38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Mengkaji mengenai data hasil penelitian tentang penanaman karakter
kemandirian pada siswa Tunagrahita kelas 8C SMPLB, berdasarkan teori tersebut
dikaji mengenai pembelajaran. Kesemuanya itu dapat dipaparkan dalam deskripsi
hasil penelitian ini.
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil Sekolah Luar Biasa Negeri Surakarta
Penelitian dilaksanakan di SLB Negeri Surakarta yang terletak di Jalan
Cocak X Sidorejo, Sambeng Mangkubumen, Banjarsari, Surakarta. Telp/Fax. (0271)
733516, Jalan RM Said No 111, Surakarta. Telp (0271) 727906. Keadaan lingkungan
fisik sekolah baik, bersih dan mempunyai halaman yang cukup luas untuk digunakan
saat upacara bendera. Kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah selalu
diperhatikan dan dijaga selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yang dimulai dari
ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, mushola, aula, kantin, dan halam
sekolah.
SLB Negeri Surakarta adalah sub sentra Pendidikan Khusus dan Pendidikan
Layanan Khusus yang didirikan pada tahun 1997. Sekolah yang berstatus negeri ini
telah mendapatkan pengakuan ISO seri 9001-2008 dalam pengelolaan sistem
39
manajemen mutu sekolah tersebut berada dibawah naungan Balai Pengembangan
Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
Sekolah terletak pemukiman penduduk di daerah Sambeng yang berdekatan
dengan terminal bus Tirtonadi dan stasiun Balapan yang menjadi sentral transportasi
kota Surakarta. Luas lahan 5090 m2. Selain melengkapai dengan ruang belajar dan
sarana belajar yang baik, juga dilengkapi dengan area hotspot, klinik terapi, lab
computer, lab IPA, sarana perpustakaan digital, ruang musik, ruang bermain serta
ruang ketrampilan vokasional. Sekolah yang mempunyai semboyan Beriman (bersih,
rapi, indah dan nyaman) tersebut memang menjadikan SLB Negeri Surakarta benar-
benar nyaman untuk tempat belajar anak-anak berkebutuhan khusus. Adapun visi dan
misi SLB Negeri Surakarta ini yaitu visi SLB Negeri Surakarta adalah mewujudkan
pendidikan khusus unggulan serta sebagai pembentuk sumber daya manusia
berkebutuhan khusus yang mandiri dan mampu berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat. Sedangkan Misi dari SLB Negeri Surakarta adalah
a) Memberi kesempatan pada semua anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh
pendidikan khusus sesuai dengan potensi dan kemampuan dasar yang dimiliki
b) Membentuk tamatan yang berkepribadian dan mampu mengembangkan keimanan,
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat.
c) Memperluas jejaring/networking dalam upaya mengembangkan dan
mensosialisasikan Pendidikan Luar Biasa/Pendidikan Khusus.
40
2. Sarana, prasarana dan daftar guru SLB Negeri Surakarta
Sarana dan prasarana yang ada di SLB Negeri Surakarta bisa dikatakan cukup
memadai. Sarana dan prasarana yang ada di SLB Negeri Surakarta yang digunakan
untuk kegiatan belajar mengajar meliputi:
a. Gedung.
Tabel 2. Daftar Sarana Prasarana di SLB Negeri Surakarta
No. Nama Ruangan Apa / Tidak Kondisi
1 Ruang Dinas Kepala Sekolah Tidak -
2 Rumah Dinas Guru Tidak -
3 Rumah Dinas Penjaga Sekolah Tidak -
4 Ruang Kepala Sekolah Ada Baik
5 Ruang Guru Ada Baik
6 Ruang Tata Usaha Ada Baik
7 Ruang Tamu Ada Baik
8 Ruang Ibadah Ada Baik
9 Ruang Kelas Ada Baik
10 Ruang Aula Ada Baik
11 Ruang Konsultasi Tidak -
12 Ruang Perpustakaan Ada Baik
13 Ruang Ketrampilan Ada Baik
14 Ruang Lab. Komputer Ada Baik
15 Ruang Bengkel/Otomotif Ada Baik
16 Ruang Tata Boga Ada Baik
17 Ruang Tata Busana Ada Baik
18 Ruang Salon Kecantikan Ada Baik
19 Ruang UKS Ada Baik
20 Ruang Kamar Mandi / WC Ada Baik
21 Ruang Gudang Ada Baik
22 Ruang BPBI / Bina Wicara Ada Baik
23 Ruang KMD Tidak -
24 Ruang Okupasi Terapi Ada -
25 Ruang Fisioterapi Ada Baik
26 Ruang Bina diri Ada -
27 Ruang Terapi Musik Ada Baik
28 Ruang Speak Terapi Ada Baik
bersambung
41
29 Ruang Lab. IPA / Biologi Ada Baik
30 Ruang ABA Ada Baik
31 Ruang Kelas Transisi Ada Baik
b. Luas Tanah / Banguan.
Tabel 3. Data Luas Tanah dan Bangunan SLB Negeri Surakarta
No. Jenis Luas ( m2 ) Status Kepemilikan
1 Bangunan 1.447 Hak pakai
2 Halaman 1.000 Hak pakai
3 Kebun 208 Hak pakai
4 Tanah 5.090 Hak pakai
c. Barang yang ada di SLB Negeri Surakarta
Tabel 4. Data Barang SLB Negeri Surakarta
No. Nama Barang Jumlah Keterangan
1 Meja Siswa 161 buah
2 Kursi Siswa 120 buah
3 Meja Guru 69 buah
4 Kursi Guru 30 buah
5 Almari 24 buah
6 Rak Buku 24 bauh
7 Papan Tulis 34 buah
8 Papan Statistik 4 buah
9 Almari Perpustakaan 4 buah
10 Unit Alat Peraga Ada
11 Unit Kesenian Ada
12 Meja Kursi Tamu 3 stel Ada
13 Unit Olah Raga Ada
14 Kursi Plastik 20 buah
15 Meja Makan Tata Boga 3 buah
16 Meja Aula 9 buah
17 Kursi Aula 44 buah
18 Podium/Pipar 2 buah
Lanjutan Tabel 2
Sumber: Data Tata Usaha SLB Negeri Surakarta
Sumber: Data Tata Usaha SLB Negeri Surakarta
bersambung
42
19 Komputer 30 buah
20 Printer 6 buah 2 kurang baik
21 Scan 1 buah Baik
22 LCD Proyector 1 buah Baik
23 Layar Proyector 2 buah Baik
24 Televisi 3 buah Televisi 14 Inchi @ 1 bh &
21 inchi @ 2 bh
25 Fotocopy 1 buah Ckp baik
26 Camera Digital 2 buah 1 bh baik dan 1
bh rusak
27. CPU 29 buah 2 kurang
baik
28 Computer LCD 10 buah 10 buah /
baru
d. Daftar guru dan Karyawan di SLB Negeri Surakarta
Tabel 5. Daftar Guru dan Karyawan SLB Negeri Surakarta
No. Nama Status
Peq. Jabatan
1 Sukamto, SE
PNS
Kepala Sekolah/Bina
diri
2 Drs.Darosi PNS Guru Agama
3 Dra.Catur Prabandari PNS Guru
4 Dra.Wahyu Trimei Pujilestari PNS Guru
5 Supriyati, S.Pd PNS Guru
6 Drs.Heri Pranoto PNS Guru
7 Drs.Kasmanto PNS Guru
8 Sri Wahyuni, S.Pd PNS Guru
9 Dra. Heni Wijayati PNS Guru
10 Drs. Kunto Harisakti PNS Guru
11 Agustina Permatasari, S.Pd PNS Guru
12 Nur Hanief Arifin, SS PNS Pengadmisitrasi Umum
13 Endang Ruspinudji,S.Pd PNS Guru
14 Sumarto, S.Pd PNS Guru
15 Wiyatno, S.Pd PNS Guru
Sumber: Data Tata Usaha SLB Negeri Surakarta
Lanjutan Tabel 4
bersambung
43
16 Sri Sugiarti, S.Pd PNS Guru
17 Musowir, S.Pd PNS Guru
18 Sri Atmini, S.Pd PNS Guru
19 Erny Kadarwati, S.Pd PNS Guru
20 Novia Kuswahyusri, S.Pd PNS Guru
21 Asri Triastuti, S.Pd PNS Guru
22 Dwi Lestari, S.Pd PNS Guru
23 Nanik Maryati, S.Pd PNS Guru
24 Siti Rachmawati, S.Pd PNS Guru
25 Nur Laily Irmawati, S.Pd PNS Guru
26 Rusdiana Ilmiyawati, S.Pd PNS Guru
27 Astika Dien WBS PNS Pengadmisitrasi Umum
28 Suharjo, S.Pd PNS Guru
29 Siwi Handajani, S.Pd PNS Guru
30 Murdiyati, S.Pd PNS Guru
31 Sapto Hendro Sutejo PNS Guru
32 Kristian Hadi Purwanto NonPNS Staf Adminitrasi
33 Emy Sundari,S.Pd NonPNS Guru
34 Ariyanto Yuli Kristiawan, S.Pd NonPNS Guru
35 Istiqomah, S.Pd NonPNS Guru
36 Devi Mayasari NonPNS Guru
37 Sriyono Lestari NonPNS Instruktur Otomotif
38 Marlina Indriyani NonPNS Instruktur Tata Busana
39 Rorry Banu Kusworo, A.Md.OT NonPNS Terapis
40 Dwi Suryani, A.Md.FS NonPNS Terapis
41 Amy Yuliani, A.Md. TW NonPNS Terapis
42 Evi Khotimatul Muzamah, Amd.OT NonPNS Terapis
43 Megawati Karsono Putri NonPNS
Instruktur Salon
Kecantikan
44 Avika Diana Masykuroh NonPNS Guru PAI
45 Dwi Susanti , S.Pd NonPNS Terapis
46 Agus Priyono NonPNS Penjaga Sekolah
47 Warjito NonPNS Kebersihan
48 Tri Wahyu Wulandari NonPNS Kebersihan
49 RR. Diana Syafasari NonPNS Guru Musik
50 Wahyu Tri Hastiningsihi, S.Pd NonPNS Tata Boga
51 Chtistina, S.Pd NonPNS Guru Komputer
Sumber: Data Tata Usaha SLB Negeri Surakarta
Lanjutan Tabel 5
44
e. Denah Lokasi SLB Negeri Surakarta
Gambar 6. Denah SLB Negeri Surakarta
B.
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan
Karakter kemandirian adalah Menurut Kemendiknas (2010) sebagaimana
dikutip dalam Wibowo (2013: 10), karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebjakan
virtues, yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk dipandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak. Scerenco (1997) sebagaimana dikutip dalam Samani dan
Hariyanto ( 2012: 42) karakter adalah sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk
dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu
Sumber: Data Tata Usaha SLB Negeri Surakarta
45
kelompok atau bangsa. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi ciri
pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental seseorang.
Berikut pemaparan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
(pencatatan arsip) yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini. Teknik tersebut dilakukan dengan mengacu pada indikator karakter
kemandirian. Indikator dari karakter kemandirian meliputi tidak tergantung pada
orang lain, bersikap inisiatif, kemampuan sendiri. Deskripsi data berikut analisis
penanaman karakter kemandirian pada siswa tnagrahita kelas 8C dipaparkan dalam
uraian berikut:
1. Tidak Tergantung pada orang lain
Berdasarkan hasil penelitain yang dilakukan di SLB Negeri Surakarta, tidak
tergantung pada orang lain dapat diartikan pula dengan tidak selalu memina bantunan
atau menerima bantuan dari orang lain. Data tersebut juga didukung dengan hasil
wawancara yang dilakukan dengan Ibu Dra.Wahyu Trimei Pujilestari selaku guru
PKn pada tanggal 3 Juni 2014 (catatan lapangan nomor 1) mengatakan bahwa:
Tidak tergantung pada orang lain dapat diartikan siswa melakukan sesuatu
tanpa bantuan orang lain atau teman, mereka mempunyai keinginan untuk
melakukan pekerjaan untuk mandiri karena siswa mampu untuk melakukannya.
Keterangan dari ibu Dra.Wahyu Trimei Pujilestari bahwa tidak tergantung pada
orang lain itu bisa melatih siswa untuk mandiri, karena mereka berfikir suatu
pekerjaan yang mudah akan bisa diselesaikan sendiri dengan kemampuannya. Hasil
wawancara dengan ibu Dra.Wahyu Trimei Pujilestari coba dikroscek dengan hasil
46
wawancara Rachel, selaku siswa di SMPLB kelas 8C (catatan lapangan nomor 2)
tidak tergantung pada orang lain yaitu: “Bu Mei memberikan tugas di rumah,
contohnya menulis atau mengerjakan soal, setelah itu keesokan harinya bu Mei
menyuruh siswa untuk mengulasnya.” Hasil wawancara dengan ibu Dra.Wahyu
Trimei Pujilestari dan Rachel coba dikrosecek dengan hasil wawancara Farhan,
selaku siswa di SMPLB kelas 8C (catatan lapangan nomor 3) tentang tidak
tergantung pada orang lain yaitu: “Bu Mei memberikan tugas untuk dikerjakan di
rumah, karena itu bisa melatih mandiri. ”Jadi tidak tergantung pada orang lain juga
bisa melatih siswa untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh guru agar di
rumah mempunyai rasa ingin mengerjakan tugas sekolah. Selain untuk bermain
bersama teman teman sebayanya siswa juga merasakan ada kegiatan atau tugas
sekolah yang harus diselesaikan.
2. Bersikap Inisiatif
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SLB Negeri Surakarta, bersikap
inisiatif dapat berupa siswa menjawab pertanyaan tanpa ditunjuk oleh guru, mencatat
di papan tulis tanpa disuruh, dan membersihkan papan tulis tanpa disuruh. Data
tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu
Dra.Wahyu Trimei Pujilestari selaku guru PKn pada tanggal 3 Juni 2014 (catatan
lapangan nomor 1) mengatakan bahwa:
Bersikap inisiatif merupakan kegiatan melatih iswa untuk selalu ingin
menjawab pertanyaan yang saya berikan. Hal tersebut dapat dilakukan jika ada
umpan balik dalam pembelajaran tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan di
jawab siswa tanpa ditunjuk.
47
Bersikap inisiatif dalam pembelajaran adalah hal yang terpenting, karena kalau
tidak ada umpan balik dan keterlibatan siswa maka tidak akan terjalin suatu bentuk
inisiatif siswa untuk menjawab suatu pertanyaan. Hasil wawancara dengan ibu
Dra.Wahyu Trimei Pujilestari coba dikroscek dengan hasil wawancara Farhan, selaku
siswa SMPLB kelas 8C (catatan lapangan nomor 3) yaitu: “Bu Mei memberikan
pertnyaan-pertanyaan kepada siswa dan siswa langsung menjawab tanpa disuruh.”
Hasil wawancara ibu Dra.Wahyu Trimei Pujilestari dan Ilham coba dikroscek dengan
hasil wawancara dengan Rachel selaku siswa SMPLB Negeri kelas 8/C (catatan
lapangan nomor 2) yaitu: “Bu Mei menyuruh siswa untuk menulis dan menjawab
pertanyaan tanpa disuruh”. Jadi bersikap inisiatif sangat penting untuk melatih siswa
untuk bersikap mandiri.
3. Kemampuan Sendiri
Berdasarkan hasil penelitain yang dilakukan di SLB Negeri Surakarta, kempuan
sendiri dapat diartikan siswa mempunyai kemampuan sendiri tanpa ada yang
membantu. Saat pembelajaran guru memberikan soal atau pertnyaan mereka
menjawab sesuai dengan kemampuannya. Peran orang tua sangat penting untuk
membantu siswa dalam menjalankan tugas-tugasnya, seperti membimbing siswa
untuk mengajarkan hal-hal yang dibutuhkan oleh siswa. Data tersebut juga didukung
dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan Ibu Dra.Wahyu Trimei Pujilestari
selaku guru PKn pada tanggal 3 Juni 2014 (catatan lapangan nomor 1) mengatakan
bahwa:
48
Kemampuan sendiri yang dimiliki siswa dapat dicontohkan dengan ulangan
atau tes yang harus dikerjakan oleh siswa sesuai dengan kemampuannya. Siswa
dilatih untuk tidak tergantung pada orang lain, sehingga siswa merasa puas
dengan hasil yang didapat.
Kemampuan sendiri siswa sangatlah dihargai karena semua yang dilakukan itu
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Selanjutnya menurut Rachel selaku
siswa SMPLB kelas 8C (catatan lapangan nomor 2) kemampuan sendiri yang
mencakup ulangan harian, tes, dan ulangan semesteran yaitu: “Ulangan atau tes yang
diberikan bu Mei saya kerjakan sendiri”. Hasil wawancara dengan ibu Dra.Wahyu
Trimei Pujilestari dan Rachel coba dikroscek dengan peryataan dari Farhan selaku
siswa SMPLB kelas 8C (catatan lapangan nomor 3) yaitu: “Ulangan pada saat
ulangan semesteran dan saya juga bisa mengerjakannya”.
Jadi kemampuan sendiri dapat melatih siswa agar tidak tergantung pada orang
lain dan siswa merasakan puas dengan hasil yang di dapat dengan kerja kerasnya
sendiri.
Tidak tergantung pada orang lain, bersikap inisiatif, dan kemampuan sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi (pencatatan arsip), dan observasi dapat
disimpulkan bahwa karakter kemandirian pada siswa tunagrahita kelas 8/C di SLB
Negeri Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Tidak tergantung pada orang lain harus diterapkan kepada siswa agar siswa dapat
mandiri dalam melakukan pekerjaan, jika siswa mampu untuk menjalakannya
maka bantuan dari orang lain belum dibutuhkan.
49
2. Bersikap inisiatif, melatih siswa untuk mempunyai jiwa yang baik contohnya guru
menyuruh siswa untuk menulis atau mengerjakan soal di depan tanpa guru harus
menunjuk salah satu dari siswa.
3. Kemampuan sendiri, siswa mempunyai kemampuan untuk mengerjakan soal
ulangan tanpa harus meminta bantuan kepada orang lain, karena siswa masih bisa
mengerjakan sesuai dengan kemampuannya dan siswa merasa puas dengan hasil
yang didapat.
C. Temuan Studi yang Dihubungkan Dengan Kajian Teori
Penanaman karakter kemandirian pada siswa tunagrahita kelas 8C SMPLB
sangat berbeda dengan di sekolah umum. Kemandirian sangatlah penting untuk siswa
tunagrahita. Karakter kemandirin ditunjukkan dalam hal tidak tergantung pada orang
lain, bersikap inisiatif, dan kemampuan sendiri. Sikap dan perilku yang tidak
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas yaitu sebuah karakter
yang harus ditanamkan sejak dini sejak mereka sekolah dan lebih lagi sejak lahir,
karakter kemandirian harus ditanamkan oleh kedua orang tua dan guru, Kemandirian
pada siswa bisa juga dilatih ketika diberikan tugas-tugas oleh guru baik yang
dikerjakan di rumah maupun di sekolah apakah tugas individu atau kelompok.
Contoh kemadirian adalah ketika guru memberikan tugas untuk dikerjakan
sendiri yang tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian juga sebagai kepribadian
selain sebagai karakter juga merupakan sifat bawaan apalagi setiap siswa tunagrahita
memliki kepribadian yang berbeda-beda. Selain itu kemadirian juga harus
50
disesuaikan dengan kemampuan siswa dalam mewujudkan kehendak atau
keinginannya secara nyata tanpa bergantung pada orang lain, dalam hal ini siswa
mampu melakukan belajar sendiri dapat menentukan belajar dengan efektif dan
melakukan aktifitas belajar secara mandiri.
Faktor yang mempengaruhi kemandirian dalah faktor intern (faktor yang
berada dari luar diri seseorang), faktor intern meliputi keadaan fisik, konsep diri, dan
perbedaan individu. Faktor ekstern meliputi pola asuh orang tua dengan anak,
pembiasaan, pendidikan orang tua. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa kemandirian adalah sikap dan perilaku atas dasar inisiatif dan kemampuan
sendiri (Majid dan Andayani, 2011:48). Menurut Hidayatullah (2010) sebagaimana
dikutip oleh Majid dan Andayani (2011:26), dapat dikatakan seseorang yang mandiri
ditandai dengan kesiapan dalam menerima resiko sebagai konsekuensi tidak menaati
aturan. Kemandirian juga berarti bahwa anak telah mampu bukan hanya mampu
mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mampu melakukan mana yang baik
dan mana yang buruk. Pada fase kemandirian anak telah mampu menerapkan hal-hal
yang menjadi perintah dan larangan dapat ditanamkan dimulai dari pembiasaan pada
anak sejak 11-12 tahun. Menurut Smart (2013:49-50), kemandirian pada siswa
tunagrahita relevan dan cocok sebagai tempat peneletian pendidikan nilai-nilai moral
bagi para siswa karena kemandirian memiliki komitmen mewujudkan pendidikan
karakter, walaupun tunagrahita memiliki keterbatasan intelegensi, sosial, dan mental.