Hasil Diskusi Kelompok 8
Modul Obstetri Ginekologi dan Reproduksi
Abortus
030.05.008 Agung Priyanto Setyo
030.05.038 Arrini Kirana Horas
030.05.048 Azizah Arum Sari Dewi
030.05.058 Christian Sunur
030.05.068 Dewi Prawandani
030.05.078 Dwi Cahya Puspitasari
030.05.108 Hilda Dharmayanti
030.05.248 Amielia Mazwa Rafidah bt Amir
030.05.258 Ili Safuraa bt Roslan
030.05.257 Hawa Fatimah bt Che Mat Su
030.05.263 Mufidah bt Dahari
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta
2008
Tinjauan pustaka
ABORTUS (buku synopsis obstetri)
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan.
Etiologi
1. Kelainan ovum
Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili. Abortus
spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin
muda kehamilan saat tejadinya abortus makin besar (50-80%)
2. Kelainan genitalia ibu
o Anomali congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
o Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
o Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum
yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau estrogen,
endometritis, mioma submukosa
o Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
o Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis
3. Gangguan sirkulasi plasenta
Pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,
anomaly plasenta, dan endarteritis oleh karena lues
4. Penyakit-penyakit ibu
o Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dll. Kematian fetus dapat
disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada
fetus
o Keracunan Pb, nikotin, gas beracun, alcohol, dll
o Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasio kordis, penyakit paru
berat, anemia gravis
o Malnutrisi, avitaminosis, dan gangguan metabolisme, hipertiroid,
kekurangan vitamin A,C,E, diabetes melitus
5. Antagonis rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus,
sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus
6. Terlalu capatnya korpus luteum menjadi atrofis; atau factor serviks, yaitu
inkompetensi serviks, servisitis
7. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi
Seperti ibu sangat terkejut, obat-obatan uterotonika, ketakutan, laparotomi, dll.
Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus; selaput janin rusak
langsung karena instrumen, benda, dan obat-obatan
8. Penyakit bapak
Umur bapak lanjut, dan penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasio
kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alkohol, nikotin, Pb, dll) sinar
rontgen
Frekuensi
Frekuensi abortus spontan berkisar antara 10-15%. Namun demikian, frekuensi
seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang
tidak dilaporkan, kecuali bila terjadi komplikasi. Juga karena sebagian abortus hanya
disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah
sakit.
Patologi
Pada permulaannya terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan disekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada
kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili
korealis belum menembus desidua terlalu dalam; sedangkan pada kehamilan 8-14
minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan.
Klasifikasi
Abortus dapat dibagi menjadi dua:
1. Abortus spontan
Abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun
medicinalis, semata-matadisebabkan oleh karena faktor alamiah.
2. Abortus provokatus (induced abortion)
Abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini dapat dibagi lagi:
o Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus karena tindakan dokter sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter
ahli
o Abortus kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak disarkan indikasi medis.
Klinis Abortus Spontan
Dapat dibagi atas:
1. Abortus Kompletus (keguguran lengkap): Artinya seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rahim kosong.
Terapi: hanya dengan uterotonika
2. Abortus Inkompletus (keguguran bersisa): Hanya sebagian dari hasil konspesi
yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta
Gejala: Didapati antara lain adalah amenorea, sakit perut, dan mules-mules;
perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa
stolsel (darah beku); sudah ada keluar fetus atau jaringan; pada
abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus yang
dilakukan oleh orang yang tidak ahli, sering terjadi infeksi. Pada
pemeriksaan dalan (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati
serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam
kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran
lebuh kecil dari seharisnya.
Terapi: bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan
dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin
dengan metode kuretase. Setelah itu beri obat-obatan uterotonika dan
antibiotika
3. Abortus Insipiens (keguguran sedang berlangsung): Abortus yang sedang
berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang teraba.
Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi
Terapi: seperti abortus inkompletus
4. Abortus Iminens (keguguran membakat): keguguran membakat dan akan
terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan
memberikan obat-obatan hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau
perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah
kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut
negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
5. Missed Abortion: keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam
rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Fetus yang meninggal ini:
o Bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati
o Bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
o Bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus
o Bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi
Gejala:Dijumpai amenorea; perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada
permulaanya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi,
malahan tambah rendah. Kalau tadinya ada gejala-gejala kehamilan,
belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan menjadi
negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan dalam,
serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-kali pasien merasa
perutnya dingin atau kosong.
Terapi:Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan
desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan
kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya pada
penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.
Komplikasi: bisa timbul hipo atau afibrinogemia. Fetus yang sudah mati
begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk
dilakukan kuretase.
6. Abortus habitualis (keguguran berulang): keadaan dimana penderita
mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Menurut HERTIG
abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan abortus habitualis 3,6 –
9,8% dari abortus spontan. Kalau penderita telah mengalami 2 kali abortus
berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya berjalan normal
adalah 63%. Kalau abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan
kehamilan ke 4 berjalan normal hanya sekitar 16%.
Etiologi:
o Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi
pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis
o Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus
luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat
dibuktikan dengan mengukur kadar progesteron sesudah korpus luteum
atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol
dalam urin. Selain itu juga bergantung pada keadaan gizi ibu
(malnutrisi), kelainan anatomis dari rahim, febris undulans (contgious
abortion), hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi
pada plasenta/villi terganggu dan fetus menjadi mati. Dapat juga
gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus antagonisme
Pemeriksaan:
o Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital
o BMR dan kadar Jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
atau tidaknya gangguan glandula thyroidea
o Psiko analisis
Terapi:pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih
besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif:
SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cleavage).
7. Abortus infeksiosus dan abortus septik. Abortus infeksiosus: keguguran yang
disertai infeksi genital. Abortus septik: keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaran darah atau peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan,
terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan
antisepsis. Bahkan dalam keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.
Diagnosis:
o Adanya abortus: amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah
ditolong di luar rumah sakit
o Pemeriksaan: kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan,
dll
o Tanda-tanda infeksi alat genital: demam, nadi cepat, perdarahan,
berbau, uterus besar dan lembek, nyeri tekan, lekositosis
o Pada abortus septik: kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi
kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok. Perlu diobservasi
apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
Terapi:
o Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
o Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan
pembiakan dan uji kepekaan obat)
Suntikan penisilin 1 juta satuan tiap 6 jam
Suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam
Atau antibiotika spektrum luas lainnya
o 24 sampai 48 jam setelah diberi antibiotika bila terjadi perdarahan
banyak; dilakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil
konsepsi
o Infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuan penderita
o Pada abortus septik terapi sama saja, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan
dan uji kepekaan kuman
o Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya
perdarahan; dilakukan bila keadaan umum membaik dan panas mereda
Komplikasi abortus
1. Perdarahan (hemorrhage)
2. Perforasi: sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ganjal akut
5. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan yang banyak disebut
syok hemoragik dan infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau
endoseptik
Eritroblastosis fetalis (ilmu kebidanan buku merah)
Terjadi apabila seorang wanita Rh negatif hamil dan melahirkan anakdari suami yang
Rh positif. Kenyataan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
ketidakmampuan tunuh wanita untuk membuat benda-benda penangkis dan
terdapatnnya inkompatibilitas ABO diantara ibu dan janin.
Biasanya anak pertama lahir sehat karena ibu belum atau belum banyak memiliki
benda-benda penangkis antigen rhesus, asal sebelumnya ibu tidak menderita abortus
atau mendapat tranusi darah Rh positif.
Patologi:
1. hemolisis
2. anemia berat, ikterus, dan kernikterus
3. hidrops karena hipoproteinemia
4. kerusakan dan pembesaran hati karena degenerasi, nekrosis, sirosis
5. pembesaran limpa karena hiperaktifitas dalam perusakann eritrosit yang
diliputi benda-benda penangkis dan karena pembuatan sel-sel darah baru
(hemopoesis ekstrameduler)
6. dekompensasio kordis karena anemia berat
7. syok karena gagalnya alat peredaran darah
8. plasenta besar dan pucat (adematus) sampai mencapai 1-2 kg
9. hemopoesis ekstra meduler dan hati, limpa, dan plasenta
10. kelainan neurologis dikemudian hari karena degenerasi urat saraf terutama
pada anak dengan kernikterus
kelainan hematologis ditemukan sebagai berikut:
1. Hb darah tali pusat kurang dari 14g% (normal 16,6g% dengan variasi 13,6-
19,6g%)
2. eritroblastemia sampai 10.000-100.000 per mm kubik (normal 200-2000 per
mm kubik dalam 2 hari pertama)
3. jumlah retikulosit meningkat sampai 15% (normal untuk neonatus 2,5-6,5%)
4. bilirubin indirek dalam darah tali pusat lebih dari 3 mg% (normal <3mg%,
pada hari ke 3 < 6mg% dan pada hari-hari berikutnya tidak lebih dari 18-20
mg%)
Diagnosis
Diagnosis eritroblastosis fetalis dibuat antepartum dan postpartum
Diagnosis antepartum berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium sebagai
berikut:
1. anamnesis: ada riwayat bayi kuning dan/atau bayi lahir mati
2. ibu Rh negatif
3. ayah Rh positif
4. tes Coombs tak langsung pada ibu positif dengan titer yang tinggi; kenaikan
titer menyokong diagnosis
5. foto rontgen: tanda halo (bayangan jelas yang mengelilingi tulang tengkorak)
dan sikap Buda dapat dilihat pada hidrops fetalis
6. amniosntesis menghasilkan air ketuban yang banyak mengandung bilirubin
Diagnosis postpartum dibuat berdasarkan pemeriksaan imunologis, klinis dan
hematologi sebagai berikut:
1. Imunologis
a. Ibu Rh negatif
b. Anak Rh positif
c. Test Coombs indirek pada ibu positif dengan titer tinggi
d. Test Coombs direk dan tak langsung pada anak positif
2. Klinis (anak)
a. Pucat, kuning, atau hidrops
b. Hepatosplenomegali
c. Kurang aktif, malas minum
d. Spasmus otot, inkoordinasi gerakan atau kejang
e. Dekompensasio kordis atau syok
f. Plasenta besar dan pucat
3. Hematologis (anak)
a. Hb rendah
b. Hiperbilirubinemia
c. Eritroblastomia
d. Retikulosis
Penanganan janin
Tranfusi intrauterin sekarang banyakdilakukan apabila dalam kehamilan kurang dari
34 minggu janin menderita eritroblastosis berat dan diramalkan akan mati dalam
kandungan dalam waktu dekat.
Recommended