6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi secara umum adalah kondisi medis terjadinya
peningkatan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Brunner & Suddarth,
2001). Menurut WHO, (1994) yang dikutip oleh Dewi, (2010)
menyimpulkan bahwa pada populasi lanjut usia penyakit hipertensi adalah
peningkatan tekanan sistolik yang lebih besar atau sama 160mmHg dan
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 95 mmHg.
Krisis Hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah
yang mendadak ( sistolik >180 mmHg dan diastolik > 120 mmHg ) pada
penderita hipertensi yang membutuhkan penanggulangan segera ( Mayza
dkk, 2008). Tekanan darah adalah suatu gaya atau dorongan darah ke
dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh.
Sebagai analogi, bayangkan seperti kran air jika suplai air terganggu dan
tekanan air rendah, maka aliran air di kran menjadi lambat dan hanya berupa
tetesan air. Tekanan darah berperan penting, karena tanpanya darah tidak
akan mengalir ( Palmer, 2005).
7
2. Klasifikasi Hipertensi.
Hipertensi dapat dibedakan menjadi empat stadium sesuai dengan
tabel klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas yaitu
sebagai berikut :
TABEL 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Keatas Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal < 130 < 85
Normal tinggi 130 – 139 85 – 89 Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99 Stadium 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109 Stadium 3 (berat) 180 – 209 110 – 119
Stadium 4 (sangat berat) 210 120 Sumber : Brunner & Suddarth (2001)
Hipertensi dengan tekanan darah antara 140/90 hingga 160/95mmHg
dianggap sebagai hipertensi perbatasan atau borderline hipertention, antara
160/95 hingga 200/100mmHg sebagai hipertensi ringan, antara 200/110
hingga 230/120mmHg sebagai hipertensi moderate dan antara 230/120
hingga 280/140mmHg sebagai hipertensi berat. Ada juga yang dinamakan
hipertensi maligna, yakni hipertensi dari tingkatan mana saja dengan cepat
sekali meningkat sampai 230/130mmHg atau lebih disertai dengan
gangguan fungsi ginjal (Gunawan, 2001).
3. Penyebab Hipertensi.
Menurut Gunawan, (2001) Berdasarkan etiologi hipertensi dapat
dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu :
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer).
Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang dimana terjadinya
gangguan tekanan darah atau hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti
penyebabnya atau tanpa kelainan organ di dalam. Kurang lebih 90% -
95% dari penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi primer adalah :
8
1) Faktor keturunan.
Kasus yang sering muncul dimasyarakat terbukti bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur (jika semakin bertambah umur semakin meningkat
tekanan darahnya), jenis kelamin (Tekanan darah pada laki – laki lebih
tinggi dibanding tekanan darah pada perempuan), dan ras (Pada orang
yang berkulit hitam tekanan darahnya lebih tinggi dari pada orang
kulit putih).
3) Kebiasaan hidup.
Suatu kebiasaan dan gaya hidup yang serba instan sering
menyebabkan timbulnya hipertensi. Faktor-faktor tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Konsumsi garam yang tinggi.
Tingginya konsumsi garam mengakibatkan tekanan darah
meningkat. Penelitian telah membuktikan bahwa pembatasan
konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah dan pengeluaran
garam (natrium) oleh obat diuretik akan menurunkan tekanan
darah.
b) Kegemukan atau makan yang berlebihan.
Penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan, terbukti
bahwa ada hubungan antara kegemukan (obesitas) dan hipertensi.
Meskipun mekanisme bagaimana kegemukan menimbulkan
hipertensi belum jelas, tetapi sudah terbukti penurunan berat badan
dapat menurunkan tekanan darah.
c) Stres atau ketegangan jiwa.
Stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin yang memacu jantung
berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga tekanan darah akan
9
meningkat. Jika stres berlangsung lama, tubuh akan terjadi
perubahan patologis, gejala yang sering muncul dapat berupa
hipertensi atau penyakit maag.
d) Pengaruh lain.
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah adalah sebagai berikut :
(1) Merokok, karena dapat merangsang sistem adrenergik dan
meningkatkan tekanan darah.
(2) Minum alkohol.
(3) Minum obat-obatan, misal ephedrin, prednison, epinefrin.
b. Hipertensi sekunder.
Menurut Gunawan, (2001) mengatakan bahwa hipertensi
sekunder adalah suatu kondisi yang dimana terjadinya gangguan tekanan
darah atau hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Menurut
Muhammadun, (2010) penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
hipertensi adalah :
1) Penyakit ginjal.
2) Kelainan hormonal.
3) Penyakit jantung.
4) Penyakit endokrin.
5) Obat–obatan.Seperti: pil KB, kortikosteroid, siklosporin. Eritropoitin,
dll.
6) Penyebab lainnya.
4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Menurut Barbara, (1996) mengungkapkan bahwa pada tingkat
awal, sesungguhnya hipertensi asimtomatis (tanpa gejala). Menurut
(Palmer, 2007) mengatakan bahwa bila ada gejala-gejala itu terjadi pada
tekanan darah yang tidak terkontrol dan penyakit sudah berlanjut pada
tahap berikutnya yaitu terdiri dari :
a. Sakit kepala.
b. Vertigo dan muka merah
10
c. Mengatuk.
d. Kelelahan.
e. Sulit bernapas atau sesak napas.
f. Kebingungan atau gelisah.
g. Penglihatan kabur atau scotoma dengan perubahan retina
h. Kekerapan nokturia akibat peningkatan tekanan darah dan bukan karena
gangguan ginjal
5. Komplikasi Hipertensi.
Menurut Palmer, (2007) mengatakan bahwa tekanan darah tinggi
dapat menimbulkan komplikasi pada organ-organ tubuh yaitu sebagai
berikut :
a. Komplikasi pada otak ( stroke ).
Aliran darah di arteri terganggu dengan mekanisme yang mirip
dengan gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan jantung
atau angina. Apabila otak kekurangan oksigen dan nutrisi akibat
pembuluh darah di otak tersumbat, maka akan mengakibatkan terjadinya
stroke.
b. Komplikasi pada mata
Hipertensi dapat mempersempit dan menyumbat arteri dimata,
sehingga menyebabkan kerusakkan pada retina. Keadan ini disebut
penyakit vaskuler retina. Jika berkepanjangan dapat menyebabkan
retinopati dan berdampak kebutaan.
c. Komplikasi pada jantung.
Suatu keadaan dimana secara progresif jantung tidak dapat
memompa darah keseluruh tubuh secara efisien. Jika fungsi semakin
memburuk, maka akan timbul tekanan balik dalam system sirkulasi yang
menyebabkan kebocoran dari kapiler terkecil paru. Hal ini akan
menimbulkan sesak napas dan menimbulkan pembengakkan di kaki dan
pergelangan kaki.
11
d. Komplikasi pada ginjal.
Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal
mengkerut (vasokontriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan
menyebabkan kerusakan sel-sel ginjal yang pada akhirnya terjadi
gangguan fungsi ginjal. Apabila tidak segera ditangani dapat
menyebabkan gagal ginjal kronik atau bahkan gagal ginjal terminal
(Dewi. dkk, 2010).
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikendalikan, dengan diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
komplikasi (Medicastore, 2007). Pengendalian hipertensi bertujuan untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut dan upaya pencapaian
dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90mmHg (Smeltzer. dkk,
2001). Dalam upaya meningkatkan status kesehatan dengan cara
meningkatkan kemampuan menyampaikan informasi yang jelas pada
penderita mengenai penyakit yang diderita serta cara pengobatan,
keterlibatan dan cara pendekatan yang dilakukan (Soeharto, 2001).
Secara umum indikator keberhasilan pengobatan dan pengendalian
tekanan darah pada penderita hipertensi dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Tekanan darah terkendali atau terkontrol.
b. Tidak terjadi komplikasi pada penderita.
c. Kualitas kesehatan hidup menjadi lebih baik dan tetap produktif.
Penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis yang akan
dijelaskan sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan nonfarmakologis.
Menurut Gunawan, (2001) mengungkapkan bahwa agar terhindar
dari komplikasi, harus diambil tindakan pengendalian yang baik, antara
lain sebagai berikut:
12
1) Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr
garam dapur perhari. Dan menghindari makanan yang kandungan
garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan
makanan yang mengandung ikatan natrium.
2) Menghindari kegemukan (obesitas).
Menghindarkan kegemukan dengan menjaga berat badan tetap
normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan menurut WHO,
(2000) klasifikasi IMT penduduk Asia dewasa pada umur 18 tahun
keatas yaitu sebagai berikut :
a. Batas IMT untuk laki-laki normal 20,1-25,0
b. Batas IMT untuk perempuan normal 18,7-23,9
TABEL 2.2
Klasifikasi IMT Penduduk Asia Dewasa pada Umur 18 Tahun Keatas Kategori IMT(Kg/m2) Resiko Penyakit
Underweight < 18,5 Rendah Normal 18,5-22,9 Rata-rata
Overweight >23 Pre-obesitas 23-24,9 Meningkat Obesitas I 25-29,9 Sedang Obesitas II ≥ 30 Berbahaya
Cara penentuan berat badan ideal dengan menggunakan rumus
IMT ( Indeks Massa Tubuh) yaitu :
IMT (Kg/m2) = BB(Kg) / TB (m) x TB (m)
Keterangan:
IMT = Indeks Massa Tubuh (Kg/m2)
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (cm)
3) Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol
darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi
dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding
pembuluh darah. Lama-kelamaan jika endapan kolesterol bertambah
13
akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah.
Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak
langsung memperparah hipertensi.
Kadar kolesterol normal dalam darah dibatasi maksimal 200
mg – 250 mg per 100 cc serum darah. Untuk menjaga agar kadar
kolesterol darah tidak bertambah tinggi, Himpunan Ahli Jantung
Amerika (American Heart Association) menganjurkan agar konsumsi
kolesterol dalam makanan dibatasi tidak lebih dari 300 mg setiap hari.
Contoh makanan yang kandungan kolestrolnya tinggi seperti : kuning
telur ayam, telur bebek, hati sapi, hati babi, otak sapi, otak babi,
mentega dan lain-lainnya.
4) Olahraga teratur.
Olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan
endapan kolestrol pada pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksudkan
adalah olah raga yang ringan, seperti: gerak jalan, senam, berenang,
naik sepeda. Tidak diajurkan melakukan olahraga yang menegangkan
seperti tinju, gulat atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan
dapat menimbulkan hipertensi.
5) Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan
mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat
membantu menurunkan tekanan darah yang ringan. Menurut
Kurniawan, (2006) menyatakan bahwa peningkatan masukan kalium
(4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari) dapat memberikan efek
penurunan tekanan darah. Contoh buah yang baik untuk dikonsumsi
yaitu: apel, jeruk, tomat, pisang, kentang,mentimun, dll.
6) Tidak merokok.
Merokok merangsang meningkatkan tekanan darah. Nikotin
yang dihisap seorang perokok mampu mengeluarkan catecholamines
dari tubuh, yakni kumpulan zat kimiawi yang sangat dibutuhkan tubuh
diantaranya adalah hormon adrenalin. Keluarnya adrenalin dalam
14
jumlah besar ini mampu mempengaruhi kerja darah diantaranya
berdampak pada meningkatnya tekanan darah (hipertensi) sekitar 10-
20 jenjang. Merokok juga dapat menyebabkan penyempitan dan
kekakuan pembuluh darah.
7) Tidak minum alkohol atau bersoda.
Kurangi alkohol dan minuman bersoda karena dapat
menaikkan laju tekanan pembuluh darah di jantung. Alkohol dapat
mengganggu system kerja saraf pusat maupun saraf tepi. Jika kerja
saraf simpatis terganggu, maka akan terjadi gangguan pula pada
pengaturan darah. Orang yang gemar mengkonsumsi alkohol dengan
kadar tinggi akan memiliki tekanan darah yang cepat berubah dan
cenderung meningkat tinggi (Dewi, 2010).
8) Pemeriksaan tekanan darah secara teratur.
Pemeriksaan tekanan darah secara teratur minimal 2 minggu
sekali sangat perlu dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk mengontrol
tekanan darah dan mempertahankan tekanan darahnya dalam ambang
batas normal. Tekanan darah tinggi tidak dapat di turunkan hingga
normal seperti semula, akan tetapi pengontrolan ini dimaksudkan
hanya untuk mempertahankan tekanan darahnya agar tidak meningkat.
9) Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau
ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan
mengendorkan otot tubuh juga dengan ;atihan nafas dalam.Relaksasi
dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik atau bernyanyi.
10) Berusaha membina hidup yang positif.
Beberapa cara untuk membina hidup yang positif adalah
sebagai berikut :
a) Mengeluarka isi hati dan memecahkan masalah.
b) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau kegiatan
santai.
15
c) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain
menyelesaikan bagiannya.
d) Menolong orang lain (Adip, 2009).
b. Penatalaksanaan farmakologis.
Pengobatan hipertensi ditujukan tidak hanya untuk menurunkan
tekanan darah saja, tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi.
Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup dan
diperlukan usaha pasien untuk mengontrolkan tekanan darah, berobat
dan minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi.
Pengobatan standar yang dianjurkan Joint National Committee
on Detection, Evaluation and treatment of High Blood Pressure (1988)
yang dikutip oleh Gunawan, (2001) menyimpulkan bahwa jenis obat
antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1) Diuretika: Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
Obat ini berkerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
melalui urin atau memperbanyak buang air kecil dan mempertinggi
pengeluaran garam didalam tubuh. Dengan turunnya kadar garam
dalam tubuh maka tekanan darah akan turun, dan efek tekanan darah
rendahnya kurang kuat. Obat yang biasa digunakan biasanya obat
yang daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal.
2) Alfa-blocker: Prazosin dan Terazosin.
Obat ini bekerja dengan cara memblokir reseptor alfa dan
melebarkan pembuluh darah serta untuk menurunkan tekanan darah.
3) Beta-blocker: Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dan
sebagainya.
Obat ini bekerja untuk membatasi kerja jantung sehingga
mengurangi daya dan frekuensi kerja atau pompa jantung. Dengan
demikian tekanan darah akan menurun dan daya tekanan darah
rendahnya baik.
16
4) Obat yang bekerja sentral: Clonidine, Guanfacine dan Metildopa.
Obat ini dapat mengurangi pelepasan noradrenalin sehingga
menurunkan aktivitas pembuluh darah dan menurunkan tekanan
darah.
5) Vasodilator: Hidralazine dan Ecarazine.
Obat ini bertujuan untuk mengembangkan dinding pembuluh
darah arteri sehingga daya tahan pembuluh darah perifer berkurang
dan tekanan darahnya menurun.
6) Antagonis kalsium; Nifedipine dan Verapamil.
Obat ini bekerja untuk menghambat masuknya ion kalsium
kedalam otot polos pembuluh darah dengan efek pelebaran dan
menurunkan tekanan darah.
7) Penghambat ACE: Captopril (Capoten) dan Enalapril.
Obat ini bekerja untuk menurunkan tekanan darah dengan
melebarkan pembuluh darah. Obat ini bekerja melalui proses relaksasi
pembuluh darah yang juga melebarkan pembuluh darah (Dewi, 2010).
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat
kembali kejadian yang pernah dialami (pengalaman) baik secara sengaja
atau tidak sengaja yang terjadi setelah orang melakukan pengamatan
terhadap suatu objek tertentu (Wahit et al, 2006). Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan pengamatan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni indera penglihat, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk membentuk
tindakan seseorang ( Notoatmodjo, 2003 ).
Pengetahuan dapat diperoleh dengan berbagai upaya perolehan
pengetahuan, melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti
17
kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan, tanya-jawab, diskusi,
latihan pemecahan masalah, dan penerapan. Pengetahuan dimanfaatkan
untuk mencapai berbagai tujuan seperti memperluas wawasan,
meningkatakan kemampuan, dan memecahkan masalah (Sudrajat, 2009).
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
disadari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh
Mubarak (2009) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni:
a) Kesadaran ( awareness ) yakni orang tersebut menyadari dalam arti
pengetahuan stimulus (objek) terlebih dahulu.
b) Merasa tertarik ( interest ), yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
c) Evaluasi ( evaluation ), yakni menimbang terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah baik
lagi.
d) Mencoba ( Trial ), yakni orang telah mencoba melakukan sesuatu yang
dikehendaki oleh stimulus.
e) Adopsi ( Adoption ), yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Belajar akan mampu meningkatkan pengetahuan seseorang.
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber
untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai
pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Terpenting dalam pembelajaran
adalah terjadinya proses belajar (learning process) (Hendrawan, 2009).
2. Tingkat Pengetahuan.
Menurut Bloom, (1956); Notoatmodjo, (2003); Mubarak et al,
(2009), Menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dibagi menjadi:
18
a) Tahu ( know ).
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkatan ini adalah
mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Hal ini berarti
penderita hipertensi dapat mengingat suatu materi tentang hipertensi
yang telah dipelajari sebelumnya.
b) Memahami ( comprehension ).
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contohnya, menyimpulkan, meramalkan. Dalam hal ini berarti penderita
hipertensi dapat memahami tentang hipertensi yang diketahui secara
benar.
c) Aplikasi ( application ).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Dalam
hal ini berarti penderita hipertensi mampu untuk menggunakan materi
tentang hipertensi yang telah dipelajari pada suatu kondisi yang riil atau
nyata.
d) Analisis (analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen – komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Hal ini
berarti penderita hipertensi mampu untuk menganalisa materi tentang
hipertensi.
e) Sintesis ( synthesize ).
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi
19
baru dari formasi – formasi yang ada. Misalnya, dapat merencanakan,
meringkas, dan menyesuaikan. Hal ini berarti penderita hipertensi
mampu untuk mensintesis materi tentang hipertensi.
f) Evaluasi ( evaluation ).
Evaluasi berakitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. Hal ini berarti
penderita hipertensi dapat mengevaluasi materi tentang hipertensi
3. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) mengatakan
bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu:
a. Faktor pendukung ( Predisposing Faktor)
1. Pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi dalam
memberikan respon terhadap suatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana yang
mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Dalam hal ini
berarti semakin tinggi pendidikan penderita hipertensi, maka akan
semakin mudah menerima informasi tentang hipertensi, Sehingga
masyarakat akan lebih cepat memahami tentang penyakit hipertensi
secara benar.
2. Pekerjaan.
Lingkungan pekerjan bisa menjadikan seseorang mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Dalam hal ini berarti lingkungan pekerjaan perperan
penting dalam mendapatkan pengalaman atau pengetahuan tentang
penyakit hipertensi.
3. Usia.
Bertambahnya usia seseorang,maka akan terjadi perubahan
pada aspek fisik dan mental. Pertumbuhan fisik dapat dikategorikan
20
yaitu; perubahan ukuran, proporsi, hilangnya ciri – ciri lama dan
timbulnya ciri – ciri baru. Hal ini terjadi karena pematangan fungsi
organ. Sedangkan pada aspek psikologis (mental) taraf berpikir
seseorang semakin matang dan dewasa sesuai bertambahnya umur.
Dalam hal ini berarti semakin bertambah usia penderita hipertensi
akan bertambah pula kematangan cara berfikir seseorang dalam
memahami penyakit hipertensi.
4. Minat.
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan
yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk
mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam. Dalam hal ini berarti semakin
tinggi minat penderita hipertensi dalam mengetahui dan memahami
materi kesehatan hipertensi ini akan membuat seseorang mau
mencoba dan melakukan perubahan dalam dirinya.
5. Pengalaman.
Pengalaman diartikan sebagai suatu kejadian yang pernah
dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Pengalaman individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari tingkat
kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti
kegiatan – kegiatan yang mendidik seperti seminar. Dalam hal ini
berarti semakin banyak pengalaman yang didapat oleh penderita
hipertensi dari mengikuti kegiatan – kegiatan yang mendidik akan
semakin baik dan cepat proses perkembangannya dalam hal
melakukan perubahan – perubahan yang lebih baik menuju hidup
sehat.
6. Kebudayan lingkungan sekitar.
Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupannya
saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinterkasi secara kontinyu lebih besar terpapar informasi.
Kebudayan yang ada dalam kehidupan individu akan mempunyai
21
pengaruh sangat besar terhadap pembentukan sikap individu tersebut.
Dalam hal ini kebudayaan sangat berpengaruh dalam pembentukan
sikap penderita hipertensi kearah yang lebih baik.
7. Informasi.
Kemudahan dalam memperoleh suatu informasi dapat
membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan
yang baru. Hal ini berarti semakin banyak orang penderita hipertensi
yang mendapatkan kemudahan dalam memperoleh informasi tentang
hipertensi akan mempercepat orang mendapatkan pengetahuan yang
baru. Contohnya, penyuluhan kesehatan tentang hipertensi, Koran,
majalah, televise, radio, dll (Mubarak, 2009).
b. Faktor Pemungkin ( Enabling Factor )
1. Sarana dan prasarana.
Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung
seperti tersedianya fasilitas dan petugas kesehatan akan menjadi
sarana penunjang pelayananan kesehatan. Petugas kesehatan dapat
menjalankan perannya sebagai pendidik dan pemberi informasi untuk
memberikan konseling tentang hipertensi dengan harapan masyarakat
lebih memahami tentang penyakit hipertensi dan mampu secara
mendiri mengubah pola hidupnya agar lebih baik demi mencapai
hidup sehat dan sejahtera (Pusdiknakes, 2002).
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang terjangkau akan
memberikan kemudahan akses memdapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai. Sehingga masyarakat yang menderita hipertensi
khususnya dapat memeriksakan kesehatannya secara teratur dan juga
akan mendapatkan konseling berupa penyuluhan kesehatan, sehingga
bila ada permasalahan akan mendapatkan solusi permasalahan yang
baik.
22
c. Faktor Penguat ( Reinforcing Factor)
1. Tokoh Masyarakat.
Kurangnya pengetahuan dimasyarakat tentang hipertensi akan
berdampak buruk jika tidak segera diatasi. Keadaan ini membutuhkan
kerja sama antar tokoh masyarakat agar mau membantu
terselenggaranya kegiatan–kegiatan penyuluhan tentang hipertensi
untuk dapat memecahkan semua masalah–masalah kesehatan yang
sedang terjadi di masyarakat sekarang ini.
2.Tokoh agama.
Tokoh agama berperan aktif dalam pemberian dukungan
spiritual pada masyarakat yang mengalami penyakit hipertensi,
biasanya untuk mengurangi stress pada penderita hipertensi
dibutuhkan banyak dukungan spiritual seperti mengikuti kegiatan
keagamaan. Diharapkan dengan mendapatkan siraman rohani akan
membuat penderita hipertensi lebih nyaman dan tenang serta
menurunkan tingkat stressnya.
3. Petugas Kesehatan.
Petugas kesehatan sangat berperan aktif dalam pemberian
konseling pada masyarakat. Pemberian informasi itu bisa berupa
penjelasan lebih dalam tentang hipertensi, sehingga diharapkan
masyarakat bisa lebih memahami tentang penyakit hipertensi dan
mampu melakukan pengendalian – pengendalian untuk mencapai taraf
hidup sehat.
4. Petugas Penyuluhan.
Peran petugas penyuluhan sangatlah penting dalam hal ini,
karena masyarakat perlu mendapatkan berbagai macam informasi
mengenai penyakit hipertensi. Dengan mendapatkan informasi dari
petugas penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang hipertensi, sehingga masyarakat menjadi sadar
akan pentingnya menjaga kesehatan diri secara mandiri.
23
C. Penyuluhan Kesehatan
1. Pengertian
Penyuluhan secara umum adalah segala upaya kegiatan pendidikan
kesehatan yang direncanakan untuk menyebarkan pesan, menanamkan
keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, akan
tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran untuk mencapai hidup
sehat (Azwar, 1983 dikutip oleh Machfoedz, 2009). Konsep dasar
pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu
terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang
lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau
masyarakat (Notoadmodjo, 2003 dikutip oleh Mubarak et al, 2007).
Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang
mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat
agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang
diharapkan. Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan
untuk orang dewasa. Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk
melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu
sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang
benar (Adrianto, 2009). Penyuluhan adalah sistem pendidikan luar sekolah
(orang dewasa) guna menumbuh kembangkan kemampuan (pengetahuan,
sikap dan keterampilan) seseorang sehingga secara mandiri mereka dapat
memahami tentang bahaya penyakit hipertensi dan dapat melakukan
pengendalian.
Penyuluhan Kesehatan adalah suatu pendidikan kesehatan sebagai
sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap dan
pengetahuan yang berhubungan dengan kesatuan individu, masyarakat, dan
ras. (Wood, 1926 dikutip Mubarak, 2007). Penyuluhan kesehatan
merupakan suatu upaya konseling atau bimbingan yang dilakukan oleh
pihak pemberi penyuluhan kepada seseorang untuk membantu menjelaskan
pengertian dan menbantu merubah tingkah laku individu untuk mencapai
24
hidup sehat dan mengatasi masalah – masalah kesehatan yang sedang
dihadapi ( Machfoedz, 2009).
Penyuluhan adalah upaya pemberian informasi. Informasi adalah
dasar dalam pengambilan setiap keputusan yang diambil (Sofa, 2008).
Mengambil keputusan tanpa memiliki informasi yang memadai dari segala
sisi dapat diibaratkan seperti berjalan dengan sebelah kaki. Berbagai macam
informasi yang didapat oleh masyarakat terutama masalah penyakit
hipertensi akan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tersebut.
Informasi sangat penting dalam peradaban manusia, tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu. Tanpa penguasaan informasi kehidupan sesorang,
organisasi, atau bangsa akan tergilas oleh roda zaman yang kian cepat
bergerak. Eksistensi bangsa kita sangat ditentukan oleh tingkat penguasaan
informasi. Keterampilan menelusuri, mengevalusi, mengeinterpretasikan,
dan mengaplikasikan informasi (Suherman, 2008).
2. Tujuan penyuluhan kesehatan
Tujuan penyuluhan kesehatan, Menurut Mubarak et al, 2009 sebagai
berikut :
a. Tujuan jangka pendek:
Agar terciptanya pengertian, pengetahuan, sikap dan norma baru
dalam masyarakat untuk mencapai kesehatannya.
b. Tujuan jangka menengah:
Agar terciptanya perubahan perilaku hidup sehat di masyarakat.
c. Tujuan jangka panjang:
Agar terciptanya status kesehatan yang optimal di masyarakat.
d. Tujuan umum menurut Wong, 1974 dikutip Mubarak et al, 2007 sebagai
berikut :
1) Agar masyarakat memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada
kesehatannya keselamatan lingkungan dan masyarakat.
2) Agar orang melakukan langkah – langkah dalam mencegah terjadinya
penyakit menjadi lebih parah, dan mencegah keadaan ketergantungan
melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit.
25
3) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan
perubahan – perubahan system dan cara memanfaatkannya dengan
efisiensi dan efektif.
4) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan
bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan kepada system
kesehatan yang formal.
3. Sasaran.
Sasaran penyuluhan kesehatan di Indonesia menurut Machfoedz,
(2009), berdasarkan pada program perkembangan Indonesia, adalah :
a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja.
c. Sasaran individu dengan teknik penyuluhan kesehatan individual.
Sasaran primer pada penyuluhan kesehatan ini biasanya disesuaikan
dengan permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat, pada penelitian ini
masalah kesehatan yang terjadi adalah kurangnya pengetahuan pada
penderita hipertensi. Sasaran sekunder seperti para tokoh masyarakat, tokoh
agama, petugas penyuluhan. Tujuan memberiakan penyuluhan kesehatan
pada kelompok ini yaitu diharapkan mereka mau menyebarkan kembali
pada masyarakat sekitar (Notoatmodjo, 2003).
Sasaran tersier meliputi para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Kebijakan yang di
keluarkan pada kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku
para tokoh masyarakat (sasaran sekunder) dan masyarakat umum (sasaran
primer) ( Notoatmodjo, 2003).
4. Faktor yang harus diperhatikan dalam penyuluhan kesehatan agar
mencapai sasaran.
a) Tingkat Pendidikan.
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang
terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya.
26
b) Tingkat Sosial Ekonomi.
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah
pula dalam menerima informasi baru.
c) Adat Istiadat.
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat
istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d) Kepercayaan Masyarakat.
Masyarakat lebih memerhatikan informasi yang disampaikan oleh
orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan
masyarakat dengan penyampai informasi.
e) Ketersediaan Waktu di Masyarakat.
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam
penyuluhan. (www.AsianBrain.com, di unduh 3 januari 2009).
5. Metode Penyuluhan Kesehatan.
Menurut Azrul, (1983) yang dikutip oleh Machfoedz et al, (2009).
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan
antara lain :
a. Metode Ceramah.
Suatu cara dalam menerangkan suatu ide, pengertian atau pesan
secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi
tentang kesehatan.
b. Metode Diskusi Kelompok.
Pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang
suatu topik dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
c. Metode Curah Pendapat.
Suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota
mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan
oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-pendapat tadi
dilakukan kemudian.
27
d. Metode Panel.
Pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau
peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis
dengan seorang pemimpin.
e. Metode Bermain peran.
Memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan
tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai
sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
f. Metode Demonstrasi.
Suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur
tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan untuk memperlihatkan
bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan
menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok
yang tidak terlalu besar jumlahnya.
g. Metode Simposium.
Serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang
dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
h. Metode Seminar.
Suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk
membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.
6. Pentingnya penyuluhan kesehatan dalam keperawatan
Tujuan penyuluhan kesehatan dalam keperawatan adalah untuk
menyampaikan informasi dan sebagai pihak konseling dalam rangka untuk
meningkatkan status kesehatan, mencegah timbulnya penyakit,
mempertahankan derajat kesehatan, memaksimalkan fungsi dan peran
pasien selama sakit, dan membantu pasien dan keluarga mengatasi masalah
kesehatan. Dalam hal ini pemberian informasi atau penyuluhan tentang
hipertensi yang diberikan pada masyarakat penderita hipertensi dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tersebut tentang penyakit hipertensi
28
secara benar dan masyarakat mampu melakukan perubahan hidup untuk
meningkatkan derajat kesehatannya.
7. Langkah – Langkah Dalam Penyuluhan Kesehatan.
Menurut Effendy, (1998) yang dikutip oleh Machfoedz et al, (2009),
Langkah – langkah dalam penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Mengkaji kebutuhan kesehatan dimasyarakat.
b. Menetapkan masalah kesehatan di masyarakat.
c. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui
penyuluhan.
d. Menyusun perencanaan penyuluhan.
e. Menetapkan tujuan.
f. Penentukan sasaran.
g. Menyusun materi atau isi penyuluhan.
h. Memilih metode yang tepat.
i. Menentukan jenis alat peraga yang digunakan.
j. Penentuan kriteria evaluasi.
k. Pelaksanaan penyuluhan.
l. Penilaian hasil penyuluhan.
m. Tindak lanjut dari penyuluhan.
8. Pengaruh penyuluhan hipertensi terhadap tingkat Pengetahuan.
Penyuluhan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk
menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya
penyuluhan kesehatan berupaya menyampaikan informasi agar masyarakat
menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka,
bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan
mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan
bilamana sakit, dan sebagainya.
Kesadaran masyarakat di atas disebut tingkat kesadaran/pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan. Lebih dari itu, penyuluhan kesehatan pada
akhirnya bukan hanya mencapai kesehatan pada masyarakat saja, namun
yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan (health behaviour).
29
Menurut Sunaryo, (2002) kesehatan bukan hanya diketahui atau
didasari (knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus
dikerjakan/dilaksanakan dalam kehidupan sehari- hari (practice) . Hal ini
berarti bahwa tujuan akhir dari penyuluhan kesehatan adalah agar
masyarakat dapat mempraktekkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi
masyarakat, atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life
style). (Notoatmodjo, 2003).
9. Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian penyuluhan kesehatan
a. Perencanaan
Perencanaan sebagai suatu proses analisis dan pemahaman
system, perumusan tujuan umum dan khusus, memperkirakan
kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala kemungkinan rencana
yang akan dilaksanakan, memilih satu di antaranya yang dipandang
paling baik, menyusun perincian rencana terpilih dengan selengkapnya,
serta mengikatnya dalam satu system pengawasan yang terus menerus
sehingga dapat dicapai hubungan yang optimal antara rencana dengan
system yang dimiliki. Langkah-langkah pembuatan perencanaan sebagai
berikut :
1) Pengumpulan data, mengolah, menyajikan serta menginterpretasikan
demikian rupa sehingga menjadi jelas.
2) Menetapkan prioritas masalah kesehatan yang perlu segera
ditanggulangi.
3) Rencana kerja.
4) Menyusun rencana terpadu.
b. pelaksanaan penyuluhan kesehatan
Langkah-langkah pelaksanaan penyuluhan kesehatan berlangsung
berdasarkan urutan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pada
dasarnya berkaitan dengan bekerja dalam suatu masyarakat sebenarnya
banyak macamnya. Akan tetapi ada tiga pokok yang disebut langkah-
langkah dan metode pengorganisasian masyarakat, sebagai berikut:
1) Upaya mencari dan menemukan fakta.
30
Upaya ini dimaksudkan agar petugas kesehatan mengenal
permasalahan yang akan dihadapi serta kelompok masyarakat yang
akan diikut sertakan.
2) Upaya merumuskan prioritas kebutuhan (masalah)
Upaya ini harus dilakukan bersama masyarakat sehingga
mereka bersama-sama dapat mengenal permasalahannya dan dapat
diikut sertakan memecahkan masalah tersebut.
3) Upaya merumuskan kegiatan (program)
Setelah merumuskan prioritas kebutuhan maka dianjurkan
dengan perumusan kegiatan yang akan dilakukan. Pelaksanaan harus
bersama dengan masyarakat yang telah dirumuskan.
c. Penilaian
1) Penetapan tujuan penilaian
2) Penentuan waktu melakukan penilaian
3) Penetapan instrument yang digunakan untuk penilaian
4) Menetapkan cara menarik kesimpulan dari hasil yang dicapai
5) Penetapan ruang lingkup yang akan dinilai
6) Penetapan ukuran yang akan dicapai dalam menetapkan hasil program
10. Alat Bantu dan media penyuluhan kesehatan
Alat bantu penyuluhan adalah alat bantu yang digunakan dalam
penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Alat bantu ini di sebut alat
peraga. Alat peraga berfungsi sebagai membantu dan memperagakan
sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran. Dalam rangka penyuluhan
kesehatan, masyarakat sebagai konsumen juga dapat terlibat dalam
pembuatan alat bantu penyuluhan.
Petugas kesehatan berperan sebagai pembimbing dan Pembina,
bukan hanya dalam hal kesehatan masyarakat sendiri, tetapi juga
memotivasi masyarakat sehingga meneruskan informasi kepada anggota
masyarakat lainnya. Alat peraga akan membantu dalam penyuluhan
kesehatan, agar pesan yang disampaikan lebih jelas, tepat sasaran dan
31
masyarakat dengan mudah menerima pesan tersebut (Machfoedz, 2009).
Berbagai alat Bantu yang peneliti digunakan adalah :
a. Poster.
b. Leaflet.
c. Laptop.
d. Media proyeksi diam atau LCD.
e. Slide atau power point tentang hipertensi.
f. Microphone.
g. Media transportasi, dan lain-lain.
D. Peran perawat
Menurut Mubarak, (2009) perawat mempunyai peran diantaranya
sebagai berikut :
1. Peran Pelaksana
Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter,
protector dan advocate, communicator serta rehabilitator. Sebagai
comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada
klien. Peran sebagai protector dan advocate lebih terfokus pada kemampuan
perawat melindungi dan menjalin agar hak dan kewajiban klien terlaksana
dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Peran sebagai
communicator sebagai mediator antara klien dengan tim kesehatan lainnya.
Sedangkan peran rehabilitator mengembalikan fungsi organ atau bagian
tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal. (Gaffar, 1999).
2. Peran sebagai pendidik
Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan
yang berada di bawah tanggung jawabnya. Peran ini dapat berupa
penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat) maupun bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik
keperawatan, antara sesama perawat atau tenaga kesehatan lain.
32
3. Peran sebagai pengelola.
Sebagai pengelola perawat berperan dalam memantau dan menjamin
kualitas asuhan atau layanan keperawatan serta mengorganisasi dan
mengendalikan system pelayanan keperawatan.
4. Peran sebagai peneliti.
Sebagai peneliti dibidang perawatan, perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode
penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu
asuhan atau pelayanan dan penyuluhan kesehatan.
5. Peran sebagai konseling (pembimbing)
Perawat selain berperan merawat pasien juga sebagai pihak
konseling atau pembimbing dalam mengatasi permasalahan kesehatan baik
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.Hal ini di maksudkan untuk
membantu klien mencapai kesehatannya kembali atau mencegah terjadinya
masalah kesehatan.
6. Peran sebagai pemberi informasi.
Perawat juga sebagai pemberi informasi dan menyampaikan pesan
tentang masalah kesehatan yang sedang di hadapi pasien dan memberikan
solusi juga pengetahuan baru dalam merubah perilaku demi mewujudkan
hidup sehat.
33
E. Kerangka Teori
Gambar : 2.1 kerangka teori
Sumber : Modifikasi dari Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)
Tingkat pengetahuan
hipertensi
Predisposing Factor : 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Usia 4. Minat 5. Pengalaman 6. Lingkungan kebudayan sekitar 7. Informasi:
Penyuluhan Hipertensi Enabling Factor (Faktor Pemungkin):
1. Sarana dan prasarana 2. Fasilitas pelayanan kesehatan Reinforcing Factor ( Faktor Penguat): Tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, Petugas penyuluhan
34
F. Kerangka Konsep
Gambar : 2.2 kerangka konsep
G. Variabel penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel independen (Variabel bebas) merupakan stimulus atau intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku
pasien.( Nursalam, 2003). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
penyuluhan tentang hipertensi.
b. Variabel Dependen (Variabel terikat) adalah faktor yang diamati dan diukur
untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variable
bebas. (Nursalam, 2003).Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan pada penderita hipertensi.
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Pengaruh Penyuluhan Hipertensi
Terhadap Tingkat Pengetahuan pada Penderita Hipetensi di Kelurahan
Kembangarum Semarang Barat.
Variabel Independen
Penyuluhan tentang
hipertensi
Variabel dependen
Tingkat pengetahuan pada
penderita hipertensi