8/17/2019 BAB I1-1
1/18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease).
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman
yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara
hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak
hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan
sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di baah !" tahun. Dilaporkan !# $
kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. %elama
permulaan pertama dari abad ke-, difteri merupakan penyebab umum dari kematian
bayi dan anak - anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk
dengan tingkat sanitasi rendah. 'leh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting,
karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. ingkungan buruk merupakan sumber
dan penularan penyakit.
%ejak diperkenalkan aksin DP* (Dyphtheria, Pertusis dan *etanus), penyakit
difteri mulai jarang dijumpai. +aksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. nak-anak
yang tidak mendapatkan aksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang
menyerang saluran pernapasan ini.
1
8/17/2019 BAB I1-1
2/18
!.& umusan asalah
!. pa yang dimaksud dengan Dypteria
&. 0agaimana 1tiologi dari Dypteria
2. 0agaimana Patofisologi dari Dypteria
3. 0agaimana anifestasi klinis dari Dypteria ". 0agaimana Pemeriksaan Diagnostik dari Dypteria
4. 0agaimana Penatalaksanaan dari Dypteria
5. pa saja 6omplikasi yang di timbulkan dari Dypteria
7. 0agaimana suhan 6eperaatan pada Dypteria
8. 0agaimana onde 6eperaatan pada pasen Dypteria
!.2 *ujuan Penulisan
!. 9ntuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Dypteria.
&. 9ntuk mengetahui 1tiologi dari Dypteria.2. 9ntuk mengetahui Patofisologi dari Dypteria.
3. 9ntuk mengetahui anifestasi klinis dari Dypteria.
". 9ntuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dari Dypteria.
4. 9ntuk mengetahui Penatalaksanaan dari Dypteria.
5. 9ntuk mengetahui 6omplikasi yang di timbulkan dari Dypteria.
7. 9ntuk mengetahui suhan 6eperaatan pada Dypteria.
8. 9ntuk mengetahui onde 6eperaatan pada pasen Dypteria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2
8/17/2019 BAB I1-1
3/18
Difteri adalah suatu penyakita infeksi yang bisa menular yang disebabkan oleh
bakteri coryneabacterium diphteria yang berasal dari membran mukosa hidung dan
nasoaring, kulit dan lesi lain dari orang yang terinfeksi ( Buku Pegangan Praktek Klinik
Asuhan Keperawatan pada Anak)
Difteri adalah penyakit infeksi yang mendadak yang disebabkan oleh kuman
Coryneabacterium diphteria. udah menular dan yang diserang terutama traktus
respiratorius bagian atas dengan tanda khas terbentuknya pseudo membran dan
dilepaskannya eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal ( Ilmu
Kesehatan Anak)
Difteri ialah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman
Corynebacterium difteria (%taf Pengajar :6 ;69:, #5). dalah suatu penyakit infeksitoksik akut yang sangat menular, disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae dengan
ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan/atau mukosa. Difteri adalah
penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium difteria. 0akteri ini
mempunyai cirri-ciri sebagai berikut<
a. 0asil gram positif yang tidak membentuk spora.
b. empunyai kemampuan positif untuk memproduksi e=oto=in, baik secara
invitro/invivo, dan dalam media telurit membentuk tipe koloni mitis, intermedius,
dan grais.
b. empunyai kemampuan untuk membentuk toksin yang dipengaruhi oleh
>bacteriophage? yang mengandung >gene to=? (@ursalam, #").
2.2 Etiologi
Disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae, bakteri gram positif, yang bersifat
polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Pearnaan sediaan langsung dapat
dilakukan dengan biru metilen atau biru toluidin. 0asil ini dapat ditemukan dengan
sediaan langsung dari lesi (%taf Pengajar ;69:, #5).
2.3 Patofisiologi
6uman C. diphtheriae masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berkembang biak
pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai memproduksi toksin yang
merembes ke sekeliling serta selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh
limfe dan pembuluh darah. 1fek toksin pada jaringan tubuh manusia adalah hambatan
3
8/17/2019 BAB I1-1
4/18
pembentukan protein dalam sel. Pembentukan protein dalam sel dimulai dari
penggabungan & asam amino yang telah diikat & transfer @ yang mendapati
kedudukan P dan dari ribosom. 0ila rangkaian asam amino ini akan ditambah dengan
asam amino lain untuk membentuk polipeptida sesuai dengan cetakan biru @,
diperlukan proses translokasi. *ranslokasi ini merupakan pindahnya gabungan transfer
@ A dipeptida dari kedudukan ke kedudukan P. Proses translokasi ini memerlukan
enBim traslokase (elongation factor-&) yang aktif.
*oksin difteria mula-mula menempel pada membran sel dengan bantuan fragmen 0
dan selanjutnya fragmen akan masuk dan mengakibatkan inaktiitasi enBim
translokase melalui proses @DA1;& (aktif) toksin DP-ribosil-1;& (inaktif) A & A
@ikotinamid DP-ribosil-1;& yang inaktif ini menyebabkan proses traslokasi tidak
berjalan sehingga tidak terbentuk rangkaian polipeptida yang diperlukan, dengan akibat
sel akan mati. @ekrosis tampak jelas di daerah kolonisasi kuman. %ebagai respons terjadi
inflamasi local, bersama-sama dengan jaringan nekrotik membentuk bercak eksudat yang
semula mudah dilepas. Produksi toksin semakin banyak, daerah infeksi semakin lebar
dan terbentuklah eksudat fibrin. *erbentuklah suatu membran yang melekat erat
berarna kelabu kehitaman, tergantung dari jumlah darah yang terkandung. %elain fibrin,
membran juga terdiri dari sel radang, eritrosit dan epitel. 0ila dipaksa melepaskan
membran akan terjadi perdarahan. %elanjutnya akan terlepas sendiri pada masa
penyembuhan. (!)
Pada pseudomembran kadang-kadang dapat terjadi infeksi sekunder dengan bakteri
(misalnya %treptococcus pyogenes). embran dan jaringan edematous dapat menyumbat
jalan nafas. angguan pernafasan / sufokasi bias terjadi dengan perluasan penyakit
kedalam laring atau cabang trakeo-bronkus. *oksin yang diedarkan dalam tubuh bias
mengakibatkan kerusakan pada setiap organ, terutama jantung, saraf dan ginjal.
ntitoksin difteria hanya berpengaruh pada toksin yang bebas atau yang terabsorbsi pada
sel, tetapi tidak menetralisasi apabila toksin telah melakukan penetrasi kedalam sel.
%etelah toksin terfiksasi dalam sel, terdapat masa laten yang berariasi sebelum
timbulnya manifestasi klinis. iokarditis biasanya terjadi dalam !#-!3 hari, manifestasi
saraf pada umumnya terjadi setelah 2-5 minggu. 6elainan patologik yang mencolok
adalah nekrosis toksis dan degenerasi hialin pada bermacam-macam organ dan jaringan.
Pada jantung tampak edema, kongesti, infiltrasi sel mononuclear pada serat otot dan
system konduksi,. pabila pasien tetap hidup terjadi regenerasi otot dan fibrosis
interstisial. Pada saraf tampak neuritis toksik dengan degenerasi lemak pada selaput
4
8/17/2019 BAB I1-1
5/18
myelin. @ekrosis hati biasa disertai gejala hipoglikemia, kadang-kadang tampak
perdarahan adrenal dan nekrosis tubular akut pada ginjal.
Klasifikasi
enurut tingkat keparahannya, penyakit difteri dibagi menjadi 2 tingkat yaitu<
a. :nfeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan
gejala hanya nyeri menelan.
b. :nfeksi sedang bila pseudomembran telah menyerang sampai faring (dinding
belakang rongga mulut) sampai menimbulkan pembengkakan pada laring.
c. :nfeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala
komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralisis(kelemahan anggota
gerak) dan nefritis (radang ginjal).
Disamping itu, penyakit ini juga dibedakan menurut lokasi gejala yang dirasakan pasien,
yaitu<
a. Difteri hidung (nasal diphtheria) bila penderita menderita pilek dengan ingus yang
bercampur darah. Prealesi Difteri ini & $ dari total kasus difteri. 0ila tidak diobati
akan berlangsung mingguan dan merupakan sumber utama penularan.
b. Difteri faring ( pharingeal diphtheriae)dan tonsil dengan gejala radang akut
tenggorokan, demam sampai dengan 27," derajat celsius, nadi yang cepat, tampak
lemah, nafas berbau, timbul pembengkakan kelenjar leher. Pada difteri jenis ini juga
akan tampak membran berarna putih keabu abuan kotor di daerah rongga mulut
sampai dengan dinding belakang mulut (faring).
c. Difteri laring ( laryngo tracheal diphtheriae ) dengan gejala tidak bisa bersuara,
sesak, nafas berbunyi, demam sangat tinggi sampai 3# derajat celsius, sangat lemah,
kulit tampak kebiruan, pembengkakan kelenjar leher. Difteri jenis ini merupakan
difteri paling berat karena bisa mengancam nyaa penderita akibat gagal nafas.
d. Difteri kutaneus (cutaneous diphtheriae) dan aginal dengan gejala berupa luka
mirip sariaan pada kulit dan agina dengan pembentukan membran diatasnya.
@amun tidak seperti sariaan yang sangat nyeri, pada difteri, luka yang terjadi
cenderung tidak terasa apa-apa.
&. !anifestasi Klinis
ambaran klinik dibagi menjadi 2 golongan yaitu <
a. ejala umum, kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu
makan, badan lemah, nadi lambat, serta keluhan nyeri menelan.
5
8/17/2019 BAB I1-1
6/18
b. ejala local, yang tamapak berupa tonsil yang membengkak ditutupi bercak
putihkotor yang makin lama makin meluas, dan dapat menyumbat saluran nafas.
Pseudomembran ini melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah
berdarah. Pada perkembangan penyakit ini infeksi berjalan terus, kelenjar limfe leher
akan membengkak sedemikian besarnya sehingga leher menyerupai sapi( bullneck ).
0ila difteria mengenai hidung (hanya &$ dari jumlah pasien difteria) gejala yang
timbul berupa pilek, sekret yang keluar bercampur darah yang berasal dari
pseudomembran dalam hidung. 0iasanya penyakit ini akan meluas ke bagian
tenggorak pada tonsil, faring dan laring.
c. ejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini akan menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh yaitu miokarditis, mengenai saraf cranial menyebabakan
kelumpuhan otot palatum dan otot-otot pernapasan.
2." Pe#eriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium< pusan tenggorok terdapat kuman Corynebakterium
difteri (0uku kuliah ilmu kesehatan anak, !888).
b. Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan leukositosis
polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar albumin. Pada urin terdapat
albuminuria ringan (@gastiyah, !885).
c. Pemeriksaan bakteriologis mengambil bahan dari membrane atau bahnan di baah
membrane, dibiak dalam offler, *ellurite dan media blood ( ampengan, !882 ).
d. ekosit dapat meningkat atau normal, kadang terkadi anemia karena hemolisis sel
darah merah (ampengan, !882 )
e. Pada neuritis difteri, cairan serebrospinalis menunjukkan sedikit peningkatan protein
(ampengan, !882 ).
f. %chick *es< tes kulit untuk menentukan status imunitas penderita, suatu pemeriksaan
sab untuk mengetahui apakah seseorang telah mengandung antitoksin.
2.$ Penatalaksanaan
6
8/17/2019 BAB I1-1
7/18
Pengobatan umum dengan peraatan yang baik, isolasi dan pengaasan 16
yang dilakukan pada permulan diraat satu minggu kemudian dan minggu berikutnya
sampai keadaan 16 & kali berturut-turut normal dan pengobatan spesifik.
Pengobatan spesifik untuk difteri <
!. D% (ntidifteri serum), .### 9/hari selama & hari berturut-turut dengan
sebelumnya harus dilakukan uji kulit dan mata.
a. *1%* D%
D% #,#" CC murni dioplos dengan aEuades ! CC.
Diberikan #,#" CC intracutan *unggu !" menit indurasi dengan garis
tengah ! cm (A)
b. C P101:@
*est Positif 01%1D6
*est @egatif secara D:P/:+
c. Drip/:+
# CC cairan D"$ #,&&" salin. Ditambah D% sesuai kebutuhan. Diberikan
selama 3 sampai 4 jam obserasi gejala cardinal.
&. ntibiotik, diberikan penisillin prokain "###9/kg00/hari sampai 2 hari bebas
demam. Pada pasien yang dilakukan trakeostomi ditambahkan kloramfenikol
5"mg/kg00/hari dibagi 3 dosis.2. 6ortikosteroid, untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat
membahayakan, dengan memberikan predison &mg/kg00/hari selama 2-3 minggu.
0ila terjadi sumbatan jalan nafas yang berat dipertimbangkan untuk tindakan
trakeostomi. 0ila pada pasien difteri terjadi komplikasi paralisis atau paresis otot,
dapat diberikan strikin F mg dan itamin 0! !## mg tiap hari selama !# hari.
2.% Ko#&likasi
acun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun
organ lainnya<
a. iokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
b. 6elumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak
terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam aktu 2-5 minggu)
c. 6erusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
d. 6erusakan ginjal (nefritis).
ASUHAN KEPE'A(ATAN
7
8/17/2019 BAB I1-1
8/18
A. Pengka)ian
!. Bio*ata
a. 9mur
0iasanya terjadi pada anak-anak umur &-!# tahun dan jarang ditemukan pada bayi
berumur dibaah 4 bulan dari pada orang deasa diatas !" tahun
b. %uku bangsa
Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin
c. *empat tinggal
0iasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat pemukiman yang rapat-rapat,
higine dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang.
&. Kel+,an Uta#a
%esak napas disertai dengan nyeri menelan.
2. 'i-aat Kese,atan Sekarang
6lien mengalami sesak napas disertai dengan nyeri menelan demam ,lesu, pucat, sakit
kepala, anoreksia.
3. 'i-aat Kese,atan Da,+l+
6lien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan saluran
nafas atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
". 'i-aat Penakit Kel+arga
danya keluarga yang mengalami difteri
4. Pola /+ngsi Kese,atan
a. Pola nutrisi dan metabolisme
Gumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoraksia
b. Pola aktiitas
6lien mengalami gangguan aktiitas karena malaise dan demam
c. Pola istirahat dan tidur 6lien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan tidur.
d. Pola eliminasi
6lien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan nutrisi
kurang disebabkan oleh anoreksia .
5. Pe#eriksaan fisik
a) B1 0 Breating
8
8/17/2019 BAB I1-1
9/18
danya pembengkakan kelenjer limfe (0ullHs neck), timbul peradangan pada
laring/trakea, suara serak, stridor, sesak napas.
b) B2 0 Bloo*
danya degenerasi fatty infiltrate dan nekrosis pada jantung menimbulkan
miokarditis dengan tanda irama derap, bunyi jantung melemah atau meredup,
kadang-kadang ditemukan tanda-tanda payah jantung.
c) B3 0 Brain
angguan system motorik menyebabkan paralise.
d) B 0 Bla**er
*idak ada kelainan.
e) B" 0 Bo-el
@yeri tenggorokan, sakit saat menelan, anoreksia, tampak kurus, 00 cenderung
menurun, pucat.
f) B$ 0 Bone
0edrest.
B. Diagnosa Ke&era-atan
!. Pola nafas napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan edema
kelenjer limfe, laring dan trakea.
&. @yeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil dan faring.
2. ipertermi berhubungan dengan proses masuknya kuman dalam tubuh.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
. Interensi Ke&era-atan
N
o
Diagnosa T+)+an *an KH Interensi
1 Pola nafas napas
tidak efektif
berhubungan
dengan
penumpukan
%etelah dilakukan
tindakan keperaatan
tentang '=ygen theraphy
selama & I &3 jam
diharapkan pola nafas
!. 'bserasi tanda J tanda ital
/ untuk mengetahui keadaan
umum pasien terutama pada
pernapasannya.
&. 0erikan posisi yang nyaman
9
8/17/2019 BAB I1-1
10/18
sekret dan edema
kelenjer limfe,
laring dan trakea.
pasien kembali normal.
6riteria hasil <
• ;rekuensi pernafasan
dalam batas normal.• *idak ada suara nafas
tambaha
/semi foler.
/ Peninggian kepala
mempermudah fungsi pernapasan
dengan menggunakan
graitasiatau mempermudah
pertukaran '& dan C'&.
2. njurkan pasien agar tidak
terlalu banyak bergerak.
/ gar sesak tidak bertambah.
3. 6olaborasi dengan dokter
dalam pemberian '& lembab atau
inhalasi, bila perlu dilakukan
trachcostomi/ embantu kekentalan secret
sehingga mempermudah
pengeluarannya.
& @yeri
berhubungan
dengan proses
inflamasi pada
tonsil dan faring.
%etelah dilakukan
tindakan keperaatan
selama ! I &3 jam
diharapkan klien
mengalami pengurangan
nyeri.
6riteria hasil <
• 6lien tampak rileks.
• @yeri berkurang/
hilang.
!. 6aji status nyeri (lokasi,
frekuensi, durasi, dan intensitas
nyeri).
/ emberikan data dasar untuk
menentukan dan mengealuasi
interensi yang diberikan.
&. 0erikan posisi yang nyaman/
semi foler.
/ enurunkan stimulus terhadap
renjatan nyeri.
2. jarkan tekhnik relaksasi,
seperti napas dalam, isualisasi,
dan bimbingan imajinasi./ eningkatkan relaksasi yang
dapat menurnkan rasa nyeri klien.
3. 6olaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesik.
/ %ebagai profilaksis untuk
menghilangkan /mengurangi rasa
nyeri dan spasme otot
10
8/17/2019 BAB I1-1
11/18
2 ipertermi
berhubungan
dengan proses
masuknya kuman
dalam tubuh.
%etelah dilakukan
tindakan keperaatan
selama 2 I &3 jam
diharapakan suhu tubuh
klien diharapkan normal.
6riteria hasil <
• %uhu tubuh normal
(24,"#C-25,"#C.
• kral hangat.
!. 6aji suhu klien.
/ 9ntuk mengidentifikasi pola
demam klien.
&. 0erikan kompres dengan air
hangat pada daerah dahi, a=ila,
lipatan paha.
/ +asodilatasi pembuluh darah
akan melepaskan panas tubuh.
2. njurkan minum yang banyak
seseuai toleransi klien.
/ Peningkatan suhu tubuh
meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairanyang banyak.
3. 6olaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi
( antipieretik) .
/ 'bat antipiretik membantu
klien menurunkan suhu tubuh.
3 Perubahan nutrisi
kurang darikebutuhan tubuh
berhubungan
dengan anoreksia.
%etelah dilakukan
tindakan keperaatanselama 2 I &3 jam
diharapkan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi.
6riteria hasil<
• @afsu makan klien
membaik.
• Porsi makanan yang
dihidangkan habis.
• 6lien tidak mengalami
mual, muntah.
!. 6aji pola makan klien.
/ enganalisis penyebab
ketidakadekuatan nutrisi.
&. njurkan kebersihan oral
sebelum makan.
/ ulut yang bersih dapat
meningkatkan/ merangsang nafsu
makan klien.
2. njurkan makan dalam
porsi kecil disertai dengan
makanan lunak/lembek.
/ akanan dalam porsi kecil
mudah dikonsumsi oleh klien dan
mencegah terjadinya anoreksia.
3. 0erikan makan sesuai dengan
selera.
/ eningkatkan intake
makanan.". 6olaborasi dengan dokter
11
8/17/2019 BAB I1-1
12/18
dalam pemberian obat antiemetic.
/ enghilangkan mual, muntah
dan meningkatkan nafsu makan.
BAB III
'4NDE
2.! *opik < suhan 6eperaatan Pada Pasien n. Dengan 6asus Dypteria
%asaran < nak dan 6eluarga Pasien
Kaktu < !#.## K:0 s.d %elesai
ari / *anggal < 6amis / !# Desember !"
2.& *ujuan
a. *ujuan 9mum
enyelesaikan masalah-masalah keperaatan klien yang belum teratasi
b. *ujuan 6husus
- enjustifikasikan masalah yang belum teratasi
- endiskusikan penyelesaian masalah dengan peraat2.2 %asaran
6lien n umur !3 tahun, yang di raat di umah %akit dr. %oedono adiun
2.3 ateri
a. *eori keperaatan pada klien Dypteria.
b. asalah J masalah yang muncul pada Dypteria
2." etode
onde 6eperaatan.
2.4 edia
12
8/17/2019 BAB I1-1
13/18
a) Papan Khite 0oard
b) %pidol
c) Penghapus
d) ateri yang disampaikan secara lisan.
2.5 *im onde
a. Pra onde
!. Penetapan kasus minimal satu hari sebelum aktu pelaksanan ronde
n. dengan Diagnosa edis Difteri
&. Pemberian informed consent kepada klien dan keluarga
b. Pelaksanaan onde
!. Penjelasan tentang klien oleh ronde peraat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperaatan dan rencana yang akan atau
dilakukan dan memiliki prioritas yang akan didiskusikan
An. A 5er+#+r 1 ta,+n *engan *iagnosa #e*is *ifteri. Pa*a saat *i lak+kan
&engka)ian ke&era-atan *i*a&atkan &asien #engala#i gangg+an sesak nafas6
ter*a&at &en+#&+kan sekret &a*a *aera, trakea6 s+ara serak *an s+sa,
#akan karena neri saat #enelan. Se,ingga #asala, ke&era-atan ang
#+n7+l ait+ Pola nafas ti*ak efektif6 Neri *san N+trisi k+rang *ari
Ke5+t+,an. Se*angkan &rioritas #asala, ke&era-atan An. A a*ala, Pola
nafas ti*ak efektif.
&. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
2. Pemberi justifikasi oleh peraat primer atau peraat konselor/manajer tentang
masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3. *indakan keperaatan pada masalah prioritas yang telah ada yang akan ditetapkan
c. Post onde
!. endiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
&. 0agaimana peran peraat primer dan peraat associate dalam pelaksanaan
pengorganisasian ronde.
13
8/17/2019 BAB I1-1
14/18
BAB I8
K'ITE'IA E8ALUASI
.1 Str+kt+r
a. onde keperaatan di lakukan di uang penyakit dalam s. Dr. %oedono
b. Peserta onde keperaatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperaatan
c. Persiapan di lakukan sebelumnya.
.2 Tin*akan 9ang Tela, Di Lak+kan
!. D=. ! Pola nafas napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada
laring dan trakea.
!. engobserasi tanda J tanda ital
&. emerikan posisi yang nyaman /semi foler.
2. elakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian '& lembab atau inhalasi
&. D=. & @yeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil dan faring.
!. emberikan posisi yang nyaman/ semi foler.
&. engajarkan tekhnik relaksasi, seperti napas dalam, isualisasi, dan bimbingan
imajinasi.2. elakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
2. D=. 2 @utrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
!. enganjurkan kebersihan oral sebelum makan
&. enganjurkan makan dalam porsi kecil disertai dengan makanan lunak/lembek.
2. emberikan makan sesuai dengan selera.
3. elakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetic.
. 3 Proses
14
8/17/2019 BAB I1-1
15/18
1. Peserta mengikuti kegiatan dari aal hingga akhir
&. %eluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. asalah pasien dapat teratasi
c. Peraat dapat <
!. enumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
&. eningkatkan kemampuan aliditas data pasien
2. eningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperaatan.
enumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperaatan yang berorientasi
pada masalah pasien
3. eningkatkan kemampuan memodifikasi asuhan keperaatan
". eningkatkan kemampuan jastifikasi
4. eningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
." Pengorganisasian
!. 6epala ruangan <
&. Peraat PrimerL <
2. Peraat ssociated <
3. 6onselor <
". Pembimbing <
4. %uperaisor <
15
8/17/2019 BAB I1-1
16/18
BAB 8
ANALISIS DAN INTE'8ENSI
3.! asalah 6eperaatan Mang 0elum *eratasi
6ebersihan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada laring
dan trakea.
3.& nalisa asalah
Peraat asosiet melakukan pengkajian kepada n. didapatkan gangguan sesak
nafas, terdapat penumpukan sekret pada daerah trakea, suara serak dan batuk tidak
efektif.
3.2 :nterensi yang akan di lakukan
a. elakukan postural drainage, latihan batuk efektif, clapping dan ibrating.
b. elakukan tindakan %uction
b. elakukan Pemasangan *rakeostomi.
16
8/17/2019 BAB I1-1
17/18
BAB 8I
PENUTUP
$.1 Kesi#&+lan
%uatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperaatan klien yang
dilaksanakan oleh peraat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperaatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh
peraat primer atau konselor, kepala ruangan, peraat associate yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim.
onde keperaatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke
dalam peraktik keperaatan secara langsung.
$.2 Saran
17
8/17/2019 BAB I1-1
18/18
N
DA/TA' PUSTAKA
%tephen %. tetanus edited by.0ehrman, dkk. Dala# Il#+ Kese,atan Anak Nelson
al.!##3-#5. 1disi !"-Gakarta < 1C, ##
erdjani, ., dkk. #2. B+k+ A)ar Infeksi *an Pe*iatri Tro&is.0adan Penerbit
:D:, Gakarta.
Dr. usepno asan, dkk. B+k+ K+lia, Il#+ Kese,atan Anak /ak+ltas Ke*okteran
Uniersitas In*onesia. Gilid ::. al "47-5&.. Cetakan kesebelas Gakarta< #"
18