Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Pendekatan Kontekstual
Labels: teori belajarHal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual (contextual approach) yang seringkali disebut juga sebagai
pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning : CTL) adalah pendekatan
pembelajaran yang memandang pembelajaran di kelas harusnya selalu mengupayakan dan
memfasilitasi siswa untuk menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata (real life
situation). Karena itu, seorang guru yang mengajar dengan pendekatan ini harus dapat
menyajikan pembelajaran di mana di dalamnya ia berperan sebagai fasilitator dan membawa
anak kepada pemecahan masalah nyata melalui pengetahuan yang baru diperolehnya.
Pendekatan ini tentunya menghendaki semua komponen kelas aktif dalam belajar.
Jika seorang guru ingin menerapkan pendekatan kontekstual di dalam kelas dan
pembelajarannya maka ia harus memperhatikan pemikiran-pemikiran berikut.
Belajar tidak hanya sekedar menghafal
Ujian merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari dunia persekolahan kita.
Sedemikian dianggap pentingnya ujian yang notabene lebih banyak menuntut siswa menguasai
hafalan, maka tak jarang siswa dibawa guru untuk belajar secara menghafal. Ini tentu sesuatu
yang salah dan harusnya dihindari. Memang ada dilema dalam dunia persekolahan kita, di mana
siswa dirtuntut untuk lulus ujian, dan ujian menjadi suatu momok bagi sebagian siswa dan guru.
Rendahnya nilai ujian juga akan menjadi taruhan bagi sekolah bahkan institusi setingkat dinas
pendidikan. Seharusnya, mengajar siswa dengan cara menghafal harus dihindari karena bukan
itu esensi dari sebuah pengetahuan. Siswa sudah seharusnya mengkontruksi pengetahuan di
benak mereka secara bermakna sehingga mereka dapat menerapkannya untuk kepentingan
kehidupan mereka seperti untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa belajar dari mengalami
Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah pelajaran yang sangat berharga. Itu
memang benar. Melalui pengalaman nyata yang dibawa guru ke hadapan siswa, mereka akan
mempunyai pengalaman nyata dan otentik. Pengalaman yang benar-benar nyata ini akan
membantu anak untuk merekam sendiri pola-pola atau konsep-konsep yang terbentuk secara
alamiah dan faktual. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan
bukan diberi begitu saja oleh guru. Harus diingat bahwa guru bukanlah sumber informasi satu-
satunya. Justru anak harus memperoleh pengetahuan dari beragam sumber. Guru yang baik
adalah guru yang dapat menyajikan bahan-bahan untuk dipelajari secara mandiri oleh siswa
sehingga dengan demikian mereka membangun pengetahuan yang kokoh.
Pengetahuan itu harus diorganisasi sendiri oleh siswa
Guru memang dapat membantu mempermudah siswa memiliki atau memperoleh sebuah
pengetahuan baru. Akan tetapi tak ada seorang gurupun yang mampu membangun
pengetahuan dalam pikiran siswa secara kokoh jika siswa itu tidak melakukannya sendiri. Inilah
yang mendasari prinsip konstruktivisme dalam belajar. Pemahaman yang baik terhadap suatu
pengetahuan adalah pencerminan dari kokohnya penguasaan dan organisasi pengetahuan itu di
dalam benak siswa. Dengan modal inilah, siswa akan dapat menerapkan pengetahuan itu dalam
beragam persoalan-persoalan baru, dalam situasi-situasi baru yang berbeda, dalam konteks
yang lain.
Penguasaan akan suatu keterampilan tidak terpisah dari pengetahuan
Penguasaan siswa terhadap suatu keterampilan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan
yang dimiliki mereka. Pengetahuan faktual (pengetahuan deklaratif) dan penguasaan akan
konsep-konsep dan prinsip, hingga suatu prosedur akan memantapkan keterampilan yang
dimiliki siswa.
Pembiasaan dalam memecahkan masalah
Sebagai bagian penting dari penguasaan akan suatu pengetahuan, maka sudah selayaknya
siswa akan dengan baik menyelesaikan suatu persoalan atau permasalahan. Guru dapat
membantu siswa dengan memberikan latihan-latihan untuk ini. Guru dapat menyediakan
masalah-masalah untuk dipecahkan siswa. Tentu saja masalah yang diberikan idealnya adalah
masalah yang berkaitan dengan dunia nyata dan dalam konteks kehidupan dan budaya mereka
sehari-hari.
Struktur pengetahuan dalam benak siswa harus terus dikembangkan
Memiliki beberapa pengetahuan dalam pikiran siswa dapat menjadi modal untuk terus
mengembangkan pengetahuan mereka. Guru dapat memfasilitasi siswa untuk membangun
pengetahuan yang semakin besar dengan hubungan-hubungan yang kuat satu sama lain dalam
pikiran atau otak mereka. Hal ini dapat dilakukan tentunya jika guru mengetahui sejauh mana
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Guru harus mengetahui bekal awal yang telah siswa
miliki untuk membantu mereka berkembang sesuai dengan tingkat mereka masing-masing.
Membuat Siswa Fokus pada Pembelajaran - Aspek Perencanaan
Labels: pbmPentingnya Fokus Perhatian Siswa pada Pembelajaran
Perhatian yang diberikan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang dilangsungkan
di sebuah kelas amat penting bagi keberhasilan mereka mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Salah satu aspek yang cukup menentukan keberhasilan seorang guru
dalam membuat siswa tetap fokus pada pembelajaran adalah saat perancangan
pembelajaran dilakukan. Rancangan dan perencanaan yang matang akan sangat
berpengaruh pada keberhasilan guru meraih dan menjaga agar siswa tetap
memperhatikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Instrumen untuk Mengevaluasi Rencana Pembelajaran
Untuk mencek apakah rencana pembelajaran yang guru susun sudah cukup baik dapat
digunakan instrumen ceklis yang disusun dalam beberapa pertanyaan berikut:
1. Apakah pembelajaran yang telah dirancang memfasilitasi siswa untuk
menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir (thinking skills)?
2. Apakah materi pelajaran yang telah dipersiapkan untuk disajikan cukup
menantang dan menarik sehingga dapat mempertahankan minat mereka terhadap
materi tersebut?
3. Apakah media pembelajaran yang akan digunakan menarik dan efektif untuk
mencapai tujuan pembelajaran, alih-alih membosankan?
4. Apakah pembelajaran yang telah dirancang akan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berlatih menggunakan kemampuan mereka dalam berbicara dan
menulis?
5. Apakah pembelajaran yang akan dilakukan berdasarkan rancangan
pembelajaran itu sesuai dengan usia, tingkat kemampuan, dan budaya?
6. Apakah tujuan pembelajaran telah sesuai dengan tuntutan kurikulum?
7. Apakah pembelajaran yang dirancang tersebut akan mampu membentuk siswa
menjadi pribadi yang berkarakter pebelajar sepanjang hayat (lifelong learner)?
8. Apakah pembelajaran yang akan dilaksanakan mengakomodasi kemungkinan
untuk dilakukan evaluasi?
Perencanaan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Labels: Model pembelajaran
aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung
Sebelumnya di blog Penelitian Tindakan Kelas ini telah dibahas tentang Apa itu Model
Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction ) atau lazim pula disebut sebagai Model
Pengajaran Langsung yang mencakup tujuan pembelajaran yang dapat dicapai, sintaks
(langkah-langkah) pembelajaran secara umum, hingga lingkungan belajar dan sistem
pengelolaan. Kali ini pembahasan tentang model pembelajaran langsung (direct
instruction) ini akan kita lanjutkan mengenai bagaimana teknik perencanaannya
sehingga saat menerapkan model pembelajaran ini dapat sukses.
Adapun pembahasan tentang aspek-aspek perencanaan model pembelajaran langsung
ini meliputi: (1) merumuskan tujuan pembelajaran; (2) memilih materi pembelajaran; (3)
melakukan analisis tugas (task analysis); (4) merencanakan alokasi waktu; dan (5)
merencanakan pengaturan ruang kelas. Mari kita simak sama-sama bahasannya satu
persatu.
1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Sekedar mengingatkan kembali, bahwa pada tulisan sebelumnya tentang Mengenal Apa itu
Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction ) telah dijelaskan bahwa model
pembelajaran ini paling efektif digunakan untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan
penguasaan keterampilan seperti matematika atau membaca, di mana materi-materi
(keterampilan) pada mata pelajaran tersebut dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
Tujuan pembelajaran yang baik harus berpatokan pada beberapa syarat berikut:
a. Mengacu pada siswa
b. Bersifat spesifik (khusus)
c. Uraian tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi) jelas
d. Mengandung kriteria keberhasilan (tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan)
2. Memilih Materi Pembelajaran
Pemilihan materi pembelajaran tentu saja harus mengacu kepada tuntutan kurikulum. Cara
pemilihan materi seperti ini merupakan cara paling mudah dan terjamin efektivitasnya,
karena kurikulum telah disusun oleh para pakar psikologi pendidikan terkait dengan
pengetahuan awal prasyarat. Kurikulum sekolah telah dirancang sedemikian rupa
sehingga strukturnya (urutan, kedalaman, dan keluasannya) sesuai dengan
perkembangan peserta didik (siswa).
Walaupun demikian, sebaiknya guru, dalam memilih materi pembelajaran harus
memahami: (a) prinsip ekonomi; dan (b) prinsip power. Hal ini telah lama dikemukakan
oleh pakar psikologi pendidikan Jerome Brunner dalam bukunya yang berjudul On
Knowing: Essays for The Left Hand yang diterbitkan oleh Cambridge, Mass: Harvard
University pada tahun 1962.
a. Prinsip Ekonomi dalam Menentukan Materi Pembelajaran
Kenyataan di kelas, berdasarkan banyak hasil penelitian, guru telah menyajikan banyak
presentasi dan demonstrasi yang tidak efektif. Guru seringkali menyajikan terlalu banyak
informasi yang sifatnya justru tidak relevan dan tidak penting. Akibatnya justru sangat
buruk. Presentasi dan demostrasi yang terlalu panjang dan bertele-tele justru membuat
siswa akan mengalami kesulitan untuk memahami ide-ide dan keterampilan pokok yang
harus mereka pelajari.
Penggunaan prinsip ekonomi dalam menentukan materi pembelajaran maksudnya, guru
harus betul-betul mempertimbangkan seberapa banyak informasi yang akan disajikan
selama alokasi waktu tertentu. Prinsip ekonomi apabila digunakan oleh guru saat
merencanakan pembelajaran langsung, akan membuat guru lebih terdorong untuk
memberikan rangkuman singkat mengenai ide-ide atau keterampilan-keterampilan
pokok saja dan dilakukan beberapa kali selama kegiatan belajar mengajar. Penggunaan
prinsip ekonomi dalam penentuan materi pembelajaran untuk model pembelajaran
langsung ini akan memberikan kemungkinan kepada guru untuk memilih suatu konsep
yang penting dan sulit kemudian menjadikannya jelas dan mudah bagi siswa. Prinsip
ekonomi tidak menghendaki guru memilih konsep-konsep mudah lalu justru menjadikan
konsep itu kabur dan menjadi tampak sulit karena penjelasan yang bertele-tele.
Jadi kesimpulannya, dengan menerapkan prinsip ekonomi dalam menentukan materi
pembelajaran pada model pembelajaran langsung (direct instruction), guru melakukan
pembatasan tujuan pembelajaran untuk mengoptimalkan alokasi waktu, sarana
pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, atau hal-hal lainnya saat memberikan
penjelasan secara lisan (verbal) atau selama demonstrasi.
b. Prinsip Power dalam Menentukan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang disajikan oleh guru akan memiliki power (kekuatan) bila materi
pembelajaran yang telah dipilih disajikan secara lugas dan logis. Materi pembelajaran
harus diorganisasikan secara logis sehingga siswa memperoleh kemudahan untuk
mempelajari hubungan antara fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau konsep-konsep kunci
dalam suatu pokok bahasan.
Perlu dicatat bahwa prinsip ekonomi dan prinsip power dapat diterapkan oleh semua
guru dan tidak dibatasi oleh kemampuan dan cara mengajar guru. Prinsip ekonomi dan
prinsip powerlebih ditentukan oleh aspek-aspek perencanaan. Jadi kunci kesuksesan
model pembelajaran langsung (direct instruction) yang menerapkan kedua prinsip ini
adalah perencanaan. Sebuah presentasi atau demonstrasi yang monoton sekalipun akan
jauh memberikan hasil yang lebih baik dibanding presentasi dan demontsrasi yang
menyenangkan dan dinamis tetapi kacau balau dan bertele-tele.
3. Melakukan Analisis Tugas (Task Analysis)
Sebelum melakukan pembelajaran yang mengimplementasikan model pembelajaran
langsung (direct instruction), guru harus selalu melakukan analisis tugas (task analysis).
Tahapan ini bukanlah sebuah pekerjaan yang sulit. Analisis tugas (task analysis) hanya
memerlukan kecermatan seorang guru saat merencanakan model pembelajaran
langsung.
Apa yang dimaksud dengan analisis tugas? Analisis tugas (task analysis) adalah sebuah
teknik yang harus dilakukan guru, di mana guru membagi-bagi suatu keterampilan yang
kompleks menjadi komponen-komponen bagian, dengan demikian dapat diajarkan
dengan pola sesuai urutan yang paling baik dan logis selangkah demi selangkah.
Pada kenyataannya, sebuah keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari dengan
mudah dalam satu waktu tertentu melalui pemodelan (demonstrasi). Keterampilan
tersebut harus diajarkan bagian per bagian secara berurutan. Pengetahuan atau
keterampilan yang kompleks harus dipecah menjadi komponen-komponen bagian,tahap
demi tahap. Bayangkan, bagaimana siswa dapat menarikan Tari Pendet dengan baik bila
setiap bagian gerakan tidak diajarkan atau didemonstrasikan satu per satu secara
berurutan? Atau, siswa tentu tidak akan dapat melakukan pengamatan benda-benda
mikroskopis bila mereka tidak diajarkan sub-sub keterampilan melakukan pengamatan
dengan mikroskop.
Guru, pada saat melakukan perencanaan model pembelajaran langsung (direct
instruction) dengan mudah dapat melakukan analisis tugas (task analysis) dengan cara:
(1) Meminta penjelasan kepada orang yang menguasai dan dapat melakukan
keterampilan kompleks itu, atau amati pada saat orang tersebut melakukan keterampilan
tersebut. Bila guru sendiri juga menguasai keterampilan itu, maka tentu lebih mudah lagi.
Guru tinggal melakukan keterampilan kompleks itu sendiri.
(2) Memecah-mecah keterampilan kompleks tersebut menjadi komponen-komponen
bagian (keterampilan-keterampilan bagian).
(3) Menyusun keterampilan-keterampilan bagian tersebut dengan urutan yang logis
sehingga tampak jelas bahwa suatu keterampilan bagian akan menjadi keterampilan
prasyarat bagi keterampilan balian yang lain.
(4) Menetapkan perencanaan strategi untuk mengajarkan atau mendemonstrasikan
setiap keterampilan bagian tersebut, lalu mempersatukannya menjadi keterampilan
kompleks yang utuh yang harus dipelajari siswa tersebut.
4. Merencanakan Alokasi Waktu
Perencanaan alokasi waktu dalam implementasi model pembelajaran langsung (direct
instruction) adalah sangat vital. Kemampuan guru mengenali seberapa kemampuan dan
bakat siswa untuk mengikuti suatu pembelajaran langsung dengan materi tertentu akan
sangat membantu penetuan alokasi waktu yang sesuai. Pada umumnya guru yang
kurang berpengalaman (guru yang masih muda) cenderung memberikan alokasi waktu
yang terlalu sedikit. Mereka menaksir terlalu rendah jumlah jam yang dibutuhkan untuk
mengajarkan suatu pengetahuan atau keterampilan.
Sewaktu melakukan perencanaan alokasi waktu, guru harus mempertimbangkan:
a. Apakah waktu yang disediakan cukup, sesuai dengan kemampuan siswa?
b. Pemberian motivasi kepada siswaa, sehingga semua tetap berada dalam tugas
belajarnya dengan atensi (perhatian) yang optimal. Ingat, model pembelajaran langsung
(direct instruction) sebagai model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered) menuntuk siswa selalu memiliki perhatian yang optimal terhadap penjelasan
atau demontrasi yang diberikan oleh guru.
5. Merencanakan Pengaturan Ruang Kelas
Dikarenakan model pembelajaran langsung (direct instruction) membutuhkan atensi siswa
kepada guru (model) yang sedang melakukan presentasi dan demonstrasi, maka
pengaturan ruang kelas juga menjadi sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan.
Formasi tempat duduk dan pengaturan ruang kelas harus memungkinkan siswa mudah
mengamati semua sesi demonstrasi yang dilakukan. Guru sebaiknya berada pada posisi
di depan kelas, kalau perlu di tempat yang lebih tinggi, yang dapat dipandang atau
diamati seluruh siswa dari setiap arah. Formasi kelas tradisional sangat cocok digunakan
untuk penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction).