agama Budha. Salah satunya adalah Kuil Seribu

    Satu Budha yang berdiri di jantung bekas ibukota kerajaan Jepang pada masa

    sebelum Restorasi Meiji. Di kuil ini terdapat seribu satu patung Sidharta Gautama.

    Tetapi juga terdapat patung dewa-dewa seperti Dewa Brahma, Dewa Wisnu,

    28 Sayyidiman, Belajar Dari..., h. 197.

    29 Kami tidak terbatas jumlahnya karena kami dapat dibedakan menjadi beberapa macam.

    Segala bentuk kewujudan yang memiliki beberapa keistimewaan dan sifat-sifat yang menimbulkan rasa takut dan segan dapat disebut dengan kami. Bahkan dipercayai juga adanya kami yang baik dan kami yang buruk.

    30 Sayyidiman, Belajar dari ..., h. 198.

  • 23

    Dewa Halilintar dan dewa-dewa lainnya, sedangkan Budha tidak mengenal

    Dewa.31

    Biasanya keberagamaan warga Jepang juga dapat terlihat pada tempat

    sembahyang di dalam rumah. Di daerah pedesaan, tidak jarang ditemui warga

    yang memiliki tempat sembahyang agama Budha sekaligus agama Shinto di

    masing-masing rumahnya. Penduduk Jepang yang lanjut usia, rata-rata menganut

    dua keyakinan itu sekaligus, sedangkan anak muda cenderung tidak peduli pada

    agama, apalagi mereka yang tinggal di daerah perkotaan.

    Selain agama Shinto dan Budha, di Jepang terdapat juga agama-agama

    lain seperti Konfusius32, Katolik, berbagai macam kelompok keagamaan yang

    sering disebut dengan agama-agama baru33 , agama rakyat34 dan agama Islam.

    Agama Budha dan Konfusius memiliki pengaruh yang begitu besar dalam

    pembentukan agama Shinto. Kedua agama tersebut sangat berpengaruh dalam

    kehidupan sosial dan spiritual bangsa Jepang sejak abad keenam Masehi. 35

    Selain agama Islam, agama-agama yang telah disebutkan di atas saling

    bertemu, berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga

    membentuk hidup keagamaan masyarakat Jepang menjadi sangat unik. Hal ini

    31 Menengok Kehidupan Beragama Warga Jepang, artikel diakses pada 16 Agustus

    2002 dari http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=89361&kat_id1=147&kat_id2=217. 32

    Kurang lebih pada abad keempat masehi, agama Konfusius mulai memasuki Jepang. Agama ini membawa ajaran yang bercorak serba duniawi maka relatif lebih dapat bercampur dengan nilai-nilai tradisional Jepang seperti yang terdapat dalam agama Sinto.

    33 Agama-agama baru adalah gabungan aliran keagamaan dan golongan keagamaan dari

    Shinto dan Budha, tetapi mereka selalu didirikan dan dipimpin oleh beberapa jenis orang yang berkharesmatik yang memberikan janji kepada para pengikutnya bahwa akan membebaskan mereka dari hidup dalam kemiskinan.

    34 Agama Rakyat adalah agama primitif yang telah bercampur-baur dengan unsur-unsur

    yang berasal dari agama Shinto, agama Budha dan agama-agama serta kepercayaan-kepercayaan lainnya. Agama Rakyat tidak memiliki kitab suci, tidak tersusun dalam organisasi tertentu dan tidak pula berusaha mengembangkan ajaran-ajarannya ataupun memperluas para pengikutnya. Agama Rakyat tidak mementingkan doktrin namun agama ini lebih menaruh perhatian pada pelaksanaan berbagai macam upacara dan perayaan keagamaan baik yang berupa rangkaian upacara tahunan, berbagai upacara peralihan dan sebagainya yang umum dilakukan masyarakat.

    35 Djamannuri, Agama Jepang, (Yogyakarta: PT. Bagus Arafah, 1981), h. 7.

  • 24

    dapat dilihat misalnya melalui berbagai hal yang tampak bertentangan dalam

    kehidupan agama di Jepang sesudah berakhirnya Perang Dunia II. Di sisi yang

    satu bangsa Jepang terlihat seakan-akan sangat sedikit menaruh minat terhadap

    agama. Kehidupan Jepang modern, terutama corak kehidupan industrialisasi dan

    urbanisasinya, agaknya telah menyebabkan orang-orang Jepang lebih banyak

    terlibat dengan hal-hal yang bukan agama.36

    Dari buku yang berjudul Japan Religion and Society Paradigmas of

    Structure and Change, karangan Winston Davis (1992), mengatakan bahwa

    hanya 12% responden yang menganggap kepercayaan agama adalah penting, 44%

    yang menganggap tidak penting dan 38% orang Jepang yang percaya pada Tuhan,

    sisanya tidak percaya atau lebih suka dengan menjawab tidak tahu. Ini berati bagi

    mereka orang Jepang agama tidak penting namun tindakan nyata dengan

    berprilaku yang baik adalah penting, ini terindikasi dari tingkat keamanan,

    ketertiban dan sopan santun mereka.37

    Kesadaran beragama warga Jepang yang seperti ini terkait dengan

    konstitusi negara mereka. Konstitusi yang dibuat oleh pemerintah Amerika

    Serikat sebagai pemenang Perang Dunia II, sama sekali tidak menyebut soal

    kehidupan beragama warga Jepang. Dan hingga kini, konstitusi yang diberlakukan

    sejak tahun 1946 ini sama sekali belum diamandemen. Dengan kondisi kehidupan

    beragama seperti inilah yang mengakibatkan warga Jepang bersikap lebih toleran

    terhadap keberadaan warga asing yang beragama lain. Termasuk juga terhadap

    36 Djamannuri, Agama ..., h. 8.

    37 Kehidupan Beragama Masyarakat Jepang, artikel ini diakses dari http://www.ko-

    ryo.jp/limadaki/budaya/jepang/artikel/agama.html.

  • 25

    umat yang beragama Islam. Tidak seperti warga di banyak negara maju lainnya,

    yang cenderung bersikap diskriminasi terhadap umat Islam.

    C. Sikap Pemerintahan terhadap Agama-agama

    Hakikat asli dari agama Shinto adalah ajaran akan adanya dewa-dewa dan

    makhluk halus, baik dalam alam keliling maupun pada mereka yang sudah mati.

    Adapun Jepang dipuja sebagai negara dewa-dewa dan bangsa Jepang ditanggapi

    sebagai berasal dari Dewa Matahari atau Amaterasu Ohmikami, nenek moyang

    Kaisar Jepang. Kemudian ajaran ini berkembang menjadi pemujaan terhadap

    pahlawan maupun leluhur. Jadi kehidupan kelompok-kelompok yang kemudian

    bertumbuh menjadi clan, selalu meminta restu para pahlawan yang telah

    didewakan maupun para leluhur. Setelah Jepang tumbuh menjadi suatu bangsa

    kesatuan yang dilambangi oleh Kaisar, maka sebagai Kepala Keluarga, Kaisar

    selalu mengadakan pemujaan pada kuil Ise, dimana bersemayam leluhur keluarga

    Kaisar.38

    Ajaran Konfusianisme memperkuat sistem kekaisaran dan faham bangsa

    Jepang sebagai keluarga besar. Tetapi Jepang tidak memperkenalkan faham

    Konfisianisme yang memberikan hak kepada rakyat untuk menumbangkan

    Kaisar, apabila mandat dari langit telah di tarik kembali dan negara mengalami

    kekacauan dan penderitaan.

    Budhisme dari waktu ke waktu berhasil mengungguli pengaruh-pengaruh

    Shinto maupun Konfusianisme, tetapi kedua ajaran itu tetap merupakan unsur-

    unsur dalam kehidupan manusia Jepang. Pada sektor-sektor tertentu, ajaran agama

    38 Arifin Bey, Peranan Jepang ; Dalam Pasca Abad Amerika (Jakarta: C.V. Antar Karya,

    1990), h. 147.

  • 26

    Budha bahkan memperkuat unsur-unsur dari ajaran Shinto. Bahkan secara tidak

    langsung, tanggapan tentang peranan agama Nasrani dalam tatanan politik Barat,

    telah dijadikan alasan untuk memberikan posisi mutlak bagi Kaisar dalam tatanan

    politik Meiji.

    Ito Hirobumi, penyusun undang-undang Meiji, pada waktu melewat ke

    Eropa mengambil kesimpulan bahwa agama Nasrani merupakan landasan teguh

    bagi undang-undang dasar negara-negara di benua itu. Ito mengemukakan bahwa

    di Jepang tidak ada suatu landasan agama yang cukup umum dan kuat yang

    kiranya dapat menjalankan peranan demikian itu, terkecuali kepercayaan rakyat

    terhadap lembaga kekaisaran. Oleh sebab itu perlu memberikan kedudukan yang

    kudus dan tidak dapat diganggu gugat pada lembaga kekaisaran.39

    Maka, dapat dikatakan bahwa Jepang dengan tangan terbuka menerima

    ajaran-ajaran asing, baik ajaran tersebut berasal dari Timur maupun dari Barat.

    Namun, ajaran-ajaran itu diterima hanya kalau tidak merugikan kerangka

    kepercayaan yang telah ada.

    Sejak dimulainya masa Meiji (1868-1912) sampai dengan meletusnya

    perang di tahun 1945, kehidupan agama di Jepang sangat erat hubungannya

    dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah. Pada masa ini Shinto menjadi

    agama negara dengan maksud mengobarkan semangat nasionalisme dan

    Chauvinisme Jepang. Selama masa tersebut ada emapat hal utama yang menjadi

    ciri pokok dalam kehidupan agama di Jepang terutama yang bersangkutan dengan

    agama Shinto, yaitu :

    1. Usaha-usaha pemerintah untuk menciptakan sebuah negara teokrasi

    39 Arifin Bey, Peranan Jepang ; ..., h. 147.

  • 27

    2. Penataan sistem Jinja

    3. Campur tangan pemerintah terhadap agama

    4. Militerisme dalam agama40

    Pemerintah Meiji berusaha untuk mendirikan sebuah negara yang

    didasarkan atas konsep saisei itchi yaitu konsep kesatuan antara upacara-upacara

    keagamaan dan politik. Oleh karena itu banyak langkah-langkah pembaharuan

    drastis yang diambil oleh pemerintah, terutama yang ada hubungannya dengan

    agama, yang semuanya dimaksudkan untuk mendirikan sebuah negara teokrasi

    yang didasarkan atas kultus agama Shinto.

    Sebuah upacara Shinto yang diadakan oleh Kaisar Meiji pada tanggal 25

    April 1869 menunjukkan bahwa kekuasaan Kaisar tidak terpisahkan dari agama

    Shinto. Bahkan pada tahun 1875, pemerintah mempersiapkan doa-doa standar

    yang harus digunakan dalam berbagai ritual di semua kuil. Sepanjang Perang

    Dunia II, karakter nasionalis Shinto diperkuat untuk mencapai kepentingan-

    kepentingan militer.41

    Dalam pengembangan tempat-tempat suci seperti Jinja, pemerintah

    membuat suatu penataan yang tepat dan sistem administrasi yang terkontrol. Dan

    membuat suatu kesatuan ideologi yang dapat mengikat tempat-tempat suci agama

    Shinto melalui sebuah Piagam Pemerintah mengenai kependidikan yang

    dikeluarkan pada tahun 1890. Piagam tersebut memberi penekanan pada kesetiaan

    terhadap kaisar dan keharusan menghormati jalan para dewa.

    Diantara isi dari program kependidikan yang terdapat dalam piagam itu

    ialah dihapuskannya pengajaran agama di sekolah-sekolah, pengembangan teknik-

    40 Djamannuri, Agama ..., h. 39.

    41 Catrien Ross, Mistik Jepang (Yogyakarta: Pinus, 2007), h. 64.

  • 28

    teknik pemujaan yang tepat terhadap kaisar dan pemeliharaan tempat-tempat suci

    agama Shinto. Disamping itu pemerintah juga menetapkan suatu sistem

    pengaturan tempat-tempat suci tersebut secara bertingkat, mulai dari desa, kota

    dan seterusnya sampai pada tingkat pusat yaitu pada Kementerian Dalam Negeri.

    Setiap tempat suci diawasi sehingga praksis tempat-tempat suci tersebut lebih

    merupakan lembaga-lembaga pemerintah dari pada lembaga-lembaga keagamaan.

    Sampai berakhirnya Perang Dunia II prinsip dasar kebijaksanaan

    pemerintah dalam bidang agama adalah pengawasan dan pengarahan semua

    organisasi agama menurut keinginan dan selera pemerintah. Lembaga-lembaga

    keagamaan yang diakui oleh pemerintah memperoleh bantuan dan dukungan,

    sedangkan yang tidak diakui maka tidak memiliki kebebasan dalam menyiarkan

    ajaran-ajarannya dan tidak memperoleh bantuan apapun. Kebijaksanaan seperti ini

    tetap dipertahankan meskipun pada masa Meiji telah diberikan hak kemerdekaan

    beragama yang dicantumkan dalam undang-undang Meiji tahun 1889.

    Pada tanggal 4 Oktober 1945, pemerintah mengeluarkan sebuah ketetapan

    yang berjudul Removal of Restrictions on Political, Civil and Religious

    Liberties atau Penghapusan Pembatasan-pembatasan Kemerdekaan Politik, sipil

    dan Agama42. Sesuai dengan namanya, ketetapan tersebut mengharuskan

    dihapuskannya semua undang-undang, ketentuan, peraturan ataupun ketetapan

    yang memberikan pembatasan-pembatasan terhadap hak kemerdekaan beragama,

    berfikir, bersyarikat dan berbicara. Ketetapan ini merupakan campur tangan dari

    Amerika Serikat yang menuntut pemerintah Jepang untuk bersikap netral

    terhadap agama. Semua bentuk perundang-undangan atau ketentuan-ketentuan

    42 Djamannuri, Agama ..., h. 48.

  • 29

    yang membatasi kebebasan beragama bagi warga negaranya dicabut dan

    dihapuskan. Sikap netral tersebut mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya

    berbagai macam agama di Jepang, dengan berbagai ragam alirannya. Mulai dari

    agama Shinto, Budha, Kristen, Kepercayaan Rakyat, Agama Baru bahkan sampai

    kepada agama Islam. Masing-masing agama tersebut mendirikan berbagai

    organisasi atau lembaga keagamaan yang umumnya identik dengan tempat-tempat

    suci untuk beribadah dan tempat-tempat pertemuan bagi para pemeluknya, yang

    tersebar diseluruh pelosok Negara Jepang.

    Dan pada tanggal 15 Desember 1945 dikeluarkan sebuah ketetapan lain

    yang disebut Abolition of Govermental Sponsorship, Support, Perpetuation,

    Control and Disseminition of State Shinto atau Pencabutan Bantuan, Dukungan,

    Pembakuan, Pengawasan dan Pengembangan Pemerintah terhadap Agama Shinto

    Negara yang kemudian dikenal dengan istilah Pedoman Shinto43. Ketetapan ini

    merupakan pengukuhan dari ketetapan yang dikeluarkan pada tanggal 4 Oktober

    1945.

    Di samping tujuan pokok dari Pedoman Shinto adalah untuk meniadakan

    sifat nasionalisme agama Shinto, pedoman tersebut juga didasarkan atas tiga

    prinsip yaitu ;

    1. mengikis habis segala faham militerisme dan ultranasionalisme di Jepang

    dalam segala bentuk dan manifestasinya

    2. mengukuhkan hak kebebasan beragama bagi seluruh warga Negara Jepang

    3. memisahkan agama dari negara44

    43 Djamannuri, Agama ..., h. 49.

    44 Hori Ichiro, ed., Japanese Religion (Tokyo: Kodansha Internasional, 1972), h. 165.

  • 30

    Oleh karena itu penyalahgunaan agama untuk tujuan-tujuan politik tidak

    diperbolehkan dan semua agama ditempatkan pada kedudukan yang sama. Sikap

    pemerintah tersebut merupakan dasar utama akan adanya kemerdekaan beragama

    dan pemisahan agama dari negara di Jepang

    Dengan adanya Pedoman Shinto maka agama Shinto tidak lagi menjadi

    agama nasional yang dapat dipaksakan; kewajiban untuk memberikan bantuan

    kepada agama Shinto juga sudah ditiadakan; ajaran dan peribadatan agama

    tersebut juga sudah dihapuskan dari sistem pendidikan; dan Jinja Shinto hanya

    diakui sebagai sebuah agama yang sama kedudukannya dengan agama-agama

    lainnya di Jepang.

    Selain Pedoman Shinto diatas yang memberikan kebebasan beragama,

    kebebasan beragama juga terdapat dalam konstitusi Jepang pasal 20, yang

    menegaskan secara terperinci bahwa Kebebasan agama dijamin bagi semua

    orang. Organisasi keagamaan tidak akan mendapat hak-hak istimewa dari negara

    dan tidak melakukan kekuasaan politik apa pun. Tidak seorangpun dapat

    dipaksa untuk ikut serta dalam tindakan, perayaan, upacara ataupun praktek

    keagamaan. Negara beserta organ-organnya harus tidak melakukan pendidikan

    keagamaan atau kegiatan keagamaan lainnya.45 Selain kebebasan beragama,

    pasal 20 dari Konstitusi Jepang tersebut juga meniadakan campur tangan

    pemerintah dalam persoalan agama, apapun jenisnya.

    45 Jepang: Sebuah Pedoman Saku (Jakarta: Kedutaan Besar Jepang, 1984), h. 155.

  • 31

    BAB III

    Awal Kedatangan dan Perkembangan Islam di Jepang

    A. Awal Kedatangan Islam di Jepang

    Dalam perjalanan sejarah Negara Jepang yang lebih banyak berhubungan

    dengan Konfusianisme, Budha dan Shinto, keberadaan Islam bukanlah sesuatu

    yang ada di dalam kehidupan masyarakat Jepang. Selain itu adanya kebijakan

    mengasingkan diri sekitar 200 (dua ratus puluh) tahun, dari pertengahan abad ke

    17 (tujuh belas), sehingga tidak ada kontak antara Jepang dengan Islam.46 Hal

    inilah yang menyebabkan masuknya Islam ke Negeri Jepang begitu lambat.

    Ketika membuka dirinya dari pengasingan yaitu pada masa Meiji, orang-orang

    Jepang mulai mengetahui Islam dari tetangganya yaitu Cina melalui buku-buku

    Cina. Selain itu, orang-orang Jepang mengetahui akan Islam melalui buku-buku

    46 Hubungan Islam dan Jepang, Ceramah oleh Minister Sato, Wakil Duta Besar untuk

    Indonesia, artikel ini diakses pada 28 Januari 2006 dari http://www.id.emb-Jepang.go.jp/spmins.htm.

  • 32

    yang di tulis oleh orang Eropa, hal inilah yang menyebabkan orang-orang Jepang

    belajar ke Cina.47

    Mengenai kapan agama Islam diperkenalkan ke Jepang tidak diketahui

    dengan pasti. Salah satu penyebabnya adalah bahwa terkecuali pada masa-masa

    tertentu dalam sejarah perkembangan Islam di Timur Tengah, menyebarnya

    agama Islam tidak merupakan sesuatu usaha yang disengaja. Terutama sekali

    semenjak zaman modern, melalui hubungan perdagangan antara benua dan

    negara, penganut-penganut Islam sebagai perorangan mengadakan hubungan yang

    luas dengan anggota-anggota masyarakat setempat. Mengenai Jepang, pertemuan

    antara pedagang dan perorangan Jepang itu tidak terjadi di Jepang sendiri, tetapi

    di negeri asing. Begitu juga bacaan mengenai Islam yang memasuki Jepang

    sesudah Restorasi Meiji merupakan karya-karya orang Cina atau buku-buku

    dalam bahasa Cina yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang.48

    Periodesasi pertemuan Jepang dengan Islam menurut Abu Bakar Morimoto

    Persentuhan atau pertemuan antara Islam dengan Jepang memiliki

    beberapa periodesasi. Periodesasi tersebut dijelaskan oleh beberapa penulis

    tentang Islam di Jepang, diantaranya adalah Abu Bakar Morimoto dalam bukunya

    yang berjudul Islam in Japan: Its Past, Present and Future mengatakan bahwa

    hubungan Islam dengan Jepang adalah suatu hal yang baru jika dibandingkan

    dengan beberapa negeri di Asia, Afrika dan Eropa. Untuk menggambarkan

    47 Dr. Abdullah M. Tharazi, Intisyaarul Islaam fil Aalam (Jeddah: Jamii Huquuq ath-

    Thab wan Natsr Mahfuzhah liaalam al-Marifah, 1985), h. 277. 48

    Arifin Bey, Peranan Jepang ..., h. 150.

  • 33

    hubungan ini secara teratur, maka lebih baik mempelajari sejarah Islam di Jepang

    kedalam beberapa periode:49

    1. Periode antara Restorasi Meiji dan akhir Perang Dunia II

    Dengan lahirnya era baru yaitu pada masa Restorasi Meiji, Jepang dengan

    cepat mulai menerima dan menyerap berbagai ilmu pengetahuan Barat.

    Melalui ilmu pengetahuan Barat ini, orang-orang Jepang juga mulai

    melakukan interaksi secara bebas dengan agama-agama Barat. Tentu saja,

    agama Kristen adalah suatu agama yang dinilai mempunyai pengaruh yang

    kuat terhadap orang-orang Jepang melalui beberapa aktifitas yang

    dilakukan oleh para misionaris Kristen. Namun kemudian mereka beralih

    kepada Islam yaitu ketika adanya buku-buku terjemahan tentang

    kehidupan Nabi Muhammad SAW, maka dengan demikian Islam

    mendapat tempat dikalangan para intelektual Jepang. Hal ini hanya sebatas

    ilmu pengetahuan saja dan sejarah kebudayaan.

    Hubungan yang lain terjadi pada tahun 1890, yaitu ketika Kerajaan Turki

    mengirimkan kapal perang angkatan laut ke Jepang dalam misi muhibbah

    yang menjadi pelopor bagi hubungan antara dua negara dan disisi lain

    antara orang Islam dengan Orang Jepang. Misi ini membuka jalan untuk

    hubungan diplomasi antara Jepang dan Turki. Ketika pulang ke Turki

    awak kapal Turki mendapat musibah di laut. Dengan mengetahui keadaan

    kapal Turki, orang-orang Jepang menolong mereka dengan mengadakan

    penyelamatan.

    49 Abu Bakar, Islam in ..., h. 8.

  • 34

    Komunitas muslim pertama kali dimulai dengan datangnya beberapa ratus

    orang Turki, Uzbek, Tadzik, Kirghiz, Kazak dan pengungsi Muslim Tatar

    dari Asia Tengah dan Rusia yang terjadi pada waktu Revolusi Bolshevik.

    Para pengungsi Muslim ini mendapat perlindungan di Jepang. Mereka

    mulai kehidupan baru setelah mendapat tempat tinggal dengan tenang di

    beberapa kota di Jepang seperti Tokyo, Kobe, Nagoya dan sebagainya.

    Mereka juga mulai melakukan kegiatan keagamaan dengan membentuk

    komunitas-komunitas di tempat mereka tinggal. Hubungan antara Muslim

    ini dengan penduduk setempat membawa kepada masuknya beberapa

    orang Jepang kedalam agama Islam.

    Pada masa Perang Dunia II, para militer Jepang melakukan hubungan

    langsung dengan orang-orang Islam di negara jajahannya seperti Cina dan

    Asia Tenggara. Hubungan militer ini menghasilkan berdirinya beberapa

    pusat penelitian dan organisasi tentang Islam dan Dunia Muslim di Jepang.

    Tujuan dari lahirnya beberpa pusat penelitian dan organisasi ini bukanlah

    untuk menyebar luaskan agama Islam, tetapi hanya membekali para militer

    dalam pengetahuan tentang Islam.

    2. Setelah Perang Dunia II

    Dibawah undang-undang baru Jepang, diumumkan secara resmi setelah

    perang, kebebasan beragama dari orang-orang Jepang telah dijamin.

    Maka, seluruh pemerintah dan semua kantor pemerintahan serta berbagai

    institusi telah merdeka dari berbagai macam hak istimewa terhadap agama

  • 35

    utama (Shinto). Diwaktu yang sama, semua orang diberi kebebasan untuk

    percaya, melakukan ibadah atau menyebarkan agamanya sebagai pilihan.

    Berbagai organisasi keagamaan mulai bermunculan. Pada waktu yang

    sama juga, setelah peperangan berakhir, tumbuhlah kemerdekaan negara-

    negara Muslim di Asia dan Afrika, serta diplomasi, ekonomi dan

    pertukaran kebudayaan mulai tumbuh secara perlahan antara negara-

    negara Muslim di Asia dan Afrika dengan Jepang. Pertukaran ini juga

    membawa gelombang pejabat pemerintahan Muslim, para sarjana, orang-

    orang bisnis, pelajar dan lain sebagainya pergi ke Jepang. Dan sebaliknya,

    orang-orang Jepang pergi ke negara-negara Muslim.

    Selain itu, banyak orang Jepang mulai menunjukkan rasa keingintahuan

    mereka terhadap bahasa Arab dan ajaran-ajaran Islam. Para pemuda

    Jepang mulai pergi ke Arab dan negara-negara Muslim untuk belajar

    bahasa Arab dan Islam, beberapa dari mereka mengajarkan kembali semua

    yang telah mereka dapat di Jepang setelah mereka kembali. Di Jepang,

    duta besar dari negara-negara Muslim seperti Arab Saudi, Kuwait, Mesir,

    Pakistan, Libya, Iran, Malaysia, Indonesia dan sebagainya secara aktif

    mereka memberi pertolongan dan bantuan terhadap seluruh kegiatan

    keislaman. Hajj Umar Mita adalah salah seorang sarjana Muslim Jepang

    yang mempublikasikan al Quran yang telah diterjemahkan dalam bahasa

    Jepang, dalam melakukan penerjemahan tersebut ia disponsori oleh

    Rabithah al-alam al-islami.

  • 36

    Setelah peperangan berakhir, Jepang banyak mendapatkan kerusakan

    dalam bidang industri. Untuk memperbaiki perindustriannya Jepang

    membutuhkan minyak yang 99,8% didapatkan dari Negara-negara Muslim

    di Timur Tengah dan Asia. Karena membutuhkan minyak maka Jepang

    harus berinteraksi dengan Negara-negara tersebut. Pada saat Arab Boom

    (1973), media masa Jepang melakukan pemberitaan besar-besaran

    mengenai Muslim Word secara umum dan Arab World secara khusus,

    setelah menyadari pentingnya Negara-negara Arab bagi ekonomi Jepang.

    Melalui pemberitaan tersebut banyak orang Jepang mengenal Islam

    melalui tampilan ibadah haji di Mekah serta mendengar suara azan dan

    bacaan al Quran. Selain itu, banyak juga usaha yang sungguh-sungguh

    untuk mempelajari Islam dan banyak yang memeluk Islam.

    Periodesasi pertemuan Jepang dengan Islam menurut Arifin Bey

    Arifin Bey dalam bukunya yang berjudul Peranan Jepang dalam Pasca

    Amerika mengatakan bahwa pertemuan Jepang dengan agama Islam terbagi

    menjadi beberapa periodesasi50 yaitu:

    1. Periode pertama yang berujung pangkal pada kunjungan suatu kapal

    perang Sultanat Turki ke Jepang pada tahun 1889.

    Dua puluh tiga tahun setelah Restorasi Meiji atau bertepatan pada tahun

    1889, pemerintahan Sultan di Turki mengirimkan suatu misi muhibah ke

    Jepang di bawah pimpinan Laksamana Osman. Dia tiba di Jepang

    permulaan bulan Juni, tahun berikutnya dengan kapal perang Erthugrul

    50 Arifin Bey, Peranan , h. 149.

  • 37

    (phonetik) yang dinahkodai oleh Kolonel Laut Ali dan 607 orang anggota

    angkatan laut Turki. Misi ini memperoleh sambutan yang hangat sekali,

    baik oleh pemerintah maupun angkatan laut Jepang serta rakyat.

    Setelah tiba tiga bulan berada di Jepang, mereka mulai pelayaran pulang

    dengan meninggalkan pelabuhan Yokohama. Waktunya ialah 14

    September 1890, yaitu di tengah-tengah musim angin taufan di belahan

    utara bumi ini. Pada tanggal 16 September malam, pada waktu kapal

    tersebut di sebelah selatan Semenanjung Kii, dilanda oleh angin taufan

    sehingga mengalami malapetaka. 540 orang di antara anggota misi,

    termasuk laksamana dan nahkoda kapalnya tidak tertolong, walaupun

    pemerintah Jepang setempat telah melakukan apa pun yang dapat mereka

    usahakan untuk menyelamatkan para tamu-tamu mereka. Khususnya,

    pemerintah pusat Jepang telah mengirimkan dua kapal perangnya untuk

    memberikan pertolongan. Kunjungan misi Turki ini merupakan

    pengalaman Jepang pertama-tama untuk mengikat tali persahabatan

    dengan suatu negara Islam.

    Pada waktu musibah itu terjadi, seorang pemuda Jepang yang bernama

    Yamada Torajiro, baru berumur 24 tahun. Sebagai seorang pemuda masa

    Meiji, dia rajin belajar dan banyak mengetahui tentang dunia luar. Di

    samping bahasa Cina, dia juga telah mempelajari beberapa bahasa Eropa,

    seperti Inggris, Jerman dan Perancis. Musibah kapal perang Turki itu

    menggerakkan hatinya untuk mengumpulkan dana bantuan untuk

  • 38

    meringankan penderitaan keluarga para anggota misi tersebut. Setelah

    terkumpul sejumlah dana, dia pergi menghadap Menteri Luar Negeri pada

    waktu itu, Aoki Shuzo dengan permintaan agar pemerintah Jepang sudi

    menyampaikan dana sumbangan itu kepada pemerintah Turki. Menteri

    Luar Negeri Aoki Shuzo menyarankan sebaiknya dia sendiri pergi ke

    Turki untuk menyerahkan dana tersebut. Kebetulan saja, pemerintah

    Jepang hendak mengirimkan 300 orang anggota angkatan laut ke Perancis,

    dengan tugas untuk membawa kembali ke Jepang suatu kapal perang baru

    yang dipesan oleh Tokyo dari negara Eropa tersebut, Yamada memperoleh

    izin untuk ikut serta rombongan tersebut sampai Port Said. Dari sana dia

    melanjutkan perjalanan darat ke Turki. Kebetulan dia tiba di Istanbul pada

    waktu bulan Ramadhan, dan pada suatu upacara khidmat, dia

    menyerahkan dana bantuan itu kepada Menteri Angkatan Laut Turki.

    Sebagai penghargaan atas jasanya, Yamada dianugerahi bintang oleh

    Sultan Turki sedangkan Menteri Angkatan Laut negara tersebut meminta

    agar dia bersedia tinggal di Turki untuk mengajarkan bahasa Jepang

    kepada tujuh perwira angkatan perang mereka, baik darat maupun laut.

    Salah seorang dari perwira yang memperoleh pelajaran dari Yamada

    adalah Kemal Attaturk yang kemudian menjadi Bapak Turki Modern.

    Pada tahun 1931, Yamada kembali mengunjungi Turki, kali ini atas

    undangan Presiden negara tersebut, Kemal Attaturk. Sambil mengajarkan

    bahasa Jepang, dia juga tertarik pada kebudayaan Islam dan pada waktu

    itulah dia memeluk agama Islam dan menyandang nama Abdul Halim.

  • 39

    Setelah perjanjian mengajar selama dua tahun berakhir, Yamada kembali

    ke Jepang, tetapi satu tahun kemudian dia pergi kembali ke Turki dalam

    usaha untuk memantapkan hubungan perdagangan dan kebudayaan.

    Melalui tiga kunjungan ke Turki, Yamada telah tinggal di negara tersebut

    selama 20 tahun. Dia meninggal di Jepang pada tahun 1957 pada usia 91

    tahun.

    2. Periode kedua yang berujung pangkal pada Perang Jepang-Rusia dan

    datangnya sekitar 71.947 orang tawanan perang Rusia di Jepang.

    Pada tahun 1904-1905, Jepang terlibat dalam suatu peperangan dengan

    Rusia. Pada waktu itu, angkatan perang Jepang telah berhasil menawan

    puluhan ribu anggota tentara Rusia. Diantara mereka yang berjumlah

    71.947 orang yang dikirimkan ke Jepang dan ditempatkan di beberapa

    camp, sekitar 28.000 orang ditempatkan di suatu camp di dekat kota

    Osaka. Di antara mereka ini diduga hampir seribu orang adalah orang

    Tartar yang memeluk agama Islam.

    Pemerintah Jepang dalam usaha memelihara suatu citra internasional yang

    baik, mendirikan rumah-rumah ibadat bagi para tawanan, sesuai dengan

    agama mereka masing-masing. Terdapat gereja Kristen Timur, gereja

    Katolik, gereja Protestan, rumah ibadat agama Yahudi dan masjid. Melalui

    kehidupan orang-orang Rusia dari berbagi agama inilah, masyarakat

  • 40

    Jepang mengadakan kontak dengan agama-agama yang sebagian besar

    mereka kenal melalui bacaan belaka. Terutama sekali mengenai Islam, ini

    adalah kesempatan pertama mengenal ajaran itu dari dekat secara

    langsung.

    3. Periode ketiga yang berujung pangkal pada tibanya pelarian kaum

    Tartar Muslim dari Rusia pada waktu pecahnya Revolusi Bolshevik.

    Pada waktu Revolusi Bolshevik, sejumlah bangsa Tartar yang beragama

    Islam melarikan diri ke Jepang, berapa jumlah banyaknya mereka yang

    melarikan diri tidak dapat diketahi dengan pasti, namun mereka inilah

    yang kemudian berjasa mendirikan masjid, baik di Kobe maupun Tokyo,

    dengan bantuan penduduk golongan-golongan lainnya, seperti India dan

    pemerintah Jepang.

    Revolusi Bolshevik selama Perang Dunia I, muncul komunitas Muslim

    dengan kedatangan ratusan pengungsi Muslim dari Turki, Uzbekistan,

    Tadjikistan, Kirghistan, Kazakhtan serta para pengungsi lain yang berasal

    dari Asia Tengah serta Rusia. Orang-orang Muslim tersebut diberi hak

    suaka tinggal oleh pemerintah Jepang di beberapa kota utama di Jepang

    dan kemudian membentuk komunitas Muslim yang kecil. Sejumlah orang

    Jepang memeluk Islam setelah berinteraksi dengan komunitas Muslim

    tersebut. Dengan adanya komunitas Muslim yang kecil ini, beberapa

    masjid berhasil dibangun. Masjid Kobe yang dibangun pada tahun 1935

    serta masjid Tokyo yang dibangun pada tahun 1938 merupakan masjid-

    masjid terpenting di Jepang. Satu hal yang perlu ditekankan disini bahwa

  • 41

    sedikit Muslim Jepang yang dilibatkan dalam pembangunan masjid

    tersebut serta tidak ada satu pun Muslim Jepang yang menjadi imam di

    tiap masjid tersebut.

    4. Periode keempat yang berujung pangkal pada peperangan di Korea,

    dimana ikut serta pasukan-pasukan dari Turki.

    Pada waktu peperangan di Korea, Turki mengirimkan pasukannya ke

    Korea dan mereka yang menderita luka-luka atau memperoleh waktu

    rekreasi dikirim ke Jepang. Melalui mereka, masyarakat Jepang lebih

    memperluas lagi perkenalan dengan penganut agama Islam.

    5. Periode Kelima yaitu meningkatnya orang-orang Jepang sendiri

    untuk memeluk agama Islam dan berdirinya Perkumpulan

    Kebudayaan Islam yang sekarang diketuai oleh Abu Bakar Morimoto

    dan Kongres Islam Jepang yang diketuai oleh Dr. Shawqi Futaki.

    Pada tahun 1932, 17 orang cendikiawan Jepang yang mempelajari agama

    Islam mufakat untuk mendirikan Lembaga Studi Islam sebagai usaha

    untuk memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat luas di Jepang.

    Sebagai alat penerangan, badan tersebut menerbitkan suatu majalah, baik

    dalam bahasa Jepang maupun Inggris, masing-masing dengan nama Islam

    Bunka no Hirobi dan Islamic Culture Forum. Majalah dalam bahasa

    Inggris ditujukan untuk merapatkan hubungan dengan badan-badan Islam

    di luar negeri, sedangkan majalah dalam bahasa Jepang ditujukan kepada

    masyarakat di dalam negeri.

    Periodesasi pertemuan Jepang dengan Islam menurut Dr. Jamhari Makruf

  • 42

    Dalam bukunya yang berjudul The Indonesian Moslem Perspective on

    Japan, yang diterbitkan oleh The Japan Fondation, Dr. Jamhari Makruf

    mengatakan bahwa beberapa interaksi antara Jepang dan Dunia Islam dibagi

    menjadi dua periode.51

    1. Periode pertama adalah masa kolonialisme, dimulai dengan kebijakan

    Nanshin Jepang.

    Jepang ingin menaklukkan wilayah selatan, yang mayoritas penduduknya

    beragama Islam. Oleh karena itu Jepang mengambil beberapa langkah

    untuk mengambil simpati dari orang-orang Islam.

    Invasi Jepang terhadap Cina dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara

    selama Perang Dunia II menyebabkan orang-orang Jepang dapat

    berinteraksi dengan orang-orang Muslim. Orang-orang Jepang yang

    memeluk Islam karena interaksinya dengan orang-orang Muslim di

    negara-negara yang mereka invasi menjadi komunitas yang mapan pada

    tahun 1953 dengan terbentuknya organisasi Muslim Jepang yang pertama

    kali yakni Japan Muslim Association yang dipimpin oleh Umar Mita. Dia

    adalah seorang pemimpin yang dedikasi dan tipikal Muslim generasi tua,

    yang belajar Islam dalam wilayah yang berada di bawah kekuasaan Jepang

    (wilayah invasi). Dia bekerja di perusahaan Perkereta apian Manshu di

    51 Dr. Jamhari Makruf, The Indonesian Moslem Perspective on Japan (Jakarta: The Japan

    Foundation, 2005), h. 9.

  • 43

    Cina, yang sebenarnya turut mengontrol wilayah yang diinvasi Jepang

    yang berada di sebuah propinsi yang terletak di timur laut Cina. Dia masuk

    Islam karena seringnya melakukan interaksi dengan Muslim Peking-Cina.

    Di kisahkan pula saat tentara Jepang pergi ke Malaysia, sang pilot

    meginstruksikan anak buahnya untuk mengucapkan kalimat tauhid Laa

    Ilaaha illallaahu. Dan ketika mereka ditembak jatuh oleh tentara musuh di

    wilayah Malaysia, mereka melontarkan kalimat tauhid agar di beri

    perlakuan yang baik oleh penduduk setempat. Dan memang mereka diberi

    perlakuan yang layak. Para tentara yang menetap di Malaysia ini akhirnya

    tetap menjaga kalimat tauhid. Mereka disebut generasi tua seperti halnya

    Umar Mita.

    2. Periode kedua adalah masa economic booming Jepang pada tahun

    1970-an.

    Setelah Jepang memperoleh kemampuan teknologi yang tinggi, Jepang

    menjadi raksasa ekonomi baru. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada tahun

    tersebut merupakan suatu hal yang luar biasa. Walaupun demikian, ketika

    negara-negara yang memproduksi minyak mulai melakukan embargo

    minyak mereka terhadap Jepang dan Amerika, ekonomi Jepang

    mengalami derita berat. Hal tersebut menyebabkan timbulnya minat akan

    mempelajari Islam dan Timur Tengah di Jepang, dengan tujuan Jepang

    dapat mendekati negara-negara tersebut yang menghasilkan minyak.

    Orang Jepang Pertama yang memeluk Islam

  • 44

    Adapun orang yang pertama masuk Islam adalah seorang pemuda yang

    bernama Yoshi Imaizuma, ia adalah seorang insinyur mesin lulusan Universitas

    Nihon di Tokyo. Ia memeluk agama Islam pada waktu berusia 24 tahun, tepatnya

    pada tahun 1926. Setelah memeluk agama Islam ia memakai nama Sadiq Yoshio

    Imaizuma.52 Ia memeluk agama Islam atas bimbingan Imam Abdurrashid Ibrahim

    Bey, seorang pejuang Turkestan yang datang pertama kali ke Jepang pada tahun

    1908 untuk meminta bantuan guna mendukung perjuangan kemerdekaan bagi

    daerah-daerah Islam yang diduduki Soviet Rusia. Namun sebelum Imaizuma ada

    tiga orang yang telah memeluk agama Islam Mereka itu adalah53:

    1. Mitsutaro Takaoka

    Mitsutaro Takaoka telah masuk Islam pada tahun 1909. Ia mengganti

    namanya menjadi Omar Yamaoka setelah menunaikan ibadah haji ke

    Mekkah.

    2. Bunpachiro Ariga

    Ketika Bunpachiro Ariga pergi berdagang ke India, ia berinteraksi dengan

    warga setempat yang beragama Islam, setelah beberapa lama berinteraksi

    kemudian ia memeluk Islam dan menggantikan namanya menjadi Ahmad

    Ariga.

    3. Torajiro Yamada

    Torajiro Yamada telah mengunjungi negara Turki beberapa kali. Pertama

    kali ia mengunjungi negara tersebut dengan maksud menyerahkan dana

    bantuan yang diberikan oleh Menteri Luar Negeri Jepang kepada Menteri

    Angkatan Laut Turki. Untuk kedua kalinya ia pergi ke Turki atas

    52 Lukman Harun, Potret Dunia Islam (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1985), h. 451.

    53 Pengenalan Islam di Negara Jepang, artikel ini diakses dari

    http://tkimia.21.forumer.com/viewtopic.php?t=79.

  • 45

    undangan Kemal Attaturk, pada waktu kunjungan kali ini ia memeluk

    agama Islam dan menggantikan namanya menjadi Abdul Khalil. Dan

    untuk terakhir kalinya ia pergi ke Turki untuk memperkuat hubungan

    antara kedua negara tersebut.

    B. Perkembangan Islam di Jepang

    Perkembangan agama Islam di Jepang bukanlah suatu hal yang mudah,

    karena masyarakat Jepang sangat terikat dengan kebiasaan dan adat istiadat yang

    berdasarkan agama Shinto. Selain itu, dakwah Islam juga hanya dilakukan secara

    sambil berlalu, tanpa dana dan tanpa organisasi. Walaupun demikian, lambat laun

    pemeluk agama Islam mulai bertambah. Hal ini disebabkan dengan hubungan

    Jepang dengan negara lain yang bertambah luas sesudah Perang Dunia II,

    termasuk dengan negara-negara Islam. Bertambah banyak orang Islam dari

    berbagai negara yang bertempat tinggal di Jepang. Hal ini yang ikut

    mempengaruhi perkembangan dan kemajuan agama Islam di Jepang. Terbukti

    dengan banyaknya organisasi Islam yang bermunculan.

    Perkembangan agama Islam di Jepang yang tergolong lambat merupakan

    akibat dari lingkungan eksternal. Atmosfer agama tradisional Jepang dan

    kecenderungan pembangunan negara Jepang yang terlalu materialistik. Selain itu

    juga terdapat perbedaan orientasi antara generasi Muslim Jepang yang lama

    dengan yang baru. Bagi generasi Muslim Jepang yang lama, Islam disamakan

    dengan agama yang ada di Malaysia, Indonesia atau Cina dan yang lainnya.

  • 46

    Namun bagi generasi Muslim Jepang yang baru, negara-negara Asia Tenggara dan

    Timur ini tidak terlalu menarik, karena orientasi mereka adalah Barat, dan mereka

    lebih dipengaruhi oleh Islam seperti yang ada di negara-negara Arab.

    Muslim Jepang generasi lama sudah pernah hidup berdampingan dengan

    Muslim non-Jepang dan hal ini merupakan sebuah contoh yang bagus akan

    adanya semangat persaudaraan. Namun di sisi lain terdapat efek samping yang

    tidak dapat dinafikan lagi yaitu Islam menjadi sesuatu yang asing bagi orang

    Jepang pada umumnya. Inilah yang dihadapi oleh Muslim Jepang generasi baru.

    Kehadiran Islam dan apa yang diajarkannya memberikan pencerahan baru

    bagi mereka yang merasakan beban hidup sedemikian beratnya. Namun di

    kalangan orang Jepang masih terdapat pemikiran salah tentang Islam, mereka

    menganggap bahwa Islam adalah agama aneh yang hidup di negara yang belum

    berkembang. Pemikiran ini muncul seiring dengan arus Westernisasi yang

    mengusung agama Kristen. Hal ini diperburuk dengan banyaknya penyebaran

    informasi yang salah kaprah. Namun seiring waktu, perkembangan informasi dan

    pertambahan jumlah pemeluk Islam terus meningkat. Banyak orang Jepang

    percaya bahwa Islam akan lebih diterima di Jepang. Meski belum ada angka pasti,

    namun diperkirakan Islam akan berkembang di Jepang. Hal ini terutama mengacu

    kepada banyaknya perkawinan campur antara Muslim dan non-Muslim asal

    Jepang.54

    Selain itu terdapat juga penambahan angka yang cukup signifikan dengan

    banyaknya mahasiswa Jepang yang memilih belajar di Universitas yang berada di

    negara-negara Arab. Banyak juga mahasiswa di Universitas yang berada di Jepang

    54 Islam Boom di Jepang, Cahaya Baru di Negara Matahari Terbit, atikel ini diakses

    pada 27 Januari 2006 dari http://swaramuslim.NET/ISLAM/more.php?id=5137-0-4-0-M.

  • 47

    membentuk suatu komunitas diskusi formal skala kecil untuk membicarakan

    persoalan agama. Ini sangat berguna sekali, terutama mengingat masih sedikitnya

    komunitas Muslim yang bergerak untuk memfasilitasi dan memberikan

    pemahaman lebih baik tentang kepercayaan Islam. Dan juga terdapat komunitas

    Muslim yang memberikan kontribusi besar dalam memelihara solidaritas di

    kalangan Muslim Jepang. Pusat pengembangan Islam di Jepang juga merupakan

    salah satu fasilitator terbaik bagi komunitas Muslim. Melalui dialog, seminar dan

    konferensi, tempat ini membantu para Muslim mempromosikan pemahaman akan

    Islam yang lebih baik di Jepang.

    Islam berkembang di Jepang melalui dua cara yaitu dengan perkawinan

    (warga asing yang beragama Islam di Jepang dan khususnya lelaki telah

    mengawini wanita setempat dan mendorong wanita-wanita tersebut memeluk

    Islam) dan dakwah (warga asing yang beragama Islam yang sudah menetap di

    Jepang telah melakukan berbagai aktifitas dakwah dalam usaha untuk

    menyebarkan ajaran Islam di Jepang).

    Dalam hal perkawinan menurut R. Siddiqi (Direktur Islamic Center

    Jepang) mengatakan bahwa wanita tertarik kepada Islam karena mereka

    menginginkan kebebasan. Islam memberi mereka kemerdekaan sebab mereka

    tidak akan menjadi budak lelaki manapun. Islam melawan agresi moral yang

    menyerang wanita. Kesucian dan kehormatan wanita dilindungi. Islam melarang

    hubungan haram. Semua ini menarik perhatian para wanita Jepang.55 Dan

    tercatat dalam laporan Islamic Center Jepang bahwa tiap tahun terdapat 40

    55 Kartika, Wanita Jepang memeluk Islam karena Pernikahan, (diolah dari tulisan

    Lynne Y. Nakano berjudul Marriages lead women into Islam in Japan) artikel ini diakses pada 3 September 2006 dari http://hidayatullah.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3542&Itemid=62.

  • 48

    pernikahan antara orang Islam yang berasal dari luar Jepang dengan wanita

    Jepang.

    Dalam hal dakwah menurut Prof. Hassan Ko Nakata56 bahwa satu-satunya

    jalan terbaik untuk menyebarkan Islam di Jepang adalah melalui pengaruh

    personal dari pelaku dakwah yang memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam

    tentang Islam dengan kepribadian yang baik serta memahami budaya Jepang.57

    Dakwah ini sering dilakukan oleh para pelajar dan pekerja di berbagai bidang

    dengan membentuk suatu komunitas. Dengan komunitas tersebut mereka

    berusaha memperbaiki pemahaman ajaran Islam dan mengukuhkan persaudaraan

    antara orang-orang Islam. Mereka melakukan dakwah di kota-kota besar seperti

    Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka dan Tokyo. 58

    B.1. Dalam Bidang Dakwah

    Perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jepang dipelopori oleh

    orang-orang Islam dari Turki, India dan Arab59. Dalam melakukan kegiatan

    dakwahnya mereka mendirikan masjid. Dakwah Islam yang dilakukan oleh umat

    Islam Jepang bukan hanya dengan membangun sarana ibadah seperti masjid

    namun untuk mengenalkan dan mengembangkan Islam di Jepang mereka

    mendirikan berbagai organisasi Islam di Jepang. Organisasi Islam ini tumbuh satu

    persatu yang diawali oleh Japan Muslim Association.

    56 Prof. Hassan Ko Nakata adalah satu dari sedikit kaum intelektual di Jepang yang

    tertarik pada Islam. Ia masuk Islam pada tahun 1983, tepatnya setelah 15 tahun ia mempelajari Islam. Ia juga seorang Presiden Asosiasi Muslim Jepang.

    57 Prof. Hassan Ko Nakata, Seperti Mendakwahi Batu, artikel ini diakses dari

    http://www. Mail-archive.com/[email protected]/msg01142html. 58

    Islam in Japan: Its past, present and future. Islamic Centre Japan, artikel ini diakses pada 30 Desember 2005 dari http://members.Tripod.com/worldupdates/islamintheworld/id28.htm.

    59 Azyumardi Azra, Japan, The Muslim World and Indonesia: Past and Present,

    Mimbar Agama & Budaya, Vol.XXXI, no. 1, 2004 ; h.1.

  • 49

    Para pelajar beserta para pekerja merupakan suatu komunitas terbesar yang

    melakukan dakwah Islam di Jepang.60 Dalam melakukan dakwahnya mereka

    memusatkan perhatian di kota-kota besar seperti Hiroshima, Kyoto, Nagoya,

    Osaka dan Tokyo. Perkumpulan pelajar Muslim di Jepang membentuk organisasi

    periodik kampus, mereka bersama-sama berusaha meningkatkan pemahaman

    mereka dalam mengajarkan Islam dan memperkuat hubungan persaudaraan

    diantara Muslim.

    Kegiatan dakwah di Jepang sangat diperlukan untuk perbaikan

    pengetahuan keislaman dan kondisi kehidupan komunitas Muslim. Suatu hal yang

    akan membebankan komunitas Muslim jika sikap ketidakacuhan dan

    ketidakpedulian dari penduduk Muslim di Jepang mengenai isu-isu keislaman dari

    para pengikutnya, resiko dari komunitas tersebut akan tumbuh besar melalui

    hebatnya penyimpangan akan ajaran Islam. Kemungkinan ini akan terjadi dengan

    terpengaruhnya umat Islam dengan ikut serta secara kolektif dalam perayaan

    agama yang ada di Jepang dan mengunjungi kuil. Masalah ini akan sangat terasa

    pada anak-anak Muslim yang tidak memiliki sekolah taman kanak-kanak Muslim

    atau mereka yang masuk sekolah-sekolah umum yang dengan mudah menjadi

    target penularan dan perkembangan budaya non-Islam dalam kehidupan sosial.

    Oleh karena itu terdapat beberapa usaha untuk membangun dan mengubah

    rumah-rumah atau gedung-gedung menjadi masjid dengan tujuan untuk

    mengajarkan anak-anak tentang keislaman.61 Selain itu, untuk menghilangkan

    kesalahpahaman tentang pengajaran Islam dari berita-berita yang dihasilkan dari

    60 Para pelajar dan pekerja ini berasal dari para pendatang yang berasal dari Indonesia,

    Pakistan, Bangladesh, Iran dan Turki. 61

    Contohnya pada Masjid Kobe. terdapat dua kelas perminggu yaitu satu untuk anak-anak dan kedua untuk wanita.

  • 50

    media Barat, umat Islam menyediakan Al Quran yang telah diterjemahkan

    kedalam bahasa Jepang serta buku-buku tentang ajaran-ajaran Islam yang

    diperjualbelikan di berbagai toko di Jepang, walaupun harga yang relatif mahal.62

    B.2. Dalam Bidang Arsitektur Islam : Masjid

    Masjid di Jepang tidaklah hanya sebagai tempat beribadat tetapi juga

    berperan sebagai tempat untuk mengumpulkan dan menukarkan informasi.

    Walaupun dana-dana diperlukan untuk pembelian lokasi dan bangunan yang

    kemudian dijadikan masjid, pada umumnya dana-dana tersebut datang dari

    donator yang berasal dari Orang Islam lokal, beberapa masjid juga menerima

    donasi dari individu dan organisasi luar negeri.63

    Walaupun beberapa masjid mempunyai kesukuan dan cenderung

    sektarian, masjid-masjid di Jepang sebagian besar bersifat plural. Sebab Orang

    Islam adalah suatu minoritas kecil di Jepang, dengan tidak ada kelompok

    kesukuan yang dominan dan terbatasnya masjid, di masjid-masjid Jepang terdapat

    berbagai bangsa, berbagai bahasa, berbagai mazhab dan berbagai sekte. Walaupun

    ada suatu kehadiran yang kuat dari orang Pakistan di berbagai mesjid, etnik lain

    tidaklah dilarang masuk seperti etnik dari Bangladesh, Sri Langka, Indonesia dan

    orang-orang Jepang yang masuk Islam juga aktip di berbagai masjid,

    62 El-Maghribi, Nabil bin Muhammad, Islam in Japan : The History of Islam in Japan,

    Nidaul Islam Magazine, 8 May June 1995. 63

    Sebagai contoh, pada kasus Masjid Otsuka, 55,7% dari total tanah dan biaya-biaya bangunan telah dibiayai oleh donator lokal dan sisanya dari donator asing. Bagian terbesar dari donator asing datang dari Sultan Abdul Aziz Al- Saud, pangeran Saudi Arabia, dan Liga Dunia Islam ( biasanya dikenal Rabita). Asosiasi Orang Islam Jepang (Japan Muslim Association) menerima bantuan keuangan pada akhir tahun 1990 dari pangeran Saudi Arabia Abdullah bin Abdul Aziz al-Saud ketika organisasi tersebut membeli suatu kantor dengan suatu tempat sholat di Tokyo.

  • 51

    berkomunikasi dalam bahasa seperti bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa Urdu,

    bahasa Hindi, bahasa Bengali, bahasa Indonesia dan bahasa Arab. Khotbah-

    khotbah disampaikan dalam bahasa pribumi para imam ( para pemimpin di setiap

    melakukan sholat) dan diterjemahkan oleh para sukarelawan sebagaimana

    diperlukan. Website-website sering berbahasa Jepang atau terjemahan bahasa

    Inggris dari semua khotbah yang penting. Penduduk Muslim di Jepang telah

    tumbuh pesat, Orang Islam dengan latar belakang bahasa yang berbeda terus

    meningkatkan komunikasi di Jepang. Bahasa Inggris adalah bahasa yang dipakai

    oleh pengurus Masjid Nagoya, hal ini yang menarik perhatian para pelajar Orang

    Islam yaitu banyaknya orang dari kebangsaan yang berbeda dari berbagai

    tempat.

    Masjid menjadi satu-satunya tempat di Jepang yang eksklusif untuk Orang

    Islam, ruang masjid digunakan untuk banyak tujuan, termasuk mengakomodasi

    kantor-kantor, perpustakaan-perpustakaan, unit-unit komputer, dapur-dapur,

    ruang-ruang untuk bersantai dan bahkan ruang-ruang untuk relaksasi. Beberapa

    masjid menyediakan pemondokan bermalam untuk pengunjung akhir pekan.

    Maka, orang-orang di Jepang menggunakan masjid tidak hanya untuk para

    jamaah yang ingin bersembahyang dan perkumpulan-perkumpulan agama tetapi

    juga untuk acara-acara pernikahan, pemakaman, studi agama dan perkumpulan-

    perkumpulan sosial dan bisnis. Pada berbagai kesempatan, makanan yang halal

    disediakan di dapur masjid. Selama bulan bulan puasa, sebagai contoh, banyak

    keluarga-keluarga Muslim mengunjungi masjid untuk merayakan iftar atau

    berbuka puasa, dengan berbagi makan malam.

  • 52

    Sebab biaya tanah dan konstruksi sering di luar jangkauan para imigran

    Muslim, bangunan-bangunan, pabrik-pabrik atau tempat kediaman sering

    diperbaharui dan diubah bentuk untuk digunakan sebagai mesjid. Karena ruang

    sembahyang jamaah yang besar, dinding sering dipindahkan dan suatu mihrab (

    suatu relung yang dilengkungkan pada dinding yang diindikasikan ke arah

    Mekkah) dibuat dengan mimbar yang ditempatkan di samping mihrab. Ditambah

    dengan kolam untuk berwudhu. Beberapa mesjid menyediakan suatu lantai atau

    memisahkan ruang yang disekat untuk jamaah wanita. Anggaran untuk

    pemeliharaan dan administrasi mesjid di Jepang sebagian besar mengandalkan

    pada dana dari Orang Islam lokal.

    Di tahun 1992, ketika banyak yang memperpanjang visa di Jepang dari

    warga Iran, Banglades dan Pakistan hanya satu mesjid yang hidup. Kekurangan

    masjid, walaupun hal itu tidak dapat diterima bagi Orang Islam yang taat, telah

    dimaklumi oleh Orang Islam yang bertujuan untuk tinggal di Jepang untuk hanya

    waktu yang pendek atau singkat. Masjid-masjid bertambah setelah terjadi

    peningkatan pada orang-orang yang memperpanjang visa. Para pekerja yang

    menikahi wanita-wanita Jepang atau mengembangkan bisnis memilih untuk

    tinggal dan menaikkan keluarga-keluarganya di negeri itu. Sebagai penduduk

    Jepang jangka panjang baru, Orang Islam ini merespon akan ketiadaan tempat

    untuk beribadah dengan pembukaan mesjid baru. Di tahun 2007, ada sedikitnya

    38 mesjid yang terletak di berbagai bagian dari Jepang.

    Para imigran Muslim membuka lebih dulu masjid baru di Ichinowari,

    daerah administrasi Saitama, di tahun 1992 dengan uang yang sebagian besar

    didermakan oleh Orang Islam yang bertempat tinggal di Jepang. Di tahun 1995,

  • 53

    suatu mesjid setengah jadi telah dibangun di suatu kawasan industri di Isesaki.

    Para imigran Orang Muslim di tahun berikutnya membeli dan memperbaharui

    sebuah gedung di Sakaimachi untuk dijadikan masjid. Tiga masjid ini terletak di

    jalur kereta api Tobu-Isesaki, di sepanjang pabrik dan bisnis, tempat Imigran

    Muslim tengah bekerja pada waktu itu.

    Setelah masjid-masjid dibuka, masjid-masjid lain ikut dibuka di beberapa

    kota dan daerah. Di Kanto, mesjid-masjid terletak di Hyuga, Gyutoku dan Shirai

    (daerah administrasi Chiba); Toda, Yashio dan Tokorozawa (daerah administrasi

    Saitama); Ebina dan Yokohama (daerah administrasi Kanagawa); Tatebayashi

    (daerah administrasi Gunma), dan Koyama dan Ashikaga (daerah administrasi

    Tochigi); seperti halnya di Asakusa, Otsuka, Ohanajawa, Hachioji dan tempat lain

    di Tokyo. Di daerah Hokuriku, mesjid telah dibuka di daerah administrasi Niigata

    dan Toyama. Empat masjid telah dibangun di daerah administrasi Aichi. Masjid

    terakhir telah dibuka di daerah administrasi Shizuoka, Ibaragi, Gifu, Nagona,

    Osaka, Kyoto, Hyogo, Hiroshima, Ehime, Kagawa dan Fukuoka secara berturut-

    turut.

    Masjid-masjid ini telah dibuat melalui prakarsa para imigran; masjid-

    masjid telah dipugar atau dibuka dengan bantuan dari luar. Di tahun 2000 Masjid

    Tokyo yang roboh telah dibangun kembali atas gagasan Menteri Agama Turki,

    suatu cabang jabatan dalam pemerintahan Turki. Di pusat Tokyo, Masjid Hiroo

    telah dibangun pada tahun 2001 sebagai bagian dari Institut Islam Tokyo, yang

    telah ditemukan pada 1982 sebagai cabang dari Universitas Muhammad Imam

    Saud. Walaupun cukup luas untuk mengakomodasi sejumlah besar jamaah,

  • 54

    masjid ini tidaklah perlu dihormati oleh Muslim Jepang sepeti halnya "Masjid

    Jamii" ( masjid-masjid pejabat yang digunakan untuk sholat Jumat).

    Walaupun mereka adalah populasi Muslim terbesar ketiga di Jepang, Para

    syiah Iran jarang menghadiri masjid-masjid tersebut, sebagian karena kebanyakan

    dari mereka adalah Muslim Sunni tetapi juga karena tempat para Syiah Iran lebih

    sedikit keikutsertaannya dalam sholat Jumat. Banyak Muslim Iran menganggap

    hari tersebut adalah hari yang penting untuk menandai hari Ashura, yaitu

    memperingati kematian Husayn pada tahun 680 M. Kelompok Iran yang taat

    sudah membuka tempat beribadat mereka sendiri ( yang biasa disebut dengan

    Hoseyniye ) yang terletak di pusat Tokyo. Di samping orang-orang Iran, terdapat

    juga Muslim Syiah dari Pakistan, Afghanistan, India dan negara-negara Arab yang

    berkumpul di Hoseyniye pada akhir pekan dan hari-hari perayaan agama.64

    Meskipun orang-orang Indonesia membuat kelompok Muslim Jepang

    yang paling besar, orang-orang Pakistan adalah kelompok yang pali