31
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia 1. Pengertian Anemia Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008) Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006) Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis. Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. 2. Tanda-tanda Anemia Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi: a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L) b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

  • Upload
    lamtu

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anemia

1. Pengertian Anemia

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau

masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk

menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan

Haribowo, 2008)

Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin,

hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah

dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006)

Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan

sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu

penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari

normal.

2. Tanda-tanda Anemia

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:

a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)

b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan

telapak tangan menjadi pucat.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

10

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi

menjadi tiga golongan besar yaitu sebagai berikut:

1) Gejala Umum anemia

Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic

syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah

gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada kadar

hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik

tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan

mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.

Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ

yang terkena adalah:

a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi,

sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal

jantung.

b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata

berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta

perasaan dingin pada ekstremitas.

c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.

d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit

menurun, serta rambut tipis dan halus.

2) Gejala Khas Masing-masing anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia

adalah sebagai berikut:

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

11

a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis

angularis.

b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-

tanda infeksi.

3) Gejala Akibat Penyakit Dasar

Gejala penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia. Gejala ini

timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut.

Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi

cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti

pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti

jerami.

Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya

menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala

lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak

dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :

a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan

mengkilap karena papil lidah menghilang

b. Glositis : iritasi lidah

c. Keilosis : bibir pecah-pecah

d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti

sendok.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

12

3. Penyebab Anemia

Menurut Tarwoto, dkk (2010) adalah:

a. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri)

lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan

zat besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani,

sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi

b. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga

membatasi asupan makanan

c. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi,

khusunya melalui feses (tinja)

d. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana kehilangan

zat besi ±1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih

banyak dari pada pria

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala

anemia timbul karena dua hal berikut ini:

a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen

yang dapat dibawa oleh darah kejaringan.

b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), Anemia Gizi Besi dapat

terjadi karena:

a. Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak

mencukupi kebutuhan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

13

1) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah:

makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging,

hati, ayam)

2) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya

sayuran hijau tua, yang walaupun kaya akan zat besi,

namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh

usus.

b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi

1) Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja,

kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam.

2) Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat

besi diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk

kebutuhan ibu sendiri.

3) Pada penderita menahun seperti TBC.

c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan

atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini

terjadi pada penderita:

1) Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing

tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus,

meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang

mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi.

2) Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat

memperberat keadaan anemianya.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

14

3) Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan

zat besi yang ada dalam darah.

4. Dampak anemia

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), dampak anemia pada remaja

putri ialah:

a. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

b. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak

mencapai optimal.

c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.

d. Mengakibatkan muka pucat.

Menurut Reksodiputro (2004) yang dikutip oleh Tarwoto,

dkk (2010), komplikasi dari anemia yaitu: Gagal jantung kongesif;

Parestesia; Konfusi kanker; Penyakit ginjal; Gondok; Gangguan

pembentukan heme; Penyakit infeksi kuman; Thalasemia; Kelainan

jantung; Rematoid; Meningitis; Gangguan sistem imun.

Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk

(2010) dampak anemia pada remaja adalah:

a. Menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di

sekolah, karena tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi

b. Mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan berat badan

menjadi tidak sempurna

c. Daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah terserang

penyakit

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

15

d. Menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot

5. Pencegahan anemia

Menurut Tarwoto, dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah

anemia, antara lain sebagai berikut:

a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani

(daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati

(sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).

b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat,

dan nanas.

c. Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat

mengalami haid.

d. Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera

konsultasikan ke dokter untuk dicari penyebabnya dan diberikan

pengobatan.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), mencegah anemia dengan:

a. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan

makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan

makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,

tempe).

b. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak

mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

16

jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus

c. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum

Tablet Tambah Darah (TTD)

Menurut Lubis (2008) dalam referensi kesehatan.html, tindakan

penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara

lain:

a. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan

kadar besi yang cukup secara rutin pada usia remaja.

b. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti

daging, ikan, unggas, makanan laut disertai minum sari buah

yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk

meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi

minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang mengandung

karbonat dan minum susu pada saat makan.

c. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB

di daerah dengan prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi

pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.

d. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi

tidak diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang

mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung

phosphate dan kalsium.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

17

e. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit

masih merupakan pilihan untuk skrining anemia defisiensi besi.

Menurut De Maeyer (1995) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk

(2010), pencegahan adanya anemia defisiensi zat besi dapat

dilakukan dengan tiga pendekatan dasar yaitu sebagai berikut:

a. Memperkaya makanana pokok dengan zat besi, seperti: hati,

sayuran berwarna hijau dan kacang-kacangan. Zat besi dapat

membantu pembentukan hemoglobin (sel darah merah) yang

baru

b. Pemberian suplemen zat besi. Pada saat ini pemerintah

mempunyai Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi

(PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah dan

menanggulangi masalah Anemia gizi besi melalui

suplementasi zat besi

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat.

Kehadiran makanan siap saji (fast food) dapat mempengaruhi

pola makan remaja. Makanan siap saji umumnya rendah zat

besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat. Makanan

siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol dan natrium

yang tinggi.

6. Pengobatan anemia

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada setiap kasus

anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini:

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

18

a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis

ditegakkan.

b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien.

Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah:

a. Terapi gawat darurat

Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah

jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan

transfusi sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk

mencegah perburukan payah jantung tersebut.

b. Terapi khas untuk masing-masing anemia

Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai,

misalnya preparat besi untuk anemia defisiensi besi.

c. Terapi kausal

Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit

dasar yang menjadi penyebab anemia. Misalnya, anemia

defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang

harus diberikan obat anti-cacing tambang.

d. Terapi ex-juvantivus (empiris)

Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat

dipastikan, jika terapi ini berhasil, berarti diagnosis dapat

dikuatkan. Terapi hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas

diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini,

penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respons

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

19

yang baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak terdapat respons,

maka harus dilakukan evaluasi kembali.

Menurut Yayan Ahyar Israr (2008) Setelah diagnosis ditegakan

maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi terhadap anemia

difesiensi besi dapat berupa

a. Terapi kausal: tergantung penyebabnya, misalnya, pengobatan

cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia.

Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan

kambuh kembali.

b. Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi

dalam tubuh

1) Besi per oral merupakan obat pilihan pertama karena

efektif, murah, dan aman. preparat yang tersedia, yaitu:

a) Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan

pertama (murah dan efektif). Dosis: 3 x 200 mg.

b) Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate,

dan ferrous succinate, harga lebih mahal, tetepi

efektivitas dan efek samping hampir sama.

2) Besi parenteral

Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal.

Indikasi, yaitu :

a) Intoleransi oral berat

b) Kepatuhan berobat kurang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

20

c) Kolitis ulserativa

d) Perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi,

hamil trimester akhir).

c. Penatalaksanaan yang juga dapat dilakukan

1) Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada

ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.

2) Pemberian preparat Fe : Pemberian preparat besi

(ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi

elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di

antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3

bulan setelah kadar hemoglobin normal.

3) Bedah : Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah

seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.

4) Suportif : Makanan gizi seimbang terutama yang

megandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani

(limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).

Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) screening diperlukan

untuk mengidentifikasi kelompok wanita yang harus diobati dalam

mengurangi mordibitas anemia. CDC menyarankan agar remaja

putri dan wanita dewasa yang tidak hamil harus di-screening tiap 5-

10 tahun melalui uji kesehatan, meskipun tidak ada faktor risiko

anemia seperti perdarahan, rendahnya intake Fe, dan sebagainya.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

21

Namun, jika disertai adanya faktor risiko anemia, maka screening

harus dilakukan secara tahunan.

Penderita anemia harus mengkonsumsi 60-120 mg Fe per

hari dan meningkatkan asupan makanan sumber Fe. Satu bulan

kemudian harus dilakukan screening ulang. Bila hasilnya

menunjukkan peningkatan konsentrasi Hb minimal 1 g/dl atau

hematokrit minimal 3%, pengobatan harus diteruskan sampai tiga

bulan.

B. Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja atau “adolesence” (Inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescere” yamg berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan

yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga

kematangan sosial dan psikologis.

Menurut Santrock (1993) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk

(2010) remaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek

biologi, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara usia

10-19 tahun.

DeBrun (dalam Rice, 1990) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk

(2010) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

22

masa kanak-kanak dengan masa dewasa sedangkan Anna Freud

(dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi

proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang

berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi

perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka,

dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan

orientasi masa depan.

2. Pembatasan usia remaja

Lazimnya masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara

seksual menjadi matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang

secara hukum. Menurut Harlock secara umum masa remaja dibagi

menjadi dua bagian yaitu remaja awal dan remaja akhir. Garis

pemisah antara awal masa remaja dan akhir masa remaja terletak kira-

kira di sekitar usia tujuh belas tahun. Awal masa remaja berlangsung

kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas

tahun sampai delapan belas tahun. Dengan demikian akhir masa

remaja merupakan periode tersingkat.

Tak jauh berbeda dengan itu Santrock mengatakan, bahwa

perkembangan masa remaja secara global berlangsung antara umur

10-19 tahun, dengan pembagian 10-14 tahun masa remaja awal, 14-17

tahun masa remaja pertengahan, 17-19 tahun masa remaja akhir.

Sedangkan pada umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

23

pada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak perempuan (Monks

dan Knoers, 2002).

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun.

Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum

kawin.

3. Perkembangan masa remaja

Menurut Widyastuti (2009) berdasarkan sifat atau ciri-ciri

perkembangan masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu:

a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman

sebaya.

2) Tampak dan merasa ingin bebas.

3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

1) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

2) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan

jenis.

3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

4) Kemampuan berpikir abstrak (mengkhayal) makin

berkembang.

5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

24

c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.

2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap

dirinya.

4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

C. Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Menurut Nyswander (Mahfudz, 2005) pendidikan kesehatan

adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada

hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan

masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah suatu yang dapat diberikan

oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu rangkaian tata

laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai,

melainkan suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara

dinamis dimana seseorang dapat menerima atau menolak keterangan

baru, sikap baru dan perilaku baru yang ada hubungannya dengan

tujuan hidup.

Menurut Wood (Mahfudz, 2005) pendidikan kesehatan adalah

sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

25

terhadap kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang ada hubungannya

dengan kesehatan perseorangan, masyarakat, dan bangsa. Kesemuanya

ini dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya secara

sukarela perilaku yang akan meningkatkan atau memelihara kesehatan.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Azwar (1983) yang dikutip oleh Mahfudz (2005)

membagi perilaku kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan

menjadi 3 macam:

a. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di

masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai tanggung

jawab di dalam penyuluhannya mengarahkan kepada keadaan bahwa

cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehari-

hari.

b. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya

sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok.

Itulah sebabnya dalam hal ini Pelayana Kesehatan Dasar (PHC)

diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat, dalam hal bentuk

yang nyata adalah PKMD, satu contoh PKMD adalah posyandu.

Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan adanya langkah-langkah

mencegah timbulnya penyakit.

c. Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan

kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

26

memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan.

Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan

yang ada sebagaiman mestinya.

3. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada program

pembangunan Indonesia, adalah:

a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.

b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja.

Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga

pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama

swasta maupun negeri.

c. Sasaran individu dengan teknik pedidikan kesehatan individual.

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode Pendidikan Kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah:

a. Metode Pendidikan Individual (perorangan)

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan

dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas

kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka

perlu menggunakan metode (cara). Bentuk pendekatan ini antara lain:

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling). Dengan

cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

27

2) Wawancara (Interview)

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien

untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan,

untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan

diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang

kuat.

b. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari

sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan

kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada

besarnya sasaran pendidikan.

1) Kelompok besar

Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta

penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk

kelompok besar ini antara lain ceramah dan seminar.

2) Kelompok kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita

sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk

kelompok kecil ini antara lain:

a) Diskusi kelompok

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

28

b) Curah pendapat (Brain storming)

c) Bola salju (Snow balling)

d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)

e) Memainkan peranan (Role play)

f) Permainan simulasi (Simulation game)

c. Metode Pendidikan Massa

Metode pendidikan massa (pendekatan) massa cocok untuk

mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada

masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam

arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan,

status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka

pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut.

Berikut ini beberapa contoh metode yang cocok untuk pendekatan

massa antara lain:

1) Ceramah umum (public speaking)

2) Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik

3) Simulasi

4) Sinetron Dokter Sartika dalam acara TV pada tahun 1990-an

5) Tulisan-tulisan di majalah atau koran

6) Billboard

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

29

D. Perilaku

1. Definisi Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar (Notoatmojo, 2007)

Menurut Skiner, seperti yang dikutip oleh Notoatmojo (2007),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini

terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini

disebut “S-O-R” atau Stimulus - Organisme – Respon.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmojo (2007),

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain:

a. Faktor Predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

sikap, pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

b. Faktor Pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

30

atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan,

alat-alat steril dan sebagainya.

c. Faktor Pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

E. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

(Notoatmojo, 2003). Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah

berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui

pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan

akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Suatu

perbuatan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perbuatan yang tidak didasari oleh pengetahuan, dan orang yang

mengadopsi perbuatan dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses

sebagai berikut:

a. Kesadaran (awareness) di mana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap obyek (stimulus).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

31

b. Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau objek tertentu. Di

sini sikap subyek sudah mulai timbul.

c. Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik dan tidaknya

terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap

responden sudah tidak baik lagi.

d. Trial, di mana subyek mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adopsi (adoption), di mana subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat (Notoatmojo, 2003), yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi

mataeri tersebut secara benar.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

32

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebanarnya (riil).

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, adanya prinsip terhadap objek yang

dipelajari.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dalam kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

33

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh 6 faktor (Notoatmojo, 2007),

yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi

yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang di dapat tentang

kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan

bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh

pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu

obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang

terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

34

yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap

obyek tertentu.

b. Mass media / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

Dalm penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini sesorang. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi adalah hal yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

35

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk keguatan tertentu,

sehingga stasus sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang

berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik atauapun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan

profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

memgembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik yang bertolak belakang dari masalah nyata dalam bidang

kerjanya.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

36

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertamabah usia akan semakin berkembang pula daya

tangakap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan

lebih berperan aktif dalam sosial serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.

Selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak

waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan

masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada

penurunan pada usia ini.

F. Bidan

1. Pengertian

Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat

Indonesia, maka Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa

bidan Indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan

Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah

Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi

untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk

menjalankan praktik kebidanan.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

37

2. Tugas pokok dan fungsi

a. Melaksanakan asuhan kebidanan kepada ibu hamil (Ante Natal

Care)

b. Melakukan asuhan persalinan fisiologis kepada ibu bersalin (Post

Natal Care)

c. Menyelenggarakan pelayanan terhadap bayi baru lahir (kunjungan

neanatal)

d. Mengupayakan kerjasama kemitraan dengan dukun bersalin di

wilayah kerja puskesmas.

e. Memberikan edukasi melalui penyuluhan kesehatan reproduksi

dan kebidanan.

f. Melaksanakan pelayanan Keluarga Berencana (KB)

kepada wanita usia subur (WUS).

g. Melakukan pelacakan dan pelayanan rujukan kepada ibu hamil

risiko tinggi (bumil risti)

h. Mengupayakan diskusi audit maternal perinatal (AMP) bila ada

kasus kematian ibu dan bayi.

i. Melaksanakan mekanisme pencatatan dan pelaporan terpadu

pelayanan puskesmas.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

38

G. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Notoatmojo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta

H. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

I. Hipotesis

Ada perbedaan yang signifikan pengetahuan tentang anemia sebelum dan

sesudah penyuluhan.

Proses perubahan perilaku

Predisposing Factors

1. Pengetahuan dasar

2. Kepercayaan pada

pengajar

Enabling Factors

Ketersediaan sarana

dan prasarana/fasilitas

Reinforcing Factors

Dukungan,

pengetahuan, sikap

dari keluarga,

petugas kesehatan

dan tokoh

masyarakat

Pemberdayaan

Masyarakat

Pemberdayaan Sosial Training

Komunikasi

Penyuluhan

Pendidikan Kesehatan

(Promosi Kesehatan)

VARIABEL BEBAS

Pendidikan Kesehatan tentang

anemia pada siswa sebelum dan

sesudah

VARIABEL TERIKAT

Pengetahuan tentang anemia

pada siswa

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-arumwulann... · ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai. 2)

39