BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Pada tahun 1913 di Surabaya, almarhum Liem Seng Tee
memprakarsai berdirinya suatu perusahaan industri rumah tangga
penghasil Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan merk Dji Sam Soe (234).
Pada tahun 1930 perusahaan industri rumah tangga ini diresmikan
dengan dibentuknya Handel Maatschapij Liem Seng Tee yang selanjutnya
menjadi PT. Handel Maatschapij Sampoerna.
Seiring dengan perkembangan industri rokok, Aga Sampoerna
putra kedua almarhum, bersama-sama dengan kakaknya mendirikan PT.
Hanjaya Mandala Sampoerna (semula bernama PT. Perusahaan Dagang
dan Industri Panamas), selanjutnya disebut PT. Panamas berkedudukan
di Surabaya berdasarkan akta No. 69 tanggal 19 oktober 1963, yang
dibuat dihadapan Anwar Mahajudin, Notaris Surabaya dan telah disetujui
oleh Menteri Kehakiman RI melalui surat keputusan No. J. A./5/59/15
tanggal 30 April 1964 dan telah diumumkan dalam tambahan nomor 357
Berita Negara RI nomor 94 tanggal 24 november 1964.
Pada tahun 1978, Aga Sampoerna (Putera Sampoerna)
mengambil alih manajemen Handel dan Panamas dan dengan sadar
memutuskan untuk melakukan modernisasi dan ekspansi, sehingga
menjadi salah satu penghasil utama rokok kretek di Indonesia.
Modernisasi dan ekspansi tersebut diawali pada tahun 1982 dengan
mendirikan fasilitas-fasilitas tembakau dan prasarana pembelian
tembakau diberbagai daerah perkebunan tembakau di pulau Madura dan
Jawa Timur. Empat tahun kemudian dilanjutkan dengan pengembangan
prasarana dan jaringan distribusi Sampoerna yang ekstensif. Keberhasilan
Sigaret Kretek Mesin (SKM) juga merupakan wujud dari modernisasi dan
ekspansi tersebut.
Pada tahun 1988, Panamas mengambil alih aktiva dan operasi
Handel yang kemudian tidak aktif lagi dan mengubah namanya menjadi
PT. Hanjaya Mandala Sampoerna. Pada waktu yang sama juga dimulai
dengan pembangunan fasilitas baru yang mutakhir didaerah Pandaan
seluas 150 Ha.
Pada tahun 1990, Sampoerna berkembang pesat dan menjadi
perseroan publik. Keberhasilan Sampoerna menarik perhatian Philip
Morris International Inc. (PMI), salah satu perusahaan tembakau
terkemuka di dunia. Akhirnya pada bulan Mei 2005, PT Philip Morris
Indonesia, afiliasi dari PMI, mengakuisisi kepemilikan mayoritas atas
Sampoerna.
Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi industri dan
perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan-perusahaan
lain. Perusahaan berkedudukan di Surabaya, dengan kantor pusat
berlokasi di Jl. Rungkut Indutri Raya No. 18, Surabaya serta memiliki
pabrik berlokasi di Surabaya, Pandaan, dan Malang. Perusahaan juga
mempunyai kantor perwakilan korporat di Jakarta.
4.1.2 Falsafah Perusahaan
Produk utama Perseroan adalah sigaret kretek tangan Dji Sam
Soe, yang merupakan salah satu rokok kretek lintingan pertama yang
dibuat untuk tujuan komersial, yang sampai saat ini masih merupakan
acuan falsafah perusahaan. Falsafah ini didasarkan atas konsep
hubungan kepercayaan antara pembuat, pedagang, dan konsumen, yang
masing-masing saling melayani. Jika ketiga pihak menikmati keuntungan,
maka bisa dianggap terdapat bisnis yang berhasil.
Falsafah ini terwujud dalam lambang “tiga tangan” yang dewasa
ini muncul dalam bentuk grafis modern, meski dirumah keluarga tempat
asalnya, yang terletak dekat pabrik yang masih berfungsi di Taman
Sampoerna. Lambang itu muncul dalam berbagai kesempatan, antara lain
pada jendela kaca berwarna, pahatan pada kursi, pada genteng atap, dan
sebagainya. Hal ini sebagai peringatan akan komitmen falsafah almarhum
pendiri Perseroan (Liem Seng Tee).
4.1.3 Struktur Organisasi PT. HM. Sampoerna, Tbk
(Sumber : Annual Report 2011)
4.1.4 Produk
Dji Sam Soe tumbuh 2,0 miliar batang menjadi 22,1 miliar
batang dan melampaui pertumbuhan segmen SKT secara keseluruhan.
Sebagai pemimpin segmen SKT premium, investasi terus dilakukan dalam
memperkuat warisan dan ciri khas premium Dji Sam Soe dengan
meluncurkan kemasan baru untuk Dji Sam Soe Super. Premium serta
untuk merek perpanjangan pada segmen SKM Dji Sam Soe Magnum.
Rapat Umum Pemegang Saham
Dewan Komisaris
Direksi
Komite Audit
Komite Nominasi & Remunerasi
Sekretaris Perusahaan
Audit Internal
Kelompok merek Sampoerna A, yang mencakup merek ungguan
kami A Mild, mempertahankan posisi sebagai merek rokok dengan pangsa
pasar nomor satu di Indonesia* di tengah pertumbuhan segmen SKM
LTLN harga terjangkau yang kuat. Volume penjualan Sampoerna A
tumbuh 3,9 miliar batang hingga mencapai 35,5 miliar batang untuk
sepanjang tahun 2011.
Merek yang memimpin pasar sigaret putih mesin (“SPM”)
Marlboro mencatat volume penjualan 12,6 miliar batang, atau naik 0,6
miliar, dan juga melampaui pertumbuhan segmen SPM. Marlboro
didistribusikan oleh Sampoerna di Indonesia.
Produk SKT pada segmen harga menengah, Sampoerna
Kretek, mencatat pertumbuhan sebesar 1,0 miliar batang sehingga
mencapai volume penjualan 10,5 miliar batang.
Di tengah pertumbuhan segmen SKM LTLN harga menengah-
bawah yang tinggi, volume penjualan U Mild tumbuh hingga hampir dua
kali lipat dibandingkan pada tahun 2010, mencapai 5,9 miliar batang pada
tahun 2011.
4.1.5 Sumber Daya Manusia
Perseroan menyadari sedalam-dalamnya peranan dari sumber
daya manusia menentukan keberhasilan usaha. Oleh karena itu secara
bersungguh-sungguh memusatkan perhatian untuk selalu meningkatkan
kualitas sumber daya manusianya melalui berbagai program pelatihan,
pengembangan, pengasuhan, pemeliharaan. pelayanan kesejahteraan
(Astek, Koperasi, Poliklinik, Keluarga Berencana, dan KKB) bagi seluruh
karyawannya.
Karyawan yang tergabung secara administratif dalam PT. HM.
Sampoerna meliputi 16.422 orang, terdiri dari :
a. Manajemen Puncak : 6 Orang
b. Manajemen Atas : 18 Orang
c. Manajemen Madya : 72 Orang
d. Karyawan Kantor : 450 Orang
e. Karyawan Produksi, Processing, dan Pemasaran : 15. 876 Orang
Pada akhir 2009, jumlah karyawan Sampoerna dan anak
perusahaan mencapai sekitar 28.300 orang.
4.1.6 Produksi
Kantor pusat Perseroan, administrasi, dan pabrik utamanya yang
memproduksi rokok kretek tangan dan rokok kretek mesin terletak di
Rungkut Industri, Surabaya. Di samping lokasi ini, Perseroan juga
mempunyai fasilitas produksi rokok kretek tangan di Taman Sampoerna
Surabaya dan Malang.
Perseroan melakukan sendiri proses pembelian, pengeringan, dan
pemeliharaan tembakau dan cengkeh. Pencampuran tembakau dilakukan
pada masing-masing pabrik di masing-masing lokasi. Perseroan juga
mempunyai laboratorium yang mengawasi secara teliti proses
pencampuran ini untuk menjamin mutu produk. Rokok kretek tangan
digulung dan dibungkus oleh tenaga-tenaga terampil. Sedangkan untuk
rokok kretek mesin, penggulungan dan pembungkusan dilakukan oleh
mesin-mesin secara otomatis.
Adapun proses produksi rokok pada prinsipnya sederhana namun
diperlukan suatu ketelitian yang cukup tinggi baik dalam hal pemilihan
tembakau dan cengkeh, juga pada saat pencampuran.
Pada umumnya campuran daripada rokok kretek terdiri dari 30%
cengkeh dan 70% campuran tembakau. Namun demikian, rasio yang pasti
dari komposisi ini dapat bervariasi dan sangat tergantung pada formula
yang dikehendaki. Proses pembuatan rokok kretek dapat digambarkan
sebagai berikut :
a. Berbagai macam tembakau dibersihkan dan kemudian dicampur
menurut formula tertentu.
b. Cengkeh dicuci dan diproses, kemudian dicampur dengan
tembakau campuran tersebut diatas.
c. Hasil campuran ditaruh di dalam tempayan-tempayan yang
kemudian digulung (dilinting) baik dengan mesin maupun tenaga
manusia. Seorang tenaga kerja ahli mampu menggulung 325
batang rokok per jam dan 3000 batang per menit dengan satu
mesin.
d. Setelah digulung, rokok tersebut dipotong baik oleh tenaga
manusia maupun mesin. Tenaga kerja yang ahli dapat memotong
sejumlah 1000 batang per jam. Rokok-rokok yang telah dipotong
kemudian dimasukkan kedalam bungkus masing-masing.
4.1.7 Pemasaran
Produk rokok kretek Sampoerna yang dapat ditemui di pasar
adalah :
a. DJI SAM SOE (234) : Rokok Kretek Tangan
b. Sampoerna A Hijau : Rokok Kretek Tangan
c. PANAMAS Kuning : Rokok Kretek Tangan
d. A King Size : Rokok Kretek Tangan
e. Sampoerna A Exclusive : Rokok Kretek Mesin, Filter
f. Sampoerna A International : Rokok Kretek Mesin, Filter
g. Sampoerna A Universal : Rokok Kretek Mesin, Filter
h. Sampoerna A Mild : Rokok Kretek Mesin, Filter
i. Dji Sam Soe Filter & Gold : Rokok Kretek Mesin, Filter
j. Sampoerna Millennium : Rokok Kretek Mesin, Filter
k. Sampoerna Dark Classics : Rokok Kretek Mesin, Filter
l. Sampoerna Menthol Classics : Rokok Kretek Mesin, Filter
m. U Mild : Rokok Kretek Mesin, Filter
n. Avolution : Rokok Kretek Mesin, Filter
o. Vegas Mild : Rokok Kretek Mesin, Filter
p. Marlboro : Rokok Kretek Mesin, Filter
Kadar :
a. Nikotin : 1,2 mg/batang
b. Tar : 14 mg/batang
Produk Perseroan disalurkan melalui pedagang-pedagang besar
di luar perseroan dengan menggunakan jasa angkutan luar yang
dikontrak, sehingga pengawasan Perseroan atas saluran distribusinya
menjadi sangat terbatas. Mulai tahun 1986, PT. HM. Sampoerna, Tbk.
membentuk divisi penjualan dan pemasarannya sendiri secara agresif dan
memulai integrasi vertikal, dimana divisi ini akhirnya dirubah menjadi PT.
Sampoerna Transportasi Nusantara, salah satu perusahaan afiliasi.
Tonggak utama prasaran PT. HM. Sampoerna, Tbk. adalah
jaringan distribusinya, yang dapat dibanggakan karena mengkaryakan
lebih dari 3000 orang, menggunakan lebih dari 600 van, lebih dari 1500
sepeda motor yang beroperasi di seluruh Nusantara, melalui 51 cabang
utama dan 84 cabang pembantu. Melalui jaringan distribusi ini, PT. HM.
Sampoerna, Tbk. berkemampuan untuk menyalurkan produk konsumen
apa saja termasuk produk dari pihak ketiga kemanapun di Indonesia.
Dengan jaringan yang ada sekarang, Perseroan dapat lebih
mudah mengawasi aktivitas distribusi dan promosi produknya. Walaupun
infrastruktur yang ada dapat memberikan jasa bagi distribusi produk pihak
ketiga namun pada saat ini jaringan distribusi tersebut hanya digunakan
untuk menyalurkan produk Sampoerna.
Perseroan mengoperasikan enam pabrik rokok di Indonesia, dua
pabrik sigaret kretek mesin berlokasi di Pandaan dan Karawang, tiga
pabrik sigaret kretek tangan berlokasi di Surabaya dan satu pabrik sigaret
kretek tangan di Malang. Selain itu, Perseroan juga bekerja sama dengan
37 unit Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang berada di Pulau Jawa dalam
memproduksi sigaret kretek tangan, dan secara keseluruhan memiliki
lebih dari 60.000 orang karyawan. Perseroan menjual dan
mendistribusikan rokok melalui 59 kantor penjualan.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian (Trend Description)
4.2.1 Current Ratio (Variabel X1)
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar
(current assets) dengan hutang lancar (current liability). Aktiva lancar
terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Sedangkan
hutang lancar terdiri dari hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak,
hutang gaji/upah, dan hutang jangka pendek lainnya. Current ratio yang
tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek
dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi
kewajiban-kewajiban financial jangka pendeknya. Akan tetapi, current ratio
yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap kemampuan memperoleh
laba (rentabilitas), karena sebagian modal kerja tidak berputar atau
mengalami pengangguran. Tidak ada standar khusus untuk menentukan
berapa besarnya current ratio yang paling baik. Namun, untuk prinsip
kehati-hatian, maka besarnya current ratio sekitar 200% dianggap baik.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Laporan
Keuangan PT. HM. Sampoerna, Tbk, melalui idx. Co.id didapatkan
informasi tentang Current Ratio Tahun 2006-2010 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data Current Ratio PT. HM. Sampoerna, Tbk Tahun 2006 – 2010
Tahun Current Ratio 2006 168,05%
2007 177,97%
2008 144,43%
2009 188,06%
2010 161,25%
(Sumber : Data Olahan)
Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas, maka peneliti dapat
menampilkan Current Ratio ke dalam bentuk grafik 4.1 sebagai berikut:
Grafik 4.1 Current Ratio
Berdasarkan data pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 di atas, dapat
dilihat bahwa Current Ratio dari tahun ke tahun mengalami Fluktuasi dan
persentasenya selama lima tahun berada dibawah standar likuiditas
200%. Dimana pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi
177,97% dari tahun 2006. Mengalami penurunan menjadi 144,43% di
tahun 2008. Terus mengalami fluktuasi hingga pada tahun 2010 menjadi
161,25%. Hal ini dikarenakan aktiva lancar pada tanggal 31 Desember
2010 sebesar Rp. 15,8 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama
pada tahun sebelumnya Rp. 12,7 triliun. Peningkatan aktiva lancar ini
diikuti oleh peningkatan kewajiban lancar pada tanggal 31 Desember 2010
menjadi sebesar Rp. 9,8 triliun meningkat sebesar Rp. 3,0 triliun
dibandingkan tahun 2009, terutama karena hutang dividen sehingga
menyebabkan rasio lancar (current ratio) mengalami penurunan dari tahun
2009. (Sumber : Annual report PT. HM. Sampoerna, Tbk Tahun 2010).
-
50.00
100.00
150.00
200.00
2006 2007 2008 2009 2010
Current Ratio
Current Ratio
4.2.2 Suku Bunga SBI (Variabel X2)
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh didapatkan informasi
tentang Tingkat Suku Bunga (SBI) Tahun 2006 -2010 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Data Suku Bunga SBI Tahun 2006 – 2010
Tahun Tingkat Suku Bunga SBI
2006 9,75%
2007 8,04%
2009 10,83%
2009 6,46%
2010 6,32%
(Sumber : Idx. Co.Id)
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas, maka peneliti dapat
menampilkan ke dalam bentuk grafik 4.2 sebagai berikut:
Grafik 4.2 Suku Bunga SBI
Berdasarkan data pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 di atas, Dari tabel
di atas dapat dijelaskan bahwa, Dimana tingkat suku bunga SBI
mengalami penurunan menjadi 8,04% di tahun 2007. Mengalami
0
5
10
15
2006 2007 2008 2009 2010
Suku Bunga SBI
Suku Bunga SBI
peningkatan kembali di tahun 2008 menjadi 10,83%, kemudian terus
mengalami penurunan pada tahun 2009 hingga tahun 2010 menjadi
sebesar 6,32%. Adapun peningkatan Suku Bunga SBI ini disebabkan
terjadinya inflasi dan jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih
banyak sehingga Suku Bunga SBI ditingkatkan agar masyarakat tertarik
untuk menyimpan/menabung uangnya. Cara ini yang dilakukan untuk
menekan permintaan terhadap uang atau menekan peredaran uang di
masyarakat yang cenderung meningkat akibat inflasi. Begitu pula
sebaliknya, jumlah uang yang tersedia lebih banyak sementara jumlah
uang yang beredar di masyarakat sedikit atau tidak dalam jumlah yang
seharusnya (stabil/stagnan) sehingga menyebabkan tingkat suku bunga
SBI cenderung turun.
4.2.3 Harga Saham (Variabel Y)
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Harga Saham
Historis PT. HM. Sampoerna, Tbk, melalui idx. Co.id didapatkan informasi
tentang Harga Saham Tahun 2006-2010 sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk Tahun 2006 – 2010
Tahun Harga Saham
2006 Rp. 9.700,-
2007 Rp. 14.300,-
2008 Rp. 8.100,-
2009 Rp. 10.400,-
2010 Rp. 29.000,-
(Sumber : Idx. Co.Id)
Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas, maka peneliti dapat
menampilkan Harga Saham ke dalam bentuk grafik 4.3 sebagai berikut:
Grafik 4.3 Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk
Berdasarkan data pada tabel 4.3 dan grafik 4.3 di atas, dapat
dilihat bahwa Harga Saham dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi,
seiring dengan terjadinya fluktuasi pada Current Ratio PT. HM.
Sampoerna, Tbk. Perkembangan Harga Saham ini pula berbanding
terbalik dengan perkembangan tingkat suku bunga SBI.
4.3 Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda
4.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal.
Pengujian normalitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
0
10000
20000
30000
2006 2007 2008 2009 2010
Harga Saham
Harga Saham
a. Penentuan Hipotesis
Ho : Data variabel dependen berdistribusi normal
Ha : Data variabel dependen tidak berdistribusi normal
b. Penentuan tingkat signifikansi
Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signifikansinya (alpha)
sebesar 5%.
c. Penentuan Statistik Uji
Dalam melakukan uji normalitas terdapat tiga metode yang lazim
digunakan yakni metode Lilliefors dengan menggunakan indiktor chi-
square ; metode Kolmogorov Smirnov dengan menggunakan indikator Z ;
dan metode Jarque Berra yang mendasarkan pada indikator skwness dan
dan kurtosis dari kurva data. Dalam penelitian ini metode yang akan
digunakan adalah metode Kolmogorov Smirnov.
d. Penentuan Kriteria uji
Karena menggunakan metode kolmogorov smirnov, maka
pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan antara nilai Z-
hitung dengan Z tabel. Jika nilai Z hitung lebih kecil dari nilai Z tabel maka
H0 diterima. Penentuan hasil uji juga dapat dilakukan dengan melihat
signifkansi yang dihasilkan dengan kriteria terima H0 jika nilai signifikansi
yang diperoleh lebih besar dari nilai alpha
e. Kesimpulan
Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan bantuan SPSS
Versi 17 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize
d Residual N 5 Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 3.59706335E3 Most Extreme Differences Absolute .301
Positive .213 Negative -.301
Kolmogorov-Smirnov Z .673 Asymp. Sig. (2-tailed) .756
a. Test distribution is Normal.
Hasil analisis diatas menunjukkan nilai Asymp Sig Kolmogorov
Smirnov sebesar 0,756. Sedangkan tingkat signifikansi 5% (0,05). Karena
nilai Asymp. Sig. Kolmogorov Smirnov 0,756 > 0,05 maka HO diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel dependen
(harga saham) berdistribusi normal.
Adapun hasil uji normalitas data dengan menggunakan grafik
Normal Probability Plot adalah sebagai berikut:
Grafik 4.4
Dari gambar grafik di atas dapat diketahui bahwa titik-titik
menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual
tersebut telah normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya
hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
multikolinearitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan
diantaranya yaitu 1) dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model
regresi, 2) dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual
(r2) dengan nilai determinasi secara serentak (R2), dan 3) dengan melihat
nilai eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan ini akan dilakukan
uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model
regresi. Menurut Santoso (2001), pada umumnya jika VIF lebih besar dari
5% (Alpha), maka variabel tersebut mempunyai persoalan
multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya dan sebaliknya jika VIF
lebih kecil dari 5% (Alpha), maka variabel tersebut bebas dari masalah
multikolinearitas. Berikut nilai inflation factor (VIF) pada model regresi
dengan menggunakan bantuan SPSS Versi 17:
Tabel 4.5
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CR .577 1.733
SBI .577 1.733
Dari hasil di atas dapat diketahui nilai variance inflation factor
(VIF) kedua variabel yaitu Current Ratio (CR) dan Suku Bunga SBI
adalah 1,733 lebih kecil dari 5, dan nilai Tolerance diatas lebih besar dari
5% (0,577 > 0,05) sehingga bisa diduga bahwa antar variabel independen
tidak terjadi persoalan multikolinearitas.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya gejala heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang
bisa digunakan diantaranya yaitu Uji Park, Uji Gletzer, Melihat pola grafik
regresi (Scatterplot), dan uji koefisien korelasi Spearman. Pada penelitian
ini menggunakan metode ini yaitu dengan cara melihat grafik scatterplot
antara standardized predicted value (ZPRED) dengan studentized residual
(SRESID). Ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya). Adapun
pengujian asumsi heteroskedasitas dengan hasil SPSS Veris 17 sebagai
berikut:
Grafik 4.5
Dari output di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak
membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya
autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian yang sering
digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du)
DAN (4-du), maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada
autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound
(dl), maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi
positif.
3. Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi <
0, berarti ada autokorelasi negati.
4. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-
du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan (masih ada
keragu-raguan).
Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson
yang bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang
menjelaskan.
Adapun hasil SPSS Versi 17 dengan menggunakan uji Durbin
Watson (DW) sebagai berikut:
Tabel 4.6 Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .907a .822 .644 5087.01577 1.555
a. Predictors: (Constant), SBI, CR
b. Dependent Variable: HS
Dari hasil output di atas didapat nilai DW yang dihasilkan dari
model regresi adalah 1,555. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi
0,05 dan jumlah data (n) = 5, seta k = 2 (k adalah jumlah variabel
independen) diperoleh nilai dL sebesar 0,467 dan dU sebesar 1,896.
Karena nilai DW (1,555) berada pada daerah antara dL dan dU, maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (berada di daerah keragu-
raguan).
4.4 Pengujian Hipotesis
4.4.1 Analisis Regresi Berganda
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Current ratio dan Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham PT. HM.
Sampoerna, Tbk. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi
Berganda melalui SPSS (Statistical Product Service Solution). Dimana
persamaan regresinya adalah:
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan persamaan ŷ =
128080.408+ 426.462X1 + 5096.137X2 yang telah teruji keberartiannya
pada tingkat signifikan = 5% (0,05). Hal ini menunjukkan nilai constant
variabel y (harga saham) sebesar 128080.480. Sedangkan nilai koefisien
regresi sebesar 426.462X1 dan 5096.137X2 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan satu satuan variabel Current ratio dan Suku Bunga Bank
ŷ = 128080.408 + 426.462 X1 + 5096.137X2
Indonsesia dapat mempengaruhi Harga Saham dengan anggapan bahwa
variabel bebas lainnya konstan.
4.4.2 Koefisien Determinan (R Square)
Koefisien Determinasi mencerminkan besarnya perngaruh
perubahan variabel independen dalam menjalankan perubahan pada
variabel dependen secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur
kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang
digunakan. Untuk mengetahui Pengaruh Current ratio dan Suku Bunga
Bank Indonesia terhadap Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk berikut
adalah hasil SPSS (Statistical Product Service Solution) yang menyatakan
besarnya hubungan antara variabel X1, X2 dan variabel Y.
Tabel 4.7
Koefisien Determinan Current Ratio dan Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham PT. HM. Sampoerna,Tbk.
Model Summaryb
Mode
l R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .907a .822 .644 5087.01577 .822 4.621 2 2 .017
a. Predictors: (Constant), DPS,EPS
b. Dependent Variable: HS
Mencermati tabel di atas, diketahui bahwa pengaruh Current ratio
dan Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk
dapat dilihat pada kolom R Square yakni sebesar 0,822 atau 82,2%. Hal
ini menunjukkan bahwa pengaruh Current ratio dan Suku Bunga SBI
terhadap Harga Saham secara simultan PT. HM. Sampoerna, Tbk
sebesar 82,2%. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependent signifikan dan bertanda positif.
Dan sisanya 17,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk
dalam penelitian ini. Faktor lain yang mempengaruhi Harga Saham PT.
HM. Sampoerna, Tbk dan perusahaan lain pada umumnya bisa
dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal perusahaan. Faktor
internal seperti dipengaruhi oleh rasio-rasio keuangan seperti rasio
profitabilitas, likuditas, aktivitas, dan solvabilitas. Serta faktor ekternal
perusahaan bisa berupa kondisi perekonomian negara, gejolak sosial
politik, dan perubahan nilai tukar mata uang / kurs valuta asing.
4.4.3 Pengujian Keberartian (Uji F/Simultan)
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab
sebelumnya yakni untuk mengetahui pengaruh Current ratio dan Suku
Bunga SBI terhadap Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk, maka
peneliti akan melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji F
(simultan). Uji F dilakukan untuk membandingkan F hitung dengan F tabel
serta membandingkan P Value dengan tingkat signifikan = 0,05 pada tabel
ANOVAa dengan kriteria sebagai berikut :
H0: β1, β2 = 0 : Variabel independent (Current ratio dan Suku Bunga SBI)
secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel
dependent (harga saham).
Ha: β1, β2 ≠ 0 : Variabel independent (Current ratio dan Suku Bunga SBI)
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variable dependent (harga saham).
Berdasarkan pernyataan hipotesis di atas, maka disajikan data
hasil olahan SPSS (Statistical Product Service Solution) yang menyatakan
besarnya PValue pada penelitian pengaruh Current ratio dan Suku Bunga
SBI terhadap Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk. sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Statistik F (F-test)
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.391E8 2 1.196E8 4.621 .017a
Residual 5.176E7 2 2.588E7
Total 2.909E8 4
a. Predictors: (Constant), SBI, CR
b. Dependent Variable: HS
Dari uji ANOVAb atau F-test, diperoleh nilai F hitung sebesar 4,621
dengan tingkat signifikan (PValue) sebesar 0,017a. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Current ratio dan Suku Bunga
SBI secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel harga
saham karena nilai F hitung > F tabel ( 4,621 > 6,39 ) dan Pvalue < = 5% (
0,017 < 0,05). Sehingga keputusan H0 ditolak dan H1 yang diajukan
diterima.
4.5 Pengujian Hipotesis secara parsial
Tabel 4.9
Coefficienta
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 19105.251 49916.515
.383 .000
CR 28.611 296.052 .056 4.097 .002 a. Dependent Variable: HS
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab
sebelumnya yakni untuk mengetahui pengaruh Current ratio terhadap
Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk, maka peneliti akan melakukan
uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
Uji t dilakukan untuk membandingkan antara t hitung dengan t
tabel pada taraf signifikan () = 5% (0,05), berdasarkan uji dua sisi (two
tailed test) dengan kriteria sebagai berikut :
Ha = Current ratio berpengaruh terhadap Harga Saham PT. HM.
Sampoerna,Tbk
HO = Current ratio tidak berpengaruh terhadap Harga Saham PT. HM.
Sampoerna, Tbk.
Jika t hitung ≤ t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika t hitung ≥ t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima.
Memperhatikan hasil olahan SPSS di atas, maka untuk
mengetahui apakah hipotesis penelitian (H1) yang menyatakan Current
ratio berpengaruh pada Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk, perlu
membandingkan besarnya nilai t hitung dengan besarnya nilai t tabel.
Dimana nilai t tabel dari koefisien (b1) hasil analisis regresi dapat
diikhtisarkan uji dua sisi dan derajat kebebasan (df) 4 = 2,776.
Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien regresi (b1) dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10
Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien regresi Pengaruh Current ratio terhadap Harga Saham
PT. HM. Sampoerna, Tbk Tahun 2006 -2010
Koefisien Regresi
t hitung t tabel
Variabel X 4,097 2,776
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai t hitung variabel X lebih
besar dari nilai ttabel yaitu 4,097> 2,776. Dengan demikian Ho ditolak dan
H1 diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh Current ratio terhadap Harga
Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk.
Tabel 4.11 Coefficienta
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 37346.413 15859.974 2.355 .000
SBI 2786.075 1874.263 .651 3.486 .002
a. Dependent Variable: HS
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab
sebelumnya yakni untuk mengetahui pengaruh Suku Bunga SBI terhadap
Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk, maka peneliti akan melakukan
uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
Uji t dilakukan untuk membandingkan antara t hitung dengan t
tabel pada taraf signifikan () = 5% (0,05), berdasarkan uji dua sisi (two
tailed test) dengan kriteria sebagai berikut :
Ha = Suku bunga SBI berpengaruh terhadap Harga Saham PT. HM.
Sampoerna,Tbk
HO = Suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap Harga Saham PT.
HM. Sampoerna, Tbk.
Jika t hitung ≤ t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika t hitung ≥ t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima.
Memperhatikan hasil olahan SPSS di atas, maka untuk
mengetahui apakah hipotesis penelitian (H1) yang menyatakan Suku
Bunga SBI berpengaruh pada Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk,
perlu membandingkan besarnya nilai t hitung dengan besarnya nilai t
tabel. Dimana nilai t tabel dari koefisien (b1) hasil analisis regresi dapat
diikhtisarkan uji dua sisi dan derajat kebebasan (df) 4 = 2,776.
Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien regresi (b1) dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.12
Perbandingan antara t hitung dan t tabel dari koefisien regresi Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham
PT. HM. Sampoerna, Tbk Tahun 2006 -2010
Koefisien Regresi
t hitung t tabel
Variabel X 3,486 2,776
Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai t hitung variabel X lebih besar
dari nilai ttabel yaitu 3,486 > 2,776. Dengan demikian Ho ditolak dan H1
diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh Suku Bunga SBI terhadap
Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk.
4.6 Pembahasan
Current ratio merupakan perbandingan antara harta lancar atau
aktiva lancar (aktiva yang dianggap bisa dicairkan segera atau dalam
waktu setahun atau kurang) dengan kewajiban jangka pendek (jatuh
tempo setahun atau kurang) biasa dipakai untuk mengukur sampai sejauh
mana perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendek dari aktiva
lancarnya. Dalam hal ini current ratio sangat penting bagi perusahaan
karena jika current ratio perusahaan tinggi maka dapat dikatakan
perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendeknya tetapi jika
current rationya rendah maka perusahaan dianggap tidak dapat
membayar kewajiban jangka pendeknya dan perusahaan tersebut
dianggap tidak liquid.
Current Ratio (CR) merupakan rasio likuiditas yang paling umum
digunakan dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan. Semakin tinggi
rasio ini, maka perusahaan dianggap semakin mampu untuk melunasi
kewajiban jangka pendeknya. Hal tersebut akan menjadi bahan
pertimbangan yang penting bagi investor. Contoh : Current Ratio (CR)
suatu perusahaan rendah, maka perusahaan akan mengalami kesulitan
dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Jika untuk melunasi
kewajiban jangka pendek saja perusahaan tidak mampu maka bagaimana
kemampuan menghasilkan laba. Sedangkan memperoleh keuntungan
adalah harapan setiap investor. Hal ini akan menyebabkan permintaan
atas saham perusahaan tersebut menurun kemudian akan menyebabkan
harga saham juga menurun.
Suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan
sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu
ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus
dibayarkan kepada kreditur. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat
hutang bank Indonesia yang berjangka kurang dari setahun. SBI
digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu alat untuk mengelola
tingkat suku bunga.
Kenaikan tingkat suku bunga SBI dapat meningkatkan beban
perusahaan (emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham.
kenaikan ini juga potensial mendorong investor mengalihkan dananya ke
pasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai
bursa turun dan selanjutnya dapat menurunkan harga saham.
Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong para pemilik modal
untuk menanamkan modalnya di bank dengan alasan tingkat keuntungan
yang diharapkan. Jika suku bunga deposito terus meningkat maka adanya
kecenderungan para pemilik modal mengalihkan dananya ke deposito
dibandingkan dengan menamakan modalnya di pasar modal dengan
alasan tingkat keuntungan dan faktor resiko yang rendah. Hal ini juga
dikuatkan oleh teori yang dinyatakan oleh Eduardus Tandelilin (2010:
343) yaitu : “Tingkat bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif terhadap
harga saham. Tingkat suku bunga yang tinggi menyebabkan investor
menarik investasinya pada saham dan memindahkannya pada investasi
berupa tabungan ataupun deposito.”
Dalam pengujian hipotesis, uji F (simultan ). Dimana uji F yang
dilakukan hasilnya menunjukkan bahwa Ho (Current ratio dan Suku Bunga
SBI tidak berpengaruh terhadap Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk)
yang diuji ditolak dan sebaliknya penelitian H1 (Curren ratio dan Suku
Bunga SBI berpengaruh terhadap Harga Saham PT. HM. Sampoerna,
Tbk) yang diajukan diterima. Hal ini terlihat dari hasil F hitung > F tabel (4,621
> 6,39) serta PValue (ANOVAb) yang lebih kecil dari taraf signifikan = 5%
(0,017 < 0,05).
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS (Statistical Product Service
Solution) diperoleh persamaan regresi linear berganda dimana
ŷ = 128080.408 + 426.462 X1 + 5096.137X2. Hal ini menunjukkan nilai
constant variabel y (harga saham) sebesar 128080,408. Sedangkan nilai
koefisien regresi sebesar 426,462X1 dan 5096,137X2 menunjukkan bahwa
setiap peningkatan satu satuan variabel Current ratio dan Suku Bunga SBI
dapat mempengaruhi Harga Saham dengan anggapan bahwa variabel
bebas lainnya konstan. Adapun nilai Pvalue (0,017) < = 0,05 hal ini
mengindikasikan bahwa H0 yang diuji ditolak dan H1 yang diajukan
diterima dimana terdapat pengaruh Current ratio dan Suku Bunga SBI
terhadap Harga Saham.
Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah
dilakukan, diperoleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,822.
Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh Current ratio dan Suku Bunga SBI
terhadap Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk sebesar 82,2%. Hasil ini
menunjukkan hubungan signifikan antara variabel independent terhadap
variabel dependent. Dan sisanya 17,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Faktor lain yang mempengaruhi
Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk dan perusahaan lain pada
umumnya bisa dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal
perusahaan. Faktor internal seperti dipengaruhi oleh rasio-rasio keuangan
seperti rasio profitabilitas, likuditas, aktivitas, dan solvabilitas. Serta faktor
ekternal perusahaan bisa berupa kondisi perekonomian negara, gejolak
sosial politik, dan perubahan nilai tukar mata uang / kurs valuta asing.
Hasil penelitian di atas mendukung teori dari Tandelilin (2010)
yang menyatakan bahwa Current ratio dan Suku Bunga SBI
mempengaruhi Harga Saham PT. HM. Sampoerna, Tbk.