Transcript
Page 1: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bekicot (Achatina fulica)

Bekicot telah banyak digunakan sebagai bahan pengobatan sejak dulu

hingga sekarang. Hewan ini memiliki manfaat teraupetik mulai dari cangkang

hingga lendirnya. Bekicot bisa meningkatkan penyembuhan pada mimisan,

nyeri perut serta nyeri akibat luka bakar (Joffre, M., 2004).

2.1.1 Taksonomi

Menurut Asia-Pacific Forest Invasive Species Network (2009), taksonomi

bekicot (Achatina fulica) adalah sebagai berikut

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Stylommatophora

Famili : Achatinidae

Sub Famili : Achatinidae

Genus : Achatina

Sub Genus : Lissachatina

Spesies : Achatina fulica

2.1.2 Morfologi

Bekicot (Achatina fulica) memiliki sebuah cangkang yang sempit

berbentuk kerucut yang panjangnya dua kali lebar tubuhnya dan terdiri

dari tujuh sampai sembilan ruas lingkaran ketika dewasa. Cangkang

bekicot umumnya memiliki warna cokelat kemerahan dengan corak

Page 2: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

6

vertikal berwarna kuning tapi warna tersebut tergantung pada lingkungan

dan jenis makanan yang dikonsumsi. Bekicot dewasa panjangnya dapat

mencapai 20cm tetapi rata-rata panjangnya sekitar 5-10cm. Sedangkan,

berat bekicot kurang lebih adalah 20 gram (Cooling, 2005). Seperti tampak

pada gambar 2.1.

(Sumber : Integrated Taxonomic Information System, 2004)

Gambar 2.1

Bekicot (Achatina fulica)

2.1.3 Kandungan

Bekicot memiliki banyak sekali manfaatnya dari cangkang, daging,

hingga lendirnya. Bekicot merupakan sumber protein hewani yang

bermutu tinggi dengan kandungan sekitar 40% nya adalah protein dan

kurang dari 3% adalah lemak (F. Aboua, 1990), di dalamnya juga

mengandung asam amino esensial yang lengkap disamping itu juga

memiliki kandungan zat besi yang tinggi (Udofia, U.S, 2009).

Dari sebuah penelitian J. Jeong et all (2001) yang menganalisa tentang

kandungan lendir dari bekicot (Achatina fulica) bahwa lendirnya terdapat

kandungan dari komponen utama protein dan glikosaminoglikan.

Glikosaminoglikan yang terisolasi dari bekicot (Achatina fulica) ini

Page 3: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

7

merupakan golongan heparin dan heparin sulfat. Glikosaminoglikan

merupakan turunan dari proteoglikan yang merupakan pengontrol aktif

fungsi sel, berperan pada interaksi matriks sel, proliferasi fibroblast,

spesialisasi, dan migrasi. Glikosaminoglikan ini disekresi oleh granula –

granula yang terletak di dalam tubuh dan di permukaan tubuh bekicot

(Kim et al., 1996. Sen et al., 2002).

2.2 Kulit

2.2.1 Anatomi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh yang paling superficial yang langsung

membatasi tubuh dengan dunia luar lingkungan hidup manusia. Kulit juga

merupakan cerminan dari kebersihan dan kesehatan dari individu. Kulit ini

sangatlah bervariasi tergantung pada keadaan iklim, suhu, suku, ras dan juga

bergantung pada lokasi tubuh (Syarif M.W, 2007).

Kulit adalah organ yang luas dengan berat sekitar 4 kg dan luas sekitar 2

meter persegi. Ini memiliki fungsi utama yakni untuk proteksi, absorpsi,

ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh atau termogulasi, pembentukan

pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinasi (Syarif M.W, 2007). Kulit ini

memiliki 3 lapisan struktural diantaranya lapisan epidermis, lapisan dermis,

dan lapisan subkutis (Abdullah, B., 2009). Seperti yang terdapat pada gambar

2.2 dibawah ini :

Page 4: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

8

(www.dreamstime.com)

Gambar 2.2

Anatomi Kulit Normal

2.2.1.1 Epidermis

Epidermis adalah lapisan terluar dari kulit yang memiliki tebal sekitar 0,05

– 0,2 mm, lapisan ini terdiri 5 lapisan yang dimulai dari lapisan paling bawah

yaitu stratum basale hingga yang paling atas yaitu stratum korneum. Seperti

yang tampak pada gambar 2.3.

(sumber : www.dreamstime.com)

Gambar 2.3

Anatomi Epidermis Kulit, Lapisan Terluar

Page 5: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

9

Sel pada epidermis ini melakukan pembelahan sel dan berdiferensiasi sel.

Pembelahan dan diferensisasi terjadi pada sel basal di stratum basalis yang

akan berdiferensiasi pada lapisan diatasnya, dan akhirnya menjadi sel mati

yang berisi keratin di stratum korneum. Proses ini membutuhkan waktu sekitar

2 minggu untuk bermigrasi dari stratum basalis ke stratum granulosum dan

membutuhkan waktu 2 minggu untuk stratum korneum berdeskuamasi

(Abdullah. B , 2009).

Stratum basalis adalah lapisan kulit terbawah yang terdiri dari sel sel

berbentuk kubus atau kolumnar (Syarif M.W, 2007). Suatu sel di stratum

basale membutuhkan waktu sekitar 8- 10 minggu untuk mencapai di

permukaan epidermis dan sel sel yang hilang diatasnya akan tertutupi dengan

sel sel yang diproduksi oleh sel – sel yang membelah dan berdiferensiasi dari

lapisan stratum basalis sehingga ketebalan epidermis tetap, hal ini

dipertahankan oleh stimulator – stimulator dan inhibitor – inihibitor

pertumbuhan seperti EGF serta TGF-α dan TGF-β Transforming Growth

Factor Alfa dan Beta (Brown, R.G, Tony, B., 2005)

Stratum spinosum adalah lapisan kulit terletak di atas stratum basalis yang

terdiri dari sel keratinosit yang memproduksi keratin sebagai komponen

protein utama zat tanduk stratum korneum. Lapisan ini seperti gambaran paku

yang dapat menghubungkan sel- sel yang berdekatan. Banyak tersebar sel –

sel Langerhans yang merupakan modifikasi dari makrofag berasal dari

sumsum tulang dan bermigrasi ke epidermis. Sel-sel ini merupakan pertahanan

imunologis lini pertama (Brown, R.G, Tony, B., 2005)

Page 6: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

10

Stratum granulosum adalah lapisan diatas dari lapisan spinosum yang

berbentuk semakin pipih. Di lapisan ini masih terdapat mekanisme

diferensiasi. Selain itu sel ini juga berisi bentukan granular yang terdiri dari

keratohialin yang dapat membantu pembentukan “cement” untuk mengikat sel

stratum korneum satu dengan yang lain (Abdullah, B., 2009)

Stratum korneum adalah lapisan terluar dari epidermis yang mengalami

keratinisasi, saling berdekatan saling tumpang tindih dibagian tepi. Lapisan

inilah yang berfungsi sebagai barrier utama kulit dari lingkungan luar.

Ketebalannya sendiri bervariasi tergantung letaknya pada tubuh (Brown, G, et

al, 2005., Benny Abdullah, 2009)

2.2.1.2 Dermis

Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang terletak di bawah epidermis, dan

merupakan bagian terbesar dari kulit. Lapisan dermis dengan epidermis saling

mengikat melalui penonjolan – penonjolan epidermis ke bawah (rete ridge)

dan penonjolan epidermis ke atas (dermal papillae). Lapisan ini sebagian besar

terdiri dari serat –serat kolagen dan elastin yang merupakan protein, terbenam

pada area dasar yang terdiri dari mukopolisakarida (glikosaminoglikan).

Dermis juga banyak mengandung pembuluh darah, limfe, saraf, dan reseptor

sensoris (Brown, R.G, Tony, B., 2005)

2.2.1.3 Subkutis

Lapisan lanjutan dari dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi

sel – sel lemak di dalamnya. Lapisan sel – sel lemak ini disebut panikulus

adipose yang berfungsi sebagai cadangan makanan . Di lapisan ini juga

terdapat ujung syaraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya

Page 7: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

11

jaringan lemak bervariasi tergantung lokasinya seperti contohnya lapisan di

perut ketebalannya 3cm dan di daerah kelopak mata serta penis sangatlah

sedikit (Syarif M.W, 2007).

2.2.2 Fungsi Kulit

Kulit memiliki fungsi yang bermacam - macam bagi tubuh diantaranya :

a) Fungsi proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh dari berbagai macam gangguan

tubuh baik mekanis maupun fisis misalnya gesekan, tarikan, gangguan

infeksi dari luar terutama dari kuman/ bakteri maupun jamur. Hal ini

memungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit

dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai

pelindung terhadap gangguan fisis. Kulit juga menekskresi keringat dan

sebum, yang menyebabkan pH kulit berkisar 5-6.5 sehingga dapat

menjadi perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur

(Syarif M.W, 2007).

b) Fungsi absorpsi

Permiabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan

kulit ikut mengambil bagian dari fungsi respirasi. Penyerapan dapat

berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel epidermis atau

melalui muara saluran kelenjar (Syarif M.W, 2007).

c) Fungsi ekskresi

Kelenjar – kelenjar kulit mengeluarkan zat – zat yang sudah tidak

berguna lagi bagi tubu atau sisa – sisa metabolisme dalam tubuh berupa

NaCl, urea, asam urat, dan ammonia (Syarif M.W, 2007).

Page 8: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

12

d) Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung – ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis. Terhadap ransangan panas diperankan oleh badan-badan

Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan

– badan Krause yang terletak di dermis. Terhadap rabaan diperankan

oleh taktil Meissner di papilla dermis dan Merkel Ranvier di epidermis.

Serta terhadap tekanan oleh Vater Paccini di epidermis (Syarif M.W,

2007).

e) Fungsi pengaturan suhu tubuh

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat dan

mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit (Syarif M.W,

2007).

f) Fungsi pembentukan pigmen

Sel yang membentuk pigmen terdapat di lapisan basal yaitu

melanosit. Sel melanosit inilah yang memproduksi melanosom yang

menentukan warna kulit masing – masing individu (Syarif M.W, 2007).

g) Fungsi keratinasi

Pada lapisan epidermis terdapat 3 sel utama yaitu sel Langerhans,

sel melanosit, dan sel keratinosit. Sel keratinosit ini mengadakan

pembelahan dari sel basal yang berpindah ke atas dan berubah

bentuknya menjadi sel spinosum, makin keatas makin gepeng dan

bergranula menjadi sel granulosum dan makin lama inti makin

menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk (Syarif M.W, 2007).

Page 9: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

13

h) Fungsi pembentukan vitamin D

Mengubah 7 hidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari

(Syarif M.W, 2007).

2.3 Luka bakar

2.3.1 Definisi

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan oleh adanya kontak dengan api, air panas, listrik, bahan kimia,

dan radiasi. Luka bakar sendiri merupakan suatu jenis trauma dengan

morbiditas dan mortalitas yang tinggi oleh karena itu diperlukan

penatalaksanaan yang khusus sejak awal sampai fase lanjut. Dalam

perjalanannya luka bakar terdapat 3 fase yaitu fase awal, fase akut, dan

fase syok. Pada fase awal inilah yang perlu diperhatikan karena disini

dapat terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit yang

dapat bersifat sistemik (Yefta Moenadjat, 2005).

2.3.2 Patofisiologi

Penyebab luka bakar adalah karena adanya perpindahan energy sumber

panas ke tubuh, perpindahan ini dapat melalui konduksi atau

elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di

ketiga lapisan struktural kulit yang dapat menyebabkan kerusakan atau

gangguan integritas kulit hingga kematian sel-sel kulit, ini tergantung pada

lama paparan dengan sumber panas (Chrintine Effendy, 2000)

Gangguan sirkulasi pada luka bakar disebabkan oleh perubahan

permiabilitas kapiler, perubahan onkotik dan hidrostatik yang kemudian

diikuti oleh ekstravasasi cairan dengan tanda hipovolemik dan

Page 10: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

14

penimbunan cairan di jaringan intertisiel (Edema) (Yefta moenadjat,

2005).

Luka bakar mayor dapat menyebabkan beberapa gangguan fisiologis

tubuh diantaranya adanya peningkatan pelepasan katekolamin yang

menyebabkan vasokonstriksi yang akan memberikan efek signifikan pada

aliran ginjal dan aliran limpa ke hepar, adanya peningkatan sekresi

aldosterone oleh adrenal yang menyebabkan retensi Na+

, adanya

kehilangan H2O yang dapat menyebabkan hipovolemi, adanya

peningkatan laju metabolic sehingga kebutuhan akan O2 meningkat,

adanya penurunan sel darah merah, dan yang terakhir penyebabkan adanya

peningkatan pada faktor depresan miokard yang dapat menurunkan curah

jantung sehingga dapat membawa tubuh dalam keadaan yang asidosis

(Hudak & Gallo, 2000).

2.3.3 Klasifikasi

Terdapat beberapa cara dalam mengklasifikasikan luka bakar

diantaranya berdasarkan mekanisme atau penyebab, derajat dan kedalaman

luka, serta jangkuan luka (WHO, 2008).

2.3.3.1 Berdasarkan mekanisme atau penyebab

a) Thermal burn yang ditunjukan dengan adanya :

- Kulit melepuh, disebabkan oleh cairan atau uap panas.

- Luka bakar kontak, disebabkan oleh benda padat seperti setrika,

alat- alat masak, hingga rokok.

- Nyala api, disebabkan oleh benda- benda dengan api yang

menyala seperti rokok, lilin, lampu, kompor, dll.

Page 11: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

15

- Luka bakar zat kimia, disebabkan oleh terpapar zat kimia yang

reaktif

- Luka bakar elektrik, disebabkan oleh kontak langsung dengan

benda-benda elektrik yang panas (WHO, 2008).

b) Inhalational burn yang disebabkan oleh menghirup gas panas, cairan

panas atau produk – produk berbahaya hasil dari pembakaran yang

belum sempurna. Produk – produk tersebut menyebabkan luka secara

termal dan kimia pada jalan nafas dan paru. Telah terdapat 20% - 35%

kasus dan sebagai penyebab utama kematian (WHO, 2008).

2.3.3.2 Berdasarkan derajat dan kedalam

a) Luka bakar derajat satu atau luka bakar superfisial yang didefinisikan

sebagai luka bakar hingga epidermis serta adanya respon inflamasi.

Pada umumnya disebabkan oleh paparan dari sun burn atau berkontak

langsung dengan benda panas, cairan, atau nyala api. Penyembuhan

pada derajat pertama sekitar selama 1 minggu tanpa adanya perubahan

yang permanen (WHO, 2008).

b) Luka bakar derajat dua atau partial thickness yang dapat merusak

hingga lapisan dermis kulit serta dapat membuat destruksi pada

beberapa elemen – elemen kulit. Luka bakar derajat dua terbagi

menjadi:

- Luka bakar derajat dua superfisial, membutuhkan kurang dari 3

minggu dalam penyembuhan

Page 12: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

16

- Luka bakar derajat dua deep, membutuhkan lebih dari 3 minggu

untuk penutupan luka dan terlihat bekas luka yang hipertrofi

(WHO, 2008).

c) Luka bakar derajat tiga atau full thickness yang merusak lapisan

epidermis, dermis, subkutis hingga folikel – folikel rambut. Pada derajat

ini, luka bakar tidak dapat meregenerasi sendiri tanpa adanya grafting

kulit (WHO, 2008).

2.3.3.3 Berdasarkan jangkauan luka

Biasanya diukur berdasarkan total luas permukaan tubuh yang terbakar.

Beberapa metode mengatakan jangkauan diukur berdasarkan “Rules of

Nine” yaitu 9% daerah kepala dan leher, 9% masing- masing lengan

(termasuk tangan ), 18% masing masing kaki (termasuk telapak kaki), dan

18% masing sisi dari badan (punggung, dada, dan perut). “Rules of Nine”

ini berlaku untuk dewasa dan anak – anak lebih dari 10 tahun (WHO,

2008).

2.4 Fase Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses yang spontan yang membutuhkan faktor

– faktor tertentu yang terinisiasi. Pola penyembuhan luka sendiri di sebabkan

oleh diantaranya sitokin, endokrin, dan perawatan secara farmakologi pada

lingkungan luka (Pudner, R, 2005).

2.4.1 Fase Inflamasi

Fase ini merupakan fase awal terjadinya reaksi terhadap luka terjadi.

Terdapat beberapa respon dari jaringan di tempat luka dengan ditunjukan

melalui respon inflamasi akut. Jaringan dan sel yang luka akan mengalami

Page 13: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

17

tahap – tahap seperti pendaharan yang diikuti dengan fase pembekuan

darah, inflamasi dari sitokin yang dilepaskan oleh sel yang membangkak,

peningkatan permiabilitas kapiler, edema interseluler, dan adanya migrasi

sel – sel leukosit menuju area yang terluka, serta adanya proses fagositosis

sel-sel mati dan debris oleh makrofag. Proses inflamasi ini berlangsung

sekitar 3 hari yang kecepatan penyembuhannya dapat dipengaruhi oleh

banyak faktor (Pudner, R, 2005).

2.4.2 Fase Reparasi

Fase ini merupakan perkembangan dari fase sebelumnya, namun pada

fase ini terjadi regenerasi dari sel seperti peningkatan produksi kolagen

dan adanya proliferasi sel – sel hidup untuk menutupi defek (Pudner, R,

2005).

Pembuluh darah kapiler mulai terbentuk di daerah luka untuk memberi

pasokan darah baru, sel – sel baru seperti fibroblast untuk memproduksi

kolagen, kemudian kolagen ekstraseluler mulai terdeposit. Deposit

kolagen ini dimulai setelah fase inflamasi hingga puncaknya pada hari ke-

5 (Young A, et al, 2011). Kemudian dengan banyaknya kapiler, fibroblast,

dan kolagen maka kulit disekitar luka akan berkontraksi (Pudner, R,

2005). Luka mulai berkontraksi pada hari ke-7 (Young A, et al, 2011).

2.4.3 Fase Konsolidatif

Setelah deposit kolagen berhasil, vaskularisasi luka akan berkurang dan

permukaan luka akan lebih pucat. Untuk luka yang terbuka, jarak yang

timbul antar epitel akan secara bertahap menutup dikarenakan kontraksi

Page 14: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

18

namun bekas luka akan tetap ada dikarenakan adanya repitelisasi (Pudner,

R, 2005).

2.5 Debridement

2.5.1 Definisi Debridement

Debridement adalah pengangkatan jaringan mati dan

terkontaminasi dari sebuah luka untuk mendukung keberhasilan

penyembuhan luka, dengan cara membersihkan jaringan nekrotik, eschar,

jaringan yang terinfeksi, debris, hyperkeratosis dll (Strohal, R., et al,

2013).

2.5.2 Macam-Macam Teknik Debridement

2.5.2.1 Mechanical Debridement

Teknik debridement ini sering dan telah lama digunakan di USA.

Teknik ini menggunakan metode wet to dry dengan menggunakan kassa

yang diaplikasikan dipermukaan luka sehingga jaringan yang nekrotik bisa

terangkat bersama kassa yang diangkat setelah diaplikasikan (Strohal, R.,

et al, 2013).

2.5.2.2 Autolytic Debridement

Debridement secara natural dengan menjaga kelembapan luka yang

akan melepaskan enzim proteolitik endogen seperti kolagen, elastase,

mieloperoksidase, asam hidroksilase atau lisosim dan mengaktifkan

fagosit. Enzim-enzim ini yang akan menghancurkan jaringan nekrotik

sehingga dapat dicerna oleh makrofag, contohnya pada bahan hydrogel

(Strohal, R., et al, 2013).

Page 15: BAB 2 - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41372/3/jiptummpp-gdl-anugrahpus-46884-3-babii.pdf · elektromagnetik. Kulit dengan luka bakar dapat mengalami kerusakan di ketiga lapisan

19

2.5.2.3 Larvae Debridement

Salah satu teknik mechanical debridement dengan menggunakan

larva atau ulat atau belatung steril yang diletakkan diluka nekrosis

sehingga dapat menurunkan perkembangan dari bakteri pada luka tersebut

dikarenakan hasil sekresi dari larva yang mengandung antibacterial.

Dengan demikian dapat mendukung kesembuhan luka dan aktivitas

fibroblast (Strohal, R., et al, 2013).

2.5.2.4 Surgical Debridement

Teknik ini menggunakan prosedur bedah dengan membersihkan

jaringan menggunakan scalpel atau gunting bedah serta dilakukan dengan

anastesi dan alat-alat bedah yang lain. Dilakukan jika tidak dapat teratasi

oleh teknik debridement yang lain (Strohal, R., et al, 2013).