Distosia
Persalinan yang sulit yang ditandai
adanya hambatan kemajuan dalam persalinan
PENYEBAB DISTOSIA
POWER• Kelainan His• Kekuatan mengejan kurang
PASSAGE• Panggul sempit• Tumor
PASSANGER• Kelainan letak anak• Hidrosefalus
Distosia karena kekuatan – kekuatan yang mendorong anak
keluar tidak memadai
Kelainan HIS Inersia uteri
Partus presipitatus
Karena kelainan HIS
Baik tidaknya his dinilai:• Kemajuan persalinan• Sifatnya his frekuensi,
kekuatan, lamanya• Besarnya caput succedaneum
INERSIA UTERI
Hipotonis
• Kontraksi terkoordinasi tapi lemah, tekanan < 15 mmHg (Normal 50-60 mmHg)
• Fase aktif atau Kala II
Hipertonis
• Kontraksi tidak terkoordinasi kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas
• Pasien sangat kesakitan
• Fase laten• Tanda-tanda fetal
distres
PERBEDAAN INERSIA HIPOTONIS & HIPERTONIS
Hipotonis Hipertonis
Tingkat
Persalinan
Nyeri
Foetal distress
Reaksi
terhadap
oxytocin
Pengaruh
sedative
- Fase aktif
- Tidak nyeri
- Lambat terjadi
- Baik
- Sedikit
- Fase laten
- Sangat nyeri
- Cepat
- Tidak baik
- Besar
PENYEBAB INERSIA UTERI
Penggunaan analgesi terlalu cepat
Kesempitan panggul
Letak defleksi
Kelainan posisi
Regangan dinding rahim (Hydramnion, gemelli)
Perasaan takut dari ibu
KOMPLIKASI INERSIA UTERI
• Disfungsi uterus dapat menyebabkan kematian atau jejas kelahiran
• Infeksi intrauteri
• Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi
PARTUS PRESIPITATUS
• Obstetri unpad : persalinan yang lebih pendek dari 3 jam. Kadang pada multipara dan jarang sekali pada primigravida terjadi persalinan yang terlalu cepat sebagai akibat his yang kuat dan kurangnya tahanan dari jalan lahir.
• Ventura dkk (2000) : angka kejadian partus presipitatus tahun 1998 di USA sebesar 2% dan terutama terjadi pada multipara dengan frekuensi kontraksi uterus kurang dari 2 menit.
Komplikasi maternal:
• Jarang terjadi bila dilatasi servik dapat berlangsung secara normal.
• Bila servik panjang dan jalan lahir kaku, akan terjadi robekan servik dan jalan lahir yang luas.
• Emboli air ketuban (jarang).• Atonia uteri dengan akibat HPP.
Komplikasi janin :
• Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat oleh karena :• Kontraksi uterus yang terlalu kuat
akan menyebabkan asfiksia intrauterin.
• Trauma intrakranial akibat tahanan jalan lahir.
• Acker dkk (1988) melaporkan kejadian Erb atau Duchene paralysis pada 1/3 kasus partus presipitatus.
• Persalinan tanpa pertolongan yang baik akan menyebabkan cedera pada janin akibat terjatuh dilantai atau tidak dapat segera memperoleh resusitasi bila diperlukan
DISTOSIA AKIBAT GANGGUAN pada JALAN LAHIR
DISPROPORSI SEPALOPELVIKGanguan keseimbangan kepala janin dan panggul
CPD absolut : perbedaan antara kepala janin dengan panggul ibu sedemikian rupa sehingga menghalangi terjadinya persalinan per vaginam dalam kondisi optimal sekalipun
CPD relatif : jika akibat kelainan letak, kelainan posisi atau kelainan defleksi sedemikian rupa sehingga menghalangi persalinan per vaginam.
Kurangnya diameter panggul dapat menyebabkan distosia.
Kesempitan panggul dapat terjadi pada : pintu atas panggul, bidang tengah panggul pintu bawah panggul atau kombinasi diantaranya.
KESEMPITAN PINTU ATAS PANGGUL – PAP
Pintu atas panggul dinyatakan sempit bila ukuran :Ø antero-posterior terpendek < 10 cmØ tranversal terbesar < 12 cm
Perkiraan Ø AP – PAP dilakukan dengan mengukur Conjugata Diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1.5 cm ; kesempitan PAP ditegakkan bila ukuran CD < 11.5 cm.
Perlu diingat bahwa ibu yang bertubuh kecil, biasanya memiliki panggul yang kecil namun anak dalam kandungan ibu yang dimaksud biasanya juga kecil.
Dalam keadaan normal, bila ketuban masih utuh dilatasi servik dibantu pula dengan tekanan hidrostatik pada selaput ketuban atau bila sudah pecah, dilatasi servik terjadi akibat tekanan langsung bagian terendah janin terhadap servik serta penebalan fundus uteri dan penipisan segmen bawah rahim..
Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas PAP, semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban yang berada diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini-KPD pada kasus kesempitan PAP.
Setelah ketuban pecah, tidak adanya tekanan hidrostatik pada selaput ketuban pada daerah servik dan Segmen Bawah Rahim menyebabkan kontraksi uterus menjadi tidak efektif bagi jalannya persalinan normal. Kesempitan PAP merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi.
Pada wanita dengan kesempitan panggul, angka kejadian letak mukadan letak lintang meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus talipusat meningkat 5 – 6 kali lipat.
KESEMPITAN BIDANG TENGAH PANGGUL – BTP
Kejadian ini lebih sering terjadi dibandingkan kesempitan PAP
Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep tranverse arrest”pada perjalanan persalinan dengan posisio occipitalis posterior, sebuah gangguan putar paksi dalam akibat kesempitan BTP.
Bidang obstetrik BTP terbentang dari tepi bawah simfisis pubis melalui spina ischiadica dan mencapai sacrum didekat pertemuan antara vertebra sacralis 4 – 5.
• Ukuran rata-rata BTP: Ø tranversal (interspinous) = 10.5 cm
• Ø AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) = 11.5 cm
• Ø Sagitalis Posterior - DSP (titik pertengahan Øinterspinous dengan pertemuan S4 – S5) = 5 cm
Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti kesempitan PAP BTP diperkirakan mengalami kesempitan bila penjumlahan dari ØInterspinous + DSP ( normal 10.5cm + 5cm = 15.5 cm) <13.5 cm.
Dengan demikian maka BTP diduga mengalami penyempitan bila Øinterspinous < 10 cm dan bila < 8 cm, dinyatakan bahwa pastiterdapat kesempitan pada BTP.
Dugaan adanya kesempitan BTP adalah bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan spina ischiadica yang menyolok.
KESEMPITAN PINTU BAWAH PANGGUL (PBP)
Terjadi kesempitan pada PBP bila Ø intertuberosa < 8 cm. PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama (berupa distansia intertuberous) dan tidak terletak pada bidang yang sama. Apex segitiga anterior permukaan posterior arcus pubis.Apex segitiga posterior ujung vertebra sacralis terakhir ( bukan ujung coccyx).