10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
A. Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Pada Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
(SK Dirjen Dikdasmen) No: 226/C/Kep/O/1992, disebutkan bahwa
“ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur
sekolah, yang dilakukan baik disekolah ataupun diluar sekolah, dengan tujuan
untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan
antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya
pembinaan manusia seutuhnya.
Dalam lampiran Surat Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (SK
Mendikbud) No: 060/U/1993, No: 061/U/1993 dan No: 080/U/1993, berdasarkan
ketiga SK tersebut dikemukakan bahwa, kegiatan ektrakurikuler adalah kegiatan
yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa
kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program
kurikuler.
Berdasarkan beberapa SK yang menjelaskan mengenai ekstrakurikuler
dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler merupakan suatu kegiatan yang telah
tersusun dalam program sekolah dan dilakasanakan di luar jam pelajaran sekolah
dan pada saat libur sekolah, dan memiliki tujuan untuk memperdalam dan
11
memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai pelajaran,
menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia
seutuhnya.
2. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Dalam makalahnya, Winarno (2013) menyebutkan beberapa fungsi
kegiatan ekstrakurikuler, yaitu:
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan
potensi, bakat, dan minat.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan bagi peserta didik
yang menunjang proses perkembangan.
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan, pembinaan kesiswaan
memiliki tujuan sebagai mana dijelaskan berikut ini:
a. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi
bakat, minat, dan kreativitas.
12
b. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah
sebagai lingkungan pendidikan agar terhindar dari usaha dan pengaruh
negatif yang bertentangan dengan tujuan pendidikan.
c. Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian potensi unggulan sesuai
bakat dan minat.
d. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yangberakhlak mulia,
demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka
mewujudkan masyarakat mandiri (civil society).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995:2) juga menjelaskan
mengenai tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler, yaitu antara lain:
a. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan keterampilan
mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat
dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang:
1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2) Berbudi pekerti luhur;
3) Memiliki pengetahuan dan keterampilan;
4) Sehat rohani dan jasmani;
5) Berkepribadian yang mantap dan mandiri;
6) Memilki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan
pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan
kebutuhan dan keadaan lingkungan.
13
Penjelasan di atas menjelaskan mengenai tujuan ekstrakurikuler yang secara
keseluruhan membantu siswa untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya dan melakukan pembinaan pada siswa agar menjadi manusia yang
seutuhnya.
3. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler
Sesuai lampiran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan seperti yang
disebutkan oleh Winarno (2013) dalam makalahnya, disebutkan ada 8 materi dan
jenis kegiatan ekstrakurikuler, yaitu:
a. Kegiatan pembinaan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jenis
kegiatannya yaitu:
1) Melaksanakan peribadatan sesuai dengan agamanya masing-masing;
2) Memperingati hari-hari besar agama;
3) Membina kegiatan toleransi antar umat beragama;
4) Mengadakan lomba yang bersifat keagamaan;
5) Menyelenggarakan kegiatan seni yang bernafaskan keagamaan.
b. Kegiatan pembinaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Jenis kegiatannya
yaitu:
1) Melaksanakan upacara bendera pada hari senin, serta hari-hari besar
nasional;
2) Melaksanakan bakti sosial;
3) Melaksanakan lomba karya tulis;
4) Melaksanakan pertukaran pelajar antar propinsi;
5) Menghayati dan mampu menyanyikan lagi-lagu nasional.
14
c. Kegiatan pembinaan pendidikan bela negara. Jenis kegiatannya yaitu:
1) Melaksanakan tata tertib sekolah;
2) Melaksanakan baris-berbaris;
3) Mempelajari dan menghayati sejarah perjuangan bangsa;
4) Melaksanakan wisata siswa dan kelestarian lingkungan alam;
5) Mempelajari dan menghayati semangat perjuangan para pahlawan
bangsa.
d. Kegiatan pembinaan kepribadadian dan budi pekerti luhur. Jenis kegiatannya
yaitu:
1) Melaksanakan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila;
2) Melaksanakan tata krama pergaulan;
3) Menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran rela berkorban dengan
perbuatan amal;
4) Meningkatkan sikap hormat siswa terhadap orang tua, guru, dan sesama
teman di lingkungan masyarakat.
e. Kegiatan pembinaan berorganisasi, pendidikan politik, dan kepemimpinan.
Jenis kegiatannya yaitu:
1) Mengembangkan peran siswa dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS);
2) Melaksanakan latihan kepemimpinan siswa;
3) Mengadakan forum diskusi ilmiah;
4) Mengadakan media komunikasi OSIS;
5) Mengorganisir suatu pementasan atau bazar.
15
f. Kegiatan pembinaan keterampilan dan kewiraswastaan. Jenis kegiatannya
yaitu:
1) Meningkatkan ketrampilan dalam menciptakan sesuatu lebih berguna;
2) Meningkatkan ketrampilan dibidang teknik, elektronik, pertanian, dan
peternakan;
3) Meningkatkan usaha-usaha keterampilan tangan;
4) Meningkatkan usaha koperasi sekolah;
5) Meningkatkan penyelenggaran perpustakaan sekolah.
g. Kegiatan pembinaan kesegaran jasmani dan daya kreasi. Jenis kegiatannya
antara lain:
1) Meningkatkan usaha kesehatan sekolah;
2) Meningkatkan kesehatan mental;
3) Menyelenggarakan kantin sehat;
4) Menyelenggarakan lomba berbagai macam olahraga.
h. Kegiatan pembinaan persepsi, apresiasi, dan kreasi seni. Jenis kegiatannya
antara lain:
1) Meningkatkan wawasan dan keterampilan siswa dibidang seni;
2) Menyelenggarakan sanggar belajar semacam seni;
3) Meningkatkan daya cipta seni;
4) Mementaskan, memamerkan hasil berbagai cabang seni.
Sesuai dengan buku penduan pengembangan diri yang di sebutkan Winarno
(2013) dalam makalahnya, disebutkan bahwa ada 4 jenis kegiatan ekstrakurikuler,
yaitu:
16
a. Krida, meliputi kepramukaan, latihan dasar kepemimpinan Siswa (LDKS),
Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
(PASKIBRAKA).
b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan
keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah
raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan.
d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karis,
pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.
e. Dalam pelaksanaanya di sekolah dasar, kegiatan ekstrakurikuler yang paling
banyak ditemui adalah ekstra pramuka, ekstra olah raga, dan ekstra seni
budaya.
1.2 Gerakan Pramuka
1. Pengertian Pramuka, Pendidikan Kepramukaan dan Gerakan Pramuka
Sesuai dengan Undang-Undang No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka pada Bab I pasal 1 dijelaskan bahwa “Pramuka adalah warga negara
Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan Satya
Pramuka dan Darma Pramuka”. Pramuka adalah sebutan bagi anggota Gerakan
Pramuka yang berusia 7-25 tahun dan berkedudukan sebagai peserta didik, yaitu
sebagai siaga, penggalang, penegak, dan pandega. Sehingga pramuka adalah warga
negara Indonesia yang termasuk dalam anggota Gerakan Pramuka, berusia 7 - 25
tahun dan berkedudukan sebagai siaga, penggalang, penegak, dan pandega yang
mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka (Darmawan, 2011:13)
17
Sedangkan pengertian pendidikan kepramukaan adalah seperti yang
dikatakan oleh Lord Baden Powell dalam buku “BPS Out Look” yang dikutip oleh
Kwartir Daerah Jawa Tengah menyatakan bahwa
SCOUTING is not a science to be solemnly studiet, NOR is it a collection of
doctrine and texts. No! It is a jolly game in the out doors, where boy-men
and ... boy can go adventuring together as leader and younger brother
picking up health and happinness, handicraft and helpfullness” (Kwarda Jateng, 2000) Artinya: Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara
tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah
buku. Bukan! Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam
terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama mengadakan
pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan,
keterampilan dan kesediaan memberi pertolongan.
Kepramukaan merupakan proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan
di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan yang menarik, menyenangkan,
sehat, teratur, terarah, praktis, yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar
kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah
pembentukan watak peserta didik.Sesuai dengan Undang-Undang tentang Gerakan
Pramuka dijelaskan bahwa Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh
pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.Gerakan Pramuka
adalah wadah atau organisasi tempat pramuka itu berkumpul dan menyelesaikan
masalah secara bersama. tingkatan organisasi ini misalnya seperi Gerakan Pramuka
Kwartir Daerah, Gugus depan dan lain sebagainya (lebih rinci akan khusus di bahas
pada struktur organisasi Gerakan Pramuka).
18
2. Landasan Dasar Gerakan Pramuka
Gerakan pramuka tidak berdiri dengan sendirinya melainkan ada hal-hal
yang mendasari terselenggaranya gerakan pramuka. Berikut adalah dasar
penyelenggaraan gerakan pramuka diatur berdasarkan:
a) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 238 tahun 1961 Tentang
Gerakan Pramuka.
b) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 118 tahun 1961 tentang
Penganugerahan Pandji kepada Gerakan Pendidikan Kepanduan Pradja
Muda Karana.
c) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 24 tahun 2009 tentang
Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.
d) Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 203 tahun 2009 tentang
Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. (Lukman dan Nita 2011:164)
e) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2011 tentang Gerakan
Pramuka
f) Landasan tersebut merupakan dasar setiap penyelenggaran kegiatan
kepramukaan di Indonesia. Baik manajemen, tata laksana organisasi,
maupun penyelenggaraan kegiatan yang lainnya yang berhubungan Gerakan
Pramuka.
3. Sifat GerakanPramuka
Berdasarkan resolusi Konferensi Kepanduan sedunia tahun 1924 di
Kopenhagen, Denmark. Maka kepanduan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu:
19
a) Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepanduan
di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikannya dengan keadaan,
kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negaranya.
b) Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepanduan di negara manapun
di dunia ini harus menimba dan mengembangkan rasa persaudaraan dan
persahabatan antar sesama Pandu dan sesama manusia, tanpa membedakan
kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku, dan bangsa.
c) Universal, yang berarti bahwa kepanduan dapat dipergunakan dimana saja
untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja.
Dikarenakan gerakan pramuka memiliki sifat nasional, maka di Indonesia
sifat gerakan pramuka dijabarkan lebih rinci di anggaran rumah tangga pada pasal
7 yaitu:
a) Gerakan Pramuka adalah Organisasi Kepanduan Nasional Indonesia sebagai
lembaga pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan
kepramukaan.
b) Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan yang keanggotaannya
bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras, golongan, dan agama.
c) Gerakan Pramuka bukan organisasi kekuasaan sosial-politik, bukan bagian
dari salah-satu organisasi kekuatan politik dan tidak menjalankan kegiatan
politik praktis.
d) Gerakan Pramuka ikut serta membantu masyarakat dengan melaksanakan
pendidikan bagi kaum muda, khususnya pendidikan nonformal di luar
sekolah dan di luar keluarga.
20
e) Gerakan Pramuka menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggotanya untuk
memeluk agama dan kepercayaan masing-masing dan beribadat menurut
agama dan kepercayaanya itu.
f) Berdasarkan sifat Gerakan Pramuka di atas telah dijelaskan bahwa gerakan
pramuka merupakan suatu organisasi yang ada di seluruh dunia dan
dilaksanakan sesuai dengan keadaan dan kondisi masing-masing negara,
serta tidak membedakan suku, agama, kepercayaan, ras, budaya, negara dan
bangsa dalam melakukan kegiatan kepramukaan. Gerakan pramuka juga
bukan anggota suatu organisasi sosial-politik (Hartini, 2001:12).
4. Tujuan dan Fungsi Gerakan Pramuka
Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 238 tahun 1961 yang menetapkan
bahwa gerakan pramuka sebagai satu-satunya badan yang diberi tugas dan
wewenang untuk menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan
pemuda Indonesia. Kegiatannya dilaksanakan di luar lingkungan sekolah dan
lingkungan keluarga, yang memiliki tujuan sebagaimana telah dijelaskan pada
Undang-Undang Pramuka No. 12 Tahun 2011 pasal 4, bahwa: “Gerakan pramuka
bertujuan untuk membentuk setiap anggota pramuka agar memiliki kepribadian
yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum,
disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan
hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan
Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan
hidup”.
21
Pembinaan dan pendidikan yang diselenggarakan dalam kegiatan Pramuka
memiliki tujuan untuk mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia agar menjadi:
a. Manusia berwatak, berkepribadian, dan berbudi pekerti luhur, yang:
1) Tinggi moral, spiritual, kuat mental, sosial, intelektual, emosional dan
fisiknya;
2) Tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya;
3) Kuat dan sehat jasmaninya.
b. Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota
masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri
secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam
lingkungan, baik lokal, nasional, maupun internasional. (Pasal 4 Anggaran
Dasar Gerakan Pramuka)
Berdasarkan penjelasan dari berbagai dasar mengenai tujuan dari Gerakan
Pramuka dapat ditarik garis besar dari tujuan Gerakan Pramuka adalah membentuk
manusia yang memiliki kepribadian dan watak yang luhur, beriman, bertakwa,
berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur bangsa, sehat jasmani dan rohaninya, serta mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa Indonesia.
Gerakan pramuka memiliki beberapa fungsi atau yang biasa disebut fungsi
kepramukaan. Fungsi tersebut antara lain:
22
a. Kegiatan menarik bagi anak dan pemuda (game)
Kegiatan menarik bagi anak dan pemuda adalah kegiatan yang
menyenangkan dan mengandung pendidikan. Kegiatan yang menarik ini memiliki
fungsi untuk menanamkan pendidikan kepramukaan melalui permainan, sehingga
menarik bagi anak dan pemuda. Kegiatan ini diperuntukkan bagi pramuka siaga (7-
10 tahun) dan pramuka penggalang (11-15 tahun). Kegiatan yang menarik bagi
anak dan pemuda ini dapat berupa game, bernyanyi, jalan-jalan santai, belajar
mengirim berita menggunakan sandi, senam tongkat, senam semaphore, dan
kegiatan belajar mengenal alam.
b. Pengabdian (job) bagi orang dewasa
Bagi orang dewasa pramuka bukan lagi sebagai permaianan (game),
melainkan suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian.
Kewajiban orang dewasa adalah dengan suka rela membaktikan dirinya demi
suksesnya pencapaian tujuan organisasi Gerakan Pramuka. Kegiatan ini
diperuntukkan pramuka Penegak (16-20 tahun) dan pramuka Pandega (21-25
tahun). Kegiatan bagi orang dewasa ini dapat berupa pengumpulan untuk
membantu korban bencana alam, menjadi sukarelawan di daerah yang terjadi
bencana, bakti sosial dan kegiatan lain yang bersifat pengabdian.
c. Alat (means) bagi masyarakat dan organisasi
Kepramukaan berfungsi sebagai alat bagi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat dan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.
Kegiatan pramuka yang diberikan sebagai latihan rutin merupakan alat. Alat untuk
23
mendidik dan membina kaum muda agar dapat membangun dirinya secara mandiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara.
Sedangkan menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pada pasal 6
dinyatakan bahwa:
“Gerakan Pramuka berfungsi sebagai organisasi pendidikan nonformal, di luar sekolah dan di luarkeluarga, dan sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda berlandaskan sistem among dengan menggunakan prinsip dasar kepramukaan, metode kepramukaan, dan Motto Gerakan Pramuka yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia”.
1.3 Kedisiplinan
1. Pengertian Kedisiplinan
Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang
berarti mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:
a. Tata tertib (di sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya).
b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan tata tertib.
c. Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu
dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama
sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani
dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya (Prijodarminto, 1994).
Kedisiplinan hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu maupun
24
masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh
kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian
tujuan (Ekosiswoyo dan Rachman, 2000).
Istilah itu adalah disiplin dan ketertiban, ada juga yang menggunakan
istilah siasat dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang
dalam mengikuti peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar
misalnya karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian
disiplin atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata
tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya (Arikunto, 1990).
Kedisiplinan dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas / latihan yang
dirancang karena dianggap perlu dilaksanakan untuk dapat mencapai sasaran
tertentu (Sukadji, 2000). Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang
menggambarkan kepatuhan kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan
juga berarti suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan yang sama, teratur
dan tertib,yang dijadikan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan
perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik (Budiono, 2006). Santoso (2004)
menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sesuatu yang teratur, misalnya disiplin
dalam menyelesaikan pekerjaan berarti bekerja secara teratur. Kedisiplinan
berkenaan dengan kepatuhan dan ketaatan seseorang atau kelompok orang
terhadap norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Kedisiplinan dibentuk serta berkembang melalui
latihan dan pendidikan sehingga terbentuk kesadaran dan keyakinan dalam
dirinya untuk berbuat tanpa paksaan.
25
Disiplin adalah satu aspek kehidupan yang mesti wujud dalam
masyarakat. Oleh itu ia hendaklah mendapat perhatian berat dari semua pihak
sama ada di sekolah atau di luar sekolah (Zainal, 2009:2). Kedisiplinan
merupakan suatu sikap, perilaku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan
organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis (Nitisemito, 1999). Berdasarkan
berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu
sikap dan perilaku yang mencerminkan ketaatan dan ketepatan terhadap
peraturan, tata tertib,norma-norma yang berlaku,baik tertulis maupun yang tidak
tertulis.
2. Tujuan kedisiplinan
Gaustad (1992) mengemukakan bahwa kedisiplinan memiliki 2
(dua) tujuan, yaitu memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Subari (1994)
berpendapat bahwa kedisiplinan mempunyai tujuan untuk penurutan terhadap
suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk terciptanya peraturan itu.
Menurut Durkeim (1995), kedisiplinan mempunyai tujuan ganda yaitu
mengembangkan suatu peraturan tertentu dalam tindak tanduk manusia dan
memberinya suatu sasaran tertentu dan sekaligus membatasi cakrawalanya.
Menurut Bistak Sirait ( 2008: 11) menyatakan bahwa tujuan utama dari
sebuah sikap kedisiplinan adalah untuk mengarahkan anak supaya ia mampu untuk
mengontrol dirinya sendiri. selain itu juga supaya anak dapat melakukan aktivitas
dengan terarah, sesuai dengan peraturan yang berlaku.Kedisiplinan adalah suatu
latihan batin yang tercermin dalam tingkah laku yang bertujuan agar orang
26
selalu patuh pada peraturan. Dengan adanya kedisiplinan diharapkan anak
didik mendisiplinkan diri dalam mentaati peraturan sekolah sehingga proses
belajar mengajar berjalan dengan lancar dan memudahkan pencapaian tujuan
pendidikan. Oleh karena itu, anak didik perlu dibimbing atau ditunjukkan
mana perbuatan yang melanggar tata tertib dan mana perbuatan yang
menunjang terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik (Gordon, 1996).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
kedisiplinan adalah memberi kenyamanan pada para siswa dan staf (guru) serta
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar serta perkembangan dari
pengembangan diri sendiri dan pengarahan diri sendiri tanpa pengaruh atau
kendali dari luar.
3. Fungsi kedisiplinan
Fungsi kedisiplinan menurut Tu’u (2004) adalah:
a. Menata kehidupan bersama
Kedisiplinan sekolah berguna untuk menyadarkan siswa bahwa dirinya perlu
menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang
berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan dengan
sesama menjadi baik dan lancar.
b. Membangun kepribadian
Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut
memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu,
dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi aturan yang
27
berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam dirinya serta
berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
c. Melatih kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk melalui
latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu
dibiasakan dan dilatih.
d. Pemaksaan
Kedisiplinan dapat terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar,
misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang
berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang ada di sekolah
tersebut.
e. Hukuman
Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi yang
melanggar tata tertib tersebut.
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Kedisiplinan berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan
pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya
sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan
pembelajaran.
4. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan
timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin.
Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi
kedisiplinan, antara lain: Dari sekolah, contohnya:
28
a. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa
mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan
seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau
sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak
terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.
b. Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata
pelajaran daripada siswanya.
c. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah
(akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal
yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang
gaduh, dll. Dari keluarga, contohnya:
a. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak teraturan,
pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya masing-masing.
b. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal,
lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.
1.4 Kajian Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan untuk mendukung
penelitian yang dilakukan ini yaitu sebagai berikut:
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mas’ut (2014) dengan judul
Pengaruh kegiatan ekstra kurikuler pramuka terhadap kedisiplinan belajar IPS
Siswa. Berdasarkan hasil perhitungan, dengan N = 30 diperoleh nilai koefisien
korelasi atau (rxy) sebesar 0,533, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan
dengan tabel r, dengan responden 30 siswa dengan taraf 5 % diperoleh dari
tabel 0,361 dan signifikansi 1 % diperoleh dari tabel 0,463. Bila dibandingkan
29
ternyata ro : 0,533 > 0,361 dan 0,533 > 0,463. Dari uraian tersebut, maka ro =
memiliki tingkat korelasi hipotesis sebesar 28,408% dan sisa dari hasil
prosentase hipotesis sebesar 28,9119%. Berdasarkan analisis data tersebut
dapat diketahui bahwa hasil penelitian : Ada pengaruh yang signifikan antara
kegiatan Pramuka terhadap kedisiplinan IPS siswa IPS SMP NURUL ULUM
Karangroto Genuk Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014.
Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan Ramadani (2014) dengan
judul penelitian mengenai Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Dalam
Kurikulum 2013 Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kemiri
Tahun Ajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil perhitungan pengujian hipotesis
yang dilakukan menggunakan analisis uji t, diperoleh nilai thitung sebesar
5,755 dan ttabel sebesar 2,31549. Karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil perhitungan pengujian hipotesis, dapat
disilmpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kegiatan
ekstrakurikuler pramuka dalam kurikulum 2013 terhadap kedisiplinan siswa
kelas IV SD N 04 Kemiri tahun ajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh koefisien determinasi (KP) sebesar 41,3%. Artinya
kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam kurikulum 2013 memberikan
sumbangan atau pengaruh sebesar 41,3% terhadap kedisiplinan siswa kelas IV
SD N 04 Kemiri tahun ajaran 2014/2015.
30
1.5 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hasil studi pendahuluan seperti yang telah diuraikan pada latar
belakang masalah dan rumusan masalah, serta memperhatikan teori yang
mendukung, maka dapat diungkapkan kerangka pemikiran penelitian yang
menggambarkan keterkaitan antara variabel bebas(keikutsertaan dalam
kegiatan ekstrakurikuler pramuka) dan variabel terikat (kedisiplinan siswa)
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Keterangan:
Pengaruh Keikutsertaan ekstrakurikuler pramuka (X) terhadap kedisiplinan
Siswa Kelas 5 SD Negeri Purwantoro I Malang tahun pelajaran 2015/2016.
1.6 Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
Siswa Kelas 5 SD Negeri Purwantoro I Malang tahun pelajaran 2015/2016
Keikutsertaan ekstrakurikuker Pramuka
Kesiplinan siswa
Ada Pengaruh Tidak ada Pengaruh
Uji t ( t-test)
31
a. H1 = Ada pengaruh antara mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka dengan
Kedisiplinan Siswa Kelas 5 SD Negeri Purwantoro I Malang Tahun
Ajaran 2015/2016.
b. H0= Tidak ada pengaruh antara mengikuti Ekstrakurikuler Pramuka dengan
Kedisiplinan Siswa Kelas 5 SD Negeri Purwantoro I Malang Tahun
Ajaran 2015/2016,