11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hiperaktif / ADHD
a. Pengertian Hiperaktif atau ADHD
Menurut Barkley (Wood, 2007:78) dalam jurnal Aprilia Putri Weding
(2016) ADHD adalah sebuah gangguan dimana respon menjadi terhalang dan
mengalami fungsi ganda pelaksanaan yang mengarah pada kurangnya
pengaturan diri, lemahnya kemampuan untuk mengatur prilaku untuk tujuan
sekarang dan masa depan, serta sulit beradaptasi secara sosial, dan prilaku
dengan tuntutan lingkungan. Sedangkan menurut MIF. Baihaqi dan M.
Sugiarmin (2006:2) menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan
simtom-sintom (ciri/gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif, dan implusif yang
dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup
mereka. Kemudian menurut A. Dayu P (2013:29) adalah suatu kondisi medis
yang mencakup disfungsi otak, ketika seseorang mengalami kesulitan dalam
mengendalikan implus, menghambat prilaku, dan tidak mendukung rentang
perhatian atau rentang perhatian mudah teralihkan.
Dari pernyataan para ahli dapat disimpulkan bahwasanya Anak
hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian yang
disebabkan kerusakan kecil pada system saraf pusat dan otak sehingga rentang
konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan.
Seringkali anak hiperaktif dicap sebagai anak nakal atau anak bandel dan juga
bodoh, sehingga pada akhirnya anak tidak memperoleh penanganan yang
tepat. Akibatnya dari kelemahan tersebut anak hiperaktif mempunyai
kemampuan belajar dan beradaptasi sosial dibawah rata-rata anak normal pada
12
umumnya. Akan tetapi anak hiperaktif berperilaku sama dengan anak normal
lainnya, tetapi karena mereka mengalami gangguan pada pusat kendali
tubuhnya, mereka tidak bisa berhenti. Meskipun mereka tergolong anak
berkebutuhan khusus, mereka juga berhak mendapatkan pendidikan yang
nantinya akan membantu anak tersebut untuk untuk mengembangkan
akademik dan tumbuh kembangnya anak hiperaktif.
b. Perkembangan Anak Hiperaktif atau ADHD
Perkembangan anak hiperaktif atau ADHD menurut MIF. Baihaqi dan
M. Sugiarmin (2006:7) dapat dibedakan ke dalam tiga tipe.
1. Tipe ADHD Gabungan
Untuk mengetahui ADHD atau Hiperaktif tipe ini, dapat didiagnosis/dideteksi
oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk perhatian, ditambah
paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk hiperaktivitas impulsifitas.
Munculnya 6 gejala tersebut berkali-kali sampai dengan tingkat yang
signifikan disertai adanya beberapa bukti, antara lain sebagai berikut.
a) Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.
b) Gejala-gejala diwujudkan pada dua seting yang berbeda
c) Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam
kemampuan akademik
d) Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh kondisi
psikologi atau psikiater lainnya.
13
2. Tipe ADHD kurang memperhatikan
Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis oleh adanya paling
sedikit 6 diantara 9 gejala untuk ‘perhatian’ dan mengakui bahwa individu-
individu tertentu mengalami sikap kurang memperhatikan yang mendalam
tanpa hiperaktivitas/impulsifitas.
3. Tipe ADHD hiperaktif impulsif
Tipe ketiga ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9 gejala yang terdaftar pada
bagian hiperaktif impulsifitas. Tipe ADHD kurang memperhatikan ini
mengacu pada anak-anak yang mengalami kesulitan lebih besar dengan
memori (ingatan) mereka dan kecepatan motor perseptual (persepsi gerak),
cenderung untuk melamun, dan kerap kali menyendiri secara sosial.
c. Faktor Penyebab Anak ADHD/Hiperaktif
Menurut MIF. Baihaqi dan M. Sugiarmin (2006:13) ADHD/Hiperaktif
tidak dapat diidentifikasi secara fisik dengan X-ray atau laboratorium.
Hiperaktif hanya dapat dilihat dari prilaku yang sangat kentara pada diri anak.
Penyebab ADHD/Hiperaktif telah banyak diteliti dan dipelajari, tetapi belum
ada satu pun penyebab pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang
ada. Meskipun banyak anak ADHD/Hiperaktif cenderung untuk
mengembangkan masalah emosional sekunder, namun hiperaktif itu sendiri
dapat berkaitan dengan faktor-faktor biologis dan secara primer bukan
gangguan emosional. Meskipun demikian, masalah emosional dan prilaku
kerap kali dapat terlihat pada anak ADHD/Hiperaktif karena adanya masalah
yang dihadapi anak-anak disekolah, dirumah, dan dilingkungan sosial mereka.
14
Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwasanya faktor penyebab anak
ADHD/Hiperaktif adalah dari berbagai virus, zat kimia berbahaya yang
banyak dijumpai dilingkungan sekitar, baik itu dirumah atau diluar rumah
dalam bentuk limbah, faktor genetika dari salah satu orang tua atau genetika
kedua orang tua, dapat juga terjadi masalah saat kehamilan ibu dan juga pada
saat kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan
perkembangan otak.
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Daryanto (2011:4) media pembelajaran adalah pesan berupa
isi yang dituangkan kedalam simbol-simbol baik secara verbal maupun non
verbal. Media pembelajaran harus memperjelas pesan agar tidak terlalu
verbalitis dan mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.
Sedangkan menurut gerlach dan ely (Azhar Aryad, 2009:3) media adalah
manusia, materi, atau kejadia yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat dikatakan
bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk berupa manusia, kejadian
yang membangun kondisi tertentu, materi sehingga mempunyai manfaaat
tertentu dalam proses belajar mengajar. Dengan media pembelajaran akan
membuat pembelajaran yang efektif dan menumbuhkembangkan minat peserta
didik dalam mengikuti pembelajaran. Media pembelajaran juga dapat
didefinisikan menjadi suatu alat atau proses untuk meningkatkan sebuah
konsep yang dapat menyalurkan sebuah informasi dalam proses belajar
15
mengajar. Media ini nantinya akan membantu dalam proses pembelajaran
didalam kelas secara efektif dan efisien.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangat berperan penting dalam proses
pembelajaran, yakni untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat abstrak. Media
pembelajaran juga akan membantu guru sebagai alat komunikasi kepada siswa
ketika menyampaikan pembelajaran di dalam kelas. Menurut Sutikno (2013)
menyebut ada beberapa fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran,
diantaranya sebagai berikut:
1. Membantu mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran.
2. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitis.
3. Mengatasi keterbatasan ruang.
4. Pembelajaran lebih komunikatif dan prosuktif.
5. Waktu pembelajaran bisa dikondisikan.
6. Mengurangi kebosanan siswa.
7. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu.
8. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam
9. Meningkatkan keaktifan siswa.
Adapun menurut Syafi’i (1993) dalam Sumanto (2012) menyatakan
bahwa media bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Membangkitkan perhatian siswa
2. Memperjelas informasi yang disampaikan
3. Menstimulasi ingatan tentang konsep
16
4. Memotivasi siswa mengikuti materi pembelajaran
5. Menyajikan bimbingan belajar
6. Memberikan masukan performasi siswa yang benar
Berdasarkan teori diatas, media pembelajaran sangat penting untuk
proses belajar mengajar dikelas. Media ini juga memiliki fungsi dan manfaat
untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, meningkatkan minat
belajar siswa, memotifasi siswa untuk belajar, meningkatkan keaktifan siswa,
dan menghilangkan kebosena siswa dalam pembelajaran dikelas.
c. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Jenis-jenis media pembelajaran menurut Rosyada (2008:58) adalah 1)
media audio, 2) media visual, 3) media audio visual, 4) media multimedia, 5)
media peralatan proyeksi. Penjelasan lebih detail terkait jenis-jenis media
pembelajaran tersebut dapat dilihat pada paparan berikut ini:
1 Media Audio
Media audio adalah media yang berupa dari pembahasan aspek
pendengarannya itu sendiri. Media audio mempunyai karakteristik
berdasarkan kemampuan media dalam meningkatkan rangsangan indera
pendengaran. Ciri-ciri dari media audio ini adalah pesan yang disalurkan
melalui media ini melambangkan auditif, baik verbal (bahasa lisan atau kata-
kata) maupun non verbal (bunyi vokalisasi gemma, musik dll). Menurut
Rosyada (2008:64) media audio memppunyai kelebihan antara lain: 1) mampu
mengatasi keterbatasan ruang, 2) mampu mengembangkan daya imajinasi
pendengaran, 3) mampu memusatkan perhatian siswa, 4) mampu
mempengaruhi suasana belajar siswa melalui musik, 5) dapat menyajikan
17
program pendalaman materi yang dibawakan oleh guru. Disamping kelebihan
dari media audio, media ini memiliki kekurangan. Kekurangan media audio ini
yang paling menonjol adalah sifat komunikasinya hanya satu arah. Sifat
penyajian suara hanya mengandalkan salah satu dari kelima indera. Media
audio ini mempunyai banyak jenis seperti photograph, radio, cassette tapes,
compact disc (CD), laboratorium bahasa.
2 Media Visual
Media visual adalah media berupa gambar atau berupa jenis yang
hanya mengandalkan panca indra penglihatan. Media ini tidak mengandung
unsur siuara. Menurut Rosyada (2008:85) karakteristik dari media visual ada
dua yaitu pesan visual dan penyeluruhan pesan visual verbal, non verbal,
gravis. Karakteristik pesan visual yaitu berupa gambar, grafik, grafik symbol,
diagram, bagan, dan peta. Sedangkan karakteristik penyeluruhan pesan visual
verbal, non verbal, gravis adalah buku dan modul, komik, majalah, jurnal,
poster, papan visual, papan tulis, papan magnet, papan lembar balik, papan
flanel, papan bulletin.
3 Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang dilengkapi fungsi peralatan
suara dan gambar dalam satu unit. Menurut Rosyada (2008:113) media audio
visual ada dua jenis jaitu media audio visual murni, dan tidak murni. Media
audio visual murni adalah sebuah media yang dilengkapi dua macam yaitu
gambar dan suara yang dirangkai dalam satu unit. Sedangkan media audio
visual yang tidak murni adalah media yang dikenal dengan slide, opaque,
OHP, dan peralatan visual lainnya yang diberi unsur suara. Media audio visual
sebagai alatpembelajaran yang sangat membantu dalam berkomunikasi dan
18
proses pembelajaran yang efektif. Apa yang terpandang oleh mata dan telinga
akan lebih cepat dan lebih mudah diingat, dipahami, daripada yang hanya
mengandalkan salah satu panca indera saja. Media audio visual dapat
membantu siswa mengembangkan imajinasinya, mengatasi keterbatasan jarak
dan waktu, menumbuhkan minat dan motivasi siswa.
4 Multimedia
Multimedia menurut Dwi (2014:61) adalah suatu kombinasi dari
sebuah teks, grafis, suara, animasi, dan video. Multimedia juga dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran yang berbasis komputer seperti multimedia
presentase, program media interaktif, dan video pembelajaran. Menurut
Rosyada (2008:150) “multimedia presentase digunakan unuk menjelaskan
materi-materi yang bersifat teoritis yang digunakan dalam pembelajaran
klasik, baik kelompok kecil maupun kelompok besar”. Sedangkan multimedia
interaktif adalah sebuah teknik pembelajaran yang dipahami dari segala
macam sumber dari berbagai macam proses pembelajaran baik secara
kelompok maupun individu. Berikutnya yaitu video pembelajaran
pemanfaatan multimedia berbasis komputer dapat digunakan untuk presentasi
dan CD multimedia interaktif. Video bersifat interaktif tutorial yang
membimbing siswa dalam pemahaman materi melalui visualisali.
Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai banyak jenis,
contohnya seperti: media audio, media visual, media audio visual, dan
multimedia. Dengan adanya banyak jenis media pembelajaran seorang guru
dapat memilih jenis media mana yang akan digunakan ketika proses
pembelajaran. Jenis media yang digunakan dalam media ini adalah media
visual.
19
d. Media Pembelajaran Visual
Jenis media pembelajaran sangat beragam, maka dari itu didalam
penelitian dibatasi jenis media pembelajaran, jenis media yang digunakan
yaitu media visual. Menurut Wina (2010:211) dalam skripsi wulandari (2017)
media visual adalah media yang hanya dapat dilihat saja dan tidak
mengandung unsur suara. Sedangkan menurut Dwi (2014:58) media visual
adalah media yang mengandalkan indra penglihatan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa media visual adalah media berupa gambar atau berupa
jenis yang hanya mengandalkan panca indra.
e. Kelebihan dan Kekurangan Media Visual
Menurut Hasanudin (2015) menyatakan bahwa setiap media
pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan, salah satunya adalah
media visual. Kelemahan dan kelebihan media visual antara lain:
1. Kelebihan media visual
a) Dapat dibaca berkali-kali dengan mengelipingkan atau menyimpannya
b) Analisis lebih tajam, mampu membuat orang mengerti isi berita dengan
menganalisis secara mendalam dan dapat membantu orang berfikir
lebih spesifik tentang isi tulisan
2. Kelemahan media visual
a) Kekurangan praktis dan lambat
b) Tidak adanya audio, media visual hanya berbentuk gambar atau tulisan,
jadi tidak dapat didengar sehingga kurang detail materi yang
disampaikan
20
c) Visual yang terbatas, media visual inni hanya dapat memberikan visual
gambar yang mewakili isi berita.
f. Manfaat Media Visual
Adapun manfaat media visual pada pembelajaran dalam skripsi
Hasanudin (2015) adalah sebagai berikut:
1. Media visual memungkan adanya interaksi langsung antara peserta
didik dan lingkungan
2. Media visual meningkatkan daya tarik pada perhatian siswa. Dengan
demikian media visual sangat berperan penting dalam proses
pembelajaran, karena media visual mempnyai peran untuk
memudahkan dalam penyampaian materi kepada peserta didik.
Nantinya peserta didik akan terbantu dalam memahami materi yang
komplek. Media visual juga berperan penting bagi peserta didik.
3. Media visual mampu mengatasi keterbatasan pegalaman yang dimiliki
oleh peserta didik.
4. Media visual akan menumbuhkan perubahan yang efektif, kognitif, dan
psikomotor.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa media visual mempunyai
manfaat dalam pembelajaran. Media visual dapat meningkatkan perhatian
siswa, memudahkan dalam proses belajar siswa, mudah dalam penyampaian
materi, dan menumbuhkan perubahan yang efektif, kognitif, dan psikomotorik.
Media yang cocok digunakan dalam pengembangan media ini adalah media
visual, karena mampu memudahkan proses pembelajaran dalam penyampaian
materi dan memudahkan siswa dalam pemahaman materi.
21
g. Karakteristik Media Visual
Menurut Rosyada (2008:85) karakteristik media visual gambar adalah
jenis, sketsa, lukisan, dan photo. Pertama, sketsa atau gambar garis yaitu
sebuah gambar sederhanayang melukiskan bagian-bagian pokok sebuah objek
tanpa detail. Kedua, lukisan adalah gambar hasil representase simbolis dan
artistik seseorang tentang sebuah objek ataupun situasi. Ketiga, photo yaitu
sebuah gambar hasil pemotretan. Media vissual gambar dapat digunakan
dalam proses pembelajaran berlangsung. Akan tetapi kebanyakan guru
terkadang tidak menggunakan media gambar ini dalam proses
pembelajarannya, dikarenakan guru kurang bisa menggambar sehingga guru
lebih baik tidak mengguanakan media gambar. Bagi guru yang kurang bisa
menggambar atau mencoba menggambar dengan menarik garis horizontal dan
vertikal, membuat lingkaran atau setengah lingkaran dll.
Menurut Rosyada (2008:103) papan visual adalah papan yang berupa
seperti papan tulis, papan magnetik, papan lembar balik, papan bulletin, papan
flanel, papan peragaan atau papan display. Pertama, papan tulis dan papan
magnetik dianggap sebagai media visual yakni untuk membantu proses
pembelajaran dikelas. Papan tulis dan papan magnetik ini akan mempunyai
sebuah pesan atau arti ketika papan tulis terdapat tulisan, sebaliknya jika
papan tulis tidak terdapat tulisan maka papan tulis tersebut tidak memiliki arti.
Walaupun tergolong kuno, papan ini masih menjadi alat bantu pembelajaran
disekolah. Kedua, papan peragaan ini juga bisa disebut sebagai papan panel
dikarenakan pada papan untuk membuat diagram, gambar-gambar, peta, foto-
foto, dan keterangan-keterangan pendek.
22
h. Pengembangan Media
Pengembangan media adalah suatu usaha yang nantinya dapat
memperluas pengetahuan dan memperdalam sebuah pengetahuan. Penelitian
dan pengembangan adalah suatu prodak yang dikembangkan dari
pengembangan media yang sudah ada, atau suatu prodak yang dirancang
sedemikian rupa yang nantinya akan menjadi sebuah produk yang baru dalam
proses pembelajaran.
Penelitian pengembangan merupakan salah satu penelitian yang
menghasilkan produk sehingga menggunakan metode penelitian
pengembangan (Sugiono,2011:297). Pengembangan media pada jaman
sekarang ini sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Dikarenakan
dengan adanya media pembelajaran akan membantu siswa untuk memahami
materi yang telah diajarkan oleh guru.
3. Pengertian Kolase
Kata “kolase” dalam bahasa Inggris disebut “collage” yang berasal dari
bahasa Perancis “coller” yang berarti “merekatkan”. Kolase itu sendiri
merupakan sebuah desain atau sebuah gambar tang dibuat dari potongan atau
guntingan kertas (Mayesky, 2011:2). Menurut Budiono MA (2005:15)
mengartikan “kolase sebagai komposisi artistik yang dibuat dari berbagai
bahan yang ditempelkan pada permukaan gambar”. Kolase adalah kegiatan
menempel kedalam bentuk gambar yang telah ditentukan. Sedangkan menurut
Sumanto (2006:95) kolase adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan
menggabungkan teknik melukis (lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-
bahan tertentu seperti biji-bijian, dan kertas.
23
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kolase adalah
suatu teknik melukis atau menempel suatu benda pada sebuah gambar yang
mempergunakan warna-warna kepingan batu, pasir, kayu, biji-bijian, kertas,
serbuk, dan lain sebagainya yang dapat ditempel. Kolase merupakan bentuk
gambar yang diwujutkan dengan menyusun kepingan berwarna yang diolesi
lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar, atau jika dengan cara
menabur yakni dengan cara mengoleskan lem pada bagian gambar lalu
taburkan bahan pada permukaan gambar yang telah diolesi lem.
4. Perkembangan Motorik
Menurut Hurlock (1999:105) menyatakan bahwa perkembangan
motorik adalah suatu perkembangan pengendalian gerak jasmani melalui
kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkondinasi. Sedangkan
menurut Sujiono (2008:3) menyatakan motorik adalah semua gerak yang
memungkinkan didapat oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik
adalah proses seorang anak belajar tumbuh terampil menggerakkan tubuhnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik
adalah suatu proses seseorang berkembang sejalan dengan kematangan otot
dan syaraf serta terampil menggerakkan anggota tubuh dalam pengendalian
gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf dan urat syaraf dalam
mengembangkan kemampuan gerakan tubuh serta meningkatkan keterampilan
tubuh.
Motorik halus adalah pengorganisasian sekelompok otot-otot kecil
seperti jari-jemari tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan
koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan
24
dengan alat-alat untuk bekerja dangan objek yang kecil seperti menempel,
mengisi pola, melukis, dan menyusun puzzel.
5. Pendidikan Inklusi
Konsep pendidikan inklusi adalah konsep yang mempresentasikan
keseluruhan aspek yang berkaitan dengan keterbukaan dalam menerima anak
berkebutuhan khusus untuk memperoleh hak dasar sebagai warga Negara.
Pendidikan inklusi didefinisikan sebagai tempat pendidikan yang menampung
semua anak berebutuhan khusus. Pendidikan inklusi juga menjamin kebutuhan
anak yang mengalami cacat fisik, mental, intelektual, emosi akan terpenuhi
dengan baik. Menurut Ilahi (2013:25) dalam konteks pendidikan luar biasa di
Indonesia, pendidikan inklusi bukanlah satu-satunya cara mendidik disabled
children dengan maksud untuk menggantikan pendidikan segregasi yang
sebelumnya dipakai sebagai konsep pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus. Di Indonesia pendidikan inklusi secara resmi mengikutsertakan anak
berkebutuhan khusus melaksanakan pembelajaran anak reguler pada
umumnya.
Pendidikan inklusi tidak boleh mengacu pada keterbatasan siswa, tetapi
lebih mengacu pada kelebihan dan potensi siswa agar lebih berkembang.
Sebagaimana yang dikemukakan Dirjen PLB mengenai pendidikan inklusi
(Takdir Ilahi, 2013:25) bahwa konsep pendidikan ini adalah memberikan
layanan konsep pendidikan yang memasyarakat supaya anak berkebutuhan
khusus dapat pelayanan di sekolah-sekolah terdekat maupun disekolah reguler
bersama dengan teman-teman mereka yang seusia. Maka dari itu, dibutuhkan
strategi sekolah yang dapat mendukung pemenuhan anak berkebutuhan
25
khusus. Sehingga anak berkebutuhan khusus mendapatkan keseimbangan dan
kesetaraan dalam berbagai kehidupan sehingga mereka tidak merasa
terpinggir.
Menurut Ilahi (2013:25) pendidikan inklusi sudah mengkomondasikan
semua hambatan belajar dan perkembangan anak yang mengalami kesulitan
beradaptasi dengan lingkungan baru mereka. Pendidikan inklusi menerima
berbagai keragaman karakteristik anak berkebutuhan khusus dan tidak
memisahkan anak berkebutuhan khusus dengan anak reguler lainnya dalam
proses pembelajaran. Maka dari itu, diperlukan pelaksanaan pendidikan inklusi
yang ideal tentang keberadaan aspek-aspek penting dalam penyelenggaraan,
yang nantinya menyangkut tenaga kependidikan, sarana pendukung,
kurikulum, dan lain sebagainya.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Adapun beberapa kajian penelitian yang relevan antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian dari Minarti Sri Mulyanti dengan judul dengan judul skripsi
play therapy pada anak ADHD. Penelitian ini guna memudahkan para orang
tua memiliki alternatif lain dalam menangani anak ADHD. Dalam play therapy
ini ada beberapa prinsip-prinsip bermain yang sesuai dengan karakteristik dari
ADHD itu sendiri. Beberapa teknik bermain seperi dapat digunakan untuk
menangani anak ADHD. Bermain puzzel misalnya dapat digunakan untuk
meningkatkan pemusatan perhatian dan konsentrasi.
Untuk menangani hiperaktifitas anak dengan ADHD dapat diberikan
play therapy seperti bermain fisik sebagai media pelepasan energi yang
26
berlebih. Sehingga kelebihan energi tersebut pada permainan-permainan yang
diberikan oleh terapis dan hiperaktifitasnya akan berkurang.
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu jika penelitian
terdahulu menggunakan terapi bermain fisik dengan menggunakan permainan
puzzel, sedangkan penelitian yang saat ini mengembangkan media kolase
pasir. Persamaan dari penelitian ini sendiri adalah sama-sama digunakan sebagai
terapi anak hiperaktif yang nantinya dapat mengurangi hiperaktivitas pada
anak tersebut.
2. Penelitian dari Astrie Cahaya Sari dengan judul pengaruh permainan
tradisional engklek terhadap konsentrasi anak ADHD. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa permainann tradisional mampu melatih motorik gerak,
dan membuat anak menjadi aktif serta mampu membangun kepekaan
kepekaan sosial. Perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yaitu,
jika penelitian terdahulu menggunakan permainan tradisional engklek untuk
melatih konsentrasi pada anak, sedangkan penelitian yang saat ini
mengembangkan media kolase pasir. Persamaan dari penelitian ini sendiri
adalah sama-sama digunakan untuk melatih konsentrasi pada anak hiperaktif
yang nantinya dapat mengurangi hiperaktivitas pada anak tersebut.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah penelitian yang ilmiah yang akan dilakukan oleh
peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukannya. Kerangka pikir akan
memberikan landasan yang kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan
permasalahan yang ada. Kerangka pikir dalam penelitian ini akan
menggambarkan sebagai berikut.
27
Anak Berkebutuhan khusus
Anak ADHD/Hiperaktif
Pengembangan media kolase pasir
sebagai terapi anak hiperaktif untuk
melatih perkembangan motorik halus
pada pembelajaran SBDP
Media pembelajaran
Kurang bisa memahami materi yang
dipelajari, kurangnya fokus dalam
pembelajaran.
Media kolase pasir
Kondisi ideal anak hiperaktif adalah
aktivitas belajar berkaitan langsung
dengan kemampuan akademiknya.
Anak hiperaktif sulit untuk menerima
materi karena kurang nya untuk
berkonsentrasi & fokus dalam
kegiatan pembelajaran.
Kondisi dilapangan pada anak
hiperaktif adalah kurangnya disiplin
dan kurang motivasi untuk belajar,
kurang memahami materi, sehingga
harus dijelaskan secara perlahan.
Pembelajaran anak hiperaktif Guru
pembimbing
khusus