1
BAB IV
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data Lokasi Penelitian dan Kehidupan Mahasantri di Pusat
Mah’ad Al - Jami’ah di Mabna Ibnu Kholdun
Lingkungan disekitar Pusat Ma’had Al-Jamiah terbilang cukup kondusif
hal ini dikarenakan lokasinya jauh dari pusat kota Malang sehingga terhindar
dari hingar- bingar kemajuan kota, kekondusifan itu juga didukung oleh
keberadaan yang berada didalam kampus UIN MALIKI Malang sehingga
dengan demikian dapat menunjang aktifitas pelaksanaan ibadah oleh para
santri putra.
Kekondusifan lingkungan di Dalam Kampus UIN MALIKI Malang
tersebut telah nyata dirasakan manfaatnya oleh segenap warga santri di Pusat
Ma’had Al-Jamiah sehingga dapat menunjang proses kegiatan belajar
mengajar yang ada, baik itu di Kegiatan yang berada di Ma’had maupun
kegiatan di Kampus.
Suasana di Pusat Ma’had Al- Jamiah meskipun tidak seislami seperti
pondok pada umumnya. Akan tetapi di dalamnya tetap menerapkan tradisi –
tradisi kepesantrenan dan tidak melupakan sisi umumnya juga, jadi bisa
digambarkan seperti Pondok Moderen. Suasa itu di dukung oleh segenap
mahasantri dan seluruh elemen kampus yang ada, khususnya dalam
melaksanakan ibadah sholat fardhu.
Perputaran sosialisasi antar sesama mahasantri selama berada didalam
Pusat Ma’had Al- Jamiah terbilang cukup harmonis, terlihat dari kentalnya
2
persaudaraan dan solidaritas antar sesama mereka, tidak hanya itu saja
hubungan antara santri- ustad- pengurus juga cukup harmonis dan beberapa
kegiatan dalam mengisi waktu luang mereka sehingga sangat mendukung
santri putra untuk senang tinggal di Pusat Ma’had Al-Jamiah.
B. Paparan data Kedua Partisipan
Profil ini didasarkan pada hasil wawancara dan observasi kepada kedua
partisipan selama proses penelitian berlangsung yang berisi tentang latar
belakang kehidupan partisipan sebelum tinggal di Pusat Ma’had al- jamiah
Malang. Setelah tinggal di Pusat Ma’had al-jamiah UIN MALIKI Malang
berkaitan dengan perkembangan kepribadian, perkembangan keagamaan,
perkembangan sikap dan perilaku, pengalaman psikologis dalam berdzikir, dan
kegiatan – kegiatan positif lain yang ada sebagai bentuk pembelajaran, serta
sebagai tempat mahasantri dalam menanamkan pola akhlak dan etika dengan
tradisi – tradisi yang ada di pesantren. Secara umum juga melihat pengalaman
mahasantri dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, pengalaman terkait
stres, bagaimana peran santri dalam mengendalikan stres, dan terkait penelitian
yang peneliti inginkan apakah peran dzikir mampu mengendalikan stres
dengan baik dalam menghadapi setiap permasalahan yang ada.
1. Partisipan (1)
Partisipan terlahir di daerah Situbondo, partisipan merupakan anak ke 2
dari dua bersaudara yang hidup ditengah – tengah keluarga yang memberikan
kasih sayang serta perhatian yang besar kepada partisipan. Partisipan berasal
dari keluarga secara ekonomi tergolong cukup. Keluarga partisipan tergolong
sebagai keluarga yang taat dalam menjalankan perintah agama, penerapan
3
dzikir senantiasa dilakukan dikehidupan partisipan baik setelah sholat fardhu
maupun dzikir khusus lainnya. Dalam keluarga orangtua partisipan selalu
mendidik dan membingbing partisipan untuk selalu melaksanakan sholat dan
dzikir, hingga tertanam dalam pribadi partisipan untuk selalu
mengistiqomahkan beribadah. Motivasi partisipan kuliah yaitu untuk mencari
ilmu dan terus menggapai cita – cita untuk meraih kesuksesan dunia hingga
akhirat, motivasi ini timbul dari kedua orangtua. Keinginan partisipan ingin
membahagiakan dan membanggakan orangtua, sampai akhirnya partisipan
diterimah di UIN MALIKI Malang dengan jalur bidikmisi. Meskipun
partisipan bukan pendidikan dari pesantren tapi kedua orangtua partisipan yang
notabennya alumni pesantren mampu memberikan pendidikan yang luar biasa
kepada partisipan. Dengan selalu mengingatkan partisipan untuk selalu berdo’a
dan yakin, pasti Allah akan mempermudah setiap jalan kita. (wawancara 1,
partisipan 1, pertanyaan 1,2,3,4 )
Semasa kecilnya, partisipan tidak pernah diperlakukan kasar oleh
orangtuanya, baik secara fisik ataupun secara psikologis. Lingkungan dimana
partisipan tinggal dengan notabennya yang belum pernah sama sekali tinggal
dilingkungan pesantren. Pertama partisipan merasa kurang nyaman saat awal
masuk di UIN yang didalam terdapat Ma’had, karena Ma’had dibayangan
partisipan hanya melakukan kegiatan mengaji, tenyata di Ma’had juga terdapat
aturan yang sangat ketat, salah satunya melaksanakan pengabsenan dulu sholat,
dan ada hukuman apabila beberapa kali tidak melaksanakan sholat. Perilaku
partisipan pertama menunjukkan rasa cemas dan takut tidak bisa melaksanakan
4
semua kegiatan yang ada di Ma’had, karena selain itu juga dihadapkan dengan
kegiatan – kegiatan sangat padat dan penuh aturan. Akan tetapi, Partisipan
mulai menyesuaikan kegiatan seiring dengan bertambahnya bulan. Partisipan
mencoba untuk menikmati saja tanpa mengeluh dan membayangkan kegiatan
yang padat itu, selain itu partisipan senantiasa berdo’a untuk mencari
ketenangan dan melakukan dzikir. partisipan mengikuti saja semua aturan yang
ada. Sebelum partisipan berada di UIN orangtua Partisipan merasakan
perubahan yang awalnya jarang melaksanakan sholat berjama’ah akhirnya
mulai mengistiqomahkan untuk melaksanakan sholat sholat berjamaah.
Khususnya saat sholat subuh yang biasanya sangat sulit sulit sekali untuk
bangun. (wawancara 1, partisipan 1, pertanyaan 9,10)
Kondisi keluarga partisipan sangatlah harmonis dan sehat, mereka tidak
memiliki riwayat psikologis. Kemudian riwayat penyakit penyakit biologis
juga yang secara langsung berpengaruh terhadap kesehatan seperti gangguan
pada fungsi otak, sistem endokrin, genetik, sensori dan faktor keluarga melalui
ibu pun selama kehamilan tidak dialami oleh keluarga ini. Semuanya berjalan
normal. Saat partisipan sudah berada di UIN yang di Ma’hadnya dihadapkan
dengan kegiatan – kegiatan yang begitu padat, pertama partisipan mengalami
stres terkait masalah bersosialisasi dengan teman satu kamar, karena partisipan
memakai bahasa madura sedangkan teman satu kamar dari golongan orang
jawa, Stres yang dialami yaitu bingung untuk berinteraksi dan mengawali
interaksi dengan teman satu kamar, akhirnya beberapa minggu pun awal masuk
ma’had meskipun satu kamar partisipan pun kurang menjalin interaksi. Akan
5
tetapi, lama- kelamaan partisipan mulai menyadari kalau seperti ini terus tidak
akan ada proses pertemanan dan sedikit demi sedikit belajar dan mencoba
menjalin interaksi yang baik dengan teman satu kamar. Selain itu, kendala yang
dialami partisipan juga masalah tugas kuliah yang banyak dan harus segera
menyelesaikan tugas sesuai dengan dedline yang di tentukan dengan kondisi
bingung, letih dan rasa khawatir juga, karena kondisi kegiatan mulai pagi
hingga malam lagi yang tanpa henti – henti untuk santai. Partisipan terus
berusaha menyelesaikan tugas – tugas tersebut meskipun terkadang harus
mengorbankan tidak mengikuti salah satu kegiatan Ma’had. Akan tetapi,
partisipan sangat senang berada di Ma’had (wawancara 1, partisipan 1,
pertanyaan 12,13,14,15)
Berawal dari situlah partisipan mulai menemukan sedikit – demi sedikit
perubahan yang ada dalam partisipan. Bahwasannya “menuntut ilmu itu
memang butuh perjuangan yang berat. Semakin berat perjuangan itu, semakin
besar hasil yang didapatkan tutur partisipan”, partisipan mencari ketenangan
dengan senantiasa melaksanakan sholat, berdzikir, kegiatan – kegiatan positif
yang bernuansa dzikir lainnya sesuai dengan dengan pesan orangtua. Partisipan
merasa menemukan sesuatu perubahan yang luar biasa sebelum berada di UIN,
khususnya dalam kondisi keagamaan.
Meskipun begitu partisipan terkadang masih merasa canggung untuk
memposisikann dirinya, terkadang dia harus menjadi mahasantri dan di sisi lain
di memposisikan diri sebagai mahasiswa pada umumnya. Akan tetapi dari
sinilah partisipan menemukan banyak hikmah saat berada di Ma’had. Salah
6
satu yang sampai sekarang senantiasa melekat dalam diri partisipan yaitu
melaksanakan sholat dan berdzikir setelah sholat fardhu. Dan insyaAllah
kegiatan yang diterapkan di Ma’had semuanya membawa barokah bagi
partisipan dan lebih menjadikan pribadi partisipan menjadi lebih
sabar.(wawancara 1, partisipan 1, pertanyaan 18,19)
Model lingkungan yang kondusif dan harmonis bagi partisipan yaitu
lingkungan yang membuat kita nyaman dalam berinteraksi, bebas melakukan
aktivitas dan kerativitas tanpa hambatan, mendapat dukungan dengan baik.
Partisipan pernah merasakan kekhawatiran pada teman satu kamarnya,
mungkin karena belum adanya penyesuaian tetapi setelah itu partisipan merasa
nyaman seiring waktu berlalu. (wawancara 2, partisipan 1, pertanyaan 1, dan
2)
Pengalaman partisipan selama berada di Ma’had pernah merasakan stres
yang sangat berat selama hampir satu minggu yaitu, faktor stres yang dialami
partisipan bukan dari ma’had akan tetapi dari luar seperti tanggungjawab
sebagai ketua kelas yang mana pada saat kondisi kelas mengalami kesenjangan
sosial dan partisipan bingung untuk mencari solusi yang baik dan binggung
dalam mengambil tindakan maupun kebijakan. Di tambah lagi tuntutan tugas
kuliah yang harus segera di selesaikan, dan waktu pengumpulan tugas pun tiba.
Posisi kamar mandi penuh hingga tidak sempat untuk mandi. Dari
permasalahan kesemuanya itu membuat emosi tidak teratur, sedih, binggung,
sulit berpikir secara jernih. Partisipan dalam mengatasi permasalahan semacam
sangat sulit sehingga stres itu memuncak. Tindakan yang dilakukan partisipan
7
dengan terus mengistiqomahkan ibadah sholat dan berdzikir ditambah bangun
malam melakukan sholat sunnah tahajjud. Karena malam adalah pusat dari
ketenangan, kadamaian dan mencari ketenangan dengan berdzikir. (wawancara
2, partisipan 1, pertanyaan 3,4,5,6,7)
Bentuk dzikir yang diterapkan di Ma’had merupakan bentuk dzikir lisan
dan hati. Partisipan mengatakan dari pengalaman spiritualnya dengan
melakukan dzikir secara ikhlas mempu memberikan ketenangan dan kesejukan
pada hati. Dan partisipan berusaha untuk istiqomah malaksanakan dzikir
setelah sholat fardhu.(wawancara 2, partisipan 1, pertanyaan 8,9,10)
Tradisi yang sudah ada menjadikan suatu komitmen dan motivasi bagi diri
partisipan, partisipan berkomitmen berusahan tidak meninggal kewajiban
seperti sholat, berdzikir dan di tambah dengan sholat – sholat sunnah seperti
dhuha dan tahajjud. Rasa senang itu yang momotivasi dan mondorong
partisipan untuk lebih semangat lagi dalam melasanakan kegiatan – kegiatan
positif yang ditetapkan oleh Ma’had. (wawancara 2, partisipan 1, pertanyaan
14,17)
Problem psikologi secara fisik yang dialami partisipan, yang pernah
dirasakan partisipan selama berada di Ma’had ini biasanya sering mengalami
pusing tuntutan ikut hafalan juga, terkadang hilangnya gairah belajar, mudah
letih. Tapi setelah menenangkan diri dengan merenung dan berdzikir di masjid
partisipan merasakan ketenangan, kesejukan hati dan pikiran, dan partisipan
berkomitmen untuk menjaga tradisi yang dilakukan selama di Ma’had ini
8
secara istiqomah dengan membuat suatu tulisan yang di tempel di sudut
tertentu yang berupa memo.(wawancara 3, partisipan 1, pertanyaan 3,5,6,7)
2. Partisipan (2)
Partisipan ke 2 terlahir di lamongan, partisipan adalah anak kedua dari dua
bersaudara. Partisipan hidup di dalam keluarga muslim yang biasa – biasa saja
dalam menjalankan perintah agama, pelaksanaan terhadap pelaksanaan ibadah
secara berjamaah cukup diperhatikan oleh kedua orangtua partisipan kepada
anak – anaknya, meskipun kedua orangtua partisipan hampir tidak pernah
sholat fardhu secara berjamaah namun setiap anak – anaknya selalu diingatkan
untuk melaksanakan sholat. Orangtua partisipan tidak pernah marah – marah
apabila partisipan lupa atau sengaja tidak melakukan sholat. Dari keluarga
hanya partisipan saja yang pernah dipesantren, partisipan berada dipesantren
selama enam tahun. Awal partisipan masuk ke UIN karena mendengar
informasi dari salah satu seorang teman satu pesantrennya. Partisipan
merupakan anak yang sangat patuh dengan senantiasa selalu mejalankan
perintah orangtuanya. Meskipun notaben dari orangtua yang bukan santri, tapi
masalah agama terutama sholat hampir tidak rangtua senantiasa mengingatkan
tanpa ada rasa kesal sedikitpun.(wawancara 1, partisipan 2, pertanyaan 1,2,3,4)
Kehidupan di pondok partisipan tergolong santri biasa sama seperti santri
yang lain. Tidak ada yang istimewa dari diri partisipan. Baik itu dari segi
perilaku maupun sifatnya antara dipondok dan sebelum dipondok pun tetap
sama pribadi yang pendiam. Dan kondisi terkait penerapan aturan di pondok
tergolong santai, akan tetapi masalah ibadah dan ngaji lebih ditekankan,
9
khususnya ibadah. Akan tetapi masalah kedisiplinan bagi partisipan masih
kurang di bandingkan di Ma’had. Partisipan merasakan perubahan banyak
selama tinggal di Ma’had khususnya dalam kedisiplinan karena saat di pondok
setiap jamaah tidak pernah di absen, sedangkan di Ma’had setiap jamaah
khususnya maghrib dan subuh pasti di Absen. Itulah bisa memberikan nilai
kedisiplinan. (Wawancara1, partisipan 2, pertanyaan 9)
Dalam tutur partisipan saat berada di pondok dulu sistem pengajaran tidak
jauh berbeda dengan tradisi di Pusat Ma’had Al – Jamiah. Model pembelajaran
di pondok dulu tidak terlalu ketat, bebas yang penting tidak melupakan sholat.
Akan tetapi, di sana tidak ada pembelajaran khusus kebahasaan seperti
shobaqul luhqoh. Dan model berdzikir antara di pondok dengan di Ma’had
lebih lama dan panjang di pondok, jadi partisipan merasa nyaman saat berada
di Ma’had, terkait kegiatan – kegiatan yang bernuansa dzikir, fasilitas dan lain-
lain.(wawancara 2, partisipan 2, pertanyaan 11 )
Gambaran psikologis pada diri partisipan, terlihat dengan adanya sikap
menunjukkan kondisi cemas dan rasa keragu – raguan saat beberapa
pertanyaan di utarakan peneliti. Partisipan merasa sedikit canggung untuk
dalam menjawab pertanyaan. Partisipan masih binggung untuk merasakan
masalah psikologis yang di alami, tetapi secara biologis atau fisik setiap kali
dihadapkan pada tugas dan kegiatan yang padat partisipan sering mengalami
sakit di daerah punggung dan terkadang bangun tidur badan sering terasa sakit
semua. Kemudian tidur tidak terlalu nyaman, dan sedikit gelisah secara tidak
sadar. (wawancara 3. Partisipan 2, pertanyaan 3)
10
Partisipan merasakan banyak hikmah selama berada di Ma’had, hikmah
yang di dapatkan dari di Ma’had yaitu partisipan lebih nyaman saat mengikuti
dzikir di Ma’had dan lebih khitmad untuk mengikutinya karena dzikir yang
dilaksanakan tidak begitu panjang, dan juga sikap partisipan yang awalnya
pendiam, malu – malu tanpa ada alasan yang jelas, sekarang mulai terbuka dan
lebih sediikt energik setiap mengikuti kegiatan. Partisipan beruntug di UIN
Malang terdapat Ma’had, karena ilmu yang didapatkan saat berada di pondok
tidak begitu saja hilang, semuanya di dukung dengan adanya kegiatan Ma’had
maupun fakultas yang masih dikaitkan di integrasikan pada nilai – nilai agama
yang bersumber pada al – Qur’an dan hadist. Bagi partisipan sendiri berdzikir
memiliki hikmah bahwasannya segala pintu amal dan rezeki kita akan di
bukakan lebar – lebar semuanya partisipan dapatkan selama di pondok. Untuk
menjaga dzikir agar terus berjalan dengan khusyu’ perlu adanya
kesinambungan antara hati, pikiran dan niat yang secara rutin kita lakukan
dengan penuh keikhlasan untuk mencari ridho Allah SWT. (wawancara 3,
partisipan 2, pertanyaan 6,7).
C. Paparan data Mengenai Pola Pelaksanaan Dzikir di Pusat Mah’ad Al-
Jamiah Malang
Dari hasil pengamatan selama proses penelitian, peneliti melihat bahwa
peran pelaksanaan dzikir yang dilakukan mahasantri baik itu setelah sholat
fardhu maupun dalam pembacaan wird khusus seperti wird al-latif dan ratibul
al-haddad sedikit banyak memiliki keunikan jika dibandingkan dengan dzikir
setelah sholat fardhu pada umumnya. Adapun maksud dari peneliti yaitu
11
pelaksanaan ritual dzikir langsung dipimpin oleh santri senior yang telah
ditugaskan. Kendatipun mengapa terjadinya pola pelaksanaan yang demikian
dikarenakan sebagai upaya untuk melatih santri senior tersebut lebih siap
mental dengan proses latihan dan pengalaman yang dilakukan, dan untuk
mencetak generasi muda yang benar – benar mampu dan siap mempimpin
masyarakat khususnya dalam ritual – ritual keagamaan. Dan proses ini juga
merupakan bagian dari selogan yang ada di UIN MALIKI Malang yaitu
“(menjadikan ulama’ yang profesional dan profesional yang ulama’)”.
Dalam pelaksanaan dzikir setelah sholat fardhu di Pusat Ma’had Al jamiah
selalu dilaksanakan secara rutin setiap seusai sholat. Akan tetapi yang membuat
khusus juga tradisi dzikir yang ada di Pusat Ma’had Al- jamiah yaitu khusus
setelah shalat subuh secara rutin setelah pembacaan dzikir dan do’a dilakukan,
dilanjutkan dengan pembacaan wird al-latif yang dipimpin langsung oleh
santri senior. Hal ini dimaksudkan selain sebagai upaya untuk mencari barokah
juga dikarenakan sebagai media pengajaran kepada santri putra di Pusat
Ma’had Al Jamiah sehinggah bisa dikatakan sebagai buku saku atau taqarrubat
yang berisi banyak amalan – amalan dzikir dan do’a - do’a. Kemudian
dilanjutkan setelah pembacaan wird al-latif dengan kegiatan shobaqul luhqo
yang langsung dipimpin para santri senior atau disebut Musyrif. Dan untuk
menjaga ketenangan dalam setiap kegiatan baik beribadah maupun kegiatan
yang lainnya selalu di awasi oleh para ustadz atau Murroby yang menyebar
demi berjalannya suatu kegiatan secara khidmat dan menhaga ketertiban,
ketenangan, dan keamanan di saat – saat pelaksanaan dzikir.
12
(observasi dilakukan setiap setelah sholat fardhu di Masjid At-Tarbiyah-
Malang, Selama kegiatan berlangsung, karena peneliti juga pengurus
disana ).
Kepemimmpinan dzikir setelah sholat fardhu dilakukan oleh santri senior
yang telah mendapat jadwal tersebut, dan semuanya berjalan secara baik dan
khidmat. Semuanya ikut bergabung dalam pelaksanaan sholad dan dzikir.
Dalam prosesnya peneliti juga merasakan kekhusu’an dalam setiap alunan
dzikir dan do’a karena secara mayoritas dilaksanakan secara bersama – sama
dan dilakukan dengan tatacara dan adab – adab berdzikir maupun do’a yang
baik.
D. Pembahasan
1. Analisis Gejala Stres Mahasantri Putra Pusat Ma’had Al Jamiah di
Mabna Ibnu Kholdun
Stres adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis.
Stres terjadi bila pikiran dan tubuh bereaksi terhadap sebuah situasi yang nyata
ataupun yang dibayangkan. Stres dapat disebabkan oleh dua lingkup dalam
kehidupan manusia, yakni lingkup internal dan eksternal.
Secara umum, sebab internal adalah sebab-sebab stress yang berasal dari
dalam diri manusia itu sendiri yang umumnya berkaitan dengan keadaan diri.
Sedangkan sebab eksternal adalah sebab-sebab yang berasal dari luar diri
manusia atau identik dengan lingkungan sekitar manusia.
Mungkin iya, Stres yang saya rasakan sendiri bukan dari Ma’hadnya
sendiri mas tetapi dari faktor luar, sahingga sampai di Ma’had la tempat
pelampiasan stres yang saya rasakan. Misalnya banyaknya tugas kuliah
yang harus diselesaikan hari dengan dedline yang cepat, dengan
numpuknya tugas kuliah itu setelah saya kembali ke Ma’had, istilahnya
faktor X yang dari luar yang sebenarnya menyebabkan itu. Selain itu
13
juga, kalau di Ma’had Kalau yang saya alami mungkin pernah saat di
kamar mandi sampai antri lama, tapi sebelumnya itu saya juga sadar
diri juga bahwasannya di Ma’had ini kamar mandinya sedikit.
(Partisipan 1, wawancara ke 2, pertanyaan 3)
Partisipan menyadari bahhwasannya stres yang timbul bukan dari ma’had,
partisipan merasakan beban tugas sebagai mahasiswa terlalu padat, hingga
menjadikan kita menjadi tergesah – gesah dalam mengerjakan. Dan tuntutan
tugas yang harus selesai pada hari itu juga. Dari kesemuanya itu pasti kita juga
sebagai mahasiswa merasakan pusing, stres, dan binggung mulai dari mana
harus menyelesaikannya.(partisipan 1:3)
Bagi saya beban itu timbul bukan karena kewajiban saya pada
Ma’hadnya. Akan tetapi dengan saya sendiri dan itu yang menjadi
konflik batin pada diri saya, karena biasa yang saya lakukan dan
menurut saya baik, tetapi tidak saya lakukan, terasa ada hal yang jangal
atau ndak enak, atau rasa bersalah pada diri sendiri. Seperti kewajiban
sebagai mahasiswa. (pertisipan 1, wawancara 2, pertanyaan 18)
Menurut Partisipan, bahwasannya kegiatan ma’had ini sangat bagus, akan
tetapi kondisi dan kemampuan dari setiap masing – masing pribadi berbeda
dalam melaksanakan dan menjalankan semua tuntutan aktivitas yang ada.
Sehingga kondisi ini yang menyebabkan timbulnya suatu
permasalahan.(partisipan 1:18)
Mungkin tidur tidak teratur, sakit punggung, lelah dan kehilangan daya
energi dan kurang konsentrasi.(partisipan 2,wawancara 3,pertanyaan 3)
Partisipan secara tidak sadar mengalami gejala psikis dengan tidur yang
sulit atau tidak bisa nyenyak. Dan itu sering dialami oleh beberapa mahasantri
yang lain. Sehingga menjelang pagi mereka baru bisa merasakan tidur dan
akhirnya teman – teman banyak yang tidak mengikuti kegiatan pagi seperti
14
jamaah subuh, shobaqul lugha dan taklim mutaa’llim.(observasi peneliti tgl 1
oktober – 20 desember, pukul 05.00 – 07.00 wib).
Gejala stres secara global mencakup dua elemen dalam diri manusia, yakni
elemen psikis dan elemen fisik. Elemen psikis ditandai dengan menurunnya
kemampuan dalam menanggapi situasi, suasana cemas, takut, susah tidur, dan
apabila perasaan takutnya semakin menjadi akan menimbulkan situasi diri
yang mirip dengan kepanikan. Sedangkan secara fisik, gejala yang timbul
adalah jantung berdebar, sesak nafas dan badan gemetar.
Menurut konteks Islam, stres sebagai salah satu penyakit yang umum dan
banyak dialami oleh manusia modern dapat terjadi karena adanya unsur
kelupaan atau kealpaan manusia dari mengingat Allah. Hossein Nasr dalam
Sholeh (2005:37) mengatakan krisis peradaban modern bersumber dari
penolakan (negation) terhadap hakekat ruh dan penyingkiran ma’nawiyah
secara gradual dalam kehidupan manusia. Manusia modern mencoba
membunuh Tuhan dan menyatakan kebebasannya dari kehidupan akhirat.
Tingkat stres yang di alami oleh Mahasantri putra di mabna Ibnu Kholdun
karena padatnya kegiatan dan tugas banyak dengan dedline yang ditentukan.
Menurut Suroto (1997:1), dalam buku “Stres cara mengendalikan” Jadi antara
keadaan jiwa dan keadaan fisik terdapat hubungan yang erat dan saling
mempengaruhi. Berbagai penyakit yang disebabkan oleh kelainan organik
dapat mempengaruhi keadaan psikologik penderita dan sebaliknya gangguan
emosi dapat memperburuk penyakit – penyakit yang penderitanya seperti
misalnya penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.
15
Dalam keadaan gangguan emosi seperti anxietas (resah, cemas), stres (rasa
tertekan) dan rasa terancam gejala – gejala yang merupakan penjelmaan
ransangan bagian simpatik susunan saraf gaib (susunan saraf otonom) dapat
dijumpai, di antaranya denyut nadi cepat, jantung berdebar, telapak tangan
berkeringat, gemetar, sesak nafas, gangguan pencernaan, rasa mau pingsan dan
lain – lain.
Munurut Suroto(1997:03) telah membeberkan pengalamannya sebagai
penderita gangguan psikogenik dan bagaimana mangatasi penyakitnya,
sehingga sistem desensitisasi, yakni dengan mengusahakan relaksasi fisik
sambil mengkonfrontasi masalah – masalah atau keadaan – keadaan yang
menjadi penyebab rasa cemas dan stresnya.
Penyembuhan yang bertujuan mengurangi hingga bahkan menghilangkan
stres dapat juga dilakukan dengan berbagai alternatif pengobatan. Salah satu
teknik pengobatan tersebut adalah dengan menggunakan dzikir. Akan tetapi
dalam dzikir kita harus mengetahui etika yang ada.
kalau misalkan dzikir yang dilaksanakan diMa’had ini berbedah , bagi
saya lebih menyejukkan hati dan pikiran saya mas, soalnya ada dzikir
yang baru, dan biasanya tidak pernah saya lafadzkan, akan tetapi
misalnkan dzikir itu sama seperti yang saya lakukan di rumah, sama
saja hanya sekedar menenangkan hati. Akan tetapi dzikir yang bagi
saya baru atau asing bisa memberikan efek positif bagi diri saya. Dan
hikmahnya pun luar biasa dalam keseharian hidup saya
mas.(partisipan 1, wawancara 2, pertanyaan11)
Agar dapat memetik segala manfaat yang tersimpan di dalam aktivitas
dzikrullah ini, sudah tentu dzikir tersebut harus dilakukan dengan mengikuti
proses tuntunan dan bimbingan yang telah Allah dan Rasul-Nya ajarkan. Di
16
antara adab dan etika yang harus diperhatikan dan diterapkan dalam mengingat
Allah ialah sebagai berikut.
1. Niat ikhlas dalam Berdzikir
Nilai dan Kualitas amal perbuatan seseorang di hadapan Allah sangat
bergantung pada niat kita dalam mengerjakannya. Artinya, niat dalam
beramal merupakan penentu keberhasilan perbuatan seseorang.
Rssulullah SAW bersabda :
إنما األعمال بالنيات,وإنمالكل امرئ مانوىArtinya :“Segala amal yang dilakukan seseorang sangat tergantung dari
niatnya, dan balasan bagi setiap amal manusia adalah sesuai dengan apa
yang diniatkan.”
2. Suci dari Hadas dan Najis dalam Berdzikir
Keadaan suci dari hadas dan najis sangat dianjurkan, umat Islam juga
dianjurkan untuk mensucikan hati dan jiwanya dari segala kotoran dan dosa
yang pernah dilakukan sebelum memulai berdzikir. Adapun caranya, yaitu
dengan memohon ampunan kepada Allah yang kemudian dilanjutkan
dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia yang telah dianugerahkan Allah.
Islam mengajarkan umatnya untuk bersuci terlebih dahulu, yaitu dalam
keadaan berwudhu sebelum berdzikir kepada Allah SWT. Hal tersebut
karena lebih mencermikan sikap hormat dan tunduk kita terhadap Allah
AWT, yang juga akan sangat membantu kita untuk lebih khusyuk dan
berkonsentrasi dalam mengingat Allah SWT. Meskipun demikian, tidak
berarti kita dicegah mengingat Allah apabila tidak memiliki wudhu, hanya
saja suci dan bersih ketika berdzikir adalah lebih baik dan lebih utama.
17
3. Berdzikir Hendaklah Dilakukan pada Tempat yang Bersih
Sebagai perbuatan yang utama dan istimewa, berdzikir atau dzikrullah
hendaklah dilakukan pada tempat yang baik, yaitu tempat yang layak dan
pantas untuk mengagungkan dan menyebut asma’–asma’ Allah di
dalamnya, seperti masjid, mushala, dan tempat yang dianggap layak dan
pantas lainnya.
4. Sopan dan Takzim dalam Berdzikir
Sopan dan takzim dalam berdzikir, artinya kita benar – benar
menghadirkan keagungan Allah ke dalam hati dan jiwa. Dengan Dzikir
serius dan bersungguh – sungguh, penuh konsentrasi, serta dengan
persiapan yang matang, sehingga yang ada dalam hati dan pikiran kita
hanyalah Allah SWT yang kita agungkan, yang kita muliakan, dan yang kita
puja.
5. Serius dan Bersungguh – Sungguh dalam berdzikir
Bersungguh – Sungguh dalam berdzikir kepada Allah merupakan kunci
keberhasilan dzkir kita. Dzikir tidaklah mungkin dapat berhasil dengan baik,
memberi kesan dan dampak yang positif bagi kita, jika hal itu dilakukan
dengan sikap meremehkan dan dilakukan dengan tanpa konsentrasi, tanpa
mengikuti tuntunan yang telah diajarkan Allah dan Rasul-Nya.
6. Khusyuk dan Konsentrasi dalam berdzikir
Khusyuk dalam berdzikir merupakan syarat penting bagi kesuksesan
dan keberhasilan dzikir. Khusyuk dapat dimaknai dengan menyangaja,
ikhlas, dengan menghadirkan hati dan kesadaran serta pengertian segala
18
ucapan dan sikap lahir. Artinya, dalam berdzikir hendaklah kita benar –
benar menghadirkan Allah SWT ke dalam kalbu, meresapi makna dan
bacaan dzikir, serta men-tadabbur-kan bacaan tersebut ke dalam hati.
7. Meredahkan Suara dalam Berdzikir
Dzikir adalah aktivitas mengingat Allah Yang Maha Mendengar. Oleh
Karena itu, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk merendahkan diri dan
merendahkan suara dalam berdzikir. Hal ini selain mengabarkan rasa
hormat dan tunduk kita terhadap Allah SWT, juga akan sangat membantu
kita untuk lebih dapat konsentrasi dan meresapi makna bacaan dzikir yang
kita ucapkan. Demikianlah petunjuk Allah dalam mengingat-Nya.
Firman Allah SWT:
يفةا ودون وٱذكر عا وخي ك تض ك في نفسي ب هري ر ن ٱل ي ٱلقولي مي ي ب ن ٱألصالي و ٱلغدو ي يي ول تكن م فيل ٢٠٥ ٱلغ Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di
waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai.
8. Optimis dalam Berdzikir
Perasaan yakin dan rasa optimis apabila dzikir diterima Allah SWT dan
dapat memetik segala fadhillah yang tersimpan di dalamnya merupakan satu
bagian dari adabdalam berdzikir. Sebaliknya, keraguan atau tidak yakin
akan keberhasilan dzikir yang dilakukan, selain akan sangat berpengaruh
terhadap kesungguhan dan konsentrasi dzikir, juga dapat menjadikan dzikir
itu tidak berhasil sebagaimana yang diharapkan.
9. Usahakan Dzikir sambil Menangis
19
Islam memberikan tuntunan agar dzikir dilakukan dengan sungguh-
sungguh, meresapi makna yang terkandung bacaan dzikir sehingga apa yang
dibaca membekas di dalam kalbu.
Menagis ketika mengingat Allah adalah ciri orang yang mendapat petunjuk
(hidayah) dari Allah SWT. Lebih dari itu, dzikir sambil menangis karena
teringat segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuat, teringat
kedurhakaan dan kemaksiatan yang telah dilakukan adalah wujud nyata kita
telah khusyuk dalam berdzikir. Allah SWT Berfirman :
ل ۥل فٱستجبنا ل ۥووهبنا صلحنا
ي وأ ريعون في ۥ زوجه ۥي هم كنوا يس ين تي إ ا ويدعوننا ر ٱلير ا ورهبا غباعيي شي ٩٠وكنوا لا خ
Artinya: Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan
kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung.
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada
Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang
khusyu´ kepada Kami. (QS. Al-Anbiya’21:90)
10. Dzikir Sambil Duduk atau Berbaring
Berdzikir merupakan amalan sunnah yang mudah dan ringan, berdzikir
boleh dilakukan kapan pun, dimana pun dan dalam keadaan bagaimana pun.
Berdzikir bisa dilakukan sambil berdiri, sambil duduk dan bisa pula sambil
berbaring.
Firman Allah SWT:
ين تي في خلقي إ و م رضي و ٱلسفي و ٱل يل لي ٱخت ي و ٱل ولي ٱلهار
ي ت ل بي ألي لب
ين ١٩٠ ٱل ي يذكرون ٱل ا ٱلل ما يي ق
رون في خلقي م ويتفك يهي جنوب ا ولع تي وقعودا و م رضي و ٱلسنك فقينا ٱل لا سبح طي ذا ب نا ما خلقت ه رب
ي عذاب ١٩١ ٱلارArtinya :Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
20
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka
11. Menghadiri Majelis – Majelis Dzikir
Rasulullah SAW sangat menganjurkan kita untuk banyak – banyak
mengingat Allah SWT, dan senantiasa mengikuti atau menghadiri majelis –
majelis dzikir. Karena majelis dzikir adalah sebaik – baik majelis, yang di
dalamnya tersimpan fadhilah yang besar.
Majelis dzikir merupakan majelis yang mulia. Majelis tersebut akan
dihadiri para malaikat, dirahmati Allah, dan ketenteraman turun kepada
semua orang yang berada di dalamnya. Bahkan nama – nama mereka yang
berada di dalam majelis akan disebut satu persatu oleh Allah SWT di
hadapan para malaikat yang berada di sisi-Nya.
12. Tidak Mencampuradukkan dengan Kesyirikan Saat Berdzikir
Dzikir yang dilakukan dengan niat dan keinginan kepada selain Allah
SWT, maka sesengguhnya kita telah menghina dan merendahkan Allah
SWT. Hal tersebut adalah perbuatan sangat tercela dan dilarang keras dalam
agama Islam.
Firman Allah SWT :
ين ي يك لهم ٱل ئ ول
يظلم أ نهم ب ييم ا إ يسو من ءامنوا ولم يلبهتدون ٱل ٨٢وهم م
Artinya : Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS. Al-
An’am 6:28)
21
Lebih dari itu, berdzikir dengan niat bukan karena Allah Adalah dosa
besar dan perbuatan yang dapat menghilangkan pahala dzikir. oleh karena
itu, dzikir yang kita lakukan harus dilandasi dengaan niat yang tulus dan
ikhlas untuk mengharapkan keridhaan Allah semata.
2. Analisis Bentuk Dzikir Mahasantri Putra Pusat Ma’had Al jamiah di
Mabna Ibnu Kholdun
Diantara potensi yang sangat berharga dan memiliki peran sangat penting
dalam pembentukan kualitas hidup kita di hadapan Allah dan seluruh makhluk-
Nya adalah potensi untuk bertuhan, dan potensi untuk berpikir dan
memikirkan. Adanya fitrah atau potensi dasar manusia untuk bertuhan dan
menganut agama yang lurus ini, menjadikan kita secara alamiah memiliki
kecenderungan dan keinginan yang kuat untuk berlaku baik dan lurus.
Sedangkan kemampuan untuk berpikir meniscayakan kita mampu menjalani
kehidupan di dunia dengan lebih baik, aman dan sejahtera.
Secara teoritis sama, soalnya menurut saya dalam berdzikir tidak ada
aturan, terserah dimana, kapanpun, dimanapun kita ingin berdzikir
bisa kita lakukan. Dan ibadah menurut saya paling mudah tanpah
biaya dan pahalanya sangat melimpah yaitu dzikir mas. (partisipan 1.
Wawancara 3. Pertanyaan 4)
Menurut partisipan dzikir itu merupakan amalan yang paling mudah dan
memilih pahala yang paling banyak. Semuanya bisa kita lakukan dan terapkan
dengan keniatan hati yang ikhlas dan tulus hanya untuk Allah SWT.(partisipan
1:4)
22
Tutur dari partisipan tentang terkait dzikir yang dilakukan setiap
mengalami suatu permasalahan. Harapan dari partisipan semoga segera di
berikan petunjuk atas setiap permasalahan yang ada.
soalnya apabila di hadapkan pada suatu masalah, yang saya lakukan
yaitu sholat malam, berdzikir dan Do’a. Saya yakin ketiga ini
mempunyai efek luar biasa di antara ketiganya itu. (patisipan 1,
wawancara 3, pertanyaan 5).
Bentuk dzikir yang diterapkan di Ma’had merupakan bentuk dzikir lisan
dan hati. Partisipan mengatakan dari pengalaman spiritualnya dengan
melakukan dzikir secara ikhlas mempu memberikan ketenangan dan kesejukan
pada hati. Dan partisipan berusaha untuk istiqomah malaksanakan dzikir
setelah sholat fardhu.(wawancara 2, partisipan 1, pertanyaan 8,9,10)
Namun di balik semua kesempurnaan dan kemampuan itu, sebagai
makhluk kita juga memiliki banyak keterbatasan, kekurangan dan kelemahan.
Salah satu dari kelemahan yang dimiliki umat manusia umumnya adalah
mereka sangat mudah dalam berkeluh kesah, berputus asa manakala di
hadapkan pada suatu yang kurang menyenangkan dan stres dengan aktivitas
yang padat.
Allah berfirman :
ن م يس ل نس ن دع ءي ٱلي يي مي ه ٱل س إون م ٤٩و ق قنو ق في ٱلشArtinya: Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa
malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan (QS. Fushillat 41:49)
Juga firman Allah :
يذا ه إ مس وعا ٱلش ٢٠جز
23
Artinya : Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah (QS. Al – Ma’arij
70:20)
Secara mendasar, kita memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan
kebaikan, sementara kita sering lupa bahwa kita memiliki banyak keterbatasan
dalam kemampuan maupun pengetahuan, karenanya kita tidak mampu
menolak kemudharatan atau mendatangnya kebaikan dalam diri kita sendiri.
Allah menjelaskan dalam firman-Nya:
يمسسك إون ف ل ٱلل فل كشي يض ي فل را د ۥ ب ك بي إون يريد و يل ه إ
ي يه يفضل ي ۦ ل يه ب ب ي ي ۦيصي اديه ب ن عي و ۦ من يشا ء مي يم ٱلغفور وه لرحي ١٠٧ ٱArtinya: Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka
tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah
menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-
Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.(QS. Yunus 10:107)
Sungguh kita hanyalah manusia yang memiliki kewenangan untuk sekedar
berusaha atau berikhtiar, sedangkan penentuannya mutlak berada dalam
kendali Allah. Sehebat apapun kita, tetap saja kita tidak akan mampu
mendatangkan kebaikan untuk diri kita sendiri dan tidak pula mampu menolak
keburukan yang setiap saat dapat menimpa perjalanan hidup kita. Bukankah
sering kali kita telah berusaha dengan mengerahkan segala daya dan upaya
untuk meraih apa yang kita inginkan namun tak kunjung kita dapatkan juga.
24
Dan tidak jarang pula kita telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menghindari keburukan dan berbagai hal yang tidak menyenangkan hati, tetapi
tetap saja datang menimpa kehidupan kita, kenyataan hidup yang demikian ini
sungguh dapat menjadikan jiwa kita terguncang dan putus asa.
kalau misalkan dzikir yang dilaksanakan di ma’had ini berbedah , bagi
saya lebih menyejukkan hati dan pikiran saya mas, soalnya ada dzikir
yang baru, dan biasanya tidak pernah saya lafadzkan, akan tetapi
misalnkan dzikir itu sama seperti yang saya lakukan di rumah, sama
saja hanya sekedar menenangkan hati. Akan tetapi dzikir yang bagi saya
baru atau asing bisa memberikan efek positif bagi diri saya. Seperti wird
al altif, ratibul al haddad dan hikmahnya pun luar biasa dalam
keseharian hidup saya mas.(partisipan 1, wawancara 2, pertanyaan 11)
tutur partisipan tentang peran dzikir yang ada di ma’had mampu
memberikan energi positif yang luar biasa. Daik dari kehidupan maupun
bathin. Sehingga dari sinilah kita mengingat akan ujian dan hikmah yang Allah
berikan agar selalu dijadikan menjadi hamba yang selalu bersyukur.(partisipan
1:11)
Sholawat, sholawat itu model berdzikir yang di lagukan, jadi saya
menjadi lebih nyaman. (partisipan 2, wawancara 3, pertanyaan 4)
Partisipan menuturkan bahwa dengan mendengarkan musik shalawat dan
melakukan shalawat bisa membantu partisipan untuk menghilangkan stres
yang dialami, kemudian partisipan bisa merasa nyaman kembali. Partisipan
adalah orang yang rileks dalam menghadapi segala masalah. Partisipan tidak
pernah mengalami trauma dalam hidupnya.
Dapat disimpulkan bahwasannya kegiatan yang ada di ma’had ini
memberikan aspek dzikir yang luar biasa, seperti wird al latif, ratibul al haddad,
shalawat yang mampu memberikan ketenangan dan kenyamanan dari diri
25
setiap manusia. Selain itu perlu adanya ghoirah pada setiap manusia untuk
menuju ke jalan yang lebih baik.
Oleh karena itu, kita benar – benar membutuhkan kekuatan atau energi
bathin yang dapat kita pergunakan untuk menghadapi berbagai kemungkinan
yang dapat menimpa kahidupan kita hingga menyebabkan kita frustasi, stres,
depresi, putus asa, cemas, dan lain sebagainya. Kekuatan bathin yang sangat
kita perlukan tersebut adalah ketabahan dan kesabaran.
Di sini peran dan pentingnya kita melakukan Dzikir kepada Allah SWT,
sebab dengan mengingat Allah SWT adalah sarana yanag paling tepat untuk
menumbuhkan dan meningkatkan kualitas kesabaran dan ketabahan kita.
Mengingat Allah akan menumbuhkan keyakinan dalam jiwa kita bahwa segala
sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Mengingat Allah juga akan melahirkan kesadaran bahwa Allah-lah yang
mampu mendatangkan kesedihan dan kesusahan bagi hidup kita, dan Allah
pula yang akan menghilangkan dan menggantikannya dengan sesuatu yang
lebih baik dan berharga.
Apabilah dalam hati kita sudah tertanam keyakinan ini, maka tidak ada
lagi anggapan bahwa apa yang kita lakukan adalah perbuatan kita sendiri, tidak
ada lagi kesombongan, sifat ujub, riya’ dalam diri hati dan jiwa kita. Dan tidak
ada kata berputus asa, stres dan cemas ketika kesulitan, kesedihan dan musibah
menimpah hidup kita, sebaliknya akan muncul kesadaran bahwa kita hanyalah
tempat pelaksanaan takdir. Maka karunia Allah akan senantiasa datang,
sebelum kita meminta Allah pun sudah tahu dan memahami isi hati kita. Dan
26
disinilah kesadaran ini akan menumbuhkan kesabaran dan ketabahan dalam
jiwa kita.
Allah menjelaskan dalam firmanya :
يين ير ٱل يذا ذك إ لت قلوبهم و ٱلل يين وجي بي ما ٱلص صابهم و لع
يمي أ لمقي ي ٱ ٱ ة لو لص
هم ينفيقون زقن ا ر م ٣٥وميArtinya: (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka,
orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang
menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada
mereka.(QS.Al-Hajj 22:35).
3. Analisis Dzikir sebagai Media Pengelolahan Stres Mahasantri Putra Pusat
Ma’had Al- Jami’ah di Mabna Ibnu Kholdun
Pendekatan kepada Allah terlihat dari adanya pengakuan akan kekuasaan
dan permohonan akan pertolongan Allah. Selain itu, pendekatan kepada Allah
juga didukung dengan pemberitahuan kepada para jama’ah akan ketentuan
Allah dalam memberikan cobaan kepada manusia. Pendek kata, substansi
bacaan dzikir yang dilantunkan dalam aktifitas dzikir mengajak para
mahasantri untuk lebih mengingat Allah.
Saya sangat setuju banget, selain itu sudah menjadi kebiasaan saya mas,
munurut saya dzikir setelah sholat berjamaah itu merupakan sesuatu
yang baik karena dianjurkan kemudian dzikir itu bisa menenangkan hati
bagi diri saya.(partisipan 1, wawancara 2, pertanyaan 12) .
27
Partisipan bertutur bahwasannya proses ayng paling mudah dan cepat
dalam mengingat akan keesaan Allah yaitu dengan berdzikir. Partisipan pun
menyakini bahwa dengan berdzikir kita selalu di berikan ketenangan dan
dilindungi dari setiap mala bahaya.(partisipan 1:12)
Dzikir ternyata tanpa saya sadari bisa membuat saya tenang, dan apabila
setelah sholat ada dzikir yang menurut saya baru itu juga menyejukkan
hati saya, ternyata ada dzikir yang biasanya belum pernah saya lakukan
menjadikan saya menjadi lebih nyaman dan tenang dalam hati saya.
Misalnya dzikir seperti wird al latif dan wird ratibul haddad.(partisipan
1, wawancara 2, pertanyaan 8)
Melalui proses ingatnya manusia kepada Allah (dzikrullah) akan
membantu manusia dalam menemukan ketenangan jiwanya. Hal ini
disebabkan oleh dua faktor, yakni:
a. Janji Allah
Faktor ini sebagaimana telah ditegaskan Allah dalam surat ar- Ra’du ayat 28:
يين كري ٱل يذي ين قلوبهم ب يه ءامنوا وتطمئ كري ٱلل يذي ب ل
ي أ ين ٱلل مئ لقلوب تط ٢٨ ٱ
Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-
lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d:28)
Jelas sekali bahwa Allah telah menegaskan bahwasanya proses dzikrullah
(ingat kepada Allah) merupakan faktor utama terbentuknya ketenangan jiwa.
Selain itu, berkaitan dengan asmaul husna, Allah juga menegaskan bahwa
perlu dan pentingnya manusia berdo’a dengan menggunakan nama-nama Allah
dalam asmaul husna sebagaimana termaktub dalam surat al-A’raf ayat 180.
28
ي سما ء وللين ٱل س دعوه ف ٱل ٱ ا وذروا يه ن ب يي ي ٱل يه ئ سم
دون في أ ون سيج ۦ يلحي ز
وا يعملون ١٨٠ما كن
Artinya: Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan
(al-A’raf 180:7)
Terkait dengan do’a yang dilakukan oleh manusia juga dijanjikan oleh
Allah bahwasanya do’a yang dipanjatkan oleh manusia akan dikabulkan oleh
Allah, seperti dijelaskan dalam surat Ghaafir ayat 60.
ل كم وقا ين ٱدعوني رب ب لكم إ ستجي
يين أ يدخ ٱل بادتي س ون عن عي كبي ت ون ل يسريين داخي م ٦٠جهن
Artinya : Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina
dina".(QS. Ghaafir 40:60)
Penjelasan di atas dapat mendeskripsikan bahwasanya proses dzikir
memiliki efektifitas dalam mengatasi masalah stress dan juga dalam proses
Pengelolahan stress bagi Mahasantri. Hal ini tidak terlepas dari janji Allah yang
tidak mungkin diingkari oleh Allah, sehingga dengan semakin banyak para
santri melakukan dzikir, maka kesempatan untuk lebih menemukan ketenangan
jiwa akan semakin terbuka dengan adanya pengenalan dan pendekatan santri
kepada Allah melalui pelafadzan nama-nama Allah (asmaul husna) dan do’a.
b. Keimanan
Pelaksanaan dzikir yang memiliki pengaruh terhadap semakin kenal dan
dekatnya manusia kepada Allah akan membuat manusia menyandarkan segala
pikiran dan tindakan kepada kekuasaan Allah, terlebih manakala sedang
29
mengalami musibah. Seringkali manusia melupakan nikmat Allah manakala
mereka sedang dilanda musibah. Hal ini dapat terlihat dalam kehidupan sehari-
hari di mana manusia sering melupakan nikmat kesehatan yang mereka terima
di balik musibah.
Manusia lebih mengukur kualitas musibah ketimbang kuantitas nikmat.
Seseorang yang terkena bencana seringkali lebih mudah mendahulukan keluh
kesah mereka ketimbang rasa syukur. Seringkali mereka berkeluh kesah
tentang kesulitan yang mereka alami daripada bersyukur terhadap keadaan
saudaranya yang mungkin keadaannya lebih parah dari dirinya.
Dengan adanya pengenalan dan pendekatan kepada Allah, maka manusia
akan selalu mengingat dan memposisikan hubungan manusia dengan Allah,
khususnya rasa syukur, pada posisi teratas dalam setiap keadaan diri mereka.
Bukan musibah sebagai tolok ukur hubungan melainkan kenikmatan yang
menjadi landasan dasar hubungan manusia dengan Allah. Dengan demikian,
para mahasantri akan lebih sabar dan menerima (qana’ah) dalam menghadapi
permasalahan hidup yang dialaminya sehingga mereka akan lebih berpeluang
untuk terhindar dari gangguan stres.
c. Faktor hati
Hati manusia, dalam konteks Islam, merupakan tempat terpenting dalam
hidup dan berkehidupan manusia. Hati menjadi pusat pengendali segala
aktifitas manusia. Apabila hati manusia baik, maka akan baik pula seluruh
tindakannya dan sebaliknya
30
Sebagai bagian dari diri manusia, hati juga memerlukan makanan layaknya
bagian tubuh yang lain. Selain makanan yang bervitamin, dalam konteks
biologi, menurut Islam hati mempunyai makanan yakni berupa dzikir (atau
mengingat Allah). Dengan memperbanyak mengingat Allah, maka hati
manusia akan senantiasa terjaga dari segala kebusukan dan keburukan yang
nantinya dapat mempengaruhi segala perilaku manusia. Melalui dzikir para
sufi memasuki dunia ma’rifatullah dan mahabbatullah.
Saat itu saya pernah berkomitmen mas, dan selain berkomitmen saya
membuat catatan – catatan kecil yang saya gunakan untuk mengingatkan
diri saya bahwasannya saya harus menjadi orang yang istiqomah, dan itu
yang saya terapkan untuk memacu komitmen saya mas. Jadi untuk
mejadi pribadi yang istiqomah yaitu berjanji kepada diri sendiri
kemudian membuat tulisan berupa memo selalu melaksanakan
dzikir.(partisipan 1, wawancara 3, pertanyaan 7)
Partisipan menyakini bahwa semua yang kita lakukan dengan keniatan
yang baik dan harapan yang baik. Pasti Allah akan membalas dengan hasil yang
baik pula.(partisipan 1:7)
Pelaksanaan dzikir secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi kualitas hati mereka. Semakin seringnya mereka melakukan
aktifitas dzikir, maka kualitas hati yang baik akan terbentuk sehingga mereka
akan dapat lebih mengendalikan pikiran, sikap, dan perilaku mereka,
khususnya dalam menghadapi permasalahan hidup. Berdasarkan pemaparan di
atas, maka dapat diperoleh penjelasan bahwasanya substansi bacaan dzikir
untuk lebih mempertebal keimanan dengan mengenal lebih dalam asma-asma
Allah sekaligus menjadikan dzikir sebagai “makanan” bagi hati mereka
31
sehingga akan membentuk kesabaran, keikhlasan, serta perilaku yang
berdasarkan pada syari’at Islam dalam menghadapi permasalahan hidup.
Dengan demikian, setiap mengalami masalah, para santri akan terlebih
dahulu menganggap masalah tersebut sebagai bagian dari takdir Allah yang
harus dihadapi dengan penuh kesabaran, keikhlasan, keimanan dan bukan
ditanggapi dengan emosi yang negatif.