DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................ ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM............................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI............................................................ v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN.............................................................. vi
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
ABSTRAK........................................................................................................... xiv
ABSTRACT......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................
1.3 Ruang Lingkup Masalah..........................................................
1.4 Orisinalitas.................................................................................
1.5 Tujuan Penelitian......................................................................
a. Tujuan Umum ...................................................................
b. Tujuan Khusus....................................................................
1.6 Manfaat Penulisan....................................................................
a. Manfaat Teoritis..................................................................
b. Manfaat Praktis................................................................
1.7 Landasan Teoritis ..................................................................
1
4
4
5
6
7
7
7
7
8
8
1.8 Metode Penelitian...................................................................
a. Jenis Penelitian..................................................................
b. Sifat Penelitian...................................................................
c. Data dan Sumber Data.......................................................
d. Teknik Pengumpulan Data.................................................
e. Pengolahan dan Analisis Data............................................
16
17
18
18
20
20
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN
PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL (BPJS)
KESEHATAN................................................................................
22
2.1 Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan……………………………………….......................
2.2 Jenis – Jenis Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan.......................................................................
2.3 Informasi Publik……………………………….........................
22
24
31
BAB III PENERAPAN DAN PELAKSANAAN OLEH BADAN
PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)
KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
KESEHATAN KEPADA MASYARAKAT BALI....................
36
3.1 Dasar hukum……………………………...................................
3.2 Tugas dan Fungsi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan di Provinsi Bali Cabang Kota
Denpasar.....................................................................................
3.3 Analisis Tugas dan Fungsi Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan di Provinsi Bali Cabang Kota
Denpasar Dalam Penerapan Kaitan Terhadap Informasi
Publik..........................................................................................
36
43
47
BAB IV KENDALA DALAM PEMBERIAN INFORMASI PUBLIK
OLEH BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
(BPJS) KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM KESEHATAN DI PROVINSI BALI CABANG
KOTA DENPASAR......................................................................
55
4.1 Faktor – Fakor Yang Mempengaruhi Pemberian Informasi
Publik Dalam Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dalam
Pelaksanaan Program Kesehatan di Provinsi Bali Cabang
Kota Denpasar............................................................................
4.2 Solusi terhadap Kendala Pemberian Informasi Publik Dalam
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Dalam
Pelaksanaan Program Kesehatan di Provinsi Bali Cabang Kota
Denpasar.....................................................................................
55
58
BAB V PENUTUP....................................................................................... 60
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….
5.2 Saran…………………………………………………………...
Daftar Pustaka
Lampiran
60
62
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
1. Jenis-jenis informasi publik..........................................................................
a) Uraian Atau Rincian Informasi Publik Yang Disediakan Dan
Diumumkan Secara Berskala.................................................................
b) Uraian Atau Rincian Informasi Publik Yang Tersedia Setiap Saat Dan
C) Informasi Yang Diumumkan Serta Merta...............................
47
48
50
ABSTRAK
Pemerintah membentuk badan hukum yang di bentuk untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan yang sering disebut BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) kesehatan. Badan penyelenggara jaminan sosial
(BPJS) kesehatan memiliki banyak kelemahan dalam tataran pelaksanaannya, seperti yaitu kurang sosialisasi tentang hak dan kewajiban peserta BPJS kesehatan, tempat
pendaftaran terbatas, fasilitas kesehatan dan SDM yang ada di Provinsi Bali tidak
sebanding dengan peserta BPJS, penduduk yang belum mempunyai KTP tidak bisa
dilayani dan lainnya. Ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011
tentang BPJS, bahwa BPJS kesehatan mempunyai pelayanan kesehatan dan
perlindungan kesehatan yang sangat ideal, memiliki asas manfaat, keadilan sosial dan
kemanusiaan, dan adanya prinsip gotong royong dalam pelaksanaannya. Padahal
tugas BPJS memberikan informasi kepada publik sebagaimana diatur Pasal 10 huruf
H Undang-Undang BPJS, oleh sebab itu perlu adanya keterbukaan informasi publik
antara warga agar pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
(BPJS) berjalan dengan baik. Dalam latar belakang tersebut permasalahan yang dikaji
dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah pelaksanaan tugas BPJS dalam hal pemberian
informasi kepada publik terkait program jaminan kesehatan di Provinsi Bali Cabang
Kota Denpasar serta Apakah kendala – kendala dalam pemberian informasi publik
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dalam penyelenggaraan
program jaminan kesehatan di Provinsi Bali Cabang Kota Denpasar. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian hukum empiris dengan pendekatan perundang-
undangan (the statue approach) dan pendekatan fakta (The Fact Approach), artinya
dalam meneliti masalah dengan menggunakan fakta-fakta yang terjadi tentang
penerapan Undang-Undang terhadap tugas dan fungsi BPJS Kesehatan dalam
penerapan informasi publik dengan kajian terhadap peraturan perundang-undangan
yang dikaitkan dengan permasalahan yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan BPJS Kesehatan mempunyai kewenangan
dalam pelaksanaan dan penerapan tugas dan fungsi terkait informasi publik dengan
berpedoman dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS Dan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
kendala yang dihadapi dalam penerapan informasi pada BPJS Kesehatan Cabang
Kota Denpasar ada pada masyarakatnya yakni kurangnya kesadaran masyarakat pada
informasi yang diberikan. Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pertama BPJS
Kesehatan cabang Kota Denpasar dalam pelaksanaannya sudah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, kedua dalam pelaksanaannya masih ada kendala
yakni, kurangnya kesadaran masyarakat dalam memerhatikan atau menyerap
informasi yang diberikan oleh BPJS.
Kata kunci : Pelaksanaan, Informasi publik, BPJS Kesehatan
ABTRACT
The government formed a legal entity formed to administer medical treatment
program is often called BPJS (Social Security Agency) health. Institution of Social
Security (BPJS) health has many weaknesses at the level of implementation, as is lack
of socialization on the rights and obligations of participants BPJS health, limited
enrollment, health facilities and human resources in the province of Bali is not
comparable with the participants BPJS, residents who do not have ID cards can not
be served and others. The provisions of article 4 of Law No. 24 of 2011 on BPJS, that
health BPJS have health care and health protection is ideal, has the principle of
benefit, social justice and humanity, and of the principle of mutual assistance in their
implementation. Though the task BPJS provide information to the public as governed
by Article 10 letter H Act BPJS, hence the need for public disclosure among citizens
for the implementation of Health Social Security Agency (BPJS) goes well. In the
background of the issues studied in this thesis is How the execution of tasks BPJS in
terms of providing information to the public related to the organizers of the health
insurance program at the Bali Provincial Branch of Denpasar and Do constraints -
constraints in the implementation of public information by the Social Security Agency
(BPJS) Health in the administration of the health insurance program at the Bali
Provincial Branch of Denpasar. This type of research is empirical legal research
with the approach of legislation (the statue approach) and the approach of the facts
(The Fact Approach), meaning that in researching the problem by using the facts that
occurred on implementation of the Act on the duties and functions BPJS in
implementation of public information with the study of the laws and regulations
associated with the existing problems.
The results showed BPJS of Health has the authority in the implementation and
application of the duties and functions related to public information by referring to
Law No. 24 of 2011 About BPJS And Law Number 14 of 2008 on Public Information.
obstacles encountered in the implementation of the information on BPJS Health
Branch Denpasar exist in communities that lack of awareness on the information
provided. From the results of the study it can be concluded that the first BPJS
Denpasar branch in its implementation is in conformity with the laws and
regulations, both in practice there are still obstacles namely, the lack of public
awareness in attention or absorb the information provided by BPJS.
Keywords : Implementation, Public Information, For Health
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak dan
produktif. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang
penyediaanya wajib di selenggarakan oleh pemerintah Sebagaimana telah di
amanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 28
H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, serta Pasal 34 ayat (3) yang menyebutkan bahwa Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warga Negara Indonesia, oleh
karena itu pemerintah mempunyai kewajiban dalam penyelenggaraan kesehatan yang
dapat di akses di seluruh warga Negara. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta pemulihan perorangan, keluarga maupun masyarakat. Pemanfaatan pelayanan
kesehatan paling erat hubungannya dengan kapan orang memerlukan pelayanan
kesehatan dan seberapa jauh seorang menempuh pelayanan kesehatan.1 Undang-
1 Azwar Azrul, 1996, Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan, Sinar Harapan, Jakarta, H. 5
Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
selanjutnya disebut Undang-Undang BPJS, Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya di singkat BPJS
kesehatan adalah badan hukum yang di bentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan. Dalam hal tersebut setiap warga Negara Indonesia memperoleh
jaminan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang telah membayar
iuran atau iurannya di bayar oleh pemerintah melalui badan hukum yang di bentuk
untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan yang sering disebut BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan).
Badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan (BPJS) kesehatan memiliki
banyak kelemahan dalam tataran pelaksanaannya. Ketentuan Pasal 4 Undang-Undang
No 24 tahun 2011 tentang BPJS, bahwa BPJS kesehatan mempunyai pelayanan
kesehatan dan perlindungan kesehatan yang sangat ideal, memiliki asas manfaat,
keadilan sosial dan kemanusiaan, dan adanya prinsip gotong royong dalam
pelaksanaannya. Adapun beberapa kelemahan yang di sebutkan Metro Bali tahun
2015, pada pelaksanaan program BPJS kesehatan di Bali, yaitu kurang sosialisasi
tentang hak dan kewajiban peserta BPJS kesehatan, tempat pendaftaran terbatas,
fasilitas kesehatan dan SDM yang ada di Provinsi Bali tidak sebanding dengan
peserta BPJS, penduduk yang belum mempunyai KTP tidak bisa dilayani dan
lainnya.2
Dalam kasus di atas banyak warga yang mengeluh karena kurang efektifnya
pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) khususnya di
Bali, Padahal pemberian informasi publik mendapatkan tugas BPJS sebagaimana
diatur Pasal 10 huruf H Undang-Undang BPJS, Oleh sebab itu perlu adanya
keterbukaan informasi publik antara warga agar pelaksanaan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan berjalan dengan baik. Melalui keterbukaan
informasi yang diamanatkan pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik
terhadap penyelenggaraan Negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang
berakibat pada kepentingan publik.
Berangkat dari uraian di atas, maka dalam skripsi ini penulis mengambil judul
“IMPLEMENTASI KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PELAKSANAAN
PROGRAM KESEHATAN MELALUI BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN DI PROVINSI BALI CABANG
KOTA DENPASAR”
2 Metro Bali, 2015, Serial Online April, URL : http://metrobali.com/2015/04/04/ini-12-
kelemahan-bpjs-di-bali/. Di Akses Tanggal 4 April 2015
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tesebut, maka dalam penulisan Usulan Penelitian ini
dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan tugas BPJS dalam hal pemberian informasi kepada publik terkait
program jaminan kesehatan di Provinsi Bali Cabang Kota Denpasar?
2. Apakah kendala – kendala dalam pemberian informasi publik oleh BPJS Kesehatan dalam
penyelenggaraan program jaminan kesehatan di Provinsi Bali Cabang Kota Denpasar?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Dalam suatu karya ilmiah perlu kiranya di tentukan secara tegas batasan pada materi
yang di bahas atau di uraikan dalam tulisan tersebut, sehingga merupakan hal yang wajar apabila
dalam hal membahas suatu permasalahan yang di dasarkan oleh suatu batasan. Dalam arti bahwa
tulisan itu mempunyai ruang lingkup yang pembahasan dan arah tertentu pula, hal ini
dimaksudkan untuk mencegah materi atau uraian dalam tulisan tersebut tidak menyimpang
dengan pokok-pokok yang ingin di bahas.3
Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dari masalah yang
ada, maka dipandang perlu memberi batasan penulisan skripsi ini. Maka permasalahan yang akan
di teliti di batasi sesuai dengan rumusan masalah yang di bahas yaitu yang pertama,
Bagaimanakah pelaksanaan tugas BPJS dalam hal pemberian informasi kepada publik terkait
program jaminan kesehatan di Provinsi Bali Cabang Kota Denpasar yang akan di bahas pada Bab
III dan yang kedua, Apakah kendala – kendala dalam pemberian informasi publik oleh Badan
3 H.Zainuddin Ali, 2010, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 10
Penyelenggara Jamian Sosial (BPJS) Kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan
kesehatan di Provinsi Bali Cabang Kota Denpasar yang selanjutnya akan di bahas pada Bab IV.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Terkait orisinalitas dari penelitian ilmiah ini, penulis akan memperlihatkan skripsi
sebagai perbandingan yang pembahasannya berkaitan dengan Implementasi Keterbukaan
Informasi Dalam Pelaksanaan Program Kesehatan Melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan Di Provinsi Bali Cabang Kota Denpasar, namun sebagai pembanding yang
menunjukkan orisinalitas penelitian ini maka penulis mencantumkan penelitian sebelumnya yaitu
berupa skripsi dalam ilmu hukum sebagai berikut:
No Judul Penelitian Penulisan Rumusan Masalah
1 Implementasi Regulasi
Jaminan Sosial Terhadap
Pelayanan Kesehatan Bagi
Warga Miskin di Kota
Semarang
(Fakultas Hukum
Universitas Negeri
Semarang 2013)*
Pradika Yezi
Anggoro
1. Bagaimana
implementasi
regulasi jaminan
sosial terhadap
pelayanan kesehatan
bagi warga miskin
di Kota Semarang ?
2. Bagaimana
hambatan dalam
implementasi
regulasi jaminan
sosial terhadap
pelayanan kesehatan
bagi warga miskin
di Kota Semarang ?
1.
2 Kajian Yuridis
Penyelesaian Klaim
Asuransi Kesehatan Badan
Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan Di
Kabupaten Jember
Jeffri Marthyn
Panji Nugroho
1. Bagaimana
pengajuan klaim
asuransi kesehatan
pada Badan
Penyelenggara
Jaminan Social
Kesehatan (BPJS)
(Fakultas Hukum
Universitas Jember 2014)*
Cabang Jember?
2. Bagaimana
hambatan-hambatan
bagi peserta Jaminan
Kesehatan
Pengajuan klaim
asuransi kesehatan
pada Badan
Penyelenggara
Jaminan Social
Kesehatan (BPJS)
Cabang Jember?
1.
Sumber : * ) lib.unnes.ac.id.pdf
**) dspace.unej.ac.id
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pada umumnya mempunyai tujuan yang hendak dicapai, yang dapat
memperoleh hasil dari pelaksanaan penelitian. Adapun tujuan penelitian yang hendak penulis
capai adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Bertujuan untuk melakukan penelitian lebih mendalam berkaitan dengan Implementasi
Keterbukaan Informasi Dalam Pelaksanaan Program Kesehatan Melalui Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Di Provinsi Bali Cabang Kota
Denpasar.
2. Tujuan Khusus
Pertama, untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan tugas BPJS dalam hal
pemberian informasi kepada publik terkait program jaminan kesehatan di Provinsi Bali
Cabang Kota Denpasar.
Kedua, untuk mengetahui apakah kendala – kendala dalam pemberian informasi publik
oleh Badan Penyelenggara Jamian Sosial Kesehatan (BPJS) dalam penyelenggaraan
program jaminan kesehatan di Provinsi Bali Cabang Kota Denpasar.
1.6 Manfaat Penulisan
1.6.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
pemahaman baik berupa konsep-konsep pemikiran atau teori dalam ilmu hukum yang
menyangkut aspek-aspek pada Implementasi Keterbukaan Informasi Dalam Pelaksanaan
Program Kesehatan Melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Provinsi
Bali Cabang Kota Denpasar.
1.6.2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat membuka cakrawala pikir dan bahan sumbangan berpikir untuk dapat
di gunakan sebagai upaya untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan penulis tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan di Provinsi Bali Cabang Kota Denpasar.
1.7 Landasan Teoritis
a. Teori Negara hukum
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Pasal 1 ayat (3)
menyebutkan, bahwa, “Negara indonesia adalah Negara hukum”. Negara hukum yang dimaksud
adalah Negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan
dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan.4 Secara esensi, Rechtstaat
menempatkan hukum pada posisi tertinggi (supremasi hukum) dan setiap penyelenggara Negara
memiliki kewajiban untuk tunduk pada hukum dan kedudukan ini tidak boleh ada kekuasaan
yang sewenang-wenang atau penyalahgunaan kekuasaan.5
Selanjutnya Hans Kelsen bahwa Negara merupakan suatu tertib hukum. Tertib hukum
yang timbul karena diciptakannya peraturan-peraturan hukum, yang bagaimana orang di dalam
masyarakat atau Negara itu harus bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Jadi Negara itu
adalah suatu tertib hukum yang bersifat memaksa.
Suatu Negara dikatakan Negara hukum apabila sudah memenuhi unsur-unsur yang
sebagaimana dikemukakan oleh Fredrich Julius Stahl yaitu
1. Adanya pengakuan akan hak-hak dasar manusia (HAM)
2. Adanya pembagian kekuasaan
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan/hukum
4. Adanya peradilan administrasi/Tata Usaha Negara.6
Indonesia merupakan Negara hukum berdasarkan pancasila.7 Dimana unsur-unsur di atas
terpenuhi seperti yang termuat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, alenia pertama yang menyatakan bahwa kemerdekaan merupakan hak
segala bangsa, pernyataan tersebut merupakan affirmasi dari hak dasar untuk menentukan nasib
4 Yusril Izha Mahendra, 1996, Dinamika Tata Negara Indonesia, Gema Insani Press, Jakarta, h. 96
5 Bagir Manan, 2006, Lembaga Kepresidenan, FHUI Jakarta, h. 9-10
6 Oemar Sono Aji, 1996, Prasara Dalam Indonesia Negara Hukum, Symposium UI Jakarta, h. 24
7 Sjachran Basah, 1985, Eksistensi Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi Di Indonesia, Alumni
Bandung, h. 11
sendiri. Dalam alenia kedua pembukaan menyebutkan Indonesia sebagai Negara yang adil dan
makmur. Kekuasaan hendaklah dijalankan dengan adil, artinya Negara tidak sewenang-wenang
terhadap rakyatnya.8 Dalam alenia ketiga tercantum hasrat indonesia untuk berkehidupan bangsa
yang bebas, menekankan HAM kolektif yang dimiliki sebuah bangsa. Serta alenia keempat hak
sosial, ekonomi dan pendidikan.9
Pengakuan HAM tersebut merupakan bukti bahwa indonesia tidak hanya secara
deklaratif menyatakan sebagai negara hukum namun juga secara praktis, yang didalam hal ini
Indonesia menganut negara hukum dalam arti materiil atau yang dikenal dengan sebutan Negara
Kesejahteraan.10
Kaitan pandangan tersebut dengan skripsi ini adalah kewenangan pemerintah
yang berdasarkan hukum mengenai pelaksaan program kesehatan sebagai salah satu faktor
kurangnya kurang efektifnya pelaksanaan program kesehatan, di mana hal ini dapat mengancam
hak konstitusional rakyat indonesia untuk mendapatkan kesehatan yang merupakan hak asasi
setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan
memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
b. Teori Kewenangan
Wewenang adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang
berlaku untuk melakukan hubungan dan perbuatan hukum.11
Bahkan kewenangan sering
8 Yusil Izha Mahendra, op.cit, h. 97
9 Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia, UI Press, Jakarta, h. 88
10 Utrecht E, 1960, Pengantar Ilmu Administrasi Indonesia, Unpad, Bandung, h. 21-22
11 Marbun SF., 1997, Peradilan Administrasi Negara Dan Upaya Administrasi Di Indonesia, Liberty,
Yogayakarta, h. 154
disamakan juga dengan wewenang, kuasa berbentuk hubungan dalam arti bahwa satu pihak yang
memerintah dan pihak lain yang diperintah.12
Ada beberapa teori kewenangan yang didekati dengan sumber wewenang, yang meliputi
atributif, delegatif dan mandat yang dikemukakan oleh Indroharto yaitu wewenang yang
diperoleh secara atributif, yaitu pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.13
Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu wewenang pemerintahan yang baru. Pada
delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang oleh badan atau pejabat TUN yang telah
memperoleh wewenang secara atributif kepada badan atau pejabat TUN lainnya. Jadi, suatu
delegasi selalu didahului dengan adanya suatu atribusi wewenang. Pada mandat, disitu tidak ada
terjadinya pemberian wewenang atau pelimpahan kewenangan pada badan atau pejabat TUN
yang satu dengan yang lainnya.14
Dalam kaitannya, teori kewenangan memiliki peran penting dalam tulisan ini sebagai
dasar keabsahan pemerintahan daerah untuk merealisasikan Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia bahwa setiap warga Negara berhak atas
jaminan sosial yang di butuhkan untuk hidup layak serta untuk perkembangan pribadinya secara
utuh. Dalam hal tersebut wewenang pemerintah pusat telah didelegasikan kepada pemerintah
daerah melalui Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
12
Miriam Budiardjo, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, h. 35-36 13
Indroharto, 1993, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka
Harapan, Jakarta, h. 90 14
Ibid, h. 91
setinggi-tingginya. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial yang selanjutnya disebut Undang-Undang SJSN menyatakan bahwa jaminan
sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Selanjutnya, yang menjalankan jaminan sosial
tersebut, Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial menyatakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selanjutnya disebut BPJS
adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menyelenggarakan asas, tujuan dan prinsip,
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang SJSN terdapat asas, tujuan, prinsip dalam menjalankan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yaitu pada Pasal 2 Sistem Jaminan Sosial
Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasal 3 Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk
memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta
dan/atau anggota keluarganya. Prinsip Sistem Jaminan Sosial yang di selenggarakan menurut
Pasal 4 menyatakan a. kegotong-royongan, b. nirlaba, c. keterbukaan, d. kehati-hatian, e.
akuntabilitas, f. portabilitas, g. kepesertaan bersifat wajib, h. dana amanat, dan i. hasil
pengelolaan dana sosial dipergunakan seluruhnya program dan untuk sebesar-besarnya
kepentingan peserta.
Dalam menimbang kewenangannya, mengundangkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 88 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif Bagi
Anggota Dewan Pengawas Dan Anggota Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Pasal 1
angka 4 menyebutkan bahwa direksi adalah organ BPJS yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan untuk kepentingan BPJS sesuai dengan asas, tujuan dan prinsip BPJS,
serta mewakili BPJS baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang BPJS.
Provinsi Bali
Nama Denpasar berasal dari kata 'den' (selatan) dan 'pasar' sehingga secara keseluruhan
bermakna "Selatan Pasar", sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kerajaan Badung,
sebuah kerajaan yang pernah berdiri sejak abad ke-19, sebelum kerajaan tersebut ditundukan
oleh Belanda pada tanggal 20 September 1906, dalam sebuah peristiwa heroik yang dikenal
dengan Perang Puputan Badung.15
Setelah kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958,
Denpasar menjadi ibu kota dari pemerintah daerah Kabupaten Badung, selanjutnya berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Des.52/2/36-136 tanggal 23 Juni 1960, Denpasar juga
ditetapkan sebagai ibu Kota bagi Provinsi Bali yang semula berkedudukan di Singaraja.
Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1978, Denpasar resmi
menjadi „‟Kota Administratif Denpasar‟‟, dan seiring dengan kemampuan serta potensi
wilayahnya dalam menyelenggarakan otonomi daerah, pada tanggal 15 Januari 1992,
berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992, dan Kota Denpasar ditingkatkan statusnya
menjadi „‟kotamadya‟‟, yang kemudian diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27
Februari 1992
c. Teori efektifitas hukum
15
Wikipedia, 2011, Serial Online April, URL : https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Denpasar#Sejarah Di
Akses Tanggal 6 April 2011
Dalam bukunya Soerjono Soekanto dikemukakan bahwa untuk berlakunya suatu aturan
hukum harus memenuhi 3 (tiga) syarat, yaitu pertama, berlakunya kaedah hukum secara yuridis,
artinya aturan hukum yang ada harus didasarkan pada kaedah hukum yang lebih tinggi. Dalam
hubungan ini sesuai dengan stuffrn brow theory sebagaimana dikemukakan oleh Hans Kelsen,
jika dihubungkan kepada peraturan perundang-undangan di Indonesia maka pancasila adalah
grund norm yang tertinggi. 16
berlakunya hukum secara sosiologis, artinya kaedah hukum
tersebut berlaku dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam
masyarakat, dimana kaedah hukum tersebut dipaksakan berlakunya oleh penguasa (teori
kekuasaan); ataupun karena adanya pengakuan dan penerimaan oleh masyarakat dengan tanpa
perlu dipaksakan oleh penguasa apabila memang sudah dirasakan sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma hidup serta kehidupan masyarakat yang bersangkutan.17
Sedangkan berlakunya
kaedah hukum secara filosofis, artinya suatu kaidah hukum harus berdasarkan cita-cita hukum
sebagai nilai positif yang tertinggi. Jika hal ini dikaitkan dengan hukum ketatanegaraan maka
cita-cita hukum yang tertinggi sebagai recht idee dari bangsa Indonesia adalah sebagaiamana
tercantum dalam pembukaan UUDNRI 1945.18
Lebih lanjut Soerjono Soekanto, agar suatu kaedah hukum atau peraturan hukum benar-
benar dapat berfungsi (efektif) dengan baik, maka paling sedikit harus memenuhi empat faktor,
yaitu :
1. Kaedah hukum atau peraturan hukum itu sendiri;
16
Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum, Rajawali Press, Jakarta,
(selanjutnya disebut sebagai Soerjono Soekanto I), h. 72 17
Ibid, h. 78 18
ibid
2. Petugas yang menegakkan atau menerapkan hukum tersebut;
3. Fasilitas yang diharapkan akan dapat mendukung pelaksanaan kaedah hukum, dan
4. Warga mayarakat.19
Jika dikaji keempat faktor diatas dapat dikemukakan bahwa faktor pertama dan kedua
adalah faktor yuridis sedangkan faktor ketiga dan keempat adalah faktor non yuridis. Dari
keempat faktor tersebut biasanya faktor warga masyarakat yang terkena oleh aturan hukum itu
apalagi dirasakan aturan itu merugikannya, tidak sesuai dengan kepentingannya, adanya tingkat
pemahaman dan tingkat pendidikan yang berbeda diantara warga masyarakat yang menyebabkan
aturan hukum tersebut tidak efektif. Dapat dikatakan bahwa efektifitas hukum tersebut terkait
dengan kesadaran dan kepatuhan hukum dari warga masyarakat.
Selanjutnya oleh Soerjono Soekanto juga menyatakan bahwa kesadaran akan nilai-nilai
yang terdapat dalam diri manusia tentang hukum yang diharapkan ada. Maksud dari nilai-nilai
tersebut adalah kemampuan dan nurani yang dimiliki oleh pribadi yang dimaksud untuk
menerima dan melaksanakan hukum tersebut secara dasar.20
Akan tetapi dapat dikemukakan
tidak selamanya pendidikan, pengetahuan, pemahaman dan kesadaran terhadap hukum oleh
seseorang akan selalu mentaati aturan hukum. Sangat banyak orang yang mempunyai pendidikan
tinggi, mempunyai pengetahuan dan pemahaman pada hukum yang memadai tapi kurang
ketatanya terhadap hukum itu. Dalam hal inilah adanya sanksi hukum tersebut sangat diperlukan
bagi pelanggar hukum agar adanya ketaatan dari warga masyarakat terhadap hukum tersebut.
1.8 Metode Penelitian
19
Ibid, h. 79 20
Ibid., h. 78
Metode penelitian adalah tata cara atau langkah-langkah yang digunakan untuk
menganasilis atau menjawab suatu permasahan yang di teliti. Menurut Soerjono Soekanto,
metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan
penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk
menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses,
prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan
penelitian.21
1.8.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum empiris. Penelitian
empiris merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya
kesenjangan antara norma dengan prilaku masyarakat (kesenjangan Das Sollen dan Das Sein).22
Pertimbangan dalam penggunaan jenis penelitian ini dikarenakan objek kajian yang akan diteliti
terdapat langsung di masyarakat, berkenaan dengan implementasi keterbukaan informasi dalam
pelaksanaan program kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) di
Provinsi Bali.
1.8.2 Jenis Pendekatan
Penelitian hukum pada umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis-jenis pendekatan dalam
penelitian antara lain, yaitu :
a) Pendekatan Kasus (The Case Approach)
b) Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach)
21
Ibid., h. 6 22
Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas
Udayana, Fakultas Hukum Universitas Udayana, h. 77
c) Pendekatan Fakta (The Fact Approach)
d) Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach)
e) Pendekatan Frasa (Words & Phrase Approach)
f) Pendekatan Sejarah (Historical Approach)
g) Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)23
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pendekatan
perundang-undangan (the statue approach) dan pendekatan fakta (The Fact Approach).
Pendekatan perundang-undangan (the statue approach) dilakukan dengan kajian terhadap
undang-undang yang dikaitkan dengan permasalahan yang ada dilapangan. Pendekatan
fakta (The Fact Approach) dilakukan dengan melihat keadaan nyata diwilayah penelitian.
1.8.3 Sifat Penelitian
Penelitian dalam kajian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yang
bersifat menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu,
atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala lain dalam masyarakat.24
1.8.4 Data dan Sumber Data
Pada penulisan dan penelitian ini, adapun data yang digunakan adalah bersumber dari:
1. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung ke Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan yang terkait dengan Implementasi Keterbukaan Informasi Dalam
Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Di Provinsi Bali
Cabang Kota Denpasar.
23
Ibid, h. 80 24
Ibid, h. 81
2. Data sekunder, yakni data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library
research). Penelitian kepustakaan ini dilakukan untuk menggali data dari buku-buku
yang terkait dalam permasalahan hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan, undang-undang maupun data yang lainnya.
Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, meliputi :
a. Bahan hukum primer terdiri atas :
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pengenaan Sanksi Administratif Bagi Anggota Dewan Pengawas Dan
Anggota Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan pengertian dan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku hukum yang berkaitan dengan
penelitian ini.
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis pengumpulan
data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, wawancara atau
interview.25
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
teknik wawancara dan wawancara dilakukan kepada narasumber atau informan yang berkaitan
dengan isu hukum dalam penelitian ini. Pertanyaan dirancang untuk mendapatkan jawaban-
jawaban yang relevan dengan masalah penelitian ini, hal tersebut dilakukan agar hasil
wawancara nantinya memiliki nilai Validasi.
1.8.6 Pengolahan Dan Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dan dicari kebenarannya dalam hubungannya dengan masalah
yang dibahas dalam penelitian ini, kemudian data ini dianalisis dengan menggunakan analisis
kualitatif, maka keseluruhan data yang terkumpul dari data primer maupun sekunder akan diolah
dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan kedalam pola dan tema,
diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan yang lainnya, dilakukan interprestasi
untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif
peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas data dan proses analisis, kemudian dilakukan
analisis secara kualitatif, kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan
sistematis.26
25
Soerjono Soekanto, 1990, Ringkasan Metodelogi Penelitian Hukum Empiris, Cet Ke 1, Ind-Hill-Co,
Jakarta, (selanjutnya disebut sebagai Soerjono Soekanto II) , h. 114 26
Ibid, h. 88