BUDIDAYA HIJAUAN PAKAN BERSAMA TANAMAN PANGAN SEBAGAI UPAYA
PENYEDIAAN HIJAUAN PAKAN DI LAHAN SEMPIT
Oleh :Anang Budi Prasetyo,SP
PPL BPP Kec. Tiris
ABSTRAK
Penyediaan hijauan pakan dengan menanam hijauan pakan terkendala
dengan keterbatasan lahan. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui produksi
hijauan pakan yang mampu dihasilkan pada penjarangan tebon pola tanam rapat.
Jagung hibrida ditanam dengan jarak 25 cm x 70 cm, selanjutnya diantara
tanaman jagung hibrida ditanam jagung turunan hibrida sebagai penghasil tebon
sebanyak 2 baris, sehingga jarak tanam menjadi 23,3 cm x 25 cm. Pemupukan
dengan pupuk kandang dilakukan pada saat tanam sebesar 3 ton/ha. Pemupukan
selanjutnya dilakukan 3 kali yaitu: Pemupukan I pada umur 7 hst : NPK 300 kg/ha
dan urea 150 kg/ha. Pemupukan II pada umur 30 hst : Urea 450 kg/ha Pemupukan
III pada umur 50 hst : Urea 450 kg/ha Tanaman jagung turunan hibrida dipanen
pada pada saat umur 40 hari sebanyak 1 baris, dan pada umur 50 hari sebanyak 1
baris, sehingga pada umur 50 hari tersisa tanaman jagung hibrida calon penghasil
biji. Biji jagung dipanen pada saat umur 100 hari. Hasil pengkajian menunjukkan
bahwa produksi tebon 18,907 ton/ha, dengan produksi jagung sebesar 3,680
ton/ha. Pengkajian ini dapat disimpulkan bahwa penyediaan hijauan pakan dapat
dilakukan dengan penanaman hijauan bersama tanaman pangan yaitu dengan
penanaman jagung jarak rapat dan memberi keuntungan dengan R/C sebesar
2,41.
ABSTRACT
Provision of forage with planting green feed obstructed with limited land. This
experiment aims to find out forage production that is capable of resulting in the
thinning pattern forage plant meeting. Hybrids corn planted with distance 25 cm x 70
cm, among the next crop of Hybrids corn planted Hybrids corn derived as forage of 2
lines, so that the distance of the planting to be 23.3 cm x 25 cm. Fertilization with
manure was made during the planting of 3 tons / ha. Fertilization is done 3 times
more that is: I fertilization at the age of 7 days: NPK 300 kg / ha urea and 150 kg / ha.
2
Fertilization II at the age of 30 days: 450 kg Urea / ha fertilization III at the age of 50
days: 450 kg Urea / ha crop of Hybrids corn harvested at the derivative at the age of
40 days as much as 1 line, and at the age of 50 days as much as 1 line, so that the
age 50 days remaining crop of candidates for hybrid maize seed. Seed corn harvest
at age 100 days. Results show that the production of forage 18.907 tons / ha, with
production of corn, 3.680 tons / ha. Of this can be concluded that the provision
forage can be done with the planting of food crops forage together with the corn
planting distance and profitable meeting with the R / C of 2.41.
I. LATAR BELAKANG
Swasembada pangan merupakan salah satu program pemerintah yang
saat ini terus diupayakan untuk segera terwujud. Swasembada daging sebagai
salah satu unsur dari swasembada pangan menuntut kerja keras dari berbagai
pihak. Sapi, domba dan kambing merupakan sumber penghasil daging yang saat
ini perkembangannya masih sangat lambat.
Ketersediaan hijauan pakan secara kontinyu dan dengan kualitas yang baik
sangat diperlukan pada usaha peternakan sapi, domba atau kambing.
Penanaman hijauan pakan secara khusus oleh petani khususnya di Pulau Jawa
masih sangat jarang dilakukan. Hal ini disebabkan
karena kepemilikan lahan pada umumnya sangat terbatas, lahan yang ada
pada umumnya dimanfaatkan untuk usaha tanaman pangan. Salah satu upaya
untuk menyediakan hijauan pakan dapat dilakukan dengan menanam hijauan
pakan bersama tanaman pangan.
Tanaman jagung merupakan jenis tanaman serealia dengan areal dan
agroekologi sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada
berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan berbacam pola tanam (Iriany et al.
2007). Dengan sifat ini maka jagung mampu menjadi kontributor terbesar kedua
setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Tujuan utama budidaya jagung
adalah ntuk menghasilkan biji, sedangkan hasil samping berupa tebon jagung
merupakan sumber pakan ternak ruminansia. Kelemahan tebon jagung sebagai
pakan adalah kandungan gizinya sangat rendah karena tanaman telah tua. Limbah
pertanian yang nilai nutrisinya digolongkan sebagai sumber serat (Schiere, 1987)
Saat ini telah berkembang penanaman jagung khusus untuk pakan ternak,
dimana tanaman jagung dipanen saat biji jagung masih sangat muda, sehingga
tidak dihasilkan biji jagung. Cara penanaman seperti ini kurang cocok untuk sebagai
besar petani khususnya di Pulau Jawa yang pada umumnya juga peternak yang
2
3
memelihara sapi atau kambing dengan kepemilikan lahan sangat sempit. Dengan
lahan yang terbatas petani dituntut tetap menghasilkan pangan sekaligus pakan.
Salah satu model untuk menghasilkan biji jagung sekaligus hijauan pakan dengan
kualitas baik adalah dengan penanaman jagung jarak rapat. Dengan sistem ini,
hijauan pakan diperoleh dengan cara penjarangan/memanen pada saat tanaman
jagung masih muda sehingga kandungan gizi tebon masih sangat baik.
Penjarangan dilakukan sampai terbentuk jarak tanam yang ideal bagi tanaman
untuk menghasilkan biji jagung tua.
II. METODOLOGI
Percobaan dilakukan di Desa Ranugedang Kecamatan Tiris, Kabupaten
Probolinggo Jawa Tirmur. Benih jagung untuk menghasilkan biji jagung digunakan
benih jagung hibrida Bisi 2, sedangkan untuk menghasilkan hijauan pakan/tebon
digunakan turunan (F1) dari jagung hibrida Bisi 2. Pengkajian dilakukan pada lahan
seluas 0,3 ha.
Jagung hibrida ditanam dengan jarak 25 cm x 70 cm, selanjutnya diantara
tanaman jagung hibrida ditanam jagung turunan hibrida sebagai penghasil tebon
sebanyak 2 baris, sehingga jarak tanam menjadi 23,3 cm x 25 cm. Biji ditanam
dengan ditugal dan benih ditutup dengan pupuk kandang. Pemupukan selanjutnya
dilakukan 3 kali yaitu:
Pemupukan I pada umur 7 hst : NPK 300 kg/ha dan urea 150 kg/ha
Pemupukan II pada umur 30 hst : Urea 450 kg/ha Pemupukan III pada umur 50
hst : Urea 450 kg/ha
Tanaman jagung turunan hibrida dipanen pada pada saat umur 40 hari
sebanyak 1 baris, dan pada umur 50 hari sebanyak 1 baris, sehingga pada umur 50
hari tersisa tanaman jagung hibrida calon penghasil biji,
Pengukuran bobot hijauan dan tongkol kering panen dilakukan dengan
pengubinan 5 m x 6 m dan dulang sebanyak 3 kali. Analisa proksimat dilakukan
terhadap tebon umur 40 hari dan 50 hari. Biji jagung dipanen pada saat umur 100
hari
3
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. 1. Produksi hijauan
Produksi tebon pada penjarangan umur 40 hari dan 50 hari serta produksi
jagung seperti terlihat pada Tabel 1. Produksi tebon pada pemanenan umur 40 hari
adalah sebesar 5,163 ton/ha, sedangkan pada umur 50 hari sebesar 13,744 ton/ha
sehingga total tebon yang dihasilkan sebesar 18,907 ton/ha. Tinggi rata-rata
tanaman jagung pada umur 40 hari adalah 145 cm dan hijauan yang dihasilkan
masih rendah, sedangkan produksi hijauan pada umur 50 hari cukup tinggi karena
tanaman jagung telah mencapai puncak pertumbuhan/ mulai berbunga, dengan
tinggi tanaman rata-rata 201 cm.
Tabel 1. Produksi hijauan dan jagung
Produksi hijauan Produksi Jagung
Tebon
umur 40
hari
Tebon
Umur 50
hari
Total
Tongkol
Kering
Panen
Perkiraan
Pipil Kering
Produksi
(Ton/Ha)5,163 13,744 18,907 6,333 3,680
3. 2. Produksi jagung
Produksi jagung dalam bentuk tongkol kering panen adalah sebesar 6,333
ton/ha dan diperkirakan sebesar 3,680 ton/ha pipil kering (Tabel 1). Apabila
dibanding produksi jagung ratarata Nasional tahun 2006 yaitu sebesar 3,47 ton/ha
(Zubachtirodin et al., 2007) maka produksi jagung hasil pengkajian ini masih lebih
besar, namun apabila dibanding potensi produksi jagung hibrida yaitu sebesar 9-14
ton/ha (Badan Litbang Pertanian, 2007) produksi jagung hasil pengkajian ini masih
sangat rendah. Salah satu penyebab produksi jagung jauh lebih rendah dibanding
potensi produksi jagung hibrida adalah disebabkan adanya persaingan dalam
memperoleh unsur hara dan cahaya matahari akibat jarak tanam yang rapat.
4
5
3. 3. Nilai nutrisi tebon jagung
Hasil analisa proksimat terhadap tebon jagung umur 40 hari dan 50 hari
tersaji pada Tabel 2. Kandungan air tebon jagung pada umur 40 sangat tinggi yaitu
89,79%, sehingga kandungan bahan kering sangat rendah yaitu 10,19%. Namun
kandungan protein cukup tinggi yaitu 15,31. Kandungan serat masih rendah yaitu
10,8% sedangkan kandungan BETN sangat tinggi yaitu 70,36%.
Tebon umur 50 hari kandungan airnya lebih rendah dibanding tebon umur
40 hari yaitu 71,97%, kandungan protein lebih rendah dibanding tebon umur 50 hari
yaitu sebesar 12,06%. Kandungan serat juga lebih tinggi yaitu 22,90%, sedangkan
kandungan BETN lebih rendah yaitu 55,89%.
Tabel 2. Kandungan nutrisi tebon jagung umur 40 hari dan 50 hari
Umur
Tanaman
Bahan
Kering (%)Kandungan Nutrisi berdasarkan bahan kering ( % )
Protein Lemak Serat Abu BETN
49 hari 10,19 15,31 1,40 10,8 11,85 70,36
50 hari 18,03 12,06 0,85 22,98 8,30 55,89
Dari Tabel 2 di atas dapat dihitung kandungan nutrisi per berat segar, seperti
tertera pada Tabel 3. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kandungan nutrisi tebon
apabila dihitung dari berat segar, maka tebon umur 50 hari memiliki kandungan
protein, lemak, serat, abu maupun BETN lebih tinggi dibanding tebon umur 40 hari.
Tabel 3. Kandungan nutrisi tebon jagung umur 40 hari dan 50 hari berdasar berat segar.
Umur tanaman Kandungan nutrisi
Protein Lemak Serat Abu BETN
40 hari (gr/kg tebon segar) 15,600 1,426 11,005 12,075 71,697
50 hari (gr/kg tebon segar) 21,744 1,533 41,289 14,965 100,769
3. 4. Analisa ekonomi
Keuntungan ekonomis berdasar perhitungan selisih antara biaya dengan
penerimaan serta R/C seperti tertera pada Tabel 4. Biaya pemupukan merupakan
biaya paling besar yaitu Rp. 3.160.000, hal ini disebabkan karena populasi
tanaman jagung menjadi tiga kali lipat dibanding populasi biasa. Biaya yang lain
meliputi benih, tenaga kerja, pengairan sebesar Rp. 3.820.000. Penerimaan
diperoleh dari nilai tebon sebesar Rp. 9.453.000 dan jagung pipil kering sebesar
Rp. 7.360.000. Dari analisis ekonomi diperoleh R/C sebesar 2, 41,
5
6
Tabel 4. Analisa biaya dan pendapatan usaha budidaya hijauan pakan bersama tanaman pangan
Uraian Nilai Rupiah ( Rp)
Biaya
Benih jagung hibrida 20 kg
Benih jagung turunan hibrida 60 kg
Pupuk kandang 3 ton
Saromil
Pupuk urea 1.050 kg
Pupuk ponska 300 kg
Tenaga kerja (tanam, pemupukan) 96
HOK
Pengairan
Total biaya
1.000.000
90.000
1.200.000
100.000
1.260.000
600.000
2.400.000
330.000
6.980.000
Penerimaan
Hijauan pakan/ tebon 18.907 kg
Jagung pipil kering 3680 kg
Total Penerimaan
9.453.000
7.360.000
16.813.000
Pendapatan ( penerimaan-total biaya) 9.833.000
R/C 2,41
IV. KESIMPULAN
Penyediaan hijauan pakan dapat dilakukan dengan penanaman hijauan
bersama tanaman pangan yaitu dengan penanaman jagung jarak rapat. Produksi
hijauan hasil penjarangan pada penanaman jagung jarak rapat sebesar 18,907
ton/ha, dengan kandungan nutrisi cukup baik. Produksi jagung yang dihasilkan dari
tanaman sisa penjarangan adalah 6,333 ton/ha tongkol kering panen atau sebesar
3,680 ton/ha pipil kering. Budidaya jagung dengan pola tanam rapat secara
ekonomi layak diusahakan dengan R/C sebesar 2,41
6
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Litbang Pertanian, 2007. Prospek dan arah pengembangan
agribisnis jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat
penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
2. Iriany, R.N. M. Yasin H.G. dan Andi Takdir M. Asal, sejarah, evolusi dan
Taksonomi Tanaman Jagung. Jagung. Pusat penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan
3. Schiere, J.B. 1987. Limbah Pertanian: Potensi dan Faktor Pembatas dalam
Pemanfaatannya sebagai pakan ruminansia. Procedings Bioconversion
Project. Second Workshop on Crop Resoidues for Feed and Other
Purposes. Sub Balitnak. Pasuruan.
4. Zubachtirodin, Pabbage dan Subandi. 2007. Wilayah produksi dan Potensi
Pengembangan jagung. Jagung. Pusat penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan.
7
8
8
NASKAH :
BUDIDAYA HIJAUAN PAKAN BERSAMA TANAMAN PANGAN SEBAGAI UPAYA PENYEDIAAN
HIJAUAN PAKAN di
LAHAN SEMPIT
Oleh :ANANG BUDI PARSETYO,SPNIP. 198570727 198103 1 025PPL BPP KECAMATAN TIRIS
BADAN KETAHANAN PANGAN danPELAKSANA PENYULUHAN
PERTANIANKABUPATEN PROBOLINGGO
TAHUN 2011